Anda di halaman 1dari 45

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, AUDIT TENURE DAN

FINANCIAL DISTRESS TERHADAP VOLUNTARY AUDITOR


SWITCHING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN
2019-2020

THE INFLUENCE OF COMPANY SIZE, AUDIT TENURE, AND


FINANCIAL DISTRESS ON VOLUNTARY AUDITOR SWITCHING IN
MANUFACTURING COMPANY ON THE INDONESIA STOCK
EXCHANGE FOR THE PERIOD 2019-2021

SKRIPSI SARJANA

OLEH :
DIKI ZANOFRI ZULDI
No. BP : 2010003510035

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS EKASAKTI
PADANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaanmanufaktur atau yang dikenal sebagai perusahaan yang

menyediakan produk yang dibutuhkan pasar. Semakin besar permintaan dari

pasar, maka semakin banyak pula proses produksi yang akan dilakukan oleh

pihak tersebut. Di Indonesia, manufaktur sering disebut sebagai pabrik atau

factory dalam bahasa Inggris. Proses produksi ini kemudian disebut

manufaktur atau fabrikasi. Pada saat ini perusahaan manufaktur semakin

berkembang pesat. Terlihat pada penambahan perusahaan manufaktur dari

tahun 2019-2021 sebanyak 191 perusahaan yang tercatat di Bursa Efek

Indonesia. Dari pertambahan tersebut mengakibatkan banyaknya

permasalahan pada suatu perusahaan salah satunya Auditor switching atau

yang disebut dengan pertukaran auditor.

Adanya fenomena pergantian kantor akuntan publik (auditor switching)

sering terjadi. Salah satunya yaitu kasus yang terjadi consumer good di

Indonesia yaitu PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA). Ditemukannya

penggelembungan dana senilai Rp.4 triliun pada akun piutang usaha ,

persediaan , dan aset tetap grup AISA dan temuan dugaan penggelembungan

dana senilai Rp.662 miliar pada pendapatan serta Rp. 329 miliar pada pos

EBITDA (laba sebelum bunga pajak, depresiasi dan amortisasi) entitas bisnis

makanan dari emiten tersebut. Ditemukan pula aliran dana Rp.1,78 triliun

melalui berbagai skema dari grup AISA kepada pihak-pihak yang diduga

1
terafiliasi dengan manajemen lama. Investigasi dalam laporan keuangan grup

AISA dilakukan oleh PT Ernest & Young Indonesia. Laporan keuangan

perusahaan tiga pilar sejahtera food tbk tahun 2017 telah diaudit oleh Kantor

Akuntan Publik (KAP) Amir Jusuf, Aryanto, Mawar dan Rekan. KAP

Aryanto , Amir Jusuf, Mawar dan Saptoto telah mengaudit laporan keuangan

tiga pilar sejahtera sejak 2004, meski sudah berganti nama berkali- kali.

(www.cnbcindonesia.com)

Dari permasalahan tersebut maka voluntary auditor switching dilakukan

adanya fraud yang terjadi pada perusahaan PT. Tiga Pilar Sejahtera Food,Tbk

selain itu, perusahaan tersebut melakukan voluntary auditor switching

dikarenakan perusahaan tersebut mempunyai masa kerja sama yang lama

dengan KAP sejak tahun 2004 hingga tahun 2017. Pada dasarnya perusahaan

yang melakukan voluntary auditor switchingterlalu sering menimbulkan

kerugian bagi perusahaan itu sendiri, dikarenakan perusahaan akan

mengeluarkan biaya yang seharusnya tidak dikeluarkan jika auditor tersebut

tidak berganti setiap tahunnya. Menurut (Pratitis ,2012) dalam Supriyanto

(2021)dalam penugasan awal auditor harus memahami bisnis klien dan

menentukan resiko audit, hak tersebut akan membutuhkan biaya start up yang

tinggi. Selain itu, auditor yang menjalankan tugasnya ditahun pertama

terbukti memiliki kemungkinan keliru yang tinggi.

Dari hal tersebut banyak perusahan yang melakukan pertukaran auditor

terhadap perusahaannya agar terhindari dari konflik klien dengan audior.

Adanya peraturanauditor switchingyang dikeluarkan oleh menteri keuangan

2
Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” yang memiliki dua

perubahan. Perubahan yang pertama adalah mengenai pemberian jasa umum

audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh

kantor akuntan publik paling lama 6 (enam) tahun buku berturut-turut (pasaal

3 ayat 1) dan oleh seorang auditor paling lama 3 ( tiga) tahun buku berturut-

turut. Perubahan kedua yaitu auditor atau kantor akuntan publik boleh

memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien setelah 1 (satu)

tahun buku tidak memberikan jasa audit umum kepada klien tersebut (pasal 3

ayat 2).

Berdasarkan peraturan menteri keuangan terkait dengan rotasi audit

menyebabkan munculnya perusahaan- perusahaan yang mengalami pergantian

auditor. Pergantian auditor sendiri terbagi mejadi 2 yaitu secara mandotary

dan voluntary. Pergantian secara mandotary yaitu pertukaran wajib dimana

sesuai ketentuan yang ada pada peraturan menteri keuangan yang sudah

diatur sedangkan pergantian secara voluntary yaitu pergantian yang dilakukan

secara sukarela dimana pertukarannya tidak diatur oleh peraturan tetapi

dilakukan karena adanya konflik dari sisi klien maupun dari sisi auditor.

Penelitian di bidang voluntary auditor switching sudah banyak dilakuakan

dengan variabel yang berbeda-beda dan objek penelitian yang berbeda

sehingga kesimpulan yang dihasilkan juga bermacam ragam.

Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor dari penyebab dari

terjadinyavoluntaryauditor switching. Ukuran perusahaan merupakan suatu

skala dimana menentukan besar atau kecilnya suatu perusahaan yang dapat

3
dilihat dari total aktiva, jumlah penjualan, nilai saham yang dimiliki oleh

perusahaan (Putu Ayu dan Gerianta, 2018). Perusahaan besar akan cenderung

lebih kecil kemungkinannya untuk melakukanvoluntaryauditor switching

dikarena perusahaan yang memiliki asset yang besar dapat membayar auditor

yangdapat menjaga kualitas audit berupa laporan keuangan yang dimiliki

kredibilitas tinggi hal tersebut sebagai salah satu bentuk tanggung jawab

agentterhadap principal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Aziza &

Herawaty, 2020), membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh

signifikan terhadap auditor switching, tetapi hal ini berbanding terbalik

dengan penelitian yangdilakukan oleh (Jayanti., Bayu. K., & Utami, 2020)

yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan

terhadap auditor switching.

Faktor selanjutnya yaitu Audit tenure. Menurut Junaidi (2016: 40) Audit

tenure adalah lamanya hubungan antara patner dari kantor akuntan public

dengan klien. Audit tenure yang panjang dapat meningkatkan kopentensi

audit. Patner yang mengaudit dapat mendasarkan pengetahuan auditnya pada

pengetahuan klien yang luas, yang sudah berkembang dari waktu kewaktu.

Disisi lain tenure yang panjang dapat merusak independensi audit. Dari hal ini

hubungan antara klien dan auditor yang sangat lama akan menyebabkan

lemahnya independensi pada auditor yang dikarenakan ketergantungan

finansial auditor terhadap klien yang semakin besar. Maka dari itu audit tenure

memungkinkan untuk terjadinya voluntary auditor switching.

4
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Elisa Fajar Rohmah , dkk,2018)

menunjukan bahwa audit tenure berpengaruh signifikan terhadap auditor

switching, hal ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh (

Priskila Hutabarat ,2018) audit tenure tidak berpengaruh signifikan terhadap

auditor switching.

Faktor yang terakhir yang dapat mempengaruhi voluntary auditor

switching yaitu financial distress. Menurut Khaliq et.al, (2014) dalam Sutra

(2019) Financial distress adalah suatu kondisi dimana suatu perusahaan tidak

bisa atau mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya kepada kreditur.

Dari hal tersebut financial distress dapat mempengaruhi pergantian auditor

secara voluntarydikarena perusahaan yang sedang mengalami financial

distress lebih mencari auditor dengan independensi yang tinggi dengan tujuan

untuk memperoleh peningkatan dalam hal kepercayaan dari para pemegang

saham dan juga kreditur. Dengan kata lain perusahaan juga harus bisa

mempertanggung jawabkan hasil dari yang dikeluarkan oleh auditor.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Susanti &Djaperi, 2020)

menunjukkan bahwa financial distress berpengaruh signifikan terhadap

auditor switching, hal ini berbanding terbalik dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Restianty & Triyani, 2020), yang menunjukkan bahwa

financial distress tidak berpengaruh secara signifikan terhadap auditor

switching.

Penelitian ini juga mengacu pada penelitian- penelitian yang sebelumnya

dimana adanya tolak belakang antar peneliti satu dengan penelitian lainnya

5
dimana terdapat pro dan kontra dari peneliti tersebut.Selain itu penelitian ini

mengambil sampel pada perusahaan manufaktur yang ada di BEI periode

tahun 2019-2021.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan

judul : “Pengaruh Ukuran Perusahaan,Audit Tenuredan Financial

Distress Terhadap Voluntary Auditor Switching Pada Perusahaan

Manufaktur Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun Periode 2019-

2021”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan

sebelumnya maka peneliti ingin menguji kembali faktor- faktor apa saja yang

mempengaruhi keputusan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

melakukan auditor switching sehingga permasalahan dalam penelitian ini

adalah :

1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap

voluntary auditor switching pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek

Indonesia periode tahun 2019-2021?

2. Apakah audit tenureberpengaruh secara parsial terhadap voluntary

auditor switching pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek

Indonesia periode tahun 2019-2021?

3. Apakah financial distress berpengaruh secara parsial terhadap

voluntary auditor switching pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek

Indonesia periode tahun 2019-2021?

6
4. Apakah ukuran perusahaan, audit tenure, dan financial distress,

berpengaruh secara simultan terhadap voluntary auditor switching

pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode tahun

2019-2021?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan masalah

Berdasarkan rumusan masalah yang telah tertera, tujuan penulisan ini yaitu :

1. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan secara

parsialterhadap voluntary auditor switching di perusahaan manufaktur

pada BEI periode tahun 2019-2021

2. Untuk menganalisis pengaruh audit tenuresecara parsial terhadap

voluntary auditor switching pada perusahaan manufaktur pada BEI

periode tahun 2019-2021

3. Untuk menganalisis pengaruh financial distress secara parsial terhadap

voluntary auditor switching pada perusahaan manufkatur di BEI tahun

periode 2019-2021

4. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan ,financial distress,

dan audit tenure secara simultan terhadap voluntary auditor

switching pada perusahaan manufaktur di BEI tahun periode 2019-

2021.

7
1.3.2 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan mendapatkan manfaat

bagi berbagai pihak , yaitu:

1. Bagi Penulis

Melalui penelitian ini peneliti dapat memperoleh banyak informasi

mengenai nama-nama perusahaan Manufaktur berserta kondisi

keuangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi voluntary auditor

switching ( terutama ukuran perusahaan, financial distress, dan audit

tenure) yang terjadi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

untuk periode 2019-2021

2. Bagi Calon Investor

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan harapan peneliti dapat

dijadikan sebagai pertimbangan dalam membuat keputusan investasi

dalam suatu perusahaan yang mempunyai kinerja tertentu yang

didasarkan pada laporan audit.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi dan informasi dalam

melakukan penelitian selanjutnya mengenai auditor switching yang

dapat diperdalam lagi oleh para peneliti dalam penelitian- penelitian

yang akan dilakukan pada masa mendatang.

8
1.4 Sistematika Pembahasan

Untuk memperoleh gambaran umum secara singkat dan jelas mengenai

materi yang tercakup dalam skripsi ini , maka penulisan skripsi ini disusun

menjadi lima bab dimana bab akan terbagi lagi menjadi sub bab yang saling

terkait satu dengan yang lainnya dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, sistematika penelitian, time

schedule dan biaya penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tentang pemahaman teori – teori , penilitian

terdahulu, kerangka konseptual, dan hipotesis.

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN DAN

METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang lokasi penelitian, metode

pengumpulan data, teknik pengumpulan data, jenis penilitian dan

sumber data, populasi dan sampel, defenisi operasional variabel,

metode pengujian data

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini hasil penelitian yang diharapkan akan dapat

memberikan manfaat dan mengukur pengaruh tiga variabel

9
tersebut yang ada pada voluntaryauditor switchingdengan

menggunakan metode SPSS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan bab I sampai bab IV dari hasil penelitain yang

telah dilakukan dan kesimpulan dan saran yang diberikan peneliti

terkait dengan penelitian selanjutnya.

1.5 Time Schedul

Tabel 1.1
Time Schedule

TAHAP – TAHAP BULAN KEGIATAN

KEGIATAN 2023 2024

Des Jan Feb Mar Apr Mei

1. Pengajuan Judul            

2. Penulisan Proposal            

3. Bimbingan proposal            

4. Seminar proposal            

5. Penelitian skripsi            

6. Penulisan skripsi            

7. Bimbingan skripsi            

8. Ujian komperensif            

1.6 BiayaPenelitian

10
Yang terdiri dari biaya :
1. Biaya administrasi sebanyak Rp. 300.000 ,-
2. Biaya kertas, tintan printer, sebanyak Rp. 450.000 ,-
3. Biaya ujian / sidang proposal penelitian, sebanyak Rp. 300.000 ,-
4. Biaya penerbitan dalam jurnal , sebanyak Rp. 350.000 ,-
5. Biaya ujian komprehensif / skripsi , sebanyak Rp. 850.000 ,-
6. Biaya penggandaan dan penjilidan , sebanyak Rp. 400.000 ,-
7. Biaya lain- lain , sebanyak Rp.400.000 ,-

11
Jumlah Rp. 3.050.000BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori – Teori

2.1.1 Teori Agensi

Teori keagenan pertama kali dikemukakan oleh Jensen dan

Meckling (1976). Teori agen didefinisikan sebagai kontrak antara satu

atau lebih pihak principal dan agen lain untuk memberikan layanan

tertentu atas nama mereka, termasuk mendelegasikan kekuasaan

pengambilan keputusan kepada agen. Baik prinsipal maupun agen

mengejar tujuan yang sama yaitu memaksimalkan utilitas (Supriadi,

2020:75).Teori agensi berpendapat bahwa antara pemilik dan manajemen

memiliki kepentingan sendiri. Dimana pemilik menginginkan

pengembalian investasi dengan optimal, sementara manajemen memiliki

tujuan mendapatkan bonus dan tambahan kompensasi dari kinerjanya.

Dengan adanya kepentingan yang berbeda antara pemilik modal dan

pengelola akan menyebabkan ketidakseimbangan informasi yang

diberikan, untuk bisa menyeimbangkan informasi yang diberikan kepada

publik maka perusahaan harus menggunakan jasa Kantor Akuntan

Publik. Akuntan Publik memiliki fungsi sebagai penyeimbang dan

penengah untuk meminimalkan biaya agensi yang akan timbul dari dua

kepentingan tersebut. Perusahaan melakukan pergantian Auditor untuk

memisahkan kepemilikandan pengendalian perusahaan antara prinsipal

dan agen (Jensen & Meckling, 1976) dalam Umdiana (2021).

12
Jensen dan Meckling (1976) berpendapat masalah agensi disebabkan

oleh adanya konflik kepentingan dan asimetris informasi antara pemegang

saham dan manajemen. Konflik ini terjadi karena kemungkinan agen tidak

selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya

keagenan (agency cost). Voluntary auditor switching dapat dilakukan oleh

perusahaan dengan cara hanya mengganti auditornya saja atau mengganti

Kantor Akuntan Publiknya (KAP). Penyebab adanya pergantian auditor

dapat terjadi dari dua belah pihak baik dari perusahaan / klien atau dari

auditornya sendiri. Masalah agensi timbul karena adanya konflik

kepentingan dan asimetri informasi antara principle dan agent. Konflik -

konflik tersebut nantinya akan berpengaruh terhadap hal-hal yang dapat

menyebabkan perusahaan melakukan auditor switching secara voluntary.

2.1.2 Audior Switching

2.1.2.1 Pengertian Auditor Switching

Menurut Sin (2018:45) dalam Herawaty dan Chyntia (2021)

auditor switching adalah tindakan perpindahan auditor yang dilakukan

oleh perusahaan sebagai salah satu upaya dalam menjaga independensi

dan objektivitas auditor dan menjaga kepercayaan publik dalam fungsi

audit akibatmasa perikatan yang lama. Auditor switching dapat dilakukan

secara mandotary atau voluntary sesuai dengan ketentuan oleh

perusahaan itu sendiri. Ketika melakukan auditor switching secara

voluntary maka terdapat dua kemungkinan yaitu auditor yang

13
mengundurkan diri dari perusahan atau auditor diberhentikan oleh

perusahaan.

Ketentuan mengenai tentang auditor switching telah diatur oleh

regulasi yang telah ditetapkan oleh pemerintahan yang diatur dalam

peraturan pemerintahan Nomor 20/2005 pasal 11 ayat (1) dijelaskan

bahwa pemberian jasa audit atas informasi keuangan historis. Jika

pergantian auditor dilakukan oleh perusahaan maka hal tersebut akan

menimbulkan kecurigaan stalkholder. Akan muncul pertanyaan

mengapa perusahaan melakukan pergantian auditor secara sukarela dan

bertentangan dengan peraturan rotasi audit yang sudah dilakukan

pemerintah.

Terjadinya pertukaran auditor secara wajib dengan sukarela bisa

dibedakan atas dasar pihak mana yang menjadi fokus perhatian dari isu

tersebut. Jika pergantian terjadi secara sukarela maka yang menjadi

perhatiannya adalah dari sisi klien. Sebaliknya jika pergantian auditor

secara wajib maka perhatian utama beralih pada sisi auditor. Ketika

klien mengganti auditornya ketika tidak ada aturan yang mengharuskan

pergantian dilakukan, yang terjadi adalah salah satu dari dari hal :

auditor yang mengundurkan diri atau dipecat oleh klien. Maupun

diantara keduanya yang terjadi , perhatian adalah alasan mengapa

peristiwa itu terjadi dan kemana klien tersebut akan berpindah. Jika

alasan pergantian tersebut adalah karena ketidaksepakatan atas praktik

14
akuntansi tertentu, mau diekspetasi klien akan berpindah ke auditor

yang dengan klien akan bersepakatan.

2.1.2.2 Sifat auditor switching

Sifat Auditor Switching dibagi menjadi 2 bagian yaitu pergantian

secara sukarela (voluntary) dan pergantian secara wajib (mandotary), :

1. Pergantian secara sukarela (voluntary)

Pergantian sukarela dilakukan apabila klien mengganti auditornya,

ketika tidak ada peraturan yang mewajibkannya untuk melakukan

pergantian auditor. Dua kemungkinan yang terjadipada pergantian

sukarela ini adalah apabila auditor mengundurkan diri dari penugasan

yang diterimanyaatau klien mengganti auditor untuk jasa yang

diberikan. Jika perusahaan mengganti KAP secarasukarela maka perlu

dipertanyakan hal-hal yang menyebabkan perusahaan melakukan

pergantian KAP. (Rfebrianto, 2010) dalam Muthi’a dan Budiantoro

(2019).

2. Pergantian secara wajib (Mandotary)

Pergantian wajib dilakukan sesuai dengan Keputusan Menteri

Keuangan Republik Indonesia.Pergantian wajib dilakukan sesuai

dengan KMK-359/KMK.06/2003 tentang Jasa AkuntanPublik

(merupakan perubahan atas KMK-423/KMK.06/2002 yang berlaku

sejak tanggal 30 September 2002), yang isinya antara lain menyebutkan

akuntan publik yang menandatangani laporan audit hanyaboleh

15
menangani perusahaan yang sama paling lama tiga tahun. Sedangkan

KAP dibatasi paling lama lima tahun. Peraturan ini berlaku sejak

tanggal 21 Agustus 2003. Peraturan tersebut kemudian diperbaharui

dengan PMK-17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik yang

berlaku sejak tanggal 5 Februari 2008.Perubahannya ada 2 yaitu

pemberian jasa audit umum oleh KAP paling lama untuk 6 tahun

berturut-turut dan oleh akuntan publik paling lama untuk 3 tahun buku

berturut-turut pada satu klien yang sama (pasal 3 ayat 1), serta 6 KAP

dan akuntan publik boleh menerima kembali penugasan setelah satu

tahun buku tidak memberikan jasa audit umum kepada klien tersebut

(pasal 3 ayat 2 dan 3).

2.1.2.3 Faktor Pengaruh Auditor Switching

Dalam auditor switching terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhinya, faktor yang dapat berasal dari sisi klien misalnya

kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership,

terdapat perbedaan antara auditor sebelumnya dengan perusahaan,

penggantian susunan manajemen perusahaan, perusahaan ditutup, terjadi

merger atau akuisisi perusahaan, besarnya ukuran perusahaan, serta

adanya kewajiban penggantian auditor oleh perusahaan yang ditetapkan

dan Budiantoro (2019) Bukti empiris menunjukkan, bahwa perusahaan

yang melakukan pergantian KAP secara voluntary, disebabkan karena

KAP yang terdahulu bertindak konservatif dan tidak sejalan dengan

16
kepentingan manajemen perusahaan, sehingga perusahaan melakukan

pergantian KAP secara voluntary. Pergantian KAP disebabkan

perusahaan ingin mencari KAP yang dapat memenuhi kepentingannya.

2.1.2.4 Voluntary Auditor Switching

Menurut (Wawo: 51,2017) Auditor switching merupakan

perpindahan KAP yang dilakukan oleh perusahaan klien. Faktor yang

menyebabkan praktik ini terjadi dapat berasal dari klien maupun auditor

itu sendiri. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi perusahaan berganti

Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah faktor klien (client-related factors),

yaitu: kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership,

Initial Public Offering (IPO) dan faktor auditor (auditor-related factors),

yaitu: reputasi auditor, opini audit, dan voluntary auditor switching.

Perkembangan profesi akuntan publik sangat dipengaruhi oleh

perkembangan perusahaan pada umumnya. Semakin banyak perusahaan

publik yang beroperasi, maka akan semakin banyak pula jasa akuntan

publik yang diperlukan. Dikarenakan kondisi tersebut, Kantor Akuntan

Publik (KAP) akan saling bersaing untuk berusaha mendapatkan klien

dengan memberikan jasa audit sebaik mungkin. Hubungan antara auditor

dan klien yang terlalu panjang dapat memiliki pengaruh yang merugikan

independensi auditor karena obyektivitas auditor terhadap klien semakin

berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Untuk menjaga independensi

auditor ini maka dilakukan auditor switching.

17
Ketika klien mengganti auditornya pada saat tidak ada aturan yang

mengharuskannya (secara voluntary), yang terjadi adalah salah satu dari

dua hal: auditor mengundurkan diri atau auditor dipecat oleh klien. Karena

alasan pengunduran diri auditor atau pemecatan auditor, fokus yang

menjadi masalah adalah pada pihak klien yang mana menyebabkan

voluntary auditor switching. Voluntary auditor switching merupakan

tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengganti auditor atau

Kantor Akuntan Publik (KAP) secara sukarela.

2.1.2.5 Pengukuran Voluntary Auditor Switching

Pengukuran voluntary auditor switching digunakan teori

dummy(Soraya dan Haridhi, 2017) dimana :

- Perusahaan yang melakukan Voluntary Auditor Switching diberi nilai

1 (dengan kategori minimal 1 kali pergantian selama tahun

pengamatan)

- Perusahaan yang tidak melakukan Voluntary Auditor Switching diberi

nilai 0 ( dengan kategori tidak melakukan pergantian sama sekali

selama tahun pengamatan)

2.1.3 Ukuran Perusahaan

2.1.3.1 Pengertian Ukuran Perusahaan

Menurut Brigham & Houston(2016:4) ukuran perusahaan

merupakan ukuran besar kecilnya sebuah perusahaan yang ditunjukan

atau dinilai oleh total aset, total penjualan, jumlah laba, dan beban pajak

18
dan lain- lain. Ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari

struktur keuangan (Sawir,2015:101). Keputusan ketua Bapepam No.Kep

11/ PM/1997 menyebutkan besar, kecil dan menengah berdasarkan aktiva

(kekayaan) adalah badan hukum yang mempunyai total aktiva tidak lebih

dari seratus miliyar, sedangkan perusahaan yang besar merupakan badan

hukum yang mempunyai total aktiva diatas seratus miliyar.

2.1.3.2 Klasifikasi Ukuran Perusahaan

Adapun klasifikasi ukuran perusahaan menurut undang- undang No.

20, tahun 2008 pasal 1 (satu) dibagi kedalam 4 (empat) kategori yaitu:

a. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria

usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang- undang ini .

b. Usaha kecil adalah usaha produktif yang berdiri sendiri , yang

dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang

bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang

perusahaan yang di miliki , dikuasai , atau menjadi bagian

lansung maupun tidak lansung dari usaha menengah atau

besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana

dimaksud dalam undang- undang ini.

c. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha

yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

19
perusahaan yang di miliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

lansung maupun tidak lansung dengan usaha kecil atau usaha

besar dengan jumlah kekayaan bersih, atau hasil penjualan

tahunan sebagimana diatur undang-undang ini.

d. Usaha besar adalah usaha ekonomi yang produktif yang

dilakukan oleh badan usaha dengan sejumlah kekayaan bersih

atau hasil penjualan tahunan lebih besar dengan sejumlah

kekayaan bersih atau penjualan tahunan lebih besar dari usaha

menengah, yang meliputi usaha nasional milik Negara atau

swasta, usaha patungan , dan usaha asing yang melakukan

kegiatan ekonomi di Indonesia.

2.1.3.3 Kriteria Ukuran Perusahaan

Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang usaha

kecil, mikro dan menengah, berdasarkan ukuran nilai kekayaan bersih

dan hasil penjualannya, perusahaan dibagi menjadi tiga kriteria usaha,

yaitu:

a. Usaha mikro

Kriteria usaha mikro adalah sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha; atau

20
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak

Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

b. Usaha kecil

Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha; atau.

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp.2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

c. Usaha menengah

Kriteria usaha menengah adalah sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha; atau

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.2.500.000.000,00

(dua milyar lima ratus ribu rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Sedangkan menurut Badan Standarisasi Nasional, ukuran

perusahaan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

21
1. Perusahaan besar. Perusahaan besar adalah perusahaan yang

memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 10 Milyar

termasuk tanah dan bangunan. Memiliki penjualan lebih dari Rp.

50 Milyar/tahun.

2. Perusahaan menengah. Perusahaan menengah adalah perusahaan

yang memiliki kekayaan bersih Rp. 1-10 Milyar termasuk tanah

dan bangunan. Memiliki hasil penjualan lebih besar dari Rp. 1

Milyar dan kurang dari Rp. 50 Milyar.

3. Perusahaan kecil. Perusahaan kecil adalah perusahaan yang

memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 Juta tidak

termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan

minimal Rp. 1 Milyar/tahun.

2.1.3.4 Mengukur Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dilihat dari berbagai nilai seperti total aktiva,

penjualan, modal, laba dan yang lainnya. Dari nilai tersebut dapat

menentukan besar kecilnya perusahaan. Indikator ukuran perusahaan

dapat dilakukan menggunakan dua cara, yaitu:

1. Ukuran perusahaan = Ln Total Aset.

Aset adalah harta kekayaan atau sumber daya yang dimiliki oleh

suatu perusahaan. Semakin besar aset yang dimiliki, perusahaan

dapat melakukan investasi dengan baik dan memenuhi permintaan

22
produk. Hal ini semakin memperluas pangsa pasar yang dicapai dan

akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan.

2. Ukuran perusahaan = Ln Total Penjualan.

Penjualan adalah fungsi pemasaran yang sangat penting bagi

perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu mendapatkan

laba. Penjualan yang terus meningkat dapat menutup biaya yang

keluar pada saat proses produksi. Hal ini laba perusahaan akan

meningkat yang kemudian akan mempengaruhi profitabilitas

perusahaan.

Menurut Moeljono (2005:14) dalam Prawira (2018), pengukuran

ukuran perusahaan dapat dilakukan dengan menghitung dari total aset,

investasi, perputaran modal, alat produksi, jumlah pegawai, keluasan

jaringan usaha, penguasaan pasar, output produksi, besaran nilai tambah,

besaran pajak terbayarkan, dan seterusnya itu ternyata menjadi bayangan

akan kenyataan bahwa korporasi memang identik dengan perusahaan besar.

2.1.4 Audit Tenure

2.1.4.1 Pengertian Audit Tenure

Menurut Junaidi (2016:40) Tenure audit merupakan lamanya

hubungan antara partner dari KAP dengan klien. Tenure audit yang

panjang dapat meningkatkan kopetensi audit. Partner yang mengaudit

dapat mendasarkan pengetahuan auditnya pada pengetahuan klien yang

23
luas, yang sudah berkembang dari waktu kewaktu. Disisi lain tenure

yang panjang dapat merusak independensi audit.

Di Indonesia telah diatur batasan masa perikatan seorang auditor

yang ditetapkan dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 13

tahun 2017. Hal tersebut untuk menghindari masa perikatan yang terlalu

panjang yang akan membuat auditor sulit untuk mempertahankan

independensinya, sehingga panjangnya masa perikatan dapat memicu

perusahaan untuk melakukan auditor switching.

Masa Perikatan Audit (Audit Tenure) Audit Tenure yaitu, jangka

waktu hubungan antara auditor dengan klien yang telah mendapat

persetujuan dan sudah ada kesepakatan di dalamnya. Independen auditor

biasanya dikaitkan dengan audit tenure. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kedekatan auditor dengan klien salah satunya disebabkan

karena lamanya hubungan antara auditor dengan klien tersebut. Maka hal

ini dapat mengurangi kualitas audit dan juga mempengaruhi

independensi seorang auditor (Al-Thuneibat et al., 2011) dalam Andriani

(2018). Tenure (masa penugasan) suatu Akuntan Publik (Auditor

Independen) yang biasanya tergabung dari beberapa Akuntan Publik

(Auditor Independen) menginisiasi suatu koalisi atau gabungan

membentuk kesatuan Kantor Akuntan Publik (KAP). Pada tahun 2015

Otoritas Jasa Keuangan mengeluarkan peraturan Nomor

38/PJOK.05/2015tentang masa pemberian jasa Akuntan Publik tidak

lebih dari 5 (lima)tahun buku berturut-turut. Akuntan publik baru dapat

24
memberikan kembalijasa yang sama setelah 2 (dua) tahun buku. Menurut

Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015

Tentang Praktik Akuntan Publik Pasal 11 ayat 3 menjelaskan bahwa

pembatasan pemberian jasa audit atas informasi keuangan historis

sebagaimana dimaksdu pada ayat (1) dan ayat (2) bahwa hal ini juga

berlaku bagi Akuntan Publik yang merupakan Pihak Terasosiasi.

Pengukutan Variabel audit tenure bedasarkan peratuan Pemerintahan

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 Tentang Praktik Akuntan

Publik Pasal 11 ayat 1 adalah: (1) Pembatasan jasa audit tahun

bukumaksimal selama 5 tahun berturut-turut; (2) Kepatuhan atas

penentuan audit tenure terhadap batas maksimal yang sudah ditentukan.

2.1.4.2 Indikator Audit Tenure

Menurut Sulfiati (2016: 606) mengatakan bahwa terdapat tiga

indikator dalam audit tenure, yaitu:

1. Lamanya partner melakukan penugasan audit.

2. Lamanya partner melakukan pergantian audit.

3. Lamanya Kantor Akuntan Publik memiliki kedekatan secara

emosional.

4. Lamanya Kantor Akuntan Publik melakukan perikatan audit dengan

klien

5. Lamanya Kantor Akuntan Publik melakukan pergantian atas klien

2.1.4.3 Pengukuran Audit Tenure

25
Audit tenure merupakan lamanya masa perikatan auditor dengan

klien. semakin panjang masa perikatannya antara auditor dengan klien

membuat adanya ikatan emosional sehingga dapat mengguarangi

objektifitas auditor dalam melaksanakan kegiatan auditnya. Masa

perikatan auditor dapat diukur dari menghitung jumlah tahun auditor

dengan perusahaan yang sama secara berturut-turut (Andrian, 2018).

2.1.5 Financial Distress

2.1.5.1 Pengertian Financial Distress

Menurut Hery (2017:33) kesulitan keuangan adalah suatu keadaan

dimana sebuah perusahaan mengalami kesulitan untuk memnuhi

kewajibannya, keadaan dimana pendapatan tidak dapat menutupi total biaya

dan mengalami kerugian. Bagi kreditor , keadaan ini merupakan gejala awal

kegagalan debitor.Menurut Arifin (2018:189-190) Financial distress

merupakan situasi dimana aliran dana kas operasional perusahaan tidak

mencukupi kewajiban saat ini (misalnya transaksi kredit atau beban bunga),

perusahaan terpaksa Ambil tindakan korektif. Dalam hal ini, financial

distress dapat dikatakan sebagai kegagalan perusahaan dalam melaksanakan

kewajibannya dan ketidakmampuan perusahaan menghasilkan arus kas yang

cukup untuk melakukan pembayaran sesuai dengan ketentuan kontrak.

Umumnya proses menuju kondisi financial distress yang terjadi dalam

perusahaan diawali dengan kinerja keuangan perusahaan yang semakin

menurun. Ada beberapa hal menjadi penyebab terjadinya kesulitan

26
keuangan (financial distress) menurut Fahmi (2017:105) sebagai berikut :

Dimulai dari ketidakmampuan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya,

terutama kewajiban yang bersifat jangka pendek termasuk kewajiban

likuiditas dan juga termasuk kewajiban dalam kategori solvabilitas.

Permasalahan terjadinya insolvency bisa timbul karena faktor berawal dari

kesulitan likuiditas. Ketidakmampuan tersebut dapat ditujukkan dengan 2

(dua) metode, yaitu Stock-based insolvency dan Flow-based

insolvency.Stock-based insolvency adalah kondisi yang menunjukkan suatu

kondisi ekuitas negatif dari neraca perusahaan (negative net wort),

sedangkan Flow-based insolvency ditujukkan oleh kondisi arus kas operasi

(operating cash flow) yang tidak dapat memenuhi kewajiban-kewajiban

lancar perusahaan.

Apabila perusahaan tidak menunjukkan prospek yang baik,maka

langkah terakhir yang harus ditempuh adalah likuidasi. Financial distress

diproksikan dengan rasio DAR (Debt to Assets Ratio). Semakin tinggi

proporsi DAR, maka akan semakin besar risiko keuangan bagikreditur

maupun pemegang saham. Tingkat rasio DAR yang aman adalah 50%,

dimana rasio DAR diatas 50% merupakan salah satu indikatormemburuknya

kinerja keuangan sehingga perusahaan akan mengalami financial distress.

2.1.5.2 Faktor-Faktor Financial Distress

Hery (2017:35-36) dalam Yuniarti (2020) mengemukakan bahwa

financial distress dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

27
A. Faktor Internal

Faktor internal yang menyebabkan financial distress merupakan faktor

yang timbul dari dalam perusahaan, yang biasanya bersifat mikro. Faktor

internal sebagai berikut:

1. Kredit yang diberikan pada pelanggan terlalu besar. Kebijakan

perusahaan yang dimaksudkan buat menaikkan volume penjualan ialah

dengan melakukan penjualan kredit, baik melalui saluran distribusi

maupun langsung pada pelanggan dengan persyaratan praktis. Pada

jangka pendek, likuiditas akan terganggu sebab tingginya investasi

pada piutang yang bisa berdampak kurang baik terhadap tujuan

jangka panjang perusahaan.

2. Kualifikasi SDM yang lemah. Kualifikasi sumber daya manusia yang

rendah dalam hal ini yaitu bakat, kompetensi, pengalaman, daya tanggap

dan inisiatif dapat menghambat pencapaian tujuan perusahaan. Apalagi

jika fungsi pengendalian manajemen lemah, akan mempercepat proses

kesulitan keuangan.

3. Kekurangan modal kerja. Hasil penjualan yang tidak memadai atau

yang tidak dapat menutup harga pokok penjualan dan beban

operasional, secara terus menerus akan menyebabkan kekurangan

modal kerja dan lebih lanjut mengarah pada kebangkrutan.

4. Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan Rendahnya kualitas individu

pelaku dalam perusahaan dan kurangnya pengawasan yang baik

memudahkan terjadinya penyalahgunaan wewenang dan munculnya

28
tindakan kecurangan yang menciptakan iklim kerja yang tidak sehat dan

dapat mempengaruhi kinerja usaha.

B. Faktor Eksternal

Faktor eksternal faktor yang muncul dari luar perusahaan dari yang

biasanya bersifat makro. Faktor eksternal dapat berupa:

1. Persaingan bisnis yang ketat

2. Berkurangnya permintaan terhadap produk atau jasa yang

dihasilkan

3. Turunnya harga jual secara terus menerus

4. Kecelakaan atau bencana alam yang menimpa atau merugikan

perusahaan sehinga mempengaruhi jalannya aktivitas perusahaan.

2.1.5.3 Pengukuran Financial Distress

Adapun beberapa pengukuran yang digunakanmengukur financial

distress yaitu sebagai berikut :

a. Almant Z-Score

Menurut Yuniarti (2019)Dalam penelitian ini, peneliti mengukur

financialdistress menggunakan metode analisis kebangkrutan Altman

Z-score :

Z=1 ,2 ( T 1 ) +1 , 4 ( T 2 ) +3 , 3 ( T 3 ) +0 , 6 ( T 4 ) +0 ,99 (T 5)

Keterangan :

29
T1 = modal kerja / total asset

T2= laba ditahan / total asset

T3= laba sebelum bunga dan pajak /total asset

T4= nilai pasar modal sendiri / total kewajiban

T5= penjualan / total asset

Bentuk klasifikasi penafsiran nilai Z-Score :

1. Z > 3.00 = perusahaan dianggap aman/bagus/terhindar dari resiko

kebangkrutan

2. 2.70 ≤ Z < 2,99 = terdapat kondisi keuangan perusahaan yang

membutuhkan perhatian khusus

3. 1,8 ≤ Z < 2,70 = perusahaan memiliki kemungkinan mengalami

financial distress untuk tahap 2 tahun kedepan

4. Z < 1,8 = perusahaan berpotensi mengalami kebangkrutan

b. Springate :

Model Springate yang dikembangkan dengan rumus sebagai berikut

(Ambarwati et al., 2017:132) :

S = 1,03 A + 3,07 B + 0,66 C + 0,4 D

Keterangan:

S : Indeks nilai S-Score

30
A : Modal Kerja Bersih terhadap Total Aktiva

B : Laba Sebelum Bunga dan Pajak Terhadap Total Aktiva

C : Laba Sebelum Pajak terhadap Total Kewajiban Lancar

D : Penjualan terhadap Total Aktiva

Model tersebut mempunyai standar dengan klasifikasi sebagai

berikut:

1. S-Score > 0,862 diklasifikasikan sebagai perusahaan kondisi

sehat.

2. S-Score< 0,862 diklasifikasikan sebagai perusahaan mengalami

financial distress

c. Model Zmijewski

Dirumuskan sebagai berikut (Ambarwati et al., 2017:132):

X = -4,3 – 4,5 X1 + 5,7 X2 + 0,004 X3

Keterangan :

X : Indeks nilai X-Score

X1 : Laba bersih terhadap total aktiva

X2 : Total kewajiban terhadap total aset

X3 : Aset lancar terhadap kewajiban lancer

31
Kriteria penilaian dengan hasil nilai X yang negative maka

perusahaan dalam kondisi sehat, sedangkan hasil nilai X yang positif

maka perusahaan mengalami kebangkrutan.

d. Grove

Grover menghasilkan fungsi sebagai berikut (Ambarwati et al.,

2017:133):

G-Score = 1,650 X1 + 3,404 X3 – 0,016 ROA + 0,057

Keterangan :

X1 : Modal Kerja terhadap total aktiva

X3 : Pendapatan sebelum bunga dan pajak terhadap total

aktiva

ROA : Laba bersih terhadap total aktiva

Model Grover mengkategorikan perusahaan dalam keadaan

bangkrut dengan skor kurang atau sama dengan -0,02 (Z ≤ -0,02).

Sementara itu nilai untuk perusahaan yang dikategorikan dalam keadaan

tidak bangkrut adalah lebih atau sama dengan 0,01 (Z ≥ 0,01)

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian saat ini juga telah dilakukan oleh sejumlah peneliti

dimasa lalu seperti yang dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini :

32
Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Hasil Penelitian

Penelitian

dan Tahun

1 Annisa Nauli Pengaruh Pada hasil pengujiannya variabel

Singga , Mega, Profibilitas (ROE), ukuran perusahaan tidak berpengaruh

Felline , dan Ukuran Perusahaan signifikan terhadap auditor switching.

Osvaldo Romi
, Financial Distress,
Wijaya (2021)
Opini Audit,

Terhadap Auditor

Switching.

2 Fitri Dwi Pengaruh Ukuran Pada hasil pengujiannya variabel

Jayanti, Bayu KAP , Audit Report ukuran perusahaan tidak

Kurniawan, Lag, Ukuran berpengaruh signifikan terhadap

dan Utami Perusahaan Dan auditor switching .

Puji Lestari Pergantian

(2020) Manajemen

Terhadap Auditor

Switching.

3 Muhammad Pengaruh Opini Dari hasi pengujian menunjukna

As’ad dan Audit , Ukuran bahwa audit tenure berpengaruh

33
Nofriyanti Kantor Akuntan secara signifikan terhadap auditor

(2021) Publik (KAP), Dan switching.

Audit Tenure

Terhadap Auditor

Switching .

4 Deni Pengaruh audit Pada penelitian ini , audit tenure

Hamdani dan Tenure, Tingkat berpengaruh positif dan signifikan

Septi Nur Pertumbuhan terhadap Auditor Switching.

Hartati Perusahaan,

(2019) Ukuran Kap,

Ukuran Perusahaan

Dan Financial

Distressterhadap

Auditor Switching

5 Rihfenti Analisis Return On Pada ukuran perusahaan tidak

Ernayani Asset, Financial berpengaruh positif secara

(2020) Distress, Ukuran signifikan. Dibuktikan dengan

Dan Pertumbuhan fenomena pemilihan KAP

Perusahaan berdasarkan ukuran perusahaan.

Terhadap Auditor

Switching

6 Elisa Fajar Pengaruh reputasi Pada penelitian ini , audit tenure

34
Rohmah, dkk auditor , berpengaruh positif dan signifikan

(2018) kepemilikan terhadap Auditor Switching

publik, audit

tenure, dan audit

delay terhadap

auditor switching

7 Fauziyyah, Pengaruh Financial Pada penelitian ini ,financial

Sondahk, dan Distress ,UkuranPe distress tidak berpengaruh positif

Suwetja rusahaan , Opini secara signifikan terhadap Auditor

(2019) Audit Dan Reputasi Switching

KAP Terhadap

Auditor Switching

Secara Voluntary

8 Sri Maryani, Pengaruh Financial Pada penelitian ini ,financial

Novita Distress, distress tidak berpengaruh positif

Weningtyas Pertumbuhan secara signifikan terhadap Auditor

Respati, dan Perusahaan, Switching

Lili Safrida Rentabilitas,

(2017) Ukuran Kap, Dan

Ukuran Perusahaan

Terhadap

Pergantian Auditor

35
9 Susanti dan Analisis Faktor- Pada penelitian ini ,financial

Djaperi Faktor Yang distress positif berpengaruh secara

(2020) Mempengaruhi signifikan terhadap Auditor

Auditor Switching

Switchingdi

Indonesia

10 Binti Pengaruh Ukuran Ukuran perusahaan positif

Luthfiyati Perusahaan, Opini berpengaruh secara signifikan

Audit, Pergantian terhadap auditor switching,


(2016)
Manajemen,

Ukuran KAP, dan

Audit Tenure

terhadap Auditor

Switching.

11 Faradila& Pengaruh Opini Pada penelitian ini ,financial

Yahya Audit, Financial distress tidak berpengaruh positif

Distress, dan secara signifikan terhadap Auditor


(2016)
Pertumbuhan Switching

Perusahaan Klien

terhadap Auditor

Switching.

12 Siti Pergantian Audit Tenure berpengaruh terhadap

36
Maemunah, Manajemen Auditor Switching Panjangnya

Nofryanti Memoderasi periode perikatanantara KAP

(2019) Pengaruh Ukuran dengan perusahaan yang terlalu

Kap dan Audit lama ini akan membuat

TenureTerhadap independensi auditor terganggu

Auditor Switching

13 Kristanti Analisis Pada penelitian ini, Financial

(2019) Menggunakan distress ditandai dengan kinerja

Analisis Survival keuangan yang mulai menurun

menjadi tanda awal bagi

perusahaan yang sedang menuju

masa kesulitan keuangan. Kondisi

kesulitan keuangan ditinjau dari

likuiditas sampai ke kondisi

perusahaan mendekati potensi

kebangkrutan

14 Rini (2015) Analisis Komparasi Semakin tinggi nilai likuiditas

Model Prediksi keuangan yang dimiliki

Financial Distress perusahaaan diakibatkan total

Altman, Springate, hutang sudah melebihi total ekuitas

Grover Dan Ohlson

Pada Perusahaan

Manufaktur Yang

37
Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia

Periode 2011-2013

15 Lee dan Fee Audit Sebagai Audit tenure yang panjang dapat

Sukartha Pemoderasi dianggap auditor sebagai

(2017) Pengaruh pendapatan, namun tenure yang

AuditorSwitching panjang juga dapat menyebabkan

Dan Audit Tenure adanya hubungan emosionalantara

Pada Kualitas klien dengan auditor sehingga

Audit dapat menurunkan independensi

auditor yang dapat mempengaruhi

kualitas audit

2.3 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1

38
Kerangka Konseptual
Ukuran Perusahaan
(X1) H

H Voluntary Audit
Financial Distress
Switching (Y)
(X3)
H

Audit Tenure (X2)

Sumber :Diolah Oleh Penulis , 2021

2.4 Pengembangan Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Voluntary Audit

Switching

Menurut (Hery, 2016) Besar kecilnya perusahaan

akanmempengaruhi kemampuan dalam menanggung risiko yang

mungkintimbul dari berbagai situasi yang dihadapi perusahaan.

Perusahaan besarmemiliki resiko yang lebih rendah daripada perusahaan

kecil. Hal inidikarenakan perusahaan besar memiliki kontrol yang lebih

baik (greatercontrol) terhadap kondisi pasar sehingga mereka mampu

menghadapipersaingan ekonomi. Sehingga untuk meningkatkan

kepercayaan shareholder perusahaan dengan tingkat ukuran yang

semakin besardipengaruh dengan total aset yang dimiliki akan

39
membutuhkan auditordengan reputasi yang lebih baik sesuai dengan

jenis layanan yangdibutuhkan.

Penelitian yang dilakukan (Faradila & Yahya, 2016) sesuai

denganhasil penelitian bahwa pertumbuhan ukuran perusahaan klien

berpengaruhpositf terhadap pergantian auditor (auditor switching).

sedangkan penelitian(Fauziyyah, Sondakh, & Suwetja, 2019) ukuran

perusahaan klien tidakberpengaruh terhadap auditor switching.

H1: Diduga Ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap

voluntary auditor switching.

2.4.2 Pengaruh Audit TenureTerhadap Voluntary Audit Switching

Menurut Mulyadi (2017), Perikatan (engagement) adalah

kesepakatan dua pihak untuk mengadakan suatu ikatan perjanjian.

Dalam perikatan audit, klien yang memerlukan jasa auditing mengadakan

suatu ikatan perjanjian dengan auditor.Audit tenure yang panjang dapat

dianggap auditor sebagai pendapatan, namun tenure yang panjang juga

dapat menyebabkan adanya hubungan emosionalantara klien dengan

auditor sehingga dapat menurunkan independensi auditor yang dapat

mempengaruhi kualitas audit (Lee dan Sukartha, 2017).

Di Indonesia, ketentuan mengenai audit tenure telah diatur

dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015

40
tentang Praktik Akuntan Publik yang menyatakan bahwa Pemberian jasa

audit atas informasi keuangan historis terhadap suatu entitas oleh seorang

Akuntan Publik dibatasi paling lama untuk 5 (lima) tahun buku

berturut-turut. Akuntan Publik dapat memberikan kembali jasa audit

atas informasi keuangan historis terhadap entitas setelah 2 (dua) tahun

buku berturut-turut tidak memberikan jasa tersebut.

Penelitian yang dilakukan (Siti Maemunah & Nofryanti, 2019)

sesuai denganhasil penelitian bahwa Audit tenure berpengaruhpositif

terhadap pergantian auditor (Auditor switching).

H2: Diduga Audit tenure berpengaruh secara parsial terhadap voluntary

auditor switching

2.4.3 Pengaruh Financial Distress Terhadap Voluntary Audit

Switching

Financial distress merupakan kondisi kesulitan keuangan atau

permasalahan keuangan suatu perusahaan.Kinerja keuangan yang

mulai menurun menjadi tanda awal bagi perusahaan yang sedang

menuju masa kesulitan keuangan. Kondisi kesulitan keuangan ditinjau

dari likuiditas sampai ke kondisi perusahaan mendekati potensi

kebangkrutan (Kristanti, 2019).

Perusahaan yang mengalami financial distress memiliki

kecenderungan untuk mengganti auditornya. Hal ini yang disebabkan

oleh kondisi perusahaan klien yang terancam kebangkrutan akan dalam

41
kondisi yang ini perusahaan memiliki dorongan untuk melakukan

auditor switching secara voluntary.

Setiap perusahaan dalam menjalankan suatu bisnis akan

mengalami ketidakpastian apabila telah memasuki masa kesulitan

keuangan (financial distress) sehingga dapat mengancam

kebangkrutan yang dimana keinginan untuk melakukan pergantian

auditor semakin besar.Perusahaan akan berada dalam keadaan tidak

sehat atau krisis apabila berada dalam kondisi mengalami financial

distrees, sehingga menyebabkan pergantian auditor yang disebabkan

karena perusahaan sudah tidak mampu untuk melunasi biaya audit

yang dibebankan oleh KAP hal tersebut menyebabkan penurunan

kapasitas keuangan perushaan salah satu pembiayaan operasional

perusahaan menggunakan sumber dana dari hutang. Semakin tinggi

nilai likuiditas keuangan yang dimiliki perusahaaan diakibatkan total

hutang sudah melebihi total ekuitas (Rini, 2015).

Hal ini diperkuat dari hasil penelitian (Faradila & Yahya, 2016)

financial distress berpengaruh terhadap auditor switching dimana

semakin tinggi tingkat kesulitan keuangan yang dialami suatu

perusahaan dapat mendorong perusahanuntuk melakukan auditor

switching dibandingkan dengan perusahaan lain yang tingkat kesulitan

keuangan yang lebih rendah.

H3: Diduga Financial distress berpengaruh secara parsial terhadap

voluntary auditor switching

42
2.4.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan , Audit Tenure dan Financial

Distress Terhadap Voluntary Auditor Switching

Berdasarkan penelitian terdahulu yang meneliti secara parsial

terdapat penelitian yang hasilnya menyatakan bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh positif terhadap voluntary auditor switching (Binti

Luthfiyati ,2016). Menurut Elisa Fajar Rohmah, dkk (2018) menyatakan

bahwa audit tenure berpengaruh positif terhadap voluntary auditor

switching. Menurut Susanti dan Djaperi (2020) financial distress

berpengaruh positif terhadap voluntary auditor switching.

43
H4 :Diduga bahwa secara simultan ukuran perusahaan, audit tenuredan financial distres
berpengaruh terhadap voluntary auditor switching.

44

Anda mungkin juga menyukai