Anda di halaman 1dari 51

USULAN PENELITIAN

PENGARUH KUALITAS AUDIT TERHADAP MANAJEMEN


LABA DENGAN FEE AUDIT SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING (StudiEmpiris pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun2018-2020)

Usulan penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyusun
skripsi S1 Program Studi Akuntansi

Diajukan Oleh:

NAMA : KADEK NOVERA TRIA CAHYATI


NIM : 1802622010522

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan publik mempunyai kewajiban untuk menyampaikan laporan


keuangan berkala yaitu laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan tengah
tahunan. Laporan keuangan tahunan disampaikan kepada Badan Pengawas Pasar
Modal (Bapepam) dan wajib diumumkan kepada publik. Para pemakai laporan
keuangan, misalnya investor dan kreditur, dalam membuat suatu keputusan
seringkali mempertimbangkan prospek perusahaan yang diukur berdasarkan kinerja
finansial perusahaan pada satu atau lebih periode di masa lalu. Prospek yang lebih
diperhatikan adalah kemampuan perusahaan memperoleh aliran kas yang
berkelanjutan, sehingga aspek laba menjadi perhatian utama (Hadi & Tifani, 2020).
Akan tetapi pada kenyataannya laporan keuangan sering disalahgunakan dalam
praktik manajemen laba(Dananjaya, 2016).
Manajemen laba adalah suatu tindakan manajemen yang dilakukan terhadap
laporan keuangan perusahaan dengan cara menaikkan atau menurunkan laba sesuai
dengan tujuan tertentu. Tindakan ini muncul karena adanya masalah keagenan yang
terjadi antara pemegang saham dengan manajer yang disebabkan oleh asimetri
informasi dimana pihak manajer memiliki informasi yang lebih dibandingkan
dengan pemegang saham sehingga manajer mempunyai peluang melakukan
manipulasi (Christiani & Nugrahanti, 2014)
Untuk mengurangi asimetri informasi, pengungkapan informasi oleh

perusahaan saja tidaklah cukup. Diperlukan pihak ketiga untuk menjamin

kehandalan informasi dari pihak perusahaan, yaitu auditor (akuntan publik). Auditor

adalah seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalam melakukan audit atas

laporan keuangan dan kegiatan perusahaan (Christiani & Nugrahanti, 2014). Adanya

pihak ketiga ini dapat membuat investor yakin akan kehandalan laporan keuangan
yang dibuat perusahaan. Audit yang bagus akan menghasilkan kualitas informasi

yang baik dan berguna dalam pengambilan keputusan (Yuvita & Darmawati, 2017)

Seorang auditor dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan tidak

semata-mata bekerja untuk kepentingan kliennya, melainkan juga untuk kepentingan

pihak lain yang mempunyai kepentingan atas laporan keungan auditan. Untuk dapat

mempertahankan kepercayaan dari klien dan dari para pemakai laporan keuangan

lainnya, auditor dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai (Haryanti,

2013). Dalam menjalankan tugasnya, auditor berpedoman pada Standar Profesional

Akuntan Publik (SPAP) dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan

oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) diharapkan dapat berperan meningkatkan

kualitas informasi yang disajikan (Tarigan & Saragih, 2020) . Auditor berperan

sangat penting dalam menjamin konservasi dan penerbitan kualitas pelaporan

keuangan yang tinggi. Seorang auditor memberikan jasa audit atas laporan keuangan

klien untuk memberikan jaminan kepada pemakai laporan keuangan bahwa laporan

keuangan tersebut telah disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan sehingga

laporan keuangan tersebut bisa diandalkan dalam pengambilan keputusan.

Beberapa kasus skandal akuntansi yang menimpa dunia akuntan publik

dalam dekade terakhir telah mencoreng citra dan kepercayaan publik terhadap

integritas auditor. Dimulai dari kasus Enron, WorldCom di Amerika tahun 2002, dan

kasus Olympus di Jepang tahun 2011. Di Indonesia kasus serupa juga terjadi pada

PT Garuda Indonesia Tbk yang terungkap di tahun 2019 diketahui bahwa, pada

laporan keuangan untuk tahun buku 2018 PT Garuda Indonesia berhasil

membukukan laba bersih sebesar USD809,85 ribu atau setara Rp11,33 miliar,
mengacu kurs Rp14.000 per dolar Amerika Serikat. Laba itu berkat melambungnya

pendapatan usaha lainnya yang mengakui piutang sebagai pendapatan. Pengakuan

itu dianggap tidak sesuai dengan kaidah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

(PSAK No.23) (R. Maulidah, 2020).

Tahun 2018 kasus praktik manajemen laba juga terjadi di Indonesia pada PT

Bank Bukopin Tbk (BBKP). Laporan keuangan Bank Bukopin ini diaudit oleh

auditor yang terafiliasi dengan salah satu big four auditor international ERNST &

Young, yaitu Kantor Akuntan Publik (KAP) Purwanto, Sungkoro dan Surja.

Berdasarkan laporan keuangan PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) yang tercatat di

BEI telah ditemukan fenomena manipulasi laporan keuangan yang dilakukan PT

Bank Bukopin Tbk. Praktik manajemen laba yang dilakukan PT Bank Bukopin

Tbk (BBKP) memberikan tanda terjadinya penurunan kualitas audit. Praktik

manajemen laba inilah yang membuat para masyarakat khususnya para investor

akan merasa ragu akan kualitas dan kredibilitas para auditor dalam mencegah

terjadinya praktik manajemen laba. (R. Maulidah, 2020) Kualitas auditor menjadi

suatu objek yang dapat menjadi perhatian khusus dari para pemegang saham,

pemerintah serta seluruh pengguna laporan keuangan.

Selama ini kualitas audit kebanyakan dikaitkan dengan Kantor Akuntan

Publik yang ditugaskan melakukan audit. KAP dibagi menjadi KAP yang termasuk

dalam big four dan non-big four. Pada umumnya masyarakat menilai bahwa KAP

yang termasuk dalam big four memiliki kualitas audit yang lebih baik dibandingkan

KAP non big four. Namun demikian, kasus skandal keuangan yang terjadi

memberikan bukti bahwa tidak selamanya perhitungan kualitas audit dengan

pengklasifikasian antara big four auditor dengan non big four auditor memberikan
ukuran timbulnya manipulasi laporan keuangan. Penelitian (Christiani &

Nugrahanti, 2014) menunjukan bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap

manajemen laba. Hasil dari penelitian (Turnip, 2016) menunjukan bahwa kualitas

audit tidak berpengaruh arah positif terhadap manajemen laba. Perusahaan yang

diaudit oleh KAP big four tidak menjadi jaminan bahwa dalam perusahaan tidak

terjadi manajemen laba. Sedangkan hasil penelitian (R. Maulidah, 2020)

menunjukkan bahwa ukuran kantor akuntan publik berpengaruh positif secara

signifikan terhadap manajemen laba, yang berarti kualitas auditor dapat mencegah

terjadinya praktik manajemen laba. Penelitian ini sejalan dengan N. D. Putri &

Yuyetta, (2013) Ukuran KAP berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Sebuah perusahaan yang menggunakan KAP bigfour lebih mampu dalam

meminimalisir praktik manajemen laba dibanding KAP non big four.

Dalam pelaksanaan audit, auditor menerima fee audit sebagai imbalan atas

jasa profesional yang mereka berikan kepada perusahaan. Fee audit dapat

didefinisikan sebagai jumlah biaya (upah) yang dibebankan oleh auditor untuk

proses audit yang dilakukan untuk suatu perusahaan (klien) dan penentuan fee audit

didasarkan pada kontrak antara auditor dan klien sesuai dengan waktu yang

dihabiskan untuk proses audit, pelayanan yang dibutuhkan, dan jumlah staff yang

dibutuh kanuntuk proses audit. Besaran fee audit yang akan diterima oleh auditor

merupakan salah satu aspek yang menjadi tanggung jawab auditor dan akan

membuat auditor berada di dalam posisi dilematis. Di satu sisi, auditor harus

bersikap independen dalam memberi opini mengenai kewajaran laporan keuangan

yang berkaitan dengan kepentingan banyak pihak, namun disisi lain auditor juga

harus bisa memenuhi tuntutan yang diinginkan oleh klien yang membayar fee atas
jasanya agar kliennya puas dengan pekerjaannya dan tetap menggunakan jasanya

diwaktu yang akan datang (Rohmaniyah, 2016)

(Rohmaniyah, 2016) Menurutnya independensi auditor pada KAP big four

sangat tinggi sehingga fee audit tidak akan mempengaruhi auditor dalam membatasi

praktik manajemen laba. Penelitian Fitria Ayu, (2013) menunjukan fee audit

berpengaruh positif dan signifikan teradap manajemen laba. Penelitian Nindita &

Agustini & Siregar, (2018) juga menemukan adanya pengaruh positif dan signifikan

fee audit terhadap kualitas audit. Beberapa penelitian tersebut diatas membuktikan

bahwa kualitas audit berpengaruh terhadap manajemen laba dan fee audit

berpengaruh terhadap manajemen laba.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh(Rusmala, 2016), menguji pengaruh kualitas audit terhadap

manajemen laba dengan fee audit sebagai variabel intervening. Perbedaan penelitian

ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada periode tahun yang diteliti,

penelitian sebelumnya menggunakan periode tahun 2012-2014, namun penelitian ini

menggunakan periode tahun 2018-2020 pada perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI). Peneliti tertarik melakukan penelitian ini

dikarenakan masih banyak fenomena yang terjadi pada perusahaan di Indonesia

yang melakukan praktik manajemen laba yang akibatkan oleh kegagalan audit dalam

mengaudit laporan keuangan perusahaan.

Berdasarkan latar belakang ini dan ketidak konsistenan dari hasil penelitian

sebelumnya maka peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut tentang

Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba Dengan Fee Audit Sebagai
Variabel Intervening (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2018-2020.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang dipaparkan diatas, adapun pokok

permasalahan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap fee audit?

2. Apakah fee audit berpengaruh terhadap manajemen laba?

3. Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap manajemen laba melalui fee audit

Sebagai variabel intervening?

1.3 TujuanPenelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan bukti empiris mengenai hal-hal

sebagai berikut:

1. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris pengaruh kualiats audit

terhadap fee audit

2. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris pengaruh fee audit terhadap

manjemen laba

3. Untuk menguji dan memperoleh bukti empiris pengaruh kualitas audit

terhadap manjemen laba melalui fee audit sebagai variabel intervening.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris tentang pengaruh

kualitas audit terhadap manajemen laba dengan fee audit sebagai variabel

intervening. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi

dan wawasan yang lebih luas bagi mahasiswa serta dapat dijadikan sumber

referensi bagi penelitian berikutnya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapakan mampu memberikan kontribusi terhadap

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang akuntansi dan

audit, member kontribusi pengetahuan bagi manajer perusahaan agar

mampu meningkatkan kualitas informasi dalam laporan keuangan, bagi

auditor eksternal agar semakin mampu memberikan jasa audit yang makin

berkualitas serta bagi investor dapat meningkatkan kesadaran pentingnya

kualitas audit dalam rangka meningkatkan kualitas informasi dalam laporan

keuangan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan

Teori keagenan berfokus pada hubungan antara dua pelaku yang saling

berbeda kepentingan yaitu antara agen dan prinsipal. Teori keagenan merupakan

konsekuensi dari pemisahan fungsi kontrol (manajemen) yang memiliki akses

langsung terhadap informasi perusahaan dengan fungsi kepemilikan (pemegang

saham). Jensen & Meckling, (1976) mendefinisikan kontrak antara satu atau

beberapa orang prinsipal yang mendelegasikan wewenang kepada orang lain (agent)

untuk mengambil keputusan dalam menjalankan perusahaan. Tujuan dari manajer

dan pemegang saham seharusnya sama, yaitu meningkatkan nilai perusahaan

melalui peningkatan kemakmuran pemegang saham, tetapi terkadang manajer

memiliki pemikiran lain yang seolah-olah dianggap bertentangan dengan pemikiran

pemegang saham (Lestari & Agita, 2018). Adanya perbedaan pemikiran antara

manajer dengan pemegang saham dalam mengendalikan perusahaan menyebabkan

manajemen bertindak tidak sesuai dengan keinginan prinsipal, sehingga

menimbulkan konflik keagenan. Konflik ini terjadi karena agen tidak bertindak

untuk memaksimumkan kesejahteraan prinsipal, tetapi mempunyai kecenderungan

untuk menguntungkan kepentingan individu agen dengan mengorbankan

kepentingan pemilik (Winanto&Widayat, 2013).

Suripto, S. (2021) Hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih

mempekerjakan orang lain untuk memberikan suatu jasa dan kemudian


mendelegasikan wewenang dalam pengambilan keputusan kepada agent tersebut.

Dalam prakteknya manajer sebagai pengelola perusahaan tentunya mengetahui lebih

banyak informasi internal dan prospek perusahaan di waktu mendatang

dibandingkan pemilik modal atau pemegang saham. Sehingga sebagai pengelola,

manajer memiliki kewajiban memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan

kepada pemilik. Tetapi dalam halini informasi yang disampaikan oleh manajer

terkadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Kondisi yang

demikian dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi.

Dalam hal ini asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan pemilik

(principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan

manajemen laba.

Teori keagenan memiliki keterkaitan tentang permasalahan dalam

penelitian ini. Teori keagenan ini memperlihatkan bahwa permintaan jasa audit

muncul karena adanya konflik kepentingan antara manajemen sebagai agen dan

pemegang saham sebagai principal, dan pihak-pihak lain yang mengadakan kontrak

dengan klien (Muslim et al., 2020). Auditor dalam hal ini merupakan pihak yang

dianggap mampu menjembatani kepentingan principal dan kepentingan agen sebagai

pengelola keuangan perusahaan. Dalam hal keagenan, auditor juga memiliki

kepentingan untuk mempertahankan pendapatannya, penetapan fee audit yang tinggi

untuk menghasilkan kualitas audit yang tinggi pula.Kurniasih & Rohman, (2014))

menjelaskan bahwa masalah keagenan auditor sebenarnya bersumber dari

mekanisme kelembagaan antara auditor dan manajemen. Manajemen yang

menunjuk auditor untuk melakukan audit untuk kepentingan prinsipal, sementara

disisi lain, manajer yang membayar dan menanggung jasa audit. Hal ini dapat
menimbulkan ketergantungan antara auditor dengan klien demi perikatan yang

panjang dan mempererat hubungan kedekatan antara auditor dengan klien.

2.1.2 Manajemen Laba

R. Maulidah, (2020) Manajemen laba merupakan suatu perilaku manipulasi

data laporan keuangan yang dilakukan pihak manajemen yang akan mempengaruhi

nilai yang terdapat pada laba yang telah dilaporkan. Manajemen laba merupakan

kejadian yang sulit dihindari karena kejadian ini terjadi dalam proses penyusunan

laporan keuangan yang menggunakan dasar akrual dalam laporan keuangan.

Penggunanan akuntansi sebagai alat komunikasi antara pihak-pihak yang

berkepentingan inilah yang akan menjadi dampak timbulnya perilaku manajemen

laba seperti memberikan informasi mengenai keuntungan ekonomi yang

sesungguhnya tidak dialami perusahaan

a. Definisi Manajemen Laba

Manajemen laba adalah suatu keadaan yang disengaja dengan standar

akuntansi keuangan yang diarahkan pada pelaporan laba dengan tingkat

tertentu, Muiz & Ningsih (2020). Manajemen laba digunakan untuk membuat

laporan keuangan yang baik. Adanya keuangan yang baik tentu saja para

investor tertarik akan membeli saham diperusahaan tersebut karena dinilai

memiliki kinerja yang baik. Pratama et al., (2014) Tindakan earnings

management sebenarnya didasarkan oleh berbagai tujuan dan maksud-maksud

yang terkandung didalamnya. Tindakan earnings management tidak terlepas

berhubungan dengan tindakan manajer dan para pembuat laporan keuangan

perusahaan, dengan cara mengotak-atik data-data serta metode akuntansi

(accounting methods) yang dipergunakan. Selanjutnya pengertian manajemen


laba menurut (Christiani & Nugrahanti, 2014) Manajemen laba dapat diartikan

sebagai trik manajer dalam menetapkan laba yang akan didapatkan sehingga

dapat diatur sebagaian menjadi keuntungan pribadi. Biasanya manajemen laba

dilakukan dalam bentuk menaikkan laba untuk mencapai target laba tertentu

dan juga dalam bentuk menurunkan laba di periode ini, agar dapat menaikan

pendapatan di periode mendatang”.

Berdasarkan pengertian diatas bahwa manajemen laba adalah suatu tindakan

intervensi yang dilakukan oleh manajer perusahaan mengatur laba dengan

tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan dengan cara meratakan,

menaikan dan menurunkan laporan laba yang bertujuan menciptakan kinerja

perusahaan agar terkesan lebih baik dari yang sebenarnya dan untuk

memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Manajemen laba sering timbul

akibat benturan kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent)

atau yang sering disebut dengan konflik keagenan serta perbedaan informasi

yang diterima dimana informasi yang diterima oleh principal lebih sedikit dari

pada agent (Jensen dan Meckling, 1976). Perbedaan informasi yang didapat

membuat seorang pemilik (pemegang saham atau investor) menginginkan

informasi perusahaan diperoleh lebih cepat, lebih banyak, valid sehingga

memungkinkan dilakukannya tindakan manajemen laba yang berfokus pada

laba sehingga menciptakan prestasi dan kesan tertentu.

b. Alasan Manajemen Laba Dilakukan oleh Manajer

Terdapat alasan mengapa manajer melakukan manajemen laba salah satunya

adalah untuk kepentingan meningkatkan kepercayaan pemegang saham


terhadap kinerja perusahaan dan juga untuk memperbaiki hubungan dengan

pihak kreditor (Panjaitan & Muslih, 2019).

c. Mekanisme-mekanisme Dalam Praktik Manajemen Laba

Manajemen laba dapat dilakukan melalui mekanisme-mekanisme tertentu

diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Income Shifting

Income Shifting adalah proses pengelolaan laba dengan memindahkan

income dari satu periode keperiode lain. Income Shifting dilakukan

dengan mempercepat atau menunda pengakuan pendapatan atau beban.

Contoh nya menunda pengakuan beban dengan cara

mengkapitalisasikannya, mengalihkan beban keperiode berikutnya

dengan mengadopsi metode akuntansi tertentu dan lain sebagainya.

2) Classificatory Earnings Management

Manajemen laba juga dapat dilakukan dengan cara mengklasifikasikan

pendapatan dan beban di bagian tertentu dalam laporan laba rugi.

Bentuk paling umum dari classificatory earnings management yaitu

memindahkan beban keurutan bawah, biasanya bersama dengan

unusual and nonrecuring item, agar kurang diperhatikan.

d. Strategi Manajemen Laba

Ada beberapa bentuk rekayasa laba yang sering dilakukan pihak manajemen

agar laba yang dilaporkan sesuai dengan yang dikehendaki sebagai berikut:

1) Taking a Bath

Disebut juga big baths, bisa terjadi selama periode dimana terjadi

tekanan dalam organisasi atau terjadi reorganisasi, misalnya pergantian


direksi. Bila teknik ini digunakan maka biaya-biaya yang ada pada

periode yang akan datang diakui pada periode berjalan. Ini dilakukan

bila kondisi tidak menguntungkan tidak bisa dihindari. Akibatnya laba

pada periode yang akan datang menjadi tinggi meski kondisi sedang

tidak menguntungkan.

2) Income Minimization

Cara ini hampir sama dengan taking a bath namun tidak ekstrim. Cara

ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi degan

maksud mengurangi kemungkinan munculnya biaya politis. Kebijakan

yang diambil dapat berupa penghapusan barang modal dan aktiva tidak

berwujud, pembebanan pengeluaran iklan, serta pembebanan biaya

riset.

3) Income Maximization

Maksimalisasi laba bertujuan untuk memperoleh bonus yang lebih

besar. Selain itu tindakan ini juga bisa dilakukan untuk menghindari

pelanggaran terhadap kontrak hutang jangka panjang.

4) Income Smoothing

Perusahaan cenderung lebih memilih untuk melaporkan trend

pertumbuhan laba yang stabil dari pada perubahan laba yang

meningkat atau menurun secara drastis. Perataan laba dapat dicapai

dengan suatu ketentuan yang tinggi untuk hutang dan bertentangan

dengan nilai asset pada tahun yang baik sehingga ketentuan itu dapat

dikurangi. Hal ini dapat mempengaruhi laba yang dilaporkan pada

masa yang buruk.


5) Timing Revenue and Expense Recognition

Teknik ini dilakukan dengan membuat kebijakan tertentu yang

berkaitan dengan timing suatu transaksi. Misalnya pengakuan

premature atas pendapatan

2.1.3 Kualtitas Audit

Untuk mendapatkan laporan keuangan yang berkualitas maka audit yang

dilakukan juga harus berkualitas. Lufita & Suryani, (2018) Kualitas audit adalah

keahlian yang dimiliki auditor untuk bisa mendeteksi dan berani mengungkapkan

jika terdapat kesalahan yang ada pada laporan keuangan entitas. Dimana dalam

menjalankan tugasnya seorang auditor harus berpedoman pada standar auditing dan

kode etik akuntan publik yang relevan. Kualitas audit merupakan karakteristik atau

gambaran praktik dan hasil audit berdasarkan standar auditing dan standar

pengendalian mutu yang menjadi ukuran pelaksanaan tugas dan tanggung jawab

profesi auditor. Kualitas audit berhubungan dengan seberapa baik suatu pekerjaan

diselesaikan disbanding dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Muslim et al., (2020) menyatakan bahwa Auditor harus memiliki

kompetensi dalam pelaksanaan pengauditan agar dapat menghasilkan audit yang

berkualitas. Selain berkompeten dalam pelaksanaan tugasnya seorang auditor juga

harus independen dalam melakukan audit, karena tanpa adanya independensi

masyarakat tidak dapat mempercayai hasil audit. Auditor harus memiliki

pengalaman yang cukup dalam bidang industri yang mereka audit. Pengalaman

memberikan dampak pada setiap keputusan yang diambil dalam pelaksanaan audit

sehingga diharapkan setiap keputusan yang diambil merupakan keputusan yang


tepat. Hal tersebut membuktikan bahwa semakin lama masa kerja yang dimiliki

auditor maka akan semakin baik pula kualitas audit yang dihasilkan. Selain

kompetensi, independensi dan pengalaman yang dimiliki dalam pelaksanaan

pekerjaannya, seorang auditor juga harus berpegang teguh pada etika auditor.

Tifani, S. (2020) Akuntan public menjadi pihak eksternal yang berada di

antara manajemen dan pemilik, untuk membantu memecahkan konflik perbedaan

kepentingan dalam teori agensi. Suatu audit dilakukan oleh akuntan public untuk

menilai kewajaran pada laporan keuangan suatu perusahaan (klien). Terdapat

standar profesi yang harus dipenuhi seorang auditor dalam melakukan audit, dimana

standar ini sekaligus menjadi indicator dalam menilai kualitas suatu audit. Standar

Profesi Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia,

menjadi ukuran mutu yang wajib dipatuhi oleh akuntan public dalam pemberian

jasanya (UU No. 5 Tahun 2011). Kualitas audit menunjukkan kemampuan auditor

menemukan adanya penyimpangan dalam pelaporan keuangan kliennya. Semakin

banyak auditor dapat menemukan penyimpangan dalam laporan keuangan, maka

kualitas audit akan dinilai semakin baik. Sehingga kualitas audit dipengaruhi oleh

pengungkapan penemuan-penemuan audit (apabila didapati), yang berupa salah saji

material pada pelaporan keuangan klien. Seorang auditor harus dapat mendeteksi

salah saji tersebut, yang didukung bukti mengenai adanya kekeliruan ataupun

kecurangan klien. Kegagalan pengungkapan salah saji material dapat memberikan

dampak pada reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP) akibat kualitas audit yang

buruk. Kualitas audit yang diberikan juga diproksikan melalui ukuran KAPnya, yang

tergolong menjadi KAP Big Four dan KAP Non Big Four.
Berikut ini adalah daftar kantor akuntan public (KAP) di Indonesia yang

berfaliasi dengan KAP big four internasional adalah :

1) KAP PURWANTONO, Suherman dan Surja –affiliate of Ernt &

Young (EY)

2) KAP Osman Bing Satrio – affiliate of Deolitte

3) KAP Shidarta, Widjaja – affiliate of KPMG

4) KAP Haryanto Sahari- affiliate of Price Waterhouse Cooper (PWC).

Beberapa kasus yang melibatkan beberapa Kantor Akuntan Publik (KAP) di

negeri ini membuktikan bahwa sebagian Kantor Akuntan Publik telah melakukan

praktik pelanggaran dan menghasilkan kualitas audit laporan keuangan yang rendah.

Julianto et al., (2016)mengemukakan bahwa kualitas audit yang rendah akan

berpengaruh negatif pada citra Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan baik bagi

klien maupun bagi masyarakat dan umumnya dipengaruhi oleh beberapa aspek salah

satunya fee audit. Hartadi, (2012) mengemukakan bahwa salah satu fenomena dari

berbagai wacana tentang kualitas audit ternyata terbukti secara empiris audit itu

lebih disebabkan oleh factor fee audit, walaupun sampai saat ini belum terdapat

peraturan yang mengatur besarnya fee audit yang harus ditagih oleh Auditor Publik

terhadap klien (auditee) atas jasa audit yang diberikannya.

2.1.4 Fee Audit

Agustini & Siregar, (2018) menyatakan bahwa Fee audit adalah imbalan

dalam bentuk uang atau bentuk lainnya yang diberikan kepada atau diterima dari

klien atau pihak lain untuk memperoleh perikatan dari klien atau pihak lain. Fee
audit ditetapkan ketika sudah terjadi kontrak antara auditor dengan klien

berdasarkan kesepakatan dan biasanya ditentukan sebelum memulai proses audit.

Besaran fee audit yang akan diterima oleh auditor merupakan salah satu aspek yang

menjadi tanggung jawab auditor dan akan membuat auditor berada di dalam posisi

dilematis. Di satu sisi, auditor harus bersikap independen dalam memberi opini

mengenai kewajaran laporan keuangan yang berkaitan dengan kepentingan banyak

pihak, namun disisi lain auditor juga harus bisa memenuhi tuntutan yang diinginkan

oleh klien yang membayar fee atas jasanya agar kliennya puas dengan pekerjaannya

dan tetap menggunakan jasanya diwaktu yang akan datang, (Rohmaniyah, 2016)

Penetapan fee audit tidak kalah penting di dalam penerimaan penugasan,

auditor tentu bekerja untuk memperoleh penghasilan yang memadai. Besaran Fee

audit yang akan diterima Auditor diduga berpengaruh terhadap kualitas audit. Oleh

sebab itu, penentuan fee audit perlu disepakati antara klien dengan auditor, supaya

tidak terjadi perang tarif yang dapat merusak kredibilitas akuntan publik. Menurut

Kurniasih & Rohman, (2014) Surat Keputusan KetuaUmum Institut Akuntan Publik

Indonesia Nomor: KEP.024/IAPI/VII/2008 tentang kebijakan penentuan fee audit

yaitu dalam menetapkan imbal jasa fee audit, Akuntan Publik harus

mempertimbangkan hal-hal berikut : kebutuhan klien; tugas dan tanggung jawab

menurut hukum (statutory duties); independensi; tingkat keahlian (levels of

expertise) dan tanggung jawab yang melekat pada pekerjaan yang dilakukan, serta

tingkat kompleksitas pekerjaan; banyak waktu yang diperlukan dan secara efektif

digunakan oleh Akuntan Publik dan stafnya untuk menyelesaikan pekerjaan; dan

basis penetapan fee yang disepakati.


Di Indonesia besarnya fee audit masih menjadi perbincangan yang cukup

panjang, mengingat banyak faktor yang mempegaruhinya. Faktor-faktor yang

mempengaruhinya besar kecilnya fee audit yaitu besar kecilnya perusahaan klien,

lokasi Kantor Akuntan Publik dan ukuran Kantor Akuntan Publik. Berdasarkan surat

keputusan ketua umum Institute Akuntan Publik Indonesia (IAPI)

No.KEP.024/IAPI/VII/2008. Dalam menetapkan imbalan jasa atau fee audit , maka

akuntan public harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1) Kebutuhan klien

2) Tugas dan tanggung jawab menurut hukum

3) Independensi

4) Tingkat keahlian (level of expertise) dan tanggung jawab yang melekat pada

pekerjaan yang dilakukan, serta tingkat kompleksitas pekerjaan.

5) Banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efktif digunakan oleh akuntan

publik dan stafnya untuk menyelesaikan pekerjaan.

Dalam melakukan negosiasi mengenai jasa profesional yang diberikan,

auditor dapat mengusulkan jumlah imbalan jasa professional yang dipandang sesuai.

Klien (perusahaan) cenderung mengasosiasikan harga dengan tingkat kualitas jasa.

Harga yang mahal dipersepsikan mencerminkan kualitas yang tinggi dan sebaliknya

(Tarigan & Saragih, 2020)

2.2. Hasil Penelitian Sebelumnya

Christiani & Nugrahanti, (2014) menguji pengaruh kualitas audit terhadap

manajemen laba. Metode yang dipakai dalam analisa data penelitian ini adalah

analisis regresi panel. penelitian dilakukan agar mengetahui hubungan antar variabel
dependen dengan independen pada data longitudinal 09`1-p0-(gabungan antara data

cross sectional dengan data time series). Penelitian ini menggunakan data sekunder

dengan menggunakan sampel laporan perusahan di BEI dari tahun 2011 – tahun

2015. Metode pemilihan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

purposive sampling. Hasil penelitian menjelaskan bahwa kualitas audit berpengaruh

positif terhadap manajemen laba.

Lufita & Suryani, (2018) menguji pengaruh Kualitas Audit, Komite Audit

dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba. Populasi dalam penelitian ini

adalah Perusahaan Manufaktur yang terdaftar pada BEI tahun 2014-2016 dengan

sampel yang di peroleh yaitu 47 perusahaan. Teknik pemilihan sampel yang

digunakan yaitu purposive sampling. Metode yang digunakan adalah analisis regresi

data panel. Hasil penelitian ini menunjukan Kualitas Audit, Komite Audit dan

Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap manajemen laba.

Angelina, A. (2019) menguji Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen

Laba. Variabel yang digunakan untuk pembahasan dalam penelitian terdiri dari

kualitas audit, ukuran dewan direksi, Presence of external directors, ukuran

perusahaan dan leverage terhadap manajemen laba. Dalam penelitian ini memakai

metode analisis regresi panel. Jumlah perusahaan yang digunakan untuk penelitian

ini terdiri dari 265 perusahaandengan data sampel sebanyak 1.316 data. Data yang

digunakan diambil dari laporan tahunan dan laporan keuangan yang terdapat di

Bursa Efek Indonesia. Hasil pengujian menunjukan Variabel kualitas audit dan

manajemen laba tidak terdapat hubungan yang signifikan.

Tarigan & Saragih, (2020) menguji pengaruh kualitas audit terhadap

manajemen laba. Kualitas Audit yang diproksikan dengan ukuran KAP (auditor big
four dan auditor Non-big four), penelitian dilakukan pada perusahaan Perbankan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2017-2018. Populasi dalam

penelitian ini sejumlah 45 perusahaan Perbankan yang sudah dan masih terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2017-2018. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah purposive sampling dan diperoleh sampel sebanyak 43

perusahaan. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan uji

regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan Ukuran KAP berpengaruh

positif signifikan terhadap Manajemen Laba dan Secara simultan Ukuran KAP

berpengaruh signifikan terhadap manajemen Laba.

Boedhi & Ratnaningsih, (2017) menguji secara empiris pengaruh kualitas

audit terhadap manajemen laba melalui aktivitas riil. Sampel dalam penelitian ini

adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun

2007-2011. Kualitas audit diukur dengan mengelompokkan ukuran KAP menjadi

dua yaitu KAP Big dan KAP Non Big Four. Metode pengambilan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Penelitian ini berhasil

membuktikan bahwa kualitas audit yang diproksikan dengan ukuran KAP memiliki

pengaruh positif terhadap manajemen laba melalui aktivitas riil.

Tifani. S (2020) menguji Pengaruh Kualitas Audit dan Auditor switching

terhadap Manajemen Laba dengan Fee Audit yang diberikan sebagai variabel

mediasi. Variabel manajemen laba diukur menggunakan Discretionary accruals

dengan Modified Jones Model. Kualitas audit diproksikan dengan ukuran KAP dan

diukur dengan variabel dummy. Nilai 0 untuk KAP non Big Four dan nilai 1 untuk

KAP yang berafiliasi dengan KAP Big Four. Variabel mediasi dalam penelitian ini

adalah fee audit di mana datanya diambil dari akun professional fees. Populasi yang
digunakan adalah perusahaan property, real estate, dan konstruksi yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2016-2018. Data dalam penelitian ini

merupakan data sekunder dari laporan tahunan perusahaan yang terdaftardi BEI

tahun 2016-2018. Sampel yang diperoleh adalah 117 dengan Purposive Sampling

Method. Hipotesis yang ada dalam penelitian ini diuji menggunakan metode uji

regresi berganda. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa Kualitas Audit

berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Fee Audit, Kualitas audit

berpengaruh negative terhadap manajemen laba, Fee Audit berpengaruh negative

tidak signifikan terhadap Manajemen Laba, dan tidak terdapat pengaruh variabel

mediasi fee audit dalam hubungan Kualitas Audit dan Auditor switching

terhadap Manajemen Laba.

Widarti, (2017) Menguji Fee Audit Sebagai Mediasi Pengaruh Kualitas

Audit Terhadap Manajemen Laba. Kualitas Audit sebagai variabel independen

dalam penelitian ini diproksikan dengan ukuran kantor akuntan publik yang diukur

dengan menggunakan variabel dummy yaitu nilai 0 untuk KAP non Big Four dan

nilai 1 untuk KAP yang berafiliasi dengan KAP Big Four internasional. Variabel

intervening (X2) yang digunakan dalam penelitian ini adalah fee audit. Data tentang

fee audit akan diambil dari akun professional fees yang terdapat dalam laporan

keuangan dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) . Populasi

dalam penelitian ini adalah perusahaan consumer good ssesuai dengan kelompok

industrinya yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode pengamatan

yang digunakan adalah tahun 2012-2015. Penentuan sampel perusahaan

menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa

Kualitas Audit dan Fee Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap Manajemen
Laba. kualitas audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap fee audit dan Fee

audit dalam model penelitian ini tidak menjadi mediasi hubungan antara kualitas

audit terhadap manajemen laba pada perusahaan consumer goods yang terdaftar di

BEI.

Ulina et al., (2018) menguji Pengaruh Kualitas Audit Dan Komite Audit

Terhadap Manajemen Laba. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari audit kualitas

yang diukur dengan ukuran kantor akuntan publik, auditor spesialis industri dan

masa audit. Sedangkan komite audit diukur dengan ukuran komite audit, keuangan

keahlian dan jumlah rapat komite audit. Variabel manajemen laba diukur

menggunakan Discretionary accruals dengan Modified Jones Model. Penentuan

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan metode purposive

sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari

laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

tahun 2013-2016. Sampel yang diperoleh adalah 39 perusahaan. Teknik analisis

dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa variabel Akuntan Publik Perusahaan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap manajemen laba. Sementara itu, auditor spesialis industri

variabel, masa kerja audit, ukuran komite audit, keuangan keahlian dan jumlah rapat

komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Sari & Wahidahwati, (2016) menguji Pengaruh Kualitas Audit Terhadap

Manajemen Laba. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh ukuran

KAP, spesialisasi industri, masapenugasan audit, client important, kesediaan

pelaporan opini audit, ukuran perusahaan serta leverage terhadap manajemen laba

akrual. Kualitas audit diproksikan dengan lima variabel yaitu ukuran KAP,
Spesialisasi industri, masa penugasan, client Importance, dan Kesediaan Pelaporan

Opini Audi going concern. Populasi yang digunakan dalam penelitian perusahaan

manufaktur termasuk dalam BEI. Teknik pengambilan sampel menggunakan

purposive sampling, sehingga sampel yang diperoleh 314 perusahaan. Metode

statistik yang digunakan adalah Teknik analisa regresi berganda (multiple regression

analysis). Hasil pengujian menunjukan ukuran KAP, spesialisasi industri, serta

masa penugasan audit berpengaruh signifikan teradap manajemen laba, sedangkan

variabel client important, kesediaan pelaporan opini audit, ukuran perusahaan serta

leverage tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Sugiarti, (2014) menguji Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen

Laba. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang diambil

dari laporan keuangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

selama periode tahun 2012-2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

perusahaan perbankan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia selama periode

2012-2014. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dan

diperoleh 31 perusahaan yang memenuhi kriteria. Untuk analisis data metode yang

digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Berdasarkan hasil pengujian

hipotesis dapat dinyatakan bahwa Ukuran KAP berpengaruh negatif terhadap

manajemen laba. Spesialisasi industri auditor tidak berpengaruh terhadap

manajemen laba.

Berdasarkan penelitian sebelumnya diatas adapun beberapa persamaan dan

perbedaan dalam penelitian ini yaitu terdapat persamaan beberapa variabel bebas

(independen) diantaranya Kualitas Audit dan fee audit, variabel terikat (dependen)

yaitu Manajemen Laba, tehnik penentuan sampel menggunakan purposive sampling,


serta tehnik analisi data menggunakan analisis regresi linier berganda. Sedangkan

perbedaannya yaitu dari penelitian sebelumnya diatas terdapat beberapa ketidak

samaan lokasi penelitian serta jenis perusahaan yang diteliti, serta perbedaan periode

tahun peneliti dengan tahun penelitian sebelumnya.


BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN RUMUSAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang

dalam tinjauan pustaka yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari

kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternative solusi dari serangkaian

masalah yang ditetapkan. Kerangka berpikir yang mendasari penelitian ini bahwa

laporan keuangan adalah kondisi dimana informasi dalam laporan keuangan

disajikan secara wajar. Salah satu cara mendeteksi penyimpangan dalam pembuatan

laporan keuangan yaitu dengan melakukan audit laporan keuangan (Fitria Ayu,

2013)

Baharuddin & Ansar, (2019) Kasus manipulasi laporan keuangan yang

kebanyakan terjadi membuktikan bahwa kurangnya integritas laporan keuangan.

Penyajian laba dalam laporan keuangan tidak menunjukan kondisi ekonomi

perusahaan yang sebenarnya . Kejujuran dan kebenaran data yang disajikan pada

laporan keuangan sangat penting, karena sangat berpengaruh dalam pengambilan

keputusan bagi pengguna laporan keuangan. Independensi auditor menjadi syarat

paling penting dalam memberikan jasa audit dan memberikan opini yang dapat

dipercaya, sehingga laporan yang diaudit oleh auditor dapat mencerminkan kondisi

ekonomi yang sebenarnya. Independensi auditor dapat dipengaruhi oleh beberapa

hal, salah satunya fee audit.

Fee audit dapat menurunkan independensi auditor apabila auditor memiliki

hubungan dekat dengan klien, karena hal tersebut dapat mempengaruhi sikap dan
mental mereka dalam mengeluarkan opini. Auditor seharusnya menerima fee audit

yang lebih tinggi jika mampu memberikan kualitas lebih baik, karena akan lebih

banyak informasi diungkapkan dengan audit yang baik(Fitria Ayu, 2013). Fee audit

yang besar dapat membuat auditor menyetujui tekanan dari klien dan berdampak

pada kualitas audit yang dihasilkan. Penelitian diatas dapat membuktikan bahwa

kualitas audit berpengaruh terhadap manajemen laba dan fee audit berpengaruh

terhadap manajemen laba. Peneliti ingin mengetahui pengaruh langsung kualitas

audit dengan manajemen laba, dan pengaruh tidak langsung hubungan antara

kualitas audit dengan manajemen laba melalui fee audit sebagai variabel intervening.

Berdasarkan uraian diatas berikut Gambar dibawah menunjukkan kerangka

pemikiran yang dibuat dalam model penelitian ini.

Gambar 3.1
Kerangka Berpikir
Pengaruh Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba dengan Fee Audit sebagai
Variabel Intervening

Fenomena
Adanya skandal akuntansi dan pelanggaran yang
dilakukan oleh akuntan publik

Basis Teori

e1

Kualitas Fee audit Manajemen

e2

Metode analisis:
Regresi Berganda

Bersambung pada halaman selanjutnya


Pembahasan

Hasil Pengujian dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Sumber : Hasil Pemikiran Peneliti (2021)

Berdasarkan pada uraian kerangka berpikir di atas maka dapat dibuat


model penelitian pada Gambar 3.2 di bawah ini.
Gambar 3.2
Model Penelitian
Pengaruh Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba dengan Fee Audit sebagai
Variabel Intervening

Fee Audit

Kualitas Audit Manajemen Laba

Sumber : Hasil Pemikiran Peneliti (2021)


3.2. Hipotesis

3.2.1. Pengaruh Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba

Kualitas audit adalah kemampuan auditor dalam mendeteksi salah saji yang

material dalam laporan keuangan dan melaporkan salah saji material secara

bersama–sama. Para pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham

akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan keuangan yang telah diaudit

oleh auditor. Oleh karena itu auditor sebagai pihak yang independen diharapkan

dapat membatasi manajemen laba serta membantu menjaga dan meningkatkan

kepercayaan masyarakat umum terhadap laporan keuangan (Boedhi & Ratnaningsih,

2017)

Tujuan dari laporan keuangan diaudit adalah agar mendapatkan suatu jaminan

mengenai integritas dari laporan keuangan yang telah diserahkan oleh pihak

manajemen. Dengan adanya audit yang baik atas laporan keuangan, maka

pengungkapan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan juga akan

dipercaya. Pengauditan merupakan sarana bagi pihak-pihak yang berkepentingan

terhadap perusahaan untuk memverifikasi validitas laporan keuangan yang dibuat

oleh manajemen (Kirana et al., 2015). Laporan keuangan auditan dapat dipercayai

apabila audit laporan keuangannya telah di audit oleh auditor yang berkualitas

tinggi. Christiani & Nugrahanti, (2014) audit yang berkualitas tinggi (high-quality

auditing) bertindak sebagai pencegah manajeman laba yang efektif, karena reputasi

manajamen laba akan hancur dan nilai perusahaan akan turun apabila pelaporan

yang salah ini terdeteksi dan terungkap. Oleh karena itu kualitas audit merupakan

bagian yang terpenting diperhatikan oleh para auditor dalam proses pengauditan.

Kualitas audit biasanya dikaitkan dengan ukuran auditor yaitu Big four dan Non Big
four. KAP Big four diasumsikan memiliki hasil kualitas audit yang lebih tinggi dan

mampu membatasi praktek manajemen laba dibandingkan dengan auditor Non Big

four.

Penelitian yang dilakukan Sugiarti, (2014) menunjukkan perusahaan yang

memiliki kualitas auditor yang tinggi dapat menggurangi terjadinya discretionary

accruals dibandingkan dengan yang diaudit oleh auditor yang berkualitas

rendah. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat dinyatakan bahwa semakin baik

kualitas audit akan mengurangi kecenderungan manajer melakukan manajemen laba,

dan penelitian Sari & Wahidahwati, (2016) menunjukkan ukuran KAP mempunyai

pengaruh signifikan dan negative terhadap manajemen laba. Sehingga dapat

diartikan peran ukuran KAP dan auditor spesialis industry sebagai pengawas laporan

keuangan, dapat menghambat manajemen laba. Berdasarkan uraian diatas dapat

diajukan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Kualitas Audit berpengaruh negative terhadap manajemen Laba.

3.2.2. Pengaruh Fee Audit terhadapManajemenLaba

Fee audit didefinisikan sebagai jumlah biaya (upah) yang dibebankan oleh

auditor untuk proses audit yang dilakukan untuk suatu perusahaan (klien).

Penentuan fee audit didasarkan pada kontrak antara auditor dan klien sesuai dengan

waktu yang dihabiskan untuk proses audit, pelayanan yang dibutuhkan, dan jumlah

staff yang dibutuhkan untuk proses audit. Manajer sebuah perusahaan akan

menggunakan jasa auditor independen guna mengurangi biaya keagenan ( jensen

dan Meckling, 1976). Peran auditor independen sangat penting dalam rangka

mengurangi perilaku oportunis manajer, sehingga dapat meningkatkan kualitas


laporan keuangan dan meminimalisasi biaya keagenan. Jumlah pendapatan yang

diterima auditor pada setiap pekerjaan audit didasarkan pada hasil negoisasi.

Salah satu yang di pertimbangkan auditor dalam menetapkan fee audit adalah risiko

audit, jika auditor menilai risiko dari perusahaan yang akan diaudit besar maka

auditor akan menetapkan fee audit yang lebih tinggi, karena ruang lingkup dalam

pengumpulan bukti audit menjadi lebih luas sehingga auditor harus mengorbankan

waktu, pelayanan, staff yang lebih banyak untuk mengumpulkan bukti tersebut yang

menjadikan fee audit semakin tinggi (Rahmi & Cheisviyanny, 2016).

Praktik manajemen laba di dalam perusahaan klien akan cenderung

mendorong auditor memperlebar scope pemeriksaan audit karena memerlukan

penilaian audit yang lebih, sehingga waktu audit yang diperlukan oleh staf KAP

untuk melaksanakan audit menjadi lebih lama. Perubahan waktu yang diperlukan

diluar perencanaan audit menyebabkan perubahan tarif per jam dari staf KAP

tersebut, ini sudah disesuaikan dengan pertanggung jawaban, keahlian serta

pengalaman yang dipandang perlu. Keadaan tersebut mengakibatkan timbulnya

biaya-biaya lain diluar perencanaan audit sebagai akibat dari kesalahan pernyataan

manajemen. Biaya tambahan tersebut akan berakibat perubahan pada fee audit yang

diberikan kepada auditor.

Penelitian Oscar, (2019)menyatakan bahwa Fee audit berpengaruh positif

signifikan terhadap manajemen laba. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian

Fitria Ayu, (2013)memberikan hasil bahwa fee audit berpengaruh positif dan

signifikan terhadap manajemen laba. Semakin besar fee audit yang dibayarkan oleh

manajemen kepada auditor, maka nilai acrual diskresioner semakin besar. Berdasar

kanuraian diatas dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :


H2 : Fee Audit berpengaruh positif terhadap Manajemen Laba

3.2.3. Pengaruh Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba dengan Fee Audit

Sebagai Variabel Intervening

Penelitian Fitria Ayu,(2013)Kualitas audit menunjukkan kemampuan auditor

menemukan adanya penyimpangan dalam pelaporan keuangan kliennya. Semakin

banyak auditor dapat menemukan penyimpangan dalam laporan keuangan, maka

kualitas audit akan dinilai semakin baik. Sehingga kualitas audit dipengaruhi oleh

pengungkapan penemuan-penemuan audit (apabila didapati) yang berupa salah saji

material pada pelaporan keuangan klien. Auditor yang mampu memberikan kualitas

audit yang lebih baik seharusnya menerima bayaran yang lebih tinggi. Hal ini

dikarenakan akan lebih banyak informasi diungkapkan dengan audit yang baik.

Tetapi dalam kenyataanya justru fee audit yang lebih tinggi dapat membuat bias

antara hubungan auditor dengan klien. Hal ini membuat auditor cenderung tidak

independen saat mendeteksi manajemen laba.

Penelitian Christiani & Nugrahanti, (2014) menunjukan bahwa ukuran KAP

tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Penelitian Tarigan & Saragih, (2020)

menunjukan KAP Big Four dengan keahlian dan reputasi yang dimilikinya

terbukti mampu membatasi perilaku manajemen laba yang dilakukan manajer dan

mampu memberikan jaminan kualitas audit yang lebih baik dari pada KAP Non

Big Four sehingga penggunaan KAP yang besar dapat mencegah emiten berlaku

curang dalam menyajikan suatu laporan keuangan yang tidak relevan ke

masyarakat. Karena auditor dari KAP Big Four memiliki kemampuan dan keahlian

dalam bidang akuntansi dan auditing sehingga memiliki kemampuan menilai secara
objektif dalam mengaudit suatu laporan keuangan sehingga bisa mendeteksi

kesalahan penyajian posisi keuangan yang dilakukan oleh manajer perusahaan.

Besaran Fee audit yang akan diterima Auditor diduga berpengaruh terhadap

kualitas audit. Oscar, (2019) dalam penelitiannya berpendapat bahwa fee audit

berpengaruh potitif signifikan terhadap besarnya manajemen laba. Perusahaan

dengan manajemen laba yang tinggi cenderung akan membayar audit fee yang

tinggi. Sedangkan penelit

ian Rahmi & Cheisviyanny, (2016) menunjukan Manajemen Laba tidak berpengaruh

signifikan terhadap Fee Audit. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian C. P. S.

Putri & Utama, (2014)yang menemukan hasil bahwa manajemen laba tidak

berpengaruh signifikan terhadap fee audit diakibatkan oleh praktik manajemen laba

yang dilakukan oleh perusahaan masih tetap berada pada jalur yang sesuai atau

dengan kata lain tidak melanggar PSAK. Sehingga ada atau tidaknya praktik

manajemen laba di dalam suatu perusahaan tidak akan mempengaruhi besar kecilnya

fee audit yang diberikan kepada auditor.

Berdasarkan uraian diatas dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Kualitas Audit berpengaruh positif terhadap Manajemen Laba melalui Fee

Audit sebagai Variabel Intervening


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) peirode tahun 2017-2019 dengan mengakses situs

www.idx.co.id. Pemilihan perusahaan manufaktur sebagai objek penelitian ini

karena jumlah perusahaan yang termasuk kategori perusahaan manufaktur lebih

banyak dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Saham perusahaan manufaktur

lebih banyak diminati oleh investor daripada perusahaan lainnya. Perusahaan

manufaktur tidak terikat pada peraturan pemerintah, serta perusahaan manufaktur

merupakan salah satu aset yang memiliki peranan penting dalam pembangunan,

terlebih lagi dalam menghadapi era persaingan bebas, perusahaan manufaktur

dituntut semakin efektif dalam mempublikasikan laporan keuangannya dimana

pengguna laporan keuangan memiliki kepentingan dalam hal tersebut

4.2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah kualitas audit, fee audit dan manajemen laba pada

perusahaan manufaktur dan keuangan yang terdaftar di bursa efek Indonesia (BEI)

tahun 2017-2019.

4.3. Identifikasi Variabel

Adapun variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah :


4.3.1 Menurut Sugiyono, (2017:39) variabel dependen adalah variabel yang

dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam

penelitian ini, variabel dependen yang digunakan adalah manajemen laba.

4.3.2 Menurut Sugiyono (2017:39) variabel independen adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel

dependen. Variabel independen dalam penelitian ini antara lain Kualitas Audit.

4.3.3 Variabel Intervening yaitu variabel yang secara teoritis mempengaruhi

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi

hubungan yang tidak langsung. Variabel ini merupakan variabel penyela antara

variabel independen dan variabel dependen, sehingga variabel independen

secara tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel

dependen Sugiyono, (2017:59) Variabel intervening yang digunakan dalam

penelitian ini adalah fee audit.

4.4. Definisi Operasinal Variabel

Definisi operasional variable penelitian ini adalah sebagai berikut :

4.4.1. Kualitas audit

Lufita & Suryani, (2018)Kualitas audit adalah keahlian yang dimiliki auditor

untuk bisa mendeteksi dan berani mengungkapkan jika terdapat kesalahan yang

ada pada laporan keuangan entitas. Auditor yang independen adalah auditor yang

jika menemukan pelanggaran, akan secara independen melaporkan pelanggaran

tersebut. Kualitas audit dipandang sebagai kemampuan untuk mempertinggi

kualitas pelaporan keuangan perusahaan. Dengan kualitas audit yang tinggi

diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan perusahaan (Christiani &


Nugrahanti, 2014). Kualitas audit dibedakan berdasarkan ukuran Kantor Akuntan

Publik yang diukur menggunakan variabel dummy yaitu nilai 0 untuk KAP non-

big four dan nilai 1 untuk KAP yang berafiliasi dengan KAP big four internasional.

4.4.2. Fee Audit

Fee audit adalah besaran biaya yang diterima oleh auditor dengan

mempertimbangkan berbagai hal seperti kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat

keahlian dan lain-lain dan besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung antara

lain: risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang

diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut. Auditor yang menerima fee audit

lebih tinggi akan merencanakan kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan

denga fee audit yang lebih kecil (Novrilia et al., 2019). Fee audit adalah besaran

biaya yang diterima oleh auditor untuk melaksanakan tugasnya dengan

mempertimbangkan beberbagai hal. Besaran fee audit ditentukan banyak faktor.

Namun pada dasarnya ada 4 faktor yang menentukan besarnya fee audit, yaitu:

1) Karakterisitik keuangan, seperti tingkat penghasilan, laba aktiva, modal,

dan lain-lain.

2) Lingkungan, seperti persaingan, pasar tenaga profesional, dan lain-lain.

3) Karakteristik Operasi, seperti jenis industri, jumlah lokasi perusahaan,

jumlah lini produk, dan lain-lain.

4) Kegiatan eksternal auditor, seperti pengalaman, tingkat kordinasi dengan

internal auditor, dan lain-lain

Variabel Fee Audit diukur dengan melihat besarnya profesional fee audit yang

diterima oleh auditor.


4.4.3. ManajemenLaba

(R. Maulidah, 2020)Manajemen laba merupakan suatu perilaku manipulasi

data laporan keuangan yang dilakukan pihak manajemen yang akan mempengaruhi

nilai yang terdapat pada laba yang telah dilaporkan. Sejauh ini hanya model

berbasis aggregate accrual yang diterima secara umum sebagai model yang

memberikan hasil paling kuat dalam mendeteksi manajemen laba . Model empiris

ini sejalan dengan akuntansi berbasis akrual yang selama ini digunakan dalam

pencatatan transaksi. Model akuntansi akrual dapat memunculkan komponen akun

akrual yang mudah dipermainkan nominalnya karena akun ini berasal dari

transaksi-transaksi yang tidak disertai penerimaan dan pengeluaran kas. Kemudian

aggregate accruall menggunakan semua komponen laporan keuangan untuk

mendeteksi rekayasa keuangan. Model berbasis aggregate accrual yang digunakan

adalah modified jhones models. Fitria Ayu, (2013) menemukan bahwa model ini

merupakan alat yang paling kuat untuk mendeteksi manajemen laba, sehingga

manajemen laba sebagai variabel dependen dalam peneletitian ini diproksikan

dengan discretionary accrual (DTA) model Jones dimodifikasi (Modified Jones

Models). Pengukuran variabel manajemen laba menurut Modified Jones Models

dapat dilakukan dengan model sebagai berikut :

a. Menghitung nilai total akrual (TAC) dengan model berikut:

TAC = NI-CF

Keterangan:
TAC : Total accrual
NI : Net income after tax (laba bersih setelah pajak)
CF : Net cash flow from operation (arus kas operasi)
b. Menghitung nilai non discrectionary accruals (NDA) dengan terlebih

dahulu melakukan regresi linear sederhana terhadap model berikut :

TACCi,t / TAi,t-1 = b0 [1/TAi,t-1] + b1 [ΔSalesi,t/ TAi,t-1] + b2 [PPEi,t/

TAi,t-1] +ε

Keterangan :
TAC : Total accrual
TA : Total asset
PPE : Gross property, plant, and equipment

c. Dengan melakukan regresi terhadap ketiga variabel diatas maka

diperoleh koefesien dari variabel independen yaitu b1, b2, b3 yang akan

dimaksukan dalam persamaan dibawah ini untuk menghitung nilai

nondiscretionary total accruals (NDTA).

NDAi,t = = b0 [1/TAi,t-1] + b1 [ΔSalesi,t + ΔTRi,t / TAi,t-1] + b2

[PPEi,t/ TAi,t-1]

Keterangan:

NDA : Nondiscretionary accruals

TA : Total assets

TR : Trade receivables

PPE: Gross property, plant, and equipment

d. Menghitung nilai discretionary accruals (DTA)

Selanjutnya discretionary accruals diestimasi sebagai berikut :

DTA = (TAC) – (NDTA)

Keterangan :

DTA : Discretionary accruals


TAC : Total accrual

NDTA : Non discretionary accruals

4.5. Jenis dan Sumber Data

4.5.1 Jenis Data

Berdasarkan jenisnya data dapat dibagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut :

1. Data kualitatif adalah data yang digunakan untuk mendapatkan data yang

mendalam yaitu data yang mengandung makna Sugiyono, (2017:14). Data

kualitatif dalam hal ini adalah daftar nama dan profil perusahaan di Bursa

Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2018-2020.

2. Data kuantitatif merupakan data yang membentuk angka-angka dan analisis

menggunakan statistic Sugiyono, (2017:12). Data kuantitatif dalam

penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan perusahan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periodetahun 2018-2020.

4.5.2 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data

yang tidak langsung diperoleh dari perusahaan, melainkan diperoleh dalam bentuk

yang sudah ada, sudah dikumpulkan, dan diolah oleh pihak lain (Sugiyono,

2017:402). Data sekunder dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan

perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) periodetahun 2018-2020

yang diperoleh dari www.idx.co.id


4.6. Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan purposive sampling, dalam hal ini lebih khusus dalam penggunaan

judgment sampling. Judgment sampling adalah tipe cara pengambilan secara tidak

acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu

yang umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian (Sugiyono,

2017:403). Kriteria penarikan sample dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan keuangana uditan (audited

financial statement) untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 desember

setiap tahunnya secara berturut-turut dalam perode 2018-2020.

2. Perusahaan manufaktur yang mencantumkan professional fee dalam laporan

keuangannya.

3. Perusahaan manufaktur yang mencantumkan nama Kantor Akuntan Publik

(KAP) yang mengaudit laporan keuangannya.

Table 4.1
Sampel Penelitian
No Kriteria Sampel Penelitian Jumlah

1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa 195

Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2018-2020

2 Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan

keuangan secara berturut-turut selama periode

tahun 2018-2020

3 Perusahaan yang tidak mempublikasikan fee audit

tahun 2018-2020

4 Laporan keuangan perusahaan manufaktur yang

tidak menggunakan mata uang rupiah

Jumlah sampel yang digunakan

Total amatan (x 3 tahun)

Sumber: www.idx.co.id, Data diolah (2021)

4.7. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh oleh

peneliti secara tidak langsung dari objeknya, tetapi melalui sumber lain, baik lisan

maupun tulisan. Data sekunder dikumpulkan dari website dan sumber lainnya, lalu

dilanjutkan dengan pencatatan, perekapan, kemudian penghitungan. Untuk variabel

independen (kualitas audit), variabel dependen (manajemen laba), dan variabel

intervening (fee audit) data berupa laporan tahunan yang diperoleh dari BEI. Data

penunjang lainnya diperoleh dari situs resmi BEI (www.idx.co.id).


4.8. Tehnik Analisis Data

4.8.1 Statistik Deskriftif

Analisis deskriptif merupakan analisis empiris secara deskripsi tentang

informasi yang diperoleh untuk memberikan gambaran/menguraikan tentang suatu

kejadian yang dikumpulkan dalam penelitian. Data yang diperoleh selanjutnya akan

diolah dengan cara dikelompokan dan ditabulasikan kemudian diberi penjelasan.

4.8.2 Partial Least Square (PLS)

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan PLS (Partial Least

Square) dengan alat bantu program Smart PLS 3.0 Analisis pendekatan yang

digunakan bersifat kuantitatif. Alasan menggunakan PLS dalam penelitian ini

karena tujuan penelitian ini adalah untuk mengkonfirmasi teori-teori dan penelitian

terdahulu mengenai pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba dengan di

mediasi oleh fee audit .

PLS selain dapat digunakan untuk mengeksplorasi hubungan antar variabel

yang landasan teorinya lemah atau belum ada (berupa pengujian proposisi), juga

dapat digunakan untuk konfirmasi teori (pengujian hipotesis). PLS dapat

menghasilkan informasi yang baik sehingga dapat digunakan untuk prediksi

maupun konfirmasi. PLS dibutuhkan jika model mengindikasikan lebih dari satu

variabel terikat. Secara umum pemilihan alat analisis PLS dalam penelitian ini

diperuntukkan untuk mengatasi masalah jumlah sampel yang kecil yaitu kurang

dari 100 sampel.


Langkah-langkah analisis dengan metode (Partial Least Square) PLS adalah

sebagai berikut:

1) Merancang model pengukuran (Outer model)

2) Merancang model struktural (Inner model)

3) Mengkonstruksi diagram jalur

4) Melakukan konversi diagram jalur ke dalam sistem persamaan

5) Estimasi koefisien jalur, loading, dan weight

6) Evaluasi Goodness of Fit Model

7) Proses uji hipotesis.

4.8.3Evaluasi Goodness Of Fit

PLS mempunyai dua evaluasi model pengukuran yaitu dengan menggunakan

indikator refleksif dan model indikator formatif, yang kedua-duanya termasuk

dalam uji outer model.

1. Evaluasi pengukuran dengan Indikator Reflektif

Pengujian dilakukan untuk mengetahui kelayakan atau validitas dan

reliabilitas konstruk yang telah dikembangkan. Validitas konstruk dapat

dihitung melalui convergent validity dan discriminant validity dengan nilai

masing-masing sebagai berikut:

a. Convergent Validity

Hasil output yang termasuk dalam indeks ini adalah:

1) Loading Factor

Sebuah indikator memiliki convergent validity bila nilai loading

factornya ≥ 0.5, yang berarti kontribusi indikator untuk mengukur

variabel latennya minimal 50 persen.


2) Average Variance Extracted (AVE)

AVE adalah rata-rata varians keseluruhan indikator yang diekstraksi

dari variabel laten. Sebuah indikator dinyatakan memiliki convergent

validity bila nilai AVE ≥ 0.50, yang berarti rata-rata varian

keseluruhan indikator yang dijelaskan oleh variabel latennya minimal

50 persen.

3) Communality

Communality adalah ukuran kualitas model pengukuran pada tiap

variabel laten. Sebuah indikator dinyatakan memiliki convergent

validity bila nilai communality ≥ 0.50, yang berarti bahwa kualitas

model pengukuran pada tiap variabel laten minimal 50 persen.

b. Discriminant Validity

Hasil output yang termasuk dalam indeks ini adalah:

1) Akar AVE vs Korelasi antar variabel laten

Sebuah indikator dinyatakan memiliki diskriminan validity apabila

nilai akar AVE setiap variabel laten lebih besar dibandingkan nilai

korelasi antar variabel laten. Hal ini berarti indikator yang mengukur

suatu variabel hanya dapat mengukur variabel tersebut.

2) Cross Loading

Sebuah indikator dinyatakan memiliki diskriminan validity apabila

loading factor tiap indikator yang mengukur variabel latennya lebih

besar dari nilai cross loading (korelasi indikator dengan variabel

laten lainnya). Sedangkan untuk reliabilitas konstruk, pengujian

dilakukan dengan menggunakan ukuran sebagai berikut:


a. Composite Reliability

Suatu construct dikatakan reliabel apabila nilai composite

reliability ≥ 0.7.

b. Cronbach's Alpha

Suatu construct dikatakan reliabel apabila nila alpha ≥ 0.7.

2. Evaluasi Model Pengukuran dengan Indikator Formatif

Pengujian evaluasi model pengukuran pada indikator formatif

dilakukan berdasarkan substantive content nya, yaitu dengan cara

membandingkan besarnya relative weight dan melihat signifikansinya.

Apabila nilai T-statistik pada indikator formatif bernilai signifikan (≥T tabel =

1.96) maka dapat dinyatakan indikator tersebut valid.

Selain dilakukan uji pada outer model, dilakukan juga uji pada inner

model. Pengujian pada inner model atau disebut juga evaluasi model

struktural dilakukan untuk mengetahui tingkat akurasi model struktural

dalam kaitannya dengan prediksi yang akan dilakukan. Pengujian ini

dilakukan dengan melihat Q Square predictive relevance (Q2) yang

didapatkan melalui rumus:

Q2 = 1 - (1 - R12) (1 – R22)

Semakin besar nilai Q2 berarti semakin besar kontribusi eksogen

terhadap endogen dan berarti semakin baik pula model struktural yang

dihasilkan. Secara ringkas evaluasi Goodness of Fit model PLS terdapat pada

Tabel 4.2 berikut:


Tabel 4.2
Goodness of Fit Model
Uji Model Indikator Indeks Output Kriteria Terpenuhi
Formatif Weight Estimate T Statistic ≥ 1.96
Convergent AVE AVE ≥ 0.50
Validity Communality Communality ≥ 0.50
Loading factor ≥
Cross
korelasi item dengan
Discriminant Loading
variabel laten
Outer Validity
√ AVE vs Akar AVE ≥ korelasi
Model Reflektif
Korelasi antar variabel
Composit Nilai Composite
Reliability Reliability ≥ 0.70
Reliability Cronbach’s Nilai Cronbach
Alpha Alpha ≥ 0.70

Inner Q-Square Predictive Semakin besar nilai Q2 berarti


semakin besar konstribusi eksogen
terhadap endogen dan berarti
Model Relevance (Q2)
semakin baik pula model struktural
yang dihasilkan

DAFTAR PUSTAKA

Agustini, T., & Siregar, D. L. (2018). Pengaruh Fee Audit , Audit Tenure dan Rotasi
Audit terhadap Kualitas Audit di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi,
8(1), 637–646.
Baharuddin, D., & Ansar, I. A. (2019). Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Fee
Audit terhadap Kualitas Audit pada KAP di Makassar. PARADOKS: Jurnal
Ilmu Ekonomi, 2(1), 50–60.
Boedhi, N. R., & Ratnaningsih, D. (2017). Pengaruh Kualitas Audit Terhadap
Manajemen Laba Melalui Aktivitas Riil. Kinerja, 19(1), 84.
https://doi.org/10.24002/kinerja.v19i1.536
Christiani, I., & Nugrahanti, Y. W. (2014). Pengaruh Kualitas Audit Terhadap
Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 16(1), 40–44.
https://doi.org/10.9744/jak.16.1.52-62
Dananjaya, A. (2016). Proporsi Dewan Komisaris Independen sebagai Pemoderasi
Pengaruh Kepemilikan Institutional pada Manajemen Laba. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 15, 1595–1622.
Fitria Ayu, A. (2013). Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba dengan
fee Audit Ssebagai Variabel Intervening (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-2011).
Universidade Federal Do Triângulo Mineiro, 53(9), 1689–1699.
Hadi, F. I., & Tifani, S. (2020). Pengaruh Kualitas Audit dan Auditor Switching
Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Keuangan, 9(2),
117–129. https://doi.org/10.32639/jiak.v9i2.408
Hartadi, B. (2012). Pengaruh Fee Audit , Rotasi KAP , dan Reputasi Auditor
Terhadap Kualitas Audit di Bursa Efek Indonesia. JEkonomi Dan Keuangan,
110.
Haryanti, C. S. (2013). Pengaruh Pengalaman dan Pelatihan Auditor terhadap
Struktur Pengetahuan tentang Kekeliruan Auditor. JURNAL ILMIAH
DINAMIKA EKONOMI DAN BISNIS, 1(1), 30–41.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory Of The Firm: Managerial
Behavior, Agency Cost and Ownership Strukture. Journal of Financial
Economics 3, 72(10), 1671–1696. https://doi.org/10.1177/0018726718812602
Julianto, A. I. K., Yadnyana, I. K., & Dharma Suputra, I. D. G. (2016). Pengaruh
Audit Fee, Perencanaan Audit, dan Risiko Audit terhadap Kualitas Audit pada
Kantor Akuntan Publik di Bali. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Udayana, 12, 4029–4056.
Kirana, R., Hasan, A., & Hardi. (2015). Pengaruh Tingkat Pengungkapan laporan
Keuangan, Kecakapan Manajerial dan Risiko Ligitasi Terhadap Manajemen
Laba dengan Kualitas Audit Sebagai Variabel Pemoderasi (Raisa Kirana, Amir
Hasan & Hardi). Ekonomi Dan Keuangan, 189–205.
Kurniasih, M., & Rohman, A. (2014). Pengaruh Fee Audit , Audit Tenure , dan
Rotasi Audit terhadap Kualitas Audit. Diponegoro Journal of Accounting, 3, 1–
10.
Lestari, N., & Agita, S. (2018). Pengaruh Manajemen Laba dan Tax Avoidance
terhadap Nilai Perusahaan dengan Kualitas Audit sebagai Variabel Moderasi.
3(1), 99–109.
Lufita, N., & Suryani, E. (2018). Pengaruh Kualitas Audit , Komite Audit , dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba ( Studi Pada Perusahaan Sektor
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2014 –
2016 ). E-Jurnal Akuntansi, 5(1), 689–696.
Muiz, E., & Ningsih, H. (2020). Pengaruh Perencanaan Pajak, Kepemilikan
Manajerial Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Praktik Manajemen Laba. Jurnal
Ekobis : Ekonomi Bisnis & Manajemen, 8(2), 102–116.
https://doi.org/10.37932/j.e.v8i2.40
Muslim, M., Rahim, S., Pelu, M. F. A., & Pratiwi, A. (2020). Kualitas Audit:
Ditinjau dari Fee Audit, Risiko Audit dan Skeptisme Profesional Auditor
sebagai Variabel Moderating. Ekuitas: Jurnal Pendidikan Ekonomi, 8(1), 9.
https://doi.org/10.23887/ekuitas.v8i1.22474
Novrilia, H., Arza, I. F., & Sari, V. F. (2019). Pengaruh fee audit, audit tenure , dan
reputasi kap terhadap kualitas audit (Studi Empiris pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2017). Jurnal Eksplorasi
Akuntansi, 1(1), 256–276.
Oscar, J. (2019). Pengaruh Fee Audit dan Ukuran KAP Terhadap Manajemen Laba
Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
TAHUN 2014 – 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 8(1),
72–90.
Panjaitan, D. K., & Muslih, M. (2019). Manajemen Laba : Ukuran Perusahaan ,
Kepemilikan Manajerial dan Kompensasi Bonus. 11(1), 1–20.
Pratama, B. A., Sawarjuwono, T., & Febriyanti, A. (2014). Manajemen Laba : Pro-
Kontra Pemaknaan Antara Kreditur dan Debitur dalam Proses Pembiayaan
Kredit. AKTIVA Jurnal Akuntansi Dan Investasi, 16(1), 55–67.
https://doi.org/10.9744/jmk.16.1.55
Putri, C. P. S., & Utama, I. M. K. (2014). Pengaruh Independensi Dewan Komisaris,
Fungsi Internal Audit, Dan Praktik Manajemen Laba Terhadap Fee Audit Pada
Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi, 6(3),
453–467.
Putri, N. D., & Yuyetta, E. N. A. (2013). Pengaruh struktur kepemilikan dan kualitas
audit terhadap manajemen laba. Diponegoro Journal of Accounting, 2(1999),
1–13.
R. Maulidah, R. S. (2020). Pengaruh Kualitas Audit, Ukuran Perusahaan Dan
Leverage Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang
Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2018. Jurnal Mahasiswa
Manajemen, Vol. 01 No. 01 Tahun 2020, 01(01), 56–69.
Rahmi, M., & Cheisviyanny, C. (2016). Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Fee
Audit dengan Kebijakan Pembayaran Dividen Sebagai Variabel Moderasi
( Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI Tahun 2013-2016 ).
Ekuitas: Jurnal Pendidikan Ekonomi, 1999, 1297–1310.
Rohmaniyah. (2016). Penentuan Fee Audit Terhadap Independensi Auditor.
AKTIVA Jurnal Akuntansi Dan Investasi, 1(2), 190–204.
Sari, T. W., & Wahidahwati. (2016). Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen
Laba pada Persahaan Manufaktur. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 5.
Sugiarti, I. (2014). Pengaruh Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba ( Studi pada
Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014 ) The Effect
of Audit Quality to Earning Management ( Study at Bank Industry in
Indonesian Stock Exchange period 2012-2014 ). E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Jember.
Sugiyono. (2017). Metode Kuantitatif Sugiyono. (2017). In Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Tarigan, M. O. T., & Saragih, A. E. (2020). Pengaruh Kualitas Audit dan Tata
Kelola Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Global Financial Accounting Journal, 4(2), 100.
https://doi.org/10.37253/gfa.v4i2.1233
Ulina, R., Mulyadi, R., & Sri Tjahjono, M. E. (2018). Pengaruh Kualitas Audit Dan
Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Tercatat Di Bursa Efek Indonesia. Tirtayasa Ekonomika, 13(1), 1.
https://doi.org/10.35448/jte.v13i1.4229
Widarti. (2017). Fee Audit Sebagai Mediasi Pengaruh Kualitas Audit Terhadap
Manajemen Laba (Analisis Jalur). Jurnal Akuntansi, 5(1), 57.
https://doi.org/10.24964/ja.v5i1.251
Yuvita, S., & Darmawati, D. (2017). Analysis of the Effect of Audit Quality on
Earnings Management and Cost of Equity Capital: A Study of Composite
Measure Approach. Research Media of Accounting, Auditing and Information,
13(2), 95.

Anda mungkin juga menyukai