Anda di halaman 1dari 58

PENGARUH PROFESIONALISME, INTEGRITAS, DAN GAYA

KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA AUDITOR

PADA KAP DI DKI JAKARTA

Disusun oleh:
Anas Tasya Pramadani / 190425016

FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA


UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persaingam bisnis yang semakin sulit dari waktu ke waktu belakangan ini

menyebabkan perusahaan sangat membutuhkan audit atas laporan keuangan yang

bertujuan untuk meningkatkan kredibilitas perusahaannya sehingga manajemen

dapat menjadikan laporan keuangan tersebut sebagai dasar dari pengambilan

keputusan bagi perusahaan. Semakin banyak dan berkembangnya dunia bisnis,

maka semakin banyak pula perusahaan yang membutuhkan jasa akuntan publik

untuk dapat melakukan audit atas laporan keuangan perusahaannya. Profesi

akuntan pubik sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk menilai apakah suatu

laporan keuangan dapat dipercaya atau tidak sebelum diberikan kepada

manajemen untuk selanjutnya dapat dilakukan pengambilan keputusan yang tepat.

Oleh sebab itu, perusahaan membutuhkan auditor independen yang bekerja di

Kantor Akuntan Publik untuk melaksanakan proses auditnya. Berdasarkan

Undang-Undang No.5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik Bab I Ps.1 ayat 1

Kantor Akuntan Publik atau yang selanjutnya disingkat KAP adalah badan usaha

yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan

mendapatkan izin untuk memberikan jasa usaha berdasarkan Undang-Undang.

Auditor memiliki hak dan tanggungjawab kepada stakeholders untuk memberikan

penilaian kewajaran laporan keuangan dengan independen dan sebenar-benarnya.

1
2

Auditor juga memiliki hak untuk menilai apakah suatu laporan keuangan yang

telah disusun sesuai dengan kriteria


2

yang telah ditentukan, oleh karena itu seorang auditor harus dituntut secara

profesional agar opini yang diberikan dapat diandalkan.

Kedua KAP yang terlibat dalam kasus tersebut adalah KAP Purwanto,

Sungkoro, dan Surja yang terbukti melanggar Undang-Undang Pasar Modal dan

kode etik profesi akuntan publik. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai KAP

tersebut melakukan pelanggaran karena tidak cermat dan teliti dalam mengaudit

laporan keuangan tahun PT Hanson International Tbk (MYRX) untuk tahun buku

31 Desember 2016. Selanjutnya sanksi pembekuan Surat Tanda Terdaftar (STTD)

selama satu tahun diberikan kepada Sherly Jakom dari KAP Purwanto, Sungkoro,

dan Surja terhitung setelah ditetapkannya surat sanksi.

https://www.cnbcindonesia.com/market/20210726191301-17-263827/deretan-

skandal-lapkeu-di-pasar-saham-ri-indofarma-hanson/3

Berdasarkan kasus yang terjadi di atas dapat disimpulkan bahwa profesi

seorang auditor memiliki tanggung jawab yang tinggi. Kinerja auditor akan sangat

dibutuhkan karena auditor mempunyai peran dalam penyediaan informasi

keuangan yang andal bagi pemerintah, investasi, kreditor, debitur, pemegang

saham, karyawan, dan pihak-pihak terkait yang berkepentingan. Penyediaan

informasi laporan keuangan memungkinkan pemilik dana menyalurkan dana

mereka untuk usaha-usaha yang efisien sehingga akan menjadikan perekonomian

semakin baik.

Seorang auditor satu dengan auditor lainnya tentunya memiliki kinerja

yang berbeda-beda. Perbedaan kinerja antar auditor satu dengan auditor lainnya
3

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam

perusahaan (internal) dan faktor yang berasal dari luar perusahaan (eksternal).

Faktor internal yang dapat mempengaruhi kinerja auditor salah satunya adalah

profesinalisme. Profesionalisme adalah sikap atau perilaku seseorang dalam

melakukan profesi tertentu. (Halim, 2003). Seorang auditor dituntut untuk lebih

profesional dalam melaksanakan tugasnya sehingga hasil yang didapat juga dapat

dipercaya. Auditor tidak hanya harus bersikap profesional tetapi juga harus

memiliki integritas dari semua kepentingan dan melaksanakan pekerjaannya

dengan menjunjung tinggi kehati-hatian dan kode etik profesi yang telah

ditetapkan. Dengan adanya kasus yang disebabkan oleh kurangnya ketelitian dan

ketidak hati-hatian auditor maka hal tersebut akan dapat menimbulkan turunnya

kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan oleh auditor karena

dinilai tidak profesional dalam menjalankan tugasnya.

Selain harus berikap profesional, seorang auditor harus memiliki

integritas. Integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang memiliki kesatuan yang

utuh sehinga memiliki potensi dan kemampuan dalam menunjukkan kewibawaan

dan kejujuran (Asosiasi Auditor Pemerintah Indonesia). Integritas merupakan

sikap individu yang penting. Ketiadaan integritas pada diri auditor akan memicu

kepada perilaku permisif terhadap aturan atau kode etik auditor yang menjadi

dasar auditor dalam bekerja. Auditor harus mempertahankan sikap integritas

dengan bertindak jujur, konsisten, bijaksana, tegas dalam memberikan opini, dan

tidak terpengaruh oleh kepentingan pribadi. Auditor yang mempunyai integritas


4

tinggi mampu bertahan dari berbagai tekanan, sehingga fakta-fakta yang tersaji

dalam laporan keuangan menjadi handal dan dapat dipercaya.

Kinerja auditor juga dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu gaya

kepemimpinan. Leadership style atau yang sering disebut sebagai gaya

kepemimpinan merupakan cara pimpinan untuk mempengaruhi bawahannya atau

orang lain sehingga orang tersebut melaksanakan sesuai dengan kehendak

pimpinan untuk mencapai tujuan organisasi meskipun secara pribadi hal tersebut

tidaklah disenangi (Luthan, 2002). Untuk mendapatkan kinerja yang baik

diperlukan adanya pemberian pembelajaran seorang pemimpin kepada

bawahannya. Demikian pula pada KAP, kepemimpinan KAP sangat dibutuhkan

agar kinerja auditor memiliki nuansa formal maupun informal. Gaya

kepemimpinan informal akan cenderung menekankan keteladanan pimpinan

namun juga memberikan kebebasan yang lenih luas bagi auditor dalam

menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Hal tersebut diakibatkan karena gaya

kepemimpinan formal masih belum bisa memadahi.

Penggunaan ketiga variabel penelitian ini berdasarkan pada beberapa

penelitian-penelitian terhadulu mengenai pengaruh terhadap kinerja auditor.

Peneliti menggunakan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tunnisa (2020).

Variabel dependen dari penelitian ini yairu kinerja auditor, sedangkan variabel

independen yang digunakan adalah independen, profesionalisme, etika profesi,

dan budaya organisasi. Penelitian ini mengambil subyek penelitian pada Kantor

Akuntan Publik di Pekanbaru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

independensi, profesionalisme, dan etika profesi berpengaruh signifikan positif


5

terhadap kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di Pekan Baru sedangkan

budaya organisasi berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja auditor pada

Kantor Akuntan Publik di Pekan Baru.

Daulay (2020) juga melakukan penelitian dengan variabel dependen yaitu

kinerja auditor sedangkan variabel independen dari penelitian ini adalah integritas

auditor, independensi auditor, dan gaya kepemimpinan. Penelitian ini

dilakukanpada Kantor Akuntan Publik di Kota Medan. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa integritas auditor, independensi auditor dan gaya

kepemimpinan berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja auditor di kantor

akuntan publik di kota Medan.

Selain itu penelitian juga telah dilakukan oleh Evivany dan Lapoliwa

(2014). Penelitian ini menggunakan independensi, integritas, dan kompetensi

sebagai variabel independen sedangkan variabel dependen penelitian ini adalah

kinerja auditor. Subyek dari penelitian ini yaitu KAP di Jakarta dan Tengerang.

Penelitian ini membuktikan bahwa independensi, integritas, dan kompetensi

berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja auditor pada KAP di Jakarta dan

Tangerang.

Ramadhanty (2013) melakukan penelitian dengan variabel dependen

kinerja auditor sedangkan variabel independen dalam penelitian ini yaitu

pengalaman, profesionalisme, dan ambiguitas. Subyek penelitian ini adalah

Kantor Akuntan Publik di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini

menyatakan bahwa pengalaman kerja dan profesionalisme berpengaruh


6

siginifikan positif terhadap kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di Daerah

Istimewa Yogyakarta sedangkan ambiguitas berpengaruh signifikan negatif

terhadap kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di Daerah Istimewa

Yogyakarta.

Penelitian terdahulu juga dilakukan oleh Nuraini (2016) yang mengambil

subyek pada Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta dan Solo dengan variabel

dependen yaitu kinerja auditor. Variabel independen dari penelitian ini antara lain

adalah independensi, gaya kepemimpinan, dan budaya organisasi. Hasil yang

didapat dari penelitian ini adalah independensi,gaya kepeimpinan, dan budaya

organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja auditor pada Kantor

Akuntan Publik di Yogyakarta dan Solo.

Penelitian ini memiliki tujuan untuk menguji kembali hasil dari penelitian

terdahulu. Berbeda dengan penelitian terdahulu, penelitian ini menggabungkan

variabel independen yang diambil dari penelitian-penelitian terdahulu yang

menunjukkan pengaruhnya terhadap kinerja auditor. Penelitian ini menggunakan

tiga variabel independen yaitu profesionalisme, integritas, dan gaya

kepemimpinan. Kemudian penelitian ini menggunakan subyek yang berbeda

dibandingkan penelitian terdahulu yaitu pada KAP di DKI Jakarta . Dengan

demikian, penelitian ini mengangkat judul “PENGARUH

PROFESIONALISME, INTEGRITAS, DAN GAYA KEPEMIMPINAN

TERHADAP KINERJA AUDITOR PADA KAP DI DKI JAKARTA.”


7

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah profesionalisme berpengaruh terhadap kinerja auditor KAP di

DKI Jakarta?

2. Apakah integritas berpengaruh terhadap kinerja auditor KAP di DKI

Jakarta?

3. Apakah gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja auditor KAP

di DKI Jakarta?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan juga penelitian sebelumnya, maka

penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali pengaruh profesionalisme,

integritas, dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja auditor KAP di DKI Jakarta

dan memberikan solusi atas masalah terkait kinerja auditor yang terjadi pada

KAP di DKI Jakarta.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, maka diharapkan dapat berguna bagi :

1. Manfaat Kontribusi
8

Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan

pembaca mengenai pengaruh profesionalisme, integritas, dan gaya

kepemimpinan terhadap kinerja auditor. Selain itu, penelitian ini juga

diharapkan mampu menjadi referensi untuk peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Praktik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan

pertimbangan yang bermanfaat bagi KAP di DKI Jakarta dalam hal

profesionalisme, integritas, dan gaya kepemimpinan sehingga mampu

meningkatkan kualitas kinerja auditor sehingga KAP di DKI Jakarta.


BAB II

DASAR TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1. Audit

2.1.1. Definisi Audit

Audit merupakan suatu proses sistematik untuk mendapatkan dan

mengevaluasi bukti secara obyektif atas pernyataan mengenai kegiatan dan

keadaan ekonomi, yang bertujuan untuk memastikan kesesuaian antara

pernyataan dengan kriteria yang telah ditetapkan (Mulyadi & Kanaka, 1998).

Sedangkan menurut Arens, dkk (2008), audit adalah pengumpulan data dan

evaluasi bukti mengenai informasi yang digunakan untuk memastikan dan

melaporkan kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan.

Menurut PSAK (2006) audit adalah suatu proses sistematis yang secara

objektif memperoleh serta mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang aktivitas

ekonomi untuk lebih meyakinkan tingkat keterkaitan hubungan antara asersi atau

pernyataan dengan kenyataan kriteria yang sudah ditetapkan dan

menyampaikann hasilnya kepada pihak yang memiliki kepentingan. Dari

pernyataan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa audit adalah proses

sistematis yang dilakukan oleh seorang auditor yang kompeten dan independen

dengan cara mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti dan bertujuan

memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diaudit.

Mengingat ruang lingkup audit sangat luas, audit dibagi menjadi tiga jenis yaitu

operasional audit, compliance audit, dan finance audit.

9
10

2.1.2. Jenis-jenis Audit

Menurut Sukrisno (2004) terdapat tiga jenis audit yang umum

dilaksanakan. Ketiga jenis audit tersebut yaitu :

1. Operasional Audit (Pemeriksaan Operasional/Manajemen)

Operasional atau management memeriksa semua prosedur dan metode

operasional suatu organisasi untuk menilai efisiensi, efektifitas, dan

ekonomisasinya. Hasil dari audit operasional berupa

rekomendasirekomendasi perbaikan bagi manajemen sehingga audit

jenis ini lebih merupakan konsultasi manajemen.

2. Compliance Audit (Audit Ketaatan)

Compliance audit berguna untuk mengetahui apakah prosedur dan

aturan yang telah ditetapkan otoritas berwenang sudah ditaati oleh

personel di organisasi tersebut. Hasil audit jenis ini tidak untuk

dipublikasikan tetapi untuk intern manajemen dikarenakan Compliance

Audit biasanya ditugaskan oleh otoritas berwenang yang telah

menetapkan prosedur/ peraturan dalam perusahaan.

3. Financial Audit (Audit atas Laporan Keuangan)

Jenis audit ini digunakan untuk evaluasi kewajaran laporan keuangan

yang disajikan oleh manajemen secara keseluruhan dibandingkan

dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku umum. Laporan

keuangan disajikan sesuai dengan kriteria tertentu. Umumnya kriteria

yang dimaksud adalah standar akuntansi yang berlaku umum seperti

prinsip akuntansi yang berterima umum. Hasil audit atas laporan


11

keuangan adalah opini auditor yaitu unqualified opinion, qualified

opinion, disclaimer opinion dan adverse opinion.

Sedangkan berdasarkan kelompok atau pelaksanaannya, auditor dibagi

empat jenis yaitu:

1. Auditor Eksternal

Auditor eksternal bekerja di kantor akuntan publik yang statusnya

diluar struktur perusahaan yang mereka audit. Auditor ekternal

umumnya menghasilkan laporan atas financial audit.

2. Auditor Internal

Auditor internal bekerja untuk perusahaan yang mereka audit.

Laporan audit manajemen umumnya berguna bagi manajemen

perusahaan yang diaudit. Internal auditor biasanya menghasilkan audit

manajemen yang termasuk jenis compliance audit.

3. Auditor Pajak

Auditor pajak akan melakukan pemeriksaan ketaatan wajib pajak

terhadap undang-undang perpajakan yang telah ditetapkan.

4. Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah bertugas menilai kewajaran informasi keuangan

yang disusun oleh instansi pemerintahan. Selain itu, auditor

pemerintah juga bertugas untuk menilai efisiensi, efektifitas dan

ekonomisasi operasi program dan penggunaan barang milik

pemerintah. Auditor pemerintah biasanya bekerja pada Badan


12

Pemeriksa Keuangan (BPK) atau Badan Pemeriksa Keuangan dan

Pembangunan (BPKP).

2.2. Kinerja Auditor

2.2.1. Definisi Kinerja Auditor

Menurut Mangkunegara (2005), istilah kinerja berasal dari kata job

performance atau actual performance yaitu hasil kerja secara kualitas dan

kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai dengan

tanggung jawab yang telah diberikan. Kinerja dibagi menjadi dua yaitu kinerja

individu dan kinerja organisasi. Kinerja individu adalah hasil kerja karyawan

berdasarkan standar yang telah ditentukan, sedangkan kinerja organisasi adalah

kinerja dari gabungan individu dan kelompok (Mangkunegara, 2005). Menurut

Gibson, dkk (1996) kinerja karyawan merupakan suatu ukuran yang dapat

digunakan untuk menetapkan perbandingan antara pelaksanaan tugas dan

tanggung jawab organisasi pada periode tertentu dan dapat digunakan untuk

mengukur prestasi kerja atau kinerja. Oleh sebab itu, kinerja auditor merupakan

instrumen penting dalam menentukan rasa tanggung jawab atas tugas-tugas yang

telah diberikan.

Kinerja seorang auditor dalam melakukan setiap tugasnya haruslah

mengedepankan dasar-dasar penting seperti kecakapan, kualitas, dan ketepatan

waktu. Agar dapat mencapai kinerja auditor yang baik maka diperlukan suatu

motivasi dari masing-masing individu untuk melakukan tugas dengan sebaik-

baiknya sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.


13

Menurut Tunnisa (2020) kinerja auditor mempunyai peranan yang penting

dan signifikan bagi auditee(klien). Para pengguna laporan keuangan tentunya

mengharapkan bahwa laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor dapat

menghasilkan opini yang terbebas dari salah saji material sehingga dapat

dipercaya kebenarannya sebagai dasar dari pengambilan keputusan. Namun tak

jarang berbagai orang memanfaatkan kekuasaanya untuk melakukan berbagai

macam cara agar laporan keuangan dapat menghasilkan opini yang bebas dari

salah saji material walaupun dengan cara yang salah seperti dengan memberikan

penyuapan kepada auditor.

2.2.2. Indikator Kinerja Auditor

Menurut Daulay (2020 dalam mengukur kinerja auditor, terdapat empat

dimensi personalitas, yaitu:

1. Kemampuan

Seorang auditor yang memiliki kemampuan mengaudit maka akan

cakap dalam menyelesaikan tugasnya.

2. Komitmen profesional

Auditor yang memiliki komitmen profesional yang kuat dalam

pekerjaannya akan berdampak pada perilaku yang lebih taat pada

aturan. Komitmen berkaitajn erat dengan loyalitas profesi seorang

auditor.

3. Motivasi
14

Motivasi akan mendorong seorang auditor untuk melakukan kegiatan-

kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

4. Kepuasan kerja

Kepuasan kerja seorang auditor dapat diartikan sebagai tingkatan

kepuasan individu terhadap pekerjaan yang telah dilakukan.

2.3. Profesionalisme

2.3.1. Definisi Profesionalisme

Menurut Halim (2003) profesionalisme adalah sikap atau perilaku

seseorang dalam melakukan profesi tertentu. Seseorang dikatakan profesional

jika memenuhi kriteria, yaitu memiliki keahlian untuk melaksanakan tugas

sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas dengan menetapkan standar

di bidang profesi yang bersangkutan, dan menjalankan tugas profesinya dengan

memnuhi rtika profesi yang telah ditetapkan (Tunnisa, 2020). Di dalam Standar

Profesional Akuntan Publik (SPAP) tercantum peraturan tentang bagaimana

seorang auditor harus melakukan pekerjaannya dengan professional. Aktivitas

auditor juga disebut sebagai suatu profesi karena memenuhi lima prinsip

karakteristik suatu profesi, yaitu pengetahuan khusus melalui pendidikan formal,

memiliki standar kualifikasi profesi, status profesinya diakui oleh masyarakat,

dan memiliki kode etik dalam berhubungan dengan kliennya baik sesama

akuntan maupun masyarakat (Munawir, 1999). Profesional harus ditanamkan


15

kepada auditor dalam menjalankan fungsinya. Penanaman profesionalisme dapat

dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti pendidikan, pelatihan, seminar, dll.

2.3.2. Indikator Profesionalisme

Profesionalisme auditor sangatlah penting dalam meningkatkan kinerja

auditor. Menurut Herawaty & Susanto (2009) terdapat lima dimensi

profesionalisme, yaitu :

1. Pengabdian pada profesi

Pengabdian pada profesi dapat dilihat dari pengetahuan dan kecakapan

yang dimiliki oleh auditor.

2. Kewajiban sosial

Kewajiban sosial adalah pandangan tentang pentingnya peranan profesi

dan manfaat yang diperoleh baik masyarakat maupun profesional karena

adanya pekerjaan tersebut.

3. Kemandirian

Seseorang yang memiliki profesionalisme harus mampu membuat

kepitusan sendiri tanpa adanya tekanan dari pihak manapun.

4. Keyakinan terhadap profesi

Keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang paling

berwenang menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi,


16

bukan orang luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu

dan pekerjaan mereka.

5. Hubungan dengan sesama profesi

Ikatan profesi merupakan acuan termasuk didalamnya organisasi formal

dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam pekerjaan.

2.4. Integritas

2.4.1. Definisi Integritas

Menurut Asosiasi Auditor Pemerintah Indonesia tentang kode etik,

integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang memiliki kesatuan yang utuh

sehinga memiliki potensi dan kemampuan dalam menunjukkan kewibawaan dan

kejujuran. Seorang auditor tentunya harus memiliki integritas yang tinggi.

Integritas diperlukan agar auditor dapat bertindak jujur dan tegas dalam

melaksanakan audit. Menurut Arens,dkk (2008) integritas termasuk kedalam

prinsip-prinsip etika profesional auditor yaitu tanggungjawab, kepentingan

masyarakat, integritas, objek-tifitas dan independensi, keseksamaan anggota

serta ruang lingkup dan sifat jasa. Ariani dan Badera (2015) mengatakan

integritas artinya dapat menerima kesalahan yang tidak sengaja dan juga dapat

menerima perbedaan pendapat secara jujur, tetapi integritas tidak dapat

menerima kecurangan. Seorang auditor harus memiliki kepribadian yang

berlandaskan pada kejujuran, keberanian, kebijaksanaan, dan tanggung jawab

untuk menjadi dasar dalam pengambilan keputusan. Bila unsur tersebut dapat
17

dipenuhi dan dilaksanakan dengan baik oleh auditor akan dapat menimbulkan

kepercayaan dari masyarakat.

2.4.2. Indikator Integritas

Instrumen yang digunakan untuk mengukur integritas ini diadopsi dari

penelitian Daulay (2020). Indikator yang digunakan sebagai berikut:

1. Kejujuran auditor (Jujur dan transparan)

Kejujuran merupakan sikap auditor yang menyatakan sesuatu yang

sebenarnya dan apa adanya, tidak ditambah ataupun dikurangi.

Sedangkan, transparan adalah sikap keterbukaan dengan apa

keputusan yang diambil seorang auditor dengan mekanisme yang

mengikuti aturan atau regulasi yang ditetapkan oleh lembaga.

2. Keberanian auditor

Auditor yang berani berarti memiliki keyakinan, tidak takut, dan

merasa percaya diri dalam menghadapi behaya kesulitan yang terjadi.

3. Sikap bijaksana auditor

Kebijaksanaan auditor sebagai penilaian terhadap suatu pemikiran,

ucapan, dan perbuatan auditor yang didasarkan pada ruang lingkup

auditor dengan tidak memaksakan kehendak pihak manapun.

4. Tanggungjawab auditor
18

Semua auditor memiliki kewajiban untuk bertanggungjawab dalam

pelaksanaan audit dan wajib untuk menanggung segala konsekuesi

mengena ilaporan audit yang telah dilakukannya.

2.5. Gaya Kepemimpinan

2.5.1. Definisi Gaya Kepemimpinan

Menurut Luthans (2011):

“Gaya kepemimpinan adalah cara pemimpin untuk mempengaruhi


bawahannya sedemikian rupa sehingga orang tersebut melakukan
kehendaknya untuk mencapai tujuan organisasi meskipun secara pribadi
hal tersebut tidak disenangi.”
Seorang manajer dapat memotivasi bawahannya agar tetap menjalankan

tugas dengan sebaik-baiknya, memiliki dedikasi yang tinggi, dan wajib merasa

bertanggungjawab untuk mewujudkan tujuan organisasi. Gaya manajer dalam

mengelola sumber daya manusia akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan

secara menyeluruh.

2.5.2. Indikator Gaya Kepemimpinan

Ada dua indikator gaya kepemimpinan yang dikembangkan oleh Gibson

(2000) dan Marganingsih (2010), yaitu:

1. Gaya kepemimpinan consideran

Gaya kepemimpinan consideran merupakan salah satu jenis gaya

kepemimpinan yang menggambarkan kedekatam antara bawahan

dengan atasan/pimpinan, adanya kepercayaan satu sama lain,

kekeluargaan, menghargai setiap gagasan bawahan, dan adanya


19

komunikasi antara bawahan dan atasan. Pemimpin dengan konsiderasi

yang tinggi cenderung menekankan pentingnya komunikasi yang

terbuka.

2. Gaya kepemimpinan structure

Gaya kepemimpinan structure adalah gaya kepemimpinan yang

menunjukkan bahwa pemimpim cenderung membangun komunikasi

yang jelas dan menjelaskan cara-cara mengerjakan setiap tugas

dengan benar. Pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan yang

tinggi memiliki kecenderungan dalam memberntuk struktur yang

tinggi kemudian akan berfokus pada tujuan dan hasil.

2.6. Kerangka Konseptual

2.6.1 Teori Agensi (Agency Theory)

Teori agensi atau teori keagenan menurut Jensen & Meckling (1976)

adalah suatu kontrak dibawah satu atau lebih yang melibatkan agen untuk

melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan pendelegasian

wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Teori agensi menjelaskan

hubungan antara pemilik perusahaan (principal) dan manajer (agent). Teori

agensi menjelaskan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang atau

lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu

jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada

agent tersebut (Jensen & Meckling. 1976).


20

Keterkaitan teori agensi dengan penelitian ini adalah teori agensi

menjelaskan hubungan principal dan agent pada KAP di DKI Jakarta.

Principal dalam penelitian ini adalah PT Hanson International Tbk (MYRX)

sedangkan agent dalam penelitian ini adalah auditor KAP DKI Jakarta. Teori

ini muncul ketika PT Hanson Internasional Tbk mempercayakan pengauditan

laporan keuangannya kepada auditor KAP. Namun, auditor tidak dapat

melakukan kinerjanya dengan baik yaitu tidak cermat dan teliti dalam

mengaudit laporan keuangan tahun PT Hanson International Tbk (MYRX)

untuk tahun buku 31 Desember 2016. Kasus tersebut berpotensi membuat citra

kinerja auditor yang semula dapat dipercaya oleh masyarakat menjadi buruk.

Sebagai upaya penanganan kasus ini, profesionalisme seorang auditor

sangat dibutuhkan dalam mengindari masalah yang sering melibatkan kinerja

auditor. Sikap profesionalisme auditor dibutuhkan dalam menghasilkan kinerja

auditor yang sebaik-baiknya. Hal tersebut dikarenakan semakin baik kinerja

auditor, masyarakat dan pihak-pihak terkait juga akan semakin percaya dengan

profesi seorang auditor. Profesionalisme yang tinggi tidaklah cukup menjamin

kinerja auditor, oleh sebab itu integritas yang tinggi juga perlu ditanamkan

pada diri seorang auditor yang meliputi sikap jujur, berani, bijaksana, dan

bertanggung jawab. Integritas seorang auditor akan membentuk kepercayaan

publik bahwa auditor telah memberikan keputusan yang andal dalam setiap

pekerjaannya (Daulay, 2020). Selain kedua hal tersebut, gaya kepemimpinan

juga dibutuhkan karena dengan adanya gaya kepemimpinan yang baik akan

memicu kinerja auditor yang terarah terhadap pencapaian tujuan organisasi.


21

2.5.3. Hubungan Profesionalisme dengan Kinerja Auditor

Profesionalisme dapat didefinisikan sebagai sikap atau perilaku seseorang

dalam melakukan profesi tertentu (Halim, 2003). Profesionalisme seorang

auditor haruslah berpedoman pada standar audit yang berlaku yaitu yang telah

ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang menyatakan

bahwa profesional seorang auditor yang dimaksudkan yaitu sikap dan tindakan

hati-hati, menyeluruh, dan tepat waktu sesuai dengan persyaratan penugasan.

Apabila auditor memiliki pandangan profesionalisme yang tinggi maka akan

memberikan pengaruh yang baik bagi kinerjanya, sehingga hasil audit laporan

keuangan yang telah dilaksanakan akan lebih dapat dipercaya oleh para

pengambi keputusan baik pihak internal maupun pihak eksternal.

2.5.4. Hubungan Integritas dengan Kinerja Auditor

Asosiasi Auditor Pemerintah Indonesia tentang kode etik integritas

mendefinisikan integritas sebagai mutu, sifat, atau keadaan yang memiliki

kesatuan yang utuh sehinga memiliki potensi dan kemampuan dalam

menunjukkan kewibawaan dan kejujuran. Integritas juga menyatakan hubungan

wajar dengan keadaan yang sebenarnya terjadi. Permenpan Nomor:

PER/04/M.PAN/03/2008 tentang kode etik APIP yang berhubungan dengan

integritas mengatakan bahwa auditor harus memeiliki kepribadian yang jujur,

berani, bijaksana dan bertanggungjawab. Integritas dalam diri seorang auditor

sangat penting dalam menilai kinerja auditor karena integritas mengharuskan

seseorang untuk selalu berterus terang dan bersikap jujur demi mendapatkan
22

kepercayaan publik. Dengan adanya dukungan dan kepercayaan publik maka

seorang auditor dapat mempertahakankan dan meningkatkan kinerjanya menjadi

lebih baik lagi.

2.6. Hubungan Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Auditor

Gaya kepemimpinan sering diterapkan oleh pimpinan yang bertujuan demi

tercapainya sasaran organisasi yang telah disepakati bersama. Gaya

kepemimpinan diterapkan manajer untuk mempengaruhi perilaku bawahannya.

Penting bagi manajer untuk menyesuaikan gaya kepemimpinannya untuk

mengembangkan karyawan, membangun motivasi, dan menjalankan dungsi-

fungsi manjerial dengan tujuan kinerja yang dihasilkan meningkatkan

(Trisnaningsih, 2007). Seorang pemimpinan yang menerapkan gaya

kepemimpinan akan mampu memotivasi bawahannya sehingga bersemangat

dalam bekerja dan menciptakan kinerja yang semakin baik.

2.7. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang pertama dilakukan oleh Tunnisa (2020) dengan variabel

dependen yaitu kinerja auditor, sedangkan variabel independen dalam penelitian

ini adalah independensi, profesionalisme, etika profesi, dan budaya organisasi.

Penelitian ini dilakukan pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Pekanbaru.

Penelitian ini menunjukkan bahwa independensi, profesionalisme, dan budaya

organisasi berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja auditor, sedangan etika

profesi berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja auditor.


23

Penelitian yang kedua dilakukan oleh Daulay (2020). Penelitian ini

dilaksanakan pada Kantor Akuntan Publik di Kota Medan. Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah kinerja auditor, sedangkan variabel independen dari

penelitian ini adalah integritas auditor, independensi auditor, dan gaya

kepemimpinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa integritas, independensi, dan

gaya kepemimpinan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja auditor pada

Kantor Akuntan Publik di Medan.

Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Eviyany dan Lapoliwa (2014).

Penelitian ini menguji tiga variabel independen yaitu independensi, integritas, dan

kopentensi, sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja

auditor. Penelitian dilaksanakan pada Kantor Akuntan Publik daerah Jakarta dan

Tangerang. Penelitian ini menyatakan bahwa independesi, integritas, dan

kompensasi berpengaruh terhadap kinerja auditor pada Kantor Akuntan Publik di

daerah Jakarta dan Tangerang.

Penelitian keempat dilakukan oleh Ramadhanty (2013). Penelitian ini

dilaksanakan pada Kantor Akuntan Publik di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan pengalaman, otonomi, profesionalisme, dan

ambiguitas sebagai variabel independen, sedangkan kinerja auditor sebagai

variabel dependen. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa pengalaman,

otonomi, dan profesionalisme berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja

auditor pada KAP di Daerah Istimewa Yogyakarta, sedangkan ambiguitas peran

berpengaruh signifikan negatif terhadap KAP di Daerah Istimewa Yogyakarta.


24

Penelitian kelima dilakukan oleh Nuraini (2016) yang mengambil subyek

pada Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta dan Solo dengan variabel dependen

yaitu kinerja auditor. Variabel independen dari penelitian ini antara lain adalah

independensi, gaya kepemimpinan, dan budaya organisasi. Hasil yang didapat dari

penelitian ini adalah independensi,gaya kepeimpinan, dan budaya organisasi

berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja auditor pada Kantor Akuntan

Publik di Yogyakarta dan Solo.

Tabel 2.1.

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Variabel Subjek Hasil

1. Tunnisa Variabel Kantor 1. Independensi

(2020) Independen (X) Akuntan berpengaruh signifikan

X1: Independensi Publik di positif terhadap kinerja

X2: Pekanbaru auditor.

Profesionalisme 2. Profesionalisme

X3: Etika Profesi berpengaruh signifikan

X4: Budaya positif

Organisasi 3. Etika profesi

Variabel berpengaruh signifikan

Dependen (Y) negatif terhadap kinerja

Kinerja Auditor auditor.

4. Budaya organisasi

berpengaruh signifikan

positif terhadap kinerja


25

auditor.

2. Daulay Variabel Kantor 1. Integritas

(2020) Independen (X) Akuntan berpengaruh signifikan

X1: Integritas Publik di Kota positif terhadap kinerja

X2: Independensi Medan auditor.

X3: Gaya 2. Independensi

Kepemimpinan berpengaruh signifikan

Variabel positif terhadap kinerja

Dependen (Y) auditor.

Kinerja Auditor 3. Gaya kepemimpinan

berpengaruh signifikan

positif terhadap kinerja

auditor.

3. Eviyany dan Variabel Jakarta dan 1. Independensi

Lapoliwa Independen (X) Tngerang berpengaruh signifikan

(2014) X1: Independensi positif terhadap kinerja

X2: Integritas auditor.

Kerja 2. Integritas

X3: Kompetensi berpengaruh signifikan

Variabel positif terhadap kinerja

Dependen (Y) auditor.

Kinerja Auditor 3. Kompetensi

berpengaruh signifikan

positif terhadap kinerja

auditor.
26

4. Ramadhanty Variabel Kantor 1. Pengalaman

(2013) Independen (X) Akuntan berpengaruh signifikan

X1: Pengalaman Publik di positif terhadap kinerja

X2: Otonomi Daerah auditor.

X3: Istimewa 2. Otonomi berpengaruh

Profesionalisme Yogyakarta signifikan positif

X4: Ambiguitas terhadap kinerja auditor.

Peran 3. Profesionalisme

Variabel berpengaruh signifikan

Dependen (Y) positif terhadap kinerja

Kinerja Auditor auditor.

4. Ambiguitas

berpengaruh signifikan

negatif terhadap kinerja

auditor.

5. Nuraini Variabel Kantor 1. Independensi

(2016) Independen (X) Akuntan berpengaruh signifikan

X1: Independensi Publik positif terhadap kinerja

X2: Gaya Yogyakarta auditor.

Kepemimpinan dan Solo 2. Gaya kepemimpinan

X3: Budaya berpengaruh signifikan

Organisasi positif terhadap kinerja

Variabel auditor.

Dependen (Y) 3. Budaya organisasi

Kinerja Auditor berpengaruh positif


27

signifikan terhadap

kinerja auditor.

Sumber: Penelitian Terdahulu

2.8. Pengembangan Hipotesis

2.8.1. Pengaruh Profesionalisme Terhadap Kinerja Auditor

Berdasarkan pada Halim (2003), profesionalisme adalah sikap atau

perilaku seseorang dalam melakukan profesi tertentu. Seorang auditor

diwajobkan untuk melaksanakan dan menyelesaikan tanggungjawabnya dalam

melakukan tugas audit sesuai dengan prosedur dan standar yang berlaku. Auditor

yang profesional harus menghindari ketidakjujuran dan juga kelalaian. Sehingga

apabila seorang auditor memiliki sikap profesional akan menghasilakan kinerja

yang berkualitas dan terpercaya di mata publik. Oleh sebab itu, profesionalisme

yang tinggi memiliki pengaruh terhadap kinerja auditor, artinya peningkatan

kinerja auditor akan meningkat apabila profesionalisme dalam diri auditor

tinggi, dan begitu sebaliknya.

Penelitian ini memilih beberapa penelitian terdahulu yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Tunnisa (2020) yang menyatakan bahwa profesionaliseme

berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja auditor. Sementara penelitian


28

yang dilakukan oleh Ramadhanty (2020) menghasilkan bahwa profesionalisme

terhadap kinerja auditor. Kemudian penelitian serupa juga dilakukan oleh Devi

& Putra (2019) yang menyatakan bahwa profesionalisme berpengaruh signifikan

positif terhadap kinerja auditor.

Dari penelitian-penelitian terdahulu ini menandakan bahwa

profesionalisme yang tinggi akan berpengaruh pula terhadap kinerja seorang

auditor sehingga hasil audit dapat lebih dipercaya oleh para pengambil

keputusan. Apabila auditor memiliki profesionalisme yang tinggi sebagai

seorang auditor dan tidak mengharapkan imbalan profesi sebagai pembanding

sehingga akan menggunakan seluruh kemampuan yang dimiliki untuk

menghasilkan kinerja yang maksimal.

H1 : Profesionalisme berpengaruh signifikan positif terhadap

kinerja auditor.

2.8.2. Pengaruh Integritas Terhadap Kinerja Auditor

Asosiasi Auditor Pemerintah Indonesia tentang kode etik mendefinisikan

integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yang memiliki kesatuan yang utuh

sehinga memiliki potensi dan kemampuan dalam menunjukkan kewibawaan dan

kejujuran. Artinya auditor yang berintegritas mampu mewujudkan apa yang

diyakini benar.

Penelitian yang dilakukan oleh Daulay (2020) menyatakan bahwa

integritas berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja auditor. Penelitian

serupa juga dilakukan oleh Yulianti, dkk (2020) yang menghasilkan penelitian
29

bahwa integritas berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja auditor.

Sementara Candradewi & Putra (2022) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

integritas berpengaruh terhadap kinerja auditor.

Hasil dari penelitian-penelitian terdahulu membuktikan bahwa semakin

tinggi integritas yang dimiliki seorang auditor, maka akan semakin tinggi pula

kinerja yang dihasilkan. Integritas merupakan sikap yang harus dimiliki seorang

auditor karena mencerminkan komitmen profesi auditor. Dengan adanya

komitmen, seorang auditor akan mampu menumbuhkan loyalitas serta

mendorong kinerja untuk mengambil berbagai keputusan dengan tepat.

H2: Integritas berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja

auditor.

2.8.3. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Auditor

Luthans (2011) mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai cara

pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya sedemikian rupa sehingga orang

tersebut melakukan kehendaknya untuk mencapai tujuan organisasi meskipun

secara pribadi hal tersebut tidak disenangi. Seorang manajer dapat memotivasi

bawahannya agar tetap menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya, memiliki

dedikasi yang tinggi, dan wajib merasa bertanggungjawab untuk mewujudkan

tujuan organisasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Nuraini (2016) menyatakan bahwa gaya

kepemimpinan berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja auditor. Sitio dan

Anisyukurlillah (2014) juga menyatakan hal yang serupa yaitu gaya


30

kepemimpinan berpengaruh signifikan postif terhadap kinerja auditor.

Sementara Sidik dan Safitri (2020) dalam penelitiannya menyatakan bahwa gaya

kepemimpinan berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja auditor. Hal ini

dapat diartikan bahwa semakin baik gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh

pimpinan maka akan mendukung auditor untuk menerapkan kinerja yang

memuaskan.

H3: Gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja

auditor.
31
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian ilmiah bersifat empiris kuantitatif

dengan uji hipotesis. Menurut Hartono (2017) penelitian empiris adalah penelitian

menggunakan fakta yang objektif, diperoleh secara hati-hati, benar-benar

terjadi,tidak tergantung pada kepercayaan atau nilai-nilai peneliti maupun orang

lain.

3.2. Objek Penelitian

Objek penelitian dapat berupa perusahaan, manusia, karyawan dan lainnya

(Hartono, 2017). Objek penelitian ini adalah kinerja auditor pada KAP di DKI

Jakarta.

3.3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian merupakan siapa yang akan digunakan sebagai sumber

data atau sumber informasi peneliti (Hartono, 2017). Penelitian ini menggunakan

subyek penelitian pada KAP di DKI Jakarta.

3.4. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan, inti, atau individu yang berada pada luar

lingkup atau objek yang akan diteliti (Hartono, 2017). Hal ini dapat mencakup

segala hal yang ada pada objek. Populasi penelitian ini adalah para pegawai yang

bekerja sebagai auditor pada KAP di DKI Jakarta.

31
32

3.5. Sampel Penelitian dan Kriteria

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti akibat ditemukannya

sebuah keterbatasan. Sampel yang baik adalah sampel yang memenuhi dua

kriteria yaitu akurat dan presisi (Hartono, 2017). Sampel yang tidak akurat dan

tidak tepat akan memberikan kesimpulan yang tidak diharapkan. Menurut Hartono

(2017), terdapat dua jenis metode yang digunakan dalam pengambilan sampel,

yaitu pengambilan sampel berbasis probabilitas dan pengambilan sampel non-

probabilitas. Dalam penelitian ini, metode pengambilan sampel yang digunakan

adalah metode non-probabilitas dengan purposive sampling. Metode purposive

sampling ini dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan pada

kriteria tertentu (Hartono, 2017). Penelitian ini menggunakan kriteria pemilihan

sampel sebagai berikut:

1. Auditor yang telah bekerja pada Kantor Akuntan Publik di DKI

Jakarta.

2. Auditor sudah pernah mengikuti pelaksanaan audit.

3. Auditor memiliki pengalaman kerja minimal 6 bulan.

3.6. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu simbol yang berisikan suatu nilai (Hartono, 2017).

Variabel tidak hanya dikelompokkan menjadi variabel dependen dan independen,

variabel juga dikelompokkan menjadi variabel moderasi (moderating variable),

variabel mediasi (mediating variable), dan variabel ekstrane (extraneous

variable). Peneliti menggunakan dua jenis variabel yaitu variabel dependen dan
33

variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja

auditor. Variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Profesionalisme (X1)

2. Integritas (X2)

3. Gaya Kepemimpinan (X3)

3.7. Operasional Variabel

Menurut Hartono (2017), operasional variabel merupakan cara untuk

mengukur variabel penelitian agar dapat dioperasikan. Operasional variabel dalam

penelitian ini dijelaskan dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.1.

Operasional Variabel

Variabel Konsep Dimensi Elemen Tipe

Data

Kinerja Auditor Kinerja auditor Indikator yang Kuesioner Tipe data


(Y) adalah auditor digunakan untuk dimodifikasi dalam
yang mengukur variabel oleh penelitian penelitian
melaksanakan kinerja auditor adalah: yang dilakukan ini adalah
penugasan 1. Kemampuan oleh Daulay skala
pemeriksaan 2. Komitmen (2020). linkert 5
secara objektif 3. Motivasi Pertanyaan poin
atas laporan 4. Kepuasan kerja terdiri dari lima yaitu:
keuangan dengan (Daulay, 2020) pertanyaan yang 1=
tujuan untuk berhubungan Sangat
menentukan dengan Tidak
apakah laporan indikator kinerja Setuju
keuangan tersebut auditor. 2 = Tidak
menyajikan secara (Daulay, 2020) Setuju
wajar sesuai 3=
dengan prinsip Netral
akuntansi yang 4=
berlaku umum, Setuju
dalam semua hal 5=
yang material, Sangat
posisi keuangan, Tidak
34

dan hasil usaha Setuju


perusahaan.
(Mulyadi &
Kanaka, 1998)
Profesionalisme Profesionalisme Indikator yang Kuesioner Tipe data
(X1) adalah sikap atau digunakan dalam dimodifikasi dalam
perilaku seseorang mengukur variabel dari penelitian penelitian
dalam melakukan profesionalisme adalah: yang dilakukan ini adalah
profesi tertentu. 1. Pengabdian pada oleh Tunnisa skala
(Halim, 2003) profesi. (2021), terdiri likert 5
2. Kewajiban sosial. dari tujuh poin
3. Kemandirian pertanyaan yang yaitu:
4. Keyakinan berhubungan 1=
terhadap profesi. dengan Sangat
5. Hubungan dengan indikator Tidak
sesama profesi. profesionalisme. Setuju
(Tunnisa, 2021) 2 = Tidak
Setuju
3=
Netral
4=
Setuju
5 =
Sangat
Tidak
Setuju

Integritas (X2) Integritas adalah Indikator yang Kuesioner Tipe data


integritas adalah digunakan dalam dimodifikasi dalam
mutu, sifat, atau mengukur variabel dari penelitian penelitian
keadaan yang integritas adalah: Daulay (2020), ini adalah
memiliki kesatuan 1. Kejujuran auditor. terdiri dari lima skala
yang utuh sehinga 2. Keberanian auditor. pertanyaan yang likert 5
memiliki potensi 3. Sikap bijaksana berhubungan poin
dan kemampuan auditor. dengan yaitu:
dalam (Daulay, 2020) indikator 1=
menunjukkan integritas. Sangat
kewibawaan dan Tidak
kejujuran. Setuju
(Asosiasi Auditor 2 = Tidak
Pemerintahan Setuju
Indonesia) 3=
Netral
4=
Setuju
5 =
Sangat
Tidak
Setuju

Gaya Gaya Indikator yang Kuesioner Tipe data


kepemimpinan kepemimpinan digunakan dalam dimodifikasi dalam
(X3) adalah cara mengukur variabel dari penelitian penelitian
pemimpin untuk gaya kepemimpinan Nuraini (2016), ini adalah
mempengaruhi adalah: terdiri dari skala
35

bawahannya 1. Gaya enam likert 5


sedemikian rupa kepemimpina pertanyaan yang poin
sehingga orang n consideran berhubungan yaitu:
tersebut 2. Gaya dengan gaya 1=
melakukan kepemimpina kepemimpinan. Sangat
kehendaknya n structure Tidak
untuk mencapai (Nuraini, 2016) Setuju
tujuan organisasi 2 = Tidak
meskipun secara Setuju
pribadi hal 3=
tersebut tidak Setuju
disenangi. 4=
Luthans (2011) Sangat
Tidak
Setuju

Sumber : Teori dan Penelitian Terdahulu

3.8. Model Penelitian

Model penelitian yang mengilustrasikan hubungan pengaruh antara kedua

variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat melalui gambar berikut

ini:

Profesionalisme (X1)

Integritas (X2) + Kinerja Auditor (Y)


+

Gaya Kepemimpinan (X3)

Gambar 3.1. Model Penelitian


36

3.9. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

3.9.1 Jenis Data

Data penelitian dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data arsip

(Hartono, 2017). Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara

langsung, sedangkan data arsip adalah data yang diperoleh peneliti melalui pihak

lain. Penelitian ini menggunakan data arsip primer yang diperoleh melalui

penyebaran kuesioner pada pegawai yang menjabat sebagai auditor pada Kantor

Akuntan Publik di DKI Jakarta.

3.9.2. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Hartono (2017), terdapat beberapa teknik pengumpulan data

yaitu melalui pengamatan langsung, wawancara, observasi, studi waktu dan gerak,

teknik survei, delphi, analisis isi, basis data, atau model matematik. Penelitian ini

menggunakan teknik penggumpulan data melalui survei dengan kuesioner. Survei

(survey) atau self-administered survey adalah metode pengumpulan data primer

dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden individu (Hartono,

2017). Survei dalam penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner

kepada auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta.

Kuesioner dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian pertama berisi petujuk

pengisian kuesioner, bagian kedua berisi identitas responden, dan bagian ketiga

berisi butir-butir pertanyaan kuesioner dari setiap variabel. Penyebaran kuesioner

akan dilakukan pada 1 Januari 2023 sampai dengan 31 Januari 2023. Waktu
37

penyebaran kuesioner didasarkan pada pertimbangan auditor dalam

menyelesaikan proses audit laporan keuangan pada kuartal pertama bulan April.

3.10. Analisis Data

3.10.1. Uji Pendahuluan

3.10.1.1. Uji Alat

Uji alat dilakukan untuk menilai validitas dan reliabilitas data primer

kuesioner.

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu

kuesioner (Ghozali, 2018). Kuesioner dapat dikatakan valid jika

pertanyaan pada kuesioner dapat mengungkapkan sesuatu yang akan

diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam penelitian ini, uji validitas

dilakukan dengan menggunakan Pearson Product Moment. Berikut

merupakan kriteria dari uji validitas dengan Pearson Product

Moment:

a. Jika r hitung > r tabel dan bernilai positif, maka butir pertanyaan

atau indikator tersebut dinyatakan valid.

b. Jika r hitung < r tabel dan bernilai positif, maka butir pertanyaan

atau indikator tersebut dinyatakan tidak valid.

2. Uji Reliablitas

Uji reliabilitas merupakan uji yang dilakukan setelah uji validitas

yang berguna untuk mempertimbangkan reliabilitas pengukuran.


38

Uji reliabilitas adalah alat ukur untuk mengukur suatu kuesioner

yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Ghozali,

2018). Suatu kuesioner dapat dikatakan reliabel apabila jawaban

seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari

waktu ke waktu. Penelitian ini mengukur reliabilits dengan cara

One Shot atau pengukuran hanya dilakukan sekali dan kemudian

hasilnya dibadingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur

korelasi antar jawaban pertanyaan dengan menggunakan uji

statistik Conbach Alpha (α). Kriteria pengambilan keputusan dari

uji reliabilitas ini adalah:

a. Jika nilai dari Cronbach Alpha (α) > 0,70 maka pertanyaan

dinyatakan andal atau suatu konstruk maupun variabel dinyatakan

reliabel.

b. Jika nilai dari Cronbach Alpha (α) < 0,70 maka pertanyaan

dinyatakan andal atau suatu konstruk maupun variabel dinyatakan

tidak reliabel.

3.10.1.2. Uji Statistik Deskriptif

Menurut Ghozali (2018), statistik deskriptif merupakan statiatik yang

digunakan untuk memberikan deskripsi data yang dapat dilihat dari nilai rata-

rata (mean), varian, maksimum, minimum, penyimpangan (standar deviasi),

sum, range, kurtosis, dan skewness. Sedangkan menurut Sugiyono (2018),

statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah


39

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum atau generalisasi. Penelitian ini menggunakan uji

statistik dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean), dan

standar deviasi.

3.10.1.3. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2018), uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan

untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau

residual memiliki distribusi normal. Model regresi dikatakan baik jika

memiliki nilai residual yang berdistribusi normal atau mendekati normal. Uji

t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.

Jika asumsi dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah

sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi

normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.

Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati

secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh

karena itu peneliti menggunakan uji statistik. Uji statistik yang dapat

digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-

parametik Kolmogorov Smirnov (K-S) tingkat signifikansi (α) 0,05 dengan

cara melihat pada baris Asymp. Sig. (2-tailed). Kriteria pengambilan

keputusan dari uji normalitas Kolmogorov-Smirnov Test sebagai berikut:

1. Jika nilai signifikansi > α (5%), maka data terdistribusi normal.


40

2. Jika nilai signifikansi < α (5%), maka data tidak terdistribusi normal.

3.10.1.4. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Multikolonieritas

Menurut Ghozali (2018), uji multikolonieritas dilakukan untuk

menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar

variabel bebas atau variabel independen. Model regresi yang baik

semestinya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika

antar variabel independen memiliki nilai korelasi sama dengan nol

maka disebut sebagai variabel ortogonal (Ghozali, 2018). Uji

multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya,

Variance Inflation Factor (VIF). Nilai tolerance yang rendah sama

dengan nilai VIF yang tinggi (VIF = 1/Tolerance). Kriteria yang

digunakan adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10, berarti

terdapat multikolonieritas.

b. Jika nilai tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF < 10, berarti

tidak terdapat multikolonieritas.

2. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2018), uji heteroskedastitas adalah pengujian yang

dilakukan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan variance dari

residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Apabila variance dari

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut


41

homoskedastisitas, sedangkan jika variance-nya berbeda disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak

heteroskedastisitas (homoskedastisitas). Cara untuk mendeteksi adanya

heteroskedastisitas adalah dengan melakukan Uji Glejser. Uji Glejser

dilakukan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel

independen. Kriteria yang digunakan dalam pengujian heteroskedastisitas

dengan Uji Glejser adalah:

a. Jika probabilitas signifikansi ≥ 5% maka heteroskedastisitas dalam

model regresi tidak terjadi.

b. Jika probabilitas signifikansi < 5% maka heteroskedastisitas dalam

model regresi akan terjadi.

9.10.2. Uji Hipotesis

9.10.2.1. Hipotesis Penelitian dan Notasi Statistik

Pengujian hipotesis terdiri dari beberapa prosedur yaitu menyatakan

hipotesis, memilih pengujian hipotesis, menentuka tingkat keyakinan yang

diinginkan, dan menghitung nilai statistiknya (Ghozali, 2018). Menurut

Ghozali (2018), uji hipotesis bertujuan untuk menganalisis data-data yang

telah diperoleh dan membuat kesimpulan dari hasil analisis data yang

diperoleh tersebut, apakah variabel independen (bebas) berpengaruh terhadap

variabel dependen (terikat), dengan kata lain bertujuan untuk menguji apakah

hipotesis atas penelitian ini diterima atau tidak. Dalam penelitian ini, bentuk

hipotesis statistika dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


42

1. H1: Profesionalisme berpengaruh signifikan positif terhadap

kinerja auditor.

Notasi statistik dinyatakan sebagai berikut:

H0 : X1 ≤ 0

HA : X1 > 0

2. H2: Integritas berpengaruh signifikan positif terhadap

kinerja auditor.

Notasi statistik dinyatakan sebagai berikut:

H0 : X2 ≤ 0

HA : X2 > 0

3. H3: Gaya kepemompinan berpengaruh signifikan positif terhadap

kinerja auditor.

Notasi statistik dinyatakan sebagai berikut:

H0 : X3 ≤ 0

HA : X3 > 0

Keterangan:

H0 = Hipotesis nol

HA = Hipotesis alternatif

X1 = Pengalaman Kerja

X2 = Profesionalisme

X3 = Integritas

3.10.2.2. Tingkat Kesalahan


43

Penelitian ini menggunakan pengujian satu sisi (one-tailed test) yang

digunakan untuk menguji hipotesis searah (Hartono, 2017). Tingkat

kesalahan dalam penelitian ini adalah 5%, sehingga tingkat keyakinan (1-α)

sebesar 95%. Tingkat kesalahan tersebut ditetapkan karena untuk memilih

salah satu karakteristik penelitian yaitu kokoh (rigor) dengan memperkecil

batas kesalahan sehingga menghasilkan hsail penelitian dengan keakuratan

yang tinggi.

Gambar 3.2. Pengujian Satu Sisi (Positif) dengan α = 5%, untuk HA1,

HA2, HA3

Sumber: Hartono (2017)

3.10.2.3. Model Pengujian Statistik

Penelitian ini menguji profesionalisme, integritas, dan gaya

kepemimpinan terhadap kinerja auditor pada KAP di DKI Jakarta. Penelitian

ini menggunakan regresi linier berganda. Berikut ini merupakan persamaan

model regresi berganda yang digunakan:

KA = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

Keterangan:

KA : Kinerja Auditor
44

α : Konstanta

β1 : Koefisien Regresi Profesionalisme

β2 : Koefisien Regresi Integritas

β3 : Koefisien Regresi Gaya kepemimpinan

X1 : Profesionalisme

X2 : Integritas

X3 : Gaya Kepemimpinan

e : Standard Error (Kesalahan)

3.10.2.4. Uji Nilai t

Menurut Ghozali (2018), uji nilai t menunjukkan seberapa

berpengaruh setiap variabel independen secara individu terhadap

variabel dependen. Salah satu cara melakukan uji nilai t adalah dengan

membandingkan nilai signifikan dengan alpha (α) sebagai berikut:

1. Jika signifikan t < α (0,05), maka HA diterima.

2. Jika signifikan t ≥ α (0,05), maka HA ditolak.

3.10.2.5. Uji Nilai F

Uji F digunakan untuk menguji Goodness of Fit atau kelayakan

dari model persamaan regresi. Uji F dilakukan dengan

membandingkan nilai signifikansi dengan nilai alpha (α), kriterianya

adalah sebagai berikut:

1. Jika nilai signifikansi F ≤ α (5%), maka HA diterima.

2. Jika nilai signifikansi F > α (5%), maka HA ditolak.


45

3.10.2.6. Koefisien Determinasi

Menurut Ghozali (2018), koefisien determinasi (adjusted R2)

digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam

menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi

adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil menunjukkan bahwa

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi

variabel dependen amat terbatas. Nilai adjusted 𝑅2 yang mendekati 1

(satu) bermakna bahwa variabel-variabel independen semakin mampu

dalam menjelaskan variasi variabel dependen (Ghozali, 2018).

3.10.3. Rencana Pembahasan

Setelah hipotesis penelitian ini diuji, peneliti berencana untuk

mencari penyebab mengapa hipotesis diterima atau ditolak, serta

membandingkannya dengan penelitian terdahulu. Hal tersebut sesuai

dengan tujuan awal penelitian yaitu untuk menguji kembali pengaruh

profesionalisme, integritas, dan gaya kepemimpinan terhadap kinerja

auditor pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta. Tujuan penelitian

dapat tercapai apabila hasil dari uji statistik sesuai dengan hipotesis

yang telah diajukan.


DAFTAR PUSTAKA

Arens, & Alvin, A., dkk (2008). Auditing dan Jasa Assurance (Edisi 12). Jakarta:
Erlangga.
Ariani, K.G., & I. Badera. (2015). Pengaruh Integritas, Obyektifitas, Kerahasiaan,
Dan Kompetensi Pada Kinerja Auditor Inspektorat Kota Denpasar, E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana 10(1), 182–198.
Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Medan),
Jurnal Universitas Prima Indonesia.
Candradewi, N.K.A., & Putra, I.P.D.S., (2022). Pengaruh Integritas Auditor,
Pemahaman Good Governance, dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja
Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Di Provinsi Bali. Jurnal Universitas
Hindu Indonesia.
Daulay, R.U. (2020). Pengaruh Integritas Auditor, Independensi Auditor, dan
Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Auditor (Studi Kasus Pada Kantor
Akuntan Publik di Kota Medan). Skripsi, Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara.
Devi, N.P.H.C., & Putra, I.M.P.D. (2019). Pengaruh Profesionalisme,
Independensi dan Pelatihan Auditor Terhadap Kinerja Auditor Pada Kantor
Akuntan Publik Provinsi Bali. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.
Vol.27.2, 1472-1497.
Eviyany, G., & Lapoliwa, B. (2015). Pengaruh Independensi, Integritas, dan
Kompetensi Terhadap Kinerja Auditor. E-Jurnal Ultima Accounting.
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisi Multivariat dengan Program IBM SPSS 25
(Edisi 9). Semarang, Indonesia: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., & Donnely, J.H. (1996). Organisasi: Perilaku,
Struktur dan Proses. Jakarta, Indonesia: Binarupa Aksara.
Halim, A. (2003). Auditing (Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan). Yogyakarta,
Indonesia: UPP AMP YKPN.
Hartono, J. (2017). Metodologi Penelitian Bisnis Salah Kaprah dan Pengalaman-
Pengalaman (Edisi 6). Yogyakarta, Indonesia: BPFE.
Herawaty, A., & Susanto, Y.K. (2009). Pengaruh Profesionalisme, Pengetahuan
Mendeteksi Kekeliruan, dan Etika Profesi Terhadap Pertimbangan Tingkat
Materialitas Akuntan Publik. Jurnal Akuntansi dan Keuangan.
Jensen, M.C., & Meckling, W.H. (1976). Theory of The Firm: Managerial
Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics 3(4), 305–360.
Mangkunegara, A.P. (2005). Evaluasi Kinerja SDM. Bandung, Indonesia: PT.
Refika Aditama.

46
47

Mulyadi, & Kanaka, P. (1998). Auditing. Jakarta, Indonesia: Salemba Empat.


Nuraini, L. (2017). Pengaruh Independensi, Gaya Kepemimpinan, dan Budaya
Organisasi Terhadap Kinerja Auditor (studi empiris pada kantor akuntan publik
Yogyakarta dan Solo). Jurnal Profita: Kajian Ilmu Akuntansi, 5(2).
Permenpan Nomor: PER/04/M.PAN/03/2008 tentang Kode Etik APIP.
Ramadhanty, R.W. (2013). Pengaruh Pengalaman, Otonomi, Profesionalisme,
dan Amiguitas Peran Terhadap Kinerja Auditor. Skripsi, Universitas Negeri
Yogyakarta.
Sandria, F.(2022, Juli 27). Deretan Skandal Lapkeu di Pasar Saham RI,
Indofarma-Hanson!. Jakarta: cnbcindonesia.com. Retrivred from:
https://www.cnbcindonesia.com/market/20210726191301-17-263827/deretan-
skandal-lapkeu-di-pasar-saham-ri-indofarma-hanson/3
Sidik, J., & Safitri, D. (2020). Motivasi kerja memoderasi pengaruh komitmen
organisasi, gaya kepemimpinan dan ambiguitas peran terhadap kinerja auditor.
Jurnal Akuntansi, Keuangan, Dan Manajemen, 1(3), 195-212.
Sitio, R., & Anisykurlillah, I. (2014). Pengaruh Pemahaman Good Governance,
Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi Dan Struktur Audit Terhadap Kinerja
Auditor (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Kota Semarang).
Accounting Analysis Journal, 3(3).
Sukrisno, A. (2004), Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan
Publik (Edisi 3). Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI)
Trisnaningsih, S. (2007). Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi
Sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya
Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor. Simposium
Nasional Akuntansi X, 10(1), 1-56.
Tunnisa, S.F. (2020). Pengaruh Independensi, Profesionalisme, Etika Profesi,
dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor (Studi Empiris pada Kantor
Akuntan Publik di Pekanbaru). Skripsi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim Riau.
Undang-Undang No.5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik Bab I Ps.1 ayat 1
Yulianti, L., Rasuli, M., & Oktari, V. (2020). Pengaruh Integritas, Objektivitas,
Dan Kompetensi Terhadap Kinerja Auditor: Budaya Organisasi Sebagai
Pemoderasi. Jurnal Universitas Riau, Pekanbaru.
48

LAMPIRAN KUESIONER

Kepada Yth.

Bapak/Ibu/Saudara(i) Responden

Di tempat

Dengan Hormat,

Sehubungan dengan penyusunan proposal seminar pengauditan di Fakultas Bisnis

dan Ekonomika Universitas Atma Jaya Yogyakarta, dengan ini saya:

Nama : Anas Tasya Pramadani

NPM : 190425016

Program Studi : Akuntansi S1

Konsentrasi : Pengauditan

Fakultas : Bisnis dan Ekonomika

Dalam hal ini memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara(i) untuk memberikan

tanggapan terhadap kuesioner penelitian ini dengan judul “Pengaruh

Profesionalisme, Integritas, dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Auditor

Pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta ”. Data yang diperoleh dari kuesioner

ini hanya digunakan untuk kepentingan akademis dan penelitian sehingga

kerahasiaan identitas responden akan dijamin peneliti. Oleh karena itu, kami

berharap Bapak/Ibu/Saudara(i) dapat mengisi kuesioner ini sesuai dengan keadaan


49

yang sebenar-benarny. Atas kerjasama dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i

meluangkan waktunya memberikan informasi yang diperlukan, diucapkan terima

kasih.

Hormat saya,

Anas Tasya Pramadani


NPM. 190425016
50

KUESIONER PENELITIAN

1. Petunjuk Pengisian

a. Kuesioner ini ditujukkan kepada auditor KAP di DKI Jakarta

dengan kriteria sebagai berikut:

- Auditor yang telah bekerja pada Kantor Akuntan Publik di DKI

Jakarta

- Auditor pernah mengikuti pelaksanaan audit.

- Auditor memiliki pengalaman kerja minimal 6 bulan.

b. Responden diharapkan untuk membaca setiap pertanyaan dan/atau

pernyataan dengan teliti dan jujur.

c. Responden diharapkan untuk menjawab pertanyaan dan/atau

pernyataan dengan mengisi titik-titik atau memberi tanda checklist

(√) pada kolom yang telah disediakan.

d. Responden diharapkan untuk menjawab yang dapat dipilih sesuai

kondisi responden, yaitu:

1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

2 = Tidak Setuju (TS)

3 = Setuju (S)

4 = Sangat Setuju (SS)

e. Apabila terjadi kesalahan dalam menjawab, dimohon melingkari

(O) tanda checklist yang salah tersebut dan berikan tanda checklist

yang baru pada jawaban yang benar.


51

f. Responden dimohon untuk memeriksa kembali semua jawaban dan

pastikan tidak ada butir pertanyaan yang terlewatkan.

2. Identitas Responden

Nama : ...........................................................

Jenis Kelamin : L / P (Lingkari yang sesuai)

Umur : .... tahun

Lama Bekerja : .... bulan/ tahun (Isi dan lingkari yang sesuai)

Pendidikan Terakhir :

SMA/SMK Sarjana Lainnya

Diploma Pascasarjana

3. Daftar Pertanyaan

1. Profesionalisme

No Pernyataan STS TS S SS

1 Saya menggunakan segenap

kemampuan, pengetahuan, dan

pengalaman saya dalam

melaksanakan proses

pengauditan.

2 Saya akan tetap teguh pada

profesi sebagai auditor

meskipun saya mendapat

tawaran lain dengan imbalan


52

yang lebih besar.

3 Saya menyelesaikan pekerjaan

sesuai dengan aturan yang

ditetapkan.

4 Saya bertanggung jawab atas

pekerjaan yang saya lakukan.

5 Saya tidak akan lari dari

kewajiban pekerjaan yang

diberikan.

6 Dalam menyatakan pendapat

atas laporan keuangan, saya

tidak berada di bawah tekanan

apapun.

7 Saya mempu menjalin

komunikasi dengan baik

terhadap rekan seprofesi

Sumber : Tunnisa (2020)

2. Integritas

No Pernyataan STS TS S SS

1 Auditor harus bekerja sesuai

dengan keadaan yang

sebenarnya, tidak menambah

maupun mengurangi fakta


53

yang ada.

2 Auditor mengemukakan hal-

hal yang menurut

pertimbangan dan keyakinan

perlu dilakukan.

3 Auditor tidak

mempertimbangkan keadaan

seseorang/kelompok orang

atau suatu unit organisasi

untuk membenarkan perbuatan

melanggar ketentuan atau

peratauran perundang-

undangan yang berlaku.

4 Auditor tidak meerima segala

sesuatu dalam bentuk apapun

yang bukan haknya.

5 Auditor bersikap dan

bertingkah laku sesuai dengan

norma yang berlaku.

Sumber : Daulay (2020)

3. Gaya kepemimpinan
54

No Pernyataan STS TS S SS

1 Hubungan antara atasan

dengan bawahan di tempat

saya bekerja sangat dekat.

2 Pimpinan saya tidak mampu

menciptakan rasa saling percaya

antara atasan dan bawahan dan

rekan kerja seprofesi.

3 Pimpinan saya sangat

menghargai gagasan auditor dan

staf lainnya.

4 Pimpinan saya mampu

berkomunikasi dengan auditor

secara jelas dan efektif.

5 Pimpinan saya memberikan

arahan dalam mengerjakan

tugas yang benar.

6 Pimpinan saya selalu

menekankan pekerjaan dengan

memfokuskan pada tujuan dan


55

hasil.

Sumber : Nuraini (2016)

Anda mungkin juga menyukai