Anda di halaman 1dari 97

SKRIPSI

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, LIKUIDITAS,


UMUR PERUSAHAAN DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN
KEUANGAN PADA PERUSAHAAN TRANSPORTASI DI BEI
TAHUN 2018-2021

Oleh :
Velia Hendri
175310163

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
202
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat pada saat ini dapat

memicu di antara pelaku bisnis. Berbagai macam usaha dilakukan untuk

meningkatkan pendapatan, salah satu kebijakan yang ditempuh oleh pihak

pengelola perusahaan dengan menerapkan ilmu akuntansi (Amelia, 2020).

Akuntansi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan kita.

Terutama sekali pada instansi-instansi keuangan, perusahaan-perusahaan, dan

pihak-pihak lain yang menggunakannya. Akuntansi memberikan informasi kepada

manajer untuk operasional perusahaan. Akuntansi juga memberikan informasi

kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahui kinerja ekonomi dan

kondisi perusahaan (Akbar, 2020).

Aplikasi dari ilmu akuntansi adalah penyajian laporan keuangan, karena

merupakan poin yang sangat penting dalam suatu perusahaan (Amelia, 2020).

Laporan keuangan merupakan informasi finansial tentang kegiatan perusahaan

dan hasil-hasilnya yang disusun berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan dalam periode tertentu. Indonesia PSAK merupakan pedoman pokok

penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi perusahaan-perusahaan terbuka

dan unit ekonomi lainnya, untuk menciptakan transparansi bagi perusahaan

(Widhiyastuti, 2017). Jadi perusahaan wajib mengikuti pedoman tersebut agar

laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan regulasi.

1
2

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 tujuan laporan

keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja

keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan

pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga

harus dibuat secara sebenar-benarnya tanpa adanya rekayasa ataupun manipulasi

agar tidak menyesatkan bagi pengguna laporan keuangan tersebut.

Laporan keuangan digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi para

pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Dikarenakan hal

tersebut maka suatu laporan keuangan harus disajikan secara lengkap,

kelengkapan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi yang sempurna

bagi pengguna laporan keuangan. Laporan keuangan dikatakan lengkap apabila

pengungkapannya secara menyeluruh (full disclosure) (Suwardjono, 2014).

Full disclosure diartikan bahwa informasi disajikan secara penuh

(Suwardjono, 2014). Pengungkapan (disclosure) yang disampaikan perusahaan

dapat dibagi menjadi pengungkapan wajib dan sukarela (Suwardjono, 2014).

Pengungkapan wajib merupakan pengungkapan minimum yang diwajibkan

perusahaan untuk membuat laporan tersebut.

Peraturan mengenai pengungkapan informasi dalam laporan keuangan

tahunan yang diatur melalui peraturan OJK (Otoritas Jasa Keuangan), setiap

perusahaan yang terdaftar di pasar modal diwajibkan untuk menyampaikan

laporan tahunanya kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Peraturan itu ditetapkan

pada Nomor: 29/POJK.04/2016 tentang Penyampaian Laporan Tahunan

Perusahaan Emiten Dan Publik. Sedangkan pada penyusunan laporan keuangan


3

diatur melalui Surat Keputusan Bapepam No. 347/BL/2012 tentang penyajian dan

pengungkapan laporan keuangan emiten dan perusahaan publik.

Perusahaan jasa transportasi Garuda Indonesia pernah terjadi adanya

permasalahan pada laporan keuangannya, dimana GIIA harus diberikan sanksi

oleh OJK untuk merevisi laporan keuangan tahun 2018. Hal ini dikarenakan

adanya overstate pada laba bersih sebesar USD809,85 ribu atau setara Rp11,33

miliar (asumsi kurs Rp14.000 per dolar AS). Angka ini melonjak tajam dibanding

2017 yang menderita rugi USD216,5 juta. Kenaikan laba yang signifikan terjadi

karena Garuda Indonesia memasukan keuntungan dari PT Mahata Aero Teknologi

yang memiliki utang kepada maskapai berpelat merah tersebut. PT Mahata Aero

Teknologi sendiri memiliki utang terkait pemasangan wifi yang belum

dibayarkan. Utang belum dibayarkan tersebut sudah diakui oleh pihak GIIA

sehingga terjadinya peningkatan laba di tahun 2018. Hal ini menjadi polemik

sehingga OJK dan menteri keuangan harus memeriksa GIIA dikarenakan adanya

manajemen laba yang berlebihan sehingga GIAA harus diberi sanksi oleh OJK

(CNNIndonesia.com, 2019). Permasalahan pada Garuda Indonesia menunjukkan

bahwa dengan tujuan meningkatkan profitabilitas, manajemen melakukan

kecurangan pada penyajian pada laporan keuangannya, sehingga laporan

keuangan yang dipublikasi tidak menjadi relevan dan diragukan kelengkapan

laporan keuangannya.

Permasalahan selanjutnya terjadi pada Benny Tjokrosaputro selaku

direktur utama Hanson International terbukti melakukan pelanggaran Pasal 107

Undang-Undang Pasar Modal (UUPM) dan bertanggung jawab atas kesalahan


4

penyajian Laporan Keuangan Tahunan (LKT) Hanson International per 31

Desember 2016. Kesalahan ini mengakibatkan LKT pada periode tersebut

mengalami overstated dengan nilai material sejumlah Rp 613 miliar. OJK juga

menjatuhkan sanksi kepada perseroan atas dua pelanggaran yang dinilai

berlawanan dengan UU Pasar Modal. Pertama, pengakuan pendapatan perseroan

dengan metode aktual penuh atas penjualan kavling siap bangun (Kasiba) dengan

nilai gross sebesar Rp 732 miliar. Pendapatan tersebut dinilai bertentangan dengan

Ketentuan Pasal 69 UUPM tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan

Keungan Emiten. Kemudian, Hanson International juga dinilai melanggar Pasal

69 UUPM huruf C, karena perseroan tidak mengungkapkan Perjanjian Pengikatan

Jual Beli Kasiba di Perumahan Serpong Kencana tertanggal 14 Juli 2016.

(sumber: https://investor.id/market-and-corporate, Agustus 2019).

Berdasarkan kasus-kasus permasalahan yang dijelaskan sebelumnya

memberikan kesimpulan bahwa perusahaan masih banyak menyajikan laporan

keuangan yang tidak relevan demi meningkatkan labanya, sehingga

pengungkapan laporan keuangan yang disajikan perusahaan tidak sesuai dengan

PSAK yang diberlakukan.

Pengungkapan seharusnya lebih konsisten dalam penyampaian Standar

Akuntansi yang digunakan, sehingga hasil penyampaian laporan keuangan

tersebut tidak ada yang merasa ditutupi, karena laporan keuangan salah satu faktor

penting dalam mengetahui kinerja perusahaan maka peneliti termotivasi

melakukan penelitian mengenai kelengkapan dalam pengungkapan laporan

keuangan yang disampaikan oleh perusahaan yang terdaftar di BEI.


5

Ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan

laporan keuangan, fokus pada penelitian ini faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan yaitu profitabilitas,

leverage, likuiditas, umur perusahaan dan ukuran perusahaan. Menurut Kasmir

(2016) profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat

efektivitas manajemen suatu perusahaan. Profitabilitas yang tinggi menunjukkan

tingginya laba yang diperoleh perusahaan, dengan profitabilitas tinggi para

manajer perusahaan akan mengungkapan lebih banyak laporan keuangan untuk

menunjukan kinerja perusahaan. Semakin besar profitabilitas maka semakin luas

dalam pengungkapan laporan keuangan. Terdapat perbedaan hasil penelitian dari

Azzahra, dkk (2021) yang menyatakan profitabilitas berpengaruh terhadap

pengungkapan laporan keuangan. Sedangkan hasil penelitian dari Syarli (2021)

menyatakan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan.

Faktor berikutnya yaitu leverage. Menurut Kasmir (2016) leverage adalah

rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai

dengan utang. Hubungan leverage dengan pengungkapan laporan keuangan

menurut Sinurat dan Sembiring (2016) semakin besar leverage menunjukan

besarnya resiko dalam pembayaran hutang perusahaan, sehingga akan semakin

sempit dalam pengungkapan laporan keuangan sebaliknya semakin kecil leverage

menunjukan rendahnya risiko dalam pembayaran perusahaan maka semakin luas

dalam pengungkapan laporan keuangan. Terdapat perbedaan hasil penelitian dari

Widhiyastuti (2017) yang menyatakan leverage berpengaruh terhadap


6

kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Sedangkan hasil penelitian dari

Azzahra, dkk (2021) menyatakan leverage tidak berpengaruh terhadap

pengungkapan laporan keuangan.

Faktor berikutnya yaitu likuiditas. Likuiditas adalah kemampuan suatu

perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya yang segera harus dipenuhi

karena likuiditas berkaitan dengan investasi jangka pendek (Harahap, 2013).

Tingkat likuiditas yang lebih tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi suatu

keuangan perusahaan, yang likuiditas tinggi berarti kondisi keuangan juga lebih

baik cenderung berani mengungkapkan informasi lebih banyak melalui laporan

keuangan (Kemal, 2019). Terdapat perbedaan hasil penelitian dari Kemal (2019)

yang menyatakan likuiditas berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan

laporan keuangan. Sedangkan hasil penelitian dari Azzahra, dkk (2021)

menyatakan likuiditas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan laporan

keuangan.

Faktor berikutnya yaitu umur perusahaan. Debora (2019) menjelaskan

umur perusahaan dapat diartikan sebagai awal perusahaan berdiri hingga

perusahaan itu sendiri dapat mempertahankan eksitensi sebuah bisnis. Mulyadi &

Ariyanti (2016) menyatakan umur perusahaan yang tua harus memberikan

informasi tentang pengungkapan laporan keuangan kepada pemangku

kepentingan. Ketika pengungkapan informasi perusahaan yang luas maka

menunjukkan kualitas perusahaan tersebut kepada pihak luar perusahaan. Umur

perusahaan digunakan untuk mengukur perusahaan dalam mempertahankan

eksistensinya didunia bisnis dari awal berdiri sampai mencapai tujuannya.


7

Terdapat perbedaan hasil penelitian dari Neliana (2017) yang menyatakan umur

perusahaan berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

Sedangkan hasil penelitian dari Azzahra, dkk (2021) menyatakan umur

perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan laporan keuangan.

Faktor berikutnya yaitu ukuran perusahaan. Perusahaan yang memiliki

total aktiva lebih besar, lebih mudah mendapatkan dana dari kreditur, perusahaan

tadi akan memperoleh pengawasan dari pihak kreditur karena kreditur

memerlukan informasi untuk memastikan debitur dapat membayarkan hutangnya

Syarli (2021). Oleh karena itu, semakin besar total aktiva suatu perusahaan maka

tekanan pada pihak manajemen untuk memperhatikan pengungkapan informasi

perusahaan akan semakin besar. Terdapat perbedaan hasil penelitian dari Syarli

(2021) menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan. Sedangkan hasil penelitian dari Azzahra, dkk

(2021) menyatakan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan

laporan keuangan.

Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, maka penulis ingin

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Profitabilitas, Leverage,

Likuiditas, Umur Perusahaan Dan Ukuran Perusahaan Terhadap

Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan

Transportasi Di BEI Tahun 2018-2021”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah

pada penelitian ini yaitu:


8

1. Apakah profitabilitas berpengaruh positif terhadap kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan?

2. Apakah leverage berpengaruh negatif terhadap kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan?

3. Apakah likuiditas berpengaruh positif terhadap kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan?

4. Apakah umur perusahaan positif berpengaruh terhadap kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan?

5. Apakah ukuran perusahaan positif berpengaruh terhadap kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan?

1.3 Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap

kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

2. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh leverage terhadap

kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

3. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh likuiditas terhadap

kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

4. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh umur perusahaan terhadap

kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

5. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap

kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.


9

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan hasil dari tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan

dapat memberikan beberapa kegunaan dan manfaat, yaitu:

1. Kegunaan Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan

bagi kalangan akademisi, khususnya dalam kegiatan pengauditan

mengenai audit kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada

perusahan-perusahan di Indonesia.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan acuan untuk

penelitian yang akan dilakukan selanjutnya terutama berkaitan tentang

masalah kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

2. Kegunaan Praktis

Peneliti berharap dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, adapun

kegunaan penelitian ini, yaitu:

a. Penulis

Penelitian ini menambah wawasan mengenai permasalahan yang ada,

khususnya tentang pengaruh leverage, likuiditas, umur perusahaan, dan

ukuran perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan

keuangan.

b. Perusahaan Transportasi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi perusahaan-

perushaan dalam membuat rencana serta kebijakan yang dapat


10

meningkatkan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan kepada

publik.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Unsur-unsur yang dimuat dalam bab ini yaitu: latar belakang

masalah yang mendasari penelitian, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan

penelitian.

BAB II : TELAAH PUSTAKA

Bab ini berisi mengenai landasan teori yang digunakan sebagai

dasar dan bahan acuan dalam penelitian, ada juga penelitian

terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis.

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan tentang desain penelitian, variabel-

variabel penelitian, penentuan populasi dan sampel, jenis dan

sumber data, dan metode analisis data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan analisis data berisikan mengenai uji

statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis.

BAB V : PENUTUP

Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran atas hasil dari

penelitian.
BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keangenan (Agency Theory)

Menurur Jensen dan Meckling (1976) teori keagenan atau agency theory

merupakan gambaran hubungan antara pihak yang memiliki wewenang yakni

investor yang juga biasa disebut dengan principal dengan para manajer yang

merupakan agent yang diberikan wewenang. Teori keagenan tersebut juga dapat

dilihat sebagai suatu model kontraktual antar dua atau lebih pihak, yaitu dimana

salah satu pihak disebut agent dan pihak lain disebut principal (Sefty, dkk, 2016).

Dasar perlunya praktek pengungkapan laporan keuangan dijelaskan dalam

teori keagenan (agency theory) Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa

hubungan keagenan (agency relationship) ada bilamana satu atau lebih individu

yang disebut dengan principal bekerja dengan individu atau organisasi lain yang

disebut agent. Principal menyediakan fasilitas dan dana untuk menjalankan

perusahaan dan di pihak lain manajemen mempunyai kewajiban untuk mengelola

apa yang diamanatkan oleh pemegang saham kepadanya. Agent diwajibkan

memberikan laporan periodik pada principal tentang usaha yang dijalankannya.

Principal akan menilai kinerja agent melalui laporan keuangan yang disampaikan

kepadanya. Dengan demikian laporan keuangan merupakan sarana akuntabilitas

kepada pemiliknya.

Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Sefty, dkk (2016)

pengungkapan laporan keuangan oleh manajemen (agent) kepada pemilik usaha

11
12

(principal) didasarkan kepada teori keagenan (agency theory). Teori keagenan

mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agent dan

pemilik sebagai principal. Asimetri informasi ini terjadi ketika manajer lebih

mengetahui informasi dan kondisi di dalam perusahaan dibandingkan dengan

pemegang saham dan stakeholder. Hal ini dikarenakan pihak manajer setiap hari

berinteraksi langsung dengan kegiatan perusahaan sedangkan pemegang saham

dan stakeholder tidak berinteraksi langsung pada kegiatan perusahaan, hanya

mengandalkan laporan yang diberikan oleh pihak manajemen. Jensen dan

Meckling menyatakan bahwa pengungkapan laporan keuangan yang lengkap akan

mengurangi asimetri informasi tersebut.

Oleh karena itu, perusahaan dituntut melakukan pengungkapan informasi

keuangan dan informasi relevan lainnya dalam laporan keuangan tahunan karena

pengungkapan merupakan aspek penting akuntansi keuangan. Informasi tersebut

berguna bagi para pemakai terutama investor untuk pengambilan keputusan.

2.1.2 Signalling Theory

Dalam Suwardjono (2014) signalling theory melandasi pengungkapan

laporan keuangan. Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapan informasi

yang menurut pertimbangannya sangat diminati oleh investor dan pemengang

saham khususnya kalau informasi tersebut merupakan berita baik. Manejemen

juga berminat menyampaikan informasi yang dapat meningkatkan kredibilitasnya.

Menurut Neliana (2017) signaling theory mengemukakan tentang

bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna

laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah
13

dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat

berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut

lebih baik daripada perusahaan lain. Penyampaian informasi bisa melalui

publikasi laporan tahunan (annual report), perusahaan Integritas informasi

laporan keuangan yang mencerminkan nilai perusahaan merupakan sinyal positif

yang dapat mempengaruhi opini investor dan kreditor atau pihak-pihak lain yang

berkepentingan.

Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat

asimetri informasi antara manajer perusahaan dan pihak luar karena manajer

perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang

akan datang daripada pihak luar. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan

dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi

informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah

satunya berupa informasi keuangan yang positif dan dapat dipercaya yang akan

mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan di masa mendatang

sehingga dapat meningkatkan kredibilitasnya dan kesuksesan perusahaan.

Semakin besar perusahaan akan memiliki dorongan yang lebih besar untuk

memberi sinyal mengenai kualitas perusahaan melalui pengungkapan informasi

keuangan yang meningkat. Alasan utama yang melatarbelakangi keadaan tersebut

adalah karena nilai perusahaan sangat tergantung pada persepsi investor mengenai

kemampuan manajer mengelola perusahaan, terutama dalam menghadapi

perubahan di masa mendatang. Dengan demikian memberi sinyal berupa


14

pengungkapan laporan keuangan maupun tahunan secara terbuka dan transparan

kepada publik diharapkan dapat meningkatkan nilai pasar perusahaan.

2.1.3 Laporan Keuangan

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan, menyatakan bahwa laporan

keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan

yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan

posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara misalnya laporan arus kas

atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain, serta materi penjelasan yang

merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

Menurut Fahmi (2014) laporan keuangan yang disajikan merupakan

bagian dari proses pelaporan keuangan yang menggambarkan kondisi finansial

entitas dalam suatu periode akuntansi, informasi yang diberikan entitas melalui

laporan keuangan digunakan oleh para pengguna laporan keuangan untuk

membuat keputusan.

Tujuan dari laporan keuangan menurut PSAK adalah menyediakan

informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi

keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam

pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang

telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber

daya yang dipercayakan kepadanya. Laporan keuangan yang telah disusun

merupakan laporan hasil akhir dari suatu proses akuntansi. Setiap transaksi yang

dapat diukur dengan uang dicatat dan diolah sedemikia rupa, sehingga menjadi

laporan akhir yang disajikan dalam satuan uang.


15

Menurut Deanta (2016) laporan keuangan merupakan informasi yang

sifatnya historis yang disusun untuk berbagai tujuan, diantaranya adalah sebagai

berikut:

1) Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai posisi keuangan,

kinerja serta perubahn posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat

bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

2) Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh

sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh

keuangan dari kinerja masa lalu.

3) Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan

manajemen atau pertanggung jawanban manajemen atas sumber daya yang

dipercayakan kepadanya.

Pihak-pihak pengguna laporan keuangan sangat beragam dalam

memanfaatkan informasi dari laporan keuangan sesuai dengan kepentingan

pribadi masing-masing. Dalam kutipan Kasmir (2016) terdapat pihak-pihak

penggunaan laporan keuangan yaitu:

a) Pemilik.

Pemilik pada saat ini adalah mereka yang memiliki usaha tersebut.Hal

ini tercermin dari kepemilikan saham yang dimilikinya. Kepentingan bagi

para pemegang saham yang merupakan pemilik perusahaan terhadap hasil

laporan keuangan yang telah dibuat adalah untuk melihat kondisi dan

posisi perusahaan saat ini, untuk melihat perkembangan dan kemajuan

perusahaan dalam sautu periode.


16

b) Manajemen.

Kepentingan pihak manajemen perusahaan terhadap laporan keuangan

perusahaan yang mereka juga buat, juga memiliki arti tertentu. Bagi pihak

manajemen laporan keuangan yang dibuat merupakan cermin kinerja

mereka dalam suatu periode tertentu.

c) Kreditor

Kreditor adalah pihak penyandang dana bagi perusahaan. Artinya

pihak pemberi dana seperti bank atau lembaga keuangan lainnya.

Kepentingan pihak kreditor terhadap laporan keuangan perusahaan adalah

dalam hal memberi pinjaman atau pinjaman yang telah berjalan

sebelumnya. Bagi pihak kreditor, prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan

dana (pinjaman) kepada berbagai perusahaan sangat diperlukan.

d) Pemerintah

Pemerintah juga memiliki nilai penting atas laporan keuangan yang

dibuat perusahaan.Bahkan pemerintah melalui Departemen Keuangan

mewajibkan kepada setiap perusahaan untuk menyusun dan melaporkan

keuangan perusahaan secara periodik.

e) Investor

Investor adalah pihak yang hendak menanamkan dana di suatu

perusahaan. Jika suatu perusahaan memerlukan dana untuk memperluas

usaha atau kapasitas usahanya disamping memperoleh pinjaman dari

lembaga keuangan seperti bank dapat pula diperoleh dari investor melalui

penjualan saham. Dalam memilih sumber dana pihak perusahaan memiliki


17

berbagai pertimbangan tertentunya seperti faktor bunga dan jumlah

angsuran ke depan.

Dari kutip Suwardjono (2014) Pembagian karakteristik kualitatif menurut

FASB (Financial Accounting Standars Board):

1. Kualitas primer.

a. Relevan (relevance): memilih informasi yang benar-benar sesuai dan

dapat membantu pemakai laporan dalam proses pengambilan

keputusan.

1) Nilai prediktif (predictive value) merupakan prediksi tentang hasil

akhir dari kejadian masa lalu, masa kini, dan masa depan.

2) Nilai umpan balik (feedback value) merupakan koreksi terhadap

harapan masa lalu.

3) Ketepatan waktu (timelines): laporan akuntansi hanya bermanfaat

untuk pengambilan keputusan apabila diserahkan pada saat yang

tepat.

b. Reliabilitas (reliability): informasi memiliki kualitas andal (reliable)

adalah jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan

material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang

jujur (faithfull representation).

1) Daya uji (verifiability): hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh

pihak lain yang akan mendapatkan pendapat yang sama.


18

2) Ketepatan penyajian (representational faithfulness) berarti bahwa

angka-angka dan penjelasan dalam laporan keuangan mewakili apa

yang betul-betul ada dan terjadi.

3) Netralitas (neutrality) berarti bahwa informasi tidak dapat dipilih

untuk kepentingan sekelompok pemakai tertentu. Informasi yang

disajikan harus faktual dan benar.

2. Kualitas sekunder

a. Komparabilitas (comparability): informasi akuntansi harus dapat saling

dibandingkan, artinya akuntansi harus memiliki prinsip yang sama baik

untuk suatu perusahaan maupun perusahaan lain.

b. Konsistensi (consistance): apabila sebuah entitas mengaplikasikan

perlakuan akuntansi yang sama untuk kejadian-kejadian yang serupa,

dari periode ke periode, maka entitas tersebut dianggap konsisten dalam

menggunakan standar akuntansi.

2.1.4 Pengungkapan Laporan Keuangan

Pengungkapan laporan keuangan merupakan suatu media pertanggung

jawaban perusahaan kepada investor yang berguna untuk memudahkan

pengambilan keputusan alokasi sumber daya ke usaha-usaha yang paling

produktif. Sesuai dengan salah satu sasaran Undang-Undang Pasar Modal

No.8/1995 yaitu dalam meningkatkan transparasi dan menjamin perlindungan

terhadap masyarakat pemodal, disebutkan bahwa setiap perusahaan yang

menawarkan efeknya melalui pasar modal wajib mengungkapkan seluruh

informasi mengenai keadaan usahanya termasuk keadaan keuangan, aspek hukum


19

manajemen dan harta kekayaaan perusahaan kepada masyarakat. Secara

konseptual, pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan.

Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi

yaitu penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statemen keuangan.

Suwardjono (2014).

Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) menyatakan bahwa

pengungkapan informasi perusahaan terletak pada catatan atas laporan keuangan

(CALK). CALK berisi informasi tambahan atas apa yang disajikan dalam laporan

posisi keuangan, laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain, laporan

perubahan ekuitas, danlaporan arus kas. CALK memberikan deskripsi naratif atau

pemisahan pos-pos yang disajikan dalam laporankeuangan tersebut dan informasi

mengenasi pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam

laporankeuangan tersebut.

Perusahaan dengan potensi pertumbuhan cenderung diawasi oleh

kompetitor, pemilik modal, dan pemerintah. Stakeholder tersebut melakukan

pengawasan dengan melihat laporan keuangan untuk mengetahui kondisi finansial

perusahaan.Padahal mereka memiliki informasi yang terbatas karena tidak terjun

langsung dalam pengelolaan perusahaan. Sebaliknya, agen selaku pihak yang

menyajikan laporan keuangan memiliki informasi lebih banyak karena terjun

langsung dalam mengelola perusahaan. Teori agensi menyebutkan bahwa terjadi

asimetri informasi antara agen dan principal. Revaluasi aset tetap dilakukan

sebagai sarana untuk menjembatani asimetri informasi dengan

mengkomunikasikan informasi nilai wajar aset tetap kepada stakeholder.


20

Stakeholder potensial, misalnya calon investor dan calon kreditur merasa lebih

yakin untuk berinvestasi atau memberikan pinjaman pada perusahaan setelah

mengetahui nilai wajar aset tetap.

Tujuan pengungkapan secara umum adalah menyajikan informasi yang

dipandang perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani

berbagai pihak yang mempunyai kepentingan berbeda-beda.Pengungkapan yang

dilakukan perusahaan diharapkan berpengaruh terhadap hubungan jangka panjang

dengan pengguna laporan keuangan. Pasar modal merupakan sarana pemenuhan

dana dari masyarakat, pengungkapan dapat diwajibkan untuk yaitu :

1) Tujuan melindungi, tujuan ini dilandasi oleh gagasan bahwa tidak semua

pemakai cukup paham atau mengerti seluk beluk akuntansi. Bagi mereka

yang awam, perlu dilindungi kepentingannya yaitu dengan

mengungkapkan informasi sejelas mungkin sehingga pihak ekstern ini

dapat menangkap substansi ekonomik yang melandasi suatu pos statemen

keuangan.

2) Tujuan informatif, tujuan ini dilandasi oleh gagasan bahwa semua pemakai

dianggap sudah memahami seluk beluk akuntansi. Pengungkapan

diarahkan untuk menyediakan informasi yang dapat membantu keefektifan

pengambilan keputusan oleh pemakai laporan keuangan tersebut. Tujuan

ini biasanya melandasi penyusunan standar akuntansi untuk menentukan

tingkat pengungkapan.

3) Tujuan kebutuhan khusus, tujuan ini merupakan gabungan dari tujuan

perlindungan publik dan tujuan informatif. Pengungkapan kepada publik


21

dibatasi dengan apa yang dipandang bermanfaat bagi pemakai yang dituju.

Untuk tujuan pengawasan, informasi tertentu harus disampaikan kepada

badan pengawas berdasarkan peraturan melalui formulir-formulir yang

menuntut pengungkapan secara rinci (Suwardjono, 2014).

Jenis pengungkapan laporan keuangan menurut Suwardjono (2014) yaitu:

1) Pengungkapan wajib (Mandatory Disclosure).

Pengungkapan wajib adalah pengungkapan minimum yang

disyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku.Di Indonesia yang

menjadi otoritas pengungkapan wajib adalah Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) Nomor:29/POJK.04/2016 tentang laporan tahunan emiten atau

perusahaan publik.Pada laporan keuangan diatur melalui Surat Keputusan

Bapepam No. 347/BL/2012 tentang penyajian dan pengungkapan laporan

keuangan emiten dan perusahaan publik.Laporan Keuangan Perusahaan

Publik mensyaratkan dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan

publik di Indonesia harus sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan

yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Keuangan Indonesia (IAI).

Item pengungkapan laporan keuangan yang berdasarkan dari Surat

Keputusan Bapepam No. 347/BL/2012 tentang pedoman penyajian laporan

keuangan mensyaratkan elemen-elemen yang seharusnya diungkapkan

dalam laporan keuangan perusahaan publik di Indonesia ada 73 item

(Lampiran 1).
22

2) Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure).

Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan

perusahaan di luar apa yang diwajibkan oleh standar akuntansi

atauperaturan badan pengawas. Meskipun semua perusahaan publik

diwajibkan memenuhi pengungkapan minimum, mereka berbeda secara

substansial dalam hal jumlah tambahan informasi yang diungkapkan ke

pasar modal. Salah satu cara meningkatkan kredibilitas perusahaan adalah

melalui pengungkapan sukarela secara lebih luas dan membantu investor

dalam memahami strategi bisnis manajemen.

Menurut Evans dalam Suwardjono (2014) ada tiga tingkat pengukapan

laporan keuangan yaitu:

1) Pengungkapan cukup (Adequate Disclosure). Konsep yang sering

digunakan adalah pengungkapan yang cukup, yaitu pengungkapan

minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku, dimana angka-

angka yang disajikan dapat diinterpretasikan dengan benar oleh investor.

2) Pengungkapan wajar (Fair Disclosure). Pengungkapan yang wajar secara

tidak langsung merupakan tujuan etis agar memberikan perlakuan yang

sama kepada semua pengguna laporan keuangan, menyediakan informasi

yang layak terhadap pembaca potensial.

3) Pengungkapan penuh (Full Disclosure). Pengungkapan penuh menyangkut

luas penyajian informasi yang diungkapkan secara relevan. Pengungkapan

penuh memiliki kesan penyajian informasi secara melimpah sehingga

beberapa pihak menganggapnya tidak baik.


23

Dalam buku Suwardjono (2014) pengungkapan yang diukur dengan indeks

pengungkapan (disclosure indeks) yaitu pengungkapan yang nyatanya di

laksanakan dibanding dengan pengungkapan yang seharusnya diungkapkan

(daftar item pengungkapan).

Dalam menghitung indeks pengungkapan mnggunakan indeks wallace

pada Desi dan Eddy (2016) yang mengungkapkan perbandingan antara jumlah

item yang diungkapkan dengan jumlah item yang seharusnya diungkapkan. Indeks

wallace adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur berapa banyak

informasi laporan keuangan yang material yang diungkapkan oleh perusahaan.

Semakin banyak item yang diungkapkan oleh perusahaan, semakin banyak juga

angka indeks yang diperoleh perusahaan.

2.1.5 Profitabilitas

Menurut Kasmir (2016) profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk

menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga

memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini

ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.

Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan

perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama

laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Menurut Hanafi dan Halim (2016)

rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan

(profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset dan modal saham yang tertentu.

Menurut Kasmir (2016) tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi

perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan yaitu:


24

a. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan

dalamsatu periode tertentu.

b. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun

sekarang.

c. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

d. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

e. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan

baik modal pinjaman maupun modal sendiri.

f. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik modal sendiri

g. Dan tujuan lainnya.

Menurut Hanafi dan Halim (2016) pengukuran rasio profitabilitas yaitu

Return on Assets (ROA), rasio ini mengukur kemampuan perusahaan

menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. Rasio ini bisa

dihitung sebagai berikut:

Laba Bersih
ROA =
Total Aset

2.1.6 Leverage

Menurut Kasmir (2016) leverage adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Menurut Hanafi

dan Halim (2016) leverage adalah pengorbanan ekonomis yang mungkin timbul

di masa mendatang dari kewajiban organisasi sekarang untuk mentransfer aset

atau memberikan jasa ke pihak lain di masa mendatang, sebagai akibat transaksi

atau kejadian di masa lalu. Utang muncul terutama karena penundaan pembayaran
25

untuk barang atau jasa yang telah diterima oleh organisasi dan dari dana yang

dipinjam.

Berikut adalah beberapa tujuan perusahaan dengan menggunakan leverage

ratio menurut Kasmir (2016):

a. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak

lainnya (kreditor).

b. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang

bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga)

c. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap

dengan modal.

d. Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang

e. Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap

pengelolaan aktiva.

f. Untuk menilai atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal

sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.

g. Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih, terdapat

sekian kalinya modal sendiri yang dimiliki.

Dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis leverage ratio yang sering

digunakan perusahaan. Pada penelitian leverage ratio yang menurut Kasmir

(2016) yaitu Debt to Asset Ratio (Debt Ratio), debt ratio merupakan rasio utang

yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total

aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang
26

atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.

Rumusan untuk mencari debt ratio dapat digunakan sebagai berikut:

Debt to Asset Ratio = Total Debt


Total Assets

Semakin besar leverage menunjukan besarnya resiko dalam pembayaran

hutang perusahaan, sehingga akan semakin sempit dalam pengungkapan laporan

keuangan sebaliknya semakin kecil leverage menunjukan rendahnya risiko dalam

pembayaran perusahaan maka semakin luas dalam pengungkapan laporan

keuangan.

2.1.7 Likuiditas

Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan

kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber

informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar

(Harahap, 2013). Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk

memenuhi kewajiban financialnya yang segera harus dipenuhi karena likuiditas

berkaitan dengan investasi jangka pendek.

Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi

kewajiban financialnya yang segera harus dipenuhi karena likuiditas berkaitan

dengan investasi jangka pendek. Tingkat likuiditas yang lebih tinggi akan

menunjukkan kuatnya kondisi suatu keuangan perusahaan, yang likuiditas tinggi

berarti kondisi keuangan juga lebih baik cendrung berani mengungkapkan

informasi lebih banyak melalui laporan keuangan.


27

Hanafi dan Halim (2014) menjelaskan perhitungan salah satu dari rasio

likuiditas yaitu rasio lancar. Berikut perhitungan rasio likuiditas:

Rasio Lancar = Aset Lancar


Utang Lancar

2.1.8 Umur Perusahaan

Debora (2019) menjelaskan umur perusahaan dapat diartikan sebagai awal

perusahaan berdiri hingga perusahaan itu sendiri dapat mempertahankan eksitensi

sebuah bisnis. Umur perusahaan yang tua maka akan mendapatkan pengalaman

yang banyak dari pada umur perusahaan yang masih muda. Umur perusahaan

dalam penelitian ini adalah pengungkapan informasi mengenai perusahaan

(Mulyadi & Ariyanti, 2016). Mahardika et al., (2014) menjelaskan umur

perusahaan yang tua maka akan mendapatkan pengalaman yang banyak dari pada

umur perusahaan yang masih muda. Perusahaan yang mempunyai umur tua akan

memiliki banyak pengalaman dalam hal menghadapi para pesaing bisnis lainnya.

Umur perusahaan adalah lamanya perusahaan berdiri hingga saat ini

perusahaan telah mampu menjalankan operasinya. Semakin lama perusahaan

berdiri maka akan dipercaya oleh investor untuk menanamkan modalnya dari pada

perusahaan yang baru berdiri. Karena perusahaan yang telah lama berdiri

diasumsikan oleh investor akan dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi dari

pada perusahaan yang baru berdiri. Sehingga perusahaan yang baru berdiri akan

kesulitan untuk memperoleh dana di pasar modal dan akan mengharuskan

perusahaan untuk mengandalkan modalnya sendiri.

Mahardika et al., (2014) menjelaskan umur perusahaan yang tua maka

akan mendapatkan pengalaman yang banyak dari pada umur perusahaan yang
28

masih muda. Perusahaan yang mempunyai umur tua akan memiliki banyak

pengalaman dalam hal menghadapi para pesaing bisnis lainnya. Mulyadi &

Ariyanti (2016) menyatakan umur perusahaan yang tua harus memberikan

informasi tentang pengungkapan laporan keuangan kepada pemangku

kepentingan. Ketika pengungkapan informasi perusahaan yang luas maka

menunjukkan kualitas perusahaan tersebut kepada pihak luar perusahaan. Umur

perusahaan digunakan untuk mengukur perusahaan dalam mempertahankan

eksistensinya didunia bisnis dari awal berdiri sampai mencapai tujuannya.

2.1.9 Ukuran Perusahaan

Menurut Riyanto (2010) ukuran perusahaan adalah besar kecilnya

perusahaan dilihat dari besarnya nilai equitas, nilai penjualan atau nilai total

aktiva. Dalam Neliana (2017) ukuran perusahaan didefinisikan sebagai penentuan

besaran, dimensi, atau kapasitas dari suatu perusahaan, sebagai penentuan sebuah

perusahaan besar, atau kecil dapat dilihat dari nilai total aktiva, penjualan bersih,

dan kapitalisasi pasar. Jadi semakin besar ukuran suatu perusahaan maka semakin

besar pula modal yang ditanamnya pada berbagai jenis usaha, lebih mudah dalam

memasuki pasar modal, memperoleh penilaian kredit yang tinggi dan sebagainya,

yang kesemuanya ini akan mempengaruhi keberadaan total aktivanya.

Perusahaan yang memiliki total aktiva lebih besar, lebih mudah

mendapatkan dana dari kreditur, perusahaan tadi akan memperoleh pengawasan

dari pihak kreditur karena kreditur memerlukan informasi untuk memastikan

debitur dapat membayarkan hutangnya. Oleh karena itu, semakin besar total
29

aktiva suatu perusahaan maka tekanan pada pihak manajemen untuk

memperhatikan pengungkapan informasi perusahaan akan semakin besar.

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Variabel Variabel Hasil
Independen Dependen
1 Hanifah Nur Leverage, Pengungkapan Profitabilitas memiliki
Azzahra, Profitabilitas, Laporan pengaruh positif terhadap
Kuswatun Likuiditas, Keuangan pengungkapan laporan
Hasanah, Ukuran keuangan, sedangkan
Dirvi Surya Perusahaan, Dan leverage, likuiditas ukuran
Abbas Umur Perusahaan perusahaan, dan umur
(2021) perusahaan tidak memiliki
pengaruh terhadap
pengungkapan laporan
keuangan.
2 Zikri Aidilla Leverage, Kualitas Laporan Likuiditas, ukuran
Syarli Likuiditas, Keuangan perusahaan, usia
(2021) Profitabilitas, Perusahaan perusahaan berpengaruh
Ukuran pada kualitas pelaporan
Perusahaan, keuangan. Leverage dan
Umur Profitabilitas tidak
Perusahaan, dan berpengaruh pada kualitas
Kualitas Audit pelaporan keuangan.
3 Lainatusshifa Leverage, Kelengkapan Likuiditas berpengaruh
Kemal Likuiditas, Pengungkapan negatif signifikan dan
(2019) Profitabilitas, Laporan sedangkan leverage,
Saham Publik, Keuangan profitabilitas dan umur
dan Umur perusahaan tidak
Perusahaan berpengaruh terhadap
kelengkapan
pengungkapan laporan
keuangan.
4 Nala Ukuran Kelengkapan Likuiditas, leverage,
Widhiyastuti Perusahaan, Pengungkapan profitabilitas berpengaruh
(2017) Likuiditas, Laporan signifikan
Leverage, Status Keuangan terhadap pengungkapan
Perusahaan, laporan keuangan.
Profitabilitas, Sedangkan ukuran
Umur Perusahaan perusahaan, umur
dan Porsi Saham perusahaan tidak
30

Publik mempunyai pengaruh


yang signifikan terhadap
kelengkapan
pengungkapan laporan
keuangan.
5 Indah Nur Return On Equity, Kelengkapan Variabel umur perusahaan
Fitriyanti, Leverage, Ukuran Pengungkapan berpengaruh secara
Norita Norita, Perusahaan Dan Laporan signifikan dengan arah
Wiwin Umur Perusahaan Keuangan yang positif terhadap
Aminah kelengkapan
(2017) pengungkapan laporan
keuangan. Sedangkan
variabel leverage dan
ukuran perusahaan tidak
berpengaruh signifikan
terhadap kelengkapan
pengungkapan laporan
keuangan.
6 Tri Neliana Likuiditas; Tingkat Secara parsial
(2017) Profitabilitas; Kelengkapan menunjukkan bahwa
Solvabilitas; Pengungkapan likuiditas tidak
Ukuran Laporan berpengaruh terhadap
Perusahaan Keuangan pengungkapan laporan
keuangan, sedangkan
profitabilitas dan ukuran
perusahaan berpengaruh
terhadap pengungkapan
laporan keuangan.
Sumber: Jurnal Yang Dipublikasikan
31

2.3 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Profitabilitas
H1

Leverage H2
Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keu

Likuiditas H3

Umur Perusahaan H4

H5
Ukuran Perusahaan

2.4 Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kelengkapan Pengungkapan

Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2016) profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk

menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga

memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Penggunaan

rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara

berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama laporan keuangan

neraca dan laporan laba rugi (Kasmir, 2016).

Profitabilitas yang tinggi menunjukkan tingginya laba yang diperoleh

perusahaan, dengan profitabilitas tinggi para manajer perusahaan akan

mengungkapan lebih banyak laporan keuangan untuk menunjukan kinerja

perusahaan.
32

Hasil penelitian dari Azzahra, dkk (2021) menyatakan profitabilitas

berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hasil

penelitian dari Neliana (2017) juga menyatakan profitabilitas berpengaruh positif

terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hal ini menunjukkan

semakin besar profitabilitas maka semakin luas dalam pengungkapan lapaoran

keuangan. Berdasarkan pernyataan yang sudah dijelaskan sebelumnya maka

hipotesis pertama yang diajukan pada penelitian ini yaitu:

H1: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan

laporan keuangan.

2.4.2 Pengaruh Leverage Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan

Keuangan

Menurut Kasmir (2016) leverage adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Utang muncul

terutama karena penundaan pembayaran untuk barang atau jasa yang telah

diterima oleh organisasi dan dari dana yang dipinjam.

Menurut Sinurat dan Sembiring (2016) semakin besar leverage

menunjukan besarnya resiko dalam pembayaran hutang perusahaan, sehingga

akan semakin sempit dalam pengungkapan laporan keuangan sebaliknya semakin

kecil leverage menunjukan rendahnya risiko dalam pembayaran perusahaan maka

semakin luas dalam pengungkapan laporan keuangan.

Hasil penelitian dari Marbun (2022) menyatakan leverage berpengaruh

negatif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hasil penelitian

dari Widhiyastuti (2017) juga menyatakan leverage berpengaruh terhadap


33

kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hal ini menunjukkan semakin

besar leverage maka semakin rendah dalam pengungkapan lapaoran keuangan.

Berdasarkan pernyataan yang sudah dijelaskan sebelumnya maka hipotesis kedua

yang diajukan pada penelitian ini yaitu:

H2: Leverage berpengaruh negatif terhadap kelengkapan pengungkapan

laporan keuangan.

2.4.3 Pengaruh Likuiditas Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan

Keuangan

Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan

kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber

informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar

(Harahap, 2013).

Tingkat likuiditas yang lebih tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi

suatu keuangan perusahaan, yang likuiditas tinggi berarti kondisi keuangan juga

lebih baik cenderung berani mengungkapkan informasi lebih banyak melalui

laporan keuangan.

Hasil penelitian dari Syarli (2021) menyatakan likuiditas berpengaruh

positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hasil penelitian

dari Widhiyastuti (2017) juga menyatakan likuiditas berpengaruh terhadap

kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hal ini menunjukkan semakin

besar likuiditas maka semakin luas dalam pengungkapan lapaoran keuangan.

Berdasarkan pernyataan yang sudah dijelaskan sebelumnya maka hipotesis ketiga

yang diajukan pada penelitian ini yaitu:


34

H3: Likuiditas berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan

laporan keuangan.

2.4.4 Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan

Laporan Keuangan

Debora (2019) menjelaskan umur perusahaan dapat diartikan sebagai awal

perusahaan berdiri hingga perusahaan itu sendiri dapat mempertahankan eksitensi

sebuah bisnis. Umur perusahaan yang tua maka akan mendapatkan pengalaman

yang banyak dari pada umur perusahaan yang masih muda. Semakin lama

perusahaan berdiri maka akan dipercaya oleh investor untuk menanamkan

modalnya dari pada perusahaan yang baru berdiri.

Mulyadi & Ariyanti (2016) menyatakan umur perusahaan yang tua harus

memberikan informasi tentang pengungkapan laporan keuangan kepada

pemangku kepentingan. Ketika pengungkapan informasi perusahaan yang luas

maka menunjukkan kualitas perusahaan tersebut kepada pihak luar perusahaan.

Umur perusahaan digunakan untuk mengukur perusahaan dalam mempertahankan

eksistensinya didunia bisnis dari awal berdiri sampai mencapai tujuannya.

Hasil penelitian dari Fitriyanti, dkk (2017) menyatakan umur perusahaan

berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hasil

penelitian dari Syarli (2021) juga menyatakan umur perusahaan berpengaruh

terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hal ini menunjukkan

semakin besar umur perusahaan maka semakin luas dalam pengungkapan

lapaoran keuangan. Berdasarkan pernyataan yang sudah dijelaskan sebelumnya

maka hipotesis keempat yang diajukan pada penelitian ini yaitu:


35

H4: Umur perusahaan berpengaruh positif terhadap kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan.

2.4.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kelengkapan

Pengungkapan Laporan Keuangan

Menurut Riyanto (2010) ukuran perusahaan adalah besar kecilnya

perusahaan dilihat dari besarnya nilai equitas, nilai penjualan atau nilai total

aktiva. Jadi semakin besar ukuran suatu perusahaan maka semakin besar pula

modal yang ditanamnya pada berbagai jenis usaha, lebih mudah dalam memasuki

pasar modal, memperoleh penilaian kredit yang tinggi dan sebagainya, yang

kesemuanya ini akan mempengaruhi keberadaan total aktivanya.

Perusahaan yang memiliki total aktiva lebih besar, lebih mudah

mendapatkan dana dari kreditur, perusahaan tadi akan memperoleh pengawasan

dari pihak kreditur karena kreditur memerlukan informasi untuk memastikan

debitur dapat membayarkan hutangnya. Oleh karena itu, semakin besar total

aktiva suatu perusahaan maka tekanan pada pihak manajemen untuk

memperhatikan pengungkapan informasi perusahaan akan semakin besar.

Hasil penelitian dari Fitriyanti, dkk (2017) menyatakan ukuran perusahaan

berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hasil

penelitian dari Syarli (2021) juga menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh

terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hal ini menunjukkan

semakin besar ukuran perusahaan maka semakin luas dalam pengungkapan

lapaoran keuangan. Berdasarkan pernyataan yang sudah dijelaskan sebelumnya

maka hipotesis kelima yang diajukan pada penelitian ini yaitu:


36

H5: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini meneliti pengaruh dari profitabilitas, leverage, likuiditas,

umur perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan

laporan keuangan. Penelitian ini berjenis kuantitatif yaitu metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat positivism yang digunakan untuk meneliti pada

populasi untuk sampel tertentu (Sugiyono, 2012). Penelitian ini merupakan

pengujian hipotesis, dimana pengujian hipotesis biasanya menjelaskan sifat

hubungan tertentu atau menemukan perbedaan antar kelompok (indepedensi) dua

atau lebih dari faktor dalam suatu situasi.

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang bergerak

disektor transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2018-

2021 sebanyak 42 perusahaan transportasi yang terdaftar di BEI.

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

metode purposive sampling, yaitu penentuan sampel yang dipilih berdasarkan

kriteria tertentu dan berdasarkan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan

tujuan penelitian. Sampel pada penelitian ini setelah dilakukan dengan pada

mendapatkan sebanyak 22 perusahan transportasi yang dijadikan sampel

(lampiran).

37
38

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini merupakan data sekunder

yang bersumber dari dokumentasi perusahaan. Data sekunder merupakan data

yang diperoleh dari sumber yang sudah ada dan tidak perlu dicari sendiri oleh

peneliti.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder meliputi

laporan tahun 2018-2021. Data tersebut dapat diperoleh dengan mengakses situs

(www.idx.co.id), pemilihan BEI sebagai sumber pengambilan data. Metode

dokumenter dilakukan dengan cara mengumpulkan annual repot, laporan

keuangan dan data lain yang diperlukan. Data pendukung pada penelitian ini

adalah metode studi pustaka dari jurnal-jurnal ilmiah serta literatur yang memuat

pembahasan berkaitan dengan penelitian ini.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan teknik pengumpulan

dokumenter, yaitu penggunaan data yang berasal dari dokumen-dokumen yang

sudah ada. Hal ini dilakukan dengan cara penelusuran dan pencatatan infomasi

yang diperlukan pada data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan. Data

diperoleh dari www.idx.co.id yang berupa laporan tahunan (annual report),

laporan keuangan dan data lainnya yang diperlukan.

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Variabel pada penelitian ini terdapat 6 (enam) variabel, yang terdiri dari 5

variabel independen, 1 variabel dependen. Berikut diuraikan definisi dari masing-

masing variabel yang digunakan dengan operasional dan cara pengukurannya.


39

1. Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan

Variabel ini mengukur berapa banyak butir pengungkapan laporan

keuangan yang material diungkap oleh perusahaan.Untuk mengukur kelengkapan

pengungkapan dapat dinyatakan dalam bentuk Indeks Kelengkapan

Pengungkapan (indeks disclosure).Indeks disclosure merupakan hasil pembagian

antara skor pengungkapan yang telah diraih dengan total nilai maksimum yang

dapat diraih

Pengungkapan laporan keuangan diukur dengan menggunakan index of

disclosure methodology. Dalam buku Suwardjono (2014) pengungkapan yang

diukur dengan indeks pengungkapan (disclosure indeks) yaitu pengungkapan yang

nyatanya di laksanakan dibanding dengan pengungkapan yang seharusnya

diungkapkan. Indeks pengungkapan dapat mencerminkan informasi-informasi

secara detail pada masing-masing item laporan keuangan yang telah ditentukan.

Dalam penelitian ini, instumen yang digunakan adalah peraturan

dikeluarkan untuk menyampaikan laporan tahunanya kepada Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) Nomor: 29/ POJK.04 / 2016. Pada pedoman penyajian laporan

keuangan melalui Surat Keputusan Bapepam No. 347/BL/2012 Kelengkapan

Pengungkapan laporan keuangan dapat diukur dengan menggunakanindex of

disclosure methodology. Perhitungannya adalah sebagai berikut ini.

1. Memberi skor untuk setiap item pengungkapan, di mana jika suatu item

diungkapkan diberi nilai satu (1) dan jika tidak diungkapkan diberi nilai nol

(0).
40

2. Skor yang diperoleh setiap perusahaan dijumlahkan untuk mendapatkan

skor total.

3. Menghitung indeks pengungkapan dengan cara membagi skor total yang

diperoleh dengan skor yang diharapkan.

n
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 =
𝑘

Keterangan:

n = jumlah butir pengungkapan yang terpenuhi

k = jumlah semua butir pengungkapan yang harus dipenuhi

Semakin banyak butir yang diungkap oleh perusahaan, semakin banyak

pula angka indeks yang diperoleh perusahaan tersebut. Perusahaan dengan angka

indeks yang lebih tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut melakukan

praktek pengungkapan secara komprehensif dibandingkan dengan perusahaan

lain. Dengan menggunakan indeks pengungkapan kita akan mengetahui tingkat

pengungkapan yang disajikan perusahaan untuk kepentingan publik.

2. Profitabilitas

Pengukuran yang digunakan dalam profitabilitas dengan ROA (Return On

Asset) juga sering disebut ROI (Renturn on Inestment). Rasio ini mengukur

kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang

tertentu (Hanafi dan Halim, 2014). Pengukuran ROA menurut Hanafi dan Halim,

(2014):

ROA = Laba Bersih


Total Asset
41

3. Leverage

Leverage yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi segala

kewajiban finansialnya baik jangka panjang maupun jangka pendeknya. Dalam

menghitung leverage dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio

hutang (debt ratio). Pengukuran debt to equity (DER) menurut Kasmir (2014):

DER = Total Hutang


Total Ekuitas

4. Likuiditas

Hanafi dan Halim (2014) rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas

jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif

terhadap hutang lancarnya (utang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan.

Rasio yang rendah menunjukan resiko likuiditas yang tinggi, sedangkan rasio

lancar yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar, yang akan

mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan.

Pengukuran likuiditas menurut Hanafi dan Halim (2014):

Rasio Lancar = Aset Lancar


Utang Lancar

5. Umur Perusahaan

Umur perusahaan merupakan lama perusahaan beroperasi, perusahaan

yang mempunyai umur yang relatif lebih, biasanya lebih baik mengumpulkan,

memproses dan menghasilkan informasi, hal itu dikarenakan perusahaan sudah

memiliki jam kerja yang banyak. Umur perusahaan dapat diukur dengan

menggunakan rumus menurut Fitriyanti, dkk (2017):

Umur Perusahaan = Tahun Observasi − Tahun Berdiri


42

6. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan skala untuk menentukan seberapa besar

kecilnya perusahaan dilihat dari berbagai cara yaitu total aktiva, nilai pasar saham,

dan lain-lain. Size perusahaan merupakan besar kecilnya perusahaan dilihat dari

besarnya nilai equity, nilai penjualan atau nilai aktiva.Ukuran perusahaan

mencerminkan besar dan kecilnya harta dalam sebuah perusahaan. Ukuran

perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rumus menurut Fitriyanti, dkk

(2017):

Size = Ln (Total Aset)

3.6 Metode Analisis

Metode analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

melakukan analisis kuantitatif yang dinyatakan dengan angka-angka yang dalam

perhitungannya menggunakan metode regresi linier berganda, dibantu dengan

program pengolah data statistik yang dikenal dengan SPSS 26. Metode-metode

yang digunakan yaitu:

3.6.1 Statistik Deskriptif

Menurut Ghozali (2018) statistik deskriptif memberikan gambaran atau

deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, nilai rata-rata

(mean), dan standar deviasi. Statistik deskriptif dimaksudkan untuk memberikan

gambaran mengenai distribusi dan perilaku data sampel tersebut.


43

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Model regresi memiliki beberapa asumsi dasar yang harus dipenuhi untuk

menghasilkan estimasi yang baik atau dikenal dengan BLUE (Best Linear

Unbiased Estimator). Tujuan pengujian asumsi klasik adalah untuk memberikan

kepastian bahwa persamaan regresi yang didapatkan memiliki ketepatan dalam

estimasi, tidak bias dan konsisten. Asumsi-asumsi dasar tersebut mencakup

normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah dalam model regresi

variabel independen dan variabel dependen keduanya mempunyai distribusi

normal atau mendekati normal.Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi

normal atau mendekati normal (Ghozali, 2018). Dalam penelitian ini, uji

normalitas menggunakan kolmogrov-sminorv test yaitu jika p-value nya

menunjukkan lebih besar dari 0,05 berarti hipotesis diterima atau terdistribusi

normal.

2) Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam

sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu

pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2018). Jika varians dari residual

dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan

melihat ada tidaknya pola tertentupada grafik scatterplot antara SRESID dan

ZPRED.
44

3) Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2018). Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Salah satu

cara untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas pada suatu model regresi

adalah dengan melihat nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Jika

nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa tidak terdapat

multikolinearitas pada penelitian tersebut.

4) Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2018) uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah

dalam metode regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada

periode t dengan kesalahan dengan periode t-1 (sebelumnya). Jika tidak terjadi

korelasi, maka dinamakan adanya problem autokorelasi. Autokorelasi muncul

karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.

Untuk mendeteksi adanya autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai durbin-

watson dengan ketentuan sebagai berikut:

a) 0 < d < dL maka tidak ada autokorelasi positif (ditolak)

b) dL ≤ d ≤ dU maka tidak ada autokorelasi positif (no decision)

c) 4-dL < d < 4 maka tidak ada autokorelasi negatif (ditolak)

d) 4-dU ≤ d ≤ 4-dL maka tidak ada autokorelasi negatif (no decision)

e) dU < d < 4-dU maka tidak ada autokrelasi positif dan negatif (diterima)
45

3.6.3 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan

keputusan menerima atau menolak hipotesis. Uji hipotesis dilakukan untuk

mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji hipotesis yang

dilakukan menggunakan analisis regresi linier berganda.

1) Analisis Regresi Linier Berganda

Penelitian ini untuk mengetahui variabel independen yaitu Profitabilitas

(X1), Leverage (X2), Likuiditas (Xʒ), Umur Perusahaan (X4), dan Ukuran

Perusahaan (Xʒ) terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan (Y).

Persamaan regresi linier berganda atas tiga variabel bebas terhadap variabel tidak

bebas umum regresi berganda sebagai berikut:

Y= β0 + β1PROFit + β2LEVit + β3LIKUIDit + β4UMURit + β5UKURANit + e

Keterangan :

Y = Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan

PROFit = Profitabilitas

LEVit = Leverage

LIKUIDit = Likuiditas

UMURit = Umur Perusahaan

UKURANit = Ukuran Perusahaan

α = Konstanta

eit = Eror atau Variabel gangguan

β1-β5 = Koefisien regresi


46

2) Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen (Ghozali, 2018). Adapun syarat penerimaan atau penolakan

hipotesis sebagai berikut:

a. Jika sig. < 0,05, maka hipotisis diterima. Hal ini menunjukan bahwa

variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen.

b. Jika nilai sig. > 0,05, maka hipotisis ditolak. Hal ini menunjukan bahwa

variabel independen tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel

dependen.

3) Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,

2018). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi

variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-

variabelindependen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan Transportasi Pada BEI

Objek pada penelitian ini merupakan perusahaan jasa transportasi yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2018 sampai 2021. Perusahaan jasa

adalah perusahaan yang menawarkan dan menjual jasa. Adanya pertumbuhan

permintaan akan produk jasa mendorong pertumbuhan positif terhadap industri

jasa yang memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan laba perusahaan

jasa salah satunya memberikan dampak terhadap sektor transportasi.

Pada penelitian ini ada 22 perusahaan transportasi yang dijadikan sampel

sesudah menggunakan purposive sampling untuk menentukan kriteria sesuai

kebutuhan penelitian. Perusahaan yang dijadikan sampel pada penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1
Kriteria Purposive Sampling
No. Jumlah
42
Jumlah Perusahaan Jasa Transportasi Tidak
Sesuai
Sesuai
Perusahaan jasa transportasi yang terdaftar di
1 BEI secara berturut-turut selama periode 2015- 29 (13)
2019
Perusahaan yang menerbitkan laporan
2 22 (7)
keuangan berturut-turut selama periode 2015-
2019
Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel 22
Jumlah tahun pengamatan 5
Jumlah sampel data selama observasi 110
Sumber: Data Olahan, 2023

47
48

4.2 Analisis Statistik Deskriptif

Menurut Ghozali (2018) statistik deskriptif memberikan gambaran atau

deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, nilai rata-rata

(mean), dan standar deviasi. Statistik deskriptif dimaksudkan untuk memberikan

gambaran mengenai distribusi dan perilaku data sampel tersebut. Untuk

memberikan gambaran analisis deskriptif berikut akan dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 4.2
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
KLK 88 0,5753 0,6849 0,617372 0,0257575
ROA 88 -0,6594 2,0718 -0,013496 0,2659354
DER 88 -7,9404 5,4949 0,714066 2,2722226
CR 88 0,0530 7,4195 1,484261 1,6150225
Umur 88 8 71 31,36 15,739
Size 88 25,2346 32,6537 28,179975 1,5219153
Valid N (listwise) 88
Sumber: Data Olahan SPSS 26, 2023

1. Berdasarkan tabel 4.2 pada variabel kelengkapan pengungkapan laporan

keuangan (KLK) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,5753 yang terjadi

pada salah satu sampel yaitu PT Blue Bird Tbk (BIRD) di tahun 2018-

2021, nilai tertingginya sebesar 0,6849 yang terjadi pada PT Garuda

Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) di tahun 2019-2020, lalu nilai rata-rata

sebesar 0,617372, dan nilai standar deviasi sebesar 0,0257575.

2. Pada variabel profitabilitas (ROA) menunjukkan nilai minimum sebesar -

0,6594 yang terjadi pada PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) di

tahun 2018, nilai tertingginya sebesar 2,0718 yang terjadi pada PT Express
49

Transindo Utama Tbk (TAXI) di tahun 2021, lalu nilai rata-rata sebesar -

0,013496, dan nilai standar deviasi sebesar 0,2659354.

3. Pada variabel leverage (DER) menunjukkan nilai minimum sebesar -

7,9404 yang terjadi pada PT Steady Safe Tbk (SAFE) di tahun 2019, nilai

tertingginya sebesar 5,4949 yang terjadi pada PT Garuda Indonesia

(Persero) Tbk (GIAA) di tahun 2018, lalu nilai rata-rata sebesar 0,714066,

dan nilai standar deviasi sebesar 2,2722226.

4. Pada variabel likuiditas (CR) menunjukkan nilai minimum sebesar 0,0530

yang terjadi pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) di tahun

2021, nilai tertingginya sebesar 7,4195 yang terjadi pada PT Mitrabahtera

Segara Sejati Tbk (MBSS) di tahun 2021, lalu nilai rata-rata sebesar

1,484261, dan nilai standar deviasi sebesar 1,6150225.

5. Pada variabel umur perusahaan menunjukkan nilai minimum sebesar 8

yang terjadi pada PT Soechi Lines Tbk (SOCI) di tahun 2018, nilai

tertingginya sebesar 71 yang terjadi pada PT Garuda Indonesia (Persero)

Tbk (GIAA) di tahun 2021, lalu nilai rata-rata sebesar 31,36, dan nilai

standar deviasi sebesar 15,5219153.

6. Pada variabel ukuran perusahaan (SIZE) menunjukkan nilai minimum

sebesar 25,2346 yang terjadi pada PT Express Transindo Utama Tbk

(TAXI) di tahun 2021, nilai tertingginya sebesar 32,6537 yang terjadi pada

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) di tahun 2020, lalu nilai rata-

rata sebesar 28,179975, dan nilai standar deviasi sebesar 1,5219153.


50

4.3 Uji Asumsi Klasik

Model regresi memiliki beberapa asumsi dasar yang harus dipenuhi untuk

menghasilkan estimasi yang baik atau dikenal dengan BLUE (Best Linear

Unbiased Estimator). Tujuan pengujian asumsi klasik adalah untuk memberikan

kepastian bahwa persamaan regresi yang didapatkan memiliki ketepatan dalam

estimasi, tidak bias dan konsisten. Asumsi-asumsi dasar tersebut mencakup

normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.

4.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah dalam model regresi

variabel independen dan variabel dependen keduanya mempunyai distribusi

normal atau mendekati normal. Model regresi yang baik adalah memiliki

distribusi normal atau mendekati normal (Ghozali, 2018). Dalam penelitian ini, uji

normalitas menggunakan kolmogrov-sminorv test yaitu jika p-value nya

menunjukkan lebih besar dari 0,05 berarti hipotesis diterima atau terdistribusi

normal. Berikut hasil dari uji normalitas:

Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 88
Normal Parametersa,b Mean 0,0000000
Std. Deviation 0,02356837
Most Extreme Differences Absolute 0,080
Positive 0,080
Negative -0,056
Test Statistic 0,080
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,200c,d
Sumber : Data Olahan SPSS 26, 2023
51

Hasil uji normalitas dengan uji statistik one samplekolmogorov-smirnov

dapat dilihat pada tabel 4.3 diatas.Besarnya nilai kolmogorov-smirnov adalah

sebesar 0,080 dengan nilai signifikan sebesar 0,200. Residual data berdistribusi

normal jika signifikansi > α= 0,05, dari pengujian diatas dapat dilihat bahwa

untuk signifikansinya adalah 0,200 lebih besar dari α = 0,05, maka dapat

disimpulkan residual data penelitian ini berdistribusi normal.

4.3.2 Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam

sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu

pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2018). Jika varians dari residual

dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan

melihat ada tidaknya pola tertentupada grafik scatterplot antara SRESID dan

ZPRED, yang diperlihatkan pada gambar berikut:

Gambar 4.1
Hasil Uji Heterokedastisitas Grafik Scatterplot
52

Sumber : Data Olahan SPSS 26, 2023

Pada Gambar 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa tidak ada pola yang jelas dan

titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga

berdasarkan ketentuan yang telah dijelaskan di atas dapat diambil suatu

kesimpulan bahwa data tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.3.3 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2018). Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Salah satu

cara untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas pada suatu model regresi

adalah dengan melihat nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Jika

nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa tidak

terdapatmultikolinearitas pada penelitian tersebut. Hasil uji multikolinearitas

dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinieritas
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
ROA 0,731 1,368
DER 0,845 1,184
CR 0,760 1,315
Umur 0,884 1,131
Size 0,883 1,133
Sumber : Data Olahan SPSS 26, 2023

Dari tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa nilai variance inflation factor

(VIF) dari model analisis pada penelitian ini berada kurang dari angka 10, yaitu
53

profitabilitas (ROA) memiliki VIF sebesar 1,368, leverage (DER) memiliki VIF

sebesar 1,184, likuiditas (CR) memiliki VIF sebesar 1,315, umur perusahaan

memiliki VIF sebesar 1,131, dan ukuran perusahaan (SIZE) memiliki VIF sebesar

1,133.

Sedangkan pada nilai tolerance semua variabel lebih besar dari 0,1, yaitu

profitabilitas (ROA) memiliki tolerance sebesar 0,731, leverage (DER) memiliki

tolerance sebesar 0,845, likuiditas (CR) memiliki tolerance sebesar 0,760, umur

perusahaan memiliki tolerance sebesar 0,884, dan ukuran perusahaan (SIZE)

memiliki tolerance sebesar 0,883. Dari ketentuan yang telah disebutkan di atas,

telah diketahui nilai VIF dan tolerance masing-masing variabel dalam penelitian

ini tidak terjadi multikolinearitas dalam model regresinya.

4.3.4 Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2018) uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah

dalam metode regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada

periode t dengan kesalahan dengan periode t-1 (sebelumnya). Jika tidak terjadi

korelasi, maka dinamakan adanya problem autokorelasi. Autokorelasi muncul

karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.

Pengujian autokorelasi diukur menggunakan nilai durbin-watson. Pengambilan

keputusan ada tidaknya autokorelasi sebagai berikut:

a. Jika 0 < d < dl, maka keputusan ditolak atau tidak ada autokorelasi positif

b. Jika dl ≤ d ≤ du, maka tidak ada keputusan atau tidak ada autokorelasi

positif

c. Jika 4-dl < d < 4, maka keputusan ditolak atau tidak ada korelasi negatif
54

d. Jika 4-du ≤ d ≤ 4-dl, maka tidak ada keputusan atau tidak ada korelasi

negatif

e. Jika du < d < 4-du, maka keputusan ditolak atau tidak ada positif atau

negatif

Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
R Adjusted R Std. Error of the Durbin-
Model R Square Square Estimate Watson
1 0,403 0,163
a
0,112 0,0242763 1,874
a. Predictors: (Constant), Size, Umur, CR, DER, ROA
b. Dependent Variable: KLK
Sumber: Data Olahan SPSS 26, 2023

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat durbin-watson sebesar 1,874, untuk

nilai dl sebesar 1,536, dan nilai du sebesar 1,775. Artinya berdasarkan nilai

tersebut dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi positif atau negatif, karena

nilai du=1,775 < d=1,874 < 4-du=2,225 (du < d < 4-du).

4.4 Uji Hipotesis

4.4.1 Analisis Regresi Linier Berganda

Persamaan regresi dapat dilihat dari tabel hasil uji coefficients berdasarkan

ouput SPSS versi 26 terhadap ke 5 variabel independen yaitu profitabilitas (X 1),

leverage (X2), likuiditas (X3), umur perusahaan (X4), dan ukuran perusahaan (X5)

terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan (Y) dengan persamaan

regresi sebagai berikut ini :

Y = α + β1X1+ β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + e


55

Tabel 4.6
Hasil Perhitungan Regresi Berganda
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta
1 (Constant) 0,496 0,051
ROA 0,011 0,011 0,114
DER 0,000 0,001 0,018
CR -0,003 0,002 -0,182
Umur 0,000 0,000 0,262
Size 0,004 0,002 0,235
a. Dependent Variable: KLK
Sumber: Data Olahan SPSS 26, 2023

Pada Tabel 4.6 diinterprestasikan adalah nilai dalam kolom B, baris

pertama menunjukkan konstanta (a) dan baris selanjutnya menunjukkan variabel

independen. Dengan melihat tabel diatas dapat disusun persamaan regresi linear

berganda sebagai berikut:

Y = 0,496 + 0,011X1 + 0,000X2 – 0,003X3 + 0,000X4 + 0,004X5

Persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Konstanta sebesar 0,496 artinya menyatakan bahwa jika variabel

independen tetap maka nilai kelengkapan pengungkapan laporan keuangan

(Y) adalah sebesar 0,496.

b. Koefisien regresi profitabilitas (ROA) adalah sebesar 0,011 artinya jika

variabel independen lain nilainya tetap dan profitabilitas mengalami

kenaikan, maka kelengkapan pengungkapan laporan keuangan akan

mengalami peningkatan sebesar 0,011. Koefisien bernilai positif artinya

terjadi hubungan positif antara profitabilitas dengan kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan.


56

c. Koefisien regresi leverage (DER) adalah sebesar 0,000 artinya jika variabel

independen lain nilainya tetap dan leverage mengalami kenaikan, maka

kelengkapan pengungkapan laporan keuangan akan mengalami peningkatan

sebesar 0,000. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif

antara leverage dengan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

d. Koefisien regresi likuiditas (CR) adalah sebesar 0,000 artinya jika variabel

independen lain nilainya tetap dan likuiditas mengalami kenaikan, maka

kelengkapan pengungkapan laporan keuangan akan mengalami penurunan

sebesar 0,000. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif

antara likuiditas dengan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

e. Koefisien regresi umur perusahaan adalah sebesar 0,000 artinya jika

variabel independen lain nilainya tetap dan umur perusahaan mengalami

kenaikan, maka kelengkapan pengungkapan laporan keuangan akan

mengalami peningkatan sebesar 0,000. Koefisien bernilai positif artinya

terjadi hubungan positif antara umur perusahaan dengan kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan.

f. Koefisien regresi ukuran perusahaan (SIZE) adalah sebesar 0,004 artinya

jika variabel independen lain nilainya tetap dan ukuran perusahaan

mengalami kenaikan, maka kelengkapan pengungkapan laporan keuangan

akan mengalami peningkatan sebesar 0,004. Koefisien bernilai positif

artinya terjadi hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan

kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.


57

4.4.2 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen (Ghozali, 2018). Jika nilai probability t lebih kecil dari 0,05

maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali,

2018). Adapun syarat penerimaan atau penolakan hipotesis sebagai berikut:

1) Jika nilai sig. < 0,05, maka hipotisis diterima. Hal ini menunjukan bahwa

variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap variabel dependen secara individu.

2) Jika nilai sig. > 0,05, maka hipotisis ditolak. Hal ini menunjukan bahwa

variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap variabel dependen secara individu.

Tabel 4.7
Hasil Uji Hipotesis Parsial
Coefficientsa

Model t Sig.
1 (Constant) 9,793 0,000
ROA 0,967 0,336
DER 0,165 0,869
CR -1,575 0,119
Umur 2,437 0,017
Size 2,189 0,031
a. Dependent Variable: KLK
Sumber : Data Olahan SPSS 26, 2023

1) Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat

pengaruh positif pada profitabilitas terhadap kelengkapan pengungkapan laporan

keuangan pada perusahaan transportasi di BEI tahun 2018-2021. Pada Tabel 4.7
58

nilai signifikan profitabilitas (ROA) sebesar 0,336 berada lebih besar dari α 0,05,

artinya profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan

laporan keuangan, maka dapat disimpulkan hasil pada hipotesis pertama (H1) yang

menyatakan profitabilitas berpengaruh positif terhadap kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan ditolak.

2) Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat

pengaruh negatif pada leverage terhadap kelengkapan pengungkapan laporan

keuangan pada perusahaan transportasi di BEI tahun 2018-2021. Pada Tabel 4.7

nilai signifikan leverage (DER) sebesar 0,869 berada lebih besar dari α 0,05,

artinya leverage tidak berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan

keuangan, maka dapat disimpulkan hasil pada hipotesis kedua (H2) yang

menyatakan leverage berpengaruh negatif terhadap kelengkapan pengungkapan

laporan keuangan ditolak.

3) Hipotesis Ketiga

Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat

pengaruh positif pada likuiditas terhadap kelengkapan pengungkapan laporan

keuangan pada perusahaan transportasi di BEI tahun 2018-2021. Pada Tabel 4.7

nilai signifikan likuiditas (CR) sebesar 0,119 berada lebih besar dari α 0,05,

artinya likuiditas tidak berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan

keuangan, maka dapat disimpulkan hasil pada hipotesis ketiga (H3) yang

menyatakan likuiditas berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan

laporan keuangan ditolak.


59

4) Hipotesis Keempat

Hipotesis keempat yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat

pengaruh positif pada umur perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan

laporan keuangan pada perusahaan transportasi di BEI tahun 2018-2021. Pada

Tabel 4.7 nilai signifikan umur perusahaan (UMUR) sebesar 0,017 berada lebih

kecil dari α 0,05, artinya umur perusahaan berpengaruh terhadap kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan, maka dapat disimpulkan hasil pada hipotesis

keempat (H4) yang menyatakan umur perusahaan berpengaruh positif terhadap

kelengkapan pengungkapan laporan keuangan diterima.

5) Hipotesis Kelima

Hipotesis kelima yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat

pengaruh positif pada ukuran perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan

laporan keuangan pada perusahaan transportasi di BEI tahun 2018-2021. Pada

Tabel 4.7 nilai signifikan ukuran perusahaan (SIZE) sebesar 0,031 berada lebih

kecil dari α 0,05, artinya ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan, maka dapat disimpulkan hasil pada hipotesis

kelima (H5) yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap

kelengkapan pengungkapan laporan keuangan diterima.

4.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,

2018). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.Nilai R 2 yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi


60

variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-

variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen.

Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 0,403a 0,163 0,112 0,0242763
a. Predictors: (Constant), Size, Umur, CR, DER, ROA
b. Dependent Variable: KLK
Sumber : Data Olahan SPSS 26, 2023

Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi pada tabel 4.8 di atas, besarnya

nilai R-square dalam model regresi diperoleh sebesar 0,163. Hal ini menunjukkan

bahwa variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini dapat

menerangkan variasi dari kelengkapan pengungkapan laporan keuangan ajak

sebesar 16,3%, sedangkan sisanya sebesar 83,7% dipengaruhi oleh faktor lain

yang tidak dimasukkan dalam model regresi ini.

4.5 Pembahasan

4.5.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kelengkapan Pengungkapan

Laporan Keuangan

Hipotesis pertama yang diajukan bahwa profitabilitas berpengaruh positif

terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan

transportasi di BEI tahun 2018-2021, hasil analisis linier berganda menunjukkan

adanya hubungan positif antara profitabilitas dengan kelengkapan pengungkapan

laporan keuangan dengan nilai koefisien 0,011. Hasil uji parsial menunjukkan

nilai signifikan profitabilitas sebesar 0,336 lebih besar dari 0,05, yang artinya
61

profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan

keuangan. Berdasarkan hasil tersebut hipotesis pertama yang menyatakan

profitabilitas berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan

keuangan ditolak.

Hasil ini menjelaskan bahwa tinggi atau rendahnya profitabilitas tidak

akan mempengaruhi perusahaan dalam menyajikan kelengkapan pengungkapan

laporan keuangan pada perusahaan transportasi di BEI tahun 2018-2021. Hasil ini

sejalan dengan hasil penelitian dari Syarli (2021) yang menyatakan profitabilitas

tidak berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hasil

ini juga menolak hasil penelitian dari Azzahra, dkk (2021) yang menyatakan

profitabilitas berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

4.5.2 Pengaruh Leverage Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan

Keuangan

Hipotesis kedua yang diajukan bahwa leverage berpengaruh negatif

terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan

transportasi di BEI tahun 2018-2021, hasil analisis linier berganda menunjukkan

adanya hubungan positif antara leverage dengan kelengkapan pengungkapan

laporan keuangan dengan nilai koefisien 0,000. Hasil uji parsial menunjukkan

nilai signifikan leverage sebesar 0,869 lebih besar dari 0,05, yang artinya leverage

tidak berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

Berdasarkan hasil tersebut hipotesis kedua yang menyatakan leverage

berpengaruh negatif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan

ditolak.
62

Hasil ini menjelaskan bahwa tinggi atau rendahnya leverage tidak akan

mempengaruhi perusahaan dalam menyajikan kelengkapan pengungkapan laporan

keuangan pada perusahaan transportasi di BEI tahun 2018-2021. Hasil ini sejalan

dengan hasil penelitian dari Azzahra, dkk (2021) yang menyatakan leverage tidak

berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hasil ini

juga menolak hasil penelitian dari Widhiyastuti (2017) yang menyatakan leverage

berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

4.5.3 Pengaruh Likuiditas Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan

Keuangan

Hipotesis ketiga yang diajukan bahwa likuiditas berpengaruh positif

terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan

transportasi di BEI tahun 2018-2021, hasil analisis linier berganda menunjukkan

adanya hubungan negatif antara likuiditas dengan kelengkapan pengungkapan

laporan keuangan dengan nilai koefisien -0,003. Hasil uji parsial menunjukkan

nilai signifikan likuiditas sebesar 0,119 lebih besar dari 0,05, yang artinya

likuiditas tidak berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan

keuangan. Berdasarkan hasil tersebut hipotesis ketiga yang menyatakan likuiditas

berpengaruh positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan

ditolak.

Hasil ini menjelaskan bahwa tinggi atau rendahnya likuiditas tidak akan

mempengaruhi perusahaan dalam menyajikan kelengkapan pengungkapan laporan

keuangan pada perusahaan transportasi di BEI tahun 2018-2021. Hasil ini sejalan

dengan hasil penelitian dari Azzahra, dkk (2021) yang menyatakan likuiditas tidak
63

berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Hasil ini

juga menolak hasil penelitian dari Kemal (2019) yang menyatakan likuiditas

berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.

4.5.4 Pengaruh Umur Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan

Laporan Keuangan

Hipotesis keempat yang diajukan bahwa umur perusahaan berpengaruh

positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan

transportasi di BEI tahun 2018-2021, hasil analisis linier berganda menunjukkan

adanya hubungan positif antara umur perusahaan dengan kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan dengan nilai koefisien 0,000. Hasil uji parsial

menunjukkan nilai signifikan umur perusahaan sebesar 0,017 lebih rendah dari

0,05, yang artinya umur perusahaan berpengaruh positif terhadap kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan. Berdasarkan hasil tersebut hipotesis keempat

yang menyatakan umur perusahaan berpengaruh positif terhadap kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan diterima.

Hasil ini menjelaskan bahwa semakin tinggi umur perusahaan akan

mempengaruhi dan meningkatkan perusahaan dalam menyajikan kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan transportasi di BEI tahun 2018-

2021. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian dari Neliana (2017) yang

menyatakan umur perusahaan berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan

laporan keuangan. Hasil ini juga menolak hasil penelitian dari Azzahra, dkk

(2021) yang menyatakan umur perusahaan tidak berpengaruh terhadap

kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.


64

4.5.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kelengkapan

Pengungkapan Laporan Keuangan

Hipotesis kelima yang diajukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh

positif terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan

transportasi di BEI tahun 2018-2021, hasil analisis linier berganda menunjukkan

adanya hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan dengan nilai koefisien 0,004. Hasil uji parsial

menunjukkan nilai signifikan ukuran perusahaan sebesar 0,031 lebih rendah dari

0,05, yang artinya ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan. Berdasarkan hasil tersebut hipotesis kelima

yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan diterima.

Hasil ini menjelaskan bahwa semakin tinggi ukuran perusahaan akan

mempengaruhi dan meningkatkan perusahaan dalam menyajikan kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan transportasi di BEI tahun 2018-

2021. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian dari Syarli (2021) yang menyatakan

ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan

keuangan. Hasil ini juga menolak hasil penelitian dari Azzahra, dkk (2021) yang

menyatakan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profitabilitas,

leverage, likuiditas, umur perusahaan, dan ukuran perusahaan terhadap

kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan transportasi di

BEI tahun 2018-2021. Berdasarkan hasil penelitian yang telah di uraikan pada bab

sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan

laporan keuangan. Hasil ini menjelaskan bahwa tinggi atau rendahnya

profitabilitas tidak akan mempengaruhi perusahaan dalam menyajikan

kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan

transportasi di BEI tahun 2018-2021.

2. Leverage tidak berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan

keuangan. Hasil ini menjelaskan bahwa tinggi atau rendahnya leverage

tidak akan mempengaruhi perusahaan dalam menyajikan kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan transportasi di BEI

tahun 2018-2021.

3. Likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan. Hasil ini menjelaskan bahwa tinggi atau

rendahnya likuiditas tidak akan mempengaruhi perusahaan dalam

menyajikan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan pada

perusahaan transportasi di BEI tahun 2018-2021.

65
66

4. Umur perusahaan berpengaruh positif terhadap kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan. Hasil ini menjelaskan bahwa semakin

tinggi umur perusahaan akan mempengaruhi dan meningkatkan

perusahaan dalam menyajikan kelengkapan pengungkapan laporan

keuangan pada perusahaan transportasi di BEI tahun 2018-2021.

5. Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan. Hasil ini menjelaskan bahwa semakin

tinggi ukuran perusahaan akan mempengaruhi dan meningkatkan

perusahaan dalam menyajikan kelengkapan pengungkapan laporan

keuangan pada perusahaan transportasi di BEI tahun 2018-2021.

5.2 Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat melengkapi

keterbatasan penelitian dengan mengembangkan beberapa hal yaitu:

1. Untuk perusahaan jasa transportasi disarankan agar dapat mengungkapkan

kelengkapan laporan keuangannya sesuai dengan yang ditentukan oleh

BAPEPAM agar informasi tersebut dapat digunakan secara baik oleh

pengguna laporan tersebut.

2. Perlu mempertimbangkan model berbeda yang akan digunakan dalam

penelitian dan penambahan variabel seperti komisaris independen, komite

audit yang mungkin dapat berpengaruh terhadap kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan.

3. Peneliti selanjutnya juga disarankan untuk memperluas sampel penelitian

agar mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.


DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Ilham. (2020). Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan


Manajerial, Likuiditas, Profitabilitas dan Leverage Terhadap Kelengkapan
Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Jasa Transportasi Yang
Terdaftar Di BEI Periode 2014-2018. Skripsi, Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim, Riau.

Amelia, Riska. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan


Pengungkapan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Transportasi Yang
Terdaftar Di BEI Periode 2015-2019. Skripsi, Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim, Riau.

Azzahra, H. N., Hasanah, K., & Abbas, D. S. (2021). Pengaruh Leverage,


Profitabilitas, Likuiditas, Ukuran Perusahaan, Dan Umur Perusahaan
Terhadap Pengungkapan Laporan Keuangan. In Prosiding Seminar
Nasional Ekonomi Dan Bisnis (pp. 404-416).

Fitriyanti, I. N., Norita, N., & Aminah, W. (2017). Analisis Pengaruh Return On
Equity, Leverage, Ukuran Perusahaan, Dan Umur Perusahaan Terhadap
Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan (studi Pada Perusahaan
Farmasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2015).
eProceedings of Management, 4(2).

Hanafi, M. M., & Halim, A. (2016). Analisis Laporan Keuangan Edisi ke 5.


Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Harahap, Sofyan Syafri. (2013). Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.

Ghozali, Imam. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBMSPSS


25 Edisi Ke-9. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Kasmir. (2016). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kemal, L. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan


Pengungkapan Laporan Keuangan Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai
Variabel Moderating pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Skripsi, Universitas Sumatera Utara.

Marbun, G. (2022). Pengaruh Profitabilitas, Leverage Dan Likuiditas Terhadap


Kelengkapan Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun
2016-2017. Jurnal Riset Akuntansi & Keuangan, 221-230.

67
68

Neliana, T. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kelengkapan


Pengungkapan Laporan Keuangan. Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan,
5(2), 1409-1422.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor: 29/ POJK.04 / 2016 Tentang Penyampaian
Laporan Tahunan Perusahaan Emiten Dan Publik.

Sinurat, D. N. B., & Sembiring, E. R. (2016). Pengaruh Profitabilitas, Leverage,


Struktur Kepemilikan Dan Status Perusahaan Terhadap Pengungkapan
Laporan Keuangan Pada Perusahan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi & Keuangan, 63-82.

Sugiyono. (2012). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Surat Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal No:Kep-347/BL/2012


Tentang Penyajian Dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten Atau
Perusahaan Publik.

Syarli, Z. A. (2021). Pengaruh Leverage, Likuiditas, Profitabilitas, Ukuran


Perusahaan, Umur Perusahaan, dan Kualitas Audit Terhadap Kualitas
Laporan Keuangan Perusahaan. Bussman Journal: Indonesian Journal of
Business and Management, 1(3), 314-327.

Widhiyastuti, N. (2017). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Likuiditas, Leverage,


Status Perusahaan, Profitabilitas, Umur Perusahaan, Porsi Saham
Publikterhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan (Studi
Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2011-
2014). Doctoral dissertation, Fakultas Ekonomi UNISSULA.

CNNIndonesia.com

Investor.id
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Item Pengungkapan Laporan Keuangan

Komponen Laporan Item


Keuangan
A. Laporan Posisi Keuangan:

2. Aset
1. Kas dan Setara kas
3. Piutang Usaha
Aset Lancar 4. Aset Keuangan Lancar
5. Persedian
6. pajak dibayar dimuka
7. Biaya dibayar dimuka
8. Aset Tidak lancar atau kelompok lepasan
yang dimiliki untuk dijual.
1. Piutang Pihak berelasi Non Usaha
2. Asset keuangan tidak lancar lainnya
Aset Tidak Lancar 3. Investasi pada entitas assosiasi
4. Property Investasi pada entitas asosiasi
5. Aset tetap
6. Aset tak berwujud
7. Asset pajak tangguhan
2. Liabilitas
1. Utang Usaha
2. Beban akrual
3. Utang pajak
4. Liabilitas imbalan kerja jangka pendek
Liabilitas Jangka Pendek 5. Bagian lancar atas liabilitas jangka
panjang panjang yang akan jatuh tempo
dalam 1 tahun
6. Liabilitas keuangan jangka pendek lainnya
7. Liabilitas atas pembayaran berbasis saham
jangka pendek
8. Provisi jangka pendek
9. Liabilitas terkait asset atau kelompok
lepasan yang dimiliki untuk dijual
1. Utang bank dan lembaga
keuangan lainnya
2. Utang pihak berelasi non-usaha
Libilitas Jangka Panjang 3. Utang sewa pembiayaan
4. Utang obligasi
5. Sukuk
6. Obligasi konservasi
7. Liabilitas keuangan jangka panjang
lainnya
8. Liabilitsa atas pembayaran berbasis saham
jangka panjang
9. Liabilitas imbalan kerja jangka panjang
10. Liabilitas pajak tangguhan
11. Utang subordinasi
12. Provisi jangka panjang
1. modal saham
2. tambahan modal disetor
3. selisih transaksi dengan pihak pengendali
Ekuitas 4. saham tresuri
5. saldo laba
6. pendapatan komprehesif lainnya
7. kepentingan non-pengendalian
B. Laporan Laba Rugi
1. Pendapatan Usaha
2. Beban pokok penjualan
3. Laba (rugi ) kotor
4. Beban usaha
5. Pendapatan lainnya
6. Beban lainnya
7. Beban keuangan
8. Bagian laba (rugi) dari entitas asosiasi
9. Laba (rugi) sebelum pajak penghasilan
10. Beban(penghasilan) pajak
11. Laba (rugi) periode berjalan dari
operasi yang dilanjutkan
12. Laba (rugi) periode berjalan dari operasi
yang dihentikan setelah pajak
13. Laba (rugi) periode berjalan
14. Pendapatan komprehensif lain
15. Pajak penghasilan terkait
16. Pendapatan komprehensif lain periode
berjalan setelah pajak
17. Total laba (rugi) komprehensif periode
berjalan
18. Laba (rugi ) periode berjalan dapat
diatribusikan
19. Total laba (rugi) periode berjalan
yang dapat distribusikan
20. Laba (rugi) per saham dasar dan dilusian
C. Laporan Perubahan Ekuitas
1. Total laba (rugi) komprehensif selama satu
periode, yang menunjukkan secara
terpisah jumlah yang dapat daitribusikan
kepada pemilik entitas induk kepada
kepentingan non pengendali
2. Pengaruh penerapan retropektif atau
penyajian kembali secara retropektif yang
diperkenankan oleh SAK untuk setiap
komponen ekuitas
3. Rekonsiliasi antara jumlah yang tercatat
pada awal dan akhir periode untuk setiap
komponen ekuitas secara terpisah.
D. Laporan arus kas
1. Arus kas dari aktivitas operasi
2. Arus kas dari aktivitas investasi
3. Arus kas dari aktivitas pendanaan
E. Catatan ats laporan keuangan
1. Gambaran umum Perusahaan
2. Dasar penyusunan laporan keuangan dan
ikhtisar kebijakan akuntansi signifikan
yang diterapkan
3. Informasi tambahan untuk pos-pos yang
disajikan dalam laporan posisi keuangan,
laporan laba rugi komprehensif, laporan
perubahan ekuitas dan laporan arus kas,
sesuai dengan urutan penyajian laporan
dan penyajian masing-masing pos; dan
4. pengungkapan lainnya yang antara lain
meliputi: informasi yang dipersyaratkan
oleh SAK yang tidak disajikan di bagian
manapun dalam laporan keuangan; dan
informasi yang tidak disajikan di bagian
manapun dalam laporan keuangan, tetapi
informasi tersebut relevan untuk
memahami laporan keuangan.

TOTAL 73 ITEM
Lampiran 2. Tabulasi Data

No Perusahaan Tahun KLK ROA DER CR Umur Size


1 AKSI 2018 0,6027 0,0963 1,5045 1,4753 28 26,3401
2019 0,6027 0,0146 1,5022 1,4927 29 26,3764
2020 0,6027 0,0102 1,8008 1,4362 30 26,4212
2021 0,6027 0,0878 1,1112 1,7867 31 26,3436
2 ASSA 2018 0,5753 0,0350 2,5686 0,4667 19 29,0328
2019 0,5890 0,0189 2,6238 0,5261 20 29,2098
2020 0,5890 0,0124 2,5926 0,4368 21 29,2741
2021 0,5890 0,0265 2,4166 0,8977 22 29,4281
3 BBRM 2018 0,5753 -0,0940 2,7725 0,8267 20 27,8444
2019 0,5890 -0,0578 3,2501 0,9294 21 27,7030
2020 0,5753 -0,3002 4,1750 0,3545 22 26,9840
2021 0,5890 0,0200 3,1510 0,4856 23 26,8948
4 BIRD 2018 0,5753 0,0662 0,3210 1,7428 17 29,5705
2019 0,5753 0,0425 0,3728 1,2459 18 29,6358
2020 0,5753 -0,0225 0,3854 1,9404 19 29,6125
2021 0,5753 0,0013 0,2818 2,4184 20 29,5178
5 BLTA 2018 0,6164 0,0060 1,4630 0,6164 37 27,6612
2019 0,6164 -0,0129 1,1993 0,5456 38 27,5636
2020 0,6027 -0,0124 1,3669 0,5060 39 27,5581
2021 0,6164 0,0838 1,1929 1,3258 40 27,6321
6 BULL 2018 0,5890 0,0450 0,7025 1,3158 13 29,1926
2019 0,6027 0,0422 0,9465 1,5378 14 29,6642
2020 0,5890 0,0456 1,3655 1,0010 15 30,0863
2021 0,6027 -0,3836 4,4145 0,3864 16 29,7791
7 GIAA 2018 0,6712 -0,0551 5,4949 0,3528 68 31,7258
2019 0,6849 0,0014 5,1831 0,3481 69 31,7547
2020 0,6849 -0,2295 -6,5532 0,1249 70 32,6537
2021 0,6712 -0,5803 -2,1772 0,0530 71 32,2597
8 HITS 2018 0,6164 0,0635 2,6995 0,8484 25 28,6786
2019 0,6301 0,0645 2,2389 0,7243 26 28,6702
2020 0,6301 0,0328 2,2786 0,5811 27 28,7744
2021 0,6301 -0,0577 2,5193 0,8349 28 28,7887
9 IATA 2018 0,6027 -0,1059 0,7823 0,4244 51 27,6196
2019 0,6164 -0,0814 0,7067 0,2459 52 27,4653
2020 0,6027 -0,1190 2,5979 0,2119 53 27,3543
2021 0,6164 -0,0045 -1,9210 0,1474 54 28,0003
10 LEAD 2018 0,6164 -0,2897 2,1707 0,6920 20 28,4477
2019 0,6164 -0,0566 2,7248 1,3915 21 28,3696
2020 0,6164 -0,0191 2,7382 3,2428 22 28,3178
2021 0,6164 -0,0194 2,8820 3,3153 23 28,2962
11 LRNA 2018 0,6164 -0,0957 0,1642 1,6502 16 26,4665
2019 0,6164 -0,0227 0,1588 2,2800 17 26,4358
2020 0,6164 -0,1591 0,2400 0,7994 18 26,3236
2021 0,6164 -0,1106 0,2463 1,0063 19 26,2011
12 MBSS 2018 0,6027 -0,0699 0,3986 4,2954 24 28,8730
2019 0,6027 0,0083 0,2691 3,7120 25 28,7379
2020 0,6027 -0,0769 0,2427 2,1086 26 28,6396
2021 0,6164 0,0684 0,0505 7,4195 27 28,5587
13 MIRA 2018 0,6301 0,0018 0,4300 4,6907 39 26,4940
2019 0,6301 -0,0092 0,4985 1,5878 40 26,5854
2020 0,6301 -0,0575 0,4721 1,1712 41 26,4823
2021 0,6301 -0,0438 0,4834 1,0984 42 26,4321
14 NELY 2018 0,5890 0,1112 0,1204 6,0376 50 26,8852
2019 0,5890 0,0992 0,1416 5,7815 51 26,9914
2020 0,5890 0,0774 0,1389 6,7234 52 27,0655
2021 0,6027 0,0930 0,1237 3,8477 53 27,0382
15 SAFE 2018 0,6027 -0,0590 -6,7378 0,1949 47 26,5750
2019 0,6027 0,0258 -7,9404 0,1332 48 26,6023
2020 0,6027 -0,0546 -5,6740 0,1119 49 26,4982
2021 0,6027 0,0027 -5,3761 0,0840 50 26,4224
16 SMDR 2018 0,6164 0,0124 0,9561 1,0953 54 29,7902
2019 0,6301 -0,1164 1,0955 1,2684 55 29,6013
2020 0,6301 -0,0040 1,3747 1,2945 56 29,7202
2021 0,6301 0,1677 1,1718 1,4477 57 30,0993
17 SOCI 2018 0,6438 0,0200 1,0472 2,5413 8 29,9007
2019 0,6438 0,0136 1,0513 2,8772 9 29,8869
2020 0,6438 0,0414 0,8274 2,5669 10 29,8589
2021 0,6438 0,0086 0,7124 2,4975 11 29,8234
18 TAXI 2018 0,6164 -0,6594 -3,1708 0,3114 37 27,8693
2019 0,6164 -0,5760 -2,0555 0,2909 38 26,8955
2020 0,6301 -0,2187 -1,4676 0,2748 39 26,2176
2021 0,6301 2,0718 0,1968 7,1984 40 25,2346
19 TMAS 2018 0,6575 0,0123 1,6533 0,4300 31 28,6739
2019 0,6575 0,0308 1,7605 0,5284 32 28,8146
2020 0,6438 0,0136 2,1686 0,4543 33 28,9757
2021 0,6575 0,1722 1,6275 1,1417 34 29,0302
20 TPMA 2018 0,6027 0,0682 0,4739 0,7393 13 28,1074
2019 0,6164 0,0738 0,4121 0,8424 14 28,0680
2020 0,6027 0,0201 0,3475 1,0936 15 28,0094
2021 0,6027 0,0399 0,2879 1,3683 16 27,9766
21 WEHA 2018 0,6575 0,0096 1,1671 0,4024 17 26,5266
2019 0,6575 0,0168 0,7752 0,5158 18 26,3202
2020 0,6438 -0,1401 1,0321 0,3685 19 26,2030
2021 0,6575 -0,0433 1,0504 0,4228 20 26,1281
22 WINS 2018 0,6301 -0,1311 0,6068 0,6169 23 29,0105
2019 0,6438 -0,0680 0,5959 0,5887 24 28,8652
2020 0,6438 -0,0678 0,5690 1,2592 25 28,7624
2021 0,6438 0,0007 0,2735 2,2089 26 28,6574
TABULASI DATA VARIABEL KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LK
Jumlah Yang di Jumlah Indeks
No Perusahaan Tahun Indeks
Ungkapkan (n) Pengungkapan
1 AKSI 2018 44 73 0,6027
2019 44 73 0,6027
2020 44 73 0,6027
2021 44 73 0,6027
2 ASSA 2018 42 73 0,5753
2019 43 73 0,5890
2020 43 73 0,5890
2021 43 73 0,5890
3 BBRM 2018 42 73 0,5753
2019 43 73 0,5890
2020 42 73 0,5753
2021 43 73 0,5890
4 BIRD 2018 42 73 0,5753
2019 42 73 0,5753
2020 42 73 0,5753
2021 42 73 0,5753
5 BLTA 2018 45 73 0,6164
2019 45 73 0,6164
2020 44 73 0,6027
2021 45 73 0,6164
6 BULL 2018 43 73 0,5890
2019 44 73 0,6027
2020 43 73 0,5890
2021 44 73 0,6027
7 GIAA 2018 49 73 0,6712
2019 50 73 0,6849
2020 50 73 0,6849
2021 49 73 0,6712
8 HITS 2018 45 73 0,6164
2019 46 73 0,6301
2020 46 73 0,6301
2021 46 73 0,6301
9 IATA 2018 44 73 0,6027
2019 45 73 0,6164
2020 44 73 0,6027
2021 45 73 0,6164
10 LEAD 2018 45 73 0,6164
2019 45 73 0,6164
2020 45 73 0,6164
2021 45 73 0,6164
11 LRNA 2018 45 73 0,6164
2019 45 73 0,6164
2020 45 73 0,6164
2021 45 73 0,6164
12 MBSS 2018 44 73 0,6027
2019 44 73 0,6027
2020 44 73 0,6027
2021 45 73 0,6164
13 MIRA 2018 46 73 0,6301
2019 46 73 0,6301
2020 46 73 0,6301
2021 46 73 0,6301
14 NELY 2018 43 73 0,5890
2019 43 73 0,5890
2020 43 73 0,5890
2021 44 73 0,6027
15 SAFE 2018 44 73 0,6027
2019 44 73 0,6027
2020 44 73 0,6027
2021 44 73 0,6027
16 SMDR 2018 45 73 0,6164
2019 46 73 0,6301
2020 46 73 0,6301
2021 46 73 0,6301
17 SOCI 2018 47 73 0,6438
2019 47 73 0,6438
2020 47 73 0,6438
2021 47 73 0,6438
18 TAXI 2018 45 73 0,6164
2019 45 73 0,6164
2020 46 73 0,6301
2021 46 73 0,6301
19 TMAS 2018 48 73 0,6575
2019 48 73 0,6575
2020 47 73 0,6438
2021 48 73 0,6575
20 TPMA 2018 44 73 0,6027
2019 45 73 0,6164
2020 44 73 0,6027
2021 44 73 0,6027
21 WEHA 2018 48 73 0,6575
2019 48 73 0,6575
2020 47 73 0,6438
2021 48 73 0,6575
22 WINS 2018 46 73 0,6301
2019 47 73 0,6438
2020 47 73 0,6438
2021 47 73 0,6438
TABULASI DATA VARIABEL PROFITABILITAS
No Perusahaan Tahun Laba Bersih Total Assets ROA
1 AKSI 2018 26.482.339.033 275.005.973.287 0,0963
2019 4.177.237.649 285.177.567.739 0,0146
2020 3.036.178.470 298.261.244.290 0,0102
2021 24.226.913.508 275.990.708.661 0,0878
2 ASSA 2018 142.242.410.935 4.062.536.132.739 0,0350
2019 91.814.940.880 4.849.223.630.042 0,0189
2020 63.896.421.980 5.170.895.098.267 0,0124
2021 159.581.031.996 6.031.946.733.670 0,0265
3 BBRM 2018 -116.350.791.525 1.237.843.791.990 -0,0940
2019 -62.164.402.034 1.074.676.927.359 -0,0578
2020 -157.196.399.640 523.591.947.060 -0,3002
2021 9.581.204.314 478.924.309.468 0,0200
4 BIRD 2018 460.273.000.000 6.955.157.000.000 0,0662
2019 315.622.000.000 7.424.304.000.000 0,0425
2020 -163.183.000.000 7.253.114.000.000 -0,0225
2021 8.720.000.000 6.598.137.000.000 0,0013
5 BLTA 2018 6.150.782.115 1.030.629.559.185 0,0060
2019 -12.097.612.401 934.810.926.343 -0,0129
2020 -11.497.216.080 929.648.418.510 -0,0124
2021 83.914.938.558 1.001.059.228.224 0,0838
6 BULL 2018 214.656.123.465 4.766.531.487.750 0,0450
2019 322.682.982.216 7.638.544.845.386 0,0422
2020 531.311.241.510 11.650.026.424.470 0,0456
2021 -3.286.899.693.770 8.568.133.212.452 -0,3836
7 GIAA 2018 -3.306.309.174.180 60.025.833.529.335 -0,0551
2019 89.549.827.255 61.786.855.958.058 0,0014
2020 -34.846.231.220.430 151.815.024.326.490 -0,2295
2021 -59.412.783.867.712 102.381.537.454.240 -0,5803
8 HITS 2018 181.166.329.890 2.850.849.873.855 0,0635
2019 182.242.596.193 2.826.757.137.526 0,0645
2020 102.876.772.740 3.137.272.432.560 0,0328
2021 -183.756.755.204 3.182.481.574.954 -0,0577
9 IATA 2018 -104.689.444.140 988.656.809.355 -0,1059
2019 -68.959.897.650 847.291.546.829 -0,0814
2020 -90.211.479.330 758.237.266.710 -0,1190
2021 -6.551.355.074 1.446.756.855.280 -0,0045
10 LEAD 2018 -655.534.510.785 2.263.045.079.070 -0,2897
2019 -118.517.019.565 2.093.047.455.898 -0,0566
2020 -37.881.730.320 1.987.305.274.920 -0,0191
2021 -37.789.661.558 1.944.751.436.694 -0,0194
11 LRNA 2018 -29.874.068.816 312.059.443.277 -0,0957
2019 -6.857.140.631 302.636.796.677 -0,0227
2020 -43.027.059.389 270.508.602.770 -0,1591
2021 -26.466.832.753 239.333.983.354 -0,1106
12 MBSS 2018 -241.937.398.260 3.462.590.438.100 -0,0699
2019 25.073.865.656 3.024.884.007.810 0,0083
2020 -210.711.672.780 2.741.666.974.200 -0,0769
2021 172.829.370.340 2.528.514.735.890 0,0684
13 MIRA 2018 591.476.541 320.777.602.224 0,0018
2019 -3.222.370.200 351.483.053.912 -0,0092
2020 -18.218.177.373 317.031.964.534 -0,0575
2021 -13.195.658.734 301.506.104.882 -0,0438
14 NELY 2018 52.752.666.735 474.345.474.753 0,1112
2019 52.344.151.967 527.467.886.738 0,0992
2020 43.944.061.538 568.048.326.214 0,0774
2021 51.407.237.669 552.781.459.611 0,0930
15 SAFE 2018 -20.514.021.923 347.841.814.370 -0,0590
2019 9.207.473.993 357.452.208.844 0,0258
2020 -17.589.816.912 322.122.601.640 -0,0546
2021 792.053.209 298.604.232.055 0,0027
16 SMDR 2018 107.091.373.185 8.663.977.325.970 0,0124
2019 -835.041.314.226 7.172.362.722.021 -0,1164
2020 -32.654.781.600 8.078.208.049.800 -0,0040
2021 1.979.624.352.376 11.802.565.428.544 0,1677
17 SOCI 2018 193.685.479.155 9.676.379.288.565 0,0200
2019 129.637.507.678 9.543.488.359.930 0,0136
2020 383.812.181.340 9.279.971.014.020 0,0414
2021 77.324.454.218 8.956.175.268.106 0,0086
18 TAXI 2018 -836.820.231.000 1.269.024.960.000 -0,6594
2019 -276.072.942.000 479.265.331.000 -0,5760
2020 -53.221.960.000 243.302.339.000 -0,2187
2021 188.614.656.000 91.040.495.000 2,0718
19 TMAS 2018 34.819.000.000 2.837.426.000.000 0,0123
2019 100.615.000.000 3.266.151.000.000 0,0308
2020 52.214.000.000 3.837.040.000.000 0,0136
2021 697.621.000.000 4.051.811.000.000 0,1722
20 TPMA 2018 109.873.725.750 1.610.293.267.530 0,0682
2019 114.253.665.883 1.548.053.416.728 0,0738
2020 29.337.230.370 1.459.921.026.690 0,0201
2021 56.356.960.880 1.412.815.312.920 0,0399
21 WEHA 2018 3.190.724.918 331.404.130.533 0,0096
2019 4.518.959.735 269.602.629.189 0,0168
2020 -33.601.480.667 239.784.904.490 -0,1401
2021 -9.622.676.055 222.474.205.879 -0,0433
22 WINS 2018 -520.845.965.100 3.972.667.872.375 -0,1311
2019 -233.553.796.539 3.435.462.234.575 -0,0680
2020 -210.111.924.960 3.099.809.397.300 -0,0678
2021 1.851.800.698 2.791.024.298.744 0,0007
TABULASI DATA VARIABEL LEVERAGE
No Perusahaan Tahun Total Utang Total Ekuitas DER
1 AKSI 2018 165.200.682.053 109.805.291.234 1,5045
2019 171.206.489.746 113.971.077.993 1,5022
2020 191.770.130.645 106.491.113.645 1,8008
2021 145.261.996.537 130.728.712.124 1,1112
2 ASSA 2018 2.924.124.201.613 1.138.411.931.126 2,5686
2019 3.511.071.376.393 1.338.152.253.649 2,6238
2020 3.731.575.182.568 1.439.319.915.699 2,5926
2021 4.266.438.743.626 1.765.507.990.044 2,4166
3 BBRM 2018 909.722.193.525 328.121.598.465 2,7725
2019 821.817.687.558 252.859.239.801 3,2501
2020 422.414.717.760 101.177.229.300 4,1750
2021 363.548.601.240 115.375.708.228 3,1510
4 BIRD 2018 1.689.996.000.000 5.265.161.000.000 0,3210
2019 2.016.202.000.000 5.408.102.000.000 0,3728
2020 2.017.591.000.000 5.235.523.000.000 0,3854
2021 1.450.558.000.000 5.147.579.000.000 0,2818
5 BLTA 2018 612.189.168.165 418.440.391.020 1,4630
2019 509.753.513.129 425.057.413.214 1,1993
2020 536.885.043.870 392.763.374.640 1,3669
2021 544.559.916.758 456.499.311.466 1,1929
6 BULL 2018 1.966.838.696.955 2.799.692.790.795 0,7025
2019 3.714.278.889.804 3.924.265.955.582 0,9465
2020 6.725.072.230.800 4.924.954.193.670 1,3655
2021 6.985.688.118.882 1.582.445.093.570 4,4145
7 GIAA 2018 50.783.827.827.915 9.242.005.701.420 5,4949
2019 51.793.978.328.561 9.992.877.629.497 5,1831
-
2020 179.153.375.481.780 -27.338.351.155.290
6,5532
-
2021 189.352.127.437.550 -86.970.589.983.310
2,1772
8 HITS 2018 2.080.246.204.170 770.603.669.685 2,6995
2019 1.954.006.860.323 872.750.277.203 2,2389
2020 2.180.370.142.650 956.902.289.910 2,2786
2021 2.278.191.797.178 904.289.777.776 2,5193
9 IATA 2018 433.951.417.575 554.705.391.780 0,7823
2019 350.831.494.580 496.460.052.249 0,7067
2020 547.490.447.070 210.746.819.640 2,5979
-
2021 3.017.660.181.844 -1.570.903.326.564
1,9210
10 LEAD 2018 1.549.305.971.955 713.739.107.115 2,1707
2019 1.531.121.934.531 561.925.521.367 2,7248
2020 1.455.683.001.990 531.622.272.930 2,7382
2021 1.443.785.792.460 500.965.644.234 2,8820
11 LRNA 2018 44.014.632.463 268.044.810.814 0,1642
2019 41.462.629.189 261.174.167.488 0,1588
2020 52.352.752.945 218.155.849.825 0,2400
2021 47.302.648.250 192.031.335.104 0,2463
12 MBSS 2018 986.899.791.780 2.475.690.357.420 0,3986
2019 641.412.690.737 2.383.471.317.073 0,2691
2020 535.416.895.650 2.206.250.078.550 0,2427
2021 121.445.911.400 2.407.068.824.490 0,0505
13 MIRA 2018 96.461.435.704 224.316.166.520 0,4300
2019 116.925.646.360 234.557.407.552 0,4985
2020 101.678.044.013 215.353.920.521 0,4721
2021 98.256.140.568 203.249.964.314 0,4834
14 NELY 2018 50.960.583.715 423.384.891.038 0,1204
2019 65.436.471.797 462.031.414.941 0,1416
2020 69.298.714.658 498.749.611.556 0,1389
2021 60.858.708.144 491.922.751.467 0,1237
-
15 SAFE 2018 408.464.934.762 -60.623.120.392
6,7378
-
2019 408.955.063.516 -51.502.854.672
7,9404
-
2020 391.040.622.213 -68.918.020.573
5,6740
-
2021 366.839.357.213 -68.235.125.158
5,3761
16 SMDR 2018 4.234.671.325.710 4.429.306.000.260 0,9561
2019 3.749.683.795.263 3.422.678.926.758 1,0955
2020 4.676.497.776.090 3.401.710.273.710 1,3747
2021 6.368.164.106.062 5.434.401.322.482 1,1718
17 SOCI 2018 4.949.779.717.710 4.726.599.570.855 1,0472
2019 4.891.032.121.528 4.652.456.238.402 1,0513
2020 4.201.785.965.790 5.078.185.048.230 0,8274
2021 3.725.926.656.364 5.230.248.611.742 0,7124
-
18 TAXI 2018 1.853.612.051.000 -584.587.091.000
3,1708
-
2019 933.327.880.000 -454.062.549.000
2,0555
-
2020 763.628.958.000 -520.326.619.000
1,4676
2021 14.972.234.000 76.068.261.000 0,1968
19 TMAS 2018 1.768.011.000.000 1.069.415.000.000 1,6533
2019 2.082.994.000.000 1.183.157.000.000 1,7605
2020 2.626.095.000.000 1.210.945.000.000 2,1686
2021 2.509.761.000.000 1.542.050.000.000 1,6275
20 TPMA 2018 517.752.265.005 1.092.541.002.525 0,4739
2019 451.744.579.517 1.096.308.837.211 0,4121
2020 376.478.250.120 1.083.442.776.570 0,3475
2021 315.864.715.474 1.096.950.597.446 0,2879
21 WEHA 2018 178.481.685.363 152.922.445.170 1,1671
2019 117.734.528.422 151.868.100.767 0,7752
2020 121.787.883.668 117.997.020.822 1,0321
2021 113.973.603.428 108.500.602.451 1,0504
22 WINS 2018 1.500.190.241.850 2.472.477.630.525 0,6068
2019 1.282.767.459.015 2.152.694.775.560 0,5959
2020 1.124.179.380.240 1.975.630.017.060 0,5690
2021 599.477.649.430 2.191.546.649.314 0,2735
TABULASI DATA VARIABEL LIKUIDITAS
No Perusahaan Tahun Aset Lancar Hutang Lancar CR
1 AKSI 2018 96.565.714.379 65.453.742.020 1,4753
2019 148.724.982.545 99.631.561.298 1,4927
2020 165.109.516.135 114.959.432.645 1,4362
2021 150.043.015.990 83.977.625.835 1,7867
2 ASSA 2018 536.760.828.132 1.150.241.108.007 0,4667
2019 652.506.417.924 1.240.237.695.433 0,5261
2020 627.688.164.688 1.436.932.364.028 0,4368
2021 1.061.788.861.867 1.182.732.810.012 0,8977
3 BBRM 2018 105.709.362.255 127.863.413.190 0,8267
2019 104.531.844.991 112.474.377.246 0,9294
2020 112.270.354.980 316.729.066.500 0,3545
2021 128.518.871.404 264.657.658.496 0,4856
4 BIRD 2018 1.071.773.000.000 614.987.000.000 1,7428
2019 938.785.000.000 753.515.000.000 1,2459
2020 1.241.604.000.000 639.864.000.000 1,9404
2021 1.366.505.000.000 565.041.000.000 2,4184
5 BLTA 2018 114.263.402.355 185.383.056.510 0,6164
2019 72.395.349.831 132.680.038.414 0,5456
2020 89.933.948.580 177.748.392.360 0,5060
2021 202.106.089.284 152.443.335.902 1,3258
6 BULL 2018 1.213.384.001.265 922.153.993.875 1,3158
2019 1.850.086.134.022 1.203.036.923.795 1,5378
2020 2.252.250.860.160 2.250.052.296.030 1,0010
2021 1.253.074.048.644 3.243.291.215.714 0,3864
7 GIAA 2018 15.599.807.345.070 44.221.865.234.445 0,3528
2019 15.723.687.755.111 45.176.415.514.489 0,3481
2020 7.549.218.766.320 60.427.804.412.850 0,1249
2021 4.351.690.062.786 82.148.871.875.290 0,0530
8 HITS 2018 547.712.581.725 645.564.210.660 0,8484
2019 459.020.497.348 633.758.287.008 0,7243
2020 553.856.221.590 953.143.419.060 0,5811
2021 620.493.808.814 743.182.092.202 0,8349
9 IATA 2018 157.914.372.285 372.131.021.070 0,4244
2019 74.843.471.612 304.311.190.197 0,2459
2020 79.768.795.680 376.467.289.590 0,2119
2021 384.221.934.734 2.605.909.847.684 0,1474
10 LEAD 2018 236.476.104.885 341.720.598.150 0,6920
2019 289.523.476.865 208.068.954.604 1,3915
2020 276.287.890.620 85.200.927.210 3,2428
2021 337.856.402.048 101.908.550.744 3,3153
11 LRNA 2018 33.278.321.166 20.166.061.081 1,6502
2019 37.973.876.818 16.654.963.274 2,2800
2020 19.404.955.562 24.273.678.406 0,7994
2021 19.325.367.668 19.204.829.670 1,0063
12 MBSS 2018 895.333.904.595 208.438.258.770 4,2954
2019 804.146.373.177 216.632.728.459 3,7120
2020 756.665.141.190 358.843.882.950 2,1086
2021 632.716.032.190 85.276.961.550 7,4195
13 MIRA 2018 131.453.924.595 28.024.488.205 4,6907
2019 80.168.401.538 50.490.247.279 1,5878
2020 55.211.778.498 47.140.889.442 1,1712
2021 54.436.318.441 49.557.803.766 1,0984
14 NELY 2018 142.043.543.822 23.526.300.566 6,0376
2019 134.012.941.477 23.179.545.509 5,7815
2020 146.335.988.563 21.765.155.172 6,7234
2021 99.707.098.594 25.913.588.162 3,8477
15 SAFE 2018 41.100.383.133 210.911.344.358 0,1949
2019 25.440.029.597 190.967.041.916 0,1332
2020 20.982.095.777 187.447.337.834 0,1119
2021 27.205.306.574 323.987.512.785 0,0840
16 SMDR 2018 3.187.181.894.760 2.909.923.683.615 1,0953
2019 3.095.788.946.348 2.440.649.229.109 1,2684
2020 3.498.575.456.040 2.702.699.912.220 1,2945
2021 6.112.777.848.870 4.222.341.591.160 1,4477
17 SOCI 2018 1.347.949.952.235 530.414.029.755 2,5413
2019 1.542.156.655.249 535.991.499.568 2,8772
2020 1.517.191.695.390 591.061.100.490 2,5669
2021 1.480.292.230.450 592.714.079.650 2,4975
18 TAXI 2018 499.247.067.000 1.603.238.372.000 0,3114
2019 209.703.468.000 720.977.430.000 0,2909
2020 160.199.112.000 582.958.840.000 0,2748
2021 81.644.827.000 11.342.151.000 7,1984
19 TMAS 2018 411.249.000.000 956.341.000.000 0,4300
2019 518.941.000.000 982.055.000.000 0,5284
2020 410.184.000.000 902.798.000.000 0,4543
2021 1.138.374.000.000 997.061.000.000 1,1417
20 TPMA 2018 256.460.762.385 346.876.437.555 0,7393
2019 263.632.096.091 312.968.427.632 0,8424
2020 257.946.252.690 235.873.447.740 1,0936
2021 294.888.980.650 215.510.745.274 1,3683
21 WEHA 2018 22.696.768.887 56.398.943.588 0,4024
2019 20.607.998.968 39.953.268.587 0,5158
2020 11.358.991.009 30.824.345.288 0,3685
2021 12.590.158.246 29.778.574.564 0,4228
22 WINS 2018 493.933.037.805 800.674.808.445 0,6169
2019 492.876.708.513 837.180.188.040 0,5887
2020 631.578.901.590 501.569.948.880 1,2592
2021 607.269.540.306 274.916.927.868 2,2089
TABULASI DATA VARIABEL UMUR PERUSAHAAN
No Perusahaan Tahun Tahun Berdiri Umur
1 AKSI 2018 1.990 28
2019 1.990 29
2020 1.990 30
2021 1.990 31
2 ASSA 2018 1.999 19
2019 1.999 20
2020 1.999 21
2021 1.999 22
3 BBRM 2018 1.998 20
2019 1.998 21
2020 1.998 22
2021 1.998 23
4 BIRD 2018 2.001 17
2019 2.001 18
2020 2.001 19
2021 2.001 20
5 BLTA 2018 1.981 37
2019 1.981 38
2020 1.981 39
2021 1.981 40
6 BULL 2018 2.005 13
2019 2.005 14
2020 2.005 15
2021 2.005 16
7 GIAA 2018 1.950 68
2019 1.950 69
2020 1.950 70
2021 1.950 71
8 HITS 2018 1.993 25
2019 1.993 26
2020 1.993 27
2021 1.993 28
9 IATA 2018 1.967 51
2019 1.967 52
2020 1.967 53
2021 1.967 54
10 LEAD 2018 1.998 20
2019 1.998 21
2020 1.998 22
2021 1.998 23
11 LRNA 2018 2.002 16
2019 2.002 17
2020 2.002 18
2021 2.002 19
12 MBSS 2018 1.994 24
2019 1.994 25
2020 1.994 26
2021 1.994 27
13 MIRA 2018 1.979 39
2019 1.979 40
2020 1.979 41
2021 1.979 42
14 NELY 2018 1.968 50
2019 1.968 51
2020 1.968 52
2021 1.968 53
15 SAFE 2018 1.971 47
2019 1.971 48
2020 1.971 49
2021 1.971 50
16 SMDR 2018 1.964 54
2019 1.964 55
2020 1.964 56
2021 1.964 57
17 SOCI 2018 2.010 8
2019 2.010 9
2020 2.010 10
2021 2.010 11
18 TAXI 2018 1.981 37
2019 1.981 38
2020 1.981 39
2021 1.981 40
19 TMAS 2018 1.987 31
2019 1.987 32
2020 1.987 33
2021 1.987 34
20 TPMA 2018 2.005 13
2019 2.005 14
2020 2.005 15
2021 2.005 16
21 WEHA 2018 2.001 17
2019 2.001 18
2020 2.001 19
2021 2.001 20
22 WINS 2018 1.995 23
2019 1.995 24
2020 1.995 25
2021 1.995 26
TABULASI DATA VARIABEL UKURAN PERUSAHAAN
No Perusahaan Tahun Total Assets Size
1 AKSI 2018 275.005.973.287 26,3401
2019 285.177.567.739 26,3764
2020 298.261.244.290 26,4212
2021 275.990.708.661 26,3436
2 ASSA 2018 4.062.536.132.739 29,0328
2019 4.849.223.630.042 29,2098
2020 5.170.895.098.267 29,2741
2021 6.031.946.733.670 29,4281
3 BBRM 2018 1.237.843.791.990 27,8444
2019 1.074.676.927.359 27,7030
2020 523.591.947.060 26,9840
2021 478.924.309.468 26,8948
4 BIRD 2018 6.955.157.000.000 29,5705
2019 7.424.304.000.000 29,6358
2020 7.253.114.000.000 29,6125
2021 6.598.137.000.000 29,5178
5 BLTA 2018 1.030.629.559.185 27,6612
2019 934.810.926.343 27,5636
2020 929.648.418.510 27,5581
2021 1.001.059.228.224 27,6321
6 BULL 2018 4.766.531.487.750 29,1926
2019 7.638.544.845.386 29,6642
2020 11.650.026.424.470 30,0863
2021 8.568.133.212.452 29,7791
7 GIAA 2018 60.025.833.529.335 31,7258
2019 61.786.855.958.058 31,7547
2020 151.815.024.326.490 32,6537
2021 102.381.537.454.240 32,2597
8 HITS 2018 2.850.849.873.855 28,6786
2019 2.826.757.137.526 28,6702
2020 3.137.272.432.560 28,7744
2021 3.182.481.574.954 28,7887
9 IATA 2018 988.656.809.355 27,6196
2019 847.291.546.829 27,4653
2020 758.237.266.710 27,3543
2021 1.446.756.855.280 28,0003
10 LEAD 2018 2.263.045.079.070 28,4477
2019 2.093.047.455.898 28,3696
2020 1.987.305.274.920 28,3178
2021 1.944.751.436.694 28,2962
11 LRNA 2018 312.059.443.277 26,4665
2019 302.636.796.677 26,4358
2020 270.508.602.770 26,3236
2021 239.333.983.354 26,2011
12 MBSS 2018 3.462.590.438.100 28,8730
2019 3.024.884.007.810 28,7379
2020 2.741.666.974.200 28,6396
2021 2.528.514.735.890 28,5587
13 MIRA 2018 320.777.602.224 26,4940
2019 351.483.053.912 26,5854
2020 317.031.964.534 26,4823
2021 301.506.104.882 26,4321
14 NELY 2018 474.345.474.753 26,8852
2019 527.467.886.738 26,9914
2020 568.048.326.214 27,0655
2021 552.781.459.611 27,0382
15 SAFE 2018 347.841.814.370 26,5750
2019 357.452.208.844 26,6023
2020 322.122.601.640 26,4982
2021 298.604.232.055 26,4224
16 SMDR 2018 8.663.977.325.970 29,7902
2019 7.172.362.722.021 29,6013
2020 8.078.208.049.800 29,7202
2021 11.802.565.428.544 30,0993
17 SOCI 2018 9.676.379.288.565 29,9007
2019 9.543.488.359.930 29,8869
2020 9.279.971.014.020 29,8589
2021 8.956.175.268.106 29,8234
18 TAXI 2018 1.269.024.960.000 27,8693
2019 479.265.331.000 26,8955
2020 243.302.339.000 26,2176
2021 91.040.495.000 25,2346
19 TMAS 2018 2.837.426.000.000 28,6739
2019 3.266.151.000.000 28,8146
2020 3.837.040.000.000 28,9757
2021 4.051.811.000.000 29,0302
20 TPMA 2018 1.610.293.267.530 28,1074
2019 1.548.053.416.728 28,0680
2020 1.459.921.026.690 28,0094
2021 1.412.815.312.920 27,9766
21 WEHA 2018 331.404.130.533 26,5266
2019 269.602.629.189 26,3202
2020 239.784.904.490 26,2030
2021 222.474.205.879 26,1281
22 WINS 2018 3.972.667.872.375 29,0105
2019 3.435.462.234.575 28,8652
2020 3.099.809.397.300 28,7624
2021 2.791.024.298.744 28,6574
Lampiran 3 . Output SPSS 26

HASIL STATISTIK DESKRIPTIF

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
KLK 88 .5753 .6849 .617372 .0257575
ROA 88 -.6594 2.0718 -.013496 .2659354
DER 88 -7.9404 5.4949 .714066 2.2722226
CR 88 .0530 7.4195 1.484261 1.6150225
Umur 88 8 71 31.36 15.739
Size 88 25.2346 32.6537 28.179975 1.5219153
Valid N (listwise) 88

HASIL UJI ASUMSI KLASIK

1. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized Residual
N 88
Normal Parameters a,b
Mean .0000000
Std. Deviation .02356837
Most Extreme Differences Absolute .080
Positive .080
Negative -.056
Test Statistic .080
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
2. Uji Multikolinieritas

Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
ROA .731 1.368
DER .845 1.184
CR .760 1.315
Umur .884 1.131
Size .883 1.133

3. Uji Heteroskedastisitas

4. Uji Autokorelasi

Model Summaryb
R Adjusted R Std. Error of the Durbin-
Model R Square Square Estimate Watson
1 .403a .163 .112 .0242763 1.874
a. Predictors: (Constant), Size, Umur, CR, DER, ROA
b. Dependent Variable: KLK
HASIL REGRESI LINIER BERGANDA

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .403 a
.163 .112 .0242763
a. Predictors: (Constant), Size, Umur, CR, DER, ROA
b. Dependent Variable: KLK

ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .009 5 .002 3.188 .011b
Residual .048 82 .001
Total .058 87
a. Dependent Variable: KLK
b. Predictors: (Constant), Size, Umur, CR, DER, ROA

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .496 .051 9.793 .000
ROA .011 .011 .114 .967 .336
DER .000 .001 .018 .165 .869
CR -.003 .002 -.182 -1.575 .119
Umur .000 .000 .262 2.437 .017
Size .004 .002 .235 2.189 .031
a. Dependent Variable: KLK

Anda mungkin juga menyukai