Anda di halaman 1dari 12

STUDI LITERATUR : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKUISISI

DAN MERGER PADA PERUSAAHAAN

Gempita Asmaul Husna


Magister Akuntansi
UPN Veteran Jatim

Abstarck
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi akuisisi
dan merger pada perusahaan. Dalam penelitian ini pengumpulan datanya menggunakan studi
literatur dengan mencari referensi teori yang relevan dengan pengaruh pelaksanaan merger
dan akuisisi terhadap keputusan perkembangan perusahaan. Jenis data yang digunakan
penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa artikel dan jurnal yang telah
diterbitkan. Data sekunder yang diperoleh akan dianalisis dengan metode analisis deskriptif.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa adanya beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dan ketidakberhasilan merger dan akuisisi.

Keyword : Akuisisi, Merger


PENDAHULUAN
Meningkatnya aktivitas merger dan akuisisi di dunia industri perbankan didorong oleh
adanya perubahan kondisi ekonomi. Merger dan akuisisi telah menjadi praktek bisnis
kontemporer dalam upaya meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Dari praktek bisnis
ini mengundang banyak peneliti untuk melakukan penelitian. Telah banyak artikel yang
dihasilkan dari hasil penelitian yang terkait dengan merger dan akuisisi. Berbagai aspek yang
diteliti misalnya motivasi, dampak terhadap perusahaan yang terlibat dan karakteristiknya.
Alasan mengapa banyak perusahaan di Indonesia melakukan kegiatan merger dan
akuisisi salah satunya karena perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi menganggap
dengan melakukan merger dan akuisisi mereka dapat meningkatkan keunggulan kompetitif
perusahaan jangka panjang, agar perusahaan tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan,
memaksimalkan kemakmuran atau kesejahteraan bagi pemilik atau pemegang sahamnya.
Akuisisi digunakan untuk mengembangkan strategi diversifikasi, dalam arti tertentu,
diversifikasi merupakan perangkat manajemen yang berisiko, dalam hal bahwa kesuksesan
penggunaannya mengurangi kerentanan perusahaan akan konsekuensikonsekuensi
persaingaan dalam pasar atau industri tunggal, resiko berperan penting dalam pemilihan
strategi yang dipilih perusahaan untuk menghasilkan laba di atas rata-rata. Selain itu, evaluasi
risiko yang berkelanjutan berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk mencapai daya
saing strategis.
Perusahaan-perusahaan dari industri-industri yang berbeda memutuskan untuk
menggunakan strategi akuisisi untuk beberapa alasan seperti mencari produk-produk baru,
mencari cara yang lebih cepat untuk mendapatkan akses masuk ke dalam rumah tangga,
beralih ke jasa lain dengan cepat. Namun demikian, strategi akuisisi bukannya tanpa masalah,
perusahaan dapat mempertimbangkan perlunya restrukturisasi sebagai sebuah strategi dimana
perusahaan merubah bisnis atau struktur finansialnya. Perusahaan yang akan melakukan
kegiatan merger dan akuisisi harus memikirkan rencana tersebut secara matang karena
kenyataannya tidak semua kegiatan merger dan akuisisi dapat meningkatkan keunggulan
kompetitif perusahaan jangka panjang, banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa
kegiatan merger dan akuisisi tidak berpengaruh terhadap peningkatan nilai perusahaan,
memaksimalkan kemakmuran atau kesejahteraan bagi pemilik perusahaan.
LANDASAN TEORI
Merger dan Akuisisi
Merger yang berasal dari bahasa latin mergere memiliki arti penggabungan dua atau
lebihperusahaan yang kemudian hanya ada salah satu perusahaan yang tetap hidup sebagai
badanhukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar. Pihak atau
perusahaan yang masih hidup disebut surviving firm atau issuing firm, sedangkan perusahaan
yang berhenti aktivitasnya setelah dilakukannya merger disebut merged firm, sedangkan
akuisisi berasal dari kata acquisitio (Latin) dan acquisition (Inggris), secara harfiah akuisisi
mempunyai makna membeli atau mendapatkan sesuatu/ obyek untuk ditambahkan pada
sesuatu/ obyek yang telah dimiliki sebelumnya. Dalam teminologi bisnis akuisisi dapat
diartikan sebagai pengambil alihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset suatu
perusahaan oleh perusaahaan lain, dan dalam peristiwa baik perusahaan pengambilalih atau
yang diambil alih tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah (Abdul Moin, 2010, 8).
Menurut PSAK No. 2 paragraf 08 tahun 1999: ”Akuisisi (acqusition) adalah suatu
penggabungan usaha dimana salah satuperusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh
kendali atas aktiva netto dan operasi perusahaan yang diakuisisi (acquiree), dengan
memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham”. Akuisisi
memiliki perbedaan dengan merger, karena akuisisi tidak menyebabkan pihak lain bubar
sebagai entitas hukum.
Dalam pelaksanaan merger dan akuisisi terdapat suatu kondisi yang mendukung
adanya tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan pengakuisisi. Pada situasi
perusahaan pengakuisisi ingin melakukan merger dan akuisisi dengan cara pembayaran lewat
saham, pihak manejemen perusahaan pengakuisisi cenderung akan berusaha untuk
meningkatkan nilai laba perusahaanya. Tujuannya adalah selain ingin menunjukkan earnings
power perusahaan agar dapat menarik minat perusahaan target untuk melakukan akuisisi juga
untuk meningkatkan harga saham perusahaannya (Lani dan Sulaimin, 2009).
Abdul Moin (2010, 2) menyatakan bahwa dalam konteks keilmuan, akuisisi bisa
didekati dari dua perspektif yaitu dari disiplin keuangan perusahaan dan dari manajemen
strategi. Dari sisi keuangan perusahaan, akuisisi adalah salah satu bentuk keputusan investasi
jangka panjang yang harus diinvestigasi dan dianalisis dari aspek kelayakan bisnisnya.
Sementara itu dari perspektif manajemen strategi, akuisisi adalah salah satu alternatif strategi
pertumbuhan melalui jalur eksternal untuk mencapai tujuan perusahaan. Dilihat dari dua
perspektif ini maka tujuan akuisisi tidak lain adalah untuk membangun keunggulan
kompetitif perusahaan jangka panjang yang pada gilirannya dapat meningkatkan nilai
perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang saham.
Namun jika strategi ini tidak mampu mewujudkan normatif tersebut berarti akuisisi akan
menjadi counterproductive. Dengan kata lain akuisisi bukan berdampak positif pada
peningkatan kemakmuran pemilik perusahaan atau peningkatan nilai perusahaan, tetapi yang
terjadi justru membawa perusahaan ke tepi kehancuran. Dengan demikian tujuan normatif ini
dikorbankan justru oleh keputusan akuisisi itu sendiri.

Tujuan Merger dan Akuisisi


Tujuan langsung suatu akuisisi adalah (pembuktian diri atas) pertumbuhan dan
ekspansi aset perusahaan, penjualan dan pangsa pasar pihak pengakuisisi. Akan tetapi semua
itu merupakan tujuan jangka menengah. Tujuan yang lebih mendasar adalah pengembangan
kekayaan para pemegang saham melalui akuisisi yang ditujukan pada pengaksesan atau
pembuatan penciptaan keunggulan kompetitif yang dapat diandalkan bagi perusahaan
pengakuisisi. Dalam teori keuangan modern, memaksimalkan kekayaan pemegang saham
dianggap sebagai kriteria rasional untuk investasi dan keputusan finansial yang dibuat oleh
para manajer (Sudarsanam, 1999).

Jenis-Jenis Merger dan Akuisisi


Menurut Gitman ada empat macam model dari Merger (Gitman, 2003, p.717) yaitu
merger horizontal, merger vertical, merger congeneric, dan merger konglomerat Model-
model Merger
a. Horizontal: Merger terjadi ketika dua atau lebih perusahaan yang bergerak di bidang
industri yang sama bergabung yang bertujuan memperluas daerah pemasaran,
memperbanyak saluran distribusi, memperbanyak produksi, dan metode penjualan.
b. Vertical: Merger terjadi ketika suatu perusahaan mengakuisisi perusahaan supplier atau
customernya yang bertujuan memperluas daerah pemasaran, memperbanyak saluran
distribusi, memperbanyak produksi, dan metode penjualan.
c. Congeneric: Merger terjadi ketika perusahaan dalam industri yang sama tetapi tidak
dalam garis bisnis yang sama dengan supplier atau customernya. Keuntungannya
adalah perusahaan dapat menggunakan penjualan dan distribusi yang sama.
d. Conglomerate: Merger terjadi ketika perusahaan yang tidak berhubungan bisnis
melakukan merger. Konglomerasi tidak hanya penggabungan yang bersifat horizontal
saja atau maupun vertical saja melainkan keduanya. Sehingga bergabung menjadi
sebuah perusahaan yang kuat. Keuntungannya adalah dapat mengurangi resiko.
(Gitman, 2003, p.717).

Alasan Melakukan Merger dan Akuisisi


Perusahaan mengambil kebijakan untuk melakukan merger perusahaan lain
didasarkan pada berbagai alasan atau motif. Motif Melakukan Merger dan Akusisi (Moin,
2003):
1. Motif ekonomi ditunjukkan dengan mencapai peningkatan nilai setelah merger dan
akuisisi. Selain itu, motif ekonomi merger dan akuisisi meliputi mengurangi waktu,
biaya dan risiko memasuki pasar baru, membangun kekuatan pasar, mengurangi
persaingan, membangun kekuatan monopoli, dll.
• Motif strategis juga termasuk motif ekonomi ketika aktivitas merger dan akuisisi
diarahkan untuk mencapai posisi strategis perusahaan agar memberikan keunggulan
kompetitif dalam industri (misal: market leadership, cost leadership).
• Motif politis biasanya dilakukan oleh pemerintah demi kepentingan masyarakat
umum atau ekonomi secara makro.
• Motif perpajakan merupakan alternatif terbaik bagi perusahaan yang memiliki
kelebihan kas dan menghindari pajak dengan membeli perusahaan lain.
2. Motif sinergi merupakan salah satu motivasi utama perusahaan melakukan merger
dan akuisisi, di mana menfaat ekstra atau sinergi tidak dapat diperoleh seandainya
perusahaan-perusahaan tersebut bekerja secara terpisah. Secara sederhana, sinergi
ditunjukkan dengan fenomena 2+2=5.
• Sinergi operasi terjadi ketika perusahaan yang telah bergabung berhasil mencapai
efisiensi biaya. Sinergi operasi dapat dibedakan menjadi economies of scale dan
economies of scope.
• Sinergi finansial dihasilkan ketika perusahaan hasil merger memiliki struktur modal
yang kuat dan mampu mengakses sumber-sumber dari luar secara lebih mudah dan
murah sedemikian rupa sehingga biaya modal perusahaan semakin menurun.
Perusahaan yang memiliki struktur permodalan kuat akan diberi penilaian positif oleh
publik. Sinergi finansial juga dapat diperoleh dari perbaikan aliran kas.
• Sinergi manajerial dihasilkan ketika terjadi transfer kapabilitas manajerial dan skill
antar perusahaan.
• Sinergi teknologi dapat dicapai dengan memadukan keunggulan teknik sehingga
perusahaan-perusahaan merger dan akuisisi saling memetik manfaat.
• Sinergi pemasaran ditunjukkan dengan semakin luas dan terbukanya pemasaran
produk, bertambahnya lini produk yang dipasarkan, dan semakin banyaknya
konsumen yang dapat dijangkau.
3. Motif diversifikasi dimaksudkan untuk mendukung aktivitas bisnis dan operasi
perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing. Manfaat lain diversifikasi adalah
transfer teknologi dan pengalokasian modal. Sedangkan kerugian diversifikasi yaitu
adanya subsidi silang.
4. Motif non-ekonomi berasal dari kepentingan personal (personal interest motive), baik
dari manajemen perusahaan maupun dari pemilik perusahaan.
Kelebihan dan Kekurangan Merger dan Akuisisi
Alasan mengapa perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah ada “manfaat
lebih” yang diperoleh darinya, meskipun asumsi ini tidak semuanya terbukti. Secara spesifik,
keunggulan dan manfaat merger dan akuisisi antara lain adalah (Moin, 2003) :
1. Kelebihan Merger
Pengambilalihan melalui merger lebih sederhana dan lebih murah dibanding
pengambilalihan yang lain (Harianto dan Sudomo, 2001, p.641).
2. Kekurangan Merger
Dibandingkan akuisisi merger memiliki beberapa kekurangan, yaitu harus ada
persetujuan dari para pemegang saham masing-masing perusahaan,sedangkan untuk
mendapatkan persetujuan tersebut diperlukan waktu yang lama. (Harianto dan
Sudomo, 2001, p.642)
3. Kelebihan Akuisisi
Keuntungan-keuntungan akuisisi saham dan akuisisi aset adalah sebagai berikut:
a. Akuisisi Saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara pemegang
saham sehingga jika pemegang saham tidak menyukai tawaran Bidding firm,
mereka dapat menahan sahamnya dan tidak menjual kepada pihak Bidding firm.
b. Dalam Akusisi Saham, perusahaan yang membeli dapat berurusan langsung
dengan pemegang saham perusahaan yang dibeli dengan melakukan tender offer
sehingga tidak diperlukan persetujuan manajemen perusahaan.
c. Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris perusahaan,
akuisisi saham dapat digunakan untuk pengambilalihan perusahaan yang tidak
bersahabat (hostile takeover).
d. Akuisisi Aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak memerlukan
mayoritas suara pemegang saham seperti pada akuisisi saham sehingga tidak ada
halangan bagi pemegang saham minoritas jika mereka tidak menyetujui akuisisi
(Harianto dan Sudomo, 2001, p.643-644).
4. Kekurangan Akuisisi
Kerugian-kerugian akuisisi saham dan akuisisi aset sebagai berikut :
a. Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui
pengambilalihan tersebut, maka akuisisi akan batal. Pada umumnya anggaran
dasar perusahaan menentukan paling sedikit dua per tiga (sekitar 67%) suara
setuju pada akuisisi agar akuisisi terjadi.
b. Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli maka terjadi
merger.
c. Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset harus secara hukum
dibalik nama sehingga menimbulkan biaya legal yang tinggi (Harianto dan
Sudomo, 2001, p.643).

METODE PENELITIAN
Penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional, yaitu suatu metode
penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan anatara dua variabel atau lebih.
Pengumpulan datanya menggunakan studi literatur dengan mencari referensi teori yang
relevan dengan pengaruh pelaksanaan merger dan akuisisi terhadap keputusan perkembangan
perusahaan. Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder
berupa artikel dan jurnal yang telah diterbitkan. Data sekunder yang diperoleh akan dianalisis
dengan metode analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif dilakukan dengan cara
menyusun data dan fakta-fakta yang diperoleh kemudian dianalisis sehingga memberikan
informasi yang dibutuhkan.
PEMBAHASAN
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemegang perusahaan pengakuisisi tidak
mendapatkan nilai ekonomis seperti yang diperoleh perusahaan yang diakuisisi. Faktor yang
mempengaruhi ketidakberhasilan merger dan akuisisi menurut penelitian Suryati (2010) yang
berjudul “Strategi Akuisisi dan Restrukturisasi” yaitu:
a. Kesulitan Integrasi
Mengintegrasikan dua perusahaan untuk mengikuti akuisisi sangat sulit.
Masalah pengintegrasian termasuk di dalamnya adalah dua budaya perusahaan yang
berbeda, menghubungkan sistem keuangan dan sistem pengendalian, membangun
hubungan kerja yang efektif dan memutuskan masalah mengenai status eksekutif
perusahaan yang baru.
b. Evaluasi sasaran yang tidak memadai
Kegagalan untuk memenuhi proses studi kelayakan yang efektif sering kali membuat
perusahaan yang mengakuisisi harus membayar harga premium, kadangkadang sangat
berlebih untuk perusahaan sasaran. Premium yang dibayarkan tanpa studi kelayakan
yang efektif menunjukkan bahwa jumlah premium pembelian tidak menjamin
keberhasilan akuisisi.
c. Utang banyak atau luar biasa
Untuk menghitung jumlah dari akuisisi secara lengkap sejak 1980an sampai 1990an,
beberapa perusahaan secara signifikan meningkatkan tingkat pinjaman mereka.
Sebagian membuat kemungkinan ini sebagai inovasi dalam bidang keuangan yang
disebut junk bond, pilihan perhitungan melalui sejauh mana resiko akuisisi didanai
dengan uang (hutang) yang memberikan pengembalian yang secara potensial besar
kepada yang meminjami (pemegang obligasi). Pada awal abad 21,junk bond jarang
digunakan untuk mendanai akuisisi.
d. Ketidakmampuan Untuk Mencapai Sinergi
Perusahaan mengembangkan keunggulan bersaing melalui strategi akuisisi hanya
ketika transaksi menghasilkan sinergi pribadi (private sinergi), yang dihasilkan ketika
adanya kombinasi dan integrasi atas asset perusahaan yang menghasilkan kemampuan
dan kompetensi inti yang tidak dapat dikembangkan dengan menggabungkan dan
mengintegrasikan asset perusahaan dengan perusahaan lain. Sinergi pribadi tercipta
ketika asset perusahaan saling melengkapi dengan suatu cara yang unik, tipe khusus
dari asset yang saling melengkapi tersebut tidak mungkin dikombinasikan dengan
asset perusahaan yang lain.
e. Terlalu Banyak Diversifikasi
Secara umum perusahaan menggunakan strategi diversifikasi yang berhubungan
selain menggunakan diversifikasi yang tidak berhubungan. Perusahaan dapat
mengalami overdiversifikasi. Tingkatan dimana hal ini terjadi pada berbagai
perusahaan bisa bermacam–macam. Alasan dari banyaknya variasi adalah bahwa tiap
perusahaan mempunyai kemampuan yang berbeda yang digunakan untuk mengelola
diversifikasi secara sukses. Tanpa menghiraukan tipe strategi diversifikasi yang
diimplementasikan, penurunan kinerja biasanya terjadi akibat overdiversifikasi,
setelah unit bisnis yang berbeda tersebut dilepaskan.
f. Manajer terlalu fokus pada akuisisi
Manajer yang terlalu fokus pada akuisisi dalam menilai hasil yang dicapai melalui
penggunaan strategi akuisisi, dibandingkan dengan hasil yang dicapai melalui strategi
lain dengan efektif.
g. Terlalu Besar
Kebanyakan akuisisi menciptakan perusahaan yang besar. Dalam teori peningkatan
ukuran akan membantu perusahaan mendapatkan skala ekonomi dalam berbagai
fungsi organisasi. Dengan kata lain,pada beberapa level penambahan biaya diperlukan
untuk mengatur perusahaan yang lebih besar melebihi efisiensi keuntungan yang
diciptakan oleh skala ekonomi. Sebagai tambahannya, ketika berhadapan dengan
kekomplekan yang dihasilkan oleh ukuran yang besar, manajer terutama dari
perusahaan pengakuisisi memutuskan bahwa kontrol birokrasi akan digunakan untuk
mengatur operasi perusahaan kombinasi. Kontrol birokrasi adalah dirumuskannya
pengawasan dan perilaku hukum dan peraturan yang dibentuk untuk menjamin
konsistensi keputusan dan tindakan antar unit yang berbeda di dalam perusahaan.
Konsistensi keputusan dan tindakan dalam hal ini dapat menguntungkan perusahaan,
terutama dalam pembentukan prediksi dan penurunan biaya.
Menurut penelitian dari Wijaya, I Made Indra (2013) yang berjudul “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Keputusan Untuk Metode Akuisisi Peralatan Konstruksi Pada Perusahaan
Kontraktor Di Yogyakarta” menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi keputusan untuk
metode akuisisi yaitu :
1. Faktor Finansial
Faktor finansial terdiri dari Biaya yang Harus Dikeluarkan Dalam Pemilikan Peralatan
(Equipment Expenses) dan Analisis Faktor Hasil Yang Didapat Dari Kepemilikan
Peralatan (Equipment Revenue)
2. Faktor Non Finansial
Faktor non finansial terdiri dari faktor promosi (advertisement), faktor kemampuan
penyesuaian (adaptability), faktor ketersediaan alat (avaibility), faktor resiko, faktor
organisasi
Faktor-faktor yang memicu keberhasilan merger dan akuisisi menurut Haryani, et al
dalam Aprilita, et al (2013), antara lain:
1. Perusahaan target relatif kecil
2. Melakukan akuisisi yang bersahabat
3. Melakukan audit sebelumnya
4. Memiliki pengalaman sebelumnya
5. Perusahaan target dalam keadaan baik

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulakan bahwa ada faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dan ketidakberhasilan akuisisi dan merger pada suatu
perusahaan. Faktor yang mempengerahui ketidakberhasilan akuisisi dan merger diantaranya
yaitu :
1. Kesulitan integrasi
2. Evaluasi sasaran yang tidak memadai
3. Hutang yang banyak
4. Ketidakmampuan mencapai sinergi
5. Terlalu banyak diversifikasi
Adapun faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan akuisisi dan merger diantaranya yaitu:
1. Perusahaan target relatif kecil
2. Melakukan akuisisi yang bersahabat
3. Melakukan audit sebelumnya
4. Memiliki pengalaman sebelumnya
5. Perusahaan target dalam keadaan baik
Walaupun berpotensi bermasalah, akuisisi dapat meningkatkan daya saing strategis.
Akuisisi dapat melakukannya ketika perusahaan sasaran dipilih dan dibeli melalui analisis
dan negoisasi yang hati-hati dan rinci, perusahaan sasaran dan perusahaan yang mengakuisisi
memiliki kekurangan yang signifikan dalam bentuk kas atau kapasitas utang, perusahaan
yang mengakuisisi memiliki tingkat utang yang rendah atau moderat, perusahaan yang baru
mengurangi kewajiban utang dengan cepat (khususnya utang yang terjadi untuk
menyelesaiakn akuisisi) dengan menjual sebagian perusahaan yang diakuisis atau sebagian
dari perusahaan yang mengakuisisi atau sebagaian dari perusahaan yang mengakuisisi yang
kinerjanya buruk, perusahaan sasaran dan perusahaan yang mengakuisisi memiliki sumber
daya komplementer (saling melengkapi), perusahaan yang mengakuisisi dan diakuisisi
mengalami penyesuaian untuk berubah (pengalaman seperti itu akan meningkatkan
kemungkinan berhasilnya proses integrasi kedua perusahan), Riset dan pengembangan dan
inovasi lebih ditekankan dalam perusahaan yang baru.
Pihak perusahaan disarankan untuk mempertimbangkan lebih dahulu ketika akan
melakukan merger atau akuisisi, sehingga diharapkan perusahaan mendapatkan keuntungan
yang maksimal di masa mendatang. Selain itu, pihak perusahaan juga perlu melakukan
pertimbangan dan berhati-hati dalam menyikapi kegiatan merger atau akuisisi, karena belum
dapat dipastikan bahwa merger atau akuisisi memberikan dampak positif bagi perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Dra. SURYATI, SE, STRATEGI AKUISISI DAN RESTRUKTURISASI.

Yunita Elshadai Sajow, Drs. W.S.Manoppo, M.Si, Dan Drs. Dantje Keles, M.Si ANALISIS
PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN SEBELUM DAN SESUDAH MERGER (Studi
Kasus Pada PT. XL Axiata Tbk)

Muhamad Syaichu, JURNAL STUDI MANAJEMEN & ORGANISASI Volume 3, Nomor 2,


Juli, Tahun 2006, Halaman 59, MERGER DAN AKUISISI: ALTERNATIF
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PEMEGANG SAHAM.

Eric Taner, ANALISIS KEBERHASILAN STRATEGI AKUISISI OLEH PT ELANG


MAHKOTA TEKNOLOGI TBK

MUHAMMAD REZA SUERMAN , MANAJEMEN RISIKO TAHAPAN PASCA


MERGER (STUDI KASUS : PENGGABUNGAN PT. X DENGAN PT. Y)

Anda mungkin juga menyukai