Anda di halaman 1dari 8

RESTRUCTURING AND

BUSINESS FAILURE
(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Manajemen Keuangan)
Dosen Pengampu : Manaratul Fatati, S.E, M.M

Disusun Oleh:
1. Lalita Christi Kumalasari (4.43.21.1.16)
2. Putri Indah Sari (4.43.21.1.23)

JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI ANALIS KEUANGAN
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2022/2023
RESTRUKTURISASI DAN KEGAGALAN USAHA

I. Restrukturisasi
Restrukrisasi perusahaan ( corporate restructuring) adalah perubahan struktur organisasi
sebagai akibat ekspansi dan kontraksi usaha. Restrukturisasi akan diikuti pula dengan perubahan pada
neraca perusahaan , baik sisi aktiva maupun sisi pasiva. Termasuk kedalam restrukturisasi adalah
merger dan akuisisi, konsolidasi dan divestasi (divestiture).
Pada kenyataannya perusahaan tidak selamanya berhasil tumbuh dan mempertahankan
kelangsungan usahanya. Perusahaan yang mengalami kegagalan usaha ( business failure), baik
pengaruh internal maupun eksternal , pada akhirnya harus melakukan langkah-langkah penyelamatan
atau reorganisasi (reorganization) .bahkan pembubaran usaha atau likuidasi ( liquidation ).
Restrukturisasi perusahaan bertujuan untuk memperbaiki dan memaksimalisasi kinerja
perusahaan (Bramantyo, 2004). Namun Bramantyo juga mengatakan bahwa, restrukturisasi perusahaan
bertujuan untuk memperbaiki dan memaksimalisasi kinerja perusahaan. Bagi perusahaan yang telah go
public, maksimalisasi nilai perusahaan dicirikan oleh tingginya harga saham perusahaan, dan harga
tersebut dapat bertengger pada tingkat atas. Bertahannya harga saham tersebut bukan permainan
pelaku pasar atau hasil goreng menggoreng saham, tetapi benar-benar merupakan cermin ekspektasi
investor akan masa depan perusahaan. Sejalan dengan perusahaan yang sudah go public, maksimalisasi
nilai perusahaan dicerminkan pada harga jual perusahaan tersebut.
Dan berikut ini beberapa alasan pentingnya suatu perusahaan perlu melakukan Restrukturisasi
Perusahaan:

1. Adanya masalah hukum (desentralisasi atau monopoli)

Di dalam Undang-undang nomor 22/1999 dan nomor 25/1999 telah mendorong setiap
korporasi untuk mengkaji ulang cara kerja dan mengevaluasi hubungan kantor pusat dengan anak
perusahaan yang menyebar di seluruh pelosok tanah air. Keinginan Pemerintah Daerah untuk ikut serta
dalam menikmati hasil dari perusahaan-perusahaan yang ada di daerah masing-masing, menuntut
korporasi untuk mengkaji ulang seberapa jauh wewenang perlu diberikan kepada pimpinan anak
perusahaan agar bisa memutuskan sendiri apabila ada masalah-masalah hukum di daerah.

Perusahaan yang telah masuk ke dalam daftar hitam monopoli, dan telah dinyatakan bersalah
oleh Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) atau pengadilan, maka harus melakukan
restrukturisasi. Hal ini perlu dilakukan agar dapat terbebas dari masalah hukum. Misalnya, perusahaan
harus melepas atau memecah divisi untuk dikuasai pihak lain. Atau menahan laju produk yang masuk
ke daftar monopoli agar pesaing bisa mendapat porsi yang mencukupi.

2. Adanya tuntutan pasar dan masalah geografis

Konsumen akan semakin dimanjakan dengan semakin banyaknya produsen. Apalagi di era
perdagangan bebas, produsen dari manapun boleh masuk ke Indonesia. Hal ini menuntut suatu
korporasi atau perusahaan untuk memenuhi tuntutan konsumen. Diantaranya menyangkut tentang
kenyamanan (convenience), kecepatan pelayanan (speed),ketersediaan produk (conformity), dan nilai
tambah yang dirasakan oleh konsumen (added value). Tuntutan tersebut dapat dipenuhi apabila
perusahaan dapat mengubah cara kerja, pembagian tugas, dan sistem dalam perusahaan agar
mendukung pemenuhan atas tuntutan tersebut.

Suatu korporasi atau perusahaan yang melakukan ekspansi bisnis ke daerah-daerah yang sulit
dijangkau, perlu memberi wewenang khusus kepada anak perusahaan. Tujuannya adalah supaya
perusahaan dapat beroperasi secara efektif. Demikian juga jika melakukan ekspansi ke luar negeri,
maka perusahaan perlu mempertimbangkan sistem keorganisasian dan hubungan antara induk dan
anak perusahaan agar anak perusahaan di mancanegara dapat bekerja secara baik.

3. Terjadinya perubahan kondisi perusahaan dan terjadinya masalah serikat pekerja


Perubahan kondisi suatu perusahaan seringkali menuntut manajemen untuk mengubah iklim
supaya perusahaan semakin inovatif dan menciptakan produk atau cara kerja yang baru. Iklim ini dapat
diciptakan apabila perusahaan memperbaiki manajemen dan aspek-aspek keorganisasian, misalnya
kondisi kerja, sistem insentif, manajemen kinerja, dan lain sebagainya. Di era keterbukaan yang diikuti
dengan munculnya Undang-undang ketenagakerjaan yang terus mengalami perubahan, mendorong
para buruh untuk semakin berani menyuarakan kepentingan mereka.

4. Hubungan holding dan anak perusahaan

Perusahaan yang masih kecil dapat menerapkan operating holding system, dimana induk
perusahaan dapat terjun ke dalam keputusan-keputusan operasional anak perusahaan. Semakin besar
ukuran suatu perusahaan, maka holding perlu bergeser dan berlaku sebagai supporting holding.
Support holding hanya mengambil keputusan-keputusan penting dalam rangka mendukung anak
perusahaan agar berkinerja secara baik. Dan semakin besar ukuran perusahaan, induk harus rela untuk
bertindak sebagai investment holding. Investment holding tidak ikut dalam aktivitas, tetapi semata-
mata bertindak sebagai “pemilik” anak perusahaan, menyuntik ekuitas dan pinjaman, dan pada akhir
tahun meminta anak perusahaan mempertanggungjawabkan hasil kerjanya dan menyetor dividen.

5. Perlunya melakukan image perusahaan dan fleksibilitas manajemen

Perusahaan seringkali mengganti logo perusahaan dalam rangka menciptakan image yang baru.
Atau bisa juga untuk memperbaiki image yang selama ini melekat pada stakeholders korporasi. Selain
itu, manajemen seringkali merestrukturisasi diri supaya cara kerja lebih lincah, pengambilan keputusan
lebih cepat, dan perbaikan bisa dilakukan lebih tepat guna. Restrukturisasi ini biasanya berkaitan
dengan perubahan job description, kewenangan setiap tingkatan manajemen untuk memutuskan
pengeluaran, kewenangan dalam mengelola sumber daya, serta bentuk organisasi.

6. Pergeseran kepemilikan atau akses modal yang lebih baik

Para pendiri perusahaan biasanya memutuskan untuk melakukan go public setelah si pendiri
menyatakan diri sudah tua atau tidak sanggup lagi menjalankan perusahaan. Perubahan yang paling
sederhana adalah mengalihkan sebagian kepemilikan kepada anak-anaknya. Tetapi, cara ini seringkali
tidak cukup. Atau dapat pula menjual sebagian sahamnya dengan tujuan supaya akses modal menjadi
lebih luas. Sebagai dampak dari tindakan ini, struktur kepemilikan otomatis akan berubah.

1. Merger
Merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang masih mempertahankan salah
satu indentitas yang bergabung ( indentitas yang muncul adalah perusahaan terbesar dibandingkan
dengan yang lainnya ).
Definisi merger secara singkat adalah kombinasi dari dua perusahaan yang ada. Dalam merger,
pengakuisisi memiliki semua aktiva dan kewajiban dari perusahaan yang mengakuisisi. Menurut
undang-undang merger merupakan penggabungan antara dua perusahaan di mana perusahaan
bertujuan untuk mendukung anak atau perusahaan induk. Merger bisa diartikan sebagai
menggabungkan satu perusahaan ke perusahaan lain. Penggabungan biasanya dilakukan dengan
persetujuan kedua belah pihak. Ini berarti bahwa tidak ada pihak yang menang atau kalah, karena itu
adalah menang-menang, tapi itu sifat merger untuk memastikan sinergi.
Contoh Merger Kesatu :
Merger Bank Lippo dan Bank Niaga. Perusahaan yang melakukan Merger adalah antara Bank Lippo
dengan Bank Niaga... pada tahun 2008.
Contoh Merger yang dilakukan Oleh Bank Lippo dan Bank Niaga

Contoh Merger Ke 2 :
Danamon didirikan pada tahun 1956 dengan nama Bank Kopra Indonesia. Nama ini kemudian berubah
menjadi PT Bank Danamon Indonesia pada tahun 1976 sampai sekarang. Pada tahun 1988, Danamon
menjadi bank devisa dan setahun kemudian adalah publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

Contoh Merger yang dilakukan oleh Bank Danamon, Bank Tamara, Bank Duta, Bank Tiara, Bank
Rama, Bank Nusa Internasional, Bank Pos Nusantara, Jaya Bank Internasional, dan Bank RSI
Motif atau alasan Merger
a. Pertumbuhan atau diversifikasi
Perusahaan ingin tumbuh secara cepat , memperbesar pangsa pasar dan melakukan diversifikasi
usaha
b. Sinergi
Sinergi timbul dari skala ekonomis akibat menurunnya beban overhead.
c. Pencarian dana
Sebuah perusahaan dapat lebih mudah mencari dana melalui penggabungan dengan perusahaan
lain , yang mempunyai banyak aktiva lanvar dan proporsi utang yang rendah
d. Peningkatan ketrampilan managerial atau teknologi.
Dengan penggabungan usaha perusahaan dengan mudah meningkatkan ketrampilan managerial
atau teknologi
e. Pertimbangan pajak
Merger dengan perusahaan yang bertahun –tahun merugi dapat menguntungkan perusahaan
pembeli ( yang sukses membukukan laba tinggi )
f. Peningkatan likuiditas kepemilikan
Merger diantara perusahaan kecil-kecil atau kecil besar memungkinkan perusahaan yang kecil
untuk mendapatkan tingkat likuiditas yang lebih besar

2. Akuisisi
Akuisisi adalah pembelian suatu perusahaan oleh perusahaan lain atau oleh kelompok investor,
untuk menjaga ketersediaan pasokan bahan baku atau jaminan produk akan diserap oleh pasar.

Contoh Akuisis ke satu :


Semen Padang yang diakuisisi oleh Semen Gresik. Di dalam hal ini, pihak Semen Gresik melakukan
pembelian terhadap sebagian besar Saham Semen Padang sehingga, Semen Gresik memiliki kekuasaan
terhadap manajemen perusahaan Semen Padang. Tetapi operasi kedua perusahaan masih bediri sendiri-
sendiri..

Contoh Akuisisi

Contoh Akuisisi kedua:

PT. HM Sampoerna yang diakusisi oleh Philip Morris Sampoerna tetap melakukan kegiatan
operasionalnya sendiri di Pabriknya yang ada di Surabaya.. dan PM pun juga seperti itu. Tetapi
Manajemen perusahaan Sampoerna dikendalikan oleh PM sebagai konsekuensi dari akuisisi yang
dilakukan. PM mengganti Saham yang beredar Sampoerna dengan suatu harga dan menggantinya
dengan saham PM.
Contoh Kasus Akuisisi

3. Konsolidasi
Penggabungan dua atau lebih perusahaan yang menghasilkan indentitas yang sepenuhnya baru
Contoh Konsolidasi

Contoh Konsolidasi yang dilakukan oleh Bank Bumi Daya, Bank Exim, Bank Dagang Negara, dan
Bapindo

4 . Divestasi

Merger, Akuisis dan Konsolidasi adalah contoh Perubahan struktur organisasi sebagai akibat
ekspansi usaha sedangkan Divestasi adalah perubahan struktur organisasi sebagai akibat kontraksi
usaha atau pelambatan usaha. Ada tiga cara divestasi untuk mengatasi pelambatan usaha .
1. Penjualan unit operasi ke perusahaan lain
2. Penjualan unit operasi kepada pihak manajemen saai ini melalui Beli Utang ( Leverage
Buyout/LBO)
3. Pemisahan unit operasi tertentu agar mandiri dari perusahaan , sedangkan saham kemudian
dibagi secara pro rata dengan perusahaan induknya ( pemekaran / spin – off )

II. Kegagalan Usaha : Reorganisasi dan Likuidasi

2.1. Kegagalan Usaha


Setiap perusahaan tentu ingin selalu membukukan laba, tumbuh dan eksis selama mungkin,
Namun kenyataannya perusahaan sangat mungkin dihadapkan pada situasi yang tidak dikehendaki
yang digolongkan sebagai kegagalan usaha ( business failure ) Situasi ini mungkin disebabkan oleh :
a. Faktor Eksternal ( Ekonomi Makro ) Seperti Laju pertumbuhan ekonomi yang melambat,
kenaikan suku bunga perbankan yang meningkat, dll
b. Faktor Internal ( Salah Kelola/ ) Seperti salah kelola dalam hal, keuangan , marketing, SDM dan
opersasional.
Terdapat tiga jenis kegagalan usaha :
1. Imbal hasil rendah atau negatif : perusahaan terus –menerus merugi akan mengalami penuruanan
harga saham . Lebih lanjut , imbal hasil perusahaan menjadi lebih rendah dari biaya modal.
2. Insolvensi teknis ( technical insolvency) : perusahaan tidak dapat membayar kewajibannya, tetapi
jumlah aktiva masih melebihi jumlag utangnya. Dalanm situasi ini , perusahaan dapat dikatakan
sudah masuk ke tahap krisis likuidasi ( pembubaran usaha )
3. Kepailitan ( bankruptcy ) . Perusahaan tidak dapat membayar kewajibannya dan jumalh aktiva
kurang dari jumlah utangnya. Artinya sekalipun semua aktiva telah dicairakn menjadi kas, masih
ada sebagian utang yang belum terbayar . Dalam situasi ini perusahaan sudah terancam
pembubaran usaha.

2.2. Reorganisasi
Reorganisasi pada dasarnya ditujukan pada untuk mengatasi kegagal usaha jenis 1 dan 2.
Perusahaan berusaha memperbaiki aspek operasional ( pendapatan dan biaya / biaya tetap dan
variabel ) dan aspek financial ( utang dan ekuitas pada struktur modal ). Beberapa langkah
reorganisasi : penghematan beban operasional, pengurangan tenaga kerja, penjualan aktiva tetap
yang sudah tidak produktif dan penjadwalan kembali utang.

2.3. Likuidasi
Apabila perusahaan sudah melakukan reorganisasi tetapi tidak berhasil, dan pihak kreditor
menilai perusahaan tidak mungkin lagi melakukan perbaikan, langkah likuidasi pilihan terakhir.
Beberapa langkah likuidasi : pelunasan utang upah dan gaji, pembayaran pajak, penjualan aktiva
yang menjadi jaminan dan pelaksanaan semua kewajiban sebagaimana di ataur dalam kontrak
utang
LATIHAN SOAL

PILIHAN GANDA

1. Berikut ini yang merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan yang masih mempertahankan salah
satu indentitas yang bergabung…
a. Merger
b. Divestasi
c. Lukuidasi
d. Reorganisasi
2. Apabila perusahaan sudah melakukan reorganisasi tetapi tidak berhasil, dan pihak kreditor menilai
perusahaan tidak mungkin lagi melakukan perbaikan, langkah likuidasi pilihan terakhir adalah…
a. Pelunasan utang upah dan gaji
b. Pembayaran pajak
c. Penjualan aktiva yang menjadi jaminan
d. Semua jawaban benar
3. Berikut ini yang bukan merupakan jenis Restrukturisasi yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan…
a. Merger dan akuisisi
b. Beli utang
c. Bayar pajak
d. divestasi
4. Alasan pentingnya suatu perusahaan perlu melakukan Restrukturisasi Perusahaan…
a. Adanya masalah hukum (desentralisasi atau monopoli)
b. Adanya tuntutan pasar dan geografis
c. Terjadinya perubahan kondisi perusahaan atau serikat pekerja
d. Jawaban semua benar
5. Salah satu jenis kegagalan usaha…
a. Imbal hasil tinggi atau positif
b. Tidak ditahap krisis likuidasi
c. Kepailitan
d. Mengalami kenaikan harga saham

Anda mungkin juga menyukai