Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laporan keuangan merupakan sumber informasi yang dapat menjadi dasar
yang mencerminkan keadaan suatu perusahaan dan digunakan sebagai landasan
pertimbangan dalam pembuatan keputusan untuk perusahaan. Laporan keuangan
dibuat untuk memenuhi tujuan perusahaan untuk menyediakan informasi keuangan
maupun non – keuangan mengenai kondisi perusahaan. Laporan keuangan juga
dibuat untuk mengukur kinerja manajemen. Laporan keuangan terdiri dari neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas
laporan keuangan.

Dalam usaha mengelola perusahaan dengan baik, terdapat dua pihak yang
menggunakan informasi dalam laporan keuangan sebagai dasar dalam pengambilan
keputusan yang berhubungan dengan perusahaan yaitu pihak internal perusahaan
termasuk direktur, manager, karyawan mengenai kinerja perusahaan dan juga pihak
eksternal perusahaan termasuk pemegang saham, pemerintah, kreditur, calon
kreditur, investor, calon investor, dan pihak lainnya.

Laba merupakan aspek penting dalam laporan keuangan sehingga pihak


internal dan eksternal perusahaan juga sering menggunakan laba sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan. Laba juga menjadi tolak ukur para investor untuk melihat
apakah kondisi perusahaan dapat menguntungkan atau sebaliknya. Oleh sebab itu
kualitas laba juga menjadi pusat perhatian para pengguna laporan keuangan. Kualitas
laba mengindikasikan sebagai kemampuan informasi laba memberikan respon pasar
(Ginting, 2017). Jang dkk dalam Jumiati & Ratnadi (2014) mengungkapkan bahwa
laba akuntansi berkualitas adalah laba yang mempunyai sedikit gangguan persepsian
yang tentunya labanya tidak dimanipulasi atau terbebas dari discretionary accruals.
Semakin kecil manipulasi laba akan menyebabkan laba menjadi semakin berkualitas.

Persistensi laba (Earning Persistence) juga salah satu faktor penting dalam
kualitas laba. Penman dalam Persada & Martani (2010) menyatakan bahwa
persistensi laba adalah laba akuntansi yang diharapkan di masa mendatang (expected
future earnings) yang tercermin pada laba tahun berjalan (current earnings). Apabila

1
2

angka laba diduga oleh publik sebagai hasil rekayasa manajemen, maka angka laba
tersebut dinilai mempunyai kualitas rendah, dan konsekuensinya adalah publik akan
merespon negatif angka laba yang dilaporkan tersebut (Wijayanti, 2006). Laba yang
berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan laba (sustainable
earnings) dimasa depan, yang ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kasnya
(Munawaroh, 2009).

Persistensi laba terkait juga dengan kinerja harga saham perusahaan di pasar
modal yang diwujudkan dalam imbalan hasil. Persistensi laba yang tinggi dapat
ditunjukkan melalui hubungan kuat yang tercipta antara laba perusahaan dengan
imbalan hasil bagi investor. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan laba dengan
investor dapat mencerminkan persistensi laba perusahaan (Kusuma & Sadjiarto,
2014). Persistensi laba diharapkan dapat memprediksi laba di masa mendatang.
Menurut Jumiati & Ratnadi, Laporan laba selain digunakan untuk memprediksi
perusahaan di masa mendatang, laporan laba juga digunakan untuk mendedikasi
kinerja manajemen. Kinerja manajemen diperuntukkan untuk melihat bagaimana
manajemen dalam mengalokasikan sumber daya.

Laporan Keuangan juga terbagi atas dua jenis laporan, yaitu laporan fiskal
dan laporan komersial. Laporan fiskal merupakan laporan keuangan setelah pajak
sesuai dengan peraturan pajak. Sedangkan laporan komersial adalah laporan
keuangan sebelum pajak sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
Perbedaan peraturan antara standar akuntansi dan peraturan pajak ini menghasilkan
perhitungan yang berbeda dan perhitungan laba juga menjadi berbeda. Perbedaan
tersebut disebut Book Tax Difference. Perbedaan tersebut terjadi karena laporan
keuangan komersial ditujukan untuk menilai kinerja ekonomi dan keadaan finansial
dari sektor bisnis, sedangkan laporan keuangan fiskal lebih ditujukan untuk
menghitung pajak (Barus & Rica, 2014). Book Tax Difference timbul disebabkan
oleh strategi bisnis yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan dengan tujuan
untuk memperkecil laba perusahaan sehingga PPh badan wajib pajak tersebut kecil
dan atau menaikkan laba perusahaan untuk menarik investor untuk menanamkan
modalnya kepada wajib pajak badan tersebut (Ningtyas & Wijaya, 2017).

Book Tax Difference juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
Persistensi laba karena terdapat perbedaan laba antara pembukuan fiskal dan
3

pembukuan komersial yang terjadi dalam Book Tax Difference. Hal ini membuat
Book Tax Difference termasuk dalam salah satu faktor yang mempengaruhi
Persistensi laba. Dalam penelitian yang dilakukan Wijayanti (2006) membuktikan
bahwa perusahaan dengan large book-tax differences mempunyai persistensi laba
lebih rendah daripada perusahaan dengan small book tax difference yang disebabkan
oleh komponen akrualnya. Hasil dari penelitian Hanlon (2005) yang berdasarkan
perusahaan yang melakukan perpajakan menurut peraturan perpajakan di Amerika
Serikat juga menyatakan bahwa perusahaan dengan large positive book-tax
difference mempunyai persistensi laba yang lebih kecil dari perusahaan yang yang
mempunyai small book-tax difference.

Laporan arus kas merupakan laporan pokok dalam susunan laporan


keuangan setiap perusahaan. Nilai yang terkandung didalam arus kas atau aliran kas
pada suatu periode mencerminkan nilai laba dalam metode kas (cash basis) (Fanani,
2010). Data arus kas merupakan indikator keuangan yang lebih baik dibandingkan
dengan akuntansi karena arus kas relatif lebih sulit untuk dimanipulasi (Darmansyah,
2016). Menurut Fanani (2010), manipulasi akuntansi biasanya dilakukan melalui
penggunaan metode akuntansi yang berbeda untuk transaksi yang sama dengan
tujuan untuk menampilkan laba yang diinginkan. Hal ini juga didukung dengan
pernyataan Diana dan Indra dalam Dewi & Putri (2015) menyatakan bahwa Sifat
transitori dan permanen dari persistensi laba umumnya ditentukan oleh komponen
akrual dan aliran kas yang tercermin dalam laba saat ini. Menurut Schick dalam
Dewi & Putri (2015), jika akrual tinggi maka ketepatan prediksi terhadap laba masa
depan menjadi rendah, dan jika unsur akrual dalam laba rendah maka laba yang
dilaporkan saat ini lebih tepat digunakan untuk memprediksi laba masa depan.

Secara umum, investor akan lebih percaya pada perusahaan besar karena
dianggap mampu untuk terus meningkatkan kualitas labanya melalui serangkaian
upaya peningkatan kinerja perusahaan (Dewi & Putri, 2015). Menurut Indriani dalam
Rachmawati & Triatmoko (2007), perusahaan yang memiliki total aktiva besar
menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana
dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek
yang baik dalam jangka waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan
bahwa perusahaan relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding
perusahaan dengan total asset yang kecil. Ukuran perusahaan dianggap mampu
4

mempengaruhi nilai perusahaan. Karena semakin besar ukuran atau skala perusahaan
maka akan semakin mudah pula perusahaan memperoleh sumber pendanaan baik
yang bersifat internal maupun eksternal (Dewi & Wirajaya, 2013).

Mulyani, Asyik, & Andayani (2007) menyatakan laporan keuangan auditan


yang berkualitas, relevan dan dapat dipercaya dihasilkan dari audit yang dilakukan
secara efektif oleh auditor yang berkualitas. Kualitas audit dalam penelitian ini
diproksikan sebagai perusahaan audit big four dan perusahaan audit non big four.
Dalam melaksanakan tugasnya, auditor memerlukan kepercayaan terhadap kualitas
jasa yang diberikan pada pengguna. Penting bagi pemakai laporan keuangan untuk
memandang Kantor Akuntan Publik (KAP) sebagai pihak yang independen dan
kompeten, karena akan mempengaruhi berharga atau tidaknya jasa yang telah
diberikan oleh KAP kepada pemakai. Jika pemakai merasa KAP memberikan jasa
yang berguna dan berharga, maka nilai audit atau kualitas audit juga meningkat,
sehingga KAP dituntut untuk bertindak dengan profesionalisme tinggi (Hardiningsih,
2010).

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan sebelumnya, maka


penelitian ini diberi judul “FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
EARNING PERSISTENCE PADA PERUSAHAAN JASA NON KEUANGAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2014 -2016”

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah Book Tax Difference memiliki pengaruh terhadap Earning
Persistence?
2. Apakah Laba Tahun Berjalan memiliki pengaruh terhadap Earning
Persistence?
3. Apakah Arus Kas Operasional memiliki pengaruh terhadap Earning
Persistence?
4. Apakah Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh terhadap Earning
Persistence?
5. Apakah Kualitas audit memiliki pengaruh terhadap Earning Persistence?
6. Apakah Arus Kas Akrual memiliki pengaruh terhadap Earning Persistence?
5

1.3 Ruang Lingkup Penelitian


Agar penulisan penelitian ini lebih terarah, maka dibuatnya suatu batasan
masalah yang membatasi ruang lingkup dalam pelaksanaan penelitian. Batasan
dalam penulisan penelitian ini adalah:
1. Penelitian dibatasi pada Perusahaan Jasa non Keuangan dan Investasi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2016.
2. Penelitian merupakan penelitian tidak lansung dengan menggunakan data
sekunder perusahaan yang didapat dari situs www.idx.com.
3. Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh Book Tax Difference, Akrual,
Arus kas operasi, Ukuran Perusahaan, Laba tahun berjalan, Kualitas audit
terhadap Earning Persistence.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.1.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris dari
rumusan masalah yang ada, yaitu:
1. Untuk mengetahui pengaruh Book Tax Difference, Akrual, Arus kas operasi,
Ukuran Perusahaan, Laba tahun berjalan, Kualitas audit terhadap Earning
Persistence pada perusahaan jasa kecuali sektor keuangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014 – 2016.

1.4.2 Manfaat Penelitian


Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan
manfaat ke banyak pihak. Manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa pemahaman


perusahaan terhadap pengaruh Book Tax Difference Akrual, Arus kas operasi,
Ukuran Perusahaan, Laba tahun berjalan, Kualitas audit terhadap Earning
Persistence sebagai pertimbangan dalam penyajian informasi dalam laporan
keuangan.

2. Akademis
6

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman tentang pengaruh Book


Tax Difference Akrual, Arus kas operasi, Ukuran Perusahaan, Laba tahun
berjalan, Kualitas audit terhadap Earning Persistence.

3. Investor

Bagi investor, memberikan masukan kepada investor dalam menilai dan


mengevaluasi serta mempertimbangkan Book Tax Difference Akrual, Arus kas
operasi, Ukuran Perusahaan, Laba tahun berjalan, Kualitas audit sebagai faktor
Earning Persistence dalam suatu perusahaan ketika akan melakukan penanaman
modal dalam perusahaan tersebut.

4. Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat membantu peneliti selanjutnya dalam pencarian


informasi yang berkaitan tentang Book Tax Difference Akrual, Arus kas operasi,
Ukuran Perusahaan, Laba tahun berjalan, Kualitas audit dan Earning
Persistence.

1.5 Sistematika Penelitian


BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang hal – hal dasar dari pokok penelitian secara ringkas.
Segala hal yang berhubungan dengan penelitian akan dibahas dalam bab ini. Isi
dari bab ini berupa latar belakang penelitian, identifikasi masalah, ruang lingkup
penelitian, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANG HIPOTESIS


Bab ini mengumpulkan semua teori dari penelitian – penelitian sebelumnya yang
berhubungan dengan variabel – variabel dalam penelitian yaitu Book Tax
Difference Akrual, Arus kas operasi, Ukuran Perusahaan, Laba tahun berjalan,
Kualitas audit dan Persistensi laba dan pengembangan hipotesis.

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN


Dalam bab ini akan dibahas mengenai objek yang akan di teliti, juga metode
yang digunakan selama penelitian berlangsung.
7

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN


Bab ini menguraikan semua prosedur pengujian dalam penelitian dan analisis
dari hasil yang didapat selama dilakukannya penelitian.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


Dalam bab ini menguraikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari penelitian
dan keterbatasan penelitian serta saran-saran yang diperlukan untuk
disampaikan.
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Kerangka Teori dan Literatur


2.1.1 Teori Agensi
Teori agensi menyatakan bahwa adanya hubungan antara pemilik saham
(principal) dengan manajer (agent). Menurut Jensen dan Meckling (1976), teori
agensi menyatakan hubungan kontrak antara agen (manajemen suatu usaha) dan
prinsipal (pemilik usaha). Anthony dan Govindarajan dalam Putri & Sary (2017)
menyatakan bahwa Teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan
agent di mana diasumsikan bahwa tiap – tiap individu semata – mata termotivasi oleh
kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara
principal dan agent.

Teori agensi sendiri dapat terjadi ketika principal tidak dapat melakukan
pengelolaan perusahaan sehingga principal melakukan kontrak dengan agent untuk
mengelola perusahaan. Maka dari itu terjadi perbedaan kepentingan antara agent dan
principal dalam pengelolaan perusahaan. Perbedaan kepentingan ini disebut dengan
masalah keagenan. Konflik kepentingan antara agent dan principal semakin
meningkat ketika principal kurang mengawasi kinerja agent dalam perusahaan.
Namun, pihak agent mengetahui lebih banyak informasi tentang kemampuan
perusahaan. Maka terjadilah ketidakseimbangan informasi antara principal dan agen
yang sering disebut dengan asimetri informasi. Pemberian fleksibilitas bagi
manajemen untuk memilih satu dari seperangkat kebijakan akuntansi membuka
peluang untuk perilaku oportunis dan kontrak efisien. Artinya, manajer yang
rasional, akan memilih kebijakan akuntansi yang sesuai dengan kepentingannya.
Dengan kata lain, manajer memilih kebijakan akuntansi yang dapat memaksimalkan
expected utility-nya dan atau nilai pasar perusahaan. Perilaku oportunis dan kontrak
efisien ini, mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba (Brolin &
Rohman, 2014).

Principal sebagai pemilik perusahaan tidak dapat mengawasi kinerja agen


sepanjang waktu untuk mengetahui apakah kinerja yang dilakukan oleh agen sudah
sesuai dengan tujuan principal untuk memaksimalkan profit perusahaan. Aditama &
Purwaningsih, 2014 dalam jurnalnya menyatakan bahwa teori agensi menyatakan

8
9

bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara pihak
yang berkepentingan (principal) dengan manajemen sebagai pihak yang menjalankan
kepentingan (agent). Konflik ini muncul pada saat setiap pihak berusaha untuk
mencapai tingkat kemakmuran yang diinginkannya. Jensen dan Meckling (1976)
membagi biaya agensi/keagenan menjadi 3 komponen, yaitu:

1. Biaya monitoring (monitoring cost)

Biaya monitoring dapat diartikan sebagai pengeluaran biaya yang dirancang


untuk mengawasi dan mengatur aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh agen.
2. Biaya bonding (bonding cost)

Biaya bonding memiliki tujuan untuk menjamin bahwa agen tidak akan
bertindak yang dapat merugikan perinsipal, atau untuk meyakinkan bahwa
prinsipal akan memeberikan kompensasi jika agen benar-benar melakukan
tindakan yang tepat.
3. Kerugian residual (residual loss)

Kerugian residual yang dimaksud merupakan nilai uang yang ekuivalen dengan
pengurangan kemakmuran yang dialami oleh prinsipal sebagai akibat dari perbedaan
kepentingan atau nilai kerugian yang dialami prinsipal akibat keputusan yang
diambil oleh agen.
2.1.2 Earning Persistence
Salah satu informasi yang menjadi perhatian para pemilik kepentingan
perusahaan adalah informasi laba. Para pengguna laporan keuangan melihat
informasi laba saat ini untuk memprediksi laba di masa depan. Para principal
membutuhkan kualitas laba yang baik untuk menilai bahwa perusahaan berada dalam
kondisi keuangan yang baik untuk dapat di teruskan. Definisi persistensi laba
menurut Penman dalam Wijayanti (2006) adalah revisi dalam laba akuntansi yang
diharapkan dimasa mendatang (expected future earnings) yang diimplikasi oleh
inovasi laba tahun berjalan (current earnings).

Dalam penelitian Fanani (2010), laba dalam laporan keuangan akuntansi


sering digunakan oleh investor maupun calon investor untuk pengambilan keputusan.
Keputusan tersebut akan menentukan di perusahaan mana mereka akan berinvestasi.
Sehingga ada kemungkinan manajemen merekayasa laba agar dapat menarik minat
para investor dan calon investor untuk menanamkan investasinya lebih banyak lagi.
10

Jika begitu maka tidaklah mustahil jika terjadi asimetri informasi antara pihak
manajemen dan pihak eksternal perusahaan. Sedangkan Chandrarin (2003) dalam
Wijayanti (2006) mengungkapkan bahwa laba yang persisten adalah laba akuntansi
yang memiliki sedikit atau tidak mengandung gangguan (noise), dan dapat
mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Hayn (1995) dalam
Wijayanti (2006) juga menjelaskan bahwa gangguan persepsian dalam laba akuntansi
disebabkan oleh peristiwa transitori (transitory events) atau penerapan konsep akrual
dalam akuntansi.

Menurut Jonas dan Blanchet (2000) persistensi laba dapat digunakan untuk
menilai kualitas laba karena mengandung unsur predictive value, sehingga dapat
digunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi kejadian-kejadian
di masa lalu, sekarang, dan masa depan.

2.1.3 Laporan Keuangan


Pengertian dari laporan keuangan menurut PSAK I adalah suatu penyajian
terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja suatu entitas. Laporan keuangan
menunjukkan hasil pertanggung-jawaban manajemen atas penggunaan sumber daya
yang dipercayakan kepada mereka. Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan
tentunya mempunyai tujuan yang baik bagi segala pihak. Tujuan dari laporan
keuangan menurut PSAK I adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan,
kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi.

Untuk mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan yang disiapkan oleh


manajemen perusahaan menyediakan informasi mengenai aset, liabilitas, dan ekuitas
perusahaan, pendapatan, beban dan laba atau rugi perusahaan, arus kas perusahaan,
dan informasi lainnya. Dalam PSAK No. 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan
menyatakan bahwa terdapat lima jenis laporan keuangan, yaitu: (1) laporan laba-rugi,
(2) laporan perubahan ekuitas, (3) laporan posisi keuangan, (4) laporan arus kas, dan
(5) catatan atas laporan keuangan.

Laporan keuangan juga dibuat untuk kepentingan lainnya seperti


kepentingan pajak. Laporan keuangan yang memiliki tujuan untuk perhitungan pajak
disebut laporan fiskal. Karena adanya perbedaan pedoman dalam proses penyusunan
laporan keuangan, laporan keuangan yang harus dibuat oleh perusahaan terbagi atas
11

dua laporan, yaitu laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal.
Terdapat beberapa kegiatan yang harus dilakukan dalam mempersiapkan laporan
keuangan komersial yang meliputi pengidentifikasian dan pengukuran data,
pemrosesan data, pelaporan, dan penginformasian atau pengomunikasian kepada
pengguna laporan. Sedangkan, penyusunan laporan keuangan fiskal, perusahaan
hanya perlu melakukan rekonsiliasi fiskal dari laporan keuangan komersial. Standar
yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan komersial merupakan Standar
Akuntansi Keuangan sedangkan standar yang dibutuhkan dalam penyusunan laporan
fiskal adalah Undang – Undang Perpajakan. Proses penyusunan tersebut dapat dilihat
dalam gambar berikut.

Transaksi Laporan
Pencatatan Penggolongan Pengikhtisaran
Keuangan Keuangan

Pengidentifikasian Pemrosesan
Pelaporan Analisis dan
dan Pengukuhan Data Interpretasi

Pengguna
Laporan
Sumber: Waluyo, 2014
Gambar 2.1 Proses Laporan Keuangan Komersial

Dokumen Kertas Kerja


Jurnal Buku Besar
Dasar Laporan
Keuangan

Buku Tambahan
Laporan Keuangan

Rekonsiliasi
Fiskal

Laporan
Keuangan Fiskal
Sumber: Waluyo, 2014
Gambar 2.2 Proses Laporan Keuangan Fiskal
12

2.1.4 Laba Akuntansi (Komersial)


Prinsip utama yang dipakai dalam akuntansi keuangan adalah persamaan
akuntansi yaitu aset sama dengan liabilitas ditambah ekuitas. Menurut IAI dalam
PSAK No. 46 tahun 2015, laba akuntansi adalah laba bersih selama suatu periode
sebelum dikurangi beban pajak.

Laba juga dapat diartikan sebagai selisih dari pendapatan di atas biaya. Laba
selalu menjadi dasar dalam pengenaan penghasilan kena pajak, kebijakan pemberian
deviden, pedoman dalam investasi, pengambilan suatu keputusan, dan unsur untuk
memprediksi kinerja (Suwandika & Astika, 2013).

2.1.5 Laba Fiskal


Laporan keuangan perusahaan selain ditujukan untuk kepentingan
pemegang saham juga ditujukan untuk kepentingan perpajakan, sehingga untuk
perhitungan pajak perusahaan harus membuat laporan keuangan fiskal. (Suwandika
& Astika, 2013). Menurut PSAK nomor 46, Penghasilan Kena Pajak atau laba
fiskal (taxable profit) atau rugi pajak (tax loss) adalah laba atau rugi selama satu
periode yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan yang menjadi dasar
penghitungan pajak penghasilan. Selain itu Beban pajak (tax expense) atau
penghasilan pajak (tax income) adalah jumlah agregat pajak kini (current tax) dan
pajak tangguhan (deferred tax) yang diperhitungkan dalam penghitungan laba atau
rugi pada satu periode. Pajak kini (current tax) adalah jumlah pajak penghasilan
terutang (payable) atas penghasilan kena pajak pada satu periode. Kewajiban pajak
tangguhan (deferred tax liabilities) adalah jumlah pajak penghasilan terutang
(payable) untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena
pajak.

2.1.6 Book Tax Difference


Adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya antara akuntansi
komersial dan fiskal menimbulkan perbedaan dalam menghintung besarnya
penghasilkan kena pajak. Perbedaan ini yang biasa disebut dengan Book Tax
Differences (Suandy, 2011). Book-tax differences dalam analisis perpajakan
menjadi salah satu cara untuk menilai kualitas laba perusahaan (Wijayanti, 2006).
Djamaluddin dalam Suwandika & Astika (2013) menyatakan bahwa perusahaan
yang memiliki perbedaan laba akuntansi dengan laba fiskal yang besar (large
13

negative dan large positive) tidak memiliki persistensi laba yang lebih rendah
dibanding perusahaan dengan perbedaan laba akuntansi dengan laba fiskal yang
kecil (small).

Perbedaan yang terjadi antara jumlah penghasilan sebelum pajak dengan


penghasilan kena pajak disebabkan oleh perbedaan permanen (permanent
differences) dan perbedaan temporer (temporary differences) atau disebut juga
perbedaan waktu (timing differences). Berdasarkan kedua jenis perbedaan Book Tax
Difference, penelitian ini hanya memfokuskan penelitian pada perbedaan temporer
(temporary differences) berdasarkan penelitian Hanlon (2005).

2.1.6.1 Perbedaan Permanen

Perbedaan permanen merupakan perbedaan yang muncul akibat adanya


perbedaan peraturan terkait pengakuan pendapatan dan biaya antara Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan
Perpajakan. Perbedaan yang terjadi karena transaksi-transaksi pendapatan dan biaya
diakui menurut akuntansi komersial dan tidak diakui menurut fiskal. Perbedaan
tetap mengakibatkan laba bersih menurut akuntansi berbeda dengan penghasilan
kena pajak menurut fiskal (Resmi, 2013).

2.1.6.2 Perbedaan Temporer

Perbedaan temporer timbul sebagai akibat perbedaan waktu pengakuan


atas pendapatan dan biaya menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan Ketentuan
Peraturan Perundang-undangan Perpajakan. (Prasetyo & Rafitaningsih, 2015).
Perbedaan tetap terjadi karena transaksi – transaksi pendapatan dan biaya diakui
menurut akuntansi komersial dan tidak diakui menurut fiskal. Misalnya, bunga
deposito diakui sebagai pendapatan dalam laba akuntansi, tetapi tidak diakui
sebagai pendapatan dalam laba fiskal (Brolin & Rohman, 2014). Perbedaan waktu
terjadi karena perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan biaya dalam menghitung
laba. Suatu biaya atau penghasilan telah diakui menurut akuntansi komersial dan
belum diakui menurut fiskal, atau sebaliknya. Perbedaan ini bersifat sementara
karena akan tertutup pada periode selanjutnya (Resmi, 2013). Menurut Kiswara
dalam Brolin & Rohman (2014) terdapat empat jenis transaksi yang menimbulkan
14

beda waktu adalah:

1. Penghasilan masuk perhitungan pajak sesudah laba akuntansi.


2. Biaya atau rugi perhitungan pajak sesudah laba akuntansi
3. Pendapatan pajak sebelum laba akuntansi
4. Biaya atau rugi pajak sebelum laba akuntansi
2.1.7 Arus Kas Operasional
Di dalam suatu kegiatan usaha, pasti arus kas akan menunjukkan angka
yang berbeda-beda setiap periodenya. Namun, angka tersebut tidak mungkin terpaut
jauh dalam suatu periode yang singkat. Bila terjadi hal dimana arus kas operasional
suatu perusahaan berubah drastis dalam waktu singkat secara terus-menerus, maka
ini dapat menjadi indikasi arus kas tersebut tidak merefleksikan keadaan
operasional yang sebenarnya (Kusuma & Sadjiarto, 2014). Laporan arus kas
merupakan salah satu laporan keuangan pokok, di samping neraca dan laporan laba
rugi. Laporan arus kas pada dasarnya mengikhtisarkan sumber kas yang tersedia
untuk melakukan kegiatan perusahaan serta penggunaannya selama suatu periode
tertentu (Barus & Rica, 2014). Semakin tinggi nilai aliras kas operasi pada
perusahaan, maka kualitas laba atau persistensi laba akan meningkat, begitu pula
sebaliknya jika nilai aliran kas operasi menurun, maka kualitas laba pun akan
menurun. (Dewi & Putri, 2015)

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 2 (IAI, 2015), arus


kas didefinisikan sebagai arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Beberapa
analis keuangan lebih tertarik mengaitkan arus kas operasi sebagai penentu atas
persistensi laba karena aliran kas dianggap lebih persisten dibandingkan komponen
akrual. Semakin tinggi rasio arus kas operasi terhadap laba bersih, maka semakin
tinggi tingkat kualitas laba. Sesungguhnya, nilai yang terkandung di dalam arus kas
pada suatu periode mencerminkan nilai laba dalam metode kas (Fanani, 2010).
Penelitian ini menggunakan arus kas dari aktivitas operasional (operating activities)
sebagai variabel yang akan diteliti. Semakin tinggi komponen aliran kas akan
meningkatkan persistensi laba. sehingga aliran kas operasi sering digunakan sebagai
cek atas kualitas earnings dengan pandangan bahwa semakin tinggi aliran kas
operasi terhadap earnings maka akan semakin tinggi pula kualitas earnings tersebut
(Asma, 2012). Menurut PSAK 2 tahun 2015 mengenai laporan arus kas, entitas
15

melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan salah satu dari
metode berikut:

1. Metode langsung, dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan


kas bruto dan pembayaran kas bruto diungkapkan; atau
2. Metode tidak langsung, dengan metode ini laba atau rugi disesuaikan
dengan mengoreksi pengaruh transaksi yang bersifat nonkas,
penangguhan, atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk
operasi di masa lalu atau masa depan, dan pos penghasilan atau beban
yang berhubungan dengan arus kas investasi atau pendanaan. 

2.1.8 Komponen Akrual


Komponen akrual juga menjadi salah satu faktor pengaruh persistensi laba.
Penman dalam Wijayanti (2006) menyatakan bahwa persistensi laba ditentukan
oleh komponen akrual dan aliran kas yang terkandung dalam laba saat ini. Watson
dan Wells dalam Dewi & Putri (2015) menyatakan bahwa akrual dalam laporan
keuangan akan membuat mekanisme yang lebih efektif bagi manajer untuk
memberikan informasi yang superior terhadap pasar. Besaran akrual mempengaruhi
persistensi laba karena semakin banyak akrual berarti semakin banyak estimasi dan
error estimasi, dan karena itu persistensi laba akan semakin rendah (Fanani, 2010).
Komponen akrual dalam laba terdiri dari 2 komponen utama, yaitu discretionary
accrual dan non-discretionary accrual. Discretionary accrual berarti
memanfaatkan kebebasan dan keleluasaan dalam estimasi dan pemakaian standar
akuntansi, dan nondiscretionary accrual berarti akrual diperoleh dengan cara
alamiah dari dasar pencatatan akrual dengan mengikuti standar akuntansi
(Sulistyanto dalam Nofrita & Sebrina, 2014)

2.1.9 Ukuran Perusahaan


Ukuran perusahaan yang tercermin pada kinerja perusahaan merupakan
salah satu ukuran untuk menilai perusahaan. Besar kecilnya suatu perusahaan
biasanya diukur berdasarkan total penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan total
aktiva (Panjaitan dalam Dewi & Putri, 2015). Ukuran Perusahaan merupakan skala
yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Skala yang dapat digunakan sebagai
dasar pengukuran perusahaan antara lain total aset, kapitalisasi pasar, jumlah
karyawan, dan nilai pasar saham (Ginting, 2017). Semakin besar ukuran
16

perusahaan maka dapat melakukan tax planning lebih baik. Tax planning adalah
perencanaan pajak sebagai bagian dari kebijakan manajemen dalam melaksanakan
kewajiban perpajakan dengan teknik dan strategi mengatur akuntansi dan keuangan
perusahaan untuk penghematan pajak tanpa melanggar peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku, sehingga dapat mempengaruhi book tax
difference menjadi lebih besar (Scholes dalam Irfan & Kiswara, 2013).

2.1.10 Kualitas Audit


Auditor yang bekerja di KAP Big Four dianggap lebih berkualitas karena
auditor tersebut dibekali oleh serangkaian pelatihan dan prosedur serta memiliki
program audit yang dianggap lebih akurat dan efektif dibandingkan dengan auditor
dari KAP non-Big Four (Isnanta dalam Guna & Herawaty, 2010). Kualitas audit
ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi (Christiawan dalam
Alim, Hapsari, & Purwanti, 2007). Kualitas audit adalah sikap auditor dalam
melaksanakan tugasnya yang tercermin dalam hasil pemeriksaannya yang dapat
diandalkan sesuai dengan standar yang berlaku (Singgih & Bawono, 2010).
Kualitas laporan keuangan sangatlah penting bagi investor untuk mengetahui
kondisi perusahaan yang akan diinvestasikan. Para pengguna laporan keuangan
terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada
laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor. Oleh karena itu auditor sebagai
pihak yang independen diharapkan dapat membatasi manajemen laba serta
membantu menjaga dan meningkatkan kepercayaan masyarakat umum terhadap
laporan keuangan (Boedhi & Ratnaningsih, 2015). Mayangsari dalam Jurnal Guna
& Herawaty (2010) menyatakan kepastian mengenai relevansi dan keandalan dari
laporan keuangan perusahaan sangat diperlukan untuk membantu pihak eksternal dalam
mengambil suatu keputusan bisnis.

2.2 Penelitian Terdahulu

No. Judul Penelitian Peneliti Metode Kesimpulan

1. The Persistence Michelle The Result is Firm-


and Pricing of Hanlon years with large book-
Earnings, tax differences have
Accruals, and earnings that are less
17

Cash Flows When persistent than firm-


Firms Have years with small book -
Large Book-Tax tax differences
Differences

2. Pengaruh Book- Ni Putu Lestari Teknik Hasil dari penelitian


Tax Difference, Dewi Penelitian: Uji menunjukan bahwa
Arus Kas Analisis perbedaan temporer,
Operasi, Arus I.G.A.M Asri Regresi perbedaan permanen,
Kas Akrual, Dan Dwija Putri Berganda arus kas operasi dan
Ukuran ukuran perusahaan
Sumber data:
Perusahaan Pada berpengaruh positif
Data Sekunder
Persistensi Laba. pada persistensi laba,
sementara arus kas
E-Jurnal
akrual tidak
Akuntansi
berpengaruh pada
Universitas
persistensi laba.
Udayana 10.1
(2015)

3. Analisis Book Buntoro Heri Teknik Hasil dari penelitian ini


Tax Differences Prasetyo Penelitian: Uji variabel book tax
Terhadap Analisis differences yang
Rafitaningsih
Persistensi Laba, Regresi diproksikan oleh
Akrual Dan perbedaan permanen
Sumber Data:
Aliran Kas Pada dan perbedaan temporer
Data Sekunder
Perusahaan Jasa tidak berpengaruh
Telekomunikasi secara signifikan
terhadap persistensi
JIAFE (Jurnal
laba. Kemudian,
Ilmiah Akuntansi
perbedaan komersial
Fakultas
dan laba kena pajak
Ekonomi)
yang signifikan
Volume 1 No. 1
berperan dalam
mengefisiensikan
18

pembayaran pajak.

4. Analisis Faktor- Zaenal Fanani Teknik Hasil dari penelitian ini


Faktor Penentu Penelitian: Uji menunjukkan bahwa
Persistensi Laba Analisis volatilitas arus kas,
Regresi besarnya akrual,
Jumal Akuntansi
Berganda volatilitas penjualan,
dan Keuangan
leverage berpengaruh
Indonesia Sumber Data:
signifikan terhadap
Volume 7 - No. 1, Data Sekunder
persistensi laba, tetapi
Juni 2010
siklus operasi tidak
memiliki pengaruh
signifikan terhadap
persistensi laba.

5. Analisis Handayani Tri Teknik Book-tax differences


Pengaruh Wijayanti Penelitian: secara negatif
Perbedaan Antara berpengaruh signifikan
Pooled
Laba Akuntansi secara statistik terhadap
regression
Dan Laba Fiskal persistensi laba

Terhadap Sumber Data: akuntansi satu perioda


Persistensi Laba, Data Sekunder kedepan, perusahaan
dengan large (negatif)
Akrual, Dan Arus
positif book-tax
Kas
differences signifikan
secara statistik
mempunyai persistensi
Simposium
laba lebih rendah yang
Nasional
disebabkan oleh
Akuntansi 9
komponen akrualnya
Padang
daripada perusahaan
dengan small book-tax
differences.

Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019


Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu
19

2.3 Pengembangan Hipotesis


2.3.1 Pengaruh Book Tax Difference terhadap Earning Persistence
Perusahaan dengan perbedaan laba komersial dan fiskal dalam jumlah besar
akan mempengaruhi persistensi laba karena salah satu penyebab adanya pajak
tangguhan disebabkan oleh adanya biaya atau pendapatan yang disusun oleh
manajemen yang tidak sesuai dengan dasar hukum perpajakan dalam tujuan
mengatur laba agar lebih besar. Maka dari itu Perusahaan dengan perbedaan laba
akuntansi dan laba fiskal yang besar diperkirakan memiliki persistensi laba yang
rendah dibadingkan perusahaan dengan perbedaan yang kecil. Prabowo dalam Dewi
& Putri (2015) menyatakan bahwa Book-tax difference dengan perbedaan temporer
atau beda waktu adalah perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan beban tertentu
menurut akuntansi dengan ketentuan perpajakan misalnya penyusutan atas harta
sedangkan book-tax difference dengan perbedaan permanen atau beda tetap adalah
pengakuan suatu penghasilan atau biaya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan dengan prinsip akuntansi yang sifatnya permanen. Ini berarti
pula bahwa suatu penghasilan atau biaya tidak akan diakui untuk selamanya dalam
rangka menghitung penghasilan kena pajak, misalnya pemberian natura, biaya
jamuan tamu, serta sumbangan.
Penelitian Sumomba & Hutomo (2012) membuktikan bahwa beban pajak
tangguhan mampu mendeteksi praktik manajemen laba yang dilakukan oleh
manajemen, karena berdasarkan hasil pengujian tahun 2008 menunjukkan beban
pajak tangguhan berpengaruh secara positif signifikan terhadap praktik manajemen
laba. Penelitian Ningtyas & Wijaya (2017) menyatakan book tax differences yang
diproksikan dengan deferred tax expense yang dimoderasi dengan laba akrual
berpengaruh signifikan negatif terhadap persistensi laba. Penelitian Hanlon (2005) di
Amerika Serikat menunjukkan perusahaan dengan large book tax difference
mempunyai laba yang kurang persisten dibandingkan small book tax difference, dan
perusahaan dengan large positive book tax difference memiliki komponen akrual dari
laba yang kurang persisten dibanding small book tax difference.
Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1: Book Tax Difference mempunyai pengaruh positif terhadap Earning
Persistence
20

2.3.2 Pengaruh Arus Kas Operasional dan Komponen Akrual terhadap


Earning Persistence
Persistensi laba ditentukan oleh komponen akrual dan aliran kas yang
terkandung dalam laba saat ini yang mewakili sifat transitori dan permanen laba
(Hanlon, 2005). Laporan arus kas merupakan salah satu laporan keuangan pokok, di
samping neraca dan laporan laba rugi. Laporan arus kas pada dasarnya
mengikhtisarkan sumber kas yang tersedia untuk melakukan kegiatan perusahaan
serta penggunaannya selama suatu periode tertentu. Laporan arus kas harus
melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktivitas
operasi, investasi, dan pendanaan. Arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh
dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan. Aliran kas operasi dihitung
berdasarkan total aliran kas operasi pada tahun berjalan (Barus & Rica, 2014).
Hasil penelitian Ningtyas & Wijaya (2017) menyatakan bahwa arus kas
dengan moderasi laba akrual tidak berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba
karena suatu entitas tidak menyusun laporan arus kasnya dengan metode akrual, hal
inilah yang menyebabkan arus kas yang dimoderasi dengan laba akrual menjadi tidak
persisten. Hasil penelitian Wijayanti (2006) menunjukan bahwa perusahaan dengan
large (negative) positive book-tax differences signifikan secara statistik mempunyai
persistensi laba lebih rendah yang disebabkan oleh komponen akrualnya daripada
perusahaan dengan small book-tax differences.
H2: Arus Kas Akrual mempunyai pengaruh positif terhadap Earning
Persistence
H3: Arus Kas Operasional mempunyai pengaruh terhadap positif Earning
Persistence

2.3.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Earning Persistence


Dalam penelitian Dewi & Putri (2015), ukuran perusahaan berpengaruh
positif pada persistensi laba. Semakin besar ukuran perusahaan, akan semakin baik
perusahaan dalam melakukan tax planning dan mengatur keuangan perusahaan.
Semakin besar ukuran perusahaan, semakin besar juga tanggung jawab yang dimiliki
manajemen perusahaan dalam memastikan persistensi laba perusahaan demi tetap
mendapatkan kepercayaan dari investor. Ukuran perusahaan merupakan salah satu
indikasi mengukur kinerja suatu perusahaan. Ukuran perusahaan yang besar dapat
mencerminkan jika perusahaan mempunyai komitmen yang tinggi untuk terus
21

memperbaiki kinerjanya, sehingga pasar akan mau membayar lebih mahal untuk
mendapatkan sahamnya karena percaya akan mendapatkan pengembalian yang
menguntungkan dari perusahaan tersebut (Dewi & Wirajaya, 2013).
H4: Ukuran Perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap Earning
Persistence
2.3.4 Pengaruh Kualitas Auditor terhadap Persistensi laba
Kualitas audit dipandang sebagai kemampuan untuk mem-pertinggi kualitas
pelaporan keuangan perusaha-an. Dengan kualitas audit yang tinggi diharapkan
mampu meningkatkan kepercayaan investor (Christiani & Nugrahanti, 2014). De
Angelo dalam Alim, Hapsari, & Purwanti, (2007) mendefinisikan kualitas audit
sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran
pada sistem akuntansi klien. Meutia dalam Christiani & Nugrahanti (2014)
mendefinisikan audit sebagai suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan
informasi yang terdapat antara manajer dan para pemegang saham dengan
menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan.
H5: Kualitas Auditor tidak mempunyai pengaruh terhadap Earning
Persistence
BAB 3
OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian


Perusahaan yang termasuk dalam penelitian adalah unit analisis badan usaha
yang bergerak dalam bidang jasa kecuali sektor keuangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2014 – 2016. Laporan keuangan perusahaan merupakan data
sekunder yang diakses dan diunduh secara resmi dari website Bursa Efek Indonesia
yaitu www.idx.co.id dan www.sahamok.com. Sedangkan variabel yang diuji dalam
penelitian ini adalah variabel independent Book Tax Difference terhadap variabel
dependen Earning Persistence.
Perusahaan jasa kecuali sektor keuangan yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia terdapat 228 perusahaan dalam sektor Property dan Real Estate,
Infrastruktur, Utilitas, dan transportasi, Perdagangan jasa yang terbagi lagi dalam sub
sektor Property dan Real Estate, Kontruksi dan Bangunan, Energi, Jalan Tol,
Pelabuhan, Bandara dan Sejenisnya, Telekomunikasi, Transportasi, Kontruksi Non
Bangunan, Perdagangan Besar Barang Produksi, Perdagangan Eceran, Restoran,
Hotel dan Pariwisata, Advertising, Printing dan Media, Kesehatan, Jasa Komputer
dan Perangkatnya, Perusahaan Investasi, dan Lainnya per 31 Desember 2017.

3.2 Desain Penelitian


3.2.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu
data sekunder yang berbentuk angka yang teknik perhitungannya menggunakan
perhitungan statistika. Sumber data dalam penelitian ini merupakan data sekunder
yang dapat diakses oleh masyarakat umum. Data yang digunakan merupakan laporan
keuangan tahunan perusahaan jasa non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada periode 2014 – 2016.

3.2.2 Penentuan Jumlah Sampel


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
diambil dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id dan situs
resmi perusahaan. Data yang dikumpulkan merupakan laporan keuangan dan laporan
tahunan perusahaan jasa kecuali sektor keuangan dan investasi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Purposive sampling digunakan sebagai metode pemilihan
sampel dalam penelitian ini, dengan beberapa kriteria sebagai berikut:
4. Periode laporan keuangan berakhir pada tanggal 31 Desember
5. Perusahaan mengadakan rekonsiliasi fiskal
6. Laporan keuangan menyediakan informasi yang dibutuhkan
7. Laporan keuangan atas nama perusahaan yang terdaftar
8. Perusahaan tidak melakukan akuisisi
Proses pemilihan sampel dijabarkan dalam table berikut:

Proses Pemilihan Sampel Jumlah Data


Perusahaan non - manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 912
periode 2014-2017 (228 perusahaan)
Data yang tidak memberikan informasi lengkap 435
Data yang tidak melakukan rekonsiliasi fiskal 2
Data yang periode laporan keuangan tidak berakhir pada tanggal 31 Desember 11
Data yang tidak menyediakan laporan keuangan 60
Data yang melakukan akuisisi 2

Jumlah Data 382

Sumber: Data Olahan Peneliti, 2019


Tabel 3.1 Proses Pemilihan Sampel
*Pemilihan sampel diseleksi hingga tahun 2017 karena terdapat variabel yang menggunakan laba
sebelum pajak tahun setelahnya (persistensi laba)

3.3 Metode Pengumpulan Sampel


Metode pengumpulan sampel yang dilakukan adalah dengan menggunakan
teknik dokumentasi dengan cara mengumpulkan dan mempelajari dokumen-
dokumen sekunder yang berhubungan dengan objek penelitian untuk diolah. Metode
lain yang digunakan juga metode studi pustaka yang merupakan metode yang
digunakan dengan mengkaji dan menelaah juga memahami penelitian terdahulu
sebagai acuan yang berhubungan dengan penelitian.

3.4 Metode Analisis Data


Metode yang digunakan untuk mencari hubungan variabel Book Tax
Difference terhadap Persistensi laba adalah mengumpulkan laporan keuangan 2014 –
2016. Kemudian melakukan analisis pengujian statistic deskriptif, uji asumsi klasik
dan uji hipotesis.
3.4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan informasi yang digunakan
untuk menganalisis data – data yang digunakan dalam penelitian. Data tersebut
berupa variabel profitabilitas, ukuran perusahaan, dan leverage. Deskripsi variabel
ini disajikan untuk mengetahui nilai rata-rata (mean), median, nilai minimum, nilai
maksimum, dan standar deviasi dari variabel yang diteliti.

3.4.2 Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik merupakan syarat pada analisis regresi. Uji asumsi klasik
dalam penelitian ini terdiri dari uji deskriptif, uji multikolinieritas, uji
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.

3.4.2.1 Uji Multikolinearitas


Menurut Ghozali (2018:137), uji heterokedastisitas dilakukan untuk
mengetahui ketidaksamaan variance dari residu pengamatan satu dengan yang lain.
Menurut Qudratullah (2013:192), istilah variansi konstan dikenal dengan nama
Homokedastisitas, sementara pelanggaran atas asumsi ini dikenal dengan nama
Heterokedastisitas. Dasar pengambilan keputusan yang dilakukan:
Jika Nilai sig ≥ 0,5 maka tidak terjadi gejala heteroskedatisitas.
Jika Nilai sig < 0,5 maka terjadi gejala heteroskedatisitas.

3.4.2.2 Uji Heteroskedastisitas


Menurut Ghozali (2018:137), uji heterokedastisitas dilakukan untuk
mengetahui ketidaksamaan variance dari residu pengamatan satu dengan yang lain.
Menurut Qudratullah (2013:192), istilah variansi konstan dikenal dengan nama
Homokedastisitas, sementara pelanggaran atas asumsi ini dikenal dengan nama
Heterokedastisitas. Dasar pengambilan keputusan yang dilakukan:
Jika Nilai sig ≥ 0,5 maka tidak terjadi gejala heteroskedatisitas.
Jika Nilai sig < 0,5 maka terjadi gejala heteroskedatisitas.

3.4.2.3 Uji Autokorelasi


Tujuan melakukan uji autokorelasi adalah untuk mengetahui apakah ada
penyimpangan di dalam asumsi klasik. Penyimpangan yang terjadi dapat berupa
terjadinya korelasi diantara residual pada suatu pengamatan dengan pengamatan lain.
Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak mengalami autokorelasi.
3.4.3 Uji Hipotesis
Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah book tax difference yang
dikelompokkan menjadi large positive book tax difference dan large negative book
tax difference. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah persistensi laba. Untuk
menguji hipotesis dari variabel-variabel tersebut, rumus persamaan regresi sebagai
berikut:
PTBIt+1=γ0+γ1LNBTDt+γ2LPBTDt+γ3PTBIt+γ4PTBIt*LNBTDt+γ5PTBIt*LPBTDt
+et+1
PTBIt+1=γ0+γ1LNBTDt+γ2LPBTDt+γ3PTCFt+γ4PTCFt*LNBTDt+γ5PTCFt*LPBT
Dt+γ6PTACCt + γ7PTACCt *LNBTDt + γ7PTACCt *LPBTDt +et+1

Keterangan:
PTBI t+1 : Laba akuntansi sebelum pajak perioda t+1 (pretax income).
PTCFt : Aliran kas sebelum pajak perioda t (pretax cash flow).
PTACCt : Laba akrual sebelum pajak perioda t (pretax accrual).
LNBTDt : Perbedaan besar antara laba akuntansi dan laba fiskal bernilai
negatif perioda t (large negative book-tax differences).
LPBTDt : Perbedaan besar antara laba akuntansi dan laba fiskal bernilai
positif perioda t (large posiiive book-tax differences)

3.4.3.1 Uji Signifikan Individual (Uji t)


Secara umum pengujian hipotesis dilakukan dengan uji T-test, Menurut
Siregar (2017: 194) uji t dilakukan untuk mengetahui kebenaran atau kesalahan dari
hipotesis yang buat oleh peneliti. Uji t dilakukan dengan membandingakan t hitung
dengan t table dengan ketentuan:
H0 diterima dan Ha ditolak jika t hitung < t table untuk α = 0,05
H0 ditolak dan Ha diterima jika t hitung > t table untuk α = 0,05

3.4.3.2 Uji Signifikasi Simultan (Uji f)


Menurut Riduwan dan kuncoro (2012:117) secara simultan (bersama-sama)
pengujian hipotesisi ini dilakukan dengan uji F-test, pada dasarnya uji f itu adalah
kebalikan dari uji t. Uji F dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan F table
dengan ketentuan:
H0 diterima dan Ha ditolak jika F hitung < F table untuk α = 0,05
H0 ditolak dan Ha diterima jika F hitung > F table untuk α = 0,05
3.5 Operasional Variabel
3.5.1 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang terpengaruh atau menjadi akibat
dari adanya variabel independen. Laba yang persisten adalah laba yang dapat
mencerminkan kelanjutan laba (sustainable earnings) di masa depan yang ditentukan
oleh komponen akrual dan aliran kasnya. Persistensi laba merupakan revisi laba yang
diharapkan di masa depan yang tercermin dari laba tahun berjalan. Variabel
dependen yang ada dalam penelitian ini adalah Earning Persistence. Pengukuran
Earning Persistence dalam penelitian ini menggunakan proksi laba sebelum pajak
tahun depan. Menurut Hanlon (2005), laba sebelum pajak pada masa depan
(PTBIt+1) adalah sebagai proksi laba akuntansi pada masa depan yang dibagi dengan
rata – rata total aset. Jadi, laba sebelum pajak pada masa depan (PTBIt+1) adalah
laba perusahaan sebelum pajak tahun berjalan (PTBIt) pada periode selanjutnya.

3.5.2 Variabel Independen


Variabel independen dalam penelitian ini adalah Book Tax Difference, Arus
Kas Operasi, Arus Kas Akrual, Laba sebelum pajak tahun berjalan, Ukuran
Perusahaan, Kualitas Auditor.

3.5.2.1 Book Tax Difference

Perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book-tax differences)


sebagai proksi discretionary accrual merupakan selisih antara laba akuntansi dan
laba fiskal yang hanya berupa perbedaan temporer. Pada jurnal Jackson (2015), Book
Tax Difference estimated as the difference between net income and taxable income,
scaled by average assets.

Book tax difference = Laba bersih setelah pajak – Pajak Penghasilan


Rata-rata total aset

3.5.2.2 Arus Kas Operasional

Aliran kas operasi (PTCF) sebagai proksi komponen laba permanen


merupakan aliran kas masuk dan kas keluar dari aktivitas operasi sebelum pajak
(pretax cash flow) yang dihitung sebagai menjumlahkan total arus kas operasi pajak
penghasilan kemudian dibagi total aset (Hanlon dalam Irfan, 2013)
Aliran kas operasi = Total Aliran Kas Operasional + Pajak Penghasilan
Total Aset

3.5.2.3 Arus Kas Akrual

Dahler dan Febrianto dalam Dewi & Putri (2015) menyatakan bahwa selain
dapat memprediksi arus kas masa depan, akrual juga dapat digunakan untuk
memprediksi laba masa depan.
Laba akrual (PTACC) dihitung sebagai laba akuntansi sebelum pajak
(PTBI) dikurangi dengan arus kas operasi sebelum pajak (PTCF) kemudian dibagi
total aset (Hanlon dalam Irfan, 2013)
Laba akrual = laba akuntansi sebelum pajak (PTBI) - aliran kas operasional (PTCF)

3.5.2.4 Ukuran Perusahaan

Dewi & Putri (2005) pada jurnalnya menyatakan bahwa secara umum, investor
akan lebih percaya pada perusahaan besar karena dianggap mampu untuk terus
meningkatkan kualitas labanya melalui serangkaian upaya peningkatan kinerja
perusahaan.
Sesuai dengan penelitian Persada dan Dwi dalam Dewi & Putri (2015),
proksi untuk mengukur ukuran perusahaan (size) diperoleh dengan rumus:
Size = Log (Total Aset)

3.5.2.5 Kualitas Audit

Kualitas audit dapat diukur dengan menggunakan ukuran KAP (KAP big-4
dan KAP non big-4) dan spesialisasi industri auditor (Geray dalam Christiani &
Nugrahanti, 2014). Kualitas Audit diukur dengan skala nominal melalui variabel
dummy. Angka digunakan untuk mewakili perusahaan yang diaudit oleh KAP Big
Four dan angka 0 digunakan untuk mewakili perusahaan yang tidak diaudit oleh
KAP Non-Big Four.

Anda mungkin juga menyukai