PENDAHULUAN
I-1
I-2
secara sukarela (voluntary) terjadi karena suatu alasan atau faktor-faktor tertentu
dari pihak perusahaan maupun KAP atau auditornya.
Walaupun auditor switching ini penting, terdapat pula hal-hal yang menentang
mengenai auditor switcing yang dianjurkan oleh AICPA. Mereka percaya bahwa
biaya yang dikeluarkan akan lebih besar daripada manfaat yang diperoleh ketika
auditor switching dilakukan. Kelemahan ini adalah bahwa pengetahuan yang
diperoleh auditor dalam upaya meningkatkan kualitas pekerjaan audit akan
percuma dengan adanya pengangkatan seorang auditor baru (Nasser, et al. 2006).
Dari berbagai hasil penelitian yang sudah dilakukan juga terdapat pertentangan
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi auditor switching. Pergantian
manajemen merupakan pergantian yang diakibatkan oleh keputusan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) atau manajemen tersebut melakukan pengunduran diri.
Penelitian yang dilakukan oleh Farida Masruroh (2016), Ni Made Puspa Pawitri
dan Ketut Yadnyana (2015) berhasil membuktikan bahwa pergantian manajemen
berpengaruh terhadap auditor switching. Berbeda dengan penelitian Dwi Sastriyo
Adi Nugroho (2015) yang menyimpulkan bahwa pergantian manajemen tidak
berpengaruh pada auditor switching.
Faktor lain yang mempengaruhi auditor switching adalah financial distress.
Financial distress menunjukkan suatu kondisi perusahaan dalam masalah krisis
atau tidak sehat yang terjadi sebelum perusahaan mengalami kebangkrutan. Ini
dapat terjadi ketika perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban
debitur karena mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk mejalankan
atau melanjutkan usahanya. Menurut Febby Fitria Sari (2018), Novia Retno
Astrini, Dul Muid (2013), dan Dwi Satriyo Adi Nugroho menyimpulkan bahwa
financial distress tidak berpengaruh terhadap auditor switching. Berbeda dengan
hasil penelitian Ni kadek (2010) membuktikan bahwa perusahaan yang mengalami
masalah dalam bidang keuangan cenderung melakukan auditor switching dari pada
perusahaan yang tidak mengalami masalah keuangan.
Disisi lain opini audit dapat mempengaruhi auditor switching. Opini audit
diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap sehingga auditor dapat memebrikan
kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya.
Perusahaan tentu mengharapkan auditor memberikan opini wajar tanpa
I-6
pengecualian atas laporan keuangannya karena biasanya opini diluar itu kurang
diharapkan oleh pihak manajemen dan tidak begitu bermanfaat bagi pengguna
laporan keuangan (Kurniaty, Hasan, dan Anisma, 2014). Namun tidak selamanya
harapan itu dapat terwujud karena seorang auditor harus tetap bersikap independen
dalam menjalankan tugasnya. Manajemen akan memberhentikan auditornya atas
opini yang tidak diharapkan perusahaan atas laporan keuangannya (Damayanti dan
Sudarma, dalam Kurniaty, Hasan, dan Anisma, 2014). Hasil penelitian Gunady dan
Mangoting (2013) serta Nurul Aini dan M. Rizal (2019) menunjukkan bahwa opini
audit berpengaruh signifikan terhadap auditor switching, dimana entitas yang
memperoleh opini selain wajar tanpa pengecualian memiliki kecenderungan untuk
melakukan pergantian auditor. Sedangkan menurut penelitian Zahrian, Leny, Siska
(2017), serta Novia Retno dan Dul Muid (2013) menunjukkan bahwa opini audit
tidak berpengaruh terhadap auditor switching.
Faktor lain yang mempengaruhi auditor switching adalah audit delay. Audit
delay merupakan lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal
penutupan tahun buku, hingga tanggal diselesaikannya laporan auditor. Audit Delay
mempengaruhi keputusan yang dilakukan oleh investor karena mereka akan
menginginkan informasi mengenai keberlangsungan usaha perusahaan untuk
keputusan berinvestasi. Apabila terjadi audit delay maka akan mempengaruhi
perusahaan dalam memperoleh dana investasi dan investor sehingga kemungkinan
perusahaan mengganti auditornya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Farida Mas Ruroh (2016), Ni Made Puspa Prawitri dan Ketut Yadnyana (2015)
menyimpulkan bahwa audit delay berpengaruh signifikan terhadap auditor
switching. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Elisa, Dewo, dan Fadjar
(2018) serta I Dewa Ayu dan Ketut Muliartha menyimpulkan bahwa audit delay
tidak berpengaruh terhadap auditor switching.
Dengan diperolehnya hasil penelitian yang tidak konsisten dari penelitian
terdahulu sehingga penulis memutuskan untuk meneliti kembali faktor-faktor yang
mempengaruhi auditor switching. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2014-2018. Penunjukkan perusahaan manufaktur sebagai sampel penelitian
dikarenakan perusahaan manufaktur merupakan sektor yang sangat vital bagi
I-7