Characteristics of a Profession
(Akuntansi sebagai Profesi, Karakteristik Profesi)
Disusun Oleh :
KOMPAS.com - Profesi bidang akuntansi biasanya mendapat gelar "Ak." atau "CPA"
(certified publik accountant). Para akuntansi bisa menjadi akuntan publik, auditor, konsultan
manajemen, atau menjadi akuntan internal di perusahaan. Dalam buku Akuntansi Dasar (2019)
karya Irmah Halimah Bachtiar, terdapat beberapa profesi bidang akuntansi yaitu:
1. Akuntan privat (intern) Profesi bidang akuntansi yang bekerja pada perusahaan tertentu
dan merupakan karyawan perusahaan tersebut. Tugas akuntan perusahaan antara lain:
2. Akunan publik Akuntan yang bekerja memberikan layanan kepada masyarakat. Tugas
akuntan publik antara lain:
4. Akuntan pendidik Akuntan yang bekerja pada lembaga pendidikan. Adapun tugas
akuntan pendidik adalah:
Dalam melakukan auditing, akuntan tunduk dan taat pada standar kode etik akuntan.
Aturan profesi bidang akuntansi Sama seperti profesi lainnya, profesi bidang akuntansi
memiliki kode etik yang jika dilanggar akan dikenai sanksi. Dalam RUU Akuntan publik,
dijelaskan bahwa akuntan publik bisa dikenakan pidana penjara enam tahun paling lama, denda
Rp 300 juta. Beberapa kesalahan dengan sengaja, sebagai berikut:
a. Membuat kertas kerja atau dokumen lain tidak dapat dipergunakan dalam rangka
pemeriksaan yang berwenang.
b. Menerbitkan laporan tanpa kertas kerja
c. Memberikan pernyataan tidak benar atau dokumen palsu untuk mendapatkan izin praktik.
SIMPULAN FENOMENA
Profesi akuntan semakin memiliki banyak peminat dan berkembang, seoarang akuntan tidak
hanya berfokus pada Laporan Keuangan saja, seperti yang dijelaskan dari fenomena diatas
terdapat banyak sekali jenis profesi akuntan seperti akuntan pendidik, akuntan perpajakan.
Aturan profesi bidang akuntansi Sama seperti profesi lainnya, profesi bidang akuntansi memiliki
kode etik yang jika dilanggar akan dikenai sanksi. Dalam RUU Akuntan publik, dijelaskan
bahwa akuntan publik bisa dikenakan pidana penjara enam tahun paling lama, denda Rp 300
juta.
BAB 2
LITERATUR REVIEW BUKU & JURNAL
Jelas bahwa akuntansi memenuhi dua karakteristik pertama. Akuntansi adalah disiplin
rumit yang membutuhkan studi formal untuk menjadi ahli. Untuk menjadi akuntan publik
bersertifikat (CPA) biasanya membutuhkan gelar sarjana di bidang akuntansi, serta lulus ujian
CPA yang ketat. Mempertahankan status CPA membutuhkan tetap mengikuti perkembangan
terbaru dengan melanjutkan pendidikan. Dalam memenuhi standar ketiga, profesi akuntansi
seperti banyak kelompok lain yang telah bersatu untuk melayani masyarakat umum dari posisi
keahlian. Dokter, pengacara, guru, insinyur, dan lainnya membentuk kelompok profesional yang
didedikasikan untuk melayani klien mereka. Kelompok-kelompok ini umumnya menentukan
kualifikasi yang diperlukan untuk memperoleh keanggotaan. Keanggotaan yang berkelanjutan
membutuhkan kepatuhan terhadap standar perilaku kelompok, termasuk persyaratan untuk
bertindak demi kepentingan terbaik klien. Hanya individu yang memenuhi kualifikasi yang akan
diterima ke dalam profesi, dan individu dapat dikeluarkan dari profesi jika mereka tidak
memenuhi standarnya.
Profesi akuntansi telah mengembangkan beberapa kode etik yang menetapkan standar
perilaku akuntan, standar yang membutuhkan lebih dari sekadar mematuhi aturan hukum. Kami
menyarankan bahwa kode-kode canggih ini setara dengan hukum moral organisasi yang
mengikat Akibatnya, kode menentukan apa yang secara etis dituntut dari seorang akuntan. Bisnis
Etika 2 menyebutkan beberapa cara agar kode etik dapat bernilai:
1. Sebuah kode dapat memotivasi melalui penggunaan tekanan teman sebaya, dengan
memegang set yang diakui secara umum harapan perilaku yang harus dipertimbangkan
dalam pengambilan keputusan
2. Kode dapat memberikan panduan, terutama dalam situasi yang ambigu
3. Kode dapat membantu menentukan tanggung jawab sosial bisnis itu sendiri
Kode Etik Profesional AICPA
Kode Etik AICPA terdiri dari empat bagian; bagian pertama adalah kata pengantar, berlaku
untuk semua anggota, termasuk Prinsip Perilaku Profesional. Bagian 1 dari kode menjabarkan
aturan untuk anggota dalam praktik publik. Bagian 2 dari kode ini menyajikan aturan untuk
anggota dalam bisnis dan Bagian 3 dari kode tersebut mencakup aturan untuk semua anggota
lainnya. Prinsip-prinsip adalah norma-norma umum perilaku, dan mereka menyediakan kerangka
kerja untuk aturan-aturan yang lebih spesifik. Dewan AICPA menunjuk badan-badan untuk
menafsirkan aturan dan memberikan standar teknis untuk mereka. Interpretasi ini menghasilkan
Aturan Etis, yang mengatur aktivitas tertentu tetapi juga dapat diterapkan pada perilaku serupa
lainnya.
Kode AICPA dimulai dengan menjelaskan tujuan dan ruang lingkupnya. Itu diadopsi "untuk
memberikan panduan dan aturan kepada semua anggota dalam pelaksanaan tanggung jawab
profesional mereka."6 Tujuannya , kemudian, adalah untuk membimbing, dan ruang lingkupnya
mencakup semua akuntan public bersertifikat yang termasuk dalam AICPA. Itu mengikat mereka
dan hanya mereka. Karena, bagaimanapun, kode tersebut mengungkapkan "prinsip dasar
perilaku etis dan profesional,"7 itu dapat berfungsi sebagai buku pegangan etika untuk semua
akuntan.
Kode menentukan tiga konstituen kepada siapa akuntan memiliki tanggung jawab etis:
publik, klien, dan kolega. Dalam profesi akuntan, khususnya bagi akuntan “publik”, tanggung
jawab kepada publik adalah yang terpenting. Tanggung jawab utama ini berbeda dalam
akuntansi daripada di berbagai profesi lain, seperti hukum dan kedokteran, di mana tanggung
jawab utama adalah kepada klien atau pasien. Tanggung jawab akuntan kepada publik sangat
penting sehingga mengesampingkan kewajibannya kepada perusahaan atau klien. Dalam kasus
audit eksternal, misalnya, meskipun perusahaan yang diaudit mempekerjakan dan membayar
akuntan, tanggung jawab pertama akuntan adalah mereka yang berada di konstituen publik yang
berhak melihat laporan keuangan perusahaan. Ini menciptakan situasi anomali di mana akuntan
secara teknis tidak bekerja untuk orang atau perusahaan yang membayarnya. Karena akuntan
memiliki tanggung jawab kepada publik, klien, dan kolega, kita perlu memeriksa semua
hubungan dan kewajiban pemegang jabatan. Mempelajari ketentuan kode AICPA membantu
memperjelas berbagai hubungan.
Kesimpulan Literatur Buku
Kesimpulan dari literatur buku yaitu terdapat beberapa karakteristik profesi akuntan yang
disebutkan oleh Huebner salah satunya yaitu Profesional terlibat dalam panggilan yang berguna
dan cukup mulia untuk menginspirasi cinta dan antusiasme di pihak praktisi. Selian itu profesi
akuntan juga memiliki kode etik diantaranya Kode menentukan tiga konstituen kepada siapa
akuntan memiliki tanggung jawab etis: publik, klien, dan kolega. Dalam profesi akuntan,
khususnya bagi akuntan “publik”, tanggung jawab kepada publik adalah yang terpenting.
LITERATUR JURNAL INDONESIA
JURNAL ILMIAH REVIEW, KRITIK, SARAN
JUDUL
Pengaruh Kode Etik Akuntan, Personal Penelitian ini mengambil judul Pengaruh
Ethical Philosophy, Corporate Ethical Value Kode Etik Akuntan, Personal Ethical
Terhadap Persepsi Etis Dan Pertimbangan Philosophy, Corporate Ethical Value
Etis Auditor (Studi Empiris pada Kantor Terhadap Persepsi Etis Dan Pertimbangan
Akuntan Publik di Jakarta) Etis Auditor (Studi Empiris pada Kantor
Akuntan Publik di Jakarta)
Agung Wibowo
Program Studi Akuntansi, Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas 17
Agustus 1945 Semarang
2015
ABSTRAK
Rest (1986) mengemukakan bahwa untuk Tujuan dari penelitian ini adalah menguji
bertindak secara moral, seseorang paling tidak secara empiris pengaruh dari kode etik
harus telah melakukan empat proses psikologi akuntan, personal ethical philosophy,
dasar, yaitu: sensitivitas etis; pertimbangan corporate ethical value terhadap persepsi etis
etis; motivasi etis; dan karakter etis. dan pertimbangan etis auditor.
Penelitian ini memfokuskan pada komponen
pertama dan kedua, yaitu sensitivitas etis dan Populasi penelitian ini adalah para auditor
pertimbangan etis, dari empat komponen yang bekerja pada kantor akuntan publik
model Rest. Tujuan penelitian ini adalah (KAP) di Jakarta. penelitian ini menggunakan
menguji secara empiris pengaruh dari kode purposive sampling.
etik akuntan, personal ethical philosophy,
corporate ethical value terhadap persepsi etis Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada
dan pertimbangan etis auditor. Populasi suatu efek positif yang secara statistik
penelitian ini adalah para auditor yang bekerja signifikan dari kode etik akuntan, personal
pada kantor akuntan publik (KAP) di Jakarta. ethical philosophy, corporate ethical value
Untuk mengumpulkan data, penelitian ini terhadap persepsi etis dan pertimbangan etis
menggunakan purposive sampling. Sebuah auditor.
sampel yang terdiri atas 52 auditor telah
digunakan untuk menginvestigasi efek dari Kritik: peneliti tidak menjelaskan metode
kode etik akuntan, serta personal ethical penelitian apa yang digunakan
philosophy dan corporate ethical value
mereka terhadap persepsi etis dan
pertimbangan etis.Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada suatu efek positif
yang secara statistik signifikan dari kode etik
akuntan, personal ethical philosophy,
corporate ethical value terhadap persepsi etis
dan pertimbangan etis auditor.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kesadaran etika dan sikap profesional Pada pendahuluan peneliti menjelaskan
memegang peran yang sangat besar bagi terkait dengan peran kesadaran etika dan
seorang akuntan (Louwers, et al., 1997 dalam sikap professional bagi seorang akuntan.
Husein, 2004). Hal ini disebabkan oleh Peneliti juga menjelaskan terkait dengan kode
kenyataan bahwa dalam menjalankan etik menurut jurnal-jurnal dari peneliti
profesinya, seorang akuntan (termasuk terdahulu.
seorang auditor) secara terus menerus
berhadapan dengan dilema etis yang Rumusan masalah adari penelitian ini yaitu:
melibatkan pilihan di antara nilai-nilai yang 1. Apakah nilai-nilai yang terdapat dalam
bertentangan. Kode Etik Akuntan yang ditetapkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia berpengaruh
Dalam menghadapi situasi dilema etis seperti terhadap Persepsi Etis dan Pertimbangan Etis
ini, maka persepsi etis dan pertimbangan etis auditor?
auditor yang berlandaskan pada 2. Apakah Personal Ethical Philosophy
profesionalisme memainkan peran penting berpengaruh terhadap Persepsi Etis dan
dalam pengambilan keputusan etis. Rest Pertimbangan Etis auditor?
(1986) mengusulkan empat komponen dari 3. Apakah Corporate Ethical Value
suatu kerangka pengambilan keputusan etis, berpengaruh terhadap Persepsi Etis dan
yaitu sensitivitas etis (persepsi etis), Pertimbangan Etis auditor?
pertimbangan etis, motivasi etis, dan karakter
etis. Persepsi etis adalah kemampuan Tujuan dari penelitian ini yaitu:
seseorang untuk mengetahui adanya masalah- 1. Menguji pengaruh Kode Etik Akuntan
masalah etis yang terjadi pada lingkungan Indonesia terhadap auditor dalam mengakui
pekerjaan (Hebert, et al., 1990). Sedangkan dan memecahkan permasalahan etika ketika
pertimbangan etis menyangkut penilaian menjalankan tugasnya.
macam-macam tindakan mana yang dapat 2. Menguji pengaruh Personal Ethical
dibenarkan secara moral (Thorne, 2000). Philosophy terhadap persepsi etis dan
pertimbangan etis auditor ketika menghadapi
Di Amerika Serikat, kode etika akuntan yang permasalahan etika dalam melaksanakan
dikembangkan oleh Institute of Management tugasnya.
Accountants (IMA) menjadi dasar yang 3. Menguji pengaruh Corporate Ethical Value
penting di dalam pengembangan kode etik terhadap persepsi etis dan pertimbangan etis
akuntan. Beberapa studi telah dilakukan untuk auditor ketika menghadapi permasalahan
menelaah kelayakan kode etik akuntan dalam etika dalam melaksanakan tugasnya
pengambilan keputusan etis, misalnya:
Lambert (1974), Coppage (1988), Etherington
dan Hill (1998). Di Indonesia penelitian
mengenai kode etik akuntan telah dilakukan
oleh beberapa peneliti. Desriani (1993)
meneliti persepsi akuntan publik terhadap
Kode Etik Akuntan Indonesia, yang
menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan
persepsi yang signifikan antar kelompok
akuntan publik. Sihwahjoeni dan Gudono
(2000) menguji secara empiris persepsi
terhadap Kode Etik Akuntan Indonesia di
antara tujuh kelompok akuntan yang meliputi
akuntan publik, akuntan pendidik, akuntan
manajemen, akuntan pemerintah, akuntan
pendidik sekaligus akuntan publik, akuntan
pendidik sekaligus akuntan manajemen, dan
akuntan pendidik sekaligus akuntan
pemerintah, yang hasilnya menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan persepsi
tentang pentingnya kode etik akuntan. Namun
dari beberapa penelitian tersebut masih
mengabaikan pengaruh Kode Etik Akuntan
Indonesia terhadap persepsi etis dan
pertimbangan etis auditor. Meskipun beberapa
studi telah dilakukan untuk menelaah
kelayakan kode etik akuntan dalam
pengambilan keputusan etis oleh para
akuntan, namun tidak satupun yang mengacu
pada apakah kode etik akuntan benar-benar
secara nyata dapat memberikan pengaruh
pada persepsi etis dan pertimbangan etis.
Perumusan Masalah
Dalam menjalankan profesinya, auditor
dihadapkan pada dilema etis. Dilema etis
dapat dipersepsikan berbeda oleh masing-
masing auditor tergantung pada faktor filosofi
etis masing-masing individu, nilai etis
lingkungan tempat auditor ditugaskan,
maupun pemahaman terhadap kode etik
profesinya. Permasalahan tersebut selanjutnya
dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut:
1. Apakah nilai-nilai yang terdapat dalam
Kode Etik Akuntan yang ditetapkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia berpengaruh
terhadap Persepsi Etis dan Pertimbangan Etis
auditor?
2. Apakah Personal Ethical Philosophy
berpengaruh terhadap Persepsi Etis dan
Pertimbangan Etis auditor?
3. Apakah Corporate Ethical Value
berpengaruh terhadap Persepsi Etis dan
Pertimbangan Etis auditor?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
menemukan bukti empiris mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi persepsi etis dan
pertimbangan etis auditor ketika menghadapi
dilema etis dalam melaksanakan tugasnya.
Secara khusus, penelitian ini dimaksudkan
untuk:
1. Menguji pengaruh Kode Etik Akuntan
Indonesia terhadap auditor dalam mengakui
dan memecahkan permasalahan etika ketika
menjalankan tugasnya.
2. Menguji pengaruh Personal Ethical
Philosophy terhadap persepsi etis dan
pertimbangan etis auditor ketika menghadapi
permasalahan etika dalam melaksanakan
tugasnya.
3. Menguji pengaruh Corporate Ethical Value
terhadap persepsi etis dan pertimbangan etis
auditor ketika menghadapi permasalahan
etika dalam melaksanakan tugasnya.
KAJIAN TEORI
Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan
(field research), yaitu penelitian yang (field research), yaitu penelitian yang
dilakukan dengan cara survei untuk dilakukan dengan cara survei untuk
mengumpulkan data di lapangan guna mengumpulkan data di lapangan guna
memperoleh gambaran tentang faktor-faktor memperoleh gambaran tentang faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap persepsi etis dan yang berpengaruh terhadap persepsi etis dan
pertimbangan etis auditor. Desain penelitian pertimbangan etis auditor.
yang digunakan dalam penelitian ini bersifat
penjelasan (explanatory research) karena Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
merupakan penelitian yang menjelaskan auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan
hubungan kausal antar variabel melalui Publik (KAP) di Jakarta. Pengambilan sampel
pengujian hipotesis. dilaksanakan dengan teknik pengambilan
sampel bertujuan (purposive sampling
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri
auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan dari Variabel Dependen dan Variabel
Publik (KAP) di Jakarta. Berdasarkan data Independen.
dalam direktori yang dikeluarkan oleh IAI
Kompartemen Akuntan Publik, jumlah Data penelitian ini dikumpulkan dengan cara
Kantor Akuntan Publik yang terdaftar di mengirimkan kuesioner melalui pos kepada
Jakarta sebanyak 289 KAP. Pengambilan 289 orang auditor yang bekerja pada berbagai
sampel dilaksanakan dengan teknik Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jakarta.
pengambilan sampel bertujuan (purposive
sampling). Kriteria- kriteria yang digunakan Alat statistik yang digunakan untuk menguji
dalam pertimbangan yaitu telah hipotesis adalah regresi berganda (multiple
berpengalaman kerja sebagai auditor di atas 5 regression).
tahun dan berlatar belakang pendidikan Kritik: pada metode penlitian ini tidak
formal akuntansi serendah-rendahnya diploma dijelaskan metode penelitian apa yang di
III. Dengan pengalaman kerja di atas 5 tahun gunakan oleh peneliti.
diharapkan seorang auditor sudah pernah
terlibat langsung dengan dilema etis.
Penelitian ini dilakukan dengan metode mail
survey. Karena besarnya populasi penelitian
ini tidak diketahui, maka dasar penentuan
ukuran sampel adalah berdasarkan pendapat
Roscoe (1975) yang dikutip oleh Sekaran
(2006) sebagai berikut:
1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang
dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan
penelitian.
2. Dalam penelitian multivariat (termasuk
analisis regresi berganda), ukuran sampel
sebaiknya beberapa kali (pada umumnya 10
kali atau lebih) lebih besar dari jumlah
variabel dalam penelitian.
Pengukuran Variabel
Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri
dari: 1. Variabel Dependen.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
persepsi etis dan pertimbangan etis. Hebert et
al. (1990) menyatakan bahwa persepsi etis
adalah kemampuan seseorang untuk
mengetahui adanya masalah-masalah etis
yang terjadi pada lingkungan pekerjaan.
Sedangkan pertimbangan etis adalah
pertimbangan-pertimbangan apa yang harus
dilakukan untuk mengantisipasi dilema etis
(Rest, 1979 dalam Syaikhul, 2006).
Penelitian ini menggunakan empat skenario,
setiap skenario berisi situasi nyata yang
diikuti dengan penjelasan atas tindakan yang
dilakukan oleh auditor secara hipotesis. Untuk
pengukuran persepsi etis dan pertimbangan
etis, digunakan skala Likert lima poin. Skor 1
(sangat tidak setuju) mengindikasikan
responden sangat tidak peka terhadap
permasalahan etika, sedangkan skor 5 (sangat
setuju) mengindikasikan responden sangat
peka terhadap permasalahan etika di
lingkungan pekerjaannya.
3. Variabel Independen.
Variabel independen dalam penelitian ini
adalah Kode Etik Akuntan, Personal Ethical
Philosophy, dan Corporate Ethical Value.
Definisi operasional variabel-variabel
independen tersebut adalah sebagai berikut.
Dari pengolahan data dengan menggunakan Hasil dari penelitian ini yaitu :
SPSS diperoleh model regresi sebagai 1. Pengaruh kode etik akuntan terhadap
berikut: persepsi etis sebesar 0,048 (bersifat
Y1 = 9,639+0,048X1+0,055X2+0,093X3+e positif), sedangkan terhadap
Y2 = 5,449+0,088X1+0,069X2+0,104X3+e pertimbangan etis sebesar 0,088
Model regresi tersebut telah memenuhi syarat (bersifat positif) yang berarti
uji normalitas, uji multikolinearitas, uji menerima hipotesis H1a dan H1b
heteroskedastisitas, uji model sehingga layak 2. Pengaruh personal ethical philosophy
digunakan sebagai alat analisis. terhadap persepsi etis sebesar 0,055
(bersifat positif), sedangkan terhadap
Hasil Analisis Data pertimbangan etis sebesar 0,069
Output SPSS pada tabel 5 dan tabel 6 (bersifat positif). Koefisien regresi ini
menunjukkan bahwa koefisien regresi dari menunjukkan adanya pengaruh yang
seluruh variabel independen secara statistik signifikan secara statistik dari personal
signifikan mempengaruhi variabel persepsi ethical philosophy terhadap persepsi
etis maupun pertimbangan etis. Hal ini etis dan pertimbangan etis, yang
tampak dari probabilitas signifikansi di bawah berarti menerima hipotesis H2a dan
=0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa kode H2b
etik akuntan, personal ethical philosophy, dan 3. Pengaruh corporate ethical value
corporate ethical value secara parsial terhadap persepsi etis sebesar 0,093
berpengaruh signifikan terhadap persepsi etis (bersifat positif), sedangkan terhadap
dan pertimbangan etis. pertimbangan etis sebesar 0,104
(bersifat positif). Koefisien regresi ini
Pembahasan menunjukkan adanya pengaruh yang
1. Pengaruh Kode Etik Akuntan terhadap secara statistik signifikan dari
Persepsi Etis danPertimbangan Etis corporate ethical value terhadap
Pengaruh kode etik akuntan terhadap persepsi persepsi etis dan pertimbangan etis,
etis sebesar 0,048 (bersifat positif), sedangkan yang berarti menerima hipotesis H3a
terhadap pertimbangan etis sebesar 0,088 dan H3b
(bersifat positif) yang berarti menerima
hipotesis H1a dan H1b, hal ini disebabkan
karena responden menganggap bahwa nilai-
nilai yang terdapat dalam kode etik akuntan
sangat membantu auditor dalam mengenali
permasalahan etika dan membantu membuat
pertimbangan yang dapat dibenarkan secara
etika di lingkungan pekerjaannya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian Ziegenfuss dan Martinson (2000;
2002) yang menyatakan bahwa Kode Etika
IMA mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap persepsi etis dan pertimbangan etis
akuntan manajemen dalam memecahkan
dilema etis. Ini berarti bahwa auditor yang
lebih dapat menerima dan memahami nilai-
nilai yang terdapat dalam kode etik akuntan
akan lebih mampu memahami adanya
permasalahan etika dan membuat
pertimbangan-pertimbangan yang dapat
dibenarkan secara etika.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil
penelitian Sriwahjoeni dan Gudono (2000),
yang meneliti tentang persepsi kode etik di
antara tujuh kelompok akuntan yang meliputi
akuntan pendidik, akuntan publik, akuntan
publik, akuntan pemerintah, akuntan pendidik
sekaligus akuntan pemerintah. Hasil
penelitiannya mengungkapkan bahwa di
antara kelompok profesi akuntan tersebut
mempunyai persepsi yang sama positifnya
terhadap kode etik akuntan dalam membantu
memecahkan permasalahan etika.
Namun hasil penelitian ini berbeda dengan
hasil penelitian Aras dan Muslumov (2001)
terhadap praktisi akuntansi dan keuangan di
Turki, yang menunjukkan bahwa IMA code
of ethics berpengaruh tidak signifikan
terhadap ethical judgment, meskipun
metodologi yang digunakan oleh Aras dan
Muslumov (2001) sama dengan Ziegenfuss
dan Martinson (2000).
Namun demikian, secara teoritis hasil
penelitian ini sesuai dengan teori deontologi.
Dalam kerangka deontologi, suatu perbuatan
adalah baik atau etis jika dilakukan karena
kewajiban, bukan karena konsekuensi yang
dihasilkan oleh perbuatan (Bertens, 2000).
Dengan demikian seorang auditor yang
bertindak baik atau etis dalam melaksanakan
tugasnya adalah auditor yang memenuhi
kewajibannya, yaitu patuh terhadap kode etik
akuntan. Kepatuhan terhadap kode etik
akuntan akan meningkatkan kemampuan
menilai ada-tidaknya permasalahan etika pada
lingkungan pekerjaannya, serta membuat
pertimbangan-pertimbangan di dalam
mengambil tindakan yang dapat dibenarkan
secara etika.
Dengan patuh terhadap kode etik akuntan,
seorang auditor diharapkan dapat bertindak
secara profesional. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Nanang (1999), bahwa Kode Etik
Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai
panduan dan aturan bagi seluruh anggota
dalam pemenuhan tanggungjawab
profesionalnya.
Dengan patuh terhadap Kode Etik Akuntan
Indonesia maka para auditor diharapkan dapat
bertindak secara profesional. Salah satu
tindakan yang profesional adalah tindakan
yang dapat dibenarkan secara etika. Secara
teoritis hasil penelitian ini juga sesuai dengan
teori hak, karena sebenarnya teori hak
merupakan suatu aspek dari teori deontologi,
sebab hak berkaitan dengan kewajiban. Setiap
pengguna informasi keuangan yang
dihasilkan oleh jasa profesi auditor
mempunyai hak untuk menuntut auditor agar
mematuhi kode etik akuntan, sebab dengan
patuhan terhadap kode etik akuntan
diharapkan akan dihasilkan informasi
keuangan yang benar sehingga dapat
dipercaya.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori
utilitarianisme, di mana teori utilitarianisme
sangat menekankan pada pentingnya
konsekuensi perbuatan. Kualitas moral suatu
perbuatan (baik buruknya) tergantung pada
konsekuensi atau akibat yang dibawanya. Jika
suatu perbuatan mengakibatkan manfaat
paling besar, artinya paling memajukan
kemakmuran, kesejahteraan, dan kebahagiaan
masyarakat, maka perbuatan itu adalah baik.
Jadi dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa auditor yang patuh terhadap kode etik
akuntan akan bertindak secara profesional.
Salah satu tindakan yang profesional adalah
tindakan yang obyektif, dengan bertindak
secara obyektif auditor akan menghasilkan
informasi keuangan yang obyektif pula, yang
pada gilirannya akan memberikan manfaat
kepada sebagaian besar masyarakat pengguna
informasi keuangan.
Namun demikian hasil penelitian ini tidak
sesuai dengan teori egoisme yang menyatakan
bahwa mengutamakan kepentingan diri
sendiri seseorang adalah suatu tindakan yang
baik. Karena perilaku egois mengutamakan
kepentingan diri sendiri, meskipun
kepentingan diri sendiri tersebut hanya dapat
dicapai dengan biaya atau pengorbanan orang
lain, maka dengan jelas bahwa egoisme tidak
dapat diterima oleh suatu profesi seperti
akuntansi, di mana di dalam profesi akuntansi
terdapat kode etika yang mengamanatkan
terhadap "kewajiban untuk bertindak dengan
cara yang akan melayani orang
banyak/masyarakat" (Duska, 2003).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi Kesimpulan dari penelitian ini yaitu:
secara parsial, variabel kode etik akuntan 1. Variabel kode etik akuntan memiliki
memiliki pengaruh positif dan signifikan pengaruh positif dan signifikan
terhadap persepsi etis dan pertimbangan etis. terhadap persepsi etis dan
Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar pertimbangan etis
persepsi terhadap pentingnya nilai-nilai yang 2. Variabel personal ethical philosophy
terdapat dalam kode etik akuntan, maka memiliki pengaruh positif dan
semakin tinggi persepsi etis dan pertimbangan signifikan terhadap persepsi etis dan
etis auditor. Hal ini konsisten dengan hasil pertimbangan etis
penelitian Ziegenfuss dan Martinson (2000; 3. Variabel corporate ethical value
2002) serta Sriwahjoeni dan Gudono (2000), memiliki pengaruh positif dan
namun berbeda dengan hasil penelitian Aras signifikan terhadap persepsi etis dan
dan Muslomov (2001). Variabel personal pertimbangan etis
ethical philosophy memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap persepsi etis dan
pertimbangan etis. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi personal ethical
philosophy masing-maisng individu, maka
semakin tinggi persepsi etis dan pertimbangan
etis. Artinya bahwa auditor dengan personal
ethical philosophy yang tinggi akan lebih
mampu mengenali masalah-masalah yang
mengandung muatan etika dan lebih mampu
membuat pertimbangan- pertimbangan yang
dapat dibenarkan secara etika. Hasil
penelitian ini konsisten dengan hasil
penelitian Shaub, et al. (1993), serta
Khomsiyah dan Nur Indriantoro (1998),
namun agak berbeda dengan hasil penelitian
Ziegenfuss dan Martinson (2000; 2002) yang
menunjukkan adanya pengaruh yang lemah.
Variabel corporate ethical value memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap
persepsi etis dan pertimbangan etis. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai-
nilai etis lingkungan tempat auditor
ditugaskan, maka semakin tinggi kemampuan
para auditor untuk mengenali masalah-
masalah yang mengandung nilai-nilai etika
dan lebih mampu membuat pertimbangan-
pertimbangan yang dapat dibenarkan secara
etika. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian Aras dan Muslomov (2001), serta
Vitell dan Hidalgo (2006), namun agak
berbeda dengan hasil penelitian Ziegenfuss
dan Martinson (2000; 2002) yang
menunjukkan adanya pengaruh yang lemah.
ABSTRACT ABSTRAK
This study aims to examine the effect of Penelitian ini bertujuan untuk menguji
independence, work experience and pengaruh independensi, pengalaman kerja dan
competence on audit quality with professional kompetensi terhadap kualitas audit dengan
ethics as a moderating variable in public etika profesi sebagai variabel moderasi pada
accounting firms in DKI Jakarta. The Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta.
population in this study were all auditors at
the Public Accounting Office in DKI Jakarta. Analisis data untuk pengujian hipotesis
The sample of this study amounted to 80 dilakukan dengan menggunakan SPSS 16
obtained from the determination of the sample dengan regresi linier berganda dan Analisis
using the purposive sampling method. This is Regresi Moderat
a survey research with primary data derived
from questionnaires distributed to the Public Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:
Accounting Firm in DKI Jakarta. Data Pengalaman kerja berpengaruh positif
analysis for hypothesis testing was performed terhadap kualitas audit, kompetensi
using SPSS 16 with multiple linear regression berpengaruh positif terhadap kualitas audit,
and Moderated Regression Analysis. The etika profesi memperkuat pengaruh
results of this study indicate that: Work pengalaman kerja terhadap kualitas audit, dan
experience has a positive effect on audit etika profesi memperkuat pengaruh
quality, competence has a positive effect on kompetensi terhadap kualitas audit
audit quality, professional ethics strengthens
the influence of work experience on audit
quality, and professional ethics strengthens
the influence of competence on audit quality.
INTRODUCTION PENDAHULUAN
Audit Quality
Arens et al., (2011: 105; in Saputra, 2015)
state audit quality means how well an audit
detects and report material misstatements in
financial statements, the detection aspects are
a reflection of auditor competence, while
reporting is a reflection of ethics or auditor
integrity, particularly independence. In
addition, public accountants must also be
guided by the Standards of Professional
Public Accountants (SPAP) established by the
Indonesian Institute of Accountants (IAI), in
this case is auditing standards. The audit has a
function as a process to reduce diversification
information available between managers and
shareholders by using outside parties to
provide validation to the financial statements.
Users of financial statements, especially
shareholders will make decisions based on
reports made by the auditor. This means that
auditors have an important role in approving a
company's financial statements. The
Indonesian Institute of Accountants (IAI)
states that audits conducted by auditors are
said to be qualified, if they meet auditing
standards and quality control standards.
Independence
Independence is a mental attitude free from
influence, not controlled by others and not
dependent on others. Independence also
means the existence of honesty in the auditor
in considering facts and the existence of
objective consideration is not impartial in the
auditor in formulating and expressing his
opinion (Mulyadi, 2012). According Arens et
al. (2004) the independent mental attitude is
independence in fact or independence in
appearance. Independence in fact (actual
independence) exists when the auditor is
perfectly capable of maintaining an unbiased
attitude of auditing, while independence in
appearance is the result of another
interpretation of this independence.
Independence is an attitude that is not
influenced by anyone, is not controlled by
anyone and does not take sides with anyone.
This character is very important for the public
accounting profession in carrying out an audit
of its clients. Trust is given by clients to
public accountants in conducting audits and
users of financial statements in order to prove
the fairness of financial statements that have
been compiled by the client. Independence
according to Halim et al. (2014) has a positive
effect on audit quality. According to Suyono
(2012) independence also positively has an
effect on audit quality partially. According to
Futri and Juliarsa (2014) independence
affected audit quality simultaneously and
partially. Behavioral decision-making theory
explains that an auditor in making decisions is
influenced by several factors, one of which is
independence. An independence auditor will
make decisions in accordance with the facts
and not be influenced by anyone, thus the
more independent an auditor is the better the
quality of the audit produced. Based on that
explanation, the hypothesis can be determined
as follows.
H1: Auditor’s independence has a positive
effect on audit quality
Work Experience
Knoers and Haditono (1999; in Furyadi and
Kurnia, 2015) define work experience as a
learning process and enhance the
development of better self-potential with
formal and non-formal education, as well as
the process of becoming someone who has a
higher ability in the field of work. Work
experience relates to how long an auditor
works and how many cases have been
completed. The more often the auditor
handles audit cases will improve the quality
of audits generated, especially in making
audit judgment. The experience of public
accountants will continue to increase along
with the increasing number of audits
performed and the complexity of audited
corporate financial transactions that will add
and expand its knowledge in the field of
accounting and auditing (Christiawan, 2002).
In behavioral decision making theory explains
that in making a decision will be influenced
by many things. in this case the auditor's work
experience is very influential on the auditor's
decision to provide an audit opinion. The
results of Silvia (2014) study show that work
experience positively has a significant effect
on audit quality. This shows that the more
hours an auditor has in auditing a company's
financial report will have greater influence on
audit judgment. Based on the explanation,
work experience has a positive effect on audit
quality produced, because the more
experienced an auditor is in carrying out his
duties, the smaller the errors that occur so that
the audit quality is higher. Based on that
explanation, the hypothesis can be determined
as follows.
H2: Auditor’s work experience has positive
effect on audit quality
Competence
According to Dinata (2006; in Ariati (2014),
competence is the overall knowledge, ability
or skill and work attitude plus personality
attributes possessed by a person. Based on the
LOMA competency dictionary in Ariati
(2016), Competence is defined as personal
aspects of a worker that allows him to achieve
superior performance. These personal aspects
include the nature, motives, value systems,
attitudes, knowledge and skills where
competence will direct behavior, while
behavior will produce performance. Murtanto
(1998; in Alim, 2007) mentions that the
competency component for auditors in
Indonesia consists of;
a) Component of knowledge, this component
is an important component in a competency
which includes knowledge of facts,
procedures and experience. Kanfer and
Ackerman (1989; in Alim, 2007) also state
that experience will provide results in
gathering and providing progress for
knowledge,
b) Characteristics of psychology, this
characteristic feature is an important element
in audit competence, such as the ability to
communicate, creativity, and the ability to
work with others. Auditor competence is a
qualification needed by the auditor to carry
out audits correctly. Auditors who are highly
educated will have a broader view of things.
The auditor will increasingly have a lot of
knowledge about the field he is engaged in so
that he can find out various problems in more
depth. Within sufficient knowledge, auditors
will find it easier to keep up with increasingly
complex developments. Harjanto (2014) in
his research shows that competence has a
positive effect on audit quality. The results of
Alim et al research (2007) also showed that
competency positively has a significant effect
on audit quality. This shows the more
competent an auditor is, the better the audit
quality is produced. Based on that
explanation, the hypothesis can be determined
as follows.
H3: Auditor’s competence has a positive
effect on audit quality
Type of this research is a survey with Jenis penelitian ini adalah survei dengan
quantitative research approach. Data used in pendekatan penelitian kuantitatif. Data yang
this study is primary data that obtained digunakan dalam penelitian ini adalah data
through questionnaires distributed to primer yang diperoleh melalui penyebaran
respondents (auditors) in DKI Jakarta. The kuesioner kepada responden (auditor) di DKI
data can be measured by the numerical scale Jakarta. Data dapat diukur dengan skala
or in the form of numbers. The population of numerik atau dalam bentuk angka. Populasi
this study is all auditors in the public penelitian ini adalah seluruh auditor pada
accounting firm in Jakarta. The sample of this Kantor Akuntan Publik di Jakarta.
study is determined by purposive sampling
method. In this sample determination, there Variabel independen dalam penelitian ini
are two specific criteria for the auditor to adalah independensi auditor (X1),
serve as a sample (1) public accounting firm pengalaman kerja auditor (X2), dan
obtained license from minister of finance, (2) kompetensi auditor (X3). Untuk variabel
not under leave condition. This study use pemoderasi, penelitian ini menggunakan etika
three variables, there are variable dependent, profesi (X4).
variable independent and moderating variable.
Variable dependent of this study is audit Teknik analisis data yang digunakan dalam
quality (Y). Variable independent of this penelitian ini adalah uji statistik deskriptif, uji
study are auditor’s independence (X1), kualitas data, uji asumsi, pengujian hipotesis
auditor’s work experience (X2), and auditor’s menggunakan regresi linier berganda, analisis
regresi moderasi, uji t, Uji-F, dan koefisien
competence (X3). For moderating variable, determinan.
this study uses professional ethics (X4).
Likert scale is used to measure variable by
giving a score of 1 to 5 on each instrument.
Respondents were asked to give an opinion on
each item of questions ranging from strongly
agree to strongly disagree. Data analysis
techniques used in this study are (1) statistical
descriptive test, (2) data quality test which
consists of validity tests and reliability tests
used to determine the quality of the
instruments to be distributed to respondents to
test validity and reliability, the author uses S1
students majoring in accounting who have
taken audit and financial accounting courses,
(3) assumption classic test consisting of
normality test, multicollinearity test and
heteroscedasticity test, (4) hypothesis testing
using multiple linear regression, moderated
regression analysis, t-test, F-test, and
determinant coefficient.
RESULT AND DISCUSSION HASIL DAN PEMBAHASAN
DISCUSSION
Based on statistical results, this research has
several findings. First, effect of independence
on audit quality. From the results of
hypothesis testing it can be seen that
independence has no effect on audit quality or
the first hypothesis is rejected. This shows
that good independence not always give good
result on audit quality. Independence is the
attitude of the auditor who is not affected by
other parties in carrying out their work. But in
reality, the auditor in carrying out his duties
sometimes faces some pressure by the client
which makes the auditor feel the ethical
dilemma that can affect the auditor in making
an audit opinion. This is in line with the
theory in this study, namely behavioral
decision-making theory, where in this theory
it is explained that someone in making
decisions is influenced by various things. So
that in this case the auditor could lose his
independence in carrying out his duties which
can influence in making decisions and cause
the audit quality produced is not good. This
research is in line with the research conducted
by Priyambodo (2015) state that
independence does not affect audit quality.
This condition can occur when the auditor is
in a dilemma condition, which affects his
independence in carrying out his duties as an
auditor. This study also supports previous
research conducted by Wardani and Astika
(2018) state that independence does not affect
audit quality. Second, effect of work
experience on audit quality. Based on the
hypothesis test that has been done, the results
show that work experience has a positive
effect on audit quality or the second
hypothesis is accepted. The auditor's
experience is a learning process and the
development of the auditor's potential
behaviour while interacting with the tasks
performed during a certain period of time.
The more experienced an auditor, the better
the quality of the audit produced. The more
experienced, the auditor is easy to find fault
and find out the cause of the error. All
experience gained will be used well by the
auditor in carrying out the next work, so that
the audit results will be more qualified than
before. Theoretically, this finding is in line
with the theory of decision-making theory
which states that in making decisions,
someone is influenced by several factors. In
this case, work experience is one of the
important factors for auditors in making
decisions when carrying out their duties.
According to Kusharyanti (2003), an
experienced auditor is expected to have a
better understanding of financial statements
so as to be able to provide a reasonable
explanation for errors in financial statements.
Experience will also have an impact on every
decision taken in the audit so that every
decision taken is expected to be the right
decision. This indicates that the longer the
auditor's working period, the better the quality
of the audit produced. This research is in line
with the research conducted by Dewi (2016),
Indah (2010) state that auditor work
experience has a positive effect on audit
quality. Third, effect of competence on audit
quality. Based on the hypothesis test that has
been done, it is known that the third
hypothesis is accepted. Based on these results
it can be concluded that competence has a
significant positive effect on audit quality.
This shows that the more competent an
auditor the quality of audit that produce is
better. Competence is the knowledge and
expertise possessed by the auditor to complete
the tasks for which he is responsible. Based
on the behavioral decision-making theory
which states that in making a decision,
someone will be influenced by several things.
In this case, competence is a very influential
thing for the auditor in making decisions
regarding the results of his work (judgment /
opinion). Competence relates to professional
expertise possessed by auditors as a result of
formal education, professional examinations
and participation in training, seminars,
symposiums. Alim, et al. (2007) added that
auditors as the spearhead of the
implementation of audit tasks must always
increase their knowledge so that the
application of knowledge can be maximized
in practice. The application of maximum
knowledge will certainly be in line with the
increasing experience. So that when the
auditor is competent then in making a
decision or making an audit opinion will be in
accordance with the actual situation. This
research is in line with research conducted by
Wardani and Astika (2018), Pertiwi (2013),
Aprianti (2010), Basmar and pura (2015)
concluded that competence has a positive
effect on audit quality. The more expert or
competent an auditor, the better the audit
quality produced will be. If the auditor has a
good level of competency, the auditor will be
easier to carry out audit tasks and if the
competency level is low then the auditor will
have difficulties in carrying out his duties
which will result in low audit quality. Fourth,
interaction between professional ethics and
independence on audit quality. Based on
moderated regression analysis test, the result
of fourth hypothesis is rejected. This shows
that the ethics of the auditor cannot strengthen
the influence of independence on the audit
quality. An independent auditor will carry out
his duties in accordance with existing
procedures and not be affected by other
parties. When an auditor is not independent in
carrying out his duties, this means that the
auditor has not applied his professional ethics
in carrying out his work. This also makes
professional ethics have no influence on the
interaction of auditor independence with audit
quality. This research is not in line with the
research conducted by Sulistiani et al. (2018)
states that the ethics of auditors are able to
moderate the influence of independence on
audit quality. Independent auditors are certain
to apply professional ethics in carrying out
their duties. If an auditor behaves
independently, he will give a true assessment
of the financial statements being examined,
without having any burden on any party. Then
the assessment will reflect the actual
conditions of the company being examined.
Thus, the guarantee of the reports reliability
provided by the auditor can be trusted by all
interested parties. However, this study is also
in line with the research of Wardhani and
Astika (2018), Deli et al. (2015) stated that
professional ethics are not able to moderate
independency to audit quality. The client is a
party that has a large influence on the auditor.
This can be seen from the current conditions
where there are various regulations governing
the cooperation of clients with auditors.
Besides that, it is very difficult for an auditor
to remain independent, especially if in
addition to providing client financial
statement audit services, the auditor also
provides other non-audit services. Thus, the
provision of non-audit services to the audit
client, good relations with the client, or the
length of the cooperation relationship with the
client will make the auditor more difficult to
maintain the attitude of independence and this
will have an impact on the audit quality
produced by the auditor. Fifth, interaction
between professional ethics and work
experience on audit quality. From the test
results it can be seen that the fifth hypothesis
is accepted. This means that professional
ethics can strengthen the influence of work
experience on audit quality. The auditor's
work experience is an activity to conduct
financial report audits both in terms of the
length of time and the number of assignments
that have been handled. Auditors who have
long experience in the task will of course be
better at carrying out their duties resulting in
good audit quality. Ethics is a set of moral
principles or values where in carrying out
work, an auditor must also pay attention to it.
In this study professional ethics is able to
strengthen the influence of auditor work
experience on audit quality. Professional
ethics is able to strengthen the influence of
work experience on audit quality, because an
experienced auditor certainly understands the
ethics of his profession. An auditor who has
long worked and completed many audit tasks
tends to be more biased to understand the
problems that exist, so that in carrying out
their duties work according to what they are
and produce the right decisions so that the
quality of the audit produced is also good.
Purnamasari, (2005; in Marbun and Azhari,
2015) concludes that an employee who has
high work experience will have advantages in
several ways including: 1) detecting errors, 2)
understanding errors and 3) looking for
causes of errors. So that this is in line with the
decisionmaking theory behaviour, where
when an auditor is experienced and able to
detect errors correctly then the decision taken
is also right by still applying the professional
ethics as an auditor so that the quality of the
audit produced is also good. This research is
in line with the research of Dewi (2015)
which states that the more experienced an
auditor, the better the quality of the audit
produced. So that professional ethics applied
by experienced auditors will strengthen the
influence of work experience on audit quality.
Sixth, interaction between professional ethics
and competence on audit quality. Based on
the test results it can be seen that the sixth
hypothesis is accepted. This means that
professional ethics can strengthen the
influence of competence on audit quality.
Competence is the auditor's ability to
complete his task. Auditors who have good
competence can produce good audit quality
and apply professional ethics as well. In
general, this can be explained that audit ethics
performed well by auditors will increase the
influence of competencies on audit quality.
Auditors' ethics are not only in behavior, but
ethics codes of an auditor who must also be
upheld in carrying out their duties, to obtain
quality audit results. This is in line with the
behavioral decision-making theory, where
competence is an influential thing for the
auditor in determining audit opinions.
Auditors who have high competence will
apply professional ethics and provide audit
opinions according to the actual conditions so
as to improve audit quality. The existence of
ethical auditors also results in higher auditors'
competencies, so that they can produce good
audit quality. This research is in line with the
Nasrullah et al. (2014), Wardhani and Astika
(2018) which state that professional ethics can
strengthen the influence of auditor
competence on audit quality. Overall, this
empirical result consistent with Behavioral
Decision-Making Theory. Where in the
theory explained that someone in making
decisions is influenced by various factors,
both factors from internal or external. In this
study, the auditor as the party that makes the
audit opinion, in making decisions is
influenced by several things such as
independence, work experience, competence
and professional ethics so that the audit
quality produced by the auditor can be
maintained.
CONCLUSSIONS KESIMPULAN
This study aims to determine the effect of Berdasarkan hasil analisis yang telah
independence, work experience and dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai
competence on audit quality with professional berikut:
ethics as a moderating variable. Based on the 1. independensi tidak berpengaruh
results of the analysis that has been done, terhadap kualitas audit pada Kantor
conclusions can be drawn as follows. First, Akuntan Publik di DKI Jakarta.
independence has no effect on audit quality at Artinya seorang auditor dalam
the Public Accountant Firm in DKI Jakarta. It melaksanakan tugasnya masih dapat
means that an auditor in carrying out his dipengaruhi oleh pihak lain yang
duties can still be influenced by other parties membuat kualitas hasil audit menjadi
that make the result of audit quality is not tidak baik
good. This result support previous research 2. pengalaman kerja berpengaruh positif
conducted by Wardhani and Astika (2018) terhadap kualitas audit pada Kantor
which stated that independence has no effect Akuntan Publik di DKI Jakarta.
on audit quality. Second, work experience has Artinya semakin berpengalaman
a positive effect on audit quality at Public seorang auditor maka kualitas audit
Accounting Firms in DKI Jakarta. It means yang dihasilkan semakin baik
that more experienced an auditor, audit 3. Ketiga, kompetensi berpengaruh
quality that produced is better. It’s support positif terhadap kualitas audit pada
study conducted by Dewi (2016). Third, Kantor Akuntan Publik di DKI
competence has a positive effect on audit Jakarta. Hal ini menunjukkan bahwa
quality in public accounting firms in DKI kompetensi merupakan hal penting
Jakarta. This shows that competence is an yang harus dimiliki auditor dalam
important thing that the auditor must have in melaksanakan tugasnya
carrying out his duties. Therefore, the more 4. Keempat, etika profesi tidak dapat
competent the auditor, audit quality produced memperkuat pengaruh independensi
by an auditor also increases. Fourth, terhadap kualitas audit pada Kantor
professional ethics cannot strengthen the Akuntan Publik di DKI Jakarta. Jika
effect of independent on audit quality at auditor tidak independen, berarti
Public Accounting Firm in DKI Jakarta. If an auditor tidak berlaku etika
auditor not independent, it means that auditor professional
not apply professional ethics. Fifth, 5. Kelima, etika profesi memperkuat
professional ethics strengthens the effect of pengaruh pengalaman kerja auditor
auditor work experience on audit quality at terhadap kualitas audit pada Kantor
the Public Accounting Firm in DKI Jakarta. Akuntan Publik di DKI Jakarta
Auditor with high level of experience will 6. Keenam, Etika Profesi memperkuat
understanding the professional ethics, so the pengaruh kompetensi terhadap
auditor will apply the ethical code, so in make kualitas audit pada Kantor Akuntan
an opinion it will be based on the reality. Publik di DKI Jakarta. Artinya auditor
Sixth, professional ethics strengthens the yang kompeten akan memiliki standar
effect of competence on audit quality in etika yang tinggi sehingga dapat
Public Accounting Firms in DKI Jakarta. menghasilkan kualitas audit yang baik
Means that competent auditor will have high
ethical standards so that it can produce good implikasi dari penelitian ini yaitu Kantor
audit quality. This results related with Akuntan Publik harus menjaga kompetensi
behavioral decision-making theory, which is dan pengalaman kerja masing-masing auditor
in make decision auditor will influence by dengan tetap menerapkan etika profesi yang
other things such as work experience, ada agar kualitas audit yang dihasilkan oleh
competence and professional ethics that will seorang auditor dapat dilaksanakan secara
affect in audit quality produced. Based on the optimal dan tetap terjaga. sesuai dengan
conclusions above, there are implications of SPAP
this research, that is, public accountant offices
must maintain the competence and work
experience of each auditor while
implementing existing professional ethics so
that the audit quality produced by an auditor
can be carried out optimally and remain
consistent with the SPAP. The further
research needs to expand the study and
develop a research model by including
independent variables and other moderator
variables. Further research also needs to
develop a broader object of research to
produce better research results more generally
and objectively. further research needs to
increase the number of public accounting
offices studied in order to get better results.
BAB 3
PEMBAHASAN
(SINTESA FENOMENA DI BAB 1 DENGAN LITERATUR DI BAB 2)
.
BAB 4
KESIMPULAN
Kesimpulan yang bisa diambil yaitu dengan adanya berbagai teori didalam etika
BAB 5
IMPLIKASI
Ronald F. Duska, Brenda Shay Duska, and Kenneth Wm. Kury, accounting ethics 3rd edition.
Wiley Blackwell
Wibowo, A. (2015). Pengaruh Kode Etik Akuntan, Personal Ethical Philosophy, Corporate Ethical Value
Terhadap Persepsi Etis Dan Pertimbangan Etis Auditor (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di
Jakarta). Serat Acitya, 3(2), 30.