Anda di halaman 1dari 59

TUGAS AKHIR

ANALISIS DAMPAK PANDEMI TERHADAP KINERJA


KEUANGAN PADA PT GARUDA INDONESIA

OLEH

SHAKILA
NIM. 192101021

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan


Pendidikan Pada Program Studi Diploma III

PROGRAM STUDI DIPLOMAIII KEUANGAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021

0
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tahun 2020 merupakan awal mula munculnya wabah pandemi Coronavirus

Disease (COVID-19) di Indonesia. Wabah virus ini awalnya ditemukan pada akhir

tahun 2019 di Wuhan, China.Saking cepatnya penyebaran virus ini, banyak orang dari

negara lain, termasuk Indonesia, yang terjangkit.Pada 2 Maret 2020, kasus pertama

Covid-19 dilaporkan di Indonesia, dengan ditemukannya dua orang yang terinfeksi di

masyarakat, yang dengan cepat menyebar ke daerah sekitarnya.

Berdasarkan data dari Grup Percepatan COVID-19, Indonesia menempati

urutan ke-20 dunia dalam hal kasus positif virus corona, dengan 1.534.255 kasus

terkonfirmasi dan 41.669 kematian. (JHU CSSE COVID19). Karena wabah Covid-19

yang begitu cepat menyebar, pemerintah telah melakukan sejumlah langkah untuk

memeranginya, antara lain mendorong seluruh masyarakat untuk bahu-membahu

menghentikan penyebaran virus dengan menerapkan Pembatasan Sosial (Physical

Distancing), Dengan menggunakan berbagai alat protokol kesehatan seperti

senantiasa menggunakan masker, handsanitaiser. Kegiatan proses ajar mengajar di

rana pendidikan dilakukan secara daring, serta menerapkan work from home sampai

dengan memberikan vaksin dengan harapan dapat meningkatkan sistem kekebalan

tubuh pada manusia sehingga tidak mudah terjangkit oleh virus tersebut.

Perusahaan dalam bidang transportasi merupakan salah satu jenis perusahaan

yang terkena dampak besar dari pandemi COVID-19, pada umumnya dampak yang

1
dialami perusahaan transportasi adalah menurunnya jumlah penumpang yang

menyebabkan penurunan pendapatan perusahaan transportasi. Perusahaan transportasi

yang mengalami kerugian terbesar akibat pandemi COVID-19 adalah perusahaan

penebangan, hal ini disebabkan karena perusahaan penerbangan merupakan

perusahaan transportasi yang pertama terdampak adanya COVID-19, pasalnya sejak

awal bulan januari 2020 jasa transportasi penerbangan telah membatasi penerbangan

internasional terutama penebangan Indonesia-China.

Tercatat sejak Januari sampai dengan April Penurunan jumlah penumpang

pesawat adalah sebesar 45% pada jenis peumpang internasional dan penurunan 44%

pada jumlah penumpang domestik. Akumulasi penurunan penumpang tersebut

dihitung pada empat bandara besar di Indonesia yaitu dari Bandara Kualanamu

Medan, Bandara Soekarno Hatta Tangerang, Bandara Juanda Surabaya, dan Bandara

Ngurah Rai Bali. Penurunan jumlah penumpang pesawat tentunya berdampak pula

pada penurunan pendapatan serta terjadinya kerugian tidak dapat dihindari oleh

perusahaan maskapai penerbangan pada masa pandemi COVID-19.Kerugian yang

dialami oleh perusahaan penerbangan umunya disebabkan lockdown atau penguncian

yang dilakukan sejumlah daerah demi mempersempit penyebaran wabah virus corona

(COVID- 19)(CNN, 2020).

Perusahaan penerbangan yang terdampak oleh pandemi COVID-19 salah

satunya adalah PT Garuda Indonesia dengan kerugian hingga mencapai 15,21 Triliun

pada triwulan III 2020, Angka tersebut berbanding terbalik dengan capaian periode

yang sama pada tahun sebelumnya yaitu dengan perolehan laba bersih sebesar

2
US$122,42 juta atau sekitar 1,7 Triliun Rupiah. Menurut pengakuan Fuad Rizal

selaku direktur keuangan dan manajemen risiko PT Garuda Indonesia, kerugian yang

ini disebabkan oleh turunnya pendapatan dari penerbangan berjadwal sebagai imbas

dari pandemi COVID-19 yang masih belum reda (CNN, 2020).

Kondisi kerugian akibat pandemi COVID-19 yang dialami oleh sebagian

besar perusahaan penerbangan di Indonesia membuat keadaan kinerja keuangan pada

industri penerbangan menjadi tidak setabil dan terancam bangkrut. Berdasarkan latar

belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana dampak pandemi COVID-19

terhadap kemampuan perusahaan penerbangan dalam memenuhi kewajiban keuangan

jangka pendeknya; terhadap jumlah penggunaan utang terhadap intensitas perputaran

asset; dan terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba pada

perusahaan PT Garuda Indonesia.Tapi tidak bisa dipungkiri, imbas dari pandemi

Covid-19 ternyata tidak bisa dihindari oleh PT. Garuda Indonesia Tbk. Mulai dari

pemangkasan 1.691 karyawan (Uly, 2021), gaji karyawan yang menunggak sebesar

Rp. 327,93 milliar (Sahara, 2021),sampai kerugian yang dialami pada tahun 2020

sebesar Rp. 35,58 triliun, kerugian ini meningkat sebesar 61,74% dari kerugian PT.

Garuda Indonesia Tbk. pada tahun 2019 yang tercatat sebesar Rp. 564 miliar (Uly,

2021). Masalah-masalah tersebut merupakan imbas yang cukup memukul PT. Garuda

Indonesia.

3
PT. Garuda Indonesia Tbk
Ikhtisar Keuangan
Periode 2019 - 2021
Kas dan Total Utang
Tahun Aset Lancar Utang Lancar Total Aset Total Ekuitas Rugi
Setara Kas Jangka Panjang

2019 1.133.892.533 3.395.880.889 299.348.853 4.455.675.774 582.578.269 477.216.616 -44.567.515

2020 536.547.176 4.294.797.755 200.979.909  10.789.980.407 -1.943.024.247 8.438.206.899 -2.476.633.349 

2021 306.725.029 5.771.313.185 54.442.439 7.192.745.360 -6.110.059.715 7.531.491.890 -4.174.004.768 

Berdasarkan dari Tabel diatas yang berisikan ikhtisar data keuangan

perusahaan dari tahun 2019, 2020, hingga 2020 yang memberikan gambaran terhadap

perubahan posisi keuangan PT. Garuda Indonesia Tbk pada tahun-tahun tesebut.

Setiap tahun terlihat naik turunnya jumlah baik aset lancar, utang lancar, kas dan

setara kas, total aset, total ekuitas, dan total utang jangka panjang. Namun untuk

kinerja perusahaan dapat dilihat bahwa mengalami kerugian serta mengalami

penurunan dari tahun ke tahun. Rugi perusahaan tahun 2019 sebesar Rp. 44.567.515

(dalam jutaan rupiah) mengalami penurunan drastis pada tahun 2019 sebesar Rp.

2.432.065.834 (dalam jutaan rupiah) menjadi Rp. 2.476.065.834 (dalam jutaan

rupiah). Kemudian pada tahun 2020 perusahaan PT. Garuda Indonesia juga

mengalami penurunan sebesar Rp. 1.697.371.419 (dalam jutaan rupiah) menjadi Rp.

4.174.004.768 (dalam jutaan rupiah). Perubahaan posisi keuangan tersebut belum

cukup untuk menjelaskan perubahan kinerja perusahaan disetiap tahunnya. Maka dari

itu, diperlukan analisis yang lebih spesifik agar dapat diperoleh sebuah gambaran

yang lebih jelas tentang peningkatan maupun penurunan kinerja perusahaan disetiap

tahunnya. Dalam mengadakan analisa laporan keuangan suatu perusahaan, maka

4
diperlukan adanya ukuran tertentu. Ukuran tersebut yang sering digunakan dalam

analisa keuangan adalah rasio keuangan. yang meliputi likuiditas, aktivitas,

solvabilitas dan profitabilitas.

Sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak pandemi

COVID-19 terhadap kemampuan perusahaan PT Garuda Indonesia dalam memenuhi

kewajiban keuangan jangka pendeknya; terhadap proporsi utang yang dimiliki;

terhadap intensitas perputaran asset dan terhadap efektivitas perolehan laba pada

perusahaan.

Dalam penelitian ini kinerja keuangan diukur dengan menggunakan analisis

rasio keuangan.Analisis rasio keuangan merupakan suatu analisis yang berguna untuk

mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan dengan mengunakan data dari laporan

keuangan yang dibandingkan dengan berbagai formulasi untuk menggambarkan

kondisi keuangan perusahaan.Analisis rasio keuangan dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui beberapa informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan. Adapun

kondisi keuangan perusahaan yang dapat digambarkan melalui perhitungan analisis

rasio keuangan adalah sebagai berikut: a) Tingkatkesanggupan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang dimiliki. b) Tingkat

efektivitas sebuah perusahaan dalam memperoleh laba. c) Tingkat intensitas dan

efektivitas perputaran aktiva dalam suatu perusahan pada periode tertentu, dan d)

Nilai perusahaan. Analisis rasio keuangan dapat di dapat diklasifikasikan ke dalam

lima aspek rasio keuangan perusahaan, yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio

profitabilitas, rasio solvabilitas, dan rasio nilai perusahaan (Harmono, 2018:106).

5
Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan

perusahaan membayar semua kewajiban fianansial jangka pendek pada saat jatuh

tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia.Likuidiatas tidak hanya

berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan

dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas (Ully

Dewi, 2016:93).Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya.Atau dapat pula

dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas)

pemanfaatan sumber daya perusahaan.Efisiensi yang dilakukan misalnya di bidang

penjualan, sediaan, penagihan piutang dan efisiensi di bidang lainnya.Rasio aktivitas

juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas

sehari-hari (Rina, 2019).Rasio profitabilitas adalah rasio yang bertujuan untuk

mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu

dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektivitas manajemen dalam

melaksanakan kegiatan operasinya.Efektifitas disini dilihat dari laba yang dihasilkan

terhadap penjualan dan investasi perusahaan.Kebijakan yang diambil perusahaan

dalam menentukan laba dapat dilihat dari tingkat profitabilitasnya (Surya Sanjaya,

2019).

Rasio Solvabilitas adalah rasio untuk mengukur seberapa besar perusahaan

dibiayai dengan hutang (Irham Fahmi, 2014:62). Rasio ini digunakan untuk

mengukur sejauh mana aset perusahaan dibiayai oleh hutang atau dengan kata lain

6
rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar beban hutang yang harus

ditanggung perusahaan dalam rangka pemenuhan aset.

Dalam menjalankan usahanya nilai perusahaan merupakan salah satu hal

yangperlu diperhatikan oleh manajemen perusahaan karena nilai perusahaan

dapatmenggambarkan keberhasilan perusahaan yangdinilai dari harga saham

perusahaan.Nilai perusahaan merupakannilai jual sebuah perusahaanyang

bersedia untukdibayar investorsebagai suatu bisnis yang berjalan seiring dengan

perkembanganperusahaan yang bersangkutan (Azhar, Ngatno, & Wijayanto, 2018).

Menurut (Rodiyah& Sulasmiyati, 2018) mengatakan bahwa “Nilai perusahaan

merupakan refleksi penilaianoleh publik terhadap kinerja perusahaan secara nyata

yang dapat diukur dengan melihatharga saham di pasar”Nilai perusahaan dapat

dihitung dengan rasio nilai pasaryangmemberikan informasi kepadamanajemen

tentang apa yangmenjadi bahasanolehinvestor tentang kinerja masa lalu dan

prospek perusahaan di masayang akan datang (M.Nurhayati, 2013).

Berdasarkan masalah di atas maka penulis tertarik menuangkan dalam tugas

akhir yang berjudul “Analisis Dampak Pandemi Terhadap Kinerja Keuangan PT

Garuda Indonesia”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka yang menjadi

rumusan masalah adalah “Bagaimana dampak pandemic terhadap kinerja keuangan

PT Garuda Indonesia?”.

7
1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan tugas akhir ini adalah untuk menganalisis bagaimana dampak

pandemic terhadap kinerja keunagan PT Garuda Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Bagi Perusahaan

Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan ide-ide untuk

menganalisis kinerja keuangan PT Garuda Indonesia, dan melihat

perkembangan perusahaan di masa yang akan datang.

b. Bagi Penulis

Sebagai salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan pendidikan

pada program diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU dan juga

untuk memperluas wawasan dan pengetahuan dalam bidang keuangan.

c. Bagi Pihak Lain

Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang

akan meneliti kinerja keangan dengan tema yang sama.

1.5. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh penulis pada PT Garuda Indonesia. Penelitian

berlangsung mulai bulan Juni 2022 s/d Agustus 2022 yangdapatdilihat melaluitabel

berikutini :

8
Tabel 1.1
JadwalPenelitian

No Kegiatan Jun-22 Jul-22 Agu-22


III IV I II III IV I II
1 PengajuanJudul
PengajuanDosen
2
Pembimbing
3 PengumpulanData
PenyusunanTugas
4
Akhir
BimbinganTugas
5
Akhir
PenyelesaianTugas
6
Akhir

1.6. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penilitian, jadwal kegiatan dan sistematika penulisan.

BAB II PROFIL PERUSAHAAN/INSTANSI

Bab ini membahas sejarah ringkas, struktur organisasi, padaGaruda

Indonesia.

BAB III PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan mengenai kinerja keuangan pada PT Garuda Indonesia

BAB IV PENUTUP

9
Bab ini menguraikan kesimpulan dan saran mengenai mekanisme seleksi dan

penerimaan karyawan pada PT Garuda Indonesia.

10
BAB II
PROFIL PT GARUDA INDONESIA
2.1. Sejarah Singkat PT Garuda Indonesia
Sejarah penerbangan komersial di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari

masa-masa perjuangan rakyat Indonesia dalam usaha mempertahankan

kemerdekaan Indonesia. Sejarah ini dimulai ketika pada tahun 1948, guna

menunjang mobilitas pemimpin pemerintahan, Presiden Soekarno menghimbau

kepada pengusaha dan rakyat Aceh untuk menghimpun dana guna pembelian

pesawat terbang. Terkumpulah sejumlah uang untuk membeli pesawat tipe

Douglas DC-3 Dakota yang kemudian diberikan registrasi R1-001 diberi nama

“Seulawah” yang berarti “Gunung Emas”. Adapun nama “Garuda” diberikan oleh

Presiden Soekarno sendiri yang mengutip bahasa Belanda “Ik ben

Garuda ,Vishnoe’s vogel, diezijn vleugels uitslaat hoog boven uw einladen”, yang

artinya “Aku adalah Garuda, burung milik Wishnu yang membentang sayapnya

menjulang tinggi diatas kepulauanmu”.

Tanggal 28 Desember 1949 pesawat tipe Douglas DC-3 Dakotadengan

registrasi PK-DPD dan sudah dicat dengan logo “Garuda Indonesian Airways”

terbang dari Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput pertama kali

dengan“Garuda Indonesian Airways”. Garuda Indonesia kemudian resmi

menjadi Perusahaan Negara pada tahun 1950. Pada saat itu Garuda Indonesia

memiliki 38 buah pesawat yang terdiri 22 jenis DC-3, 8 pesawat laut Catalina, dan 8

pesawat jenis Convair 240. Armada perusahaan terus berkembang, hingga

11
akhirnya pada tahun 1956, untuk pertama kalinya Garuda Indonesia membawa

penumpang jamaah Haji ke Mekkah.

Garuda Indonesia kemudian resmi menjadi Perusahaan Negara pada tahun

1950. Pada saat itu Garuda Indonesia memiliki 38 buah pesawat yang terdiri 22 jenis

DC-3, 8 pesawat laut Catalina, dan 8 pesawat jenis Convair 240. Armada

perusahaan terus berkembang, hingga akhirnya pada tahun 1956, untuk pertama

kalinya Garuda Indonesia membawa penumpang jamaah Haji ke Mekkah.

Sepanjang tahun 1980an, armada Garuda Indonesia dan operasionalnya

mengalamistrukturisasi besar-besaran yang menuntut perusahaan merancang

pelatihan yang menyeluruh bagi karyawannya dan mendorong perusahaan

mendirikan Pusat Pelatihan Karyawan, Garuda Indonesia Training Centre (GITC)

yang terletak di Jakarta Barat. Selain pusat pelatihan, Garuda Indonesia juga

membangun Pusat Perawatan Pesawat, Garuda Maintenance Facility (GMF) di

bandara internasional Soekarno-Hatta di masa itu. Di awal masa 1990an,

strategi jangka panjang Garuda Indonesia disusun hingga melampaui tahun 2000.

Armada juga terus ditingkatkan sehingga di masa itu, Garuda Indonesia termasuk

dalam 30 besar maskapai di dunia.

Sejak awal tahun 2005 tim manajemen yang baru mulai membuat

perencanaan bagi masa depan Garuda Indonesia. Di bawah kendali manajemen

baru, Garuda Indonesia melakukan evaluasi ulang dan restrukturisasi

perusahaan secara menyeluruh dengan tujuan meningkatkan efisiensi

12
kegiatan operasional, membangun kembali kekuatan keuangan, menambah

tingkat kesadaran para karyawan dalam memahami pelanggan, danyang

terpenting adalah memperbaharui dan membangkitkan semangat Garuda

Indonesia.

Bagi perusahaan, pelayanan dalam kegiatan operasional merupakan kunci

indikator kinerja. Pengukuran strategi yang melibatkan restrukturisasi pada seluruh

rantai pelayanan (service chain) menegaskan komitmen perusahaan untuk menjadi

perusahaan yang berorientasi pada pelanggan. Garuda Indonesia memiliki gedung

manajemen baru di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Garuda

Indonesia saat ini di dukung oleh 5.075 orang karyawan yang tersebar di

kantor pusat dan 43 kantor cabang. Pada akhir Desember 2009, Garuda

Indonesia mengoperasikan 70 pesawat yang terdiri dari 3 pesawat jenis Boeing

747-400, 6 pesawat jenis Airbus 330-300, 4 pesawat jenis Airbus 330-200 dan

57 pesawat jenis B-737 (seri 300, 400, 500& 800). Pesawat-pesawat ini

melayani lebih dari 50 rute tujuan domestic dan internasional serta lebih dari 10 juta

pelanggan

2.2. Profil Perusahaan


Mempersembahkan layanan penerbangan full service terbaik, Garuda

Indonesia, maskapai flag carrier Indonesia, saat ini melayani lebih dari 90 destinasi

di seluruh dunia dan berbagai lokasi eksotis di Indonesia. Dengan jumlah

penerbangan mencapai 600 penerbangan per hari, Garuda Indonesia memberikan

13
pelayanan terbaik melalui konsep “Garuda Indonesia Experience” yang

mengedepankan “Indonesian Hospitality” - keramahtamahan dan kekayaan budaya

Indonesia.

Garuda Indonesia group mengoperasikan 202 armada pesawat sebagai jumlah

keseluruhan dengan rata-rata usia armada dibawah lima tahun. Adapun Garuda

Indonesia sebagai mainbrand saat ini mengoperasikan sebanyak 144 pesawat,

sedangkan Citilink mengoperasikan sebanyak 58 armada.

Melalui program transformasi yang berkelanjutan. Garuda Indonesia berhasil

mencatatkan sejumlah pengakuan internasional di antaranya adalah pencapaian

sebagai "The Worlds Best Economy Class" dari TripAdvisor Travelers Choice

Awards, “Maskapai Bintang Lima/ 5-Star Airline” sejak tahun 2014, “Top 10 World’s

Best Airline” Skytrax 2017, The World’s Best Cabin Crew” selama lima tahun

berturut-turut sejak 2014.

Selain itu, pada tahun 2017 lalu, Garuda Indonesia juga berhasil meraih

predikat "Bintang 5" dari Airline Passenger Experience Association (APEX), sebuah

asosiasi nirlaba untuk peningkatan pengalaman penumpang penerbangan yang

berkedudukan di New York, Amerika Serikat.

2.3. Visi dan Misi Perusahaan PT Garuda Indonesia

1) Company Vision

“To Become A Sustainable Aviation Group By Connecting Indonesia And Beyond

While Delivering Indonesian Hospitality”

14
2) Company Mission

“Strengthening Business Fundamental Through Strong Revenue Growht, Cost

Leadership Implementation, Organization, Effectiveness and Group Synergy

Reinforcement While Focusing On High Standard Of Safety And Customer Oriented

Services Delivered By Professional & Passionate Employees”

2.4. Struktur Organisasi PT Garuda Indonesia

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT Garuda Indonesia


(Sumber :https://www.garuda-indonesia.com/id/id/index)

15
2.5. Logo PT Garuda Indonesia

Logo PT Garuda Indonesia adalah :

Gambar 2.1. Logo PT Garuda Indonesia

2.6. Kinerja Keuangan

Menurut Fahmi (2012), kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan

untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan

menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja

keuangan melihat laporan keuangan yang dimiliki oleh perusahaan/badan usaha yang

bersangkutan yang tercermin dari informasi pada balance sheet (neraca), income

statement (laporan laba rugi), dan cash flow statement (laporan arus kas) serta hal-hal

lain yang turut mendukung sebagai penguat penilaian financial performance tersebut.

Penilaian kinerja perusahaan merupakan kegiatan yang sangat penting karena

berdasarkan hasil penilaian kinerja tersebut ukuran keberhasilan perusahaan dapat

diketahui sehingga hasil penilaian tersebut dapat digunakan sebagai pedoman bagi

usaha perbaikan maupun peningkatan kinerja perusahaan selanjutnya (Ali, 2014:5).

Sedangkan Ali (2014:6), berpandangan bahwa laporan keuangan mampu

memberikan informasi keuangan kepada pihak dalam dan luar perusahaan yang

16
berkepentingan terhadap perusahaan. Berikut ini beberapa tujuan pembuatan atau

penyusunan laporan keuangan:

1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki

perusahaan pada saat ini.

2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang

dimiliki perusahaan saat ini.

3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh

pada suatu periode tertentu.

4. Memberikan informasi tentang jumlah beban dan jenis yang dikeluarkan

perusahaan dalam suatu periode tertentu.

5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap

aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.

6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu

periode.

7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan

Perusahaan merupakan kombinasi dan berbagai sumber daya ekonorni

(resources) seperti alam, tenaga kerja, modal, dan manajemen (managerial skill)

dalam memproduksi barang dan jasa untuk mencapai tujuan tertentu. Berbagai tujuan

perusahaan antara lain: untuk memperoleh keuntungan maksimal, menjamin

kelangsungan hidup perusahaan, memenuhi kehutuhan masyarakat, menciptakan

kesempatan kerja, dan heberapa ahli manajemen keuangan mengemukakan tujuan

17
perusahaan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan atau memaksimumkan

kemakmuran pemegang saham (Taslim, 2018:21).

Menurut Kariyoto (2017:6) perusahaan mempunyai tanggung jawab utama

dalam hal pembuatan dan penyajian financial statement perusahaan beserta informasi

tambahannya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.

Dalam penelitian ini kinerja keuangan diukur dengan menggunakan analisis

rasio keuangan.Analisis rasio keuangan merupakan suatu analisis yang berguna untuk

mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan dengan mengunakan data dari laporan

keuangan yang dibandingkan dengan berbagai formulasi untuk menggambarkan

kondisi keuangan perusahaan.Analisis rasio keuangan dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui beberapa informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan. Adapun

kondisi keuangan perusahaan yang dapat digambarkan melalui perhitungan analisis

rasio keuangan adalah sebagai berikut: a) Tingkat kesanggupan perusahaan dalam

memenuhi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang dimiliki. b) Tingkat

efektivitas sebuah perusahaan dalam memperoleh laba. c) Tingkat intensitas dan

efektivitas perputaran aktiva dalam suatu perusahan pada periode tertentu, dan d)

Nilai perusahaan. Analisis rasio keuangan dapat di dapat diklasifikasikan ke dalam

lima aspek rasio keuangan perusahaan, yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio

profitabilitas, rasio solvabilitas, dan rasio nilai perusahaan (Harmono, 2018:106).

18
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Kinerja Keuangan

Menurut Syahyunan (2015 : 28) Laporan keuangan adalah produk dari

manajemen dalam rangka mempertanggung-jawabkan (stewardship) penggunaaan

sumber daya dan sumber dana yang dipercayakan kepadanya. Secara umum laporan

ini menyediakan posisi keuangan pada saat tertentu, kinerja dan arus kas dalam suatu

periode yang ditujukan bagi pengguna laporan keuangan di luar perusahaan untuk

menilai dan mengambil keputusan yang bersangkutan perusahaan.Sebagai sumber

informasi,laporan keuangan harus disajikan secara wajar, transparan, mudah

dipahami dan dapat diperbandingkan dengan tahun sebelumnya ataupun antara

perusahaan sejenis.

Menurut Sirait (2014 : 9) Laporan keuangan (Financial Statement) merupakan

hasil akhir dari suatu proses akuntansi, sebagia ikhtisar dari transaksitransaksi

keuangan selama periode berjalan. Periode akuntansi dapat dipakai per tahun, per 12

bulan atau per 6 bulan tergantung perusahaan, namun umumnya per 12 bulan.

Laporan keuangan ini bertujuan untuk memerikan informasi keuangan kepada para

pemakai yang digunakan sebagai referensi dalam proses pengambilan keputusan.

Menurut Halim (2015 : 61) Analisis laporan keuangan merupakan hasil akhir dari

proses akuntansi yang menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan

keputusan oleh berbagai pihak.

Menurut Kasmir (2012 : 11) Tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut:

19
1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang

dimiliki perusahaan pada saat ini.

2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal

yang dimiliki perusahaan pada saat ini.

3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang

diperoleh pada suatu periode tertentu.

4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang

dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap

aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.

6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam

suatu periode.

7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.

8. Informasi keuangan lainnya.

Manfaat Laporan Keuangan Menurut Fahmi (2017:109), Adapun manfaat

yang bisa diambil dengan dipergunakannya rasio keuangan, yaitu :

a. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat

menilai kinerja dan prestasi perusahaan;

b. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai

rujukan untuk membuat perencanaan;

c. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi

kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan;

20
d. Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi kreditor dapat digunakan

untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan

adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian

pokok pinjaman;

e. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilai bagi pihak

stakeholder organisasi.

Menurut Kasmir (2012 : 104) Rasio Keuangan adalah kegiatan membandingkan

angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka

dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan

komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada diantara

laporan keuangan.Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka

dalam satu periode maupun beberapa periode. Menurut Hanafi dan Halim (2014 : 74)

Pada dasarnya analisis rasio dikelompokkan sebagai berikut :

1. Rasio Likuiditas Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi

kewajiban jangka pendeknya.

2. Rasio Aktivitas Rasio yang mengukur segala mana efektivitas penggunaan aset

dengan melihat tingkat aktivitas aset.

3. Rasio SolvabilitasRasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan

memenuhi kewajiban janga panjangnya.

4. Rasio Profitabilitas Rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan

laba (Profitabilitas)

21
3.2. Analisis Kinerja Keuangan PT Garuda Indonesia

1. Rasio Likuiditas

a. Current ratio (Rasio Lancar)

Merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar

kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih

secara keseluruhan. Menurut Kasmir (2012 : 134) rumus menghitung current ratio

adalah sebagai berikut:

Aset Lancar
Current Ratio = x 100%
Utang Lancar

Sumber: Hantono (2017:10)

Berikut ini disajikan hasil perhitungan current ratio PT. Garuda Indonesia

untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

PT. Garuda Indonesia


Data Current Ratio Tahun 2019-2021 (dalam jutaan rupiah)
Tahun Aset Lancar Utang Lancar
2019 1.133.892.533 3.395.880.889
2020 536.547.176 4.294.797.755
2021 306.725.029 5.771.313.185

Berikut ini disajikan hasil perhitungan curren ratio PT. Garuda Indonesia

untuk tahun 2019 hingga 2021 :

1 .133 . 892 .533


2019 = x 100%
3 .395 . 880 . 889

= 0,334 x 100%

22
= 33,4%

536.547 .176
2020 = x 100%
4.294 .797 .755

= 0,1249 x 100%

= 12,49 %

305.725 .029
2021 = x 100%
5.771.313 .185

= 0,053 x 100%

= 5,3%

Berdasarkan hasil sajian perhitungan Current Ratio (Rasio Lancar) PT.

Garuda Indonesia, pada tahun 2019 sebesar 33,4% dan mengalami penurunan

sebanyak 20,91% menjadi 12,49% di tahun 2020, hal ini dikarenakan oleh

meningkatnya utang lancar perusahaan dan terjadi penurunan pada aset

perusahaan, lalu pada tahun 2021 mengalami penurunan sebanyak 7,19% menjadi

5,3%, hal ini dikarenakan oleh meningkatnya utang lancar perusahaan terus

menerus dan penurunan pada aset lancar perusahaan.

b. Quick Ratio (Rasio Cepat)

Menurut Hantono (2017:10), Rasio cepat adalah mengukur apakah

perusahaan memiliki aset lancar (tanpa harus menjual persediaan) untuk menutupi

kewajiban jangka pendeknya, semakin baik kemampuan perusahaan memenuhi

kewajiban lancarnya. Jika hasilnya mencapai 1:1 atau 100% maka ini akan

23
berakibat baik jika terjadi likuidasi. Karena perusahaan akan mudah untuk

menguangkan asset tersebut untuk membayar kewajibannya.

Aset Lancar −Persediaan


Quick Ratio= x
Utang Lancar

100%
Sumber: Hantono (2017:10)

Berikut ini disajikan hasil perhitungan quick ratio PT. Garuda Indonesia,

untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

PT. Garuda Indonesia


Data Quick Ratio Tahun 2019-2021 (dalam jutaan rupiah)
Tahun Aset Lancar Persediaan Utang Lancar
2019 1.133.892.533 167.744.331 3.395.880.889
2020 536.547.176  105.199.006  4.294.797.755 
2021  306.725.029 73.033.991  5.771.313.185 

Berikut ini disajikan hasil perhitungan quick ratio PT. Garuda Indonesia untuk

tahun 2019 hingga 2021 :

1. 133 . 892. 533−167 . 744 . 331


2019 = x 100%
3 .395 . 880 . 889

966.148 .202
= x 100%
3 .395 . 880 . 889

= 0,2845 x 100%

= 28,45%

536.547.176−105.199 .006
2020 = x 100%
4.294 .797.755

24
431.348 .170
= x 100%
4.294 .797 .755

= 0,1004 x 100%

= 10,04%

305.725.029−73.033.991
2021 = x 100%
5.771 .313 .185

232.691 .038
= x 100%
5.771.313 .185

= 0,0403 x 100%

= 4,03%

Berdasarkan hasil perhitungan quick ratio (rasio cepat), PT. Garuda

Indonesia selama tahun 2019 – 2021 menunjukkan nilai dari rasio cepat

perusahaan yang menurun. Pada tahun 2019 rasio cepat perusahaan berada di

angka 28,45% lalu mengalami penurunan sebesar 18,41% menjadi 10,04% pada

tahun 2020, hal ini berpengaruh oleh pergerakan utang lancar yang meningkat

serta mengalami penurunan pada aset lancarnya, lalu pada tahun 2021 rasio cepat

perusahaan mengalami penurunan sebesar 6,01% menjadi 4,03%, hal ini

berpengaruh oleh pergerakan utang lancar yang meningkat serta penurunan pada

aset lancarnya.

c. Cash Ratio (Rasio Kas)

Cash ratio atau rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur

seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar hutang. Menurut Kasmir

(2012 : 139 ) untuk menghitung cash ratio digunakan rumus sebagai berikut :

25
Kas+Setara Kas
Cash Ratio= x 100%
Utang Lancar

Sumber: Hantono (2017:10)

Berikut ini disajikan hasil perhitungan cash ratio PT. Garuda Indonesia,

untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

PT. Garuda Indonesia


Data Cash Ratio Tahun 2019-2021 (dalam jutaan rupiah)
Tahun Kas dan Setara Kas Utang Lancar
2019 299.348.853 3.395.880.889
2020 200.979.909  4.294.797.755  
2021  54.442.439 5.771.313.185  

Berikut ini disajikan hasil perhitungan cash ratio PT. Garuda Indonesia,

untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat berikut ini:

299. 348 . 853


2019 = x 100%
3 .395 . 880 . 889

= 0,0882 x 100%

= 8,82%

200.979 .909
2020 = x 100%
4.294 .797 .755

= 0,0467 x 100%

= 4,67%

54.442 .439
2021 = x 100%
5.771.313 .185

= 0,0094 x 100%

26
= 0,94%

Berdasarkan hasil perhitungan cash ratio, PT. Garuda Indonesia selama

tahun 2019 mendapatkan hasil 8,82% kemudian pada tahun 2020 mengalami

penurunan sekitar 4,15% di angka 4,67%, hal ini dikarenakan adanya peningkatan

dari utang lancar serta mengalami penurunan pada kas dan setara kas perusahaan,

Lalu pada tahun 2021 mengalami penurunan yang drastis sekitar 3,73% menjadi

0,94% yang disebabkan oleh hutang lancar perusahaan yang semakin meningkat

serta kas das setara kas yang semakin menurun di perusahaan PT. Garuda

Indonesia.

2. Rasio Solvabitas

a. Debt to Equity Ratio

Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang

dengan ekuitas.Menurut Kasmir (2012 : 159) untuk menghitung debt to equity

digunakan rumus sebagai berikut:

Total Utang( Debt )


Debt to Equity Ratio = x
Ekuitas

100% Kasmir (2018:158)


Sumber:

Berikut ini disajikan hasil perhitungan Debt to Equity Ratio PT. Garuda

Indonesia, untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini

PT. Garuda Indonesia


Data Debt to Equity RatioTahun 2019-2021 (dalam jutaan rupiah)

27
Tahun Total Liabilitas Ekuitas
2019 3.873.097.505 582.578.269
2020 12.733.004.654 -1.943.024.247
2021 13.302.805.075 -6.110.059.715

Berikut ini disajikan hasil perhitungan Debt to Equity Ratio PT. Garuda

Indonesia, untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat berikut ini:

3 .873 . 097 . 505


2019 = x 100%
582.578 .269

= 6,6482 x 100%

= 664,82%

12.733.004 .654
2020 = x 100%
−1.943.024 .247

= -6,5532 x 100%

= -655,32%

13.302.805 .075
2021 = x 100%
−6.110 .059.715

= -2,1772 x 100%

= -217,72%

Berdasarkan perhitungan debt to equity, PT. Garuda Indonesia, diketahui

hasilnya pada tahun 2019 sebesar 664,82% dari total ekuitas perusahaan dibiayai

dengan pinjaman modal (utang), lalu pada tahun 2020-2021 terjadi penurunan dan

bernilai negatif, pada tahun 2020 sebesar menghasilkan -655,32% dan mengalami

penurunan sebanyak 437,6% menjadi -217,72% di tahun 2021, hal ini

28
menunjukkan kurangnya kecukupan ekuitas perusahaan membiayai pinjaman

modal (utang) perusahaan.

b. Debt Ratio

Menurut Kasmir (2018:156), Debt ratio merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata

lain, seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang

perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aset.

Total Utang( Debt )


Debt Ratio = x 100%
Total Aset

Sumber: Kasmir (2018:156)

Berikut ini disajikan hasil perhitungan Debt Ratio PT. Garuda Indonesia,

untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

PT. Garuda Indonesia


Data Debt RatioTahun 2019-2021 (dalam jutaan rupiah)
Tahun Total Liabilitas Total Aset
2019 3.873.097.505 4.455.675.774
2020 12.733.004.654 10.789.980.407
2021 13.302.805.075 7.192.745.360

Berikut ini disajikan hasil perhitungan Debt Ratio PT. Garuda Indonesia,

untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat berikut ini:

3 .873 . 097 . 505


2019 = x 100%
4.455.675 .774

29
= 0,849x 100%

= 84,9%

12.733.004 .654
2020 = x 100%
10.789 .980.407

= 1,180 x 100%

= 118%

13.302.805 .075
2021 = x 100%
7.192.745 .360

= 1,8495 x 100%

= 185%

Berdasarkan hasil perhitungan debt ratio, PT. Garuda Indonesia dapat dilihat

bahwa sekitar 84,9% pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang (liabilitas)

untuk tahun 2019. Lalu pada tahun 2020 diketahui bahwa hasil perhitungan debt

ratio perusahaan adalah sebesar 118% yang di mana berarti 118% pendanaan

perusahaan dibiayai oleh utang, lalu pada tahun 2021 mengalami kenaikan 67 %

yang berarti adanya kenaikan dari utang perusahaan dari 118 % menjadi 185 %.

3. Rasio Aktivitas

a. Total Assets Turn Over

Total assets turnover adalah merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur perputaran semua aset yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa

jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aset. Menurut Kasmir (2012 : 85)

untuk menghitung total assets turnover digunakan rumus sebagai berikut :

30
Penjualan
Total Assets Turn Over=
Total Aset

Berikut ini disajikan hasil perhitungan Assets Turn OverPT. Garuda

Indonesia, untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

PT. Garuda Indonesia


Data Assets Turn OverTahun 2019-2021 (dalam jutaan rupiah)
Tahun Penjualan Total Aset
2019 4.572.638.083 4.455.675.774
2020 1.492.331.099  10.789.980.407 
2021 1.336.678.470 7.192.745.360 

Berikut ini disajikan hasil perhitungan Assets Turn OverPT. Garuda

Indonesia, untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat berikut ini:

4 . 572 .638 . 083


2019 =
4.455.675 .774

= 1,03 kali

1.492.331 .099
2020 =
10.789.980 .407

= 0,13 kali

1.336.678 .470
2021 =
7.192.745 .360

= 0,19 kali

31
Berdasarkan hasil perhitungan rasio total assets turnover, PT. Garuda

Indonesia, mengalami perputaran aset tahun 2019 sebanyak 1,03 kali yang artinya

setiap Rp1,00 aset dapat menghasilkan 1,03 kali penjualan, kemudian pada tahun

2020 mengalami perputaran aset sebanyak 0,13 kali yang artinya setiap Rp1,00

aset dapat menghasilkan 0,13 kali penjualan, pada tahun 2021 perputaran aset

sebanyak 0,19 kali artinya setiap Rp1,00 aset dapat menghasilkan 0,19 penjualan.

b. Fixed Assets Turn Over

Menurut Sadalia (2010:60), perputaran aktiva tetap merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada

aktiva tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam menghasilkan penjualan. Menurut

Kasmir (2012 : 184) untuk menghitung fixed assets turnover digunakan rumus

sebagai berikut :

Penjualan
Fixed Assets Turn Over=
Total Aset Tetap

Berikut ini disajikan hasil perhitungan FixedAssets Turn OverPT. Garuda

Indonesia, untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

PT. Garuda Indonesia


Data Fixed Assets Turn Over Tahun 2019-2021 (dalam jutaan rupiah)
Tahun Penjualan Total Aset Tetap
2019 4.572.638.083 1.143.600.991

32
2020 1.492.331.099  9.392.106.273
2021 1.336.678.470 5.854.523.982

Berikut ini disajikan hasil perhitunganFixedAssets Turn OverPT. Garuda

Indonesia, untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat berikut ini:

4 . 572 .638 . 083


2019 =
1 .143 . 600 . 991

= 4 kali

1.492.331 .099
2020 =
9.392.106 .273

= 0,16 kali

1.336.678 .470
2021 =
5.854 .523.982

= 0,23 kali

Berdasarkan hasil perhitungan rasio total fixed assets turnover, PT. Garuda

Indonesia,mengalami perputaran aset tetap tahun 2019 sebanyak 4 kali yang

artinya setiap Rp1,00 aset tetap dapat menghasilkan 4 kali penjualan, kemudian

terjadi penurunan untuk perputaran aset pada tahun 2020, menghasilkan sebanyak

0,16 kali yang artinya setiap Rp1,00 aset tetap dapat menghasilkan 0,16 kali

penjualan, pada tahun 2021 perputaran aset tetap sebanyak 0,23 kali artinya setiap

Rp1,00 aset tetap dapat menghasilkan 0,23 penjualan.

4. Rasio Profitabilitas

a. Gross Profit Margin

33
Gross profit margin atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu

rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Menurut

Kasmir (2012 : 199) untuk menghitung gross profit margin digunakan rumus

sebagai berikut :

Penjualan Bersih−HPP
Gross Profit Margin = x
Penjualan

Sumber:
100%Hery (2017:312)

Berikut ini disajikan hasil perhitungan Gross Profit Margin PT. Garuda

Indonesia, untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

PT. Garuda Indonesia


Data Gross Profit Margin Tahun 2019-2021 (dalam jutaan rupiah)
Tahun Laba/Rugi Kotor Penjualan
2019 708.348.948 4.572.638.083
2020 -1.332.007.214  1.492.331.099  
2021 -985.284.660  1.336.678.470 

Berikut ini disajikan hasil perhitungan Gross Profit MarginPT. Garuda

Indonesia, untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat berikut ini:

708 .348 . 948


2019 = x 100%
4 . 572 .638 . 083

= 0,155 x 100%

= 15,5%

−1.332.007 .214
2020 = x 100%
1.492 .331.099

= -0,8926 x 100%

34
= -89,26%

−985.284 .660
2021 = x 100%
1.336.678 .470

= -0,7371 x 100%

= -73,71%

Berdasarkan hasil perhitungan rasio gross profit margin PT. Garuda

Indonesia pada tahun 2019 menghasilkan sebesar 15,5%, kemudian pada tahun

2020 mengalami penurunan dan bernilai negatif dimana pada tahun 2020

menghasilkan sebesar -89,26% dan mengalami kenaikan pada tahun 2021

menghasilkan nilai rasio -73,71%. Dengan nilai rasio yang dihasilkan dari

perusahaan tersebut dapat dikatakan perusahaan dalam keadaan tidak baik jika

dilihat dari standar industri rata-rata gross profit margin adalah 30%.

b. Net Profit Margin

Net profit margin adalah rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih

sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjualan. Menurut Kasmir (2012 :

200) untuk menghitung net profit margin digunakan rumus sebagai berikut :

Earning Afte Inerest∧TAX ( EAIT )


Net Profit Margin = x 100%
Penjualan

Sumber: Hery (2017:313)

Berikut ini disajikan hasil perhitungan Net Profit Margin PT. Garuda

Indonesia, untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

PT. Garuda Indonesia

35
Data Net Profit Margin Tahun 2019-2021 (dalam jutaan rupiah)
Tahun Rugi Bersih Penjualan
2019 -44.567.515 4.572.638.083
2020 -2.476.633.349  1.492.331.099  
2021 -4.174.004.768  1.336.678.470 

Berikut ini disajikan hasil perhitungan Net Profit Margin PT. Garuda

Indonesia, untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat berikut ini:

−44 . 567 .515


2019 = x 100%
4 . 572 .638 . 083

= -0,0097 %

= -0,97%

−2.476 .633.349
2020 = x 100%
1.492.331 .099

= -1,6596 x 100%

= -166%

−4.174 .004 .768


2021 = x 100%
1.336 .678 .470

= -3,1227x 100%

= -312,27%

Berdasarkan perhitungan rasio net profit margin dari perusahaan PT. Garuda

Indonesia bernilai negatif dimana selama tahun 2019 menghasilkan sebesar -0,97,

% kemudian tahun 2020 menghasilkan sebesar -166% , dan pada tahun 2021

mengalami penurunan menjadi -312,27%. Hal ini menunjukkan biaya yang

36
dikeluarkan perusahaan lebih tinggi jika dibandingkan dengan tingkat penjualan

perusahaan, sehingga perusahaan mengalami kerugian. Perusahaan masuk ke

dalam kategori tidak baik karena standar industri untuk rasio ini adalah sebesar

20%.

c. Return on Equity(ROE)

Menurut Hery (2017:314), Return on Equity merupakan rasio yang

menunjukkan seberapa besar kontribusi ekuitasdalam menciptakan laba bersih.

Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba

bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana ynag tertanam dalam ekuitas.

Menurut Kasmir (2012 : 204) untuk menghitung return on equity digunakan rumus

sebagai berikut :

Earning Afte Inerest∧TAX ( EAIT )


Return on Equity= x 100%
Equity

Sumber: Hery (2017:315)

Berikut ini disajikan hasil perhitungan Return on EquityPT. Garuda

Indonesia, untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

PT. Garuda Indonesia


Data Return on Equity Tahun 2019-2021 (dalam jutaan rupiah)
Tahun Rugi Bersih Ekuitas
2019 -44.567.515 582.578.269
2020 -2.476.633.349  -1.943.024.247
2021 -4.174.004.768  -6.110.059.715

37
Berikut ini disajikan hasil perhitungan Return on Equity PT. Garuda

Indonesia, untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat berikut ini:

−44 .567 . 515


2019 = x 100%
582 . 578. 269

= -0,0765 x 100%

= -7,65%

−2.476 .633 .349


2020 = x 100%
−1.943.024 .247

= 1,2746 x 100%

= 127,46%

−4.174 .004 .768


2021 = x 100%
−6.110 .059 .715

= 0,6831 x 100%

= 68,31%

Berdasarkan perhitungan rasio return on equity, , PT. Garuda Indonesia pada

tahun 2019 bernilai negatif sebanyak -7,65%, kemudian pada tahun 2020

menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi yang diperolehnya sebesar

127,46% lalu pada tahun 2021 mengalami penurunan menjadi 68,31%. Hal ini

menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu menghasilkan laba/mengalami

kerugian serta menggambarkan kinerja keuangan perusahaan yang kurang baik.

d. Return on Asset (ROA)

38
Return on Asse merupakan rasio yang menunjukkan hasil atas jumlah aktiva

yang digunakan dalam perusahaan. Menurut Kasmir (2012 : 202) untuk

menghitung return on assett digunakan rumus sebagai berikut :

Earning Afte Inerest∧TAX ( EAIT )


Return on Asset= x 100%
Total Assets

Sumber: Hery (2017:314)

Berikut ini disajikan hasil perhitungan Return on Asset PT. Garuda

Indonesia, untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

PT. Garuda Indonesia


Data Return on Asset Tahun 2019-2021 (dalam jutaan rupiah)
Tahun Rugi Bersih Aset
2019 -44.567.515 4.455.675.774
2020 -2.476.633.349  10.789.980.407
2021 -4.174.004.768  7.192.745.360

Berikut ini disajikan hasil perhitungan Return on Asset PT. Garuda

Indonesia, untuk tahun 2019 hingga 2021 yang dapat dilihat berikut ini:

−44 .567 . 515


2019 = x 100%
4.455 .675.774

= -0,0100 x 100%

= -1%

−2.476 .633.349
2020 = x 100%
10.789.980 .407

= -0,2295 x 100%

= -22,95%

39
−4.174 .004 .768
2021 = x 100%
7.192 .745 .360

= -0,5803 x 100%

= -58,03%

Berdasarkan perhitungan rasio return on investment, , PT. Garuda Indonesia

bernilai negatif. Pada tahun 2019 menunjukkan tingkat pengembalian investasi

yang diperolehnya sebesar -1%, pada tahun 2020 menunjukkan tingkat

pengembalian investasi yang diperolehnya sebesar -22,95%, kemudian pada tahun

2021 pengembalian investasi sebesar -58,03% yang di mana mengalami penurunan

sebesar 35,08%. Rendahnya rasio ini disebabkan rendahnya margin laba karena

perputaran aset.

40
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah dilakukan analisis dan evaluasi terhadap laporan keuangan PT. Garuda

Indonesia maka penulis mengambil beberapa kesimpulan dan saran yang dianggap

sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam penyempurnaan dimasa yang

akan datang.

5.1. Kesimpulan

1. Dari kedua komponen rasio likuiditas ,dapat dilihat current ratio PT Garuda

Indonesia dalam keadaan tidak likuid, artinya perusahaan tidak mampu

membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar

dikarenakan perbandingan aktivanya lebih kecil dibandingkan kewajiban yang

dimiliki.

2. PT. Garuda Indonesia dapat dilihat bahwa sekitar 118% pendanaan perusahaan

dibiayai dengan utang (liabilitas) untuk tahun 2020. Lalu pada tahun 2021

mengalami kenaikan 67 % yang berarti adanya kenaikan dari utang perusahaan

dari 118 % menjadi 185 %.

3. Berdasarkan hasil perhitungan rasio total assets turn over, PT. Garuda

Indonesia,mengalami perputaran aset tahun 2020 sebanyak 0,13 kali yang artinya

setiap Rp1,00 aset dapat menghasilkan 0,13 kali penjualan, pada tahun 2021

perputaran aset sebanyak 0,19 kali artinya setiap Rp1,00 aset dapat menghasilkan

0,19 penjualan.

41
4. Rasio return on investment, , PT. Garuda Indonesia bernilai negatif. Pada tahun

2020 menunjukkan tingkat pengembalian investasi yang diperolehnya sebesar -

22,95%, pada tahun 2021 pengembalian investasi sebesar -58,03% yang di mana

mengalami penurunan sebesar 35,08%. Rendahnya rasio ini disebabkan

rendahnya margin laba karena perputaran aset.

5.2. Saran

1) PT. Garuda Indonesia harus mampu meningkatkan rasio likuiditas

perusahaan dengan cara meningkatkan kas dan setara kas dan mengurangi

utang lancar sehingga dapat meningkatkan likuiditas perusahaan menjadi

lebih baik dimasa yang akan datang.

2) PT. Garuda Indonesia sebaiknya dapat meningkatkan rasio perusahaan

yang belum baik dengan cara mengurangi pinjaman hutang perusahaan,

hal ini karena Jika rasio perusahaan dalam kondisi baik, perusahaan tidak

akan mengalami kesulitan dalam mendapatkan pinjaman apabila sewaktu-

waktu perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai

kegiatan operasional.

3) PT. Garuda Indonesia sebaiknya meningkatkan kinerjanya pada rasio

Inventory Turnover agar perusahaan mencapai nilai rata-rata industri dan

pada rasio total Assets Turnover perusahaan harus memanagement

persediaan produk agar produk yang diperjualkan dapat sesuai dengan

yang ditargetkan oleh perusahaan.

42
4) PT. Garuda Indonesia memiliki nilai profitabilitas yang telah

menghasilkan laba bagi perusahaan, namun sebaiknya perusahaan harus

mampu meningkatkan laba ditahun berikutnya dengan cara mengelola

ekuitas dan aktiva yang sudah dimiliki perusahaan tersebut agar

perusahaan mendapatkan laba yang diperoleh lebih optimal

43
DAFTAR PUSTAKA

Ali Mutasowifin. 2014. Intisari ANalisis Kinerja Keuangan. Mahameru Publishing


House.

Azhar, Z. A., Ngatno, & Wijayanto, A. (2018).Pengaruh profitabilitas terhadap nilai


perusahaan melalui kebijakan dividen sebagai variabel intervening (studi pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2012-
2016). Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis, 7(4), 1–10

Garuda-indonesia.com. (2022) Tentang Garuda Indonesia - Garuda


Indonesia,https://www.garuda-indonesia.com/id/id/corporate-partners/
company-profile/about/index

Fahmi, Irham, 2014. Pengantar Manajemen Keuangan (Teori Soal dan Jawab).
Bandung: Penerbit Alfabeta

Fahmi, I. 2012. Analisis Kinerja Keuangan. Alfabeta, Bandung

Harmono. 2018. Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard Pendekatan


Teori, Kasus, dan Riset Bisnis. Jakarta:Bumi Aksara.

Kariyoto. 2017. Analisis Laporan Keuangan. Malang: UBMedia.

Muh Taslim Dangga. 2018. Kinerja Keuangan Perbankan: Upaya Untuk


Menciptakan Sistem Perbankan yang Sehat. CV Nur Lina.

Nurhayati, M. (2013).Profitabilitas, likuiditas dan ukuran perusahaan pengaruhnya


terhadap kebijkan dividen dan nilai perusahaan sektor non jasa. Jurnal
Keuangan Dan Bisnis, 5(2), 144–153.

Ratna Kurniawati. 2021. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Penerbangan Pada


Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Akuntansi dan Perpajakan, 7(2): 81-91, 2021

Rina (2019).Analisis Rasio Aktivitas Untuk Menilai Kinerja Keuangan Pada PT


Indofood Sukses Makmur Tbk Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
(BEI).Jurnal Brand, Volume 1 Desember 2019.

Abriyoso, O., Saputra, E. K., Marlinda, C., & Sahara, M. A. (2021, January).Reaction
Analysis of LQ45, STI and KLCI Price Index Before and After COVID-19
Pandemic Events. In Proceeding The First International Conference on
Government Education Management and Tourism (Vol. 1, No. 1, pp. 288-298)

44
Uly Dewi.2016. Analisis Pengaruh Tingkat Likuiditas Terhadap Efisiensi Dan
Kebutuhan Modal Kerja Pada PT Indsutri Telekomunikasi Indonesia (Persero).
Jurnal Ekonomi, Bisnis & Entrepreneurship Vol. 10, No. 2, Oktober 2016, 91-
103 ISSN 2443-0633.

45
Lampiran 1.
Hasil Analisa Rasio Keuangan PT. Garuda Indonesia

PT. Garuda Indonesia


Rasio Keuangan
Tahun
202000% 202100%
Rasio Likuiditas

Current Ratio 12,49% 5,3%


Quick Ratio 10,04% 4,03%
Cash Ratio 4,67% 0,94%

Rasio Solvabitas
Total Debt to Total Equity
-655,32% -217,72%
Ratio
Total Debt to Assets
118% 185%
Ratio
Rasio Aktivitas

Total Assets Turn Over 0,13 kali 0,19 kali


Fixed Assets Turn Over 0,16 kali 0,23 kali

Rasio Profitabilitas

Gross Profit Margin -89,26% -73,71%


Net Profit Margin -166% -312,27%
Return on Equity 127,46% 68,31%
Return on Investment -22,95% -58,03%

46
Lampiran 2

LAPORAN POSISI KEUANGAN


PT GARUDA INDONESIA 31 DESEMBER 2020 s.d 2021
(dalam rupiah)

31 December 2021 31 December 2020


Aset    
Aset lancar    
Kas dan setara kas 54.442.439 200.979.909
Wesel tagih    
Investasi jangka pendek    
Dana yang dibatasi 5.938.273 512.150
penggunaannya lancar
Aset keuangan lancar    
Aset keuangan lancar yang    
diukur pada nilai wajar melalui laba
rugi
Aset keuangan dimiliki    
hingga jatuh tempo lancar
Aset keuangan lancar    
tersedia untuk dijual
Aset keuangan lancar    
lainnya
Aset keuangan derivatif lancar    
Piutang usaha    
Piutang usaha pihak ketiga 84.742.853 100.583.150
Piutang usaha pihak berelasi 9.996.478 10.323.841
Piutang sewa pembiayaan    
lancar
Piutang retensi    
Piutang retensi pihak ketiga    
Piutang retensi pihak    
berelasi
Tagihan bruto pemberi kerja    
Tagihan bruto pemberi kerja 1.704.683 10.379.193
pihak ketiga
Tagihan bruto pemberi kerja 94.417 3.817
pihak berelasi
Piutang subsidi    

47
Piutang nasabah lancar    
Piutang nasabah lancar    
pihak ketiga
Piutang nasabah lancar    
pihak berelasi
Piutang margin    
Piutang dari lembaga kliring    
dan penjaminan
Piutang premi dan reasuransi    
Piutang dividen dan bunga    
Piutang lainnya    
Piutang lainnya pihak ketiga 4.603.380 3.697.423
Piutang lainnya pihak 2.744.050 2.294.999
berelasi
Persediaan lancar    
Persediaan hewan ternak    
lancar
Persediaan aset real estat    
lancar
Persediaan lancar lainnya 73.033.991 105.199.006
Biaya dibayar dimuka lancar   8.136.268
Jaminan    
Uang muka lancar    
Uang muka lancar atas    
investasi
Uang muka lancar atas    
pembelian aset tetap
Uang muka lancar lainnya 45.163.998 56.552.368
Pajak dibayar dimuka lancar 23.260.467 28.182.366
Klaim atas pengembalian    
pajak lancar
Biaya pengupasan tanah yang    
ditangguhkan lancar
Biaya mobilisasi yang    
ditangguhkan lancar
Aset pengampunan pajak    
lancar
Aset non-keuangan lancar    
lainnya
Aset tidak lancar atau 0 9.702.686
kelompok lepasan diklasifikasikan
sebagai dimiliki untuk dijual

48
Aset tidak lancar atau    
kelompok lepasan diklasifikasikan
sebagai dimiliki untuk didistribusikan
kepada pemilik
Jumlah aset lancar 305.725.029 536.547.176
Aset tidak lancar    
Piutang sewa pembiayaan    
tidak lancar
Dana yang dibatasi    
penggunaannya tidak lancar
Dana cadangan perawatan 164.856.914 314.359.197
pesawat
Piutang dari pihak berelasi    
Piutang dari pemegang saham    
Piutang nasabah tidak lancar    
Piutang nasabah tidak    
lancar pihak ketiga
Piutang nasabah tidak    
lancar pihak berelasi
Piutang tidak lancar lainnya    
Piutang tidak lancar lainnya    
pihak ketiga
Piutang tidak lancar lainnya    
pihak berelasi
Investasi yang dicatat dengan    
menggunakan metode ekuitas
Investasi pada entitas anak,    
ventura bersama, dan entitas asosiasi
Investasi pada entitas anak    
Investasi pada entitas    
ventura bersama
Investasi pada entitas 2.599.119 20.006.880
asosiasi
Uang muka tidak lancar    
Uang muka tidak lancar atas    
investasi
Uang muka tidak lancar atas 153.616.395 185.640.719
pembelian aset tetap
Uang muka tidak lancar    
lainnya
Aset keuangan tidak lancar    

49
Aset keuangan tidak lancar    
yang diukur pada nilai wajar melalui
laba rugi
Aset keuangan tidak lancar    
dimiliki hingga jatuh tempo
Aset keuangan tidak lancar 14.293.826 2.887.794
tersedia untuk dijual
Aset keuangan tidak lancar 32.771.844 31.252.872
lainnya
Aset keuangan derivatif tidak    
lancar
Biaya dibayar dimuka tidak    
lancar
Pajak dibayar dimuka tidak 625.625 298.844
lancar
Aset pajak tangguhan 571.753.237 211.828.238
Persediaan tidak lancar    
Persediaan hewan ternak    
tidak lancar
Aset real estat tidak lancar    
Persediaan tidak lancar    
lainnya
Hewan ternak produksi    
Hutan tanaman industri    
Hutan tanaman industri    
menghasilkan
Hutan tanaman industri    
belum menghasilkan
Tanaman perkebunan    
Tanaman perkebunan    
menghasilkan
Tanaman perkebunan belum    
menghasilkan
Perkebunan plasma    
Aset reasuransi    
Properti investasi 83.083.551 83.894.322
Aset tetap 5.854.523.982 9.392.106.273
Aset ijarah    
Agunan yang diambil alih    
Aset minyak dan gas bumi    
Aset eksplorasi dan evaluasi    
Hak konsesi jalan tol    

50
Properti pertambangan    
Biaya pengupasan tanah yang    
ditangguhkan tidak lancar
Biaya mobilisasi yang    
ditangguhkan tidak lancar
Beban tangguhan    
Beban tangguhan hak atas    
tanah
Beban tangguhan atas biaya    
eksplorasi dan pengembangan
Beban tangguhan atas biaya    
pengelolaan hak pengusahaan hutan

Beban tangguhan atas biaya    


pengelolaan dan reklamasi
lingkungan hidup
Beban tangguhan lainnya 23.480 42.977
Klaim atas pengembalian    
pajak tidak lancar
Aset imbalan pasca kerja 8.819.306 10.831.625
Goodwill    
Aset takberwujud selain 35.943 253.179
goodwill
Aset pengampunan pajak tidak 17.109 30.311
lancar
Aset tidak lancar non-    
keuangan lainnya
Jumlah aset tidak lancar 6.887.020.331 10.253.433.231
Jumlah aset 7.192.745.360 10.789.980.407
Liabilitas dan ekuitas    
Liabilitas    
Liabilitas jangka pendek    
Pinjaman jangka pendek 699.191.633 805.272.996
Utang trust receipts    
Utang usaha    
Utang usaha pihak 341.916.442 299.900.564
ketiga
Utang usaha pihak 287.662.388 121.073.351
berelasi
Utang lainnya    
Utang lainnya pihak 39.632.678 38.454.081
ketiga
Utang lainnya pihak 730.682 224.796

51
berelasi
Uang muka pelanggan    
jangka pendek
Uang muka pelanggan 50.714.684 57.806.682
jangka pendek pihak ketiga
Uang muka pelanggan 252.637 116.226
jangka pendek pihak berelasi
Utang dividen    
Liabilitas keuangan jangka    
pendek lainnya
Beban akrual jangka pendek 739.304.926 378.376.163
Liabilitas imbalan pasca 16.237.370 17.854.160
kerja jangka pendek
Utang pajak 233.638.202 212.537.231
Utang cukai    
Utang proyek    
Utang kepada lembaga    
kliring dan penjaminan
Utang nasabah    
Utang nasabah pihak    
ketiga
Utang nasabah pihak    
berelasi
Utang reasuransi    
Liabilitas anjak piutang 0 94.019.723
Uang jaminan jangka    
pendek
Pendapatan diterima dimuka 166.425.468 168.091.594
jangka pendek
Liabilitas bruto kepada    
pemberi kerja
Liabilitas bruto kepada    
pemberi kerja pihak ketiga
Liabilitas bruto kepada    
pemberi kerja pihak berelasi
Pendapatan ditangguhkan    
jangka pendek
Provisi jangka pendek    
Provisi jangka pendek    
pelapisan jalan tol
Provisi jangka pendek    
biaya pengembalian dan
pemeliharaan pesawat

52
Provisi jangka pendek    
pembangunan prasarana, fasilitas
umum, dan sosial
Provisi jangka pendek    
biaya pembongkaran aset tetap
Provisi jangka pendek    
restorasi dan rehabilitasi
Provisi jangka pendek    
lainnya
Liabilitas pembayaran    
berbasis saham
Liabilitas jangka panjang    
yang jatuh tempo dalam satu tahun
Liabilitas jangka 55.720.909 51.068.979
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas utang bank
Liabilitas jangka 65.549.397 25.522.846
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas pinjaman beragunan
Liabilitas jangka    
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas pinjaman tanpa agunan
Liabilitas jangka    
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas penerusan pinjaman
Liabilitas jangka    
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas pinjaman dari pemerintah
republik indonesia
Liabilitas jangka    
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas pinjaman subordinasi
Liabilitas jangka    
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas liabilitas kerja sama
operasi
Liabilitas jangka    
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas liabilitas pembebasan
tanah
Liabilitas jangka    
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas utang pembiayaan
konsumen

53
Liabilitas jangka 1.842.202.619 1.505.258.580
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas liabilitas sewa pembiayaan
Liabilitas jangka    
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas utang listrik swasta
Liabilitas jangka    
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas utang retensi
Liabilitas jangka    
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas wesel bayar
Liabilitas jangka 69.931.786  
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas utang obligasi
Liabilitas jangka 495.188.854 492.074.369
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas sukuk
Liabilitas jangka 667.012.510 25.117.040
panjang yang jatuh tempo dalam satu
tahun atas pinjaman lainnya
Utang pihak berelasi jangka    
pendek
Utang pemegang saham    
jangka pendek
Liabilitas keuangan derivatif    
jangka pendek
Liabilitas pengampunan    
pajak lancar
Liabilitas non-keuangan 0 0
jangka pendek lainnya
Liabilitas yang secara 0 2.028.374
langsung berhubungan dengan aset
tidak lancar atau kelompok lepasan
yang diklasifikasikan sebagai dimiliki
untuk dijual atau dimiliki untuk
didistribusikan kepada pemilik
Jumlah liabilitas jangka 5.771.313.185 4.294.797.755
pendek
Liabilitas jangka panjang    
Liabilitas keuangan derivatif    
jangka panjang
Liabilitas pajak tangguhan 779.089 804.629
Utang pihak berelasi jangka 580.361.465 582.500.342
panjang

54
Utang pemegang saham    
jangka panjang
Liabilitas jangka panjang    
setelah dikurangi bagian yang jatuh
tempo dalam satu tahun
Liabilitas jangka 720.187.820 248.159.518
panjang atas utang bank
Liabilitas jangka    
panjang atas penerusan pinjaman
Liabilitas jangka 0 51.045.692
panjang atas pinjaman beragunan
Liabilitas jangka    
panjang atas pinjaman tanpa agunan
Liabilitas jangka    
panjang atas pinjaman dari
pemerintah republik indonesia
Liabilitas jangka    
panjang atas pinjaman subordinasi
Liabilitas jangka    
panjang atas liabilitas kerja sama
operasi
Liabilitas jangka    
panjang atas liabilitas pembebasan
tanah
Liabilitas jangka    
panjang atas utang pembiayaan
konsumen
Liabilitas jangka 3.768.230.816 4.493.564.698
panjang atas liabilitas sewa
pembiayaan
Liabilitas jangka    
panjang atas utang listrik swasta
Liabilitas jangka    
panjang atas utang retensi
Liabilitas jangka    
panjang atas wesel bayar
Liabilitas jangka    
panjang atas utang obligasi
Liabilitas jangka    
panjang atas sukuk
Liabilitas jangka 2.348.193.989 2.955.512.646
panjang atas pinjaman lainnya
Obligasi konversi    
Pendapatan diterima dimuka    
jangka panjang
Uang jaminan jangka    

55
panjang
Uang muka pelanggan    
jangka panjang
Uang muka pelanggan 7.037.198 6.100.050
jangka panjang pihak ketiga
Uang muka pelanggan    
jangka panjang pihak berelasi
Pendapatan ditangguhkan    
jangka panjang
Provisi jangka panjang    
Provisi pelapisan jalan    
tol jangka panjang
Provisi biaya    
pengembalian dan pemeliharaan
pesawat jangka panjang
Provisi pembangunan    
prasarana, fasilitas umum, dan sosial
jangka panjang
Provisi biaya    
pembongkaran aset tetap jangka
panjang
Provisi restorasi dan    
rehabilitasi jangka panjang
Provisi jangka panjang    
lainnya
Biaya pengupasan tanah    
yang masih harus dibayar
Liabilitas kepada pemegang    
polis
Kewajiban imbalan pasca 94.140.107 100.087.608
kerja jangka panjang
Liabilitas pengampunan    
pajak tidak lancar
Liabilitas keuangan jangka    
panjang lainnya
Liabilitas non-keuangan 12.561.406 431.716
jangka panjang
Jumlah liabilitas jangka 7.531.491.890 8.438.206.899
panjang
Jumlah liabilitas 13.302.805.075 12.733.004.654
Ekuitas    
Ekuitas yang diatribusikan    
kepada pemilik entitas induk
Saham biasa 1.310.326.950 1.310.326.950
Saham preferen    

56
Tambahan modal disetor 13.753.694 13.753.694
Saham tresuri    
Uang muka setoran modal    
Opsi saham    
Cadangan revaluasi 234.229.542 227.889.392
Cadangan selisih kurs (218.204.177) (218.585.390)
penjabaran
Cadangan perubahan nilai 0 4.497.900
wajar aset keuangan tersedia untuk
dijual
Cadangan keuntungan 316.684 316.684
(kerugian) investasi pada instrumen
ekuitas
Cadangan pembayaran    
berbasis saham
Cadangan lindung nilai arus    
kas
Cadangan pengukuran    
kembali program imbalan pasti
Cadangan lainnya    
Komponen ekuitas lainnya    
Saldo laba (akumulasi    
kerugian)
Saldo laba yang telah 6.081.861 6.081.861
ditentukan penggunaannya
Saldo laba yang belum (7.418.846.826) (3.263.966.450)
ditentukan penggunaannya
Jumlah ekuitas yang (6.072.342.272) (1.919.685.359)
diatribusikan kepada pemilik entitas
induk
Proforma ekuitas    
Kepentingan non-pengendali (37.717.443) (23.338.888)
Jumlah ekuitas (6.110.059.715) (1.943.024.247)
Jumlah liabilitas dan ekuitas 7.192.745.360 10.789.980.407

LAPORAN LABA RUGI


PT GARUDA INDONESIA 31 DESEMBER 2020 s.d 2021
(dalam rupiah)

31 December 2021 31 December 2020


Penjualan dan pendapatan usaha 1.336.678.470 1.492.331.099
Beban pokok penjualan dan pendapatan (2.321.963.130) (2.824.338.313)

57
Jumlah laba bruto (985.284.660) (1.332.007.214)
Beban penjualan (94.878.738) (129.234.980)
Beban umum dan administrasi (192.180.422) (350.253.350)
Pendapatan keuangan 17.954.502 168.034.422
Beban keuangan (571.741.475) (553.669.995)
Keuntungan (kerugian) selisih kurs mata 22.118.829 (35.247.323)
uang asing
Bagian atas laba (rugi) entitas asosiasi (16.599.396) (3.888.337)
yang dicatat dengan menggunakan
metode ekuitas
Bagian atas laba (rugi) entitas ventura    
bersama yang dicatat menggunakan
metode ekuitas
Keuntungan (kerugian) atas instrumen    
keuangan derivatif
Pendapatan lainnya    
Beban lainnya (2.711.942.456) (366.782.800)
Keuntungan (kerugian) lainnya    
Jumlah laba (rugi) sebelum pajak (4.532.553.816) (2.603.049.577)
penghasilan
Pendapatan (beban) pajak 358.549.048 126.416.228
Jumlah laba (rugi) dari operasi yang (4.174.004.768) (2.476.633.349)
dilanjutkan
Laba (rugi) dari operasi yang dihentikan    
Jumlah laba (rugi) (4.174.004.768) (2.476.633.349)

58

Anda mungkin juga menyukai