Anda di halaman 1dari 16

PERSEDIAAN BARANG DI GUDANG

Nama Penulis

ABSTRAK
Salah satu sumber daya terpenting bagi proses usaha di sebuah perusahaan terletak pada
persediaannya. Kerapihan saat menyusun dan mengatur jalannya persediaan barang adalah kunci
keberhasilan sebuah perusahaan dalam mendapatkan keuntungan yang optimal. Pengelolaan
persediaan barang harus memperhatikan dan mengatur kekurangan dan kelebihan persediaan saat
merencanakan persediaan tersebut karena didalamnya ada resiko dan ketidakpastiaan. Kelebihan
dan kekurangan persediaan sangat dipengaruhi oleh jumlah permintaan (demand) dari konsumen
yang tidak menentu dan cenderung fluktuatif. Untuk menghindari terjadinya ketidakpastian dari
jumlah persediaan, maka perusahaan perlu mempersiapkan persediaan barangnya dalam jumlah
yang aman (safety stock). Pada perusahaan besar, gudang sangat penting untuk kelancaran arus
barang di dalam perusahaan. Gudang adalah sebuah bangunan atau ruangan yang digunakan
untuk menyimpan semua bahan dari pabrik. Dalam sebuah gudang terdapat tiga kegiatan utama
yaitu proses penerimaan barang, proses penyimpanan barang, dan proses pendistribusian barang.
Kegiatan di gudang disebut pergudangan. Fungsi utama gudang adalah tempat penyimpanan
bahan-bahan mentah (raw material), barang setengah jadi (intermediate goods), maupun produk
yang telah jadi (finish goods).
Kata Kunci: Persediaan, Gudang

ABSTRACT
One of the most important resources for a company's business processes lies in its inventory.
Neatness when arranging and arranging the course of inventory of goods is the key to a
company's success in obtaining optimal profit. Inventory management should pay attention and
manage the shortage and oversupply when planning the inventory because there are risks and
uncertainties. Excess and lack of inventory is strongly influenced by the amount of demand
(demand) from consumers are erratic and tend to be volatile. To avoid uncertainty from the
amount of inventory, the company needs to prepare its inventory in a safe amount (safety stock).
In large companies, warehouses are essential for the smooth flow of goods within the company.
A warehouse is a building or room used to store all materials from a factory. In a warehouse
there are three main activities, namely the process of receiving goods, the process of storing
goods, and the process of distributing goods. Activities in warehouses are called warehousing.
The main function of the warehouse is the storage of raw materials (raw materials), semi-
finished goods (intermediate goods), and finished products (finish goods).
Keywords: Inventory, Warehouse
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Martani et.al (2016: 245) “Salah satu aset yang terpenting untuk suatu entitas,
entitas perusahaan ritel, manufaktur, ataupun jasa adalah persediaan”. Menurut Heizer dan
Render (2017:554), terdapat empat jenis persediaan yang harus diperhatikan oleh perusahaan,
yaitu:

a. Persediaan bahan mentah;


b. Persediaan barang dalam proses;
c. Persediaan MRO (Maintenance/ Repair/Operating);
d. Persediaan barang jadi.;

Salah satu sumber daya terpenting bagi proses usaha di sebuah perusahaan terletak pada
persediaannya. Kerapihan saat menyusun dan mengatur jalannya persediaan barang adalah kunci
keberhasilan sebuah perusahaan dalam mendapatkan keuntungan yang optimal (Murty, Jazuli,
dan Talitha, 2015). Persediaan juga merupakan salah satu set yang nilainya paling besar diantara
aset-aset yang lain, sehingga persediaan harusnya diperlakukan dengan sangat hati-hati. Oleh
sebab itu, perusahaan manufaktur maupun perusahaan dagang dalam mengelola persediaan
barangnya harus dengan baik dan tepat (Amirjabbari dan Bhuiyan, 2014). Pengelolaan
persediaan barang harus memperhatikan dan mengatur kekurangan dan kelebihan persediaan saat
merencanakan persediaan tersebut karena didalamnya ada resiko dan ketidakpastiaan. Kelebihan
dan kekurangan persediaan sangat dipengaruhi oleh jumlah permintaan (demand) dari konsumen
yang tidak menentu dan cenderung fluktuatif. Untuk menghindari terjadinya ketidakpastian dari
jumlah persediaan, maka perusahaan perlu mempersiapkan persediaan barangnya dalam jumlah
yang aman (safety stock) (Boulaksil, 2016).

Aktifitas perusahaan yang sangat penting untuk perkembangan perusahaan yaitu


persediaan barang. Umumnya perusahaan sering sekali membuat kesalahan saat proses
pencatatan data transaksi, baik itu transaksi pemesanan maupun transaksi penjualan barang, hal
ini menyebabkan perusahaan sulit dalam mengatur persediaan barangnya. Jika jenis barang pada
suatu perusahaan semakin bertambah banyak, maka akan muncul lagi permasalahan yaitu
masalah kecepatan, ketepatan dan keakuratan pada informasi persediaan barang. Ada beberapa
penyebab dari masalah tersebut antara lain saat mengolah data transaksi dimana pada hal itu
membutuhkan beberapa tahapan sehingga muncul kesalahan dalam pencatatan faktur hingga
laporan persediaan. Lalu individu yang melakukan pengolahan data transaksi hingga menjadi
informasi persediaan barang sering sekali menunda untuk melakukan update data di bagian
persediaan, sehingga untuk mengatasinya perusahaan memerlukan sebuah sistem informasi
persediaan barang yang tepat (Nugraha: 2009).

Dikarenakan persediaan termasuk dalam aset perusahaan, maka peranan dari


pengendalian internal untuk meningkatkan keamanan barang persediaan dimana persediaan
tersebut adalah harta perusahaan sangatlah penting, mengingat banyak sekali produk barang dan
juga barang tersebut sering keluar masuk gudang sehingga khawatir akan terjadi kehilangan atau
pencurian persediaan. Dalam hal persediaan barang juga rawan terjadi tindakan penggelapan
oleh individu, sehingga sistem pengendalian internal diperlukan untuk mencegah terjadinya
tindakan penggelapan oleh individu yang menangani persediaan barang (Tamodia 2013).

Persediaan dapat memiliki berbagai fungsi yang menambah fleksibilitas operasi


perusahaan. Keempat fungsi persediaan adalah sebagai berikut: Heizer dan Render (2017:553)

1. Untuk menyajikan pilihan barang agar dapat segera memenuhi permintaan pelanggan
yang dapat diantisipasi perusahaan dan juga menghindarkan perusahaan dari naik
turunnya permintaan pelanggan.
2. Agar tidak menggabungkan tahapan persediaan dengan proses produksi.
3. Agar perusahaan memperoleh potongan harga dari supplier karena membeli dalam
jumlah banyak dan bisa juga mengurangi biaya pengiriman barang.
4. Untuk menghindari terjadinya inflasi dan kenaikan harga secara tiba-tiba.

Menurut Siregar et.al (2013:445), beberapa alasan mengapa perusahaan harus


mengadakan persediaan adalah:

1. Agar biaya pemesanan dan biaya pemesanan seimbang.


2. Agar pelangga puas karena permintaannya di respon cepat dan dikirimkan tepat waktu.
3. Agar terhindar dari resiko kegagalan produksi.
4. Agar perusahaan memiliki cadangan terhadap proses produksi yang gagal.
5. Agar perusahaan mendapat diskon karena membeli barang produksi kepada supplier
dengan jumlah besar.

Biaya yang berkaitan dengan persediaan meliputi:

1. Biaya Penyimpanan Persediaan (Holding Cost);


2. Biaya Pemesanan Persediaan (Ordering Cost);
3. Biaya Pemasangan Persediaan (Setup Cost) Heizer dan Render (2017:559)

Ada dua sistem Pencatatan Persediaan Menurut Jusup (2011:346) yaitu sistem pencatatan
persediaan perpetual dan sistem pencatatan persediaan periodik. Lalu ada juga beberapa metode
yang dalam pengelolaan persediaan, yaitu:

1. Metode EOQ
Menurut Heizer dan Render (2017: 561), “model kuantitas pesanan ekonomis dasar
(economic order quantity-EOQ model) adalah salah satu teknik pengendalian persediaan
yang paling sering digunakan. Teknik ini relatif mudah digunakan, tetapi didasarkan pada
beberapa asumsi.
2. Metode JIT (Just InTime)
Menurut Siregar, et.al (2013: 449) JIT adalah pendekatan manufaktur yang memproduksi
barang berdasarkan permintaan yang sesungguhnya ada, bukannya berproduksi dengan
jadwal tetap berdasarkan pada proyeksi permintaan.
3. Metode MRP
Materials Requirement Planning (MRP) merupakan sebuah teknik permintaan terikat
yang menggunakan daftar kebutuhan bahan, persediaan, penerimaan yang diperkirakan,
dan jadwal produksi induk untuk menentukan kebutuhan material (Heizer dan Render,
2017: 641).

Pengelolaan persediaan barang merupakan upaya untuk menentukan tingkat persediaan


dan mengendalikannya secara efektif dan efisien. Dengan menerapkan metode yang benar dalam
pengelolaannya, maka biaya yang terkait dengan persediaan dapat diminimalkan, termasuk biaya
transportasi, biaya pemesanan, dan biaya persediaan produk penyimpanan. Sehingga dapat
mengoptimalkan keuntungan perusahaan. Menggunakan metode yang benar untuk menghitung
persediaan dapat meminimalkan terjadinya kekurangan atau kelebihan barang.
Pada perusahaan besar, gudang sangat penting untuk kelancaran arus barang di dalam
perusahaan. Gudang adalah sebuah bangunan atau ruangan yang digunakan untuk menyimpan
semua bahan dari pabrik. Dalam sebuah gudang terdapat tiga kegiatan utama yaitu proses
penerimaan barang, proses penyimpanan barang, dan proses pendistribusian barang. Kegiatan di
gudang disebut pergudangan. Fungsi utama gudang adalah tempat penyimpanan bahan-bahan
mentah (raw material), barang setengah jadi (intermediate goods), maupun produk yang telah
jadi (finish goods).
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

Metode adalah prosedur atau cara yang sistematis untuk mengetahui sesuatu. Menurut
Nazir (2003:84), “penelitian adalah sebuah proses sistematik yang dilakukan pada periode waktu
yang lama dan menggunakan metode ilmiah dan peraturan-peraturan yang berlaku”.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode eksploratif. Alasan untuk


mengadopsi metode ini adalah karena penulis masih belum jelas tentang situasi masalah di
tempat kejadian. Dengan menggunakan metode ini, penulis akan mencoba mengeksplorasi atau
mendeskripsikan apa yang terjadi, termasuk siapa, kapan, di mana, atau terkait dengan gejala
atau masalah sosial, termasuk pola, bentuk, ukuran, dan sebarannya. Arikunto (2006:7)
mengemukakan: “Metode eksploratif merupakan penelitian yang bermaksid agar menemukan
sebab-akibat dari terjadinya suatu masalah yang timbul”. Metode eksploratif menurut Irawan
(2000:59) adalah “metode yang dipakai oleh peneliti jika para peneliti tersebut belum
mengetahui secara pasti dan spesifik obyek yang akan diteliti”.

Metode-metode dibawah ini digunakan dalam proses pengumpulan data magang guna
menghasilkan laporan magang yang baik, antara lain:

1. Studi Lapangan (field research)


Studi lapangan adalah melakukan peninjauan ulang secara langsung untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan laporan magang. Studi lapangan
meliputi:
a. Metode Observasi (pengamatan)
Menurut Burhan Bunglin (2011:118) Observasi adalah “kegiatan sehari-hari
yang memanfaatkan panca indera mata manusia sebagai alat bantu utama dan panca
indera lainnya adalah sebagai pendukung”.
b. Metode interview
Menurut Burhan (2011:111) Wawancara adalah “Proses memperoleh
informasi untuk kepentingan penelitian melalui tanya jawab tatap muka antara
pewawancara dengan yang diwawancarai atau yang diwawancarai, terlepas dari
apakah pedoman wawancara digunakan atau tidak, pewawancara dan yang
diwawancarai berpartisipasi dalam kehidupan sosial untuk waktu yang relatif lama”.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan aktivitas mengumpulkan bahan-bahan secara tertulis
yaitu berupa data mengenai persediaan atau stock di gudang.

2. Studi kepustakaan (library research)


Penelitian pustaka adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mempelajari serta
mengumpulkan teori-teori yang relevan dengan materi pembahasan yaitu persediaan atau
stock di gudang guna dijadikan dasar dalam melakukan penilaian dari perbandingan dari
penelitian yang telah dilakukan pada instansi yang bersangkutan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Gudang berperan penting dalam keberhasilan perusahaan untuk mencapai tujuannya.


Aktivitas di gudang juga harus didukung oleh kegiatan dalam pergudangan yang baik, yaitu
dimulai dari proses menerima barang, menyimpan barang, merawat barang, mencatat persediaan
hingga barang keluar gudang untuk dikirim ke pelanggan. Selain itu juga perlu adanya sistem
informasi pegudangan untuk memfasilitasi dan membantu untuk mengelola barang-barang yang
ada di dalam gudang. Dengan adanya informasi yang baik, diharapkan kegiatan yang terjadi di
dalam gudang dapat berjalan dengan lancar.

Tata ruang dari gudang untuk mendukung kecepatan arus barang dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Arus Garis Lurus


Arus garis lurus adalah tata letak gudang tempat barang ditempatkan dalam mode garis
lurus, di mana masuk dan keluar barang akan melewati pintu yang berbeda dan terletak di
sisi yang berbeda dalam arah yang berlawanan, seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1: Arus Garis Lurus


2. Arus Huruf U
Arus huruf U adalah tata letak gudang menempatkan barang dalam urutan huruf U, dan
barang masuk dan keluar melalui pintu yang berbeda yang terletak di sisi yang sama,
seperti terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2: Arus Huruf U

3. Arus Huruf L
Arus huruf L adalah tata letak ruang gudang menempatkan barang dalam urutan huruf L.
Aliran masuk dan keluar barang akan melewati pintu yang berbeda pada sisi yang sama,
namun jarak antara kedua pintu tersebut relatif lebih jauh., seperti terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Arus Huruf L

Penyimpanan barang di gudang dikelola dan diatur sesuai dengan kebijakan yang telah
ditetapkan perusahaan. Ada empat cara untuk menyesuaikan lokasi penyimpanan barang, antara
lain:

1. Metode penyimpanan acak (Random Storage)


Yaitu menyimpan item di setiap lokasi yang tersedia, di mana setiap item memiliki
probabilitas rata-rata di setiap lokasi. Penyimpanan barang hanya melihat dari jarak yang
paling dekat dengan ruang penyimpanan dan menggunakan metode First in First Out
(FIFO). Kelebihan dari metode ini adalah semua lokasi penyimpanan dapat digunakan
untuk semua jenis barang. Kekurangannya adalah cara penempatan barang menjadi
kurang rapi dan kurang memperhatikan karakter dari barang tersebut atau faktor lainnya.
2. Metode penyimpanan tetap (Dedicated Storage)
Yaitu menyimpan barang tidak di sembarang tempat karena melihat karakteristik dari
barang tersebut. Karakteristik yang dimaksud adalah berat dan bentuk serta jaminan
keamanan setiap barang tidak sama satu dengan yang lain. Kelebihan dari metode ini
adalah keteraturan dalam menyimpan barang dan barang lebih terorganisir. Kekurangan
dari metode ini adalah untuk menyimpan barang diperlukan ruang yang cukup luas
karena karakteristik masing-masing barang tersebut.
3. Metode Class Based Storage
Metode ini merupakan perpaduan antara Random Storage dan Dedicated Storage.
Metode ini membagi setiap produk yang ada menjadi tiga, empat atau lima kategori
sesuai dengan kesamaan bahan atau material, sehingga tata letak tempat dapat dirancang
lebih fleksibel, karena kategori akan ditempatkan di gudang di masa depan. lokasi. Setiap
kategori dapat diisi secara acak dengan beberapa jenis barang yang diklasifikasikan
menurut jenis dan karakteristik barangnya.
4. Metode Shared Storage
Kebutuhan ruang untuk metode ini adalah antara kebutuhan ruang untuk penyimpanan
acak dan penyimpanan khusus, tergantung pada jumlah informasi yang tersedia tentang
tingkat persediaan dalam periode waktu tertentu. Metode ini lebih cocok jika ada banyak
variasi produk yang disimpan dan permintaannya relatif konstan.

Terdapat tiga operasi utama yang terjadi di dalam Gudang (Enrico, & Felecia,2015),
yaitu:

1. Perpindahan barang, dibagi menjadi tiga bagian yaitu:


a. Penerimaan (receiving)
Penerimaan merupakan kegiatan dari penerimaan barang persediaan, mulai dari
pembongkaran, pemeriksaan kualitas dan kuantitas serta segala kegiatan yang
berhubungan dengan proses penerimaan barang di gudang.
b. Penyimpanan barang (put away)
Penyimpanan barang adalah kegiatan pemindahan barang dari tempat penerimaan
menuju ke gudang penyimpanan (storage). Penyimpanan barang merupakan kegiatan
mengeluarkan barang dari penyimpanan ke tempat produksi.
c. Pengiriman (shipping)
Pengiriman merupakan kegiatan mengirimkan barang mulai dari membuat faktur
hingga barang dikirim ke pelanggan.
2. Penyimpanan Barang (storage)
Penyimpanan barang merupakan kegiatan menyimpan barang, termasuk barang bahan
baku maupun barang hasil produksi ke dalam gudang.
3. Perpindahan Informasi
Perpindahan informasi merupakan kegiatan perpindahan informasi, termasuk didalamnya
informasi untuk keperluan internal gudang sendiri maupun informasi untuk diberikan
kepada pihak di luar Gudang (Ahyari, 1990).

Sistem pengendalian persediaan yang tepat akan sangat menguntungkan perusahaan


dalam melakukan kegiatan operasional serta melancarkan proses operasi perusahaan (Singh &
Singh, 2015). Melakukan organisasi pada persediaan sangat penting untuk dilakukan agar
menghindari kerja yang tidak efisien dan tidak teratur. Dalam melakukan pengorganisasian
persediaan diperlukan adanya sistem pengendalian dan pencatatan persediaaan, hal itu
dikarenakan akan mempengaruhi proses produksi dan laporan keuangan perusahaan (Wambua et
al., 2015).

Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam manajemen persediaan antara lain:

1. Biaya
Dalam manajemen persediaan terdapat unsur-unsur biaya, yaitu:
a. Biaya penyimpanan persediaan (holding cost atau carrying cost) yaitu biaya yang
terdiri dari biaya-biaya yang bermacam-macam dan berhubungan langsung dengan
jumlah persediaan.
b. Biaya pemesanan atau pembelian persediaan (ordering cost atau procurement cost).
c. Biaya penyiapan persediaan (manufacturing) atau set-up cost. Perusahaan
mengeluarkan biaya penyiapan jika akan memproduksi komponen barang tertentu.
d. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan persediaan (shortage costs) adalah biaya
yang muncul akibat dari permintaan akan persediaan bahan tidak mencukupi.

2. Sumber Daya Manusia (SDM)


Saat menerapkan sistem manajemen persediaan, sumber daya manusia dituntut
untuk bertanggung jawab atas kelangsungan pengelolaan persediaan, yang akan
mempengaruhi kelangsungan proses produksi. Seperti yang dikutip oleh Sri Mulyani dari
Sistem Akuntansi (Mulyadi, 2001) “Sistem pengendalian internal meliputi struktur
organisasi, metode, ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan
organisasi, kroscek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan
mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Kebutuhan akan sumber daya manusia harus disesuaikan dengan tugas dan
tanggung jawab di perusahaan. Direktur adalah penentu kebijakan dalam kebutuhan
sumber daya manusia. Setiap perusahaan akan berbeda dalam menyikapi kebutuhan
perusahaan terkait sumber daya manusia karena terkait jenis dari perusahaan tersebut.

3. Pola Manajemen
Menurut Agus Ristono, 2008 dalam Manajemen Persediaan: Pola manajemen,
merupakan refleksi dari kebijakan manajemen perusahaan yang dijabarkan pada sistem
pengiriman, metode pembayaran, pencatatan biaya-biaya dan lainnya. Ada beberapa pola
manajemen yang terkait dengan pengaplikasian manajemen persediaan antara lain:
a. Perhitungan data untuk keperluan kebutuhan di masa yang akan datang;
b. Melakukan penjadwalan proyek;
c. Kebijakan untuk menentukan stock dan buffer;
d. Melakukan penjadwalan untuk melakukan pemesanan barang;
e. Melakukan koordinasi dengan satu divisi dan divisi lain.

4. Teknologi Pendukung
Peranan teknologi merupakan suatu strategi kompetitif dalam dunia industri seperti yang
dikutip dalam Jurnal Akuntansi Biaya, Michael Porter dalam Watanabe, 2001: “kekuatan
teknologi sebagai variabel kompetitif terletak pada kemampuannya untuk mengubah
persaingan melalui perubahan struktur industri.”. Teknologi pendukung berguna untuk
mendukung sebuah sistem kerja yang akan menguntungkan pengguna teknologi tersebut.

Sistem pengendalian dan pencatatan persediaan, termasuk sistem yang berhubungan


dengan jenis persediaan, jumlah persediaan, dan lokasi persediaan. Sistem pengendalian dan
pencatatan persediaan merupakan bagian dari manajemen gudang. Pelaksanaan pengelolaan ini
merupakan proses standarisasi barang masuk dan barang keluar. Proses ini dilakukan di gudang
dengan catatan administrasi tertentu (Kusuma dkk., 2017). Manajemen gudang bertujuan untuk
menangani kegiatan pergudangan yang akan mempengaruhi seluruh proses produksi. Manajemen
gudang yang dikelola dengan baik akan meningkatkan efisiensi penanganan material atau
material handling di gudang (Azizi et al., 2018).

Dengan adanya kemajuan di bidang teknologi maka pengaturan bahan dan persediaan di
gudang akan semakin efektif dan efisien (Ogbo et al., 2014). Kegiatan di manajemen
pergudangan yang banyak, akan bertambah rumit jika kegiatan itu dilakukan secara manual.
Dampak dari pencatatan manual adalah mungkin terdapat kualitas yang buruk dan informasi
yang tidak tepat waktu, sehingga terjadi penyimpangan dalam penilaian persediaan (Chow et al.,
2016). Pesatnya perkembangan di bidang teknologi menjadi solusi kemudahan bagi perusahaan
untuk mengakses dan mengontrol segala kegiatan di dalam pergudangan, yaitu dengan cara
menggunakan sistem di pergudangan yang terkomputerisasi dan bisa mengerjakan dan mengolah
data secara efektif dan akurat (Alyahya et al., 2016).

Tujuan dari adanya manajemen persediaan adalah untuk memberikan keuntungan bagi
perusahaan. Manfaat jika menerapkan manajemen persediaan antara lain:

1. Memanfaatkan Diskon Kuantitas;


2. Menghindari kekurangan bahan (out of stock);
3. Manfaat pemasaran;
4. Spekulasi terhadap kenaikan harga beli;
5. Kepuasan konsumen;
6. Kontinuitas produksi.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Salah satu sumber daya terpenting bagi proses usaha di sebuah perusahaan terletak pada
persediaannya. Kerapihan saat menyusun dan mengatur jalannya persediaan barang adalah kunci
keberhasilan sebuah perusahaan dalam mendapatkan keuntungan yang optimal. Persediaan juga
merupakan salah satu set yang nilainya paling besar diantara aset-aset yang lain, sehingga
persediaan harusnya diperlakukan dengan sangat hati-hati. Oleh sebab itu, perusahaan
manufaktur maupun perusahaan dagang dalam mengelola persediaan barangnya harus dengan
baik dan tepat.

Sistem pengendalian persediaan yang tepat akan sangat menguntungkan perusahaan


dalam melakukan kegiatan operasional serta melancarkan proses operasi perusahaan (Singh &
Singh, 2015). Melakukan organisasi pada persediaan sangat penting untuk dilakukan agar
menghindari kerja yang tidak efisien dan tidak teratur. Dalam melakukan pengorganisasian
persediaan diperlukan adanya sistem pengendalian dan pencatatan persediaaan, hal itu
dikarenakan akan mempengaruhi proses produksi dan laporan keuangan perusahaan (Wambua et
al., 2015).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka penulis akan memberikan
saran untuk perbaikan yang mungkin dapat bermanfaat bagi perusahaan, yaitu:

1. Meningkatkan dan mengembangkan sistem persediaan di gudang perusahaan.


2. Memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada, seperti mengembangkan sistem
informasi pergudangan.
3. Memberikan pelatihan pada sumber daya manusia di perusahaan khususnya yang
bertugas di gudang.
DAFTAR PUSTAKA

Dewanti, Trivoni. Manajemen Persediaan Pada Perusahaan Baja Ringan Di Yogyakarta Studi
Kasus CV. Segitiga Yogyakarta.
Putri, Hana Silvia Dwi & Sekti Agus Pamungkas. (2020). Perbaikan Selisish Stock Gudang SMT
PT SDI pada Sistem ERP Microsoft Dyanmics AX Menggunakan Metode Fishbone.
Jurnal Jaring SainTek (JJST), Vol.2, No.2, Hal: 25-33.
AR, Khorida & Wiwin Septiana. Analisis Perencanaan Dan Pengendalian Persediaan Barang
Jadi Pada PT. Pardic Jaya Chemicals.
Basuki & M. Hudori. (2016). Implementasi Penempatan dan Penyusunan Barang di Gudang
Finished Goods Menggunakan Metode Class Based Storage. Industrial Engineering
Journal Vol. 5, No. 2, Hal: 11-16.
Putri, I Gusti Ayu Putu Arika & I Nyoman Nurcaya. (2019). Penerapan Warehouse Management
System Pada PT. Uniplastindo Interbuana Bali. E-Jurnal Manajemen, Vol. 8, No. 12, Hal:
7216-7238.
Yusuf, Nurmaliana & Yevita Nuryanti. (2018). Analisis Pergudangan Di Bagian Gudang Barang
Jadi (Finishgoods) PT Nipress Tbk Cileungsi Bogor. Jurnal Manajemen Industri Dan
Logistik, Vol. 1, No. 1.
Pitoy, Herry Williams Waraney, et, al. (2020). Jurnal EMBA, Vol. 8, No. 3, Hal: 252 – 260.
Listiani, Anggy & Sulistya Dewi Wahyuningsih. (2019). Jurnal PETA, Vol. 4, No. 1, Hal: 95-
103.
Sari, Ani Oktarini & Elan Nuari. (2017). Rancang Bangun Sistem Informasi Persediaan Barang
Berbasis Web Dengan Metode Fast (Framework for The Applications). Jurnal PILAR
Nusa Mandiri Vol. 13, No. 2.
Fauziah, Siti & Ratnawati. (2018). Penerapan Metode FIFO Pada Sistem Informasi Persediaan
Barang. Jurnal Teknik Komputer, Vol. 4, No. 1.
SM, Chusminah, dkk. (2019). Efektifitas Pengelolaan Persediaan Barang Dengan Sistem Safety
Stock Pada PT X Di Jakarta. Economic Resources Journal, Vol. 2, No. 1.

Anda mungkin juga menyukai