Anda di halaman 1dari 53

PROPOSAL PENELITIAN AUDIT

PENGARUH AKUNTABILITAS DAN INDEPENDENSI AUDITOR


TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN ETIKA AUDITOR
SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Kota Pekanbaru Tahun 2021

Kelompok 5:
● Rafika Anandita Putri (11870322108)
● Putri Adisha (11970324408)
● Nuraini Syaputri (11970323000)
● Andika Putra Salinas Tasaum (11970314320)
● Nurardiansyah (11970313009)
● Ghozali Gonzales (11970312933 )

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
T.P 2020/2021
A. Judul Penelitian

Pengaruh Akuntabilitas Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas


Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderating (Studi
Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Kota Pekanbaru Tahun 2021

B. Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan memiliki peran yang sangat penting bagi para


pengambil keputusan baik pihak internal maupun pihak eksternal. Melalui
laporan keuangan, pemimpin perusahaan dapat mengambil keputusan
sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi. Sedangkan bagi
pihak eksternal, laporan keuangan dapat dijadikan sebagai sarana dalam
memberikan penilaian mengenai suatu perusahaan. Sehingga sangat
mungkin bahwa laporan keuangan yang disusun harus memiliki kualitas
yang baik. Berkualitas atau tidaknya suatu laporan keuangan dapat dilihat
dari karakteristik laporan keuangan tersebut. Menurut Financial
Accounting Standard Board (FASB), dua karakteristik terpenting yang
harus ada dalam laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat
diandalkan (Ardini,2010).
Akan tetapi kedua karakteristik tersebut sangat sulit untuk diukur,
sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak ketiga yaitu
auditor independen. Mereka dapat memberi jaminan bahwa laporan
keuangan tersebut relevan dan dapat diandalkan, sehingga dapat
meningkatkan kepercayaan bagi pihak yang menggunakan laporan tersebut
dalam memperoleh informasi yang mereka perlukan untuk pengambilan
keputusan

1
Baik oleh pihak eksternal maaupun oleh pihak internal. Akuntan
publik adalah suatu profesi yang menyediakan jasa kepada masyarakat
umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang dibuat
oleh kliennya. Selain jasa audit, akuntan publik juga dapat memberikan jasa
konsultasi pajak, konsultasi manajemen serta jasa non atestasi lainnya
(Antle, 1984).
Laporan keuangan perusahaan perlu diperiksa oleh akuntan publik
untuk memberikan jaminan yang wajar bahwa laporan keuangan telah
bebas dari salah saji yang material. Pengguna laporan audit mengharapkan
bahwa laporan keuangan yang diaudit oleh akuntan publik dapat dipercaya
untuk berfungsi sebagai dasar pengambilan keputusan dan sesuai dengan
standar akuntansi. Banyak kasus perusahaan yang "jatuh" karena
kegagalan bisnis yang dikaitkan dengan kegagalan auditor, misalnya,
akuntansi pelanggaran yang terjadi di dunia pada perusahaan besar seperti
Enron dan Worldcom. Pelanggaran akuntansi tersebut dilakukan oleh
manajemen dengan melibatkan akuntan publik (Harjanto, 2014).
De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai
probabilitas bersama di mana auditor akan menemukan dan melaporkan
pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya. Kemungkinan
dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kualitas
pemahaman (kompetensi) auditor, dan juga saat melaporkan tindakan
salah saji tergantung pada independensi auditor. Di Indonesia, dalam
melaksanakan tugasnya, auditor dipandu oleh standar audit yang telah
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) demi menjaga
kualitas audit. Standar audit terdiri dari

2
standar umum, standar kerja lapangan, dan standar pelaporan. Selain itu,
akuntan publik juga harus mematuhinya kode etik yang ditetapkan oleh
IAPI. Prinsip dasar etika profesional terdiri dari independensi, integritas,
dan objektivitas.
Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan publik.
Dari profesi akuntan publik ini masyarakat mengharapkan penilaian yang
bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan pihak
manajemen perusahaan dalam laporan keuangan. Kepercayaan yang besar
dari para pengguna laporan keuangan ini yang akhirnya mengharuskan
akuntan publik untuk memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya.
Auditor independen harus menjamin bahwa kualitas audit yang mereka
lakukan benar-benar berkualitas supaya menghasilkan laporan auditan
yang berkualitas pula. Kualitas audit ini penting karena dengan kualitas
audit yang tinggi maka akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat
dipercaya sebagai dasar dalam pengambilan keputusan (Aziz, 2018).
Namun, akhir-akhir ini kualitas audit yang dihasilkan akuntan
publik kembali mendapat sorotan oleh masyarakat menyusul banyak kasus
yang melibatkan auditor independen. Beberapa diantaranya ialah kasus
SNP Finance yang melibatkan dua Akuntan Publik (AP) yakni Marlinna
dan Merliyana Syamsul dan satu kantor akuntan publik, KAP Satrio Bing,
Eny, dan Rekan atas keterlibatannya dalam memanipulasi opini dari
kondisi yang sebenarnya dalam laporan audit keuangan tahunan milik PT
Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP Finance).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjatuhkan sanksi administratif,
kepada AP Marlinna dan AP Merliyana Syamsul serta KAP Satrio, Bing,
Eny (SBE) dan Rekan yang dinilai tidak memberikan opini yang sesuai
dengan kondisi sebenarnya dalam laporan keuangan tahunan audit milik
PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (SNP Finance). Sanksi yang diterima
dua AP dan satu KAP itu berupa pembatalan pendaftaran terkait hasil
pemeriksaan laporan keuangan SNP Finance. Kedua AP dan satu KAP itu
memberikan opini ‘Wajar Tanpa Pengecualian’ dalam hasil audit terhadap
laporan keuangan tahunan SNP Finance. Padahal, hasil pemeriksaan OJK
mengindikasikan SNP Finance menyajikan laporan keuangan yang tidak
sesuai dengan kondisi keuangan yang sebenarnya secara signifikan.
Sehingga, menyebabkan kerugian banyak pihak termasuk perbankan
(Tirto.id, 2018).
OJK menilai AP Marlinna dan AP Merliyana Syamsul telah
melakukan pelanggaran berat sehingga melanggar POJK Nomor
13/POJK.03/2017 Tentang Penggunaan Jasa Akuntan Publik dan Kantor
Akuntan Publik. Ini sebagaimana tertera dalam penjelasan Pasal 39 huruf
b POJK Nomor 13/POJK.03/2017, bahwa pelanggaran berat yang
dimaksud antara lain AP dan KAP melakukan manipulasi, membantu
melakukan manipulasi, dan atau memalsukan data yang berkaitan dengan
jasa yang diberikan (Tirto.id, 2018)
Kasus lain yakni yang terjadi pada akuntan publik Drs. Thomas
Iguna, Menteri Keuangan membekukan izin akuntan publik Drs. Thomas
Iguna, auditor yang melakukan pemeriksaan atas Laporan Keuangan PT
Bank Global
International Tbk. Pencabutan izin tersebut tertuang di dalam Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 132/KM.1/2008 tanggal 26 Februari 2008
selama
12 (dua belas) bulan. Kepala Biro Hubungan Masyarakat Departemen
Keuangan Samsuar Said mengungkapkan, auditor itu dibekukan izinnya
karena dinilai melanggar Standar Auditing (SA) dan Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan auditnya di Bank Global itu.
Pembekuan merupakan buntut dari kasus Bank Global dimana sebelumnya
Bank Indonesia membekukan usaha Bank Global pada 13 Desember 2004
(Tempo.co, 2008).
Saat itu, Bank Global terbukti melakukan pidana perbankan dengan
memanipulasi data rasio kecukupan modal (CAR). Sejak awal, ada dugaan
kuat auditor Bank Global ikut terlibat karena mengesankan laporan
keuangan yang dipublikasikan disusun sedemikian rupa bagusnya. Selama
masa pembekuan izin, kata Samsuar, akuntan ini dilarang memberikan jasa
audit apapun, meliputi jasa atestasi termasuk audit umum atas laporan
keuangan, jasa pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, jasa
pemeriksaan atas pelaporan informasi keuangan proforma, review atas
laporan keuangan, serta jasa atestasi lainnya sebagaimana tercantum dalam
SPAP (Tempo.co, 2008).
Dari peristiwa-peristiwa dan indikasi tersebut menyebabkan
timbulnya keraguan atas akuntabilitas, kompetensi, independensi, serta
etika seorang auditor. Dari contoh kasus di atas memperlihatkan, bahwa
sikap independensi, akuntabilitas dan kepatuhan terhadap etika profesi
sangat dibutuhkan auditor dalam melaksanakan tugasnya. Jika auditor
dapat menyelesaikan
pekerjaannya secara professional dan bertanggung jawab, maka kualitas
audit akan terjamin (Ayharuddin, 2012). Karena kualitas audit yang baik
akan dihasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar
pengambilan keputusan (Elfarini, 2007).
Singgih dan Icuk (2010) mengungkapkan bahwa kualitas audit
dipengaruhi oleh independensi dan pengalaman. Independensi berarti
sikap mental yang tidak mudah dipengaruhi. Sebagai seorang akuntan
publik tidak dibenarkan untuk terpengaruh oleh kepentingan siapapun,
baik manajemen maupun pemilik perusahaan dalam menjalankan
tugasnya. Elfarini (2007), menjelaskan bahwa akuntan publik harus bebas
intervensi utamanya dari kepentingan-kepentingan yang menginginkan
tidak ada hasil audit yang merugikan pihak yang berkepentingan.
Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki
seseorang untuk menyelesaikan kewajibannya yang akan
dipertanggungjawabkan kepada lingkungannya.
Auditor independen dituntut untuk bertanggung jawab terhadap
profesinya, mengutamakan kepentingan masyarakat, mempunyai tanggung
jawab profesional, integritas yang tinggi, obyektif dalam bekerja, tidak
memihak kepada kepentingan siapapun dan selalu mengembangkan
kemampuannya untuk meningkatkan keahlian dan mutu jasa yang
diberikan (Mediawati, 2001).
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas audit yaitu etika.
Menurut Sukanto (1991) dalam Lenni Delli (2015), etika didefinisikan
sebagai seperangkat nilai-nilai tingkah laku atau aturan tingkah laku yang
diterima dan digunakan oleh suatu golongan tertentu atau individu.
Pengertian etika yang berkaitan dengan profesi akuntan publik adalah
seperangkat prinsip dan sistem nilai yang dianut oleh auditor dalam
menjalankan profesinya.
Akuntan publik dalam menjalankan profesinya, dibatasi oleh
seperangkat aturan dan standar berupa kode etik. Kode etik sangat
dibutuhkan auditor dalam menjalankan profesinya karena kode etik akan
memberikan batasan mengenai apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan,
pantas atau tidak pantasnya serta benar atau salah suatu hal dilakukan oleh
auditor. Dengan berpedoman pada prinsip etika dalam menjalankan
profesinya, maka diharapkan kualitas audit yang dihasilkan akuntan publik
menjadi lebih baik. (Halim, 2008).
Berdasarkan paparan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk
meneliti “Pengaruh Akuntabilitas, dan Independensi Auditor terhadap
Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variable Moderating “. KAP
yang dituju pada penelitian ini ialah KAP yang berlokasi di Provinsi DKI
Jakarta. Penelitian ini merupakan replikasi yang mengkombinasikan
penelitian yang dilakukan oleh Ichwanti (2015), Junata & Badera (2016),
serta Aziz (2018). Perbedaan penelitian ini dengan terdahulu ialah pada
penelitian ini menambahkan etika auditor sebagai variabel yang
memoderasi. Perbedaan lainnya ialah lokasi KAP yang dituju. Penelitian
terdahulu menempatkan penelitiannya pada KAP di Provinsi Yogyakarta ,
Kepulauan Riau, Bali, dan Surabaya. Sehingga, peneliti tertarik untuk
meneliti di KAP yang berlokasi di kota Pekanbaru karena beberapa alasan
yaitu, biaya yang relatif lebih
murah dan lokasi KAP mudah dijangkau. Adapun tujuan dari
dilakukannya penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris
pengaruh akuntabilitasi, independensi terhadap kualitas audit dengan etika
auditor sebagai variable moderating.

C. Permasalahan/Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1) Bagaimana pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas audit di Kantor Akuntan
Publik Kota Pekanbaru pada tahun 2021?
2) Bagaimana pengaruh idependensi berpengaruh terhadap kualitas audit di Kantor
Akuntan Publiki Kota Pekanbaru pada tahun 2021?
3) Bagaimana etika auditor mampu memoderasi pengaruh akuntabilitas terhadap
kualitas audit di Kantor Akuntan Publik Kota Pekanbaru pada tahun 2021?
4) Bagaimana etika auditor mampu memoderasi pengaruh independensi terhadap
kualitas audit di Kantor Akuntan Publik Kota Pekanbaru pada tahun 2021?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
1) Untuk menguji dan menganalisis pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas audit di
Kantor Akuntan Publik Kota Pekanbaru pada tahun 2021
2) Untuk menguji dan menganalisis pengaruh idependensi berpengaruh terhadap
kualitas audit di Kantor Akuntan Publiki Kota Pekanbaru pada tahun 2021
3) Untuk menguji dan menganalisis pengaruh etika auditor dalam memoderasi
pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas audit di Kantor Akuntan Publik Kota
Pekanbaru pada tahun 2021
4) Untuk menguji dan menganalisis pengaruh etika auditor dalam memoderasi
pengaruh independensi terhadap kualitas audit di Kantor Akuntan Publik Kota
Pekanbaru pada tahun 2021
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Kontribusi Teoritis
.
a. Mahasiswa Jurusan Akuntansi, sebagai bahan referensi untuk menambah
ilmu pengetahuan terkait dengan akuntabilitas, independensi, kualitas
audit dan etika auditor.
b. Peneliti selanjutnya, dapat dijadikan bahan referensi untuk melakukan
penelitian selanjutnya.
c. Penulis, sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai faktor-faktor yang menyebabkan penyimpangan perilaku
auditor dan kualitas audit.
2. Kontribusi Praktis

a. Auditor dan Kantor Akuntan Publik (KAP), sebagai tinjauan yang


diharapkan untuk mencegah perilaku penyimpangan audit dalam
melakukan tugasnya agar kualitas audit tidak menurun.
b. Perusahaan atau klien, diharapkan dapat bermanfaat sebagai
pertimbangan dalam memutuskan KAP dan auditor di dalamnya yang
akan melaksanakan tugas audit agar terhindar dari penyimpangan proses
audit.

F. Kerangka Pemikiran/Telaah Pustaka/Tinjauan Pustaka


1. Grand Theory
Sebagian besar konsep (dalam beberapa hal teori) dalam study
of accountant berasal dari disiplin lain terutama ilmu keperilakuan
(behavioral), ilmu keprilakuan itu sendiri sebagian besar mengacu
pada konsep-konsep psikologi, psikologi sosial, dan sosiologi. Stephan
dalam Ghozali (20011:9-10) menyatakan bahwa terdapat dua
klasifikasi tentang sikap dari para ahli psikologi modern. Pendekatan
yang pertama, yang dikenal dengan pendekatan tricomponent
memandang bahwa sikap merupakan interaksi antara komponen-
komponen pembentuknya antara lain:
1) Kognitif meliputi kepercayaan (beliefs), ide dan konsep;
2) Afektif meliputi perasaan dan emosi, komponen ini berisi arah dan
intensitas penilaian seseorang atau perasaan yang di ekspresikan
terhadap objek sikap serta
3) Konatif atau psikomotorik yang merpakan kecenderungan untuk
bertingkahlaku terhadap objek atau orang.

Pendekatan kedua timbul karena ketidakpuasan atas


penjelasan mengenai inkonsistensi antar tiga komponen sikap.
Pendekatan ini memandang perlunya membatasi sikap hanya pada
aspek afektif dan menyatakan bahwa sikap tidak lain merupakan efek
atas penilaian (positif atau negatif) terhadap suatu objek. Sikap selalu
dikaitkan dengan perilaku yang berada dalam batas kewajaran dan
kenormalan yang merupakan respon atau stimulus lingkungan sosial.
Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini lebih memfokuskan
kepada akuntansi keprilakuan (behavioural accounting) yang menitik
beratkan prilaku seorang auditor dalam melaksanakan tugas
pemeriksa laporan keuangan kliennya.

2. Teori Atribusi

Atribusi merupakan salah satu proses pembentukan kesan.


Atribusi mengacu pada bagaimana orang menjelaskan penyebab
perilaku orang lain atau dirinya sendiri. Atribusi adalah proses dimana
orang menarik kesimpulan mengenai factor-faktor yang
memperngaruhi perilaku orang lain. Teori atribusi memandang
individu sebagai psikologi amatir yang dapat mencoba memahami
sebab-sebab yang terjadi pada berbagai peristiwa yang dihadapinya.
Teori atribusi mencoba menemukan apa yang menyebabkan apa, atau
apa yang mendorong siapa melakukan apa. Respon yang kita berikan
pada suatu peristiwa bergantung pada interpretasi kita tentang
peristiwa itu (Kelley, 2010 dalam Ahyaruddin, 2012).
Heider (1985) dalam Ahyaruddin (2012) menjelaskan teori
atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku seseorang,
mengenai proses bagaimana kita menentukan penyebab dan motif
tentang perilaku seseorang. Teori ini mengacu tentang bagaimana
seseorang menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau dirinya
sendiri yang akan ditentukan apakah dari internal misalnya sifat,
karakter, sikap, dan lain-lain ataupun
3. Kualitas Audit
Adanya kebutuhan akan laporan keuangan yang memadai
dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat, membawa
banyak perusahaan tergantung pada jasa audit yang ditawarkan oleh
auditor independen. Dengan didorong oleh banyaknya skandal
keuangan yang terjadi di dunia, auditor independen harus lebih
bekerja keras dalam melaksanakan tugasnya. Demi menjaga
kepercayaan masyarakat, auditor independen selayaknya memberikan
jasa dengan kualitas terbaik.

dan perhatian yang diberikan oleh manajer atau partner (Alim,


Hapsari, & Purwanti, 2007).
Simamora (2002) mengemukakan delapan prinsip yang harus
dipatuhi akuntan publik, yaitu tanggung jawab profesi, kepentingan
publik, integritas, objektivitas, kompetensi dan kehati-hatian
professional, kerahasiaan, perilaku professional serta standar teknis.
Di samping itu, akuntan publik harus berpedoman pada
Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI), melalui standar auditing diantaranya standar
umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan (SPAP:
2001). Moizer (1986) dalam Ichwanti (2015) menyatakan bahwa
pengukuran kualitas proses audit terpusat pada kinerja yang dilakukan
auditor dan kepatuhan pada standar yang telah ditetapkan.
4. Akuntabilitas
Istilah akuntabilitas berasal dari istilah dalam bahasa inggris
accountability yang berarti pertanggungjawaban atau keadaan untuk
dipertanggungjawabkan atau keadaan untuk diminta pertanggungan
jawab. Akuntabilitas merupakan kewajiban untuk menyajikan dan
melaporkan segala tindak tanduk dan kegiatan seseorang atau
lembaga terutama di bidang administrasi keuangan kepada pihak yang
lebih tinggi atasannya (LAN dari BPKP, 2000 dalam Halim, 2008).
Akuntabilitas adalah mempertanggung jawabkan
pengelolahaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan secara periodik (Darise, 2008). Audit berkaitan erat
dengan akuntabilitas, akuntabilitas berkaitan dengan kewajiban pihak
dalam organisasi untuk melaporkan pertanggungjawabannya kepada
pihak klien atau pihak lainnya yang lebih tinggi. Untuk menjamin
keandalan informasi dalam laporan akuntabilitas tersebut, dibutuhkan
pihak yang independen untuk memberikan atestasi atau informasi
tersebut dengan cara melakukan audit (I Gusti Agung Rai, 2008).
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
akuntabilitas auditor adalah dorongan psikologi atau kejiwaan yang
mana bisa mempengaruhi auditor untuk mempertanggungjawabkan
tindakannya serta dampak yang ditimbulkan akibat tindakannya
tersebut kepada lingkungan dimana auditor tersebut melakukan
aktivitasnya.
5. Independensi

Mulyadi (2011) menyatakan bahwa :

“Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak


Tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung oleh orang lain.
Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam
mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif
tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan
menyatakan pendapatnya”.

Dalam Standar umum (SPAP, 2011:220.1), menyebutkan


bahwa “Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”.
Standar ini mengharuskan auditor untuk bersikap independen, artinya
sikap yang tidak mudah dipengaruhi karena akuntan publik
melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Akan tetapi,
independen dalam hal ini tidak berarti mengharuskan ia bersikap
sebagai penuntut, melainkan ia justru harus bersikap mengadili secara
tidak memihak dengan tetap menyadari kewajibannya untuk selalu
bertindak jujur, tidak hanya kepada manajemen dan pemilik
perusahaan tetapi juga kepada pihak lain yang berkepentingan dengan
laporan keuangan.
Independensi merupakan salah satu komponen etika yang
harus dijaga oleh akuntan publik. Independen berarti akuntan publik
tidak mudah dipengaruhi, karena melaksanakan pekerjaan untuk
kepentingan umum. Akuntan publik tidak dibenarkan memihak
kepentingan siapapun. Dalam Arens dkk (2004) sikap mental
independen tersebut meliputi independen dalam fakta (in fact)
maupun dalam penampilan (in appearance).
Independensi dalam The CPA Handbook menurut E.B Wilcox
(2007) merupakan standar auditing yang bertujuan untuk menambah
kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.
Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan oleh pihak lain dan tidak tergantung pada orang lain
(Mulyadi & Puradireja, 1998). Independensi merupakan dasar utama
kepercayaan masyarakat pada profesi akuntan publik dan merupakan
salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai mutu jasa audit
(Trisnaningsih, 2007).
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
independensi auditor adalah sikap yang terdapat pada diri auditor
yang bebas dari pengaruh dan tekanan dari dalam maupun luar ketika
mengambil suatu keputusan, dimana dalam pengambilan keputusan
tersebut harus berdasarkan fakta yang ada dan secara obyektif.
Menurut Arens, Elder, & Beasley (2008), independensi
dapat diklasifikasikan ke dalam dua aspek, yaitu:
1) Independence in fact (independensi dalam fakta)

Artinya auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi,


keterkaitan yang erat dengan objektivitas. Independensi dalam fakta
akan ada apabila kenyataannya auditor mampu mempertahankan
sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan auditnya.
2) Independence in appearance (independensi dalam penampilan)
Artinya pandangan pihak lain terhadap diri auditor
sehubungan dengan pelaksanaan audit. Auditor harus menjaga
kedudukannya sedemikian rupa sehingga pihak lain akan
mempercayai sikap independensi dan objektifitasnya. Meskipun
auditor telah menjalankan auditnya dengan baik secara independen
dan objektif, pendapat yang dinyatakan melalui laporan audit tidak
akan dipercaya oleh pemakai jasa auditor independen bila ia tidak
mampu mempertahankan independensi dalam penampilan.
6. Etika Auditor

Pada dasarnya setiap individu yang melakukan pekerjaan akan


mendapatkan kepercayaan dari pihak lain agar dapat mendukung
kelancaran pekerjaan yang ia lakukan. Agar kepercayaan tersebut
dapat terus terjaga, maka setiap individu berkewajiban untuk menjaga
kepercayaan yang telah diberikan dengan berbuat dan bertingkah laku
sesuai dengan aturan yang ada dan memperhatikan kepentingan
masyarakat yang berhubungan dengan pekerjaannya. Dengan kata
lain, setiap individu harus memiliki etika dalam menjalankan
profesinya.
Ethics can be defined broadly as a set of moral principles or
values (Arens, Elder, & Beasley, 2008)). Hal ini berarti bahwa etika
dapat didefinisikan secara luas sebagai seperangkat prinsip moral atau
nilai- nilai. Apabila terdapat aturan tertulis mengenai prinsip moral
atau nilai- nilai tersebut, maka dapat dikatakan sebagai kode etik.
Kode etik yang mengatur profesi auditor independen di Indonesia
dikenal dengan nama
Kode Etik Profesi Akuntan Publik. IAPI (2007-2008:3) menyatakan
bahwa:
"Kode etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika
profesi yang harus diterapkan oleh setiap individu dalam kantor
akuntan publik (KAP) atau Jaringan KAP, baik yang
merupakan anggota Ikatan Akuntan Publik Indonesia (lAPI)
maupun yang bukan merupakan anggota IAPl, yang
memberikan jasa profesional yang meliputi jasa assurance dan
jasa selain assurance seperti yang tercantum dalam standar
profesi dan kode etik profesi."
Di dalam kode etik profesi akuntan publik, terdapat empat prinsip
dasar, yaitu:
a) Prinsip integritas

Menurut lAPI (2007-2008:6) dikatakan bahwa setiap praktisi


harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan profesional dan
hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya. Setiap
anggota harus dapat menjalankan tanggung jawab pekerjaan
dengan integritas yang tinggi agar kepercayaan masyarakat dapat
terus terjaga. Integritas merupakan kualitas yang melandasi
kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi
anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya (Pratama &
Merkusiwati, 2015).
Seorang auditor independen tidak dapat mengambil
keuntungan pribadi di atas kepercayaan masyarakat. Dalam
pelaksanannya,
integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan
perbedaan yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan
atau peniadaan prinsip. Integritas diukur dalam bentuk apa yang
benar dan adil. Apabila auditor independen dihadapkan pada
situasi tidak terdapat aturan, standar, panduan khusus, atau dalam
menghadapi pendapat yang bertentangan, ia harus berpikir
apakah keputusan atau perbuatannya telah seusai dengan
integritasnya sebagai auditor independen. IAPI (2007-2008)
menyatakan bahwa praktisi tidak boleh terkait dengan laporan,
komunikasi, atau informasi lainnya yang diyakininya terdapat
kesalahan yang material atau pemyataan yang menyesatkan,
pernyataan atau informasi yang diberikan secara tidak hati-hati,
dan penghilangan atau penyembunyian yang dapat menyesatkan
atas informasi yang seharusnya diungkapkan.
b) Prinsip objektivitas

Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas


jasa yang diberikan anggota (Pratama, 2010). Setiap praktisi tidak
boleh membiarkan subjektivitas, benturan kepentingan, atau
pengaruh yang tidak layak (undueinfluence) dari pihak-pihak lain
mempengaruhi pertimbangan profesional atau pertimbangan
bisnisnya (lAPI, 2007-2008). Menurut Wurangian (2005), ketika
melaksanakan pengauditan harus mampu menempatkan dirinya
sebaik dan sebebas mungkin sehingga mampu melihat kenyataan
secara apa adanya dan mampu menilai secara jujur serta
menyajikan
sesuai dengan hasil penilaian terhadap kenyataannya tersebut.
Hal ini berarti bahwa seorang auditor independen dalam
menjalankan objektivitas harus dapat melaporkan kesalahan yang
dilakukan oleh klien tanpa adanya pengaruh dari pihak luar.
IAI mengatur dalam kode etik Ikatan Akuntan Indonesia,
bahwa dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik
berhubungan dengan aturan etika sehubungan dengan
objektivitas, pertimbangan yang cukup harus diberikan terhadap
faktor-faktor berikut:
1. Bila auditor independen dihadapkan pada situasi yang
memungkinkan mereka menerima tekanan-tekanan yang
diberikan kepadanya, maka tekanan ini dapat menggangu
objektivitasnya.
2. Kewajaran (reasonableness) harus digunakan dalam
menentukan standar untuk mengidentifikasi hubungan yang
mungkin atau kelihatan dapat merusak objektivitas seseorang.
3. Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias
atau pengaruh lainnya untuk melanggar objektivitas harus
dihindari.
4. Auditor independen memiliki kewajiban untuk memastikan
bahwa orang-orang yang terlibat dalam pemberian jasa
profesional mematuhi prinsip objektivitas.
5. Auditor independen tidak boleh menerima atau menawarkan
hadiah atau memberikan entertainment yang dipercaya dapat
menimbulkan pengaruh yang tidak pantas terhadap
pertimbangan profesional mereka atau terhadap orang-orang
yang berhubungan dengan mereka. Auditor independen harus
menghindari situasi- situasi yang dapat membuat posisi
profesional mereka temoda.
c) Prinsip kompetensi

Kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan


pengalamannya yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit
secara objektif, cermat, dan seksama (Elfarini, 2007). Menurut Kamus
Kompetensi LOMA (1998) dalam Alim, Hapsari, & Purwanti (2007),
kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang
pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior.
Aspek-aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai,
sikap, pengetahuan dan keterampilan di mana kompetensi akan
mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan
menghasilkan kinerja. Definisi tentang kompetensi yang sering
dipakai adalah karakteristik- karakterisitik yang mendasari individu
untuk mencapai kinerja superior.
Kompetensi juga merupakan pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan
yang dibutuhkan untuk pekerjaan-pekerjaan non rutin. Setiap praktisi
wajib memelihara pengetahuan dan keahlian profesionalnya pada
suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara berkesinambungan,
sehingga klien atau pemberi kerja dapat menerima jasa profesional
yang diberikan secara kompeten berdasarkan perkembangan terkini
dalam praktik,
perundang-undangan, dan metode pelaksanaan pekerjaan (IAPI,
2007- 2008).
Christiawan (2002) mengatakan bahwa kompetensi berkaitan
dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan
publik dalam bidang auditing dan akuntansi. Elfarini (2007)
menyatakan bahwa pengetahuan memiliki pengaruh signifikan
terhadap kualitas audit. Elfarini (2007) juga menemukan bahwa
pengetahuan akan mempengaruhi keahlian audit yang pada gilirannya
akan menentukan kualitas audit.
Auditor dapat memperoleh pengetahuan dan struktur
pengetahuannya melalui pengalaman. Auditor yang bepengalaman
akan memiliki lebih banyak pengetahuan dan struktur memori lebih
baik dibandingkan auditor yang belum berpengalaman. Harhinto
(2004) dalam Elfarini (2007) menemukan bahwa pengalaman auditor
berhubungan positif dengan kualitas audit. Auditor yang
berpengalaman memiliki keunggulan dalam hal mendeteksi
kesalahan, memahami kesalahan secara akurat, dan mencari penyebab
kesalahan. Seorang auditor yang lebih berpengalaman dapat
mendefinisikan kekeliruan-kekeliruan dengan lebih baik daripada
auditor yang kurang berpengalaman.
d) Prinsip perilaku profesional

Setiap praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang


berlaku dan harus menghindari semua tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi (IAPI, 2007-2008:7). Hal tersebut
berhubungan dengan prinsip
perilaku profesional yang harus dimiliki auditor independen. Menurut
Kalbers & Fogarty (1995) dalam Wahyudi & Mardiyah (2006),
profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting
tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak.
Sebagai profesional, akuntan publik harus berperilaku yang terhormat,
sekalipun ini merupakan pengorbanan pribadi dan mengakui tanggung
jawabnya terhadap masyarakat, klien, dan rekan seprofesi.

Menurut Hall (1968) dalam Fridati (2005), terdapat lima dimensi


profesionalisme yaitu:

1) Pengabdian pada profesi (dedication)

Pengabdian pada profesi tercermin dalam dedikasi


profesional melalui penggunaan pengetahuan dan kecakapan
yang dimiliki. Sikap ini adalah ekspresi dari penyerahan diri
secara total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai
tujuan hidup dan bukan sekadar alat untuk mencapai tujuan.
Penyerahan diri secara total merupakan komitmen pribadi, dan
sebagai kompensasi utama yang diharapkan adalah kepuasan
rohaniah dan kemudian kepuasan material.
2) Kewajiban sosial (social obligation)

Kewajiban sosial adalah pandangan tentang pentingnya peran


profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat ataupun
oleh profesional karena adanya pekerjaan tersebut

3) Kemandirian (autonomy demands)

Kemandirian adalah suatu pandangan bahwa seorang


profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa
tekanan dari pihak yang lain.
4) Keyakinan terhadap peraturan profesi (beliefin self-regulation)

22
Merupakan suatu keyakinan bahwa yang berwenang untuk
menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, dan
bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam
bidang ilmu dan pekerjaan mereka.
5) Hubungan dengan sesama profesi (professional community affiliation)

Hubungan ini berarti menggunakan ikatan profesi sebagai


acuan, termasuk organisasi formal, dan kelompok-kelompok
kolega informal sebagai sumber ide utama pekerjaan. Melalui
ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran
profesinya.
7. Penelitian Sebelumnya

Berikut ini dijabarkan penelitian-penelitian sebelumnya yang


menjadi referensi dalam penelitian ini:

JUDUL
N NAMA PENELITI PENELITIAN HASIL PENELITIAN
O DAN TAHUN
1. Aziz (2018) Pengaruh ● Terdapat pengaruh positif dan
Akuntabilitas, signifikan Akuntabilitas
Kompetensi dan Auditor terhadap Kualitas
Independensi Auditor Audit pada KAP di Surabaya.
terhadap Kualitas ● Terdapat pengaruh positif dan
Audit padaKantor signifikan Kompetensi
Akuntan Publik di Auditor terhadap Kualitas
Surabaya Audit pada KAP di Surabaya
● Terdapat pengaruh positif
dansignifikan Independensi
Auditor terhadap Kualitas
Audit pada KAP di Surabaya
● Terdapat pengaruh positif dan

23
signifikan Akuntabilitas
Auditor, Kompetensi Auditor,
dan Independensi Auditor
terhadap Kualitas Audit secara
simultan
2. Zahmatkesha, S dan The effect of audit ● Kompetensi profesional,
Rezazadeh, J (2017) features on audit akuntabilitas, dan obyektifitas
quality auditor seberapa besar
pengaruhnya terhadap kualitas
audit.
● Mempekerjakan orang dengan
pengalaman tinggi
meningkatkan kualitas audit
dengan meningkatkan
kompetensi profesional auditor;
auditor memperoleh
pengetahuan yang lebih dalam
dan penilaian yang lebih baik
untuk mencapai kualitas audit.
Akuntabilitas meningkatkan
kinerja auditor dan objektivitas
auditor memungkinkan mereka
untuk beroperasi tanpa
pengaruh orang lain.
3. Triana ( 2017) Pengaruh Penelitian ini menunjukkan hasil
independensi, etika bahwa independensi dan etika
auditor, kompetensi, auditor juga tidak berpengaruh
dan standar audit terhadap kualitas audit. Hal ini
terhadap kualitas menunjukkan bahwa independensi
audit. ( Studi empiris dan etika auditor tidak dapat
pada KAP Jawa memengaruhi baik atau buruknya
Tengah dan kualitas audit yang dihasilkan oleh
Yogyakarta auditor. Sedangkan kompetensi dan
standar audit juga berpengaruh
24
terhadap kualitas audit. Hal ini
menunjukkan bahwa kompetensi
dan standar audit dapat
memengaruhi baik atau buruknya
kualitas audit yang dihasilkan oleh
auditor di KAP Jawa Tengah dan
Yogyakarta.
4. Junanta dan Badera Disiplin kerja auditor Berdasarkan hasil analisis, diketahui
(2016) memoderasi bahwa independensi dan akuntabilitas
pengaruh berpengaruh positif pada kualitas audit.
independensi dan Disiplin kerja auditor tidak mampu
akuntabilitas auditor memoderasi pengaruh independensi
pada kualitas audit pada kualitas audit, akan tetapi disiplin
kerja auditor mampu memoderasi
pengaruh akuntabilitas auditor pada
kualitas audit
5. Furiadi danKurmia. “The effect of work Kompetensi, motivasi, akuntabilitas,
(2015) experience, objektivitas berpengaruh signifikan
competence, terhadap kualitas audit
motivation,
accountability,
objectivity towards
audit quality”
6. Ichwanti (2015) Pengaruh Kompetensi, kemandirian, perawatan
kompetensi, profesional, akuntabilitas, dan etika
independensi, due berpengaruh signifikan terhadap
professional care, kualitas audit.
akuntabilitas, dan
etika terhadap
kualitas audit (Studi
empiris pada KAP
Provinsi Riau dan
Kepulauan Riau)
7. Delli, dkk (2015) Faktor- faktor yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa

25
mempengaruhi secara simultan ada pengaruh positif
kualitas audit dengan dan signifikan pada kompetensi,
etika auditor sebagai independensi dan pengalaman kerja
variabel moderating dengan kualitas audit. Selain itu,
secara parsial atau berdasarkan uji t
berpengaruh positif dan signifikan
ditemukan antara kompetensi dan
independensi terhadap kualitas audit.
Tetapi, pengalaman kerja negatif tidak
signifikan terhadap kualitas audit.
Penelitian ini juga menemukan bahwa
etika auditor tidak dapat memoderasi
pengaruh kompetensi,
independensi, dan kualitas audit untuk
pengalaman kerja.
8 Kamisa (2015) Pengaruh Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Kompetensi dan hanya kompetensi yang mempengaruhi
Independensi kualitas audit. Sementara independensi
Terhadap Kualitas tidak berpengaruh signifikan terhadap
Auditdengan kualitas audit. Selain itu, audit
Motivasi dan Etika motivasi dan etika tidak memoderasi
Auditor sebagai hubungan kompetensi dan kualitas
Variabel audit serta hubungan independensi dan
Moderasi(Studi kualitas audit
Empiris Pada Kantor
Akuntan Publik di
Jakarta
9 Rahmina dan Agoes “Influence of auditor Secara umum independensi auditor,
(2014) independence, audit masa kerja audit, dan biaya audit
tenure, and audit fee memiliki pengaruh positif terhadap
on audit quality of kualitas audit.
members of capital
market accountant
forum in Indonesia”
26
10 Sarwokodan An Empirical Spesialisasi industri auditor dan
Agoes(2014) Analysis of Auditor's independensi auditor memiliki
Industry pengaruh signifikan pada penerapan
Specialization, prosedur audit untuk mendeteksi
Auditor's kecurangan, memiliki pengaruh
Independence and signifikan terhadap kualitas audit
Audit Procedures on
Audit Quality:
Evidence from
Indonesia

8. Kerangka Berpikir
Menurut Sugiyono (2017:60) Kerangka pemikiran adalah model Konseptual Tentang
Bagaimana Teori Berhubungan Dengan Berbagai Faktor Yang Telah Diidentifikasi Sebagai
Masalah Yang Penting. Berikut Ini Disajikan Kerangka Berpikir Mengenai Pengaruh
Akuntabilitas Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor
Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Kota
Pekanbaru Tahun 2021

27
G. Hipotesis

Penyusunan hipotesis adalah langkah logis selanjutnya setelah perumusan teori (Uma
Sekaran, 2011). Berdasarkan teori yang ada dan penelitian terdahulu dapat disimpulkan
hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Pengaruh Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit


Hasil penelitian yang dilakukan oleh Junanta dan Badera
(2016) menyatakan bahwa akuntabilitas berpengaruh positif pada
kualitas audit. Auditor yang memegang teguh sikap akuntabilitas
akan dinilai sebagai seorang auditor yang memiliki tingkat kualitas
kerja tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Ichwanti (2015)
yang menyatakan bahwa akuntabilitas berpengaruh positif
terhadap kualitas audit. Auditor yang menjunjung tinggi
akuntabilitas dalam melaksanakan audit akan mempengaruhi
kualitas audit yang dihasilkannya. Berdasarkan uraian yang sudah
dijelaskan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis pertama yaitu:
H1: Akuntabilitas berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap kualitas audit

2. Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aziz

28
(2018), independensi auditor berpengaruh signifikan dan positif
terhadap kualitas audit. Auditor yang memiliki tingkat
independensi yang tinggi akan mengakibatkan kualitas audit yang
dihasilkan semakin baik, sebaliknya apabila tingkat independensi
auditor rendah, maka kualitas audit yang dihasilkan akan semakin
mneurun (Ichwanti, 2015).
Berdasarkan uraian yang dijelaskan diatas, dapat dibuat
hipotesis bahwa:
H2: Diduga Independensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit

3. Pengaruh Akuntabilitas dan Indepedensi terhadap Kualitas Audit

Penelitian yang dilakukan oleh Burhanudin (2016)


menyebutkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan
antara independensi dan akuntabilitas terhadap kualitas audit.
Sejalan dengan hasil tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Aziz
(2018) juga menunjukkan bahwa akuntabilitas dan independensi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit.
Semakin tinggi akuntabilitas dan independensi seorang auditor
maka kualitas audit yang dihasilkan auditor dapat
dipertanggungjawabkan sehingga laporan keuangan yang telah
diaudit diharapkan lebih berkualitas sehingga kepercayaan para
pengguna laporan keuangan dan masyarakat pun meningkat.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dibuat hipotesis
penelitian ini bahwa:

H3: Diduga Akuntabilitas dan independensi secara simultan


berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas
audit

4. Pengaruh Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai


pemoderasi.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat pengaruh etika

29
auditor terhadap hubungan antara akuntabilitas dan kualitas audit.
Menurut Hardiningsih (2010), etika profesi berkaitan erat dengan
masalah prinsip yang dipegang akuntan publik untuk menjaga,
menjunjung serta menjalankan nilai-nilai kebenaran dan moralitas,
seperti tanggung jawab profesi dan perilaku profesional. Dengan
dipegang teguhnya kode etik profesi akuntan publik tersebut,
diharapkan auditor dapat menjunjung tinggi akuntabilitas seorang
auditor dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga, hasil auditnya
nanti akan memiliki kualitas yang bagus.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dibuat hipotesis
penelitian ini bahwa, dapat dirumuskan hipotesis:

H4: Diduga Etika auditor memoderasi pengaruh


akuntabilitas terhadap kualitas audit
5. Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai
pemoderasi
Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat pengaruh etika
auditor terhadap hubungan antara independensi dan kualitas audit.
Etika auditor adalah suatu aturan yang mengharuskan auditor
mematuhi apa yang tertera di dalamnya agar pelaksanaan audit
berjalan dengan semestinya. Hubungan antara independensi
dengan etika auditor yakni dengan adanya etika atau kode etik,
diharapkan auditor dapat menjunjung tinggi sikap independensi
atau tidak terpengaruh oleh kepentingan siapapun dalam
melaksanakan tugasnya, sehingga hasil auditnya nanti akan
memiliki kualitas yang bagus.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:

H5: Diduga Etika auditor memoderasi pengaruh


independensi terhadap kualitas audit

30
H. Metode Penelitian
a. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang menjadi pedoman dalam
melakukan proses penelitian. Desain penelitian bertujuan memberikan pegangan yang
jelas dan terstuktur kepada peneliti dalam melakukan penelitian. Menurut Uma Sekaran
dan Roger Bougie (2017:112) Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan
termasuk studi kausal (causal study). Dalam studi kausal peneliti tertarik untuk
menjelaskan satu atau lebih banyak faktor yang menyebabkan masalah. Desain kausal
bertujuan untuk menganalisis hubungan-hubungan yang terjadi antara satu variabel
dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.
Penelitian ini menguji mengenai Pengaruh Akuntabilitas Dan Independensi Auditor
Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris
Pada Kantor Akuntan Publik Di Kota Pekanbaru Tahun 2021
b. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dapat digolongkan sebagai data
primer, yaitu data quesioner atas Akuntabilitas dan Independensi Auditor Terhadap
Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris Pada
Kantor Akuntan Publik Di Kota Pekanbaru Tahun 2021. Quesioner ini akan di isi oleh tiap-
tiap auditor yang berada pada kantor akuntan publik yang menjadi sasaran penyebaran
quesioner.

1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah akuntan yang bekerja pada kantor akuntan
publik yang berada di wilayah Kota Pekanbaru yang terdaftar pada directory Ikatan
Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dimana jumlah kantor akuntan publik di wilayah Kota
Pekanbaru ada sebanyak 20 kantor.
Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal yang ingin
peneliti invetigasi (sekaran, 2009). Sampel adalah sebagian dari populasi yang
kerakteristiknya hendak diselidiki, dan dianggap bisa mewakili keseuruhan populasi
(jumlah lebih sedikit dari pada jumlah populasinya) (sekaran, 2009).
Daftar Kantor Akuntan Publik (KAP) di Pekanbaru

N0 NAMA KAP ALAMAT JUMLAH ANGGOTA


1. KAP Drs.Selamat Jl. Durian No. 1 F Samping Pemancur 5 Orang
Sinuraya & Rekan TVRI Kel. Labuh Baru Timur.
(Cabang) Kec. Payung Sekaki Pekanbaru 28291.
Telp: (0761) 22760, 7076187.
Fax: (0761)m20044
E-mail: kaphadibroto@yahoo.co.id,
kaphadibroto@telkom.net
2. KAP Drs. Jl. Teratai No.8 Sukajadi Pekanbaru 11 Orang
Hadibroto & 28121.
Rekan Telp: (0761) 20044
Fax: (0761) 2044
E-mail: kaphadibroto@yahoo.co.id,
kaphadibroto@telkom.net
3. Kap Drs. Katino & Jl. Darma Bakti No.16 A Sigungung, 10 Orang
Rekan (Cabang). Payung Sekaki Pekanbaru.
Telp: (0761) 7023699
E-mail:
kap.katiodanrekan@yahoo.com

4. Kap Griselda, Jl. KH. Ahmad Dahlan No.50 7 Orang


Wisnu & Arum Pekanbaru 28122.
(Cabang) Telp: (0761) 7760260, 45200.
Fax: (0761) 45200
Email: kapgwa_pku@yahoo.co.d

5. KAP Khairul Jl. DI. Penjaitan No.2 D Pekanbaru 11 Orang


28513.
Telp:(0761)45370, 71306,858316.
Fax: (0716) 45370.
E-mail: Khairulegab@gamail.com

6. KAP Rama Jl. Wortel Monginsidi No.22 B 7 Orang


Wendra Pekanbaru.
Telp: (0761) 383854
Fax: (0761) 46257

7. KAP Drs. Hardi & Jl. Ikhlas No.1 F Labuh Baru Timur, 7 Orang
Rekan Payung Sekaki Pekanbaru 28291.
Telp: (0761) 63879
Fax: (0761) 22072

Jumlah Auditor 58 Orang

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2017: 81 ) teknik sampling adalah merupakan teknik


pengambilan sampel. Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah
Nonprobability Sampling dengan sampling purposive. Menurut Sugiyono (2017:85)
Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan kreteria
tertentu.
Sampel merupakan auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik yang ada di
Kota Pekanbaru sesuai dengan Directory Kantor Akuntan Publik 2020 yang diterbitkan
oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Pemilihan sempel ini dengan
pertimbangan bahwa agar mudah di peroleh, dari 7 kantor akuntan publik yang ada di
Kota Pekanbaru dipilihlah sampel yang menjadi sasaran sebanyak 5 kantor akuntan
publik dengan 15 auditor sebagai objek penlitian dengan kreteria syarat memiliki
masa kerja di atas 2 tahun.
Menurut Sugiyono (2003:39) dalam Junita (2014) sampel adlah baian dari
populasi yang menjadi objek penelitian. Esponden yang akan dikirim kuesioner dalam
penelitian ini yaitu kantor Akuntan Publik di Pekanbaru. Alasan memilih pekanbaru
sebagai lokasi penelitian karena posisi pekanbaru sebagai ibu kota provinsi Riau dan
dimana sebagian besar aktivitas bisnis terpusat dikota tersebut dan jumlah kantor
Akuntan Publik (KAP) di Pekanbaru lebih banaka dibandingkan daerah Riau lainnya.

c. Metode Pengumpulan Data


Dalam memperoleh dan mengumpulkan data, peneliti menggunakan dua
cara, yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
1. Penelitian Pustaka (Library Research)

Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data yang berkaitan


dengan masalah yang sedang diteliti dari buku, jurnal, artikel dan data
lain yang berhubungan dengan judul penelitian.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan ialah penelitian yang data utamanya


berasal langsung dari pihak pertama (primer). Pada penelitian ini,
yang menjadi subjek adalah auditor yang bekerja di KAP wilayah
Pekanbaru . Peneliti memperoleh data dengan mengirimkan kuesioner
kepada auditor, baik secara langsung maupun melalui perantara. Data
penelitian ini menggunakan kuesioner yang berisikan pernyataan –
pernyataan dengan tujuan mendapat informasi dari auditor sebagai
responden.

Bentuk pernyataann yang ada di dalam kuesioner dapat


bersifat positif dan negatif. Pembagian jenis pernyataan ini dilakukan
agar responden berhati-hati dalam menjawab dan tidak terjadi
konsistensi jawaban.
Dalam penelitian ini, skala disusun dalam bentuk pernyataan
favorable (positif) dan unfavorable (negatif). Pada pernyataan positif,
skor angka 1 memberikan arti bahwa responden sangat tidak setuju
dengan pernyataan. Skor 2 memberikan arti bahwa responden tidak
setuju dengan pernyataan. Skor 3 memberikan arti bahwa responden
netral dengan pernyataan. Skor 4 menunjukkan bahwa responden
setuju dengan pernyataan.Skor 5 menunjukkan bahwa responden
sangat setuju dengan pernyataan. Sedangkan pada pernyataan negatif,
skor angka 1 memberikan arti bahwa responden sangat setuju dengan
pernyataan. Skor 2 memberikan arti bahwa responden setuju dengan
pernyataan. Skor 3 memberikan arti bahwa responden netral dengan
pernyataan. Skor 4 menunjukkan bahwa responden tidak setuju
dengan pernyataan. Skor 5 menunjukkan bahwa responden sangat
tidak setuju dengan pernyataan.
Skor Pengukuran Skala Likert

Pernyata
an
Pilihan Favorable Unfavorab
le
Sangat Setuju 5 1

Setuju 4 2

Netral 3 3

Tidak Setuju 2 4

Sangat Tidak 1 5
Setuju

d. Operasionalisasi Variabel
Dalam penelitian ini mengenai integritas, obejektifitas dan profesionalisme
Auditor terhadap kualitas Audit di Kota Pekanbaru. Variabel dependen (Y) adalah Kualitas
Audit, sedangkan variabel independen adalah Akuntabilitas (X 1), Independensi (X2), dan
Etika Auditor (X3).
1. Kualitas Audit
Segala kemungkinan dimana auditor pada saat mengaudit
laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi
dalam system akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan
keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut
auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan
public yang relevan (Harjanto, 2014).
Instrumen pengukuran kualitas audit dalam penelitian ini
menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Harjanto (2014)
yang digunakan dalam penelitian Burhanudin (2016) serta telah
disesuaikan dengan topik penelitian.

3. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah suatu keadaan yang dapat


dipertanggungjawabkan, bertanggungjawab dan akuntabel. Auditor
dituntut untuk mempertahankan kepercayaan yang telah diberikan
kepadanya dengan menjaga dan mempertahankan akuntabilitasnya
(Bustami, 2013).
Dalam penelitian ini, akuntabilitas diukur dengan menggunakan
kuesioner yang dikembangkan oleh Bustami (2013) dan digunakan
dalam penelitian Putranto (2018) serta telah disesuaikan dengan topik
penelitian.
4. Independensi

Independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan


publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam
melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas
dan objektivitas (Agung, 2012).
Pengukuran independensi dalam penelitian ini menggunakan
kuisioner yang dikembangkan oleh Agung (2012) dan digunakan
dalam penelitian Prakasa (2017) serta telah disesuaikan dengan topik
penelitian.
5. Etika Auditor
Etika adalah seperangkat aturan atau norma atau pedoman
yang mengatur perilaku manusia, baik yang harus dilakukan maupun
yang harus ditinggalkan yang dianut oleh segolongan manusia atau
masyarakat yang berprofesi (Sari, 2018).

e. Metode Analisis Data


Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan statistik
deskriptif, uji kualitas data, dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan salah satu metode analisis data yang


menggambarkan secara deskriptif mengenai suatu data yang dilihat dari
nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,
sum, range kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali,
2018). Dalam penelitian ini statistik deskriptif digunakan untuk
menggambarkan skor terendah, tertinggi, rata-rata, serta standar deviasi
dari jawaban yang diberikan responden.

2. Uji Kualitas Data

Kualitas data dari sebuah penelitian ditentukan oleh kualitas


instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen yang
valid adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur sesuatu yang
hendak diukur. Ada dua konsep untuk mengukur kualitas data.
a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur seberapa baiknya


pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada kuesioner penelitian.
Menurut Ghozali (2018), suatu kuesioner dapat dikatakan valid jika
pertanyaan yang tertera dalam kuesioner tersebut mampu
mengungkap suatu yang diukur.
Dalam penelitian ini, untuk pengujian validitas menggunakan

Pearson Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara

nilai yang diperoleh dari setiap pertanyaan yang terdapat pada


kuesioner. Apabila nilai Pearson Correlation yang didapat memiliki
tanda bintang** dan nilai sig. di bawah 0,05 itu menunjukkan bahwa
data yang diperoleh valid (Ghozali, 2018).

b. Uji Realibilitas

Reliabilitas adalah kepercayaan, keterandalan, atau konsistensi.


Uji reliabilitas ini digunakan untuk menguji apakah data yang
diperoleh konsisten dan dapat diandalkan dalam jangka waktu
tertentu. Pengujian reliabilitas di dalam penelitian ini menggunakan
Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliable jika memiliki
nilai Cronbach Alpha >0,70 (Ghozali, 2018).

3. Uji Asumsi Klasik

Dalam penelitian ini menggunakan pengujian asumsi klasik sebelum


dilakukannya pengujian hipotesis atas model regresi utama. Dasar
analisis regresi memerlukan uji asumsi klasik. Tujuannya yaitu untuk
menghindari terjadinya multikolinieritas, dan heteroskedastisitas.

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas ini bertujuan untuk menguji apakah model


regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independen, jika variabel independen saling berkorelasi
maka variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah
variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel

independen adalah nol. Pengujian multikolinieritas dilakukan untuk


melihat ada tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas
yaitu adanya hubungan linear antar variabel independen dalam
model regresi, dilakukan dengan menggunakan Variance Inflation
Factor (VIF) dan tolerance value. Jika nilai tolerance value >0,10
atau nilai VIF <10, maka tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali,
2018).
b. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah


model regresi terjadi ketidaksamaan varians atau residual atas suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2018). Jika varians
dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak
terdapat heteroskedastisitas. Ada beberapa cara untuk mendeteksi
ada atau tidaknya heteroskedastisitas: 1) menggunakan scatterplot,
2) uji park, 3) Uji glejser dan 4) uji white (Ghozali, 2018).

Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan


scatterplot dan uji gletser. Scatterplot melihat grafik antara nilai
prediksi variabel dependen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID).
Dasar analisis pengambilan keputusan dalam pengujian scatterplot
ini yaitu:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian

menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi


heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Sedangkan uji gletser meregres nilai absolut residual terhadap
variabel independen. Jika nilai signifikansi diatas >0,05, maka dapat
disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas.
c. Uji Normalitas

Tujuan dari uji normalitas yaitu untuk menguji apakah dalam


model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Seperti yang telah diketahui bahwa uji t dan uji f
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.
Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid
untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal yaitu analisis grafik dan analisis statistik
(Ghozali, 2018).
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan jika tidak hati-
hati, secara visual terlihat normal, padahal secara statistik bisa
sebaliknya. Oleh sebab itu, dianjurkan untuk uji statistic. Uji statistik
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: uji statistik sederhana yang
dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari
residual, dan uji statistik non-parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S).
Namun, dalam penelitian ini untuk analisis statistik hanya

menggunakan uji statistik non-parametik Kolmogorov-Smirnov (K-


S). Data dapat dikatakan lulus uji normalitas ketika dengan Asymp.
Sig. >0,05 (Ghozali, 2018).
4. Uji Hipotesis

Penelitian ini memiliki dua tahapan dalam menguji hipotesis, tahap


pertama pengujian dengan analisis regresi berganda, dan tahapan ke dua
yaitu dengan analisis regresi moderat (MRA), berikut penjelasannya:
a. Analisis Regresi Berganda

Pada dasarnya analisis regresi berganda sama konsepnya dengan


analisis regresi sederhana, tetapi yang membedakan adalah jumlah
variabel bebas (independen). Pada analisis regresi sederhana terdiri
dari dua variabel (satu variabel dependen dan satu variabel
independen). Sedangkan, pada analisis regresi berganda terdapat satu
variabel dependen dan dua atau lebih variabel independen. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah akuntabilitas dan
independensi. Lalu variabel dependennya adalah kualitas audit.
Untuk menguji hipotesis dari variabel-variabel tersebut, maka rumus
persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y1 = α + b1X1 + b2X2 + e

Keterangan :

Y1 : Kualitas Audit

α : Konstanta

b : Koefisien regresi

X1 : Akuntabilitas

X2 : Independensi

e : Error term ( tingkat kesalahan penduga dalam penelitian)

2 2
1) Uji Koefisien Determinasi (Uji R /Adjusted R )

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur


seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol
dan satu. Nilai R2 yang kecil menunjukkan kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel
variabel dependen sangat terbatas. Jika nilai R2 mendekati satu
berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel
dependen (Ghozali, 2018).
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi
adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang
dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel
independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah
variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen. Oleh karena itu, banyak peneliti
menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat
mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai
adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel
independen ditambahkan kedalam model (Ghozali, 2018).

2) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel-


variabel independen yang dimasukkan model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel
dependen. Uji F juga berguna untuk mengetahui model yang
digunakan layak (fit) untuk memprediksi variabel dependen (Y).

Dasar pengambilan keputusan dalam pengujian ini adalah


dengan melihat nilai signifikansi F pada output hasil rgresi,
dimana jika nilai signifikansi yang didapat <0,05 (α = 5%) maka
model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel
dependen yang menandakan bahwa semua variabel independen
secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen
atau dengan kata lain hipotesis diterima (Ghozali, 2018).
3) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistikt)
Pengujian ini digunakan untuk membuktikan
signifikansinya terhadap pengaruh variabel independen secara
individu dalam menjelaskan variabel dependen. Dengan tingkat
signifikansi sebesar 5% (0,05), maka kriteria pengujian adalah
sebagai berikut (Ghozali, 2018):
a) Apabila nilai signifikansi t < 0.05, maka Ha akan diterima,
artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara smua
variabel independen terhadap variabel dependen.
b) Apabila nilai signifikansi t > 0.05, maka Ha akan ditolak,
artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antar

semua variabel independen terhadap variabel dependen

b.Pengujian dengan Analisis Regresi Moderat (Moderated


Regression Analysis –MRA)
Uji interaksi atau sering disebut dengan Moderated Regression
Analysis (MRA) merupakan aplikasi khusus regresi linear berganda
dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi.
Pengujian hipotesis ini digunakan untuk menentukan pengaruh
variabel moderasi dari etika auditor pada pengaruh variabel
utama.Variabel moderasi adalah variabel independen yang akan
memperkuat atau memperlemah variabel independen lainnya
terhadap variabel dependen (Ghozali, 2018).
Uji MRA dapat dihitung dengan persamaan berikut:

Y1 = α + b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4(X1.X3) +b5(X2.X3)+e

Keterangan :

Y1 = Kualitas
Audit α= Konstanta
b = Koefisien Regresi
X1 = Akuntabilitas

X2 = Independensi

X3 = Etika Auditor

X1 X3 =Variabel perkalian antara akuntabilitas dengan


etika auditor yang menggambarkan pengaruh variabel
moderating etika auditor terhadap hubungan akuntabilitas
dengan kualitas audit

X2 X3 =Variabel perkalian antara independensi dengan


etika auditor yang menggambarkan pengaruh variabel
moderating etika auditor terhadap hubungan independensi
dengan kualitas audit.

e = error term (tingkat kesalahan pendugaan dalam


penelitian).
I. Sistematika Penyajian
PENDAHULUAN
Pada bagian ini ini dibahas mengenai:
Latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bagian ini penulis akan memaparkan tentang : Disiplin ilmu keperilakuan, teori
agensi dan teori atribusi atribusi, pengertian kualitas audit, akuntabilitas, independensi,
etika auditor, dan penelitian terdahulu, kerangka berpikir serta hipotesis
METODE PENELITIAN
Dalam bagian ini merupakan uraian dari segi teori dari penelitian ini berkenaan dengan :
analisis pengaruh akuntabilitas dan independensi auditor terhadap kualitas audit dengan
etika auditor sebagai variabel moderating dengan menggunakan penelitian kuantitatif dan
termasuk studi kausal, dengan data yang digunakan data primer,yaitu data quesioner atas
Akuntabilitas dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor
Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Kota Pekanbaru
Tahun 2021. Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua
cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan, serta Variabel dependen (Y) adalah
Kualitas Audit, sedangkan variabel independen adalah Akuntabilitas (X 1), Independensi (X2),
dan Etika Auditor (X3).

J. Daftar Pustaka
(Edisi 12). Jakarta: Erlangga.

Ahyaruddin, M. (2012). Pengaruh Akuntabilitas Auditor, Independensi, dan Etika


Profesional terhadap Kualitas Audit. Journal
Alim M.N, Hapsari T, & L, PPurwanti, L. (2007). Pengaruh Kompetensi dan
Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor Ssebagai Variabel
Moderasi. Simposium Nasional Akuntansi X, 26-28 Juli 2007.
Antle, R.. (1984). Auditor Independence. Journal of Accounting Research,1-20.
Ardini, L. (2010). Pengaruh Kompetensi, Independensi, Akuntabilitas Dan Motivasi
Terhadap Kualitas Audit. Majalah Ekonomi Tahun XX, 3, 6–7.
Arens, A. A., Elder, & Beasley. (2008). Sistem Perencanaan dan Pengendalian
Manajemen (12th ed.). Jakarta: Erlangga.
Arens, Elder, & Beasley. (2008). Auditing dan Jasa Assurance Pendekatan Terintegrasi
Ariestyanto, D. (2018). Pengaruh Akuntabilitas dan Independensi terhadap Kualitas
Audit dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris pada
Kantor Akuntan Publik di Semarang dan Surakarta). Skripsi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Aziz, A. (2018). Pengaruh Akuntabilitas, Kompetensi dan Independensi Auditor
Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik di Surabaya. PRIVE: Jurnal
Akuntansi Dan Keuangan Uiniversitas Islam Majapahit Mojokerto, 1, 44-58.
Burhanudin, M. A., & Rahmawati (20176). Pengaruh Akuntabilitas dan Independensi
Auditor Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta. Jurnal
Profito: Kajian Ilmu Akuntansi, 5(6).Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas
Yogyakarta.

Bustami, A. (2013). Pengaruh Independensi, Akuntabilitas dan Profesionalisme Auditor


terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI
Jakarta). Skripsi.
Chadiza, D. (2018). Kasus SNP Finance dan Pertaruhan Rusaknya Reputasi Akuntan
Publik. Diakses pada dari https://tirto.id/kasus-snp-finance-dan-pertaruhan-
rusaknya-reputasi-akuntan-publik-c4RT

Christiawan, Y. J.. (2002). Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil
Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 4(2), 79-92.
Darise, N. (2008). Akuntansi Keuangan Daerah (Akuntansi Sektor Publik). PT. Indeks,
Jakarta.
De Angelo, D, L.E.. (1981). Auditor Independence,. “Low Balling”, and Disclosure
Regulation. Journal of Accounting and Economics, 33(2), 113-127.
Delli, L., & Syarif, A. F. F. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit
dengan Etika Auditor sebagai Moderating Variabel. JRAB: Jurnal Riset Akuntansi &
Bisnis, 15(1).
Elfarini, E. C. (2007). Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap
Kualitas Audit. Jurnal Akuntansi UNNES.
Fridati, Winda. (2005). Analisis Antara Profesionalisme Auditor Dengan Pertimbangan
Tingkat Materialitas Dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan. Skripsi
Universitas Islam Indonesia.
Furiady, O., & Kurnia, R. (2015). The Effect of Work Experiences, Competency,
Motivation, Accountability and Objectivity towards Audit Quality. Procedia -
Social and Behavioral Sciences, 211, 328–335.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25 (Edisi 9).
Semrang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Halim, A. (2008). Auditing ( Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan) (1st ed.).


Hardiningsih, P. (2010). Pengaruh Independensi, Corporate Governance dan Kualitas
Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan. Kajian Akuntansi, 2, 61–76.
Harjanto, A. P. (2014). Pengaruh Kompetensi, Independensi, Integritas Terhadap
Kualitas Audit Sebagai Variabel Moderating. Skripsi, 1–81.
Indonesia, I. A. (2001). Standar Professional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Indonesia, I. A. P. (2007). Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Indonesia, I. A. P. (2011). Standar Professional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba
Empat.

Jakarta: Salemba Empat.


Lubis, A. I. (2009). Akuntansi Keperilakuan (9th ed.). Jakarta: Salemba Empat.
Luthans, F. (2005). Perilaku Organisasi (Edisi Sepuluh). Yogyakarta: Penerbit Andi.
Mediawati, N. (2001). Meningkatkan Akuntabilitas Auditor Independen Melalui
Standar Profesional. Media Akuntansi, 16.
Nataline. (2007). Pengaruh Batasan Waktu Audit, Pengetahuan Akuntansi dan Auditing,
Bonus dan Pengalaman terhadap Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik di
Semarang. Jurnal Riset Akuntansi. UNNES.
Prabhawanti, P. P dan Widhiyani, N. L. S. (2018). Pengaruh Besaran Fee Audit dan
Independensi Terhadap Kualitas Audit dan Etika Profesi Auditor Sebagai Moderasi
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 24.

Prakasa, C. (2017). Pengaruh Independensi, Integritas, dan Pengalaman Auditor


terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Daerah
Istimewa Yogyakarta). Skripsi.
Pratama, I. M. I., & Merkusiwati, N. K. L. A. (2015). Pengaruh Time Budget Pressure,
Risiko Kesalahan Audit, dan Masa Perikatan Audit Terhadap Kualitas Audit Pada
Kantor Akuntan Publik Di Daerah Bali. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,
11, 211–219.
Rahmina, L. Y., & Agoes, S. (2014). Influence of Auditor Independence, Audit Tenure,
and Audit Fee on Audit Quality of Members of Capital Market Accountant Forum
in Indonesia. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 164, 324–331.
Rai, I. G. A. (2008). Audit Kinerja Pada Sektor Publik: Konsep, Praktik, Studi Kasus.
Robbins, S. P. (1996). Perilaku Organisasi: Konsep, kontroversi, aplikasi. Jakarta:
Prehallindo.
Sari, R. I. (2018). Pengaruh Independensi, Objektivitas dan Audit Fee Terhadap
Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi (Studi Kasus di
KAP Kota Malang). Skripsi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Saripudin, Herawati dan. Rahayu. (2012). Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due
Professional Care Dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit. E-Jurnal Binar
Akuntans, 1(1).
Sarwoko, I., & Agoes, S. (2014). An Empirical Analysis of Auditor’s Industry
Specialization, Auditor’s Independence and Audit Procedures on Audit Quality:
Evidence from Indonesia. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 164(August),
271–281. Sekaran, U., & Bougie, R. B. (2016). Research Methods for Business: A
Skill Building Approach (7th Editio). John Wiley & Sons.

Simamora, H. (2002). Auditing. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.


Singgih, E. M dan Bawono, I. R. . (2009). Faktor-Faktor Dalam Diri Auditor dan Kualitas
Audit: Studi pada KAP Big Four Indonesia. Simposium Akuntansi 13 Purwekerto.
Supriyanto, A. (2018). Auditor Bank Global Kena Sanksi. Diakses pada dari
https://bisnis.tempo.co/read/120109/auditor-bank-global-kena-sanksi

Trisnaningsih, S. (2007). Independensi Auditor Dan Komitmen Organisasi Sebagai


Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan Dan
Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor. Simposium Nasional Akuntansi X,
10, 1-56.
Wahyudi, H., & Mardiyah, AAinul, M. A. (2006). Pengaruh Profesionalisme Auditor
Terhadap Tingkat Materialitas dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan. Simposium
Nasional Akuntansi 9, 23-26.
Wardhani, A. A. I. T. W., & Astika, I. B. P. (2018). Pengaruh Kompetensi,
Akuntabilitas dan Independensi pada Kualitas Audit dengan Etika Auditor Sebagai
Variabel Moderasi. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 23.1, 31–59.
Wardhani, A. A. I. T. W., & Astika, I. B. P. (2018). Pengaruh Kompetensi,
Akuntabilitas dan Independensi pada Kualitas Audit dengan Etika Auditor Sebagai
Variabel Moderasi. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 23.1, 31–59.
Wurangian, H. (2005). Integritas dan Obyektivitas Auditor pada KAP serta
Faktor- faktor yang Mempengaruhinya. Majalah Ekonomi Tahun Mulyadi, &
Puradireja, K. (1998). Auditing (Buku 1). Jakarta: Salemba Empat. Mulyadi.
(2011). Auditing (Buku 1). Jakarta: Salemba Empat.

Yogyakarta: UPP STIM YKPN.


87

Anda mungkin juga menyukai