Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN

A. Analisis Perbandingan
a) Laporan Laba Rugi

Analisis perbandingan pada laporan laba rugi PT Indocement Tunggal Prakasa


mengalami laba, tetapi mengalami kenaikan dari laba bersih tahun sebelumnya sebesar
-51,95% dari tahun 2017. Tahun 2018 PT Indocement Tunggal Prakasa mengalami
kenaikan laba bersih dibandingkan tahun 2017 yaitu sebesar -38,38%. Pencapaian
terbaik yang dari laba bersih yang dicatatkan PT Indocement Tunggal Prakasa selama
masa operasional 5 tahun berturut-turut yaitu tahun 2014, 2015, 2016, 2017 dan 2018
yaitu pada tahun 2014 sebesar Rp. 5.293.416 juta. Pada tahun 2018 PT Indocement
Tunggal Prakasa mencatatkan Pendapatan/Total Penjualan tertinggi yang naik sebesar
5,26% dari tahun 2017, tetapi mengalami kenaikan biaya pokok penjualan sebesar
14,83% dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 4,35%. Hal inilah yang
menyebabkan meningkatnya Laba bersih yang dialami oleh PT Indocement Tunggal
Prakasa pada tahun 2018 yaitu sebesar -38,38%. Selain itu Beban Usaha terbesar terjadi
pada tahun 2017 yakni sebesar 13,50% dari pada tahun 2018 sehingga bedampak pada
penurunan laba perusahaan di tahun tersebut.

b) Laporan Posisi Keuangan

Interpretasi analisis pada Laporan Posisi Keuangan komparatif di atas PT


Indocement Tunggal Prakasa untuk asset lancar pada tahun 2018 mengalami kenaikan
sebesar yaitu -4,40%, dan tahun 2017 mengalami penurunan sebesar -10,69%.
Kenaikan pada tahun 2018 paling besar disebabkan meningkatnya pajak dibayar
dimuka, dan diikuti oleh penurunan piutang pihak berealisasi non-usaha. Sedangkan
pada tahun 2017 pajak dibayar dimuka justru mengalami penurunan sebesar 4,11% dan
peningkatan piutang pihak berealisasi non-usaha sebesar 62,83%. Pada asset tidak
lancar, nilai asset tidak lancer PT Indocement Tunggal Prakasa mengalami fluktuasi,
pada tahun 2018 menurun yang semula 1,62% menjadi -3,18% yang disebabkan oleh
Penyertaan saham dan uang muka kepada entitas anak yang tidak dikonsolidasi secara
bersih.
Total kewajiban jangka pendek mengalami penurunan pada tahun 2017 sebesar
9,14%. Penurunan Utang Jangka Pendek disebabkan oleh uang jaminan pelanggan,
yang kenaikannya di hampir 100% yaitu sebesar 87,64%. Dan pada tahun 2018, uang
jaminan pelanggan hanya berkisaran sbesar kurang dari 10% yaitu 9,30%. Selain itu,
Utang usaha pihak ketiga dapat mempengaruhi perbandingan tahun per tahun. Pada
tahun 2017, utang usaha pihak ketiga hanya sebesar 1,98% sedangkan pada tahun 2018
meningkat sebesar 13,63%. Total kewajiban jangka panjang tidak mengalami
perubahan signifikan selama 2017 hingga tahun 2018. Karena pada tahun 2017, total
Utang Jangka Panjang mencapi 0,49% dan pada tahun 2018 menurun hingga sebesar -
22,59% sehingga mengalami penurunan drastic yang terjadi pada 2 periode tersebut.

Posisi total ekuitas mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini dikarenakan
Saldo Laba yang Belum diketahui penggunaannya mengalami peruabahan yang tidak
jauh dari tahun sebelumnya maupun tahun setelahnya. Pada tahun 2017 mengalami
penurunan sebesar -7,26% dan 2018 sebesar -7,18%.

c) Laporan Arus Kas

Arus kas bersih dari aktivitas operasi terus mengalami penurunan dari tahun 2017
hingga 2018, walaupun arus kas di tahun 2017 sebesar Rp 2.781.805.

Arus kas bersih dari aktivitas investasi juga mengalami penurunan dari tahun ke
tahun, yang tahun 2017 sebesar -21,90 dan tahun 2018 -33,60%. Penurunan aktivitas
Investasi tahun 2018 dikarenakan perolehan aset tak berwujud sebesar 43,68%.
Sedangkan ditahun 2017 terjadi penurunan sebesar -86,95%.

Arus kas dari aktivitas pendanaan mengalami penurunan yang tidak signifikan.
peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2017 yang melebihi 100% yaitu sebesar
121,34% dan terjadi penurunan yang sangat drastic yaitu sebesar -24,70% dari pada
tahun 2017 tahun sebelumnya.

B. Analisis Trend Indeks


a) Laporan Laba Rugi

Trend laba komprehensif PT Indocement Tunggal Prakasa tahun berjalan


mengalami penurunan di tahun 2018 yang dari tahun 2015 hingga tahun 2018 terjadi
penurunan hingga 21,65%. Hal ini pun dikarenakan peningkatan beban usaha hingga
melebihi 100% yaitu sebesar 102,98% selain itupun dikarenakan tingginya beban
pokok penjualan hingga mencapai 100% yaitus sebesar 99,37%. Dengan menggunakan
tahun dasar, sehingga kita dapat melihat perkembangan rekening-rekening dari tahun ke
tahun.

b) Laporan Posisi Keuangan

Interpretasi analisis trend indeks dari Laporan Posisi Keuangan Komparatif PT


Indocement Tunggal Prakasa yaitu Asset lancar dari tahun 2014 hingga 2018 terus
mengalami perubahan yang signifikan hanya saja terjadi sedikit penurunan di tahun
2018 yang semula 80,08% menjadi 76,56%. Begitu juga dengan asset tidak lancar yang
terus mengalami peningkatan yang hanya terjadi penurun ditahun 2018 sebesar
120,91% yang lebih rendah 4% dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2017. Hanya saja
trend asset tidak lancar pada tahun 2014 hingga 2018 lebih tinggi dari trend asset
lancar. Untuk liabilitas jangka pendek dan panjang terus mengalami peningkatan dan
penurunan yang signifikan begitu juga dengan total ekuitas.

c) Laporan Arus Kas

Analisis trend aktivitas operasional terus-menerus mengalami penurunan yang


signifikan dari tahun 2014-2018 dengan menggunakan tahun dasar 2014. Hal ini
disebabkan oleh rekening Pembayaran untuk pemasok dan kontraktor, serta gaji dan
kesejahteraan karyawan pada tahun 2018 mencapai 92,79%.

Aktivitas investasi mengalami penurunan yang tajam di tahun 2014 hingga 2018
yang secara berturut-turut dari 100%, 79,36%, 28,66%, 22,39% hingga 14,86%. Hal ini
disebabkan oleh Perolehan aset tak Berwujud.

Untuk trend aktivitas pendanaan terjadi fluktuasi, peningkatan terjadi hanya pada
tahun 2015 dan 2017 yang melebihi 100%. dan mengalami penurunan yang sangat
tajam di tahun 2016 yaitu sebesar 45,98%.

C. Analisis Common Size


a) Laporan Laba Rugi

Analisis common size pada laporan laba rugi PT Indocement Tunggal Prakasa
menunjukan bahwa laporan laba ruginya sangat berfluktuasi. Laba komprehensif tahun
berjalan terus mengalami penurunan. Pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar
26,47% daripada tahun setelahnya yang mengalami penurunan sebesar 2%. Sedangkan
di tahun 2016 terjadi peningkatan sebesar 25,19%. Lalu penurunan kembali terjadi di
tahun 2017 dan 2018. Penurunan-penurunan tersebut terjadi karena Beban Pokok
Penjualan yang sangat besar daripada tahun-tahun sebelumnya. Jika ditelusuri lebih
lanjut pada catatan laporan keuangan PT Indocement Tunggal Prakasa yang mana pada
kenyataannya juga terjadi di Indonesia pada tahun 2018, kenaikan tersebut
disumbangkan oleh naiknya biaya bahan baku semen.

b) Laporan Posisi Keuangan

Analisis common size pada Laporan Posisi Keuangan Konsolidasi tersebut


menunjukkan PT Indocement Tunggal Prakasa menginvestasikan asset perusahaan
sebagian besar kepada asset tidak lancar walaupun terjadi penurunan ditahun 2015
sebesar 44,30%. Komposisi asset lancar pada tahun 2015 mengalami peningkatan
dibandingkan posisi aset tidak lancer di tahun 2015. Perubahan atau perbandingan dari
tahun 2014-2018 sangat signifikan. hal ini, disebabkan adanya piutang pihak ketiga
yang signifikan dan penyertaan saham dan uang muka kepada entitas anak yang tidak
dikonsolidasi untuk asset tidak lancer bagi perusahaan.

Kenaikan komposisi asset tidak lancar dari total asset PT Indocement Tunggal
Prakasa pada tahun 2014 turut di pengaruhi dengan penurunan total asset lancar
perusahaan. Total asset PT Indocement Tunggal Prakasa sesungguhnya mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun, komposisi di atas menggambarkan pergeseran jenis
investasi dari asset PT Indocement Tunggal Prakasa.

Sementara pada pos pasiva, kewajiban jangka pendek lebih mendominasi dari
total liabilitas perusahaan. Penurunan hanya terjadi pada tahun 2015 yang semula
11,29% menjadi 9,72%. Sementara pada tahun 2016 meningkat sebesar 10,57% hingga
tahun 2018 sebesar 14,13%. Untuk kewajiban jangka panjang, persentase kewajiban
jangka panjang tahun 2014 hingga tahun 2018 lebih banyak mengalami penurunan
meski terjadi peningkatan di tahun 2015 yang semula 3,62% menjadi 3,92%,
selebihnya mengalami penurunan. Pada tahun 2016 hingga tahun 2018 kewajiban
jangka panjang berada di angka yang lebih besar yaitu sebesar 2,31%.

Untuk jumlah ekuitas, komposisi ekuitas lebih mendominasi daripada komposisi


liabilitas di pos passive ini. Total ekuitas dari tahun 2014 hingga 2018 berfluktuasi.
Tahun 2017 dan 2018 terjadi penurunan yang semula 86,69 menjadi 85,08% dan
83,57%. Hal ini disebabkan oleh saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya.

Besarnya komposisi permodalan menggambarkan kuatnya posisi perusahaan pada


tahun 2014 yang mana total ekuitas berada pada posisi 85,09%. Hal ini memberi
keuntungan bagi pemegang saham PT Indocement Tunggal Prakasa yang mana dapat
mencerminkan saldo laba yang belum dicadangkan dari tahun 2014 sampai dengan
2018 yang rata-rata berada di atas nilai 80% dari total kewajiban dan ekuitas
perusahaan. Karena nilai tersebut menjadi dasar perhitungan deviden yang akan
dibagikan kepada para pemegang saham.

c) Laporan Arus Kas

Analisis common size pada laporan arus kas tersebut mengalami fluktuasi. Pada
tahun 2018 Kas bersih dari aktivitas operasi mengalami penurunan sebesar 11,94%. Hal
ini karena peningkatan penerimaan kas lebih kecil daripada peningkatan pembayaran
kas yang dibayarkan.

Untuk aktivitas investasi, penjualan aset tetap mengalami kerugian sehingga


penerimaan kas lebih kecil dari pada pengeluaran kas untuk pembelian aset tetap dalam
kegiatan investasi.

Sementara pada aktivitas pendanaan, penerimaan kas bagi perusahaan hampir


tidak ada. Sehingga pengeluaran kas lebih mendominasi dlam kegiatan pendanaan
perusahaan.
Analisis Rasio

Analisis rasio keuangan merupakan alat analisis yang paling banyak digunakan, karena dapat membantu kita mengidentifikasi beberapa
kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan.

A. Analisis Rasio Likuiditas

RASIO LIKUIDITAS
NWC TO TA (NET
RASIO LANCAR (CURRENT RASIO CEPAT (ACID TEST
RASIO KAS (CASH RATIO) WORKING CAPITAL TO
RATIO) RATIO)
TOTAL AKTIVA)
(Kas+Setara Kas+Surat
(Aset Lancar / Kewajiban (Kas+Surat Berharga) / (Aktiva Lancar-Utang
Berharga+Piutang) / kewajiban
Lancar) Kewajiban Lancar Lancar)/Total Aktiva
Lancar
Tahun Tahun Tahun Tahun
2018 3,14 2018 2,60 2018 1,84 2018 0,30
2017 3,70 2017 3,10 2017 2,38 2017 0,33
2016 4,53 2016 3,86 2016 3,03 2016 0,37
2015 4,89 2015 4,17 2015 3,22 2015 0,38
2014 4,93 2014 4,27 2014 3,45 2014 0,44
a) Rasio Lancar (Current Ratio) : kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang
dimiliki.
Analisis Rasio Lancar PT Indocement Tunggal Prakasa tahun 2014 menunjukan angka
yang paling tinggi dari 5 periode pelaporan perusahaan. Artinya bahwa perusahaan
mampu mengolah aktiva lancar tahun 2014 lebih baik dari pada tahun 2015, 2016,
2017, dan 2018. Dan tahun 2014 menandakan bahwa kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajiban jangka pendeknya lebih besar dari pada tahun 2015, 2016, 2017,
dan 2018.
Maka dari itu, kita perlu membandingkan analisis suatu perusahaan dengan perusahaan
sejenis karena dengan ini kita dapat mengetahui gambaran tentang kelebihan dan
kelemahan perusahaan serta posisi persaingan perusahaan di dunia usaha sejenis.
Dan perlu dilakukan perhitungan rata-rata antar perusahaan sejenis agar dapat memberi
gambaran bahwa pengelolaan kewajiban perusahaan lebih baik dari perusahaan sejenis.
b) Rasio Cepat (Quick Ratio) : untuk mengukur kemampuan aktiva lancar membayar
kewajiban lancar tanpa memanfaatkan persediaan (minus persediaan).
Rasio cepat PT Indocement Tunggal Prakasa tahun 2014 lebih besar dari tahun 2015,
2016, 2017, dan 2018. Artinya, Perusahaan mampu mempergunakan aktiva lancar
untuk membayar kewajiban lancar tahun 2014 lebih baik dari pada tahun 2015, 2016,
2017, dan 2018, tanpa memanfaatkan persediaan. Tampak juga pada laporan keuangan
bahwa investasi asset lancar persediaan pada tahun 2014 memang paling rendah dari
tahun-tahun yang lain kenaikan persediaan pada tahun 2015, 2016, 2017, dan 2018
turut mempengaruhi turunnya angka rasio cepat PT Indocement Tunggal Prakasa.
Tingginya rasio cepat pada tahun 2014 juga didukung angka kewajiban lancar
perusahaan yang mana pada tahun 2014 memang berada di angka yang lebih kecil
dibandingkan tahun 2015, 2016, 2017, dan 2018.
c) Rasio Kas (Cash Ratio) : digunakan untuk mengtahui kemampuan perusahaan
membayar utang lancarnya dengan aktiva yang lebih likuid untuk membayar kewajiban
yang harus segera dipenuhi dengan kas yang tersedia dan efek (surat berharga) yang
dapat segera dicairkan.
Pada analisis rasio kas PT Indocement Tunggal Prakasa, pada tahun 2014 sebsar 3,45,
tahun 2015 sebesar 3,22, tahun 2016 sebesar 3,03 pada tahun 2017 sebesar 2,38, dan
tahun 2018 sebesar1,84. Hal ini menunjukkan bahwa tahun 2014 setiap Rp 1,00 utang
lancar dijamin dengan Rp 3,45 aktiva lancer yang lebih likuid. Yang berarti perusahaan
mampu untuk menjamin utang lancar. Dan memliki kinerja keuangan yang paling
baik dibandingkan tahun-tahun setelahnya. Karena semakin tinggi nilai rasio kas,
maka aka semakin likuid atau semakin baik kinerja keuangan perusahaannya.

B. Analisis Rasio Solvabilitas


Rasio solvabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan dikatakan solvable jika total asset >
total hutang.

RASIO SOLVABILITAS
DEBT TO ASSETS LONG TERM DEBT TO EQUITY
(Utang Jangka Panjang/Total
(Total Utang/Total Aktiva) x 100% Modal) x 100%
Tahun Tahun
2018 0,16 2018 0,03
2017 0,15 2017 0,03
2016 0,13 2016 0,03
2015 0,14 2015 0,05
2014 0,15 2014 0,04

a) Debt to Asset (Rasio Total Utang terhadap Total Aset) : Rasio ini menghitung
seberapa jauh dana disediakan oleh kreditur. Rasio yang tinggi berarti perusahaan
menggunakan leverage keuangan yang tinggi. Penggunaan leverage keuangan yang
tinggi akan meningkatkan ROE dengan cepat, tetapi sebaliknya jika penjualan
menurun, ROE akan menurun pula. Risiko perusahaan dengan leverage keuangan yang
tinggi akan semakin tinggi pula.

Analisisnya Rasio DAR pada PT Indocement Tunggal Prakasa tahun 2016


menghasilkan angka yang rendah dibandingkan dengan tahun-tahun setelahnya dan
sebelumnya. Namun, untuk tahun-tahun selanjutnya hingga tahun 2018, terjadi
kenaikan rasio DAR yang disebabkan oleh meningkatnya total utang. Meskipun hanya
menggunakan dana dari kreditur di bawah 50%, jumlah asset tetap mengalami
peningkatan.

b) Rasio Total Utang (Debt to Equity Ratio) digunakan untuk mengukur utang jangka
panjang dalam struktur modal suatu perusahaan (kondisi utang jangka panjang suatu
perusahaan).
Analisis DER pada tahun 2014 sebesar 0,04, 2015 sebesar 0,05, 2016 sebesar 0,03,
2017 sebesar 0,03 dan tahun 2018 sebesar 0,03. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun
2014, setiap 100 modal sendiri perusahaan menjamin 3 utang perusahaan dan
seterusnya. Rasio debt to equity di atas menggambarkan kuatnya struktur permodalan
PT Indocement Tunggal Prakasa tentang keunggulan permodalan dan rendahnya
tingkat risiko keuangan PT Indocement Tunggal Prakasa dalam setiap tahunnya.

C. Rasio Profitabilitas

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat


penjualan, asset, dan modal saham tertentu.

Profitabilitas
Gross Profit Margin = Laba Kotor/Penjualan
2018 0,29
2017 0,35
2016 0,41
2015 0,44
2014 0,46
Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak/Penjualan
2018 0,08
2017 0,13
2016 0,25
2015 0,24
2014 0,26
Profit Margin Ratio = Laba Operasi/Penjualan
2018 0,09
2017 0,16
2016 0,27
2015 0,32
2014 0,34
Return On Asset (ROA) = Laba Operasional/Total Asset
2018 0,05
2017 0,08
2016 0,14
2015 0,20
2014 0,24
a) Net Profit Margin : menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa dilihat
langsung pada analisis common-size untuk laporan laba rugi. Rasio ini
diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya
(ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu.

Net Profit Margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan


menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Sedangkan Net
Profit Margin yang rendah menunjukkan penjualan yang terlalu rendah untuk
tingkat biaya yang tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut, yang secara
umum rasio yang rendah bisa menujukkan ketidakefisienan manajemen. Untuk
industry manufaktur sektor semen cenderung memiliki rasio net profit margin
yang tinggi. Pada PT Indocement Tunggal Prakasa, rasio net profit margin (NPM)
mengalami penurunan di tahun 2015 yang semula sebesar 0,26 menjadi 0,24
meski penurunannya tidak terlalu jauh. Namun untuk tahun 2016 mengalami
peningkatan yang semula 0,24 menjadi 0,25 yang disebabkan oleh penurunan
beban usaha dari tahun sebelumnya dan sesudahnya. Sementara atahu 2017 dan
2018 terjadi penurunan daripada tahun sebelumnya sebesar 0,13 dan 0,08 secara
berturut-turut karena adanya kenaikan beban usaha.

b) Return on Asset (ROA) : Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan


menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset tertentu.

Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen asset, yang berarti efisiensi
manajemen. Pada PT Indocement Tunggal Prakasa, Rasio return on asset (ROA)
dari tahun 2014 hingga 2018 terus mengalami penurunan. Tahun 2018 mengalami
penurunan yang lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya sebesar 5% . Hal ini
dikarenakan perputaran asset perusahaan rendah.
D. Rasio Aktivitas atau Analisis Pemanfaatan Aset

Pemanfaatan Aset (Asset Utilization)


Perputaran Kas (Cash Turnover) = Penjualan/Rata-rata Kas dan Setara Kas
2018 = 1,68
2017 = 1,60
2016 = 1,70
2015 = 1,97
2014 = 2,22
Perputaran Piutang Usaha (Account Receivable Turnover) =Penjualan/Rata-rata
Piutang
2018 = 5,70
2017 = 5,41
2016 = 5,76
2015 = 6,68
2014 = 7,50
Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) = Harga Pokok Penjualan/Rata-rata
Persediaan
2018 = 6,31
2017 = 5,50
2016 = 5,27
2015 = 5,77
2014 = 6,35
Perputaran Total Aktiva (TATO) = Penjualan/Total Aktiva
2018 = 0,55
2017 = 0,50
2016 = 0,51
2015 = 0,64
2014 = 0,69
Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turnover) =Penjualan/Aktiva Tetap
2018 = 1,04
2017 = 0,96
2016 = 1,05
2015 = 1,29
2014 = 1,65

a) Rasio Perputaran Kas (Cash Turnover) : digunakan untuk menunjukkan


berapa kali kas perusahaan berputar dalam satu periode melalui penjualan.
dengan kata lain, peputaran kas dapat digunakan untuk melihat seberapa besar
kas perusahaan mampu menghasilkan penjualan. Pada tahun 2014
menunjukan rasio sebesar 2,22 kali. Pada tahun 2015 hingga 2018 terjadi
penurunan yang tidak mencapai 2 kali. Sehingga dapat dikatan bahwa PT
Indocement Tunggal Prakasa belum mampu mengelola sumber dananya
berupa kas dan setara kas dalam suatu periode. Karena apabila rasio semakin
besar dalam perputaran kas, maka akan semakin baik bagi perusahaan yang
menunjukan kas perusahaan dapat terus berputar dan digunakan untuk
kegiatan-kegiatan operasional (seperti pembelian bahan baku, biaya kirim)
yang dapat meningkatkan penjualan.
b) Rasio Perputaran Piutang Usaha (Receivable Turnover Ratio) : digunakan
untuk mengkur kemampuan perusahaan dalam mengelola dana yang tertanam
dalam piutang yang berputar dalam setahun. Pada tahun 2014 menunjukan
rasio 7,50 dan terjadi penurunan pada tahun-tahun setelahnya. Akan tetapi,
perputaran piutang usaha ini, belum mencapai minimal 12 kali untuk dapat
dikatakan mampu dalam mengelola sumber dananya dalam piutang yang
berputar pada suatu periode. Karena semakin besar angka rasio ini, maka
semakin baik bagi perusahaan dalam hal berarti perusahaan mampu dalam
mengelola piutang usahanya.
c) Rasio Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) : digunakan untuk
mengetahui seberapa efektif perusahaan dalam mengelola persediaan.
Pada analisis rasio perputaran persediaan PT Indocement Tunggal Prakasa
tahun 2014 melakukan perputaran persediaan sebanyak 6,35 kali dalam
setahun. Pada tahun 2015 melakukan perputaran persediaan sebanyak 5,77
kali dalam setahun. Pada tahun 2016 melakukan perputaran persediaan
sebanyak 5,27 kali dalam setahun, dan seterusnya. Maka dapat disimpulkan
bahwa rasio yang lebih kecil jika tidak seproduktif tahun-tahun lainnya yang
menjadi pembanding dalam perputaran persediaan setiap tahunnya. Hal ini
menunjukkan tingginya aktivitas produksi perusahaan PT Indocement Tunggal
Prakasa.
d) Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Aktiva Turnover) : digunakan untuk
mengukur perputaran semua aktiva perusahaan dalam per tahunnya. PT
Indocement Tunggal Prakasa masing-masing tahun 2014 hingga 2018 yaitu
sebesar 1,65, 1,29, 1,05, 0,96, dan 1,04. Pada tahun 2014 rasio perputaran aset
tetap atau aktiva tetap sebesar 1,65 yang menunjukkan bahwa pada tahun 2014
kinerja perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya sudah efisien. Pada tahun
2015, PT Indocement Tunggal Prakasa mengalami penurunan sebesar 1,29
hingga tahun 2018. Pada tahun 2017, perusahaan mengalami penurunan yang
sangat drastic sehingga dapat dikatakan bahwa PT Indocement Tunggal
Prakasa belum efisien dalam memanfaatkan aset tetapnya di tahun 2017.
Karena semakin besar rasio ini semakin baik bagi perusahaan, yang berarti
semakin efisien perusahaan dalam menggunakan aktiva tetapnya.
e) Rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turnover) : digunakan untuk
mengukur perputaran aktiva tetap perusahaan dalam per tahunnya. PT
Indocement Tunggal Prakasa masing-masing tahun 2014 sebesar 0,69, 2015
sebesar 0,64, 2016 sebesar 0,51, 2017 sebesar 0,50, dan pada tahun 2018
sebesar 0,55. Yang dapat dilihat bahwa tahun-tahun selanjutnya terjadi
penurunan. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan kurang dalam
memanfaatkan aktivanya dengan efisien. dan pada tahun 2018 terjadi
peningkatan daripada tahun sebelumnya, sehingga dapat dikatakan bahwa PT
Indocement Tunggal Pakasa mulai memanfaatkan aktivanya secara efisien.
Karena semakin besar rasio ini semakin baik bagi perusahaan, yang berarti
semakin efisien perusahaan dalam aktivanya.
BAB III

PENUTUP

Analisis kinerja Laporan keuangan PT Indocement Tunggal Prakasa, Tbk. ditinjau

dari analisis common size-nya perusahaan cukup mampu menekan biaya-biaya operasional

atau beban usahanya yang ditimbulkan, dalam mengelola aset, dan perusahaan cukup berhasil

dalam menambah kekayaan yang tertanam dalam aset tidak lancar.

Selain itu, terlihat liabilitas yang ditanggung perusahaan semakin berat baik itu

liabilitas jangka panjang maupun pendek. memiliki kinerja keuangan yang lumayan

baik, dapat dilihat dari masing-masing komponen nilai akunnya yang meningkat.

Ditinjau dari kinerja keuangan PT Indocement Tunggal Prakasa, Tbk. analisis indeks

/ trend-nya kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bruto dan laba yang

diatribusikan cenderung mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan, biaya-biaya yang

ditimbulkan dari aktivitas produksi atau operasionalnya semakin besar daripada tahun

sebelumnya. Pengelolaan piutang dan persediaan lumayan baik, walaupun perputaran aset

yang dilakukan kurang efektif didalam pengunaan modal yang tertanam dalam aset lancar

dan perusahaan memiliki kinerja keuangan perusahaan yang cukup baik.

Dapat dilihat dari nilai masing-masing komponen, diatas nilai tahun dasar yang

mendominasi :

1. Likuiditas rendah hal ini karena persediaan mempunyai jumlah yang cukup besar

dalam asset lancar. Sebaiknya perusahaan mengimbangi proporsi persediaan dengan

asset lancar lain. Tetapi untuk piutang sudah cukup baik.

2. Solvabilitas berfluktuasi. Dilihat dari rasio Total hutang terhadap total asset dan Total

hutang terhadap total ekuitas, perusahaan dikatakan solvable karena angka rasio yang
terus meningkat. Akan tetapi, masih belum diketahui besarnya Time interest earning

dalam beban bunga, dan perlu lebih diperhatikan dari manajemen antara EBIT dalam

menutup beban bunga.

3. Perputaran persediaan rendah sehingga perlu evaluasi menajemen terkait dengan

efektivitas persediaan. Dan Rasio perputaran Total Aktiva yang rendah sehingga

perusahaan dapat dikatakan belum efisien dalam memanfaatkan aset tetapnya.

4. Profitabilitas meningkat disebabkan oleh penurunan beban usaha dari tahun

sebelumnya dan sesudahnya. Dan apabila perputaran aset rendah mengakibatkan pada

ROA yang rendah sedangkan pada net profit margin di lima tahun mengalami

penurunan.

Anda mungkin juga menyukai