OLEH
SHAKILA
NIM. 192101021
0
BAB I
PENDAHULUAN
Disease (COVID-19) di Indonesia. Wabah virus ini awalnya ditemukan pada akhir
tahun 2019 di Wuhan, China.Saking cepatnya penyebaran virus ini, banyak orang dari
negara lain, termasuk Indonesia, yang terjangkit.Pada 2 Maret 2020, kasus pertama
urutan ke-20 dunia dalam hal kasus positif virus corona, dengan 1.534.255 kasus
terkonfirmasi dan 41.669 kematian. (JHU CSSE COVID19). Karena wabah Covid-19
yang begitu cepat menyebar, pemerintah telah melakukan sejumlah langkah untuk
rana pendidikan dilakukan secara daring, serta menerapkan work from home sampai
tubuh pada manusia sehingga tidak mudah terjangkit oleh virus tersebut.
yang terkena dampak besar dari pandemi COVID-19, pada umumnya dampak yang
1
dialami perusahaan transportasi adalah menurunnya jumlah penumpang yang
awal bulan januari 2020 jasa transportasi penerbangan telah membatasi penerbangan
pesawat adalah sebesar 45% pada jenis peumpang internasional dan penurunan 44%
dihitung pada empat bandara besar di Indonesia yaitu dari Bandara Kualanamu
Medan, Bandara Soekarno Hatta Tangerang, Bandara Juanda Surabaya, dan Bandara
Ngurah Rai Bali. Penurunan jumlah penumpang pesawat tentunya berdampak pula
pada penurunan pendapatan serta terjadinya kerugian tidak dapat dihindari oleh
yang dilakukan sejumlah daerah demi mempersempit penyebaran wabah virus corona
satunya adalah PT Garuda Indonesia dengan kerugian hingga mencapai 15,21 Triliun
pada triwulan III 2020, Angka tersebut berbanding terbalik dengan capaian periode
yang sama pada tahun sebelumnya yaitu dengan perolehan laba bersih sebesar
2
US$122,42 juta atau sekitar 1,7 Triliun Rupiah. Menurut pengakuan Fuad Rizal
selaku direktur keuangan dan manajemen risiko PT Garuda Indonesia, kerugian yang
ini disebabkan oleh turunnya pendapatan dari penerbangan berjadwal sebagai imbas
industri penerbangan menjadi tidak setabil dan terancam bangkrut. Berdasarkan latar
belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam
Covid-19 ternyata tidak bisa dihindari oleh PT. Garuda Indonesia Tbk. Mulai dari
pemangkasan 1.691 karyawan (Uly, 2021), gaji karyawan yang menunggak sebesar
Rp. 327,93 milliar (Sahara, 2021),sampai kerugian yang dialami pada tahun 2020
sebesar Rp. 35,58 triliun, kerugian ini meningkat sebesar 61,74% dari kerugian PT.
Garuda Indonesia Tbk. pada tahun 2019 yang tercatat sebesar Rp. 564 miliar (Uly,
2021). Masalah-masalah tersebut merupakan imbas yang cukup memukul PT. Garuda
Indonesia.
3
PT. Garuda Indonesia Tbk
Ikhtisar Keuangan
Periode 2019 - 2021
Kas dan Total Utang
Tahun Aset Lancar Utang Lancar Total Aset Total Ekuitas Rugi
Setara Kas Jangka Panjang
perusahaan dari tahun 2019, 2020, hingga 2020 yang memberikan gambaran terhadap
perubahan posisi keuangan PT. Garuda Indonesia Tbk pada tahun-tahun tesebut.
Setiap tahun terlihat naik turunnya jumlah baik aset lancar, utang lancar, kas dan
setara kas, total aset, total ekuitas, dan total utang jangka panjang. Namun untuk
penurunan dari tahun ke tahun. Rugi perusahaan tahun 2019 sebesar Rp. 44.567.515
(dalam jutaan rupiah) mengalami penurunan drastis pada tahun 2019 sebesar Rp.
rupiah). Kemudian pada tahun 2020 perusahaan PT. Garuda Indonesia juga
mengalami penurunan sebesar Rp. 1.697.371.419 (dalam jutaan rupiah) menjadi Rp.
cukup untuk menjelaskan perubahan kinerja perusahaan disetiap tahunnya. Maka dari
itu, diperlukan analisis yang lebih spesifik agar dapat diperoleh sebuah gambaran
yang lebih jelas tentang peningkatan maupun penurunan kinerja perusahaan disetiap
4
diperlukan adanya ukuran tertentu. Ukuran tersebut yang sering digunakan dalam
terhadap intensitas perputaran asset dan terhadap efektivitas perolehan laba pada
perusahaan.
rasio keuangan.Analisis rasio keuangan merupakan suatu analisis yang berguna untuk
mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan dengan mengunakan data dari laporan
memenuhi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang dimiliki. b) Tingkat
efektivitas perputaran aktiva dalam suatu perusahan pada periode tertentu, dan d)
lima aspek rasio keuangan perusahaan, yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio
5
Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan
perusahaan membayar semua kewajiban fianansial jangka pendek pada saat jatuh
dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas (Ully
dalam menentukan laba dapat dilihat dari tingkat profitabilitasnya (Surya Sanjaya,
2019).
dibiayai dengan hutang (Irham Fahmi, 2014:62). Rasio ini digunakan untuk
mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai oleh hutang atau dengan kata lain
6
rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar beban hutang yang harus
Garuda Indonesia”.
PT Garuda Indonesia?”.
7
1.3. Tujuan Penelitian
a. Bagi Perusahaan
b. Bagi Penulis
pada program diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU dan juga
berlangsung mulai bulan Juni 2022 s/d Agustus 2022 yangdapatdilihat melaluitabel
berikutini :
8
Tabel 1.1
JadwalPenelitian
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
Indonesia.
BAB IV PENUTUP
9
Bab ini menguraikan kesimpulan dan saran mengenai mekanisme seleksi dan
10
BAB II
PROFIL PT GARUDA INDONESIA
2.1. Sejarah Singkat PT Garuda Indonesia
Sejarah penerbangan komersial di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari
kemerdekaan Indonesia. Sejarah ini dimulai ketika pada tahun 1948, guna
kepada pengusaha dan rakyat Aceh untuk menghimpun dana guna pembelian
Douglas DC-3 Dakota yang kemudian diberikan registrasi R1-001 diberi nama
“Seulawah” yang berarti “Gunung Emas”. Adapun nama “Garuda” diberikan oleh
Garuda ,Vishnoe’s vogel, diezijn vleugels uitslaat hoog boven uw einladen”, yang
artinya “Aku adalah Garuda, burung milik Wishnu yang membentang sayapnya
registrasi PK-DPD dan sudah dicat dengan logo “Garuda Indonesian Airways”
menjadi Perusahaan Negara pada tahun 1950. Pada saat itu Garuda Indonesia
memiliki 38 buah pesawat yang terdiri 22 jenis DC-3, 8 pesawat laut Catalina, dan 8
11
akhirnya pada tahun 1956, untuk pertama kalinya Garuda Indonesia membawa
1950. Pada saat itu Garuda Indonesia memiliki 38 buah pesawat yang terdiri 22 jenis
DC-3, 8 pesawat laut Catalina, dan 8 pesawat jenis Convair 240. Armada
perusahaan terus berkembang, hingga akhirnya pada tahun 1956, untuk pertama
yang terletak di Jakarta Barat. Selain pusat pelatihan, Garuda Indonesia juga
strategi jangka panjang Garuda Indonesia disusun hingga melampaui tahun 2000.
Armada juga terus ditingkatkan sehingga di masa itu, Garuda Indonesia termasuk
Sejak awal tahun 2005 tim manajemen yang baru mulai membuat
12
kegiatan operasional, membangun kembali kekuatan keuangan, menambah
Indonesia.
Indonesia saat ini di dukung oleh 5.075 orang karyawan yang tersebar di
kantor pusat dan 43 kantor cabang. Pada akhir Desember 2009, Garuda
747-400, 6 pesawat jenis Airbus 330-300, 4 pesawat jenis Airbus 330-200 dan
57 pesawat jenis B-737 (seri 300, 400, 500& 800). Pesawat-pesawat ini
melayani lebih dari 50 rute tujuan domestic dan internasional serta lebih dari 10 juta
pelanggan
Indonesia, maskapai flag carrier Indonesia, saat ini melayani lebih dari 90 destinasi
13
pelayanan terbaik melalui konsep “Garuda Indonesia Experience” yang
Indonesia.
keseluruhan dengan rata-rata usia armada dibawah lima tahun. Adapun Garuda
sebagai "The Worlds Best Economy Class" dari TripAdvisor Travelers Choice
Awards, “Maskapai Bintang Lima/ 5-Star Airline” sejak tahun 2014, “Top 10 World’s
Best Airline” Skytrax 2017, The World’s Best Cabin Crew” selama lima tahun
Selain itu, pada tahun 2017 lalu, Garuda Indonesia juga berhasil meraih
predikat "Bintang 5" dari Airline Passenger Experience Association (APEX), sebuah
1) Company Vision
14
2) Company Mission
15
2.5. Logo PT Garuda Indonesia
Menurut Fahmi (2012), kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan
keuangan melihat laporan keuangan yang dimiliki oleh perusahaan/badan usaha yang
bersangkutan yang tercermin dari informasi pada balance sheet (neraca), income
statement (laporan laba rugi), dan cash flow statement (laporan arus kas) serta hal-hal
lain yang turut mendukung sebagai penguat penilaian financial performance tersebut.
diketahui sehingga hasil penilaian tersebut dapat digunakan sebagai pedoman bagi
memberikan informasi keuangan kepada pihak dalam dan luar perusahaan yang
16
berkepentingan terhadap perusahaan. Berikut ini beberapa tujuan pembuatan atau
1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki
2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang
periode.
(resources) seperti alam, tenaga kerja, modal, dan manajemen (managerial skill)
dalam memproduksi barang dan jasa untuk mencapai tujuan tertentu. Berbagai tujuan
17
perusahaan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan atau memaksimumkan
dalam hal pembuatan dan penyajian financial statement perusahaan beserta informasi
rasio keuangan.Analisis rasio keuangan merupakan suatu analisis yang berguna untuk
mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan dengan mengunakan data dari laporan
memenuhi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang dimiliki. b) Tingkat
efektivitas perputaran aktiva dalam suatu perusahan pada periode tertentu, dan d)
lima aspek rasio keuangan perusahaan, yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio
18
BAB III
PEMBAHASAN
sumber daya dan sumber dana yang dipercayakan kepadanya. Secara umum laporan
ini menyediakan posisi keuangan pada saat tertentu, kinerja dan arus kas dalam suatu
periode yang ditujukan bagi pengguna laporan keuangan di luar perusahaan untuk
perusahaan sejenis.
hasil akhir dari suatu proses akuntansi, sebagia ikhtisar dari transaksitransaksi
keuangan selama periode berjalan. Periode akuntansi dapat dipakai per tahun, per 12
bulan atau per 6 bulan tergantung perusahaan, namun umumnya per 12 bulan.
Laporan keuangan ini bertujuan untuk memerikan informasi keuangan kepada para
Menurut Halim (2015 : 61) Analisis laporan keuangan merupakan hasil akhir dari
Menurut Kasmir (2012 : 11) Tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut:
19
1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang
suatu periode.
20
d. Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi kreditor dapat digunakan
pokok pinjaman;
stakeholder organisasi.
angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka
dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan
komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada diantara
dalam satu periode maupun beberapa periode. Menurut Hanafi dan Halim (2014 : 74)
2. Rasio Aktivitas Rasio yang mengukur segala mana efektivitas penggunaan aset
laba (Profitabilitas)
21
3.2. Analisis Kinerja Keuangan PT Garuda Indonesia
1. Rasio Likuiditas
kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih
secara keseluruhan. Menurut Kasmir (2012 : 134) rumus menghitung current ratio
Aset Lancar
Current Ratio = x 100%
Utang Lancar
Berikut ini disajikan hasil perhitungan current ratio PT. Garuda Indonesia
untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Berikut ini disajikan hasil perhitungan curren ratio PT. Garuda Indonesia
= 0,334 x 100%
22
= 33,4%
536.547 .176
2020 = x 100%
4.294 .797 .755
= 0,1249 x 100%
= 12,49 %
305.725 .029
2021 = x 100%
5.771.313 .185
= 0,053 x 100%
= 5,3%
Garuda Indonesia, pada tahun 2019 sebesar 33,4% dan mengalami penurunan
sebanyak 20,91% menjadi 12,49% di tahun 2020, hal ini dikarenakan oleh
perusahaan, lalu pada tahun 2021 mengalami penurunan sebanyak 7,19% menjadi
5,3%, hal ini dikarenakan oleh meningkatnya utang lancar perusahaan terus
perusahaan memiliki aset lancar (tanpa harus menjual persediaan) untuk menutupi
kewajiban lancarnya. Jika hasilnya mencapai 1:1 atau 100% maka ini akan
23
berakibat baik jika terjadi likuidasi. Karena perusahaan akan mudah untuk
100%
Sumber: Hantono (2017:10)
Berikut ini disajikan hasil perhitungan quick ratio PT. Garuda Indonesia,
untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Berikut ini disajikan hasil perhitungan quick ratio PT. Garuda Indonesia untuk
966.148 .202
= x 100%
3 .395 . 880 . 889
= 0,2845 x 100%
= 28,45%
536.547.176−105.199 .006
2020 = x 100%
4.294 .797.755
24
431.348 .170
= x 100%
4.294 .797 .755
= 0,1004 x 100%
= 10,04%
305.725.029−73.033.991
2021 = x 100%
5.771 .313 .185
232.691 .038
= x 100%
5.771.313 .185
= 0,0403 x 100%
= 4,03%
Indonesia selama tahun 2019 – 2021 menunjukkan nilai dari rasio cepat
perusahaan yang menurun. Pada tahun 2019 rasio cepat perusahaan berada di
angka 28,45% lalu mengalami penurunan sebesar 18,41% menjadi 10,04% pada
tahun 2020, hal ini berpengaruh oleh pergerakan utang lancar yang meningkat
serta mengalami penurunan pada aset lancarnya, lalu pada tahun 2021 rasio cepat
berpengaruh oleh pergerakan utang lancar yang meningkat serta penurunan pada
aset lancarnya.
Cash ratio atau rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar hutang. Menurut Kasmir
(2012 : 139 ) untuk menghitung cash ratio digunakan rumus sebagai berikut :
25
Kas+Setara Kas
Cash Ratio= x 100%
Utang Lancar
Berikut ini disajikan hasil perhitungan cash ratio PT. Garuda Indonesia,
untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Berikut ini disajikan hasil perhitungan cash ratio PT. Garuda Indonesia,
untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat berikut ini:
= 0,0882 x 100%
= 8,82%
200.979 .909
2020 = x 100%
4.294 .797 .755
= 0,0467 x 100%
= 4,67%
54.442 .439
2021 = x 100%
5.771.313 .185
= 0,0094 x 100%
26
= 0,94%
tahun 2019 mendapatkan hasil 8,82% kemudian pada tahun 2020 mengalami
penurunan sekitar 4,15% di angka 4,67%, hal ini dikarenakan adanya peningkatan
dari utang lancar serta mengalami penurunan pada kas dan setara kas perusahaan,
Lalu pada tahun 2021 mengalami penurunan yang drastis sekitar 3,73% menjadi
0,94% yang disebabkan oleh hutang lancar perusahaan yang semakin meningkat
serta kas das setara kas yang semakin menurun di perusahaan PT. Garuda
Indonesia.
2. Rasio Solvabitas
Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang
Berikut ini disajikan hasil perhitungan Debt to Equity Ratio PT. Garuda
Indonesia, untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini
27
Tahun Total Liabilitas Ekuitas
2019 3.873.097.505 582.578.269
2020 12.733.004.654 -1.943.024.247
2021 13.302.805.075 -6.110.059.715
Berikut ini disajikan hasil perhitungan Debt to Equity Ratio PT. Garuda
Indonesia, untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat berikut ini:
= 6,6482 x 100%
= 664,82%
12.733.004 .654
2020 = x 100%
−1.943.024 .247
= -6,5532 x 100%
= -655,32%
13.302.805 .075
2021 = x 100%
−6.110 .059.715
= -2,1772 x 100%
= -217,72%
hasilnya pada tahun 2019 sebesar 664,82% dari total ekuitas perusahaan dibiayai
dengan pinjaman modal (utang), lalu pada tahun 2020-2021 terjadi penurunan dan
bernilai negatif, pada tahun 2020 sebesar menghasilkan -655,32% dan mengalami
28
menunjukkan kurangnya kecukupan ekuitas perusahaan membiayai pinjaman
b. Debt Ratio
untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata
lain, seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang
Berikut ini disajikan hasil perhitungan Debt Ratio PT. Garuda Indonesia,
untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Berikut ini disajikan hasil perhitungan Debt Ratio PT. Garuda Indonesia,
untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat berikut ini:
29
= 0,849x 100%
= 84,9%
12.733.004 .654
2020 = x 100%
10.789 .980.407
= 1,180 x 100%
= 118%
13.302.805 .075
2021 = x 100%
7.192.745 .360
= 1,8495 x 100%
= 185%
Berdasarkan hasil perhitungan debt ratio, PT. Garuda Indonesia dapat dilihat
untuk tahun 2019. Lalu pada tahun 2020 diketahui bahwa hasil perhitungan debt
ratio perusahaan adalah sebesar 118% yang di mana berarti 118% pendanaan
perusahaan dibiayai oleh utang, lalu pada tahun 2021 mengalami kenaikan 67 %
yang berarti adanya kenaikan dari utang perusahaan dari 118 % menjadi 185 %.
3. Rasio Aktivitas
mengukur perputaran semua aset yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa
jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aset. Menurut Kasmir (2012 : 85)
30
Penjualan
Total Assets Turn Over=
Total Aset
Indonesia, untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Indonesia, untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat berikut ini:
= 1,03 kali
1.492.331 .099
2020 =
10.789.980 .407
= 0,13 kali
1.336.678 .470
2021 =
7.192.745 .360
= 0,19 kali
31
Berdasarkan hasil perhitungan rasio total assets turnover, PT. Garuda
Indonesia, mengalami perputaran aset tahun 2019 sebanyak 1,03 kali yang artinya
setiap Rp1,00 aset dapat menghasilkan 1,03 kali penjualan, kemudian pada tahun
2020 mengalami perputaran aset sebanyak 0,13 kali yang artinya setiap Rp1,00
aset dapat menghasilkan 0,13 kali penjualan, pada tahun 2021 perputaran aset
sebanyak 0,19 kali artinya setiap Rp1,00 aset dapat menghasilkan 0,19 penjualan.
aktiva tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam menghasilkan penjualan. Menurut
Kasmir (2012 : 184) untuk menghitung fixed assets turnover digunakan rumus
sebagai berikut :
Penjualan
Fixed Assets Turn Over=
Total Aset Tetap
Indonesia, untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
32
2020 1.492.331.099 9.392.106.273
2021 1.336.678.470 5.854.523.982
Indonesia, untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat berikut ini:
= 4 kali
1.492.331 .099
2020 =
9.392.106 .273
= 0,16 kali
1.336.678 .470
2021 =
5.854 .523.982
= 0,23 kali
Berdasarkan hasil perhitungan rasio total fixed assets turnover, PT. Garuda
artinya setiap Rp1,00 aset tetap dapat menghasilkan 4 kali penjualan, kemudian
terjadi penurunan untuk perputaran aset pada tahun 2020, menghasilkan sebanyak
0,16 kali yang artinya setiap Rp1,00 aset tetap dapat menghasilkan 0,16 kali
penjualan, pada tahun 2021 perputaran aset tetap sebanyak 0,23 kali artinya setiap
4. Rasio Profitabilitas
33
Gross profit margin atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu
rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Menurut
Kasmir (2012 : 199) untuk menghitung gross profit margin digunakan rumus
sebagai berikut :
Penjualan Bersih−HPP
Gross Profit Margin = x
Penjualan
Sumber:
100%Hery (2017:312)
Berikut ini disajikan hasil perhitungan Gross Profit Margin PT. Garuda
Indonesia, untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Indonesia, untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat berikut ini:
= 0,155 x 100%
= 15,5%
−1.332.007 .214
2020 = x 100%
1.492 .331.099
= -0,8926 x 100%
34
= -89,26%
−985.284 .660
2021 = x 100%
1.336.678 .470
= -0,7371 x 100%
= -73,71%
Indonesia pada tahun 2019 menghasilkan sebesar 15,5%, kemudian pada tahun
2020 mengalami penurunan dan bernilai negatif dimana pada tahun 2020
menghasilkan nilai rasio -73,71%. Dengan nilai rasio yang dihasilkan dari
perusahaan tersebut dapat dikatakan perusahaan dalam keadaan tidak baik jika
dilihat dari standar industri rata-rata gross profit margin adalah 30%.
Net profit margin adalah rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih
200) untuk menghitung net profit margin digunakan rumus sebagai berikut :
Berikut ini disajikan hasil perhitungan Net Profit Margin PT. Garuda
Indonesia, untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
35
Data Net Profit Margin Tahun 2019-2021 (dalam jutaan rupiah)
Tahun Rugi Bersih Penjualan
2019 -44.567.515 4.572.638.083
2020 -2.476.633.349 1.492.331.099
2021 -4.174.004.768 1.336.678.470
Berikut ini disajikan hasil perhitungan Net Profit Margin PT. Garuda
Indonesia, untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat berikut ini:
= -0,0097 %
= -0,97%
−2.476 .633.349
2020 = x 100%
1.492.331 .099
= -1,6596 x 100%
= -166%
= -3,1227x 100%
= -312,27%
Berdasarkan perhitungan rasio net profit margin dari perusahaan PT. Garuda
Indonesia bernilai negatif dimana selama tahun 2019 menghasilkan sebesar -0,97,
% kemudian tahun 2020 menghasilkan sebesar -166% , dan pada tahun 2021
36
dikeluarkan perusahaan lebih tinggi jika dibandingkan dengan tingkat penjualan
dalam kategori tidak baik karena standar industri untuk rasio ini adalah sebesar
20%.
c. Return on Equity(ROE)
Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba
bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana ynag tertanam dalam ekuitas.
Menurut Kasmir (2012 : 204) untuk menghitung return on equity digunakan rumus
sebagai berikut :
Indonesia, untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
37
Berikut ini disajikan hasil perhitungan Return on Equity PT. Garuda
Indonesia, untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat berikut ini:
= -0,0765 x 100%
= -7,65%
= 1,2746 x 100%
= 127,46%
= 0,6831 x 100%
= 68,31%
tahun 2019 bernilai negatif sebanyak -7,65%, kemudian pada tahun 2020
127,46% lalu pada tahun 2021 mengalami penurunan menjadi 68,31%. Hal ini
38
Return on Asse merupakan rasio yang menunjukkan hasil atas jumlah aktiva
Indonesia, untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Indonesia, untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat berikut ini:
= -0,0100 x 100%
= -1%
−2.476 .633.349
2020 = x 100%
10.789.980 .407
= -0,2295 x 100%
= -22,95%
39
−4.174 .004 .768
2021 = x 100%
7.192 .745 .360
= -0,5803 x 100%
= -58,03%
sebesar 35,08%. Rendahnya rasio ini disebabkan rendahnya margin laba karena
perputaran aset.
40
BAB IV
Setelah dilakukan analisis dan evaluasi terhadap laporan keuangan PT. Garuda
Indonesia maka penulis mengambil beberapa kesimpulan dan saran yang dianggap
akan datang.
5.1. Kesimpulan
1. Dari kedua komponen rasio likuiditas ,dapat dilihat current ratio PT Garuda
dimiliki.
2. PT. Garuda Indonesia dapat dilihat bahwa sekitar 118% pendanaan perusahaan
dibiayai dengan utang (liabilitas) untuk tahun 2020. Lalu pada tahun 2021
3. Berdasarkan hasil perhitungan rasio total assets turn over, PT. Garuda
Indonesia,mengalami perputaran aset tahun 2020 sebanyak 0,13 kali yang artinya
setiap Rp1,00 aset dapat menghasilkan 0,13 kali penjualan, pada tahun 2021
perputaran aset sebanyak 0,19 kali artinya setiap Rp1,00 aset dapat menghasilkan
0,19 penjualan.
41
4. Rasio return on investment, , PT. Garuda Indonesia bernilai negatif. Pada tahun
22,95%, pada tahun 2021 pengembalian investasi sebesar -58,03% yang di mana
5.2. Saran
perusahaan dengan cara meningkatkan kas dan setara kas dan mengurangi
hal ini karena Jika rasio perusahaan dalam kondisi baik, perusahaan tidak
kegiatan operasional.
42
4) PT. Garuda Indonesia memiliki nilai profitabilitas yang telah
43
DAFTAR PUSTAKA
Fahmi, Irham, 2014. Pengantar Manajemen Keuangan (Teori Soal dan Jawab).
Bandung: Penerbit Alfabeta
Abriyoso, O., Saputra, E. K., Marlinda, C., & Sahara, M. A. (2021, January).Reaction
Analysis of LQ45, STI and KLCI Price Index Before and After COVID-19
Pandemic Events. In Proceeding The First International Conference on
Government Education Management and Tourism (Vol. 1, No. 1, pp. 288-298)
44
Uly Dewi.2016. Analisis Pengaruh Tingkat Likuiditas Terhadap Efisiensi Dan
Kebutuhan Modal Kerja Pada PT Indsutri Telekomunikasi Indonesia (Persero).
Jurnal Ekonomi, Bisnis & Entrepreneurship Vol. 10, No. 2, Oktober 2016, 91-
103 ISSN 2443-0633.
45
Lampiran 1.
Hasil Analisa Rasio Keuangan PT. Garuda Indonesia
Rasio Solvabitas
Total Debt to Total Equity
-655,32% -217,72%
Ratio
Total Debt to Assets
118% 185%
Ratio
Rasio Aktivitas
Rasio Profitabilitas
46
Lampiran 2
47
Piutang nasabah lancar
Piutang nasabah lancar
pihak ketiga
Piutang nasabah lancar
pihak berelasi
Piutang margin
Piutang dari lembaga kliring
dan penjaminan
Piutang premi dan reasuransi
Piutang dividen dan bunga
Piutang lainnya
Piutang lainnya pihak ketiga 4.603.380 3.697.423
Piutang lainnya pihak 2.744.050 2.294.999
berelasi
Persediaan lancar
Persediaan hewan ternak
lancar
Persediaan aset real estat
lancar
Persediaan lancar lainnya 73.033.991 105.199.006
Biaya dibayar dimuka lancar 8.136.268
Jaminan
Uang muka lancar
Uang muka lancar atas
investasi
Uang muka lancar atas
pembelian aset tetap
Uang muka lancar lainnya 45.163.998 56.552.368
Pajak dibayar dimuka lancar 23.260.467 28.182.366
Klaim atas pengembalian
pajak lancar
Biaya pengupasan tanah yang
ditangguhkan lancar
Biaya mobilisasi yang
ditangguhkan lancar
Aset pengampunan pajak
lancar
Aset non-keuangan lancar
lainnya
Aset tidak lancar atau 0 9.702.686
kelompok lepasan diklasifikasikan
sebagai dimiliki untuk dijual
48
Aset tidak lancar atau
kelompok lepasan diklasifikasikan
sebagai dimiliki untuk didistribusikan
kepada pemilik
Jumlah aset lancar 305.725.029 536.547.176
Aset tidak lancar
Piutang sewa pembiayaan
tidak lancar
Dana yang dibatasi
penggunaannya tidak lancar
Dana cadangan perawatan 164.856.914 314.359.197
pesawat
Piutang dari pihak berelasi
Piutang dari pemegang saham
Piutang nasabah tidak lancar
Piutang nasabah tidak
lancar pihak ketiga
Piutang nasabah tidak
lancar pihak berelasi
Piutang tidak lancar lainnya
Piutang tidak lancar lainnya
pihak ketiga
Piutang tidak lancar lainnya
pihak berelasi
Investasi yang dicatat dengan
menggunakan metode ekuitas
Investasi pada entitas anak,
ventura bersama, dan entitas asosiasi
Investasi pada entitas anak
Investasi pada entitas
ventura bersama
Investasi pada entitas 2.599.119 20.006.880
asosiasi
Uang muka tidak lancar
Uang muka tidak lancar atas
investasi
Uang muka tidak lancar atas 153.616.395 185.640.719
pembelian aset tetap
Uang muka tidak lancar
lainnya
Aset keuangan tidak lancar
49
Aset keuangan tidak lancar
yang diukur pada nilai wajar melalui
laba rugi
Aset keuangan tidak lancar
dimiliki hingga jatuh tempo
Aset keuangan tidak lancar 14.293.826 2.887.794
tersedia untuk dijual
Aset keuangan tidak lancar 32.771.844 31.252.872
lainnya
Aset keuangan derivatif tidak
lancar
Biaya dibayar dimuka tidak
lancar
Pajak dibayar dimuka tidak 625.625 298.844
lancar
Aset pajak tangguhan 571.753.237 211.828.238
Persediaan tidak lancar
Persediaan hewan ternak
tidak lancar
Aset real estat tidak lancar
Persediaan tidak lancar
lainnya
Hewan ternak produksi
Hutan tanaman industri
Hutan tanaman industri
menghasilkan
Hutan tanaman industri
belum menghasilkan
Tanaman perkebunan
Tanaman perkebunan
menghasilkan
Tanaman perkebunan belum
menghasilkan
Perkebunan plasma
Aset reasuransi
Properti investasi 83.083.551 83.894.322
Aset tetap 5.854.523.982 9.392.106.273
Aset ijarah
Agunan yang diambil alih
Aset minyak dan gas bumi
Aset eksplorasi dan evaluasi
Hak konsesi jalan tol
50
Properti pertambangan
Biaya pengupasan tanah yang
ditangguhkan tidak lancar
Biaya mobilisasi yang
ditangguhkan tidak lancar
Beban tangguhan
Beban tangguhan hak atas
tanah
Beban tangguhan atas biaya
eksplorasi dan pengembangan
Beban tangguhan atas biaya
pengelolaan hak pengusahaan hutan
51
berelasi
Uang muka pelanggan
jangka pendek
Uang muka pelanggan 50.714.684 57.806.682
jangka pendek pihak ketiga
Uang muka pelanggan 252.637 116.226
jangka pendek pihak berelasi
Utang dividen
Liabilitas keuangan jangka
pendek lainnya
Beban akrual jangka pendek 739.304.926 378.376.163
Liabilitas imbalan pasca 16.237.370 17.854.160
kerja jangka pendek
Utang pajak 233.638.202 212.537.231
Utang cukai
Utang proyek
Utang kepada lembaga
kliring dan penjaminan
Utang nasabah
Utang nasabah pihak
ketiga
Utang nasabah pihak
berelasi
Utang reasuransi
Liabilitas anjak piutang 0 94.019.723
Uang jaminan jangka
pendek
Pendapatan diterima dimuka 166.425.468 168.091.594
jangka pendek
Liabilitas bruto kepada
pemberi kerja
Liabilitas bruto kepada
pemberi kerja pihak ketiga
Liabilitas bruto kepada
pemberi kerja pihak berelasi
Pendapatan ditangguhkan
jangka pendek
Provisi jangka pendek
Provisi jangka pendek
pelapisan jalan tol
Provisi jangka pendek
biaya pengembalian dan
pemeliharaan pesawat
52
Provisi jangka pendek
pembangunan prasarana, fasilitas
umum, dan sosial
Provisi jangka pendek
biaya pembongkaran aset tetap
Provisi jangka pendek
restorasi dan rehabilitasi
Provisi jangka pendek
lainnya
Liabilitas pembayaran
berbasis saham
Liabilitas jangka panjang
yang jatuh tempo dalam satu tahun
Liabilitas jangka 55.720.909 51.068.979
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas utang bank
Liabilitas jangka 65.549.397 25.522.846
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas pinjaman beragunan
Liabilitas jangka
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas pinjaman tanpa agunan
Liabilitas jangka
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas penerusan pinjaman
Liabilitas jangka
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas pinjaman dari pemerintah
republik indonesia
Liabilitas jangka
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas pinjaman subordinasi
Liabilitas jangka
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas liabilitas kerja sama
operasi
Liabilitas jangka
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas liabilitas pembebasan
tanah
Liabilitas jangka
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas utang pembiayaan
konsumen
53
Liabilitas jangka 1.842.202.619 1.505.258.580
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas liabilitas sewa pembiayaan
Liabilitas jangka
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas utang listrik swasta
Liabilitas jangka
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas utang retensi
Liabilitas jangka
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas wesel bayar
Liabilitas jangka 69.931.786
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas utang obligasi
Liabilitas jangka 495.188.854 492.074.369
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas sukuk
Liabilitas jangka 667.012.510 25.117.040
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas pinjaman lainnya
Utang pihak berelasi jangka
pendek
Utang pemegang saham
jangka pendek
Liabilitas keuangan derivatif
jangka pendek
Liabilitas pengampunan
pajak lancar
Liabilitas non-keuangan 0 0
jangka pendek lainnya
Liabilitas yang secara 0 2.028.374
langsung berhubungan dengan aset
tidak lancar atau kelompok lepasan
yang diklasifikasikan sebagai dimiliki
untuk dijual atau dimiliki untuk
didistribusikan kepada pemilik
Jumlah liabilitas jangka 5.771.313.185 4.294.797.755
pendek
Liabilitas jangka panjang
Liabilitas keuangan derivatif
jangka panjang
Liabilitas pajak tangguhan 779.089 804.629
Utang pihak berelasi jangka 580.361.465 582.500.342
panjang
54
Utang pemegang saham
jangka panjang
Liabilitas jangka panjang
setelah dikurangi bagian yang jatuh
tempo dalam satu tahun
Liabilitas jangka 720.187.820 248.159.518
panjang atas utang bank
Liabilitas jangka
panjang atas penerusan pinjaman
Liabilitas jangka 0 51.045.692
panjang atas pinjaman beragunan
Liabilitas jangka
panjang atas pinjaman tanpa agunan
Liabilitas jangka
panjang atas pinjaman dari
pemerintah republik indonesia
Liabilitas jangka
panjang atas pinjaman subordinasi
Liabilitas jangka
panjang atas liabilitas kerja sama
operasi
Liabilitas jangka
panjang atas liabilitas pembebasan
tanah
Liabilitas jangka
panjang atas utang pembiayaan
konsumen
Liabilitas jangka 3.768.230.816 4.493.564.698
panjang atas liabilitas sewa
pembiayaan
Liabilitas jangka
panjang atas utang listrik swasta
Liabilitas jangka
panjang atas utang retensi
Liabilitas jangka
panjang atas wesel bayar
Liabilitas jangka
panjang atas utang obligasi
Liabilitas jangka
panjang atas sukuk
Liabilitas jangka 2.348.193.989 2.955.512.646
panjang atas pinjaman lainnya
Obligasi konversi
Pendapatan diterima dimuka
jangka panjang
Uang jaminan jangka
55
panjang
Uang muka pelanggan
jangka panjang
Uang muka pelanggan 7.037.198 6.100.050
jangka panjang pihak ketiga
Uang muka pelanggan
jangka panjang pihak berelasi
Pendapatan ditangguhkan
jangka panjang
Provisi jangka panjang
Provisi pelapisan jalan
tol jangka panjang
Provisi biaya
pengembalian dan pemeliharaan
pesawat jangka panjang
Provisi pembangunan
prasarana, fasilitas umum, dan sosial
jangka panjang
Provisi biaya
pembongkaran aset tetap jangka
panjang
Provisi restorasi dan
rehabilitasi jangka panjang
Provisi jangka panjang
lainnya
Biaya pengupasan tanah
yang masih harus dibayar
Liabilitas kepada pemegang
polis
Kewajiban imbalan pasca 94.140.107 100.087.608
kerja jangka panjang
Liabilitas pengampunan
pajak tidak lancar
Liabilitas keuangan jangka
panjang lainnya
Liabilitas non-keuangan 12.561.406 431.716
jangka panjang
Jumlah liabilitas jangka 7.531.491.890 8.438.206.899
panjang
Jumlah liabilitas 13.302.805.075 12.733.004.654
Ekuitas
Ekuitas yang diatribusikan
kepada pemilik entitas induk
Saham biasa 1.310.326.950 1.310.326.950
Saham preferen
56
Tambahan modal disetor 13.753.694 13.753.694
Saham tresuri
Uang muka setoran modal
Opsi saham
Cadangan revaluasi 234.229.542 227.889.392
Cadangan selisih kurs (218.204.177) (218.585.390)
penjabaran
Cadangan perubahan nilai 0 4.497.900
wajar aset keuangan tersedia untuk
dijual
Cadangan keuntungan 316.684 316.684
(kerugian) investasi pada instrumen
ekuitas
Cadangan pembayaran
berbasis saham
Cadangan lindung nilai arus
kas
Cadangan pengukuran
kembali program imbalan pasti
Cadangan lainnya
Komponen ekuitas lainnya
Saldo laba (akumulasi
kerugian)
Saldo laba yang telah 6.081.861 6.081.861
ditentukan penggunaannya
Saldo laba yang belum (7.418.846.826) (3.263.966.450)
ditentukan penggunaannya
Jumlah ekuitas yang (6.072.342.272) (1.919.685.359)
diatribusikan kepada pemilik entitas
induk
Proforma ekuitas
Kepentingan non-pengendali (37.717.443) (23.338.888)
Jumlah ekuitas (6.110.059.715) (1.943.024.247)
Jumlah liabilitas dan ekuitas 7.192.745.360 10.789.980.407
57
Jumlah laba bruto (985.284.660) (1.332.007.214)
Beban penjualan (94.878.738) (129.234.980)
Beban umum dan administrasi (192.180.422) (350.253.350)
Pendapatan keuangan 17.954.502 168.034.422
Beban keuangan (571.741.475) (553.669.995)
Keuntungan (kerugian) selisih kurs mata 22.118.829 (35.247.323)
uang asing
Bagian atas laba (rugi) entitas asosiasi (16.599.396) (3.888.337)
yang dicatat dengan menggunakan
metode ekuitas
Bagian atas laba (rugi) entitas ventura
bersama yang dicatat menggunakan
metode ekuitas
Keuntungan (kerugian) atas instrumen
keuangan derivatif
Pendapatan lainnya
Beban lainnya (2.711.942.456) (366.782.800)
Keuntungan (kerugian) lainnya
Jumlah laba (rugi) sebelum pajak (4.532.553.816) (2.603.049.577)
penghasilan
Pendapatan (beban) pajak 358.549.048 126.416.228
Jumlah laba (rugi) dari operasi yang (4.174.004.768) (2.476.633.349)
dilanjutkan
Laba (rugi) dari operasi yang dihentikan
Jumlah laba (rugi) (4.174.004.768) (2.476.633.349)
58