Anda di halaman 1dari 41

JURNAL ILMIAH REVIEW, KRITIK , DAN SARAN

JUDUL

PENGARUH KEPATUHAN PADA Penelitian ini mangambil judul Pengaruh


KODE ETIK, KOMPETENSI DAN Kepatuhan Pada Kode Etik, Kompetensi Dan
PENGALAMAN AUDIT TERHADAP Pengalaman Audit Terhadap Kinerja Auditor
KINERJA AUDITOR PADA Pada Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi
INSPEKTORAT DAERAH PROVINSI Utara
SULAWESI UTARA

Oleh :
Michael Tumundo
Jullie J. Sondakh
Program Studi Magister Akuntansi, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam
Ratulang
2019
ABSTRAK

Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara Tujuan dari penelitian ini yatu untuk menguji
berperan dalam melakukan pengawasan pengaruh kepatuhan pada kode etik,
pemerintah daerah untuk memberikan kompetensi, dan pengalaman audit terhadap
peringatan dini dan meningkatkan efektivitas kinerja auditor.
manajemen risiko dalam penyelenggaraan
tugas dan fungsi Instansi Pemerintah Penelitian ini menggunakan metode
(anticorruption activities). Penelitian ini kuantitatif dengan analisis regresi linier
bertujuan untuk menguji pengaruh kepatuhan berganda.
pada kode etik, kompetensi, dan pengalaman
audit terhadap kinerja auditor, secara simultan Hasil penelitian ini menunjukkan bajwa
dan parsial pada Inspektorat Daerah Provinsi kepathan pada kode etik, kompetensi, dan
Sulawesi Utara. Sampel dalam penelitian ini pengalaman audit secara simultan memiliki
adalah 97 (sembilan puluh tujuh) orang pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
auditor. Variabel independen yang digunakan auditor dan pengalaman auditor.
dalam penelitian ini ialah kepatuhan pada
kode etik (X1), kompetensi (X2), dan
pengalaman audit (X3) sebagai variabel
independen dan kinerja auditor (Y) sebagai
variabel dependen. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif dengan
analisis regresi linier berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan
pada kode etik, kompetensi, dan pengalaman
audit secara simultan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja auditor. Secara
parsial, kepatuhan pada kode etik,
kompetensi, dan pengalaman audit signifikan
mempengaruhi kinerja auditor.
PENDAHULUAN

Dengan berlakunya Undang-Undang (UU) Pada bab pendahuluan, peneliti mencoba


Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil menjelaskan pelaksanaan audit intern
Negara. Pegawai aparatur sipil negara (ASN) dilingkungan instansi pemerintah dilakukan
adalah profesi bagi pegawai negeri sipil oleh pejabat yang mempunyai tugas
(PNS) dan pegawai pemerintah dengan melaksanakan pengawasan dan yang telah
perjanjian kerja yang bekerja pada instansi. memenuhi syarat kompetensi keahlian
Undang-undang ini mengamanatkan sebagai auditor.
pengelolaan ASN untuk menghasilkan
pegawai ASN yang profesional, memiliki Rumusan masalah dari penelitian ini yaitu :
nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi a. Apakah kepatuhan pada kode etik
politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, berpengaruh positif signifikan terhadap
dan nepotisme dengan sistem merit yang kinerja auditor pada Inspektorat Daerah
adalah kebijakan dan manajemen ASN yang Provinsi Sulawesi Utara?
berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan b. Apakah kompetensi berpengaruh positif
kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa signifikan terhadap kinerja auditor pada
membedakan latar belakang politik, ras, Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara?
warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, c. Apakah pengalaman audit berpengaruh
status pernikahan, umur, atau kondisi positif signifikan terhadap kinerja auditor
kecacatan. Dalam pelaksanaan audit, pada Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi
umumnya tidak hanya dilaksanakan oleh Utara?
seorang auditor saja, akan tetapi biasanya
terdiri dari beberapa auditor yang dibentuk
menjadi satu tim audit. Dalam tim audit
tersebut tidak semua auditornya memiliki cara
berpikir yang sama, ada yang berpikir benar-
benar untuk keberhasilan pelaksanaan audit,
akan tetapi ada juga yang memikirkan
kepentingan diri sendiri, hal inilah yang
terkadang membuat kinerja auditor tidak
maksimal. Pada pelaksanaan audit
pemerintah, auditor terkadang juga
mengalami berbagai kendala saat
pemeriksaan, pemeriksa menghadapi berbagai
keterbatasan seperti waktu, sumber daya
manusia, dan biaya. Keterbatasan-
keterbatasan tersebut terkadang
mengakibatkan pemeriksa tidak mungkin
untuk melakukan pengujian atas seluruh
pemeriksaan dalam suatu entitas yang
diperiksa, dan juga tentunya pada pencapaian
kinerja auditor. Seorang auditor yang
professional, memiliki kode etik dalam
bekerja, pendidikan dan pengalaman audit
saja tidak bisa menjamin kinerja auditor.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah,
pelaksanaan audit intern dilingkungan instansi
pemerintah dilakukan oleh pejabat yang
mempunyai tugas melaksanakan pengawasan
dan yang telah memenuhi syarat kompetensi
keahlian sebagai auditor. Auditor adalah PNS
yang mempunyai jabatan fungsional auditor
dan/atau pihak lain yang diberi tugas,
wewenang, tanggung jawab dan hak secara
penuh oleh pejabat yang berwenang
melaksanakan pengawasan pada instansi
pemerintah untuk dan atas nama Aparat
Pengawas Intern Pemerintah (APIP). Menurut
Asosiasi Auditor Internal Pemerintah
Indonesia (AAIPI), 2013: pengertian auditor
diatas mencakup Jabatan Fungsional Auditor
(JFA) dan Jabatan Fungsional Pengawas
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di
Daerah (JFP2UPD). Dalam meningkatkan
kinerja auditor sebagai bentuk peningkatan
peran APIP Inspektorat Daerah maka Menteri
Dalam Negeri menuntunt APIP harus
memiliki kapabilitas di level 3 agar mampu
mencerminkan pendeteksian adanya
penyimpangan (Fana Suparman, 2017 di
beritasatu.com). Lampiran Peraturan Kepala
Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan Nomor 6 Tahun 2015
menyebutkan: kapabilitas APIP berdasarkan
kriteria penilaian Internal Audit Capability
Model (IACM) dikelompokkan ke dalam lima
level, yaitu level 1 (initial), level 2
(infrastructure), level 3 (integrated), level 4
(managed), dan level 5 (optimizing). Setiap
level terdiri dari enam elemen, yaitu peran
dan layanan pengawasan intern, pengelolaan
sumber daya manusia, praktik professional,
manajemen dan akuntabilitas kinerja,
hubungan dan budaya organisasi, dan struktur
tata kelola. Dengan memiliki kapabilitas pada
level 2 (infrastructure), APIP diharapkan telah
melakukan pembangunan infrastuktur
sehingga proses audit dilakukan secara
tetap/rutin dan berulang, walau baru sebagian
selaras dengan standar audit. Sedangkan APIP
yang memiliki kapabilitas pada level 3
(integrated) diharapkan telah menetapkan
praktik profesional audit internal secara
seragam dan telah selaras sepenuhnya dengan
standar audit. Outcome pada level 3 yaitu
APIP mampu melakukan performance
audit/value for money audit yang dapat
meningkatkan kinerja (ekonomis, efisiensi,
dan efektifitas) serta memberikan advisory
services untuk perbaikan governance process,
risk management, control organisasi dimana
APIP berada. Inspektorat Daerah Provinsi
Sulawesi Utara sendiri saat ini masih berada
pada level 2, sehingga dengan tuntutan
penguatan APIP di daerah maka para APIP
Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara
harus memiliki kapabilitas level 3 sehingga
diharapkan mampu meningkatkan kinerja
auditor untuk melakukan performance
audit/value for money audit dan juga bisa
menjadi penjamin kualitas (quality
assurance). Pada penelitian sebelumnya,
Engelita (2017) menunjukkan bahwa
kepatuhan pada kode etik berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja auditor. Hal ini
menunjukkan bahwa auditor yang
melaksanakan tugas sesuai kode etik maka
kinerjanya dalam tugas pengawasan akan
meningkat. Penelitian Edy sujana (2012)
menunjukkan bahwa kompetensi berpengaruh
signifikan terhadap kinerja auditor. Semakin
tinggi kompetensi auditor internal/pegawai
inspektorat maka semakin baik kinerja auditor
internal/pegawai inspektorat dalam
melaksanakan tugas. Penelitian yang
dilakukan oleh Muhajir (2015) menunjukkan
bahwa pengalaman audit berpengaruh pada
kinerja APIP. APIP yang lebih
berpengalaman akan lebih cepat tanggap
dalam mendeteksi kekeliruan yang terjadi,
bertambahnya pengalaman audit juga akan
meningkatkan ketelitian dalam melaksanakan
tugas pemeriksaan. Mengacu pada
permasalahan yang ada serta penelitian
terdahulu, maka penelitian ini dilaksanakan
untuk mencari tahu akar permasalahan,
dengan judul “Pengaruh Kepatuhan Pada
Kode Etik, Kompetensi dan Pengalaman
Audit Terhadap Kinerja Auditor pada
Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan
masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Apakah kepatuhan pada kode etik
berpengaruh positif signifikan terhadap
kinerja auditor pada Inspektorat Daerah
Provinsi Sulawesi Utara?
b. Apakah kompetensi berpengaruh positif
signifikan terhadap kinerja auditor pada
Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara?
c. Apakah pengalaman audit berpengaruh
positif signifikan terhadap kinerja auditor
pada Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi
Utara?
LANDASAN TEORI

Teori Behaviorisme
Teori psikologi behaviorisme adalah suatu Pada landasan teori, peneliti menjelaskan
teori belajar yang memandang kehidupan terkait dengan teori behaviorisme, teori
manusia terdiri atas unsur-unsur yang saling egoism, teori disonasi kognitif, dan teori
berhubungan satu dengan lainnya. Teori ini agensi.
sangat menekankan pada perilaku yang dapat
diamati dan diukur. Adapun ciri dari rumpun Peneliti juga menjalaskan Hubungan
teori behaviorisme ini adalah: (1) kepatuhan pada kode etik dengan kinerja
Mengutamakan unsur-unsur atau bagian- auditor , Hubungan kompetensi dengan
bagian kecil; (2) Lebih bersifat mekanistis; kinerja auditor, dan Hubungan pengalaman
(3) Menekankan pentingnya latihan; (4) audit dengan kinerja auditor.
Mementingkan pembentukan reaksi atau
respon; dan (5) Menekankan peranan Adapun hipotesis yang digunakan yaitu :
lingkungan dalam proses pembelajaran Hipotesis
Ha1 : Diduga adanya pengaruh kepatuhan
Teori Egoisme pada kode etik terhadap kinerja auditor.
Sukrisno (2009) membedakan teori etika Ha2 : Diduga adanya pengaruh kompetensi
tersebut dalam beberapa teori termasuk teori terhadap kinerja auditor.
egoisme. Menurutnya, teori egoisme / egoism Ha3 : Diduga adanya pengaruh pengalaman
menjelaskan bahwa tindakan manusia audit terhadap kinerja auditor.
dimotivasi oleh kepentingan diri sendiri (self
–interest). Friedrich Wilhelm Nietche, asas
teori egoisme atau egotisme mengungkapkan
bahwa setiap orang mestilah bersifat keakuan,
yaitu melakukan sesuatu yang memberikan
faedah kepada diri sendiri. Dalam teori ini,
setiap perbuatan yang memberikan
keuntungan akan dianggap sebagai perbuatan
yang baik dan sebaliknya, perbuatan yang
merugikan diri sendiri dianggap sebagai
perbuatan yang buruk. Teori egoisme sendiri
dibedakan menjadi dua, yaitu egoisme etis
dan egoisme psikologis. Egoisme etis
didefinisikan sebagai teori etika yang
menyatakan bahwa satu-satunya tolak ukur
mengenai baik buruknya suatu tindakan
seseorang adalah kewajiban untuk
mengusahakan kebahagiaan dan
kepentingannya diatas kebahagiaan dan
kepentingan orang lain. Sedangkan egoisme
psikologis adalah pandangan yang
mengatakan bahwa semua orang harus selalu
dimotivasi oleh tindakan, demi kepentingan
dirinya belaka (Keraf dan Haryono, 1995).

Teori Disonansi Kognitif


Teori Disonansi Kognitif pertama kali
diperkenalkan oleh Leon Festinger pada tahun
1957. Teori disonansi kognitif didasarkan
pada dua asumsi dasar dimana Festinger
(1957:3) menyatakan bahwa:
1. The existence of dissonance, being
psychologicially uncomfortable,will motivate
the person to try to reduce the dissonance and
achieve consonance.
2. When dissonance is present, in addition to
trying to reduce it, the person will actively
avoid situations and information which would
likely increase the dissonance.
Pada saat seseorang berada pada situasi yang
inkonsisten dengan kognisi yang ia miliki
maka orang tersebut akan mengalami
ketidaknyamanan psikologis sehingga
memotivasinya untuk membangun dan
mempertahankan konsistensi dengan cara
mengurangi informasi atau situasi yang
inkonsisten atau menghindari situasi dan
informasi yang akan semakin meningkatkan
inkonsisten yang ada.

Teori Agensi
Jensen (1976: 308) menyatakan bahwa
“agency relationship as a contract under
which one or more persons (the principal(s))
engage another person (the agent) to perform
some service on their behalf which involves
delegating some decision making authority to
the agent.If both parties to the relationship are
utility maximizers there is good reason to
believe that the agent will not always act in
the best interests of the principal”. Jadi
hubungan agensi (agency relationship)
muncul pada saat satu atau lebih orang
(principal(s)) membuat perikatan melalui
kontrak untuk melakukan beberapa layanan
atas nama mereka yang melibatkan
pendelegasian sebagian wewenang
pengambilan keputusan kepada agent. Baik
principal maupun agent memiliki kepentingan
masing-masing yang berbeda. Perbedaan
kepentingan inilah yang menyebabkan
terjadinya agency problem. Djajadikerta
(2004), menyadari adanya agency problem,
principal memerlukan alat pengendali agar
agent bertindak sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapainya dan terpaksa mengeluarkan
biaya tambahan yang disebut agency cost.
Agency cost digunakan untuk membiayai
monitoring, mendesain sistem pengendalian
dan melakukan eksternal audit serta
menyediakan sistem informasi yang baik yang
semuanya bermanfaat untuk mengurangi
asimetri informasi. Dalam lingkup akuntansi
semua hal tersebut dikenal sebagai
pengendalian internal.

Kinerja Auditor
Kinerja auditor internal pemerintah, yaitu
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggungjawab yang diberikan kepadanya
(Mangkunegara, 2005). Goldwasser (1993),
menyatakan kinerja auditor internal adalah
kinerja individual auditor internal yang
disesuaikan dengan tingkatan (level) dalam
organisasi. Pencapaian kinerja auditor yang
lebih baik harus sesuai dengan standar dan
kurun waktu tertentu, yaitu: (1) kualitas kerja
yaitu mutu penyelesaian pekerjaan dengan
bekerja berdasar pada seluruh kemampuan
dan keterampilan, serta pengetahuan yang
dimiliki oleh auditor; (2) kuantitas kerja yaitu
jumlah hasil kerja yang dapat diselesaikan
dengan target yang menjadi tanggung jawab
pekerjaan auditor, serta kemampuan untuk
memanfaatkan sarana dan prasarana
penunjang pekerjaan; (3) ketepatan waktu
yaitu ketepatan penyelesaian pekerjaan sesuai
dengan waktu yang tersedia. Kinerja auditor
merupakan hasil kerja yang dicapai oleh
auditor dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan
padanya, dan menjadi salah satu tolak ukur
yang digunakan untuk menentukan apakah
suatu pekerjaan yang dilakukan akan baik
atau sebaliknya.

Kepatuhan Pada Kode Etik


Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos
yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-
kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku
manusia yang baik, seperti yang dirumuskan
oleh beberapa ahli berikut: Arens et al.
(2008:98) berpendapat bahwa etika secara
garis besar dapat didefinisikan sebagai
serangkaian prinsip atau nilai- nilai moral.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor: Per/05/M.Pan/03/2008
tentang Standar Audit APIP menyebutkan,
Kode Etik adalah pernyataan tentang prinsip
moral dan nilai yang digunakan oleh auditor
sebagai pedoman tingkah laku dalam
melaksanakan pengawasan. Kode Etik
berdasarkan Asosiasi Auditor Intern
Pemerintah Indonesia (AAIPI) dengan nomor
S-01/AAIPI/3/2014 menggambarkan norma
perilaku yang diharapkan bagi auditor intern
pemerintah dalam memenuhi tanggung jawab
profesionalnya, yaitu: prinsip Intergritas,
Objektivitas, Kerahasiaan, Kompetensi,
Akuntabel dan Perilaku Profesional.

Kompetensi
Kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh
auditor APIP diatur dalam Peraturan Kepala
Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan Nomor PER-211/K/JF/2010
tentang Standar Kompetensi Auditor. Standar
Kompetensi Auditor menjelaskan ukuran
kemampuan minimal yang harus dimiliki
auditor yang mencakup aspek pengetahuan
(knowledge), keterampilan/keahlian (skill),
dan sikap perilaku (attitude) untuk dapat
melakukan tugas-tugas dalam jabatan
fungsional auditor dengan hasil baik. Standar
Kompetensi Auditor terdiri dari kompetensi
umum dan kompetensi teknik pengawasan.
Selanjutnya menurut Peraturan Kepala Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Nomor PER-211/K/JF/2010 tentang Standar
Kompetensi Auditor, kompetensi adalah
kemampuan dan karakteristik yang dimiliki
oleh seorang pegawai negeri sipil berupa
pengetahuan, keahlian, dan sikap perilaku
yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas
jabatannya.

Pengalaman Audit
Pengalaman kerja seseorang menunjukkan
jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukan
dan memberikan peluang yang lebih besar
untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik
apabila pekerjaan tersebut dilakukan lagi.
Semakin luas pengalaman kerja seseorang
maka akan semakin terampil melakukan
pekerjaan dan semakin sempurna dalam pola
pikir dan sikap dalam bertindak untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan (Singgih,
2010). Pengalaman audit adalah pengalaman
yang diperoleh auditor selama melakukan
proses audit laporan keuangan baik dari segi
lamanya waktu maupun banyaknya
penugasan yang pernah ditangani (Suraida,
2005).

Hubungan kepatuhan pada kode etik


dengan kinerja auditor
Berdasarkan Dalam Peraturan Menteri Negara
Pendayagunan Aparatur Negara Nomor
Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008
tentang Standar Audit Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah dinyatakan dalam standar
umum audit kinerja dan audit investigasi
meliputi standar-standar yang terkait dengan
karakteriktik organisasi dan individu-
individu yang melakukan kegiatan audit harus
independen, obyektif, memiliki keahlian (latar
belakang pendidikan, kompetensi teknis dan
sertifikasi jabatan dan pendidikan dan
pelatihan berkelanjutan), kecermatan
profesional dan kepatuhan terhadap kode etik.
Penelitian Heru Kurniawan (2016)
menunjukkan bahwa etika berpengaruh
terhadap kinerja auditor, sehingga etika
profesi yang bagus akan menjadikan semakin
baik pula kinerja auditor. Desak Made
Muliani (2015) menunjukkan bahwa
pengaruh positif dan signifikan antara etika
terhadap penerapan kinerja auditor. Berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Riris
Rotua Sitorus dan Lenny Wijaya (2016),
dimana etika tidak berpengaruh terhadap
kinerja auditor, yang menjadi penyebab
adalah (1) moderasi struktur audit yang dibuat
akan dapat membantu meningkatkan
pengaruh profesionalisme seorang auditor
terhadap kinerja audit yang dijalankan; dan
(2) struktur audit memoderasi pengaruh etika
terhadap kinerja audit, yang menjelaskan
bahwa struktur audit yang dibuat mampu
menanamkan sifat etika dalam berprofesi
sebagai seorang auditor yang akan
mempengaruhi kinerja auditor itu sendiri.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas,
kepatuhan pada kode etik mendukung
kemampuan auditor dalam meningkatkan
kinerja. Akan tetapi dalam penugasan yang
melibatkan pembentukan tim akan dapat
berpengaruh dalam meningkatkan kinerja.
Perlakuan yang berbeda ataupun
kepatuhannya pada kode etik dengan tingkat
yang berbeda akan menimbulkan perbedaan
pandangan, yang tentunya perlakuan individu
auditor pada saat menjalankan tugas akan
sulit untuk meningkatkan kinerja.

Hubungan kompetensi dengan kinerja


auditor
Menurut Arens, et al (2014) ketika
mempertimbangkan keberadaan salah saji
yang material, auditor bertanggungjawab
menerapkan kompetensi yang dimiliki dalam
membuat keputusan tentang tindakan yang
tepat dalam situasi penugasan audit. Jadi
kompetensi digunakan oleh auditor dalam
memahami serta mengevaluasi sistem
pengendalian internal auditi,
mempertimbangkan prosedur audit yang akan
digunakan, menilai bukti audit serta membuat
keputusan mengenai hasil audit. Penelitian
Yosia Theo N (2016) juga menunjukkan
bahwa kompetensi berpengaruh kepada
kinerja auditor. Dengan didukung kompetensi
yang baik, maka kinerja auditor tersebut akan
semakin baik juga. Endah dan Heru (2011)
diperoleh hasil bahwa kompetensi
berpengaruh terhadap kinerja auditor. Hal ini
mendukung adanya perubahan paradigma
baru dari auditor yang dahulu dianggap
sebagai watch dog (anjing penjaga) yang
menakutkan auditi tapi sekarang berperan
sebagai consultant dan catalyst (konsultas dan
katalis). Dari penelitian diatas, kemampuan
auditor dalam meningkatkan kinerjanya
diperoleh dari kompetensinya. Kompetensi
yang dimiliki akan membantu auditor untuk
melaksanakan audit secara efektif dan efisien.
Akan tetapi kurangnya pelatihan dan
pendidikan dapat menyebabkan auditor dalam
melaksanakan audit akan mendapatkan
kesulitan-kesulitan dalam proses audit yang
tidak dapat meningkatkan kinerjanya. Hal
inilah yang menyebabkan pada beberapa
penelitian, kompetensi tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kinerja auditor.

Hubungan pengalaman audit dengan


kinerja auditor
Menurut Mulyadi (2010;25), jika seseorang
memasuki karir sebagai akuntan publik, ia
harus lebih dulu mencari pengalaman profesi
dibawah pengawasan akuntan senior yang
lebih berpengalaman. Disamping itu,
pelatihan teknis yang cukup mempunyai arti
pula bahwa akuntan harus mengikuti
perkembangan yang terjadi dalam dunia usaha
dan profesinya, agar akuntan yang baru
selesai menempuh pendidikan formalnya
dapat segera menjalani pelatihan teknis dalam
profesinya. Keberhasilan dalam pelaksanaan
tugas intern banyak tergantung pada
kedudukan pemeriksa intern dalam bagan
organisasi, tanggapan pimpinan terhadap hasil
pemeriksaan, pengertian-pengertian dari yang
diperiksa, disamping itu tentunya dengan
kehalian dan pengalaman pemerikaan intern
itu sendiri (Theodorus M Tuanakotta, 2009).
Menurut Gusnardi (2003:8) indikator
pengalaman audit yaitu jenjang jabatan
auditor, tahun pengalaman kerja auditor,
keahlian yang dimiliki auditor, pelatihan-
pelatihan yang pernah diikuti auditor.
Penelitian Muhajir (2015) lewat penelitiannya
pada Inspektorat Aceh menunjukkan bahwa
Hasil pengujian hipotesis berikutnya
menunjukkan bahwa pengalaman audit
berpengaruh terhadap kinerja APIP. APIP
yang lebih berpengalaman akan lebih cepat
tanggap dalam mendeteksi kekeliruan yang
terjadi, bertambahnya pengalaman audit juga
akan meningkatkan ketelitian dalam
melaksanakan tugas pemeriksaan. Sedangkan
APIP yang tidak berpengalaman akan
melakukan kesalahan lebih besar
dibandingkan yang berpengalaman. Berbeda
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Haris Fuad dan Rina Trisnawati (2015)
menunjukkan bahwa pengalaman tidak
berpengaruh terhadap kinerja auditor. Auditor
yang tidak berpengalaman akan melakukan
kesalahan lebih besar dibandingkan auditor
yang berpengalaman. Berdasarkan beberapa
penelitian diatas, pengalaman audit
mendukung kemampuan auditor dalam
meningkatkan kinerja. Akan tetapi kurang
banyaknya penugasan yang diberikan
menjadikan auditor sulit dalam memahani
tugas-tugas suatu pekerjaan, sehingga auditor
tidak mampu meminimalisir kesalahan dalam
fungsi pengawasan yang membuat
peningkatan kinerja auditor menjadi
terhambat.

Hipotesis
Ha1 : Diduga adanya pengaruh kepatuhan
pada kode etik terhadap kinerja auditor.
Ha2 : Diduga adanya pengaruh kompetensi
terhadap kinerja auditor.
Ha3 : Diduga adanya pengaruh pengalaman
audit terhadap kinerja auditor.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Jenis penelitian yang digunakan adalah
metode kuantitatif. Berdasarkan hubungan metode kuantitatif. Populasi yang digunakan
antara variabel yang diteliti, maka penelitian dalam penelitian ini yaitu berjumlah 97
ini merupakan penelitian asosiatif kausal yaitu (sembilan puluh tujuh) responden yang
hubungan yang bersifat sebab-akibat. Jadi terbagi dari 60 (enam puluh) orang auditor.
penelitian ini akan menganalisis pengaruh Metode analisis yang digunakan untuk
variabel independen yaitu kepatuhan pada menguji hipotesis adalah metode regresi
kode etik (X1), kompetensi (X2), dan berganda (multiple regression).
pengalaman audit (X3) terhadap variabel
dependen yaitu kinerja auditor (Y).

Populasi Sampel, Besar Sampel, dan


Teknik Pengambilan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu berjumlah 97 (sembilan puluh tujuh)
responden yang terbagi dari 60 (enam puluh)
orang auditor (telah dinyatakan lulus
pembentukan auditor dan telah ditetapkan SK
Gubernur sebagai Pejabat Fungsional
Tertentu) dan 37 (tiga puluh tujuh) orang
calon auditor (telah dinyatakan lulus
pembentukan auditor namun belum
ditetapkan SK Gubernur sebagai Pejabat
Fungsional Tertentu) yang berada di
Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara.

Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi


dalam penelitian ini ialah Kantor Inspektorat
Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Adapun
waktu penelitian dilakukan selama 2 (dua)
bulan yaitu mulai bulan April sampai dengan
Mei 2018.
Definisi Operasional
1. Kepatuhan Pada Kode Etik (X1) Asosiasi
Auditor Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI)
Nomor S-01/AAIPI/3/2014, untuk mencegah
terjadinya tingkah laku tidak etis, agar
dipenuhi prinsip-prinsip kerja akuntabel dan
terlaksananya pengendalian pengawasan
sehingga terwujud auditor kredibel dengan
kinerja optimal dalam pelaksanaan
pengawasan.
2. Kompetensi (X2) Berdasarkan pada
Peraturan Kepala Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Nomor
PER211/K/JF/2010 tentang Standar
Kompetensi Auditor, kompetensi adalah
kemampuan dan karakteristik yang dimiliki
oleh seorang Pegawai Negeri Sipil berupa
pengetahuan, keahlian, dan sikap perilaku
yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas
jabatannya. Standar Kompetensi Auditor
terdiri dari kompetensi umum dan kompetensi
teknik pengawasan. Auditor wajib memiliki
kompetensi yang mencakup aspek
pengetahuan, keahlian, dan sikap perilaku
untuk melakukan tugasnya.
3. Pengalaman Audit (X3) Suraida (2005),
menyatakan pengalaman audit adalah
pengalaman yang diperoleh auditor selama
melakukan proses audit laporan keuangan
baik dari segi lamanya waktu maupun
banyaknya penugasan yang pernah ditangani.
Untuk lebih mudah pemahaman mengenai
variabel penelitian yang akan digunakan,
maka variabel ini dijabarkan ke dalam bentuk
operasionalisasi dan pengukuran variabel.
4. Kinerja Auditor (Y) Kalbers dan Fogarty
(1995), menyatakan kinerja yaitu hasil kerja
yang dicapai oleh seseorang dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan padanya, dan
menjadi salah satu tolak ukur yang digunakan
untuk menentukan apakah suatu pekerjaan
yang dilakukan akan baik atau sebaliknya.
Yang dimaksud kinerja dalam penelitian ini
adalah kinerja individu anggota suatu
organisasi dalam kegiatan perencanaan dan
pelaksanaan audit. Untuk mengukur variabel
kinerja sebagai variabel dependen digunakan
instrumen yang dikembangkan.

Analisis Regresi
Metode analisis yang digunakan untuk
menguji hipotesis adalah metode regresi
berganda (multiple regression), dengan
persamaan regresi sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε

HASIL PENELITIAN DAN


PEMBAHASAN

Gambaran Umum Hasil dari penelitian ini yaitu:


Penelitian yang dilakukan dalam penulisan ini 1. Pengujian hipotesis secara simultan
yaitu pada auditor yang bertugas di Hasil Pengujian Simultan (Uji F)
Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Hasil pengujian ini menunjukkan
Kedudukan Inspektorat Daerah Provinsi bahwa variabel kepatuhan pada kode
Sulawesi Utara adalah merupakan unsur etik, kompetensi, dan pengalaman
pengawas penyelenggaraan pemerintahan audit berpengaruh terhadap variabel
daerah provinsi yang dipimpin oleh seorang kinerja auditor.
Inspektur Daerah. Dalam melaksanakan 2. Pengujian hipotesis secara parsial
tugasnya secara teknis operasional berada di Hasil Pengujian Parsial (Uji t)
bawah dan bertanggung jawab kepada a. kepatuhan pada kode etik
Gubernur Sulawesi Utara melalui Sekretaris berpengaruh signifikan terhadap
Daerah Provinsi Sulawesi Utara. kinerja auditor
b. kompetensi berpengaruh
Hasil Analisis Regresi signifikan terhadap kinerja auditor
Y = 7,074 + 0,528X1 + 0,170X2 + 0,226X3 + c. pengalaman berpengaruh
ε Persamaan regresi berganda diatas, dapat signifikan terhadap kinerja auditor
dijelaskan sebagai berikut: 1. Kepatuhan pada 3. Uji Koefisien Korelasi (R) dan
kode etik memiliki pengaruh positif terhadap Koefisien Determinasi (adjusted R2)
kinerja auditor dilihat dari nilai koefisien Hasil Uji Koefisien Korelasi dan
regresi sebesar 0,528. Hal ini menunjukkan Koefisien Determinasi
bahwa penambahan satu satuan kepatuhan kepatuhan pada kode etik, kompetensi
pada kode etik akan meningkatkan kinerja dan pengalaman audit mempunyai
auditor sebesar 0,528 satuan. 2. Kompetensi hubungan yang sangat kuat terhadap
memiliki pengaruh positif terhadap kinerja kinerja auditor, karena sangat
auditor dilihat dari nilai koefisien regresi mendekati nilai 1. Nilai adjusted R2
sebesar 0,170. Hal ini menunjukkan bahwa adalah 0,895 yang artinya peningkatan
penambahan satu satuan kompetensi akan kinerja auditor sebesar 89,5%
meningkatkan kinerja auditor sebesar 0,170 dipengaruhi oleh kepatuhan pada kode
satuan. 3. Pengalaman audit memiliki etik, kompetensi, dan pengalaman
pengaruh positif terhadap kinerja auditor audit, sedangkan sisanya 10,5%
dilihat dari nilai koefisien regresi sebesar dipengaruhi oleh faktor lain diluar
0,226. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini.
penambahan satu satuan pengalaman audit
akan meningkatkan kinerja auditor sebesar
0,226 satuan. 4. Nilai intersep sebesar 7,074
menunjukkan bahwa apabila kepatuhan pada
kode etik, kompetensi, dan pengalaman audit
dianggap konstan, maka kinerja auditor akan
bertambah sebesar 7,074 satuan.

Pengujian hipotesis secara simultan


Hasil Pengujian Simultan (Uji F)
Berdasarkan tabel distribusi F, nilai Ftabel =
2,70. Hasil pengolahan data pada tabel 5.11,
menunjukkan bahwa F 273,247, sehingga
Fhitung = 273,247 > Ftabel = 2,70, maka Ha
diterima dan Ho ditolak. Dilihat dari nilai
signifikansi, tabel 5.11 menunjukkan bahwa
nilai signifikansi adalah 0,000 < 0,05
sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hasil
pengujian ini menunjukkan bahwa variabel
kepatuhan pada kode etik, kompetensi, dan
pengalaman audit berpengaruh terhadap
variabel kinerja auditor. Tingkat signifikansi
sebesar 0,000 menunjukkan bahwa model
regresi dapat dipakai untuk memprediksi
kinerja auditor.

Pengujian hipotesis secara parsial


Hasil Pengujian Parsial (Uji t)
Pengaruh kepatuhan pada kode etik terhadap
kinerja auditor menunjukkan Ha1 diterima
dan Ho1 ditolak, sehingga terbukti bahwa
kepatuhan pada kode etik berpengaruh
signifikan terhadap kinerja auditor. Pengaruh
kompetensi terhadap kinerja auditor
menunjukkan bahwa Ha2 diterima dan Ho2
ditolak, sehingga terbukti bahwa kompetensi
berpengaruh signifikan terhadap kinerja
auditor. Pengaruh pengalaman audit terhadap
kinerja auditor menunjukkan Ha3 diterima
dan Ho3 ditolak, sehingga terbukti bahwa
pengalaman berpengaruh signifikan terhadap
kinerja auditor.

Uji Koefisien Korelasi (R) dan Koefisien


Determinasi (adjusted R2)
Hasil Uji Koefisien Korelasi dan Koefisien
Determinasi
Nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,948
menunjukkan bahwa hubungan (korelasi)
antara variabel independen dan variabel
dependen mempunyai hubungan yang sangat
kuat. Artinya kepatuhan pada kode etik,
kompetensi dan pengalaman audit
mempunyai hubungan yang sangat kuat
terhadap kinerja auditor, karena sangat
mendekati nilai 1. Nilai adjusted R2 adalah
0,895 yang artinya peningkatan kinerja
auditor sebesar 89,5% dipengaruhi oleh
kepatuhan pada kode etik, kompetensi, dan
pengalaman audit, sedangkan sisanya 10,5%
dipengaruhi oleh faktor lain diluar penelitian
ini.

PEMBAHASAN
1. Pengaruh kepatuhan pada kode etik
terhadap kinerja auditor
Hasil pengujian hipotesis pertama
menunjukkan bahwa variabel kepatuhan
pada kode etik, thitung = 7,096 > ttabel =
1,98472 atau nilai signifikansi 0,000 <
tingkat signifikansi 0,05, sehingga
kepatuhan pada kode etik berpengaruh
signifikan terhadap kinerja auditor.
Artinya hipotesis penelitian yang telah
terbukti bahwa kepatuhan pada kode etik
berpengaruh terhadap kinerja auditor
dapat diberlakukan pada populasi auditor
yang ada di Inspektorat Daerah Provinsi
Sulawesi Utara. Hasil pengujian hipotesis
ini diperkuat dengan nilai koefisien regresi
kepatuhan pada kode etik sebesar 0,528
yang menunjukkan bahwa penambahan
satu satuan kepatuhan pada kode etik akan
meningkatkan kinerja auditor sebesar
0,528 satuan. Artinya kepatuhan pada
kode etik yang dimiliki oleh auditor pada
Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi
Utara sudah baik sehingga mampu
memberikan dampak terhadap kinerja
auditor. Hasil penelitian ini sesuai dengan
pernyataan dalam Asosiasi Auditor Intern
Pemerintah Indonesia (AAIPI) Nomor S-
01/AAIPI/3/2014, untuk mencegah
terjadinya tingkah laku tidak etis, agar
dipenuhi prinsip-prinsip kerja akuntabel
dan terlaksananya pengendalian
pengawasan sehingga terwujud auditor
kredibel dengan kinerja optimal dalam
pelaksanaan pengawasan. Hasil penelitian
ini mendukung pernyataan Arens.et.al.
(2014:90;96), Etika (ethics) secara garis
besar dapat didefinisikan sebagai
serangkaian prinsip atau nilai moral.
Perilaku etis sangat diperlukan oleh
masyarakat agar dapat berfungsi secara
teratur. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian yang dilakukan Heru
Kurniawan (2006) bahwa etika profesi
berpengaruh terhadap kinerja auditor, hal
ini menunjukkan semakin tinggi etika
profesi yang dimiliki seorang auditor,
maka semakin tinggi pula kinerja auditor.
Demikian juga jika semakin rendah etika
profesi yang dimiliki seorang auditor,
maka semakin rendah pula kinerja seorang
auditor.
2. Pengaruh kompetensi terhadap kinerja
auditor
Hasil pengujian hipotesis pertama
menunjukkan bahwa variabel kompetensi,
thitung = 2,257 > ttabel = 1,98472 atau
nilai signifikansi 0,026 < tingkat
signifikansi 0,05, sehingga kompetensi
berpengaruh signifikan terhadap kinerja
auditor. Artinya hipotesis penelitian yang
telah terbukti bahwa kompetensi
berpengaruh terhadap kinerja auditor
dapat diberlakukan pada populasi auditor
yang ada di Inspektorat Daerah Provinsi
Sulawesi Utara. Hasil pengujian hipotesis
ini diperkuat dengan nilai koefisien regresi
kompetensi sebesar 0,167 yang
menunjukkan bahwa penambahan satu
satuan kompetensi akan meningkatkan
kinerja auditor sebesar 0,167 satuan.
Artinya kompetensi yang dimiliki oleh
auditor pada Inspektorat Daerah Provinsi
Sulawesi Utara sudah baik sehingga
mampu memberikan dampak terhadap
kinerja auditor. Berdasarkan pada
Peraturan Kepala Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
Nomor PER-211/K/JF/2010 tentang
Standar Kompetensi Auditor, kompetensi
adalah kemampuan dan karakteristik yang
dimiliki oleh seorang pegawai negeri sipil
berupa pengetahuan, keahlian, dan sikap
perilaku yang diperlukan dalam
pelaksanaan tugas jabatannya. Hasil
penelitian ini mendukung pernyataan
Arens, et al I (2014), ketika
mempertimbangkan keberadaan salah saji
yang material, auditor bertanggungjawab
menerapkan kompetensi yang dimiliki
dalam membuat keputusan tentang
tindakan yang tepat dalam situasi
penugasan audit. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan
Endah dan Heru (2011) bahwa kompetensi
berpengaruh terhadap kinerja auditor, hal
ini mendukung perubahan paradigma baru
dari auditor yang dahulu dianggap sebagai
watch dog (anjing penjaga) yang
menakutkan auditi tapi sekarang berperan
sebagai konsultan dan katalis.
3. Pengaruh pengalaman audit terhadap
kinerja auditor
Hasil pengujian hipotesis pertama
menunjukkan bahwa variabel pengalaman
audit, thitung = 2,665 > ttabel = 1,98472
atau nilai signifikansi 0,009 < tingkat
signifikansi 0,05, sehingga pengalaman
audit berpengaruh signifikan terhadap
kinerja auditor. Artinya hipotesis
penelitian yang telah terbukti bahwa
pengalaman audit berpengaruh terhadap
kinerja auditor dapat diberlakukan pada
populasi auditor yang ada di Inspektorat
Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Hasil
pengujian hipotesis ini diperkuat dengan
nilai koefisien regresi pengalaman audit
sebesar 0,215 yang menunjukkan bahwa
penambahan satu satuan pengalaman audit
akan meningkatkan kinerja auditor sebesar
0,215 satuan. Artinya pengalaman audit
yang dimiliki oleh auditor pada
Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi
Utara sudah baik sehingga mampu
memberikan dampak terhadap kinerja
auditor. Berdasarkan Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP), 2011 dalam
Standar Umum Pertama PSA No.4
menyatakan bahwa seberapapun tinggi
keahlian seseorang dalam bidang lain,
termasuk dalam bidang bisnis dan
keuangan, ia belum dapat dikatakan
memenuhi syarat dalam standar auditing
apabila ia tidak mempunyai pendidikan
dan pengalaman yang memadai dalam
bidang audit. Menurut Suraida (2005),
pengalaman audit adalah pengalaman
yang diperoleh auditor selama melakukan
proses audit laporan keuangan baik dari
segi lamanya waktu maupun banyaknya
penugasan yang pernah ditangani. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan Ni Wayan Dewi Anggreni dan
Ni Ketut Rasmini (2017) bahwa
pengalaman audit berpengaruh positif
terhadap kinerja auditor. Kondisi ini
menggambarkan bahwa semakin tinggi
pengalaman auditor, maka kinerja auditor
yang dihasilkan cenderung semakin tinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis data Kesimpulan dari penelitian ini yaitu
dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kepatuhan kode etik, kompetensi, dan
kesimpulan berdasarkan hipotesis yang telah pengalaman audit berpengaruh signifikan
dirumuskan yaitu: terhadap kinerja auditor.
a. Kepatuhan pada kode etik berpengaruh
signifikan terhadap kinerja auditor karena
penambahan satu satuan kepatuhan pada kode
etik akan menambah kinerja auditor sebesar
0,528 satuan.
b. Kompetensi berpengaruh signifikan
terhadap kinerja auditor karena penambahan
satu satuan kompetensi akan menambah
kinerja auditor sebesar 0,170 satuan.
c. Pengalaman audit berpengaruh signifikan
terhadap kinerja auditor karena penambahan
satu satuan kompetensi akan menambah
kinerja auditor sebesar 0,226 satuan.

Saran
Melalui penelitian ini maka disarankan
kepada Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi
Utara untuk terus meningkatkan kinerja para
auditor. Upaya-upaya yang dapat dilakukan
yaitu sebagai berikut:
a. Meningkatkan sikap kepatuhan pada kode
etik. Penelitian ini memberikan masukan
kepada Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi
Utara untuk memperhatikan bagaimana
meningkatkan kepatuhan pada kode etik.
b. Sebaiknya seorang auditor meningkatkan
kompetensinya yang melibatkan pejabat
berwenang dengan mengikuti pendidikan dan
pelatihan, kursus-kursus teknis serta pelatihan
kantor sendiri untuk menunjang kemampuan
auditor dalam melakukan pemeriksaan dan
untuk meningkatkan kinerja auditor dan dapat
menghasilkan audit yang berkualitas.
c. Memanfaatkan serta meningkatkan
pengalaman audit. Penelitian ini memberikan
masukan kepada Inspektorat Daerah Provinsi
Sulawesi Utara untuk memperhatikan
bagaimana memanfaatkan dan meningkatkan
pengalaman audit.
Tumundo, M., & Sondakh, J. J. (2019). Pengaruh kepatuhan pada kode etik, kompetensi dan
pengalaman audit terhadap kinerja auditor pada Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal
EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 7(4).
JURNAL INTERNATIONAL KRITIK, REVIEW, DAN SARAN
TITLE JUDUL

The Effect of Competence, Experience, Penelitian ini mengambil judul Pengaruh


Independence, Kompetensi, Pengalaman, Independensi,
Due Professional Care, And Kepedulian Professional, Dan Integritas Auditor
Auditor Integrity On Audit Qualitiy With Terhadap Kualitas Audit Dengan Setida Auditor
Auditor Ethics As Moderating Variable Sebagai moderator variabel

By:
Astro Yudha Kertarajasa
Taufiq Marwa
Tertiarto Wahyudi
Faculty of Economics, Sriwijaya University,
Palembang, Indonesia
2019
ABSTRACT ABSTRAK

This research aims to analyze and get Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan
empirical evidence about the effect of mendapatkan bukti empiris tentang pengaruh
competence, experience, independence, kompetensi, pengalaman, independensi,
due professional care, and integrity on kepedulian professional, dan integritas auditor
audit quality with auditor ethics as a sebagai moderator variable.
moderating
variable. The data used in this study are Metode penelitian ini yaitu menggunakan
primary data obtained through metode kuantitatif dengan analisis regresi
berganda.
questionnaires obtained from external
auditors in South Sumatra, Indonesia. The
Hasil dai penelitian ini menunjukkan bahwa
sample used was 97 auditors. The
variable kompetensi , kepedulian professional,
analytical tool used in this study multiple
dan integritas secara signifikan mempengaruhi
linear regression analysis with moderating kualitas audit. Sedangkan pengalaman dan
variables which are estimated using independensi tidak berpengaruh signifikan.
Ordinary Least Square (OLS).
The results of the study show that the
variables of competence, due professional
care, and integrity significantly affect audit
quality the form of positive influence.
Experience and independence Variables do
not significantly affect audit quality.
Auditor
ethics variables do not significantly
moderate competence, experience,
independence, due professional care,
integrity to audit quality.

INTRODUCTION PENDAHULUAN

Audit quality is a joint probability in which Pada pendahuluan penelitian menjelaskan bahwa
an auditor will find and report violations in penelitian menggunakan teori auditing dan teori
his client's accounting system (Deangelo, atribusi untuk menjelaskan tentang kualitas
1981). The frauds carried out by external audit.
auditors in
the country open the horizon of Indonesian Peneliti juga menjelaskan factor-faktor yang
citizens about how the entity being examined mempengaruhi kualitas audit pengalaman kerja,
makes a bribe to get a good audit result. independansi dan kompetensi auditor serta
Different interests between business people menjabar variabel-varibel yang digunakan dalam
and management make audit quality not easy penelitian ini.
to do. Corporate and government
management requires the services of an
external auditor so that financial
accountability presented to external parties
can be trusted, while outside parties require
third party services to obtain confidence that
the financial statements presented by
company management can be trusted as the
basis for decisions made (Mulyadi, 2014).
This study uses auditing theory and
attribution theory to explain the quality of
audits conducted by external auditors.
According to Mautz and Sharaf (1961)
Auditing Theory is a guide for carrying out a
normative audit. To conduct a quality audit,
the auditor must comply with generally
accepted standards and regulations. Audit
quality is measured using auditing standards,
and generally accepted regulations.
According to Heider (1958) Attribution
theory refers to how a person explains the
cause of another person's behavior Or
himself which will be determined whether
from internal eg nature, character, attitude,
etc. or externally, for example the pressure of
certain situations or circumstances that will
influence individual behavior. Auditing
standards that are generally accepted in
Indonesia require auditors to have and apply
competence, experience, independence, due
professional care, integrity and ethics, this is
used as a basis for measuring the quality of
the auditor's personal quality so that the
audit results are quality.
Competence is the overall knowledge, ability
or skill and work attitude plus personality
attributes possessed by a person (Dinata,
2006). Incompetent auditors tend to depend
on the opinions of others in completing their
audit tasks, because they have very limited
knowledge. While competency in the
applicable auditing standards must be owned
by the auditor. The more competent auditors
are the higher the quality of audits they
provide.
This shows a positive relationship between
competence and audit quality conducted by
the auditor.
Another factor that influences audit quality is
According to Ningrum and Budiartha (2017)
Auditors who have good work experience
have several advantages including being able
to detect errors, understand the errors and
find out connect decisions taken. A person
will be more careful in taking an action.
Experienced auditors can provide better
audit quality compared to inexperienced
auditors. In addition to the influence of audit
quality with competence and experience,
independence also influences auditors to
provide quality audit. Independence means a
mental attitude that is free from influence,
not controlled by other parties, not
dependent on others.
Auditor independence is the main basis of
public trust in the profession of external
auditors and is one of the most important
factors to assess the quality of audit services
(Mulyadi, 2014). Therefore, it is reasonable
that to produce a quality audit, an
independent attitude is required from the
auditor. Because if the auditor is not
independent, the audit report does not show
economic reality. so that it cannot be used as
a basis for decision making. Another factor
that can improve audit quality is due
professional care.Due professional care
requires auditors to carry out professional
skepticism, of questioning mind (Mulyadi,
2014). Auditors who apply due professional
care are easier to detect fraud in the entity
being audited. Research by Beasley et, al
(2001) based on AAERs (Accounting
and Auditing Releases) from SEC (Securities
and Exchange Commission), states that one
of
the causes of auditor failure in detecting
financial statements is the low level of
skepticism of audit professionals. Based on
this study, of the 45 cases of fraud in the
financial statements, 24 cases (60%)
occurred because the auditor did not apply
an adequate level of professional and ethical
skepticism. This makes due professional care
very much needed to produce a quality audit.
Another factor that also influences audit
quality is integrity.
Integrity is a quality that underlies public
trust and is a benchmark for members in
testing all decisions taken. Integrity requires
a member to, among other things, be honest
and forthright without sacrificing the secrets
of the recipient of services, services and
public trust should not be defeated by
personal gain (Mulyadi, 2014). Integrity can
accept unintentional errors and
disagreements honestly, but cannot accept
fraud or abolition of principles, the higher
the integrity an auditor has and to comply
with the code of ethics of the auditor's
profession, the more quality the audit will be.
Another understanding of ethical principles
factor that also influences audit quality is
ethics. According to Mulyadi (2014) auditor
ethics are behavioral values or behavioral
rules that are accepted and used by the
accounting profession organization which
includes personality, professional skills,
responsibilities, implementation of the code
of ethics and interpretation and
improvement
of the code of ethics. Each auditor is also
expected to uphold the established ethics, by
upholding the professional ethics of
decisions / opinions produced by an auditor
will be more independent and objective.
The difference between the results of
research or club research between the
variables that affect the quality of the
external auditor's audit and some of the
audit case quality phenomena in Indonesia
conducted by external auditors has
motivated the author to continue the
research conducted by Ningrum and
Budiarta (2016) by adding independence
and integrity is an independent variable and
makes auditor ethics a moderating variable.
The author uses auditor ethics as a
moderating variable because the results of
testing the auditor's ethics variable in the
previous research are more consistent than
other research variables.
Based on the description of the background
of the problem and several previous studies
and still in accordance with the suggestions
of previous studies which stated that the lack
of research instruments to examine audit
quality has encouraged the author to compile
research with the title "The Effect of
Competence, Experience, Independence, Due
Professional Care, and Auditor Integrity on
Audit Quality With Auditor Ethics As
Moderating Variable".
LITERATUR REVIEW TINJAUAN PUSTAKA

Teori Auditing Pada penelitian ini, landasan teori yang


According to Mautz and Sharaf (1961) digunakan yaitu teori auditing yang merupakan
Auditing Theory is a guide for carrying out a pedoman untuk melaksanakan suatu
normative audit. To conduct a quality audit, pemeriksaan normative dan menggunakan teori
the auditor must comply with generally atribusi yang menjelaskan penyebab dari perilaku
accepted standards and regulations. Audit orang lain atau diri sendiri.
quality is measured using auditing standards,
and generally accepted regulations. Pada penelitian ini variable yang digunakan yaitu:
1. H1: kompetensi berpengaruh signifikan
Teori Atribusi terhadap kualitas audit
According to Heider (1958) This theory 2. H2: pengalaman berpengaruh signifikan
refers to how someone explains the causes of terhadap kualitas audit
the behavior of others or themselves which 3. H3: independensi berpengaruh signifikan
will be determined whether from internal terhadap kualitas audit
such as 4. H4: kepedulian professional berpengaruh
the nature, character, attitude, etc. or signifikan terhadap kualitas audit
external such as the pressure of certain 5. H5: intergritas berpengaruh signifikan
situations or circumstances that will terhadap kualitas audit
influence individual behavior. 6. H6: etika auditor berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit
Conceptual Framework and Hypothesis
Development
The Effect of Competence on Audit Quality
Competence is the overall knowledge, ability
or skill and work attitude plus personality
attributes possessed by a person (Dinata,
2006). competence is the expertise of an
auditor obtained from knowledge and
training. Each auditor must fulfill certain
requirements to become an auditor. Each
practitioner must maintain his professional
knowledge and expertise at a required level
on an ongoing basis, so that the client or
employer can receive professional services
provided competently based on the latest
developments in practice, legislation, and
methods of carrying out the work (Mulyadi,
2014). Every Practitioner must act
professionally and in accordance with
professional standards and professional
codes of ethics that apply in providing
professional services. An auditor must be
competent, an incompetent Auditor tends to
depend on the opinions of others in
completing audit tasks, because of the very
limited knowledge and experience they have.
In auditing theory, to conduct a quality audit,
the auditor must adhere to generally
accepted standards and regulations (Mautz
and Sharaf, 1961). In conducting an audit, an
auditor must have good personal quality,
adequate knowledge, and special expertise in
his field. This means that the auditor can find
deviations that occur if he has a lot of
knowledge in the field of auditing and
accounting so that with high competence can
improve the quality of audit results.
This is strengthened by the results of
research conducted by Halim, Sutrisno, and
Achsin (2014), Octavia and widodo (2015),
Pandoyo (2016), Wardayanti (2016),
Zahmatkesh and Rezazadeh (2017),
Darayasa and Wisadha (2016) , Pitaloka and
Widanaputra (2016), Ningrum and Budiartha
(2017) which show that competence has a
positive effect on auditor quality.
H1: Competence has a significant effect on
audit quality

The Effect of Experience on Audit Quality


Experience is a learning process and the
addition of potential development behavior
both from formal and non-formal education
or can also be interpreted as a process that
brings someone to a higher pattern of
behavior (Knoers and Haditono; 1999) in
(Saripudin et al, 2012 ). Psychologically,
experience will shape a person's personality,
which will make someone wiser both in
thinking and acting, because one's
experience will feel his position when he is in
good condition and when he is in a bad state
(Bawono and Singgih, 2010). A person will
be more careful in acting. Experienced
auditors can provide better audit quality
compared to inexperienced auditors.
This is strengthened by the results of
research conducted by Cahan and Sun
(2014), Pandoyo (2016), Wardayanti (2016),
Parasayu and Rohman (2014), Dwitariani
and Suputra (2016), Oktarini and Ramantha
(2016), Rahayu and Suryono (2016),
Ningrum and Budiartha (2017), the results of
the study show that experience has a positive
effect on
audit quality.
H2: Experience has a significant effect on
audit quality

The Effect of Independence on Audit


Quality
Independence is the attitude of auditors who
are impartial, do not have personal interests,
and are not easily influenced by parties who
have an interest in giving opinions (Mulyadi,
2014). Auditor independence is one of the
important factors to produce a quality audit.
Independence is a determinant of audit
quality, because if the auditor is truly
independent it will not be affected by his
client. The auditor will freely carry out his
audit duties.
However, if auditors do not have
independence, especially if you get pressure
from the client, the audit quality that is
produced is also not optimal. The auditor
cannot provide an objective opinion if he is
not independent. Even though auditors have
sufficient technical capabilities, the public
will not believe if they are not independent,
the more independent an auditor is, the more
quality the audit results will be.
This is strengthened by the results of
research conducted by Suyono (2012),
Halim, et.al (2014), Rahmina and agoes
(2014), Octavia and widodo (2015), Brown
et, al (2016), Pandoyo (2016) , Wardayanti
2017, Dewi and Budiartha (2015), Darayasa
and Wisadha (2016), Rahayu and Suryono
(2016), Pitaloka and Widanaputra (2016),
Ariningsih and Mertha (2017) from the
research results show that independence
influences audit quality.
H3: Independence has a significant effect on
audit quality.

The Effect of Due Professional Care on


Audit Quality
The auditor must have several attitudes as a
basis for making decisions on audit activities.
The attitudes that auditors must possess
include: due professional care. Due
professional care is the use of healthy
considerations in determining the scope, in
the choice of methodology, and in the
selection of tests and procedures for
auditing. Auditors must use sound
professional judgment in determining the
standards set for the work performed
(Mulyadi, 2014). due professional care
requires the auditor to carry out professional
skepticism, namely an attitude that includes
thoughts that question and critically evaluate
audit evidence. The use of due professional
care is needed to produce a quality audit.
This conclusion is strengthened by the
research conducted by Ningrum and
Budiartha (2017) from the results of
research showing that due professional care
have a positive effect on audit quality.
H4: Due professional care has a significant
effect on audit quality.

The Effect of Integrity on Audit Quality


Integrity is an element of character that
underlies the emergence of professional
recognition. Integrity is a quality that
underlies public trust and is a benchmark for
members in examining all decisions taken.
Integrity requires a member to, among other
things, be honest and forthright without
sacrificing the secrets of the recipient of
services, services and public trust should not
be defeated by personal gain (Mulyadi,
2014). Integrity can accept unintentional
errors and disagreements honestly, but
cannot accept fraud or abolition of principles,
the higher the integrity that an auditor has,
the more quality the audit will be. Integrity
requires members to comply with technical
and ethical standards.
This shows that with high integrity, the
auditor can improve the quality of audit
produced. Audit quality can be achieved if
the auditor has good integrity and the results
of his research find that integrity affects
audit quality(Annisa and Abdul, 2014).
Auditors as the spearhead of the
implementation of audit assignments must
always improve the knowledge they already
have so that the application of knowledge
can be maximized in
practice. The influence of auditor integrity on
audit quality on integrity has a significant
effect on audit quality, meaning that if an
auditor has an honest, courageous, prudent
and responsible attitude in carrying out the
audit it will build trust and provide a basis
for
reliable decision making (Wardayati, 2016).
This conclusion is strengthened by the
results of research conducted by Annisa and
Abdul (2014), Wardayanti (2017) The
results of the research showing that integrity
has a significant influence on the quality of
audit results. Theory and previous studies I
develop
the following hypothesis.
H5: Integrity has a significant effect on audit
quality.

The Effect of Auditor Ethics as Moderating


Variables
The rationale that underlies the preparation
of professional ethics in every profession is
the need for the profession about the public's
trust in the quality of services delivered by
the profession, regardless of the members of
the profession who submit these services
(Mulyadi, 2014). The obligation of an auditor
is to uphold their professional ethical
standards for the organization they work for,
the community and themselves. Ethics is a
set
of moral or value principles or rules of
conduct established by professional
organizations to protect the interests of
members and society as service users (Arens,
et al. 2011). The difficult problem faced by an
auditor to improve audit quality is how to
improve the attitude and behavior of
auditors in carrying out audits, so that the
supervision carried out is reasonable,
effective and efficient. Ethics plays an
important role in audit activities, when the
auditor has adequate personal qualities, such
as competence, experience, independence,
due professional care and integrity, the
auditor may continue to commit fraud if the
auditor does not have good ethics, this will
have an impact on audit quality carried out
This is reinforced by the results of research
conducted by Ningrum and Budiartha (2017)
which shows that ethics has a positive
relationship to audit quality.
H6: Ethics moderates the influence of
competence, experience, independence, due
professional care, and integrity on audit
quality.
RESEARCH METHODOLOGY METODELOGI PENELITIAN

This section Explains population, sample, Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.
sampling method, research variables. And Populasi penelitian ini adalah seluruh auditor
the method of the data analysis. yang berkerja di kantor audit eksternal di
sumatera selatan.
Population, Sample and Sampling Method
The research population is working all Variable yang digunakan terdiri dari satu variable
auditors in external audit offices spread terikat dan lima variable bebas dan satu variable
across South Sumatra, Indonesia. The sample moderator.
selection in this study uses purposive
sampling method. Some criteria that must be
met in determining the sample of this
research are:
a. Auditors working in the external auditor's
office in South Sumatra.
b. The auditor has worked at least 1 year or
more in 2018.
c. Auditors who are willing to fill out the
questionnaire.
d. The auditor who completes the complete
information on the questionnaire that is
needed in relation to the calculation
indicator used as a variable in this study. The
number of external auditor offices in South
Sumatra are as follows: KAP Drs.Achmad
Djunaidi B, KAP Drs.Ahmad Nuroni, KAP Drs.
Achmad Rifai & Bunyamin, KAP
Drs.H.Suparman., Ak, KAP Drs.Muhamad Zen
& Partners (CAB), KAP Dra. Ellya Noorlisyati
& Partners, KAP Drs.Charles Panggabean &
Partners, Edward L. Tobing Madilah Bohori
(CAB) Public Accountant Office, KAP
Drs.Tanzil Djunaidi, KAP Delfi Panjaitan and
the Republic of Indonesia Representative
Office of South Sumatra, with a total of 135
external auditors, Observation criteria are 97
questionnaires.

Research variables
The variables used in this study contain one
dependent variable and five independent
variables and one moderating variable.
Below is the information related to variables
used:
a. Audit quality becomes dependent variable
that is measured using instruments used by
(Oklivia & Marlinah, 2014) Suitability of the
audit with the Auditing Standards and
Quality
of the audit report.
b. Competence becomes independent of
variables measured using instruments used
by Oklivia and Marlinah (2014) namely
Personal Quality, General Knowledge, and
Special Skills
c. Experience becomes an independent
variable that is measured by using the
instrument used by (Saripudin et al., 2012),
namely: Number of Assignments, Experience
in Auditing, Length of Being an Auditor and
Added to the Problem Solving Ability.
d. Independence becomes an independent
variable that is measured by using
instruments developed by (Mautz & Sharaf,
1961), namely: programmatic independence,
investigative independence, and reporting
independence.
e. Due professional care becomes an
independent variable that is measured using
the instruments used by (Saripudin et al.,
2012) namely: Professional Skepticism and
Adequate Belief
f. Integrity is an independent variable that is
measured using the instruments used by
(Parasayu & Rohman, 2014), namely: auditor
honesty, auditor courage, auditor's wise
attitude and auditor's responsibilities.
g. Ethics to be moderating variables
measured by using instruments is in the
book Arens, et
al (2011), namely objectivity, confidentiality,
professional behavior by ignoring integrity
and professional competence and accuracy of
this matter because these indicators are used
as variables in this study and also this
research adds to the Public Interest in the
book Mulyadi (2014) because this indicator
is important in assessing ethics

Data analysis
Data analysis method used by the writer in
this study is quantitative analysis. In this
study the questionnaire uses semantic
differential scale. semantic differential scale
that is by using the bar line where a very
positive answer is located on the right side of
the line, and a very negative answer is
located on the left side of the line. The score
on this questionnaire is by checking the
options along the bar line in the range of
lines 1 to 10 and the data obtained in this
study is interval data.

Analysis technique
This study analyzes the influence of
competence, experience, independence, due
professional care, and auditor integrity on
audit quality using the ordinary least square
model through the regression equation as
follows:
AQ = + 1KOMP + 2PENG+ 3IND+ 4DPC+ 5ING
+ …......... Equation 1

This study uses the OLS model so that it must


pass the validity test, reliability test, and
classical assumption test which consists of
multicollinearity test, heteroscedasticity test
and autocorrelation test.
The study also analyzed the influence of
competence, experience, independence, due
professional care, and auditor integrity on
audit quality which was moderated by
auditor
ethics by using the following:
ETK = + 1KOMP + 2PENG+ 3IND+ 4DPC+ 5ING
+ .....…. Equation 2
{e} = α + β6 AQ

RESULT AND DISCUSSION HASIL DAN PEMBAHASAN

This section displays seven points. The first Hasil dari penelitian ini yaitu pada pengujian
point is the results of descriptive statistics of statistik dilakukan dengan membandingkan nilai
variables used in this study. The second one signifikansi masing-masing variable. Hasil
is the test results of classical assumptions of penelitian menunjukkan:
regression model. The third one is the 1. semakin tinggi kompetensi auditor maka
estimation result of regression model. The semakin tinggi pula kualitas audit yang
fourth one is the estimation result of dihasilkan.
moderating model. The fifth one is test result 2. Semakin tinggi integritas maka semakin
of hypothesis. The sixth one is discussion. baik kualitas audit
The seventh one is managerial implication. 3.
Hyphotesis Test
Statistical testing in this study was carried
out by comparing the significance value of
each variable, if the significance value is less
than 5% then the hypothesis is accepted and
if more than 5% the hypothesis is rejected.
The first hypothesis of competency
significantly influences audit quality, the
form of influence is positive because the
significance value is 0.035 smaller than 0.05.
The second hypothesis of experience does
not significantly affect audit quality because
the significance value is 0.909 greater than
0.05. The third hypothesis of independence
does not significantly affect audit quality
because the significance value is 0.293
greater than 0.05. The hypothesis of the four
professional due care significantly influences
audit quality, a positive effect on audit
quality because the significance value is
0.010 smaller than 0.05. The fifth hypothesis
of integrity significantly affects audit quality,
the form of influence is positive because the
significance value is 0,000 smaller than 0.05.
The sixth hypothesis of the ethical variable
does not significantly moderate the
relationship of variables of competence,
experience, independence, due professional
care, integrity to audit quality because the
coefficient shows a negative value of -0.90
and the significance is 0.217 greater than
0.05.

Discussion
In the regression equation, it can be seen that
competence has a significant effect on audit
quality. The results indicate the higher the
competence of external auditors, the higher
the audit quality produced by external
auditors. Competence is fundamental to
becoming an auditor, to produce a quality
audit report by the auditor must be
supported by adequate expertise and
knowledge to carry out audit tasks, without
which the resulting report will make other
parties doubt about the audit report.
Competence influences audit quality because
higher educated auditors will have a broader
view of various matters. The auditor will
increasingly have a lot of knowledge about
the field he is engaged in, so that he can find
out various problems in more depth. In
addition, with extensive knowledge, auditors
will be easier in following increasingly
complex developments. Complex audit
analysis requires a broad spectrum of
expertise, and knowledge. The results of this
study support the auditing theory proposed
by Mautz and Sharaf (1961) when auditors
adhere to generally accepted standards and
regulations, one of which is competence, the
audit results will be of high quality. Auditor
competence is closely related to the
knowledge structure of the auditor and also
supports attribution theory proposed by
Heider (1958). This theory refers to how a
person explains quality is influenced by
several factors within the auditor itself, such
as competence, because the factors within
the auditor will indirectly influence whether
or not the decision to be taken by the auditor
so that the information users who rely on
audited financial statements can make audit
results as a reference in making decisions.
The results of this study support several
research results including Halim, Sutrisno,
and Achsin (2014), Octavia and widodo
(2015), Pandoyo (2016), Wardayati (2016),
Zahmatkesh and Rezazadeh (2017),
Darayasa and Wisadha (2016), Pitaloka and
Widanaputra (2016), Ningrum and Budiartha
(2017) which show that auditor competence
has a significant effect on audit quality, but
does not support the results of Dewi and
Budiartha's (2015) research which shows
that competence does not affect audit quality.
In the regression equation, experience does
not have a significant effect on audit quality.
It
can be explained that experience cannot be
used when supervision and supervision
carried out by superiors in the audit process
are good and a good system has been
implemented. so that experienced auditors
or not experienced audit results will remain
quality. The results can be explained using
attribution theory proposed by Heider
(1958). This theory refers to how someone
explains the causes of other people's
behavior or themselves which will be
determined whether from internal such as
the nature, character, attitude. or externally,
for example the pressure of certain situations
or circumstances that will influence
individual behavior. When external factors
such as supervision and supervision carried
out by superiors in the audit process are
good. This will make internal factors
(experience) not too influential for the
output produced. This result also supports
the results of research by
Suyono (2012) which shows that experience
does not affect audit quality, but does not
support the results of research from Cahan
and Sun (2015), Pandoyo (2016),
Wardayanti
(2016), Parasayu and Rohman (2014),
Dwitariani and Suputra (2016), Oktarini and
Ramantha (2016), Rahayu and Suryono
(2016), Ningrum and Budiartha (2017), the
results of the study show that experience
influences audit quality.
The results of this study support the auditing
theory when auditors adhere to generally
accepted standards and regulations (Mautz
and Sharaf, 1961). One of which is the
auditor
must have due professional care, the audit
results will be of high quality. due
professional care is closely related to the
knowledge structure of the auditor and also
supports the attribution theory proposed by
Heider (1958). This theory refers to how a
person explains quality is influenced by
several factors within the auditor itself, such
as due professional care, because the factors
within the auditor will indirectly affect
whether or not the decision will be taken by
the auditor so that the information users
who rely on audited financial statements can
make the audit results as a reference in
making decisions. These results also support
the results of research from Ningrum and
Budiartha (2017) from the results of the
study showing that due professional care
affects audit quality, but the results of this
study do not support the research of
Saripudin, Herawaty, and Rahayu (2012)
from the results of the research shows that
due professional care no effect on audit
quality.
In the regression equation can be seen the
integrity of the auditor has a significant effect
on audit quality. This means that the higher
the integrity, the better the audit quality will
be. It can be explained that integrity is a
quality that underlies public trust and is a
benchmark for members in examining all
decisions taken. Integrity requires a member
to, among other things, be honest and
forthright without sacrificing the secrets of
the recipient of services, services and public
trust should not be defeated by personal
gain. Integrity can accept unintentional
mistakes and disagreements honestly, but
cannot accept fraud or abolition of principles,
so the higher the integrity of an auditor, the
more qualified the audit will be.
The results of this study support the auditing
theory when the auditor complies with
generally accepted standards and regulations
(Mautz and Sharaf, 1961), one of which is the
auditor must have integrity, the audit results
will be of high quality. auditor integrity is
closely related to honest, right and fair and
also supports attribution theory proposed by
Heider (1958). This theory refers to how a
person explains quality is influenced by
several factors within the auditor itself, such
as integrity, because the factors within the
auditor will indirectly influence whether or
not the decision will be taken by the auditor
so that the information users who rely on
audited financial statements can make audit
results as a reference in making decisions.
These results also support the results of
research from Wardayanti (2016), Parasayu
and Rohman (2014), from the results of the
study indicate that integrity has a significant
influence on audit quality, but does not
support the results of research from
Purnomo (2017), which shows that Integrity
has no effect on audit quality.
The test results of the dependent variable (Y)
audit quality of the absolute residual
moderating variables namely ethics obtained
negative coefficient value of -0.90 and
significance> 5% it can be concluded that the
ethical variables cannot moderate the
relationship between competency,
experience, independence, professional due
care, integrity to audit quality. It can be
explained that ethics is a set of moral
principles or values, is the moral behavior of
individuals who grow from within a person
(Arens et al, 2011). Auditor ethical behavior
is a character that is carried by each
individual auditor and is not obtained from
education results formally or informally, so
that in carrying out audit activities will
ignore the internal factors that are owned
due to more dominating external factors. The
results can be explained using attribution
theory proposed by Heider (1958).
This theory refers to how someone explains
the causes of other people's behavior or
themselves which will be determined
whether from internal such as the nature,
character, attitude, or externally, for example
the pressure of certain situations or
circumstances that will influence individual
behavior. when there are interventions from
superiors on audit results. The supervisor's
intervention in the audit results can be in the
form of an agreement or negotiation of
findings with the audit object. This will make
internal factors (competence, experience,
independence, due professional care,
integrity and ethics) not have a major impact
on the results of the audit resulting from
more dominating external factors.
The results of this study are consistent with
the results of research conducted by
Astrawan, Mimba, and Dwirandra (2016)
which show that ethics cannot be a
moderating variable for independent
variables of audit quality variables. In
addition this study does not support
research conducted by Ningrum and
Budiartha (2017) which shows that ethics
can be a moderating variable for
independent variables of audit quality
variables.

Research Implications
This study is in accordance with the
implications of audit theory and attribution
theory that audit quality can be influenced by
internal and external factors of the company,
the auditor has personal qualities and
applies applicable auditing standards, the
auditor can improve the quality of audit
results, so that internal factors such as
competence, experience, independence,
integrity, due professional care must be
owned by an auditor. External factors are
also very influential in determining the audit
results, because of the many interventions,
politics and bribery from the parties in
power full make the audit not in accordance
with the facts, such as the events that have
occurred in the few past years.
The auditor must also pay attention to ethics
in auditing, high ethical application can
strengthen audit results and become the
basis of trust given by the community. This
research is also expected to improve the
understanding of external auditors that the
importance of audit quality carried out by
auditors for interested parties so that there
is
not mistake in making decisions. In
accordance with the phenomena that occur
in
Indonesia where audit results are an
important decision in investment and
activities in the company.
CONCLUSIONS AND RECOMMENDATIONS KESIMPULAN DAN SARAN

The purpose of this study was to determine Kesimpulan dari penelitian ini yaitu variabel
the effect of competence, experience, kompetensi, kepedulian professional, dan
independence, due professional integritas berpengaruh signifikan terhadap
care,integrity on audit quality which was kualiatas audit, sedangkan variabel pengalaman
moderated by auditor ethics. The results of dan independensi tidak berpengaruh signifikan
the study show that the variables of terhadap kualitas audit.
competence, due professional care, and Saran dari penelitian ini untuk kedepannya
integrity significantly affect audit quality, the peneliti bisa menggunakan sampel yang jauh
form of positive influence. Experience and lebih banyak agar dapat mementukan factor lain
independence variables do not significantly yang mempengaruhi kualitas audit.
affect audit quality.
Auditor ethics variables do not significantly
moderate competence, experience,
independence, due professional care,
integrity to audit quality. Suggestions for
future research are expected to use a much
larger number of samples and a larger
sample distribution so that the results
obtained can better represent the
population. Subsequent research can specify
other factors that can affect audit quality by
adding several variables related to audit
quality conducted by external auditors.
Kertarajasa, A. Y., Marwa, T., & Wahyudi, T. (2019). The effect of competence, experience,
independence, due professional care, and auditor integrity on audit quality with auditor ethics as
moderating variable.

Anda mungkin juga menyukai