ABSTRAK
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan sebuah lembaga swasta dimana para
akuntan publik bekerja untuk memberikan jasa akuntansi profesional. Jasa akuntansi
profesional tersebut meliputi akuntansi, perpajakan, pembukuan, manajemen, dan jasa-
jasa pemeriksaan. Suatu Kantor Akuntan Publik (KAP) diharapkan punya kualitas
bagus dengan cara dinilai dari kinerja auditor yang bekerja di dalamnya. Kinerja auditor
perlu untuk diamati, oleh auditor itu sendiri, klien, dan publik. Karena kinerja auditor
dapat mempengaruhi penilaian publik terhadap profesi akuntan. Dengan pengamatan
yang dilakukan oleh auditor, klien ataupun publik terhadap sebuah Kantor Akuntan
Publik (KAP), diharapkan dapat menemukan permasalahan-permasalahan yang sedang
terjadi dan dapat mengakibatkan kinerja auditor menurun. Sehingga adanya penelitian
ini ditujukan untuk melihat analisis faktor apa yang mempengaruhi kinerja auditor,
seperti: kecerdasan intelektual, etika profesi, kelebihan peran dan gaya kepemimpinan.
KAP partner Ernest and Young (EY) yakni KAP Purwantono, Sungkoro dan Surja
dijatuhkan sanksi pembekuan Surat Tanda Terdaftar (STTD) oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) akibat kesalahan pengauditan laporan keuangan PT Hanson
International Tbk (MYRX) tahun buku 31 Desember 2016. Salah penyajian
(overstatement) oleh Sherly Jokom dengan nilai sekitar Rp 613 miliar dan terdapat
bahwa metode yang digunakan dalam pengakuan pendapatan adalah metode akrual
penuh untuk transaksi nilai gross sebesar Rp 732 miliar dan tidak menjelaskan adanya
pengikatan dalam proses jual beli terhadap kavling yang siap bangun dilaporan
keuangan PT Hanson International tertanggal 12 Juli 2019. Hal ini mengakibatkan
auditor melanggar Kode Etik Profesi Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia.
Dari kasus di atas dapat diketahui bahwa kinerja auditor masih sangat jauh dari yang
diharapkan. Kinerja merupakan hasil kerja atau bisa dikatakan sebagai prestasi kerja
yang dicapai seorang pegawai auditor dari perusahaan/Kantor Akuntan Publik (KAP)
selama ia bekerja sesuai dengan tanggung jawab yang sudah diberikan kepadanya
(Illanisa, N., et al. 2019:19).
Kinerja auditor adalah hasil akhir dari pencapaian atas tugas atau pemeriksaan
yang dilakukan oleh auditor dalam bentuk laporan keuangan dan jasa atestasi lainnya
yang berdasarkan usaha kinerja auditor tersebut. Adapun indikator dari kinerja auditor
menurut (Husin & Umbara, 2016) meliputi: kualitas kerja, kuantitas pekerjaan dan
ketepatan waktu. Laporan keuangan yang dimanipulasi merupakan permasalahan serius
yang dihadapi akuntan publik saat ini, mengakibatkan menurunnya kepercayaan publik
terhadap kinerja auditor. Oleh karena itu diperlukan adanya perubahan terhadap tata
kerja di dalam sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP) khususnya auditor. Kedepannya
auditor harus lebih teliti dan cermat saat melakukan audit laporan keuangan untuk
menghindari pelanggaran kode etik.
Dalam meningkatkan kinerja dan menarik kepercayaan masyarakat, seorang
auditor harus memiliki kemampuan yang baik dalam memahami masalah,
merancangkan, menyelesaikan masalah, dan berpikir teoritis. Kemampuan ini disebut
dengan kecerdasan intelektual, kemampuan seseorang untuk belajar dari pengalaman,
pola pikir yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Adapun indikator dari
kecerdasan intelektual menurut (Putra & Latrini, 2016) meliputi: pelatihan, pengalaman
dan pendidikan.
Kecerdasan intelektual yang dimiliki auditor harus dibarengi dengan etika untuk
mempertanggung jawabkan profesinya. Karena secara tidak langsung etika profesi
membantu dalam pengambilan keputusan tentang sikap dan tindakan yang tepat dan
tidak tepat. Etika profesi adalah sekumpulan nilai perilaku dan hukum yang harus
dipatuhi oleh auditor dalam pekerjaan akuntan yang mencakup kecerdasan profesional,
tanggung jawab dan kepribadian. Dengan begitu perilaku auditornya dapat diatur dalam
melaksanakan kewajibannya terhadap masyarakat. Ikatan Akuntan Indonesia
menerbitkan kode etik yang biasa digunakan oleh auditor sebagai etika profesi. Hal ini
bertujuan agar auditor tersebut tidak melanggar aturan yang tertulis dalam kode etik
profesi. Adapun indikator dari etika profesi menurut (Nurdira et al., 2015)
mencakup: kecapakan profesional, kepribadian, pelaksanaan kode etik, tanggung jawab
dan penafsiran dan penyempurnaan kode etik.
Kelebihan peran juga dapat mempengaruhi kinerja auditor dalam melaksanakan
tugasnya. Kelebihan peran merupakan suatu situasi dimana seseorang dihadapkan
dengan tugas-tugas serta peran yang bervariasi sehingga melampaui waktu dan sumber
daya serta energi yang tersedia. Seorang auditor disebut mengalami kelebihan peran
apabila harus menyelesaikan tugas yang luas dengan keterbatasan waktu dan sukar
dikerjakan. Kelebihan peran terjadi karena tidak melakukan perencanaan kebutuhan
tenaga kerja terkhusus pada masa peak season karena auditor yang bertugas memiliki
sejumlah pekerjaan dimana harus diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
Keadaan ini bisa memicu stress para auditor sehingga akan bekerja asal- asalan dan
hasilnya pun tidak maksimal. Adapun indikator dari kelebihan peran menurut (Sari &
Suryanawa, 2016) meliputi: keterbatasan waktu, beban pekerjaan dan standar kinerja.
auditor dan kunci untuk mencapai tujuan bersama. Penelitian Aprilya dan Wati (2010)
dalam (Rofingatun, 2018) menunjukkan gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap
kinerja auditor dimana perbedaan cara pimpinan dalam memimpin bawahannya sangat
mempengaruhi kinerja bawahannya apabila dipimpin dengan baik maka rasa nyaman
dalam melakukan pekerjaan akan meningkatkan kinerja mereka.
METODE PENELITIAN
Peneliti menerapkan jenis penelitian deskriptif yang berguna untuk mencari tahu
nilai dari setiap variabel independen tanpa menciptakan perbandingan dengan variabel
lainnya dan pendekatan kuantitatif sebagai metode. Menurut (Tersiana, 2018),
penelitian dengan menggunakan prosedur statistik atau secara perhitungan dan akan
menghasilkan penemuan baru disebut metode kuantitatif. Sifat penelitian yang
diterapkan yaitu penelitian kausal. Subjek penelitian atau populasi berupa seluruh KAP
di kota Medan dengan teknik purposive sampling dan syarat sampel: 1) Tercatat di buku
Directory 2020, 2) Bersedia menjadi sampel penelitian, dan 3) Memiliki minimal 5
auditor. Kuesioner pengumpulan data berupa pernyataan dalam bentuk tertulis yang
disebar kepada responden untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Data primer
sebagai jenis data. Metode analisis statistik digunakan untuk menganalisis diterima atau
ditolaknya hipotesis suatu penelitian: regresi linear berganda, heteroskedastisitas, uji
multikolinearitas, koefisien determinasi hipotesis (R2), uji f dan uji t. Untuk mengolah
data digunakan bantuan program data yang bernama Statistical Productand Service
Solution (SPSS 20).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Sebanyak 9 dari 23 KAP di Medan tercatat di buku Directory 2020 dijadikan
sampel oleh peneliti.
1.KAP Aswin Wijaya, CPA
2.KAP Drs. Syamsul Bahri, MM, Ak & Rekan
3.KAP Katio & Rekan (Pusat)
4.KAP Kanaka Puradiredja, Suhartono (Cabang)
5.KAP Drs. Selamat Sinuraya & Rekan (Pusat)
6.KAP Dorkas Rosmiaty & Asen Sutanto
7.KAP Drs. Tarmizi Taher
8.KAP Fachruddin & Mahyuddin
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas untuk memastikan kolerasi antar variabel independen
dengan melihat Variance Inflation Factor (VIF) serta nilai Tolerance, syaratnya jika
nilai VIF di atas 10 atau nilai Tolerance dibawah 0,10 diduga adanya multikolinearitas
dan sebaliknya.
Pada tabel 4 menunjukkan hasil dari nilai Tolerance variabel Kecerdasan
Intelektual yaitu 0,974, variabel Etika Profesi yaitu 0,993, variabel Kelebihan Peran
yaitu 0,985, dan variabel Gaya Kepemimpinan yaitu 0,968. Nilai VIF variabel
Kecerdasan Intelektual sebesar 1,027, variabel Etika Profesi sebesar 1,007, variabel
Kelebihan Peran sebesar 1,015 dan variabel Gaya Kepemimpinan sebesar 1,033. Oleh
sebab nilai Tolerance melebihi 0,10 dan VIF tidak sampai 10 dinyatakan gejala
multikolinearitas tidak ada.
Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dipakai dalam mengamati adakah terdapat kesamaan
varietas residual di dalam sebuah regresi. Apabila variasi pengamatan tidak berubah
maka dapat dikatakan homoskedastisitas, namun apabila tidak tetap maka dikatakan
heteroskedastisitas, dan tidak terjadi heteroskedastisitas dikatakan data yang baik.
Pada gambar 3 diketahui bahwa nilai di atas dan dibawah angka 0 dalam poros
Regression Studentized Residual (y) terdapat penyebaran yang tak beraturan, maka dari
gambar tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa tidak adanya heteroskedastisitas
sehingga data regresi bisa dipakai.
Pada pengujian Glejser apabila variabel independen signifikan dibawah 5% atau
0,05 secara statistik dapat dikatakan adanya heteroskedastisitas dan sebaliknya apabila
variabel independen signifikan di atas 5% atau 0,05 maka tidak adanya
heteroskedastisitas.
Tabel 5 menyatakan bahwa tingkat signifikansi uji glejser pada variabel
Kecerdasan Intelektual adalah 0,099 > 0,05 ,pada variabel Etika Profesi adalah 0,503 >
0,05 ,pada variabel Kelebihan Peran adalah 0,919 > 0,05 dan pada variabel Gaya
Kepemimpinan adalah 0,265 > 0,05. Maka dari itu pada variabel Kecerdasan Intelektual,
Etika Profesi, Kelebihan Peran dan Gaya Kepemimpinan disimpulkan tidak ada terjadi
heteroskedastisitas.
Analisis Regresi Linear Berganda
Dilihat dari tabel 6, dapat dituliskan persamaan regresi linear berganda seperti
dibawah ini:
Kinerja Auditor = 2,490 + 0,168 Kecerdasan Intelektual + 0,153 Etika Profesi +
0,157 Kelebihan Peran + 0,214 Gaya Kepemimpinan
Pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa Kecerdasan Intelektual, Etika Profesi,
Kelebihan Peran, dan Gaya Kepemimpinan memengaruhi Kinerja Auditor pada Kantor
Akuntan Publik di Kota Medan. Berikut penjelasan dari persamaan tersebut:
1. Jika nilai Kecerdasan Intelektual, Etika Profesi, Kelebihan Peran, dan Gaya
Kepemimpinan adalah nol, otomatis besaran Kinerja Auditor adalah 2,490.
2. Variabel Kecerdasan Intelektual memengaruhi secara positif Kinerja Auditor dimana
setiap kenaikan variabel Kecerdasan Intelektual akan mengakibatkan kenaikan 0,168
pada Kinerja Auditor.
3. Variabel Etika Profesi memengaruhi secara positif Kinerja Auditor dimana setiap
kenaikan variabel Etika Profesi akan mengakibatkan kenaikan 0,153 pada Kinerja
Auditor.
4. Variabel Kelebihan Peran memengaruhi secara positif Kinerja Auditor dimana setiap
kenaikan variabel Kelebihan Peran akan mengakibatkan kenaikan 0,157 pada Kinerja
Auditor.
5. Variabel Gaya Kepemimpinan memengaruhi secara positif Kinerja Auditor dimana
setiap kenaikan variabel gaya Kepemimpinan akan mengakibatkan kenaikan 0,214
pada Kinerja Auditor.
Koefisien Determinasi Hipotesis (R2)
Koefisien determinasi hipotesis (R2) dipakai saat melihat kemampuan terjauh
variabel independen disaat menafsirkan variabel dependen.
Dapat dilihat tabel 7 menyatakan nilai koefisien determinasi hipotesisnya 0,269.
Artinya 26,9% variabel Kinerja Auditor (Y) mampu dijelaskan variasi Kecerdasan
Intelektual (X1), Etika Profesi (X2), Kelebihan Peran (X3), dan Gaya Kepemimpinan
(X4). Sebesar 73,1% adalah variabel lain seperti: kecerdasan emosional, kecerdasan
spiritual, independensi, kepuasan kerja, konflik peran yang mana tidak dipakai di
penelitian ini.
2.Etika Profesi (Professional Ethics) secara parsial mempengaruhi dengan positif dan
signifikan Kinerja Auditor (Auditor Performance) pada KAP di Kota Medan.
3.Kelebihan Peran (Role overload) secara parsial tidak mempengaruhi Kinerja Auditor
(Auditor Performance) pada KAP di Kota Medan.
4.Gaya Kepemimpinan (Leadership Style) secara parsial mempengaruhi dengan positif
dan signifikan Kinerja Auditor (Auditor Performance) pada KAP di Kota Medan.
5.Kecerdasan Intektual (Intelligence Quotient), Etika Profesi (Professional Ethics),
Kelebihan Peran (Role overload), dan Gaya Kepemimpinan (Leadership Style) secara
simultan mempengaruhi Kinerja Auditor (Auditor Performance) pada KAP di Kota
Medan
Saran
Peneliti memberikan saran berpedoman pada kesimpulan yang telah dibuat
sebelumnya dimana bagi peneliti dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan
memperluas serta menambah wawasan dapat mengganti variabel seperti Kecerdasan
Spiritual, Konflik Peran, Budaya Organisasi dan Struktur Audit . Untuk peneliti
berikutnya dapat menambahkan sampel penelitian serta variabel-variabel yang juga
memiliki pengaruh pada Kinerja Auditor yang tidak diuji di dalam penelitian ini. Dan
selanjutnya bagi KAP diharapkan melalui penelitian ini kinerja auditor dapat
ditingkatkan melalui kecerdasan intelektual, gaya kepemimpinan, kelebihan peran dan
etika profesi agar menghasilkan kinerja yang lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, I. G. P., & Tenaya, A. I. (2017). Pengaruh Etika Profesi, Efikasi Diri, Kecerdasan
Spiritual, Kecerdasan Intelektual, Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Kinerja
Auditor. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 19(1), 654–682.
Gunawan, H., & Ramdan, Z. (2012). Pengaruh Konflik Peran, Ketidakjelasan Peran,
Kelebihan Peran, dan Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Auditor Di Kantor
Akuntan Publik Wilayah DKI Jakarta. Binus Business Review, 3(2), 825.
Hasibuan, Barlet. (2019). Pengaruh Kecerdasan Emosional, Intelektual dan Etika
Profesi Terhadap Kinerja Auditor pada Kantor Akuntan Publik Jakarta Timur.
Jurnal Akuntansi, 1 (1), 59-67.
Husin, & Umbara, B. (2016). Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Auditor (Studi
Pada Inspektorat Kota Kendari). Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis, UHO.
Illanisa, N., Zulkarnaen, W., & Suwana, A. (2019). Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan Sekolah Dasar Islam Binar Indonesia Bandung. Jurnal Semar:
Sain Ekonomi Manajemen & Akuntansi Riviu, 1(3), 16-25.