1. PENDAHULUAN
Istilah earning management atau manajemen laba mungkin merupakan istilah yang sudah biasa
didengar oleh para pemerhati manajemen dan akuntansi, baik praktisi maupun akademisi. Terdapat
beberapa istilah umum (common label) yang sering digunakan oleh para praktisi dan kalangan bisnis
tentang earnings management, antara lain creative accounting practices, income smoothing, income
manipulation, aggressive accounting, financial numbers game dan masih banyak istilah lainnya yang
dapat digunakan secara bergantian. Istilah terakhir yang banyak digunakan dikalangan pasar modal
di America (US SEC) adalah financial shenanigans, yaitu earnings management yang kadarnya mulai
dari tingkatan sopan dan tidak berbahaya (benign) sampai dengan tingkatan kotor (penipuan) dan
membahayakan publik atau lebih dikenal dengan istilah fraudulent financial statement (Howart
Schilit, 2002).
Pada dasarnya earnings management memiliki beberapa definisi atau pengertian tersendiri
antara lain:
Menurut Scott (2000): Earnings management is the choice by a manager of accounting
policies so as to achieve some specific objectives. Karena manajemen dapat memilih
kebijakan akuntansi dari berbagai pilihan kebijakan maka wajar jika manajemen akan
memilih kebijakan akuntansi untuk memaksimalkan utiliy -nya dan/ atau memaksimalkan
nilai perusahaan (valu of the firm)
Menurut SEC dalam annual report reportnya tahun 1999, mengatakan : During 1999 we
focused on financial reporting problem attributable to abusive earnings management by
public companies. Abusive earnings management involves the use of various forms of
gimmickry to distort a company’s true financial performance in order to achieve a desired
result (Washington DC, SEC, 1999 dalam C Mulford and E Commiskey, 2002)
Menurut C Mulford and E Commiskey (2002): Earnings management is the active
manipulation of accounting results for the purpose of creating an altered impression of
business performance.
Sementara itu menurut penelitian Healy dan Wahlen, earnings management adalah upaya-upaya
yang dilakukan oleh manajemen untuk menaikkan ataupun menurunkan laba perusahaan, namun tidak
mempengaruhi tingkat profitabiltas perusahaan dalam jangka panjang. Earnings management terjadi
apabila manajemen menggunakan judgment- nya dalam menyusun laporan keuangan sehingga dapat
menyesatkan stakeholders dalam menilai kinerja perusahaan. Selanjutnya, earnings management juga
ditujukan untuk mempengaruhi contractual outcomes yang mendasarkan pada laporan keuangan
(Healy and Wahlen, 1999)
d. Perpajakan (TAXATION)
Aspek perpajakan merupakan motivasi yang paling jelas untuk melakukan earnings
management. Manajemen berupaya mengatur laba untuk memperoleh tax saving.
Meskipun demikian otoritas apajak cenderung untuk menerapkan aturan akuntansi mereka
dalam perhitungan pendapatan kena pajak sehingga mengurangi ruang bagi perusahaan
untuk melakukan earnings management.
e. Pergantian Management (CEO)
Motivasi earnings management juga terjadi pada saat perhentian atau penggantian CEO.
Para CEO yang akan berhenti bekerja (pension) memiliki insentif untuk meningkatkan laba
yang dilaporkan guna memaksimalkan bonus terakhirnya. Sedangkan bagi CEO yang
memiliki kinerja buruk berusaha melakukan earnings management dengan meningkatkan
laba agar mencegah atau menunda untuk diberhentikan. Alternatif lainnya adalah dengan
melakukan pembebanan yang besar (taking a bath) untuk meningkatkan kemungkinan laba
dimasa mendatang pada saat CEO tersebut menjabat. Motivasi ini juga berlaku untuk CEO
baru, khususnya bila write – off dalam jumlah yang besar dan dapat dilakukan dengan
menyalahkan CEO sebelumnya.
g. Regulatory motivations
Beberapa industri yang terikat dengan peraturan pengawasan yang ketat seperti bank dan
asuransi seperti pemenuhan Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Solvency Margin Ratio (RBC)
dapat menciptakan insentif bagi manajemen untuk malakukan earnings management demi
kepentingan pihak regulator. Penelitian dari Beavers dan Engel; Ahmed, Takeda dan Shawn
serta Betty dan Petrony ditemukan adanya indikasi bahwa manajemen bank melakukan
praktek earnings management dalam rangka pemenuhan terhadap peraturan (regulator)
dan investor.
Berdasarkan penelitian – penelitian yang telah dilakukan tersebut, terbukti bahwa manajemen
melakukan earnings management karena adanya motivasi yang lebih bersifat opportunistic
dibandingkan dengan alasan efficiency. Pada dasarnya rewards yang diperoleh oleh manajemen dengan
melakukan earnings management adalah harga saham perusahaan yang semakin baik (share price
effects), biaya modal yang lebih rendah (borrowing cost effect), manajemen insentif yang tinggi (bonus
plan effect) dan biaya yang lebih rendah (political cost effect). Keempat pengaruh tersebut dapat secara
rinci dijelaskan dibawah ini (C Mulford and E Commiskey (2002)
b. Income Minimization
Pola ini hampir sama dengan taking a bath namun tidak dilaksanakan secara ekstrim dan
dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi yang mempunyai dampak mengurangi
laba (income decresing)
c. Income Maximization
Pola ini dilakukan untuk tujuan memperoleh bonus, compensations dan juga digunakan
perusahaan yang mendekati pelanggran debt covenants (Scott, 2003). Pola ini dapat
dilakukan dengan melakukan creative acquisition accounting yaitu perusahaan pengakuisisi
mengklasifikasikan sebagian harga beli sebagai in – process research and development yang
kemudian segera dihapuskan sehinga mengurangi biaya amortisasi harga beli sehingga laba
di masa datang akan meningkat (Levitt, dalam The Financial Numbers Game by C Mulford
and E Commiskey, 2002)
d. Income smoothing
Manajer memiliki insentif melakukan earnings management sehingga tetap berada antara
bogey dan cap. Jika manajer risk averse, mereka lebih suka aliran bonus yang konstan
sehingga mereka meratakan laba perusahaan (Healy, 1985 dan Scott, 2003)
g. Revenue Recognition
Perusahaan mengakui pendapatan secara premature. Penjualan periode dimasa datang
diakui sebagai penjualan pada periode berjalan dan atau menggeser biaya penjualan
periode berjalan ke periode mendatang untuk menghasilkan laba yang dilaporkan pada
tahun berjalan yang lebih tinggi dan melakukan hal sebaliknya, jika ingin menurunkan laba
yang akan dilaporkan.
Shenanigan No. 2
Recording Bogus Revenue
Recording sales that lack economic substance
Recording cash received in lending transactions as revenue.
Recording investment income as revenue.
Recording as revenue supplier rebates tied to future required purchases.
Releasing revenue that was improperly held back before a merger
Shenanigan No. 3
Boosting income with One – Times Gains
Boosting profits by selling undervalued assets
Including investment income or gains as part of revenue.
Reporting investment income or gains as a reduction in operating expenses.
Creating income by reclassification of balance sheet accounts.
Shenanigan No. 4
Shifting Current Expenses to a Later or Earlier Period Boosting profits by selling undervalued
assets.
Capitalizing normal operating costs, particularly if recently changed from expensing
Changing accounting policies and shifting current expenses to an earlier period.
Amortizing cost too slowly
Failing to write down or write off impaired assets.
Reducing assets reserves.
Shenanigan No. 5
Failing to Record or improperly Reducing Liabilities.
Failing to record expense and related liabilities when the future obligations remains.
Reducing liabilities by changing accounting assumptions
Releasing questionable reserves into income
Creating sham rebates
Recording revenue when cash is received, even though fuhire obligations remain
Shenanigan No. 6
Shifting current revenue to a later Period .
Creating reserves and releasing them into income in a later period.
Improperly holding back revenue just before an acquisition closes.
Shenanigan No. 7
Shifting Future Expenses to the. Current period as a Special Charge.
Improperly inflating amount included in a special charge.
Improperly writing off in – process R&D from an acquition.
Dari ketigapuluh teknik earnings management (shenanigans) tersebut diatas pada dasarnya
dapat juga dikategorikan menjadi lima fenomena dasar (C Mulford and E Commiskey, 2002),
yaitu :
Hasil riset akuntansi didunia menunjukkan bahwa biasanya earnings management dilakukan
bersamaan dengan adanya restrukturisasi usaha atau adanya pergantian manejemen yang
dilakukan oleh perusahaan. Sedangkan akun dalam laporan keuangan yang paling sering
dijadikan obyek untuk melakukan earnings management adalah persediaan (inventory),
kewajiban (terutama aspek yang terkait dengan discretionary accrual) dan pengakuan
pendapatan (revenue recognition)
Penelitian akuntansi juga menunjukkan bahwa earnings management biasanya dilakukan pada
kuartal 4 (Q 4) dalam periode pelaporan (reporting period) dan biasanya dilakukan bersamaan
dengan restrukturisasi perusahaan. Para akuntan harus lebih peka dan hati – hati dengan
beberapa istilah dalam, bisnis yang terkait dengan huruf “ R” seperti Retructuring, Realign,
Redeploy, Reconfigure, Resize, Right Size, Rationalite, Reposition, Reingineer dan Reorganize.
Adelphia
Adanya kemungkinan tidak mengungkapkan hutang sebesar US$ 3,1 Milyar dan jaminan
kepada keluarga pendirinya secara memadai.
Computer Associates
Adanya kemungkinan menggelembungkan pendapatan yang fiktif dan memberikan
imbalan jasa kepada top executive secara tidak memadai.
Dynergy
Adanya kemungkinan menggunakan transaksi “ Project Alpha”nya untuk memangkas
pajak dan meningkatkan cash flow seacra fiktif.
Enron
Diakui telah menggelembungkan laba (earnings) secara tidak layak dan
menyembunyikan hutang melalui bisnis partnership.
Global Crossing
Adanya kemungkinan menjual kapasitas telekom untuk menggelembungkan
pendapatan kas tahun 2001 seacra fiktif.
Qwest Comminications
Adanya kemungkinan menggelembungkan pendapatan tahun 2000 dan 2001 melalui
swaps dan penjualan peralatan (equipment)
Tyco International
Adanya kemungkinan menciptakan cadangan “cookie jar” yang seharusnya digunakan
untuk menutup beban merger tetapi digunakan untuk menggelembungkan laba
(keuntungan) dan adanya kemungkinan untuk mengatur keuntungan atas akuisisi
dengan cara mempercepat pengeluaran –pengeluaran pre merger.
Worldcom
Kemungkinan pemakaian metode yang dipertanyakan dalam membukukan penjualan,
pengelompokkkan aktiva dan piutang yang tidak tertagih.
Xerox
Didenda US$ 10 juta tanpa mengakui atau menyangkal kesalahannya untuk
menggelembungkan pendapatan dan laba dari tahun 1997 sampai 2000 dengan
mengakui pendapatan atas kontrak – kontrak yang penerimaannya dimasa mendatang.
Royal Ahold
Melakukan pervasive earning management terhadap laporan keuangan yang dilaporkan
kepada SEC.
Kasus – kasus tersebut diatas hanya merupakan contoh dari sebagian kasus yang ada didunia
yang terungkap dan masing – masing banyak lagi kasus – kasus lain yang karena kepandaian
manajemen tidak dapat terdeteksi kepermukaan.
Riset akuntansi yang dilakukan oleh Daniel L Kohen (University of Southern California) dan
Thomas Z Lys (Kellog School Management diprediksi mengalami peningkatan walaupun Sarbanes
Oxley Act tahun 2002 telah berlalu efektif.
Tidak ada satu auditor pun didunia yang dapat melaksanakan fungsi auditnya.
Tidak ada satu bursa efek didunia yang dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Tidak ada satupun badan pengawas (Bapepam, SEC, OJK, FSA, dsb) dapat menjalankan
pengawasan.
IAI KAP secara khusus telah mengeluarkan Pernyataan Standar Audir (PSA) yang secara khusus
mengatur mengenai pertimbangan kecurangan dalam laporan keuangan dan tindakan
pelanggaran hukum yang dilakukan oleh klien, yaitu :
a. SA Seksi 316 – PSA No. 70 tentang pertimbangan atas kecurangan dalam audit laporan
keuangan.
b. SA Seksi 317 – PSA No. 31 tentang unsure tindakan pelanggaran hokum oleh klien.
Kedua PSA itu secara khusus mengatur mengenai langkah-langkah yang perlu ditempuh oleh
auditor apabila menemukan adanya indikasi pelanggaran hokum, ataupun kecurangan yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan seperti :
Mengingat hal - hal tersebut bersifat sensistif maka auditor perlu secara hati – hati dalam
melaporkan unsur pelanggaran hukum dan kecurangan yang dilakukan oleh kliennya dan
disarankan untuk berkomunikasi dengan konsultan hokum terlebih dahulu.
Keempat hal tersebut diatas hanya dapat dilaksanakan jika semua pihak seperti pemerintah (rules
maker), penegak hukum, internal dan independent auditors, dewan komisaris, audit komite dan
pihak – pihak lain yang terkait dapat menjalankan fungsinya secara memadai. Dari sisi manajemen
perusahaan (BOD) perlu memiliki etika dan integritas yang baik dalam menjalankan tugasnya.
***************
BAHAN REFERENSI
Anne L Beatty, and Kathy R Petroni: Earning Management to Avoid Earnings Decline Across
Publicy and Privately Held Banks, The Accounting REvies, Vol. 77, 2002
Anwer S Ahmed, Carolyn Takeda, Shawn Thomas : Bank Loan Loss Provisions: A Reexamintaion
of Capital management, Earning Management, and Signaling Effect, Journal of Accounting and
Economics, No. 28, 1999
Abody David, KAszink, Ron and William Michael: Purchase versus pooling in stock acquisitions :
Whydo firms care, Journal of Accounting and Economics 29 (2000) page 261 – 286.
Arnawa I Gede dan Ludovicus Sensi W (pembimbing), Analisa Indikasi Manajemen Laba Melalui
Discretonary Allowance for Loan Losses pada Perbankan Pasca Rekapitulasi, Karya Akhir Program
MAKSU UI, Tahun 2006.
Betty, Anne, Ramesh K and Weber Joseph : The importance of accounting changes in debt
contracts; the cost of flexibility in covenant calculation. Journal of Accounting and Economics 33
(2002) page 205 – 227.
Beaver, William H and Angel, Ellen E : Discretionary Behavior with Respect to Allowance for Loan
Losses and the Behavior of Security Prices, Journal of Accounting and Economics 22, 1996.
Cheng Qiang and Warfield Terry D : Equity incentive and Earning Management : The Accounting
Review Vo. 80. No. 2,2005 page 441 – 476.
Defond, ML and J Jiambalvo, 1994, Debt Covenant Violation and manipulation of accruals,
Journal of Accounting and Economics, Januari, Page 145-175.
Feliana Yie Ked an Soetiono Moechtar Hendra, identifikasi adanya manajemen laba pada
laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan yang melakukan penawaran saham perdana
(Initial Public Offering), Majalah Akuntansi dan Teknologi Volume 4, Fakultas Ekonomi Universitas
Surabaya, Tanggal 1 Mei 2005.
Gaver, JJ, KM Gaver and JR Autin, 1995, Additional Evidence on bunus plan income
management, Journal of Accounting and Economics, Volume 19 page 3-28.
Gumati, Tatang Ari, 2001, Earnings Management Dalam Penawaran Saham Perdana di Bursa
Efek Jakarta, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.
Healy, PM, 1985, The Effect bonus schemes on accounting decision, Journal of Accounting and
Economics, June Page 119 – 142.
Healy, Paul M & Wahlen James M: Commentary : A review of The Earnings Management
Literature and its Implications for Standard Setting, Accounting Horison, December 1999, Page 365 –
383.
Han and Wang : Political cost and earnings management of oil companies during the 1990
Persian Gulf Crisis, Journal of Accounting and Economics, 1998.
Jones, J, 1991, Earning Management during impor relief investigations, Journal of Accounting
Research, Autumn, Page 193-228.
Mulford, Charles W and Comskey, Eugene E, The Financial Number Game, Detecting Creative
Accounting Practices, John Willey & Son, Inc, 2002.
Prakarsa, Wahyudi (1996) : Peningkatan dan Pemantapan Peran Posisi Profesi Akuntansi dalam
Lingkungan yang Berubah, Konvensi Nasional Akuntansi, Semarang, 12 – 13 September 1996.
Riedl J Edward, Harvard Business School, (2004), An Examination of Long Lived Asset
Impairment, The Accounting Review, Vol 79, No. 3, 2004, Page 823 – 852.
Schilit Howard, Financial Shenanigans, How to Detect Accounting Gimmics & Fraud in Financial
Report, Mc Graw Hill, 2nd Edition, 2002.
Scott, WR, 2003, Financial Accounting Theory, 3rd Edition, Prentice Hall.
Watts, R,L and Zimmerman, JL (1986), Positive Accounting Theory, New York, Prentice Hall.