PEMBAHASAN
A. Analisis Perbandingan
a) Laporan Laba Rugi
Posisi total ekuitas mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini dikarenakan
Saldo Laba yang Belum diketahui penggunaannya mengalami peruabahan yang tidak
jauh dari tahun sebelumnya maupun tahun setelahnya. Pada tahun 2017 mengalami
penurunan sebesar -7,26% dan 2018 sebesar -7,18%.
Arus kas bersih dari aktivitas operasi terus mengalami penurunan dari tahun 2017
hingga 2018, walaupun arus kas di tahun 2017 sebesar Rp 2.781.805.
Arus kas bersih dari aktivitas investasi juga mengalami penurunan dari tahun ke
tahun, yang tahun 2017 sebesar -21,90 dan tahun 2018 -33,60%. Penurunan aktivitas
Investasi tahun 2018 dikarenakan perolehan aset tak berwujud sebesar 43,68%.
Sedangkan ditahun 2017 terjadi penurunan sebesar -86,95%.
Arus kas dari aktivitas pendanaan mengalami penurunan yang tidak signifikan.
peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2017 yang melebihi 100% yaitu sebesar
121,34% dan terjadi penurunan yang sangat drastic yaitu sebesar -24,70% dari pada
tahun 2017 tahun sebelumnya.
Aktivitas investasi mengalami penurunan yang tajam di tahun 2014 hingga 2018
yang secara berturut-turut dari 100%, 79,36%, 28,66%, 22,39% hingga 14,86%. Hal ini
disebabkan oleh Perolehan aset tak Berwujud.
Untuk trend aktivitas pendanaan terjadi fluktuasi, peningkatan terjadi hanya pada
tahun 2015 dan 2017 yang melebihi 100%. dan mengalami penurunan yang sangat
tajam di tahun 2016 yaitu sebesar 45,98%.
Analisis common size pada laporan laba rugi PT Indocement Tunggal Prakasa
menunjukan bahwa laporan laba ruginya sangat berfluktuasi. Laba komprehensif tahun
berjalan terus mengalami penurunan. Pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar
26,47% daripada tahun setelahnya yang mengalami penurunan sebesar 2%. Sedangkan
di tahun 2016 terjadi peningkatan sebesar 25,19%. Lalu penurunan kembali terjadi di
tahun 2017 dan 2018. Penurunan-penurunan tersebut terjadi karena Beban Pokok
Penjualan yang sangat besar daripada tahun-tahun sebelumnya. Jika ditelusuri lebih
lanjut pada catatan laporan keuangan PT Indocement Tunggal Prakasa yang mana pada
kenyataannya juga terjadi di Indonesia pada tahun 2018, kenaikan tersebut
disumbangkan oleh naiknya biaya bahan baku semen.
Kenaikan komposisi asset tidak lancar dari total asset PT Indocement Tunggal
Prakasa pada tahun 2014 turut di pengaruhi dengan penurunan total asset lancar
perusahaan. Total asset PT Indocement Tunggal Prakasa sesungguhnya mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun, komposisi di atas menggambarkan pergeseran jenis
investasi dari asset PT Indocement Tunggal Prakasa.
Sementara pada pos pasiva, kewajiban jangka pendek lebih mendominasi dari
total liabilitas perusahaan. Penurunan hanya terjadi pada tahun 2015 yang semula
11,29% menjadi 9,72%. Sementara pada tahun 2016 meningkat sebesar 10,57% hingga
tahun 2018 sebesar 14,13%. Untuk kewajiban jangka panjang, persentase kewajiban
jangka panjang tahun 2014 hingga tahun 2018 lebih banyak mengalami penurunan
meski terjadi peningkatan di tahun 2015 yang semula 3,62% menjadi 3,92%,
selebihnya mengalami penurunan. Pada tahun 2016 hingga tahun 2018 kewajiban
jangka panjang berada di angka yang lebih besar yaitu sebesar 2,31%.
Analisis common size pada laporan arus kas tersebut mengalami fluktuasi. Pada
tahun 2018 Kas bersih dari aktivitas operasi mengalami penurunan sebesar 11,94%. Hal
ini karena peningkatan penerimaan kas lebih kecil daripada peningkatan pembayaran
kas yang dibayarkan.
Analisis rasio keuangan merupakan alat analisis yang paling banyak digunakan, karena dapat membantu kita mengidentifikasi beberapa
kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan.
RASIO LIKUIDITAS
NWC TO TA (NET
RASIO LANCAR (CURRENT RASIO CEPAT (ACID TEST
RASIO KAS (CASH RATIO) WORKING CAPITAL TO
RATIO) RATIO)
TOTAL AKTIVA)
(Kas+Setara Kas+Surat
(Aset Lancar / Kewajiban (Kas+Surat Berharga) / (Aktiva Lancar-Utang
Berharga+Piutang) / kewajiban
Lancar) Kewajiban Lancar Lancar)/Total Aktiva
Lancar
Tahun Tahun Tahun Tahun
2018 3,14 2018 2,60 2018 1,84 2018 0,30
2017 3,70 2017 3,10 2017 2,38 2017 0,33
2016 4,53 2016 3,86 2016 3,03 2016 0,37
2015 4,89 2015 4,17 2015 3,22 2015 0,38
2014 4,93 2014 4,27 2014 3,45 2014 0,44
a) Rasio Lancar (Current Ratio) : kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang
dimiliki.
Analisis Rasio Lancar PT Indocement Tunggal Prakasa tahun 2014 menunjukan angka
yang paling tinggi dari 5 periode pelaporan perusahaan. Artinya bahwa perusahaan
mampu mengolah aktiva lancar tahun 2014 lebih baik dari pada tahun 2015, 2016,
2017, dan 2018. Dan tahun 2014 menandakan bahwa kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajiban jangka pendeknya lebih besar dari pada tahun 2015, 2016, 2017,
dan 2018.
Maka dari itu, kita perlu membandingkan analisis suatu perusahaan dengan perusahaan
sejenis karena dengan ini kita dapat mengetahui gambaran tentang kelebihan dan
kelemahan perusahaan serta posisi persaingan perusahaan di dunia usaha sejenis.
Dan perlu dilakukan perhitungan rata-rata antar perusahaan sejenis agar dapat memberi
gambaran bahwa pengelolaan kewajiban perusahaan lebih baik dari perusahaan sejenis.
b) Rasio Cepat (Quick Ratio) : untuk mengukur kemampuan aktiva lancar membayar
kewajiban lancar tanpa memanfaatkan persediaan (minus persediaan).
Rasio cepat PT Indocement Tunggal Prakasa tahun 2014 lebih besar dari tahun 2015,
2016, 2017, dan 2018. Artinya, Perusahaan mampu mempergunakan aktiva lancar
untuk membayar kewajiban lancar tahun 2014 lebih baik dari pada tahun 2015, 2016,
2017, dan 2018, tanpa memanfaatkan persediaan. Tampak juga pada laporan keuangan
bahwa investasi asset lancar persediaan pada tahun 2014 memang paling rendah dari
tahun-tahun yang lain kenaikan persediaan pada tahun 2015, 2016, 2017, dan 2018
turut mempengaruhi turunnya angka rasio cepat PT Indocement Tunggal Prakasa.
Tingginya rasio cepat pada tahun 2014 juga didukung angka kewajiban lancar
perusahaan yang mana pada tahun 2014 memang berada di angka yang lebih kecil
dibandingkan tahun 2015, 2016, 2017, dan 2018.
c) Rasio Kas (Cash Ratio) : digunakan untuk mengtahui kemampuan perusahaan
membayar utang lancarnya dengan aktiva yang lebih likuid untuk membayar kewajiban
yang harus segera dipenuhi dengan kas yang tersedia dan efek (surat berharga) yang
dapat segera dicairkan.
Pada analisis rasio kas PT Indocement Tunggal Prakasa, pada tahun 2014 sebsar 3,45,
tahun 2015 sebesar 3,22, tahun 2016 sebesar 3,03 pada tahun 2017 sebesar 2,38, dan
tahun 2018 sebesar1,84. Hal ini menunjukkan bahwa tahun 2014 setiap Rp 1,00 utang
lancar dijamin dengan Rp 3,45 aktiva lancer yang lebih likuid. Yang berarti perusahaan
mampu untuk menjamin utang lancar. Dan memliki kinerja keuangan yang paling
baik dibandingkan tahun-tahun setelahnya. Karena semakin tinggi nilai rasio kas,
maka aka semakin likuid atau semakin baik kinerja keuangan perusahaannya.
RASIO SOLVABILITAS
DEBT TO ASSETS LONG TERM DEBT TO EQUITY
(Utang Jangka Panjang/Total
(Total Utang/Total Aktiva) x 100% Modal) x 100%
Tahun Tahun
2018 0,16 2018 0,03
2017 0,15 2017 0,03
2016 0,13 2016 0,03
2015 0,14 2015 0,05
2014 0,15 2014 0,04
a) Debt to Asset (Rasio Total Utang terhadap Total Aset) : Rasio ini menghitung
seberapa jauh dana disediakan oleh kreditur. Rasio yang tinggi berarti perusahaan
menggunakan leverage keuangan yang tinggi. Penggunaan leverage keuangan yang
tinggi akan meningkatkan ROE dengan cepat, tetapi sebaliknya jika penjualan
menurun, ROE akan menurun pula. Risiko perusahaan dengan leverage keuangan yang
tinggi akan semakin tinggi pula.
b) Rasio Total Utang (Debt to Equity Ratio) digunakan untuk mengukur utang jangka
panjang dalam struktur modal suatu perusahaan (kondisi utang jangka panjang suatu
perusahaan).
Analisis DER pada tahun 2014 sebesar 0,04, 2015 sebesar 0,05, 2016 sebesar 0,03,
2017 sebesar 0,03 dan tahun 2018 sebesar 0,03. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun
2014, setiap 100 modal sendiri perusahaan menjamin 3 utang perusahaan dan
seterusnya. Rasio debt to equity di atas menggambarkan kuatnya struktur permodalan
PT Indocement Tunggal Prakasa tentang keunggulan permodalan dan rendahnya
tingkat risiko keuangan PT Indocement Tunggal Prakasa dalam setiap tahunnya.
C. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas
Gross Profit Margin = Laba Kotor/Penjualan
2018 0,29
2017 0,35
2016 0,41
2015 0,44
2014 0,46
Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak/Penjualan
2018 0,08
2017 0,13
2016 0,25
2015 0,24
2014 0,26
Profit Margin Ratio = Laba Operasi/Penjualan
2018 0,09
2017 0,16
2016 0,27
2015 0,32
2014 0,34
Return On Asset (ROA) = Laba Operasional/Total Asset
2018 0,05
2017 0,08
2016 0,14
2015 0,20
2014 0,24
a) Net Profit Margin : menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa dilihat
langsung pada analisis common-size untuk laporan laba rugi. Rasio ini
diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya
(ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu.
Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen asset, yang berarti efisiensi
manajemen. Pada PT Indocement Tunggal Prakasa, Rasio return on asset (ROA)
dari tahun 2014 hingga 2018 terus mengalami penurunan. Tahun 2018 mengalami
penurunan yang lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya sebesar 5% . Hal ini
dikarenakan perputaran asset perusahaan rendah.
D. Rasio Aktivitas atau Analisis Pemanfaatan Aset
PENUTUP
dari analisis common size-nya perusahaan cukup mampu menekan biaya-biaya operasional
atau beban usahanya yang ditimbulkan, dalam mengelola aset, dan perusahaan cukup berhasil
Selain itu, terlihat liabilitas yang ditanggung perusahaan semakin berat baik itu
liabilitas jangka panjang maupun pendek. memiliki kinerja keuangan yang lumayan
baik, dapat dilihat dari masing-masing komponen nilai akunnya yang meningkat.
Ditinjau dari kinerja keuangan PT Indocement Tunggal Prakasa, Tbk. analisis indeks
/ trend-nya kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bruto dan laba yang
ditimbulkan dari aktivitas produksi atau operasionalnya semakin besar daripada tahun
sebelumnya. Pengelolaan piutang dan persediaan lumayan baik, walaupun perputaran aset
yang dilakukan kurang efektif didalam pengunaan modal yang tertanam dalam aset lancar
Dapat dilihat dari nilai masing-masing komponen, diatas nilai tahun dasar yang
mendominasi :
1. Likuiditas rendah hal ini karena persediaan mempunyai jumlah yang cukup besar
2. Solvabilitas berfluktuasi. Dilihat dari rasio Total hutang terhadap total asset dan Total
hutang terhadap total ekuitas, perusahaan dikatakan solvable karena angka rasio yang
terus meningkat. Akan tetapi, masih belum diketahui besarnya Time interest earning
dalam beban bunga, dan perlu lebih diperhatikan dari manajemen antara EBIT dalam
efektivitas persediaan. Dan Rasio perputaran Total Aktiva yang rendah sehingga
sebelumnya dan sesudahnya. Dan apabila perputaran aset rendah mengakibatkan pada
ROA yang rendah sedangkan pada net profit margin di lima tahun mengalami
penurunan.