JURNAL ILMIAH REVIEW, KRITIK, DAN SARAN
JUDUL JUDUL
PENGARUH GOOD CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP KINERJA
KEUANGAN PADA PERBANKAN
SYARI’AH INDONESIA
Arry Eksandy
Universitas Muhammadiyah Tangerang
2018
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan
secara empiris pengaruh good corporate
governance terhadap kinerja keuangan perbankan
syariah. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah kinerja keuangan yang diukur dengan
Return On Asset (ROA). Variabel independen
dalam penelitian ini adalah Good Corporate
Governance (GCG) yang diukur dengan dewan
direksi, dewan komisaris independen, dewan
pengawas syariah dan komite audit.Populasi
pada penelitian ini adalah Bank Umum Syariah
(BUS) yang terdaftar di Bank Indonesia
sebanyak 11 bank. Berdasarkan metode
purposive sampling, sampel yang diperoleh
sebanyak 8 bank syari’ah yang memenuhi
kriteria. Data penelitian diperoleh dari annual
report selama periode 2011-2014. Metode
analisis yang digunakan adalah analisis regresi
data panel dengan software Eviews for windows
versi 9.0.Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja
keuangan, sedangkan komisaris independen,
dewan pengawas syariah dan komite audit tidak
berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Secara
bersama-sama dewan direksi, komisaris
independen, dewan pengawas syari’ah dan
komite audit berpengaruh terhadap ROA.
PENDAHULUAN
Krisis ekonomi global yang terjadi beberapa
waktu yang lalu memberikan dampak yang tidak
baik terhadap kinerja keuangan perusahaan
hingga saat ini. Salah satu faktor penyebab
terjadinya krisis keuangan perusahaan karena
Judul yang digunakan pada penelitian ini
yaitu Pengaruh Good Corporate
Governance Terhadap Kinerja Keuangan
Pada Perbankan Syari’ah Indonesia
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini untuk
membuktikan secara empiris pengaruh
good corporate governance terhadap
kinerja keuangan perbankan syariah.
Data penelitian diperoleh dari annual
report selama periode 2011-2014.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dewan direksi berpengaruh terhadap
kinerja keuangan, sedangkan komisaris
independen, dewan pengawas syariah dan
komite audit tidak berpengaruh terhadap
kinerja keuangan. Secara bersama-sama
dewan direksi, komisaris independen,
dewan pengawas syari’ah dan komite audit
berpengaruh terhadap ROA.
Kritik : pada abstrak tidak dijelaskan
metode penlitian apa yang digunakan
PENDAHULUAN
Pada pendahuluan dijelaskan Salah satu
faktor penyebab terjadinya krisis keuangan
perusahaan karena lemahnya implementasi
sistem tata kelola perusahaan atau
Corporate Governance. Akan tetapi hal ini
lemahnya implementasi sistem tata kelola tidak berpengaruh terhadap Bank syariah,
perusahaan atau Corporate Governance. (The hal ini dikarenakan Bank Syariah tidak
World Bank, 1998, dalam Oktapiyani, 2009). dibebani kewajiban untuk membayar
Akan tetapi hal ini tidak berpengaruh terhadap bunga simpanan kepada para nasabahnya.
Bank syariah, hal ini dikarenakan Bank Syariah Bank Syariah hanya membayar bagi hasil
tidak dibebani kewajiban untuk membayar bunga kepada nasabahnya sesuai dengan margin
simpanan kepada para nasabahnya. Bank Syariah keuntungan yang diperoleh bank dari hasil
hanya membayar bagi hasil kepada nasabahnya investasi yang dilakukannya. Dengan
sesuai dengan margin keuntungan yang diperoleh sistem ini bank syariah tidak mengalami
bank dari hasil investasi yang dilakukannya. negative spread sebagaimana dialami oleh
Dengan sistem ini bank syariah tidak mengalami perbankan konvensional yang memakai
negative spread sebagaimana dialami oleh sistem bunga. Ini dibuktikan oleh Bank
perbankan konvensional yang memakai sistem Muamalat Indonesia (pada waktu itu
bunga. Ini dibuktikan oleh Bank Muamalat merupakan satu-satunya bank yang
Indonesia (pada waktu itu merupakan satu- beroperasi dengan sistem syariah) yang
satunya bank yang beroperasi dengan sistem tidak terpengaruh dengan kondisi
syariah) yang tidak terpengaruh dengan kondisi perekonomian. Lemahnya penerapan
perekonomian. Lemahnya penerapan Corporate Corporate Governance inilah yang menjadi
Governance inilah yang menjadi pemicu utama pemicu utama terjadinya berbagai skandal
terjadinya berbagai skandal keuangan pada bisnis keuangan pada bisnis perusahaan.
perusahaan. Kasus penipuan, penggelapan,
pembobolan dan korupsi yang dilakukan oleh
oknum bank itu sendiri banyak terjadi di
perbankan Indonesia. Banyak perusahaan
bangkrut yang diindikasikan sebagai akibat
belum menerapkan Prinsip-prinsip Good
Corporate Governance. disamping banyaknya
praktik Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN)
(Joni Emirzon, 2006). Jumlah dewan direksi
dalam perusahaan yang tidak sesuai dengan
aturan PBI atau tidak menjalani proses self
assessment akan menurunkan suatu bentuk
pengawasan terhadap kinerja keuangan yang baik
dan terkontrol. Proporsi dewan komisaris
independen yang tidak terafiliasi dengan direksi
atau tidak memiliki hubungan keluarga maupun
keuangan dalam kepemilikan saham dapat
mempengaruhi kemampuanya untuk bertindak
independen. Dewan pengawas syariah senantiasa
mengikuti aturan dan prinsip syariah dengan
jumlah anggota yang telah ditetapkan DPS pada
peraturan Bank Indonesia. Kepemilikan
institusional dapat berpengaruh dalam
pemanfaatan aktiva perusahaan dan sebagai
pencegahan terhadap pemborosan yang
dilakukan manajemen. Kurangnya pengawasan
atas aktivitas manajemen oleh dewan komisaris
mengakibatkan penurunan kerja yang kurang
efektif. Kurangnya jumlah komite audit dapat
menimbulkan fraud di perusahaan. Audit extern
dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Standard
tersebut mengharuskan auditor merencanakan
dan melaksanakan audit agar memperoleh
keyakinan memadai bahwa laporan keuangan
bebas dari salah saji yang material.
TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA

Teori Keagenan (Agency Theory) Pada tinjauan pustaka,hipotesi yang

Konsep agency theory didasari pada diajukan yaitu:
permasalahan agensi yang muncul ketika H1: Dewan Direksi berpengaruh positif
pengurusan suatu perusahaan terpisah dari terhadap kinerja perusahaan perbankan
kepemilikannya (Nuswandari, 2009). Agency syariah.
theory menurut oleh Jensen dan Meckling (1976) H2: Proporsi Dewan Komisaris
memandang bahwa manajemen perusahaan Independen berpengaruh positif terhadap
sebagai agen bagi para pemegang saham, akan kinerja perusahaan perbankan syariah.
bertindak dengan penuh kesadaran bagi H3: Dewan Pengawas Syariah
kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak berpengaruh positif terhadap kinerja
yang arif dan bijaksana serta adil terhadap perusahaan perbankan syariah.
pemegang saham. Dengan kata lain, agency H4: Komite Audit berpengaruh positif
theory memandang bahwa pihak manajemen terhadap kinerja perusahaan perbankaan
tidak dapat dipercaya untuk bertindak sebaik- syariah.
baiknya bagi kepentingan publik pada umumnya
maupun shareholders pada khususnya.

Dewan Direksi
Menurut Peraturan Bank Indonesia nomor
11/33/PBI/2009, dewan direksi adalah organ
perseroan yang berwenang dan bertanggung
jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk
kepentingan perseroan sesuai dengan maksud
dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan,
baik di dalam dan di luar pengadilan sesuai
dengan ketentuan anggaran dasar sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang No. 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas. Jumlah
anggota dewan direksi paling kurang 3 (tiga)
orang dan kriteria untuk menjadi seorang direksi
tunduk pada peraturan Bank Indonesia.
Pengangkatan dan penggantian direksi dalam
RUPS haruslah memperhatikan rekomendasi dari
komite remunerasi dan nominasi.
Dewan Komisaris Independen
Menurut peraturan Bank Indonesia nomor
11/33/PBI/2009 komisaris independen adalah
anggota dewan komisaris yang tidak memiliki
hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan
saham dan atau hubungan keluarga dengan
pemegang saham pengendali, anggota dewan
komisaris dan/atau anggota direksi. Jumlah
komisaris independen paling kuranng lima puluh
persen dari jumlah anggota komisaris adalah
komisaris independen. Komsaris independen
juga tidak boleh memiliki hubungan keuangan
atau hubungan kepemilikan saham dengan bank
sehingga dapat mendukung kemampuannya
untuk bersikap independen. Tugas dari komisaris
independen adalah untuk membantu dewan
komisaris dalam menjalankan tugasnya agar
lebih efektif.

Dewan Pengawas Syariah

Menurut peraturan Bank Indonesia nomor
11/33/PBI/2009 dewan pengawas syariah (DPS)
adalah dewan yang bertugas memberikan nasehat
dan saran kepada direksi serta mengawasi
kegiatan bank agar sesuai dengan Prinsip
Syariah. Ketentuan mengenai jumlah anggota
dan kriteria untuk menjadi anggota DPS tunduk
pada peraturan Bank Indonesia. Anggota DPS
diangkat melalui RUPS.

Komite Audit
Menurut Keputusan Menteri nomor 117 Tahun
2002, tujuan dibentuknya komite audit adalah
membantu komisaris atau dewan pengawas
dalam memastikan efektifitas pelaksanaan tugas
auditor eksternal dan auditor internal. Badan
Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dalam surat
edarannya tahun 2003 mengatakan bahwa tujuan
komite audit adalah membantu dewan komisaris.

Perumusan Hipotesis
H1: Dewan Direksi berpengaruh positif terhadap
kinerja perusahaan perbankan syariah.
H2: Proporsi Dewan Komisaris Independen
berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan
perbankan syariah.
H3: Dewan Pengawas Syariah berpengaruh
positif terhadap kinerja perusahaan perbankan
syariah.
H4: Komite Audit berpengaruh positif terhadap
kinerja perusahaan perbankaan syariah.

METODE PENELITIAN METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini ini adalah Bank Umum Syari’ah Indonesia
adalah Bank Umum Syari’ah Indonesia periode periode 2011-2014 dengan jumlah 11 bank
2011-2014 dengan jumlah 11 bank syariah. syariah.
Dengan metode purposive sampling diperoleh 8
bank syari’ah dan jumlah data 32 observasi yang Dalam penelitian ini, teknik analisis data
selanjutnya digunakan sebagai sumber data untuk yang digunakan adalah analisis regresi
dianalisis. data panel dengan bantuan sofware
pengolah data statistik yaitu Eviews 9.0.
Model regresi data panel
Definisi dan Operasional Variabel Variabel
A. Independen Variabel
independen dalam penelitian ini adalah good
corporate governance, dewan direksi, dewan
komisaris independent, dewan pengawas
syariah dan komite audit.

1) Jumlah Dewan Direksi

Jumlah anggota dewan direksi masing-masing
bank pada periode t dibagi dengan Logaritma
Natural (Ln) dari total asset pada periode t.
(Hamid, 2014).

2) Proporsi Komisaris Indpenden

Proporsi komisaris independen yang ada
dalam dewan komisaris pada periode t atau
jumlah komisaris independen dibagi dengan
jumlah komisaris secara keseluruhan pada
peiode t. (Hamid, 2014).

3) Jumlah Dewan Pengawas Syariah

Jumlah anggota DPS telah memenuhi
ketentuan apabila sesuai Peraturan Bank
Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 tanggal 29
Januari 2009 yang menetapkan bahwa
anggota DPS sekurang-sekurangnya sebanyak
2 (dua) orang dan maksimal sebanyak 50%
dari jumlah Direksi.

4) Komite Audit
 Menurut PBI Nomor 8/4PBI/2006 Komisaris
Independen dan Pihak Independen yang
menjadi anggota Komite Audit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling kurang 51%
(lima puluh satu perseratus) dari jumlah
anggota Komite Audit.

B. Variabel Dependen
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
terikat atau dependen adalah kinerja
keuangan bank syariah yang diukur dengan
Return On Asset (ROA). Menurut Brigham
dan Ehrhadrt (2005) dalam Praptiningsih
(2009) ROA adalah rasio laba sebelum bunga
dan pajak (EBIT) atau laba bersih dibagi
dengan nilai buku aset di awal tahun fiskal.
Return on Asset mengukur laba perusahaan
yang berhubungan dengan semua sumber
daya disposal (modal pemegang saham
ditambah dana jangka pendek dan panjang
yang dipinjam).

Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis regresi data panel
dengan bantuan sofware pengolah data statistik
yaitu Eviews 9.0. Model regresi data panel dapat
ditulis sebagai berikut (Winarno, 2015: 4.1)

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian Hipotesis Hasil dari penelitian ini yaitu :

Uji t
Uji t dilakukan untuk menunjukkan seberapa
signifikan pengaruh variabel independen secara
individual terhadap variabel dependen. Dengan
dilihat dari nilai t tabel menggunakan tingkat
signifikan ɑ adalah 0,05dan degree of freedom =
n-k atau df = 32-5 = 27 (n adalah banyaknya
observasi dalam kurun waktu data dan k adalah
banyaknya variabel bebas dan terikat) maka
diproleh nilai t tabel sebesar 2.05183.
Uji F
Uji F digunakan untuk menguji apakah semua
H1 : Hipotesis pertama yang diajukan pada
penelitian ini adalah dewan direksi yang
memiliki t hitung < t tabel (3.123652 >
2.05183) dengan nilai signifikansi sebesar
0.0053 < taraf signifikansi 0,05. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa dewan
direksi berpengaruh positif terhadap
kinerja keuangan (ROA).
H2 : Hipotesis kedua yang diajukan pada
penelitian ini adalah komisaris independen
yang memiliki t hitung > t tabel (0.703633
variabel independen dalam model regresi secara < 2.05183) dengan nilai signifikansi
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel sebesar 0.4898 > taraf signifikansi 0,05.
dependen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
Koefisien Determinasi (R2 ) komisaris independen tidak berpengaruh
Uji koefisien determinasi digunakan untuk terhadap kinerja keuangan (ROA).
melihat seberapa besar pengaruh variabel
independen, yaitu dewan direksi, komisaris H3 : Hipotesis ketiga yang diajukan pada
independen, dewan pengawas syariah dan komite penelitian ini adalah dewan pengawas
audit terhadap variabel dependen, yaitu kinerja syariah yang memilikit t hitung < t tabel
keuangan yang diukur dengan ROA. (0.254242 < 2.05183) dengan nilai
Analisis Regresi Data Panel signifikansi sebesar 0.8019 > taraf
Penelitian dengan regresi data panel ini signifikansi 0,05. Hasil tersebut
digunakan untuk melihat pengaruh antara menunjukkan bahwa dewan pengawas
variabel independen terhadap variabel dependen. syariah tidak berpengaruh terhadap kinerja
Hasil analisis regresi data panel pada model fixed keuangan (ROA).
effect menunjukkan hasil variabel dewan direksi
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan H4 : Hipotesis keempat yang diajukan
(ROA), komisaris independen, dewan pengawas pada penelitian ini adalah komite audit
syariah dan komite audit tidak berpengaruh yang mempunyai t hitung < t tabel
terhadap kinerja keuangan (ROA). Persamaan (0.640078 < 2.05183) dengan nilai
regresi didapatkan sebagai berikut: signifikansi sebesar 0.5294 > taraf
ROA = -5.282525 + 1.092377 DD + 0.293086 signifikansi 0,05. Hasil tersebut
KI + 0.212430 DPS +0.134371 menunjukkan bahwa komite audit tidak
berpengaruh terhadap kinerja keuangan
PEMBAHASAN (ROA).
Pengujian Hipotesis Pertama (H1)
Hipotesis pertama yang diajukan pada penelitian
ini adalah dewan direksi yang memiliki t hitung
< t tabel (3.123652 > 2.05183) dengan nilai
signifikansi sebesar 0.0053 < taraf signifikansi
0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dewan
direksi berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan (ROA). Hal ini didukung oleh
pendapat Alexander, Fernell, Halporn (1993) dan
Goodstein, Gautarn, Boeker (1994) dalam
Wardhani (2006) yang menyatakan jumlah
dewan yang besar menguntungkan perusahaan
dari sudut pandang resource dependence yaitu
bahwa perusahaan tergantung dengan dewannya
untuk dapat mengelola sumber dayanya secara
lebih baik. ROA = -5.282525 + 1.092377 DD +
0.293086 KI + 0.212430 DPS +0.134371

Pengujian Hipotesis Kedua (H2)

Hipotesis kedua yang diajukan pada penelitian
ini adalah komisaris independen yang memiliki t
hitung > t tabel (0.703633 < 2.05183) dengan
nilai signifikansi sebesar 0.4898 > taraf
signifikansi 0,05. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa komisaris independen tidak berpengaruh
terhadap kinerja keuangan (ROA). Hasil
penelitian ini sejalan dengan Erfina (2014).
Komisaris independen adalah anggota dewan
komisaris yang bukan merupakan pegawai atau
orang yang berurusan langsung dengan
perusahaan tersebut, dan tidak mewakili
pemegang saham. Komisaris independen
diangkat karena pengalamannya dianggap
berguna bagi perusahaan tersebut. Mereka dapat
mengawasi dewan komisaris dan mengawasi
bagaimana perusahaan tersebut dijalankan.

Pengujian Hipotesis Ketiga (H3)

Hipotesis ketiga yang diajukan pada penelitian
ini adalah dewan pengawas syariah yang
memilikit t hitung < t tabel (0.254242 < 2.05183)
dengan nilai signifikansi sebesar 0.8019 > taraf
signifikansi 0,05. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa dewan pengawas syariah tidak
berpengaruh terhadap kinerja keuangan (ROA).
Pada kenyataanya DPS tidak berpengaruh
terhadap kinerja perbankan hal ini karena DPS
yang ada di dalam sebuah bank mempunyai
rangkap jabatan sebagai DPS juga di bank lain
yang mengakibatkan kurang baiknya/ kurang
fokusnya kinerja seorang DPS tersebut dalam
mengawasi sebuah bank. Sehingga kinerja DPS
dianggap kurang baik dan tidak mempengaruhi
kinerja perbankan.

Pengujian Hipotesis Keempat (H4)

Hipotesis keempat yang diajukan pada penelitian
ini adalah komite audit yang mempunyai t hitung
< t tabel (0.640078 < 2.05183) dengan nilai
signifikansi sebesar 0.5294 > taraf signifikansi
0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa komite
audit tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan (ROA). Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa komite audit tidak
berengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan
syariah dikarenakan kinerja yang kurang efektif
karena rangkap jabatan yang dimiliki komite
audit yang berdampak kurangnya pengawasan
atas aktivitas manajemen, serta kurangnya
intensif eksternal untuk mendorong terciptanya
efisiensi di perusahaan melalui persaingan yang
fair.
KESIMPULAN KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan Kesimpulan dari penelitian ini yaitu Dari
yang telah diuraikan, maka dapat ditarik semua variabel independen (dewan
kesimpulan sebagai berikut : Dari semua variabel direksi, komisaris independen, dewan
independen (dewan direksi, komisaris pengawas syariah dan komite audit dalam
independen, dewan pengawas syariah dan komite good corporate governance) yang diduga
audit dalam good corporate governance) yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan,
diduga berpengaruh terhadap kinerja keuangan, hanya variabel dewan direksi yang
hanya variabel dewan direksi yang berpengaruh berpengaruh positif terhadap kinerja
positif terhadap kinerja keuangan perbankan keuangan perbankan syariah.
syariah. Dari hasil uji t dengan melihat nilai
signifikansi, variabel komisaris independen,
dewan pengawas syariah dan komite audit
memiliki nilai yang tidak signifikan dan tidak
mempengaruhi kinerja keuangan perbankan
syariah dengan nilai t masing-masing sebesar
0.4898, 0.8019 dan 0.5294. Sedangkan variabel
dewan direksi berpengaruh positif terhadap
kinerja keuangan perbankan syariah dengan nilai
signifikansi t sebesar 0.0053. Dari hasil uji F,
terbukti bahwa nilai signikansi F lebih besar dari
nilai signifikansi yang telah ditentukan
sebelumnya, yaitu 0,05. Artinya seluruh variabel
independen dalam penelitian ini secara bersama-
sama (simultan) berpengaruh tetapi tidak
signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan
syariah sebagai variabel dependen. Hasil uji
koefisien determinasi, menunjukan nilai
Adjusted R-squared pada model regresi adalah
0,397289 yang menunjukan kemampuan variabel
independen (dewan direksi, komisaris
independen, dewan pengawas syariah dan komite
audit) dalam menjelaskan variabel dependen
kinerja keuangan (ROA) adalah sebesar 39,72%
sedangkan sisanya sebesar 60,28% dijelaskan
variabel lain yang tidak termasuk dalam
penelitian ini.

JURNAL INTERNASIONAL REVIEW, KRITIK, SARAN

TITLE JUDUL

THE EFFECT OF GOOD CORPORATE Judul yang digunakan pada penelitian ini
 GOVERNANCE MECHANISMS ON yaitu Pengaruh Mekanisme Good Corporate
ACCOUNTING CONSERVATISM WITH Governance Terhadap Konservatisme
LEVERAGE AS A MODERATING Akuntansi Dengan Leverage Sebagai Variabel
VARIABLE Moderasi

Ain Hajawiyah, Agus Wahyudin, Kiswanto,

Sakinah & Indra Pahala
Accounting, Universitas Negeri Semarang
2020
ABSTRACT ABSTRAK

This study aims to analyze the effect of good Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
corporate governance mechanisms pengaruh mekanisme good corporate
(institutional ownership, managerial governance (kepemilikan institusional,
ownership, and independent commissioners) kepemilikan manajerial, dan komisaris
on accounting conservatism with leverage as independen) terhadap konservatisme
a moderating variable. Manufacturing akuntansi dengan leverage sebagai variabel
companies listed on the Indonesia Stock pemoderasi.
Exchange (IDX) for the period 2014–2016 are
the population in this study, which consists of Analisis data menggunakan analisis regresi
135 companies. The samples are selected with moderasi dengan uji nilai beda mutlak
some criteria which result in 33 firms each menggunakan software SPSS.
year (99 units of analysis). The data are
analyzed using moderated regression analysis Penelitian ini menyimpulkan bahwa
with a test of absolute difference values using mekanisme good corporate governance yang
SPSS software. This study shows that telah diterapkan dapat mempengaruhi praktik
institutional ownership and independent konservatisme akuntansi di perusahaan.
commissioners have a significant positive
effect on accounting conservatism, while
managerial ownership has a significant
negative effect on accounting conservatism.
Leverage moderates the effect of managerial
ownership and independent commissioner on
accounting conservatism but do not moderate
the effect of institutional ownership on
accounting conservatism. This study
concludes that good corporate governance
mechanisms that have been implemented can
affect accounting conservatism practice in the
company.

INTRODUCTION PENDAHULUAN

Financial statements are used by companies to Pada pendahuluan, peneliti menjelaskan

communicate information to stakeholders. terkait dengan Laporan keuangan digunakan
Earnings information that contains the oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan
financial performance of the company within informasi kepada pemangku kepentingan.
a certain period is one of the main concerns in Informasi laba yang memuat kinerja keuangan
financial reporting (Alhayati, 2013). Reported perusahaan dalam periode tertentu menjadi
earnings information should be in accordance salah satu perhatian utama dalam pelaporan
with accounting principles. One of the keuangan. Konservatisme akuntansi adalah
principles used in the financial reporting prinsip kehati-hatian di mana biaya dan
process is the principle of conservatism. kerugian lebih cepat diakui sedangkan
Accounting conservatism is a principle of pendapatan dan keuntungan lebih lambat
prudence in which costs and losses are more diakui. Sehingga mempengaruhi angka-angka
quickly recognized while revenues and profits dalam laporan keuangan. Konservatisme
are more slowly recognized. So that it affects akuntansi penting digunakan untuk
the numbers in the financial statements (Ruch menghadapi ketidakpastian dalam kegiatan
& Taylor, 2015). Accounting conservatism is ekonomi dan bisnis.
important to be used to deal with uncertainties Prinsip konservatisme akuntansi dikaitkan
in economic and business activities. The dengan keadaan yang kemungkinan besar
principle of accounting conservatism is akan mengakibatkan kerugian.
associated with the circumstances that are
likely to result in losses. Circumstances that
are possible to generate profits are postponed
until the situation occurs significantly.
According to Zelmiyanti (2014), accounting
conservatism is used to avoid opportunistic
management behaviors related to contracts
that can minimize agency costs. Accounting
conservatism is carried out as an effort to
balance management opportunistic actions
with the obligation to carry out asymmetric
information. Various studies have been
conducted to know the factors affecting
accounting conservatism. One of them is the
good corporate governance mechanism.
According to Wahyudin and Solikhah (2017),
corporate governance is a system of rules that
is closely related to managers, directors,
employees, controllers, and other
stakeholders. Previous research on the effect
of good corporate governance mechanisms
consisting of institutional ownership,
managerial ownership, and independent
commissioners showed inconsistent results.
Institutional ownership was examined by
Wardhani (2008), Xia and Zhu (2009),
Ramalingegowda and Yu (2012), Foroghi et
al. (2013), and Alkurdi et al. (2017) which
shows that institutional ownership has a
significant positive effect on accounting
conservatism, while Risdiyani and
Kusmuriyanto (2015) showed a significant
negative effect. Studies by Brilianti (2013),
Kootanaee et al. (2013), and Pratanda and
Kusmuriyanto, (2014) show that institutional
ownership has no effect on accounting
conservatism. Managerial ownership
researched by Septian and Anna (2014),
Pratanda and Kusmuriyanto (2014), Dewi and
Suryanawa (2014), and Pambudi (2017)
showed the results had a significant positive
effect on accounting conservatism. While
Lafond and Roychowdhury (2008),
Limantauw (2012), and Brilianti (2013)
showed the results of a significant negative
effect and Risdiyani and Kusmuriyanto
(2015) showed the results had no effect on
accounting conservatism. Independent
commissioners are examined by Foroghi et al.
(2013), Pratanda and Kusmuriyanto, (2014),
Zelmiyanti (2014) as well as Mohammed et
al. (2017) showed the results had a significant
positive effect on accounting conservatism
and Limantauw (2012) and Risdiyani and
Kusmuriyanto (2015) showed that
independent commissioners were not proven
to affect accounting conservatism. Previous
research that show inconsistent result suggest
that there are other variables that influence the
relationship between institutional ownership,
managerial ownership, and independent
commissioners on accounting conservatism.
The purpose of this study is to analyze and
describe leverage as a moderating variable in
the effect of institutional ownership,
managerial ownership, and independent
commissioners on accounting conservatism.
Originality in this study is leverage as a
moderating variable. This is based on
previous research that shows leverage has a
consistent effect on accounting conservatism.
The higher the leverage ratio, the higher the
financial risk faced by both the company and
creditors. High levels of debt will make
companies more careful because high levels
of debt can be a threat to the survival of the
company. This makes the creditor has the
right to observe and monitor activities in the
company (Pramudita, 2012). This will
encourage companies to apply the principles
of accounting conservatism.
LITERATUR REVIEW TINJAUAN PUSTAKA

This research is based on agency theory. Pada literatur review, peneliti mengajukan
Agency theory examines the relationship hipotesis sebagai berikut :
between the owner and manager of a H1 : Kepemilikan institusional berpengaruh
company. Agency theory states that the positif signifikan terhadap konservatisme
separation between the owner and manager of akuntansi
the company causes problems because each H2: Kepemilikan manajerial berpengaruh
party will always optimize their interests. This positif signifikan terhadap konservatisme
relationship will trigger the emergence of akuntansi
information asymmetry between the H3: Komisaris Independen berpengaruh
management and the owner known as agency positif signifikan terhadap konservatisme
conflict. The conflict can be resolved by the akuntansi
company with a system called the mechanism H4: Leverage memoderasi pengaruh
of good corporate governance. kepemilikan institusional terhadap
One mechanism of good corporate konservatisme akuntansi
governance is institutional ownership. H5: Leverage memoderasi pengaruh
Institutional ownership is the proportion of kepemilikan manajerial terhadap
shares owned by the institution (Khafid, konservatisme akuntansi
2012). Institutions can be insurance H6: Leverage memoderasi pengaruh
companies, investment companies, foreign komisaris independen terhadap konservatisme
institutions, and ownership of other akuntansi
institutions. Based on agency theory, the
presence of institutions as shareholders has a
great influence on the company. Agency
conflicts that occur between managers and
shareholders can be minimized by having a
majority shareholding as well as institutional
ownership.
More effective supervision will be carried out
by institutions when their shares are higher in
the company. This will minimize
management’s opportunistic actions. The
institution is trying to press the manager to
implement conservative accounting so that the
capital they invest in the company is
maintained and has a high quality of return. In
general, the institutions give up their capital
management in a special section by
appointing skilled experts in the fields of
analysts. This was done so that they could
monitor the capital they invested. The above
description is strengthened by the results of
the study of Wardhani (2008), Xia and Zhu
(2009), Ramalingegowda and Yu (2012),
Foroghi et al. (2013) and Alkurdi et al. (2017)
which shows institutional ownership has a
significant positive effect on accounting
conservatism. Based on the description above
it can be understood that increasing
institutional ownership in companies will
increase the application of accounting
conservatism.
H1: Institutional ownership has a
significant positive effect on accounting
conservatism Another Good Corporate
Governance mechanism is managerial
ownership. Managerial ownership is the
proportion of shares owned by management
and company directors (Khafid, 2012).
Agency theory suggests that management
with a high shareholding in a company will
reduce agency conflict. This is because
management with high share ownership will
have a stronger motivation in raising the value
of the company’s shares. Management with
high share ownership will try to use the
principle of accounting conservatism. This
happens because the company is not merely
oriented to have high profits but is more
concerned with the sustainability of the
company. High managerial ownership makes
management more involved in the company’s
activities so that the company’s future is more
concerned and not just focused on getting
bonuses. The above description is
strengthened by the research of Septian and
Anna (2014), Pratanda and Kusmuriyanto
(2014), Dewi and Suryanawa (2014), and
Pambudi (2017) which show managerial
ownership has a significant positive effect on
accounting conservatism. Based on the
description above it can be understood that
increasing managerial ownership in
companies will increase the application of
accounting conservatism.
H2: Managerial ownership has a
significant positive effect on accounting
conservatism Another mechanism of Good
Corporate Governance is the existence of
independent commissioner on its board of
commissioners. Independent commissioners
are parties who do not have any relationship
in the field of business or kinship with the
company (Wardhani, 2008). Agency theory
states that the agency conflict could appear
because of information asymmetry. The
conflict can be overcome by increasing the
proportion of independent commissioners in
the company. The existence of an independent
commissioner can provide better quality
assurance for monitoring to shareholders.
This is because the independent commissioner
demands the existence of accurate and
verifiable financial statements. Independent
commissioners strive to make stricter
observations on the company’s operational
activities. These observations are carried out
so that the information generated in the
financial statements can be presented
accurately and transparently. Independent
commissioners will encourage company
management to act conservatively to face
economic uncertainty by not putting excessive
optimism on profits generated by the
company. The above description is
strengthened by the study of Foroghi et al.
(2013), Pratanda and Kusmuriyanto (2014),
Yunos et al. (2014) as well as Mohammed et
al. (2017) which states that independent
commissioners have a significant positive
effect on accounting conservatism. Based on
the description above it can be understood
that the increase in independent
commissioners in companies will increase the
application of accounting conservatism.
H3: Independent commissioners have a
significant positive effect on accounting
conservatism
Previous research on the relationship of good
corporate governance mechanisms to
accounting conservatism shows inconsistent
results. This is allegedly due to other factors
that influence the relationship between the
two. Agency theory explains that company
owners will monitor company managers. If
the monitoring costs are high, the company
owner will appoint a third party in this case
the creditor to help carry out the monitoring.
The existence of additional monitoring
activity by a third party (creditor) can be
shown by the level of debt compared with the
total asset of the company, which is called
leverage ratio. The higher the leverage ratio,
the higher the financial risk faced by both the
company and creditors. High levels of debt
will make companies more careful because
high levels of debt can be a threat to the
company’s survival. This makes the creditor
has the right to observe and monitor activities
in the company (Pramudita, 2012). The
existence of supervision conducted by
creditors will encourage supervision which is
also carried out by institutions in the
company’s operational activities. The
supervision makes the company try to run the
principle of accounting conservatism because
it has difficulty in hiding information both
from shareholders and creditors. Based on the
description above, it can be understood that
leverage can moderate the effect of
institutional ownership on the application of
accounting conservatism.
H4: Leverage moderates the effect of
institutional ownership on accounting
conservatism
Previous research on the relationship of good
corporate governance mechanisms to
accounting conservatism shows inconsistent
results. This is allegedly due to other factors
that influence the relationship between the
two. Agency theory states that the existence
of high debt can make creditors have the right
to oversee the company’s operational
activities. Greater supervision by creditors
will reduce information asymmetry that
occurs in creditors and company managers
(Risdiyani & Kusmuriyanto, 2015). That is
because creditors must know how much the
funds returned by the company for the funds
they invested. When company risk is high as
measured by high debt ratios, management
tries to reduce perceived risk for creditors by
presenting relatively more stable earnings
reports. Based on the description above, it can
be understood that leverage can moderate the
effect of managerial ownership on the
application of accounting conservatism
H5: Leverage moderates the effect of
managerial ownership on accounting
conservatism
Agency theory explains that company owners
will monitor company managers. If the
monitoring costs are high, the company owner
will appoint a third party in this case the
creditor to help carry out the monitoring. The
higher the leverage ratio, the higher the
financial risk faced by both the company and
creditors. High levels of debt will make
companies more careful because high levels
of debt can be a threat to the survival of the
company. This makes the creditor has the
right to observe and monitor activities i the
company (Pramudita, 2012). Supervision by
the creditor will help the independent
commissioner monitor all the company’s
operational activities. It can be concluded that
the supervision will make the company
implement conservative accounting. Based on
the description above, it can be understood
that leverage is able to moderate the effect of
independent commissioners on the application
of accounting conservatism.
H6: Leverage moderates the effect of
independent commissioners on accounting
conservatism
Based on the framework of thinking above,
the research model can be seen in Figure 1 as
follows: Firstly, this research aims to examine
the direct effect of Good Corporate
Governance Mechanism (Institutional
Ownership (H1); Managerial Ownership
(H2): and Independent Commissioner (H3))
towards accounting conservatism. Secondly,
due to various result of previous studies, this
research aims to examine the moderating role
of leverage on the effect of (Institutional
Ownership (H4); Managerial Ownership
(H5): and Independent Commissioner (H6))
on accounting conservatism.
RESEARCH METHOD METODE PENELITIAN

This quantitative research uses secondary data Penelitian kuantitatif ini menggunakan data
in the form of an annual report of sekunder berupa laporan tahunan perusahaan
manufacturing firms listed on the Indonesia manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Stock Exchange (IDX) for the period 2014– Indonesia (BEI) periode 2014–2016. Populasi
2016. This population amounted to 135 ini berjumlah 135 perusahaan. Variabel
companies. Samples are chosen using some terikat dalam penelitian ini adalah
criteria as shown in Table 1: Variable Konservatisme Akuntansi. Variabel
definition and operationalization are shown in Independen dalam penelitian ini adalah Good
Table 2. The dependent variable in this Corporate Governance dengan tiga
research is Accounting Conservatism. mekanisme yang dipilih (kepemilikan
Accounting conservatism is accounting institusional, kepemilikan manajerial, dan
policies or tendencies that result in the komisaris independen). Penelitian ini
downward bias of accounting net asset value menggunakan dokumentasi sebagai teknik
relative to economic net asset value (Watts, pengumpulan data. Pengujian hipotesis
2003 in Ruch & Taylor, 2015), while FASB menggunakan analisis regresi moderasi
(1980) in Ruch & Taylor (2015) states that dengan uji beda mutlak.
“Conservatism is a prudent reaction to
uncertainty to try to ensure that uncertainties
and risks inherent in business situations are
adequately considered”. Thus, if two
estimates of amounts to be received or paid in
the future are about equally likely,
conservatism dictates using the less optimistic
estimate. Conservatism is define as reporting
the lowest value among possible alternative
values for assets and the highest alternative
value for liabilities (Ruch & Taylor, 2015).
We choose a market to book value ratio for
accounting conservatism because it indicates
market value-based measure of accounting
conservatism. Greater market to book value
indicates greater accounting conservatism of a
company. Conservatism results in
understating the book value of equity relative
to market value equity. Firms with high
accounting conservatism will have a higher
market to book value equity ratio (Ahmed &
Duellman, 2007). The Independent variable in
this research is Good Corporate Governance
with three mechanisms selected (institutional
ownership, managerial ownership, and
independent commissioner). We choose these
three mechanisms because according to the
previous result, these three mechanisms still
have various results in affecting accounting
conservatism in Indonesia, so it still needs to
be studied further whether there is another
factor moderated those relationships. This
research use documentation as a data
collection technique. Hypothesis is tested
using moderation regression analysis with a
test of absolute difference. The level of
significance used is 5%. Equation (1) is the
research model used in this study:

RESULT AND DISCUSSIONS HASIL DAN PEMBAHASAN

The result of the classic assumption test Hasil dari penelitian ini yaitu :
shows that the data is normal where the H1 : Kepemilikan institusional berpengaruh
significance value is 0.312, more than 0.05.
positif signifikan terhadap konservatisme
Multicollinearity test shows VIF value 0.01
akuntansi. Artinya semakin tinggi tingkat
so that all independent variables are free from
kepemilikan institusional akan meningkatkan
multicollinearity problem. Heteroscedasticity
tingkat konservatisme akuntansi.
test performed with the White test shows that
H2 : Kepemilikan manajerial berpengaruh
the data are free from heteroscedasticity negatif signifikan terhadap konservatisme
problems. Autocorrelation testing proof that
akuntansi. Artinya, tingkat kepemilikan
the data are free from the autocorrelationmanajerial yang tinggi akan mengurangi
problem. penerapan konservatisme akuntansi.
Adjusted R square of 0.647 means that the H3 : Komisaris independen berpengaruh
variation of institutional ownership,
positif signifikan terhadap konservatisme
managerial ownership, and independent akuntansi. Kondisi ini berarti semakin tinggi
commissioners,, as well as leverage as a proporsi komisaris independen maka praktik
moderating variable, can explain the variation
akuntansi akan semakin konservatif.
of accounting conservatism as much as H4 : Leverage tidak dapat memoderasi
64.7%, while remains (35.3%) are caused bypengaruh kepemilikan institusional terhadap
other variables. In summary, the results of the
konservatisme akuntansi. Hasil ini tidak
hypothesis test can be seen in Table 4 as sejalan dengan teori keagenan yang
follow: mengungkapkan bahwa utang yang tinggi
membuat kreditur berhak untuk mengawasi
Effect of institutional ownership on kegiatan operasional perusahaan sehingga
accounting conservatism perusahaan akan menerapkan konservatisme
Institutional ownership has a significant akuntansi.
positive effect on accounting conservatism. It
means that a high level of institutional
ownership will increase the level of
accounting conservatism. This result is in line
with agency theory which states that agency
conflicts between managers and shareholders
can be minimized by the presence of majority
share ownership as well as institutional
ownership. The presence of institutional
shareholders has a great influence on the
company. The institution has the expertise to
control the opportunistic attitude of
management by effective monitoring.
Management then works more transparently
and applies accounting conservatism in the
company. This result is in line with research
by Wardhani (2008), Xia and Zhu (2009),
Ramalingegowda and Yu (2012), Foroghi et
al. (2013), and Alkurdi et al. (2017).
H5 : Leverage dapat memoderasi pengaruh
signifikan kepemilikan manajerial terhadap
konserva tisme akuntansi. Teori keagenan
menjelaskan bahwa pemilik perusahaan akan
memantau pengelolaan perusahaan.
H6 : Leverage secara signifikan dapat
memoderasi pengaruh komisaris independen
terhadap konservatisme akuntansi. Adanya
leverage memperlemah pengaruh komisaris
independen terhadap konservatisme
akuntansi. Kehadiran komisaris independen
dalam mengawasi kegiatan operasional
perusahaan terbukti efektif.

Effect of managerial ownership on

accounting conservatism
Managerial ownership has a significant
negative effect on accounting conservatism. It
means that high level of managerial
ownership will reduce the application of
accounting conservatism. This result is not in
line with agency theory. Agency theory
reveals that if management has a high
ownership in the company, it will reduce
agency conflict. The result that shows
managerial ownership has a significant
negative effect on accounting conservatism
may be because high shareholding by
management in fact encourages expropriation
of the company. So, management is more
likely to use more aggressive accounting
principles (Limantauw, 2012). In addition,
this result also can be caused by the tendency
of managers with high equity ownership to
use a lower level of conservatism to avoid a
decline in share prices (Fatmariani, 2013).
This research in line with the research of
Lafond and Roychowdhury (2008),
Limantauw (2012), and Brilianti (2013).

The effect of independent commissioners

on accounting conservatism
Independent commissioners have a significant
positive effect on accounting conservatism.
This condition means that the higher the
proportion of independent commissioners, the
more conservative accounting practices will
be. This result is in line with agency theory
which reveals that management tends to have
a negative attitude and is concerned with
personal desires without regard to the
interests of shareholders. This condition
makes the company required an independent
commissioner to oversee and monitor all
activities carried out by management. The
existence of an independent commissioner on
the board of commissioners can provide better
quality assurance for monitoring to
shareholders. This is because the independent
commissioner wants an accurate financial
report. In addition, more stringent supervision
is carried out by independent commissioners
so that information generated in financial
statements can be presented transparently and
reliably. Independent commissioners will
encourage management to act conservatively
to face the economic uncertainty by not
putting excessive optimism on profits
generated by the company. This study
supports the research of Pratanda and
Kusmuriyanto (2014), Yunos et al. (2014),
and Mohammed et al. (2017).

Leverage moderates the effect of

institutional ownership on accounting
conservatism
Leverage cannot moderate the effect of
institutional ownership on accounting
conservatism. This result is not in line with
agency theory which reveals that high debt
makes creditors have the right to oversee the
company’s operational activities so that the
company will apply accounting conservatism.
This is possible for creditors to assume that
companies with high profits can pay their
debts on time. The creditors do not try to
conduct intensive supervision but let the
company carry out accounting procedures as
desired. This condition shows that leverage is
not the basis for consideration the application
of accounting conservatism in a company.
This can be seen from the strength of
institutional ownership which directly has an
effective role in overseeing companies to
implement conservative accounting. The
description above explains that the increase in
the application of accounting conservatism
does not depend on increasing institutional
ownership by moderating leverage.

Leverage moderates the effect of

managerial ownership on accounting
conservatism
Leverage can moderate the significant effect
of managerial ownership on accounting
conservatism. The agency theory explains that
company owners will monitor the
management of the company. If the
monitoring costs are high, the company owner
will appoint a third party in this case the
creditor to help carry out the monitoring. The
presence of leverage is proven to moderate
and can strengthen the effect of managerial
ownership on accounting conservatism. The
application of accounting conservatism will
be higher along with the high level of
corporate debt. That is because the creditor
expects their lent funds remain secure. In
addition, creditors ask for more accurate
financial statements, so they seek to conduct
more selective monitoring and press
management so that management has no
chance of manipulating profits. In companies
with high debt ratios, management is less
prone to do profit engineering because of
intensive supervision from creditors. When
the high corporate risk is measured by a high
debt ratio, management tries to reduce
perceived risk for creditors by presenting
relatively more stable earnings, meaning that
managers do not do earnings engineering.

Leverage moderates the effect of

independent commissioners on accounting
conservatism Leverage can significantly
moderate the effect of independent
commissioners on accounting conservatism.
The presence of leverage weakens the effect
of independent commissioners on accounting
conservatism. The presence of independent
commissioners in overseeing the operational
activities of the company has proven to be
effective. This is indicated by the influence of
independent directors who can increase the
application of accounting conservatism.
However, the role of creditors as lenders who
should have helped oversight was less
effective in pressing management to
implement conservatism in the company. This
is possible because creditors assume that the
company will be supervised by independent
commissioners intensively so that creditors do
not try to pressure the company’s
management through the debt agreement that
it provides. The explanation above explains
that the application of accounting
conservatism depends on increasing the
independent commissioner by being
moderated by the moderating leverage
variable.
CONCLUSIONS KESIMPULAN

The study concludes that institutional Hasil penelitian menyimpulkan bahwa

ownership and independent commissioners
have a significant positive effect on
accounting conservatism. Leverage can
moderate the effect of managerial ownership
and independent commissioners on
accounting conservatism. On the other hand,
managerial ownership has a significant
negative effect on accounting conservatism.
This happens because high shareholding by
management in fact encourages expropriation
of the company. So, the management is more
likely to use more aggressive accounting
principles. Additionally, leverage cannot
moderate the effect of institutional ownership
on accounting conservatism. This happens
because creditors may assume that companies
with high profits can pay their debts on time.
kepemilikan institusional dan komisaris
independen berpengaruh positif signifikan
terhadap konservatisme akuntansi. Leverage
dapat memoderasi pengaruh kepemilikan
manajerial dan komisaris independen
terhadap konservatisme akuntansi. Sedangkan
kepemilikan manajerial berpengaruh negatif
signifikan terhadap konservatisme akuntansi.
leverage tidak dapat memoderasi pengaruh
kepemilikan institusional pada konservatisme
akuntansi.
 The creditors do not try to conduct intensive
supervision but let the company carry out
accounting procedures as desired. So,
leverage cannot moderate the effect of
institutional ownership on accounting
conservatism. This study limited to
observation periods of 3 years. Further
research can use different measurement tools
in accounting conservatism such as accrual
measures of earning or stock return to obtain
more comprehensive results.

Dapus
Hajawiyah, A., Wahyudin, A., Kiswanto, Sakinah, & Pahala, I. (2020). The effect of good corporate
governance mechanisms on accounting conservatism with leverage as a moderating variable. Cogent
Business & Management, 7(1), 1779479.

Eksandy, A. (2018). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Pada
Perbankan Syari’ah Indonesia. JAK (Jurnal Akuntansi) Kajian Ilmiah Akuntansi, 5(1), 1-10.