Anda di halaman 1dari 9

astWiagustini, Ni Lu Putu. 2010. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Bali : Udayana University Press.

MERGER DAN AKUISISI

Merger dan akuisisi merupakan alternative untuk melakukan ekspansi atau perluasan usaha. Perluasan
usaha dapat dilakukan dengan ekspansi ekstern, tetapi juga dapat dilakukan dengan menggabungkan
usahayang telah ada (merger and consolidation) atau membeli perusahaan yang telah ada (akuisisi).

Istilah merger sering dipergunakan untuk menunjukkanpenggabungan dua perusahaan atau


lebih, dan kemudian tinggal nama salah satu perusahaan yang bergabung. Sedangkan consolidation
menunjukkan penggabungan dari dua perusahaan atau lebih, dan nama dari perusahaan-perusahaan
yang bergabung tersebut hilang, kemudian muncul nama baru dari perusahaan gabungan. Akuisisi, mirip
dengan merger, kecuali perusahaan baru akan terbentk. Pengakuasisi dan yang diakuisisi ‘hilang’ dan
menjadi perusahaan baru.

Perluasan dengan penggabungan dua perusahaan atau le bih bisa dilakukan dalam Holding
Company, dimana perusahaan yang memiliki sejumlah besar saham perusahaan lain akan
mengendalikan perusahaan tersebut. Holding Company disebut dengan perusahaaninduk, sedag
perusahaan lain di bawah kendalinya disebut perusahaan anak (subsidiary).

Motif Merger dan Akuisisi

Motif perusahaan melakukan merger dan akuisisi adalah motif ekonomi yang terjadi dengan
terciptanya synergy. Synergy berarti bahwa nilai gabungan dari kedua perusahaan tersebut lebih besar
dari penjumlahan masing-masing nilai perusahaan yang digabungkan. Synergy dapat berwujud
operating maupun financial synergy. Operating synergy adalah synergy yang dapat dinikmati oleh
perusahaan karena kombinasi dari beberapa operasi sehingga dapat menekan biaya dan/ atau
menaikkan penghasilan. Operating synergy muncul dari perusahaan yang melakukan ekspansi pada
bisnis yang sama sehingga dapat menekan biaya rata-rata karena biaya tetap per satuan
menurun(memperoleh economies of sale), atau melakukan diversifikasi ke sektor yang masih berkaitan
(related diversification).

Jenis Merger dan Akuisisi

Berdasarkan atas cara perluasan yang dilakukan merger dan akuisisi dapat dilakukan dengan :

1. Horizontal
Penggabungan perusahaan lain dalam jenis bisnis yang sama.
2. Vertical
Penggabungan perusahaan yang mempunyai keterkaitan antara input-output.
3. Congeneric
Penggabungan perusahaan dalam industry yang sama tetapi tidak memproduksi perusahaan
yang sama dan tidak ada keterkaitan supplier.
4. Conglomerate
Penggabungan perusahaan dari industry yang berbeda.
Berdasarkan jenis penggabungannya, yaitu :

1. Akuisisi saham
Terjadi bila perusahaan yang mengakuisisi membeli sebagian besar saham perusahaan yang
menjadi target akuisisi. Akuisisi saham dapat dilakukan dengan cara bersahabat (friendly) dan
tidak bersahabat (hostile).
Friendly Merger , terjadi bila manajemen kedua belah pihak berunding bersama, dan hasil
perundingan tersebut (menyangkut harga yang wajar, pembayaran akuisisi, dll) akan diusulkan
ke pemilik perusahaan.
Hostile Takeover, terjadi bila manajemen perusahaan dari acquired company tidak diajak
berunding, tetapi perusahaan yang akan mengakuisisi (acquiring company) langsung
menawarkan ke pemegang saham acquired company persyaratan-persyaratan yang dinilai
cukup menarik.
2. Akuisisi aset
Terjadi bila perusahaan yang mengakuisisi membeli sebagian atau seluruh asset perusahaan
yang menjadi target akuisisi. Persetujuan formal dari pemegang saham perusahaan yang
menjual diperlukan. Bentuk ini akan menghindarkan perusahaan dari kemungkinan memiliki
pemegang saham minoritas.

Taktik Perusahaam Mempertahankan Diri Dari Merger Dan Akuisisi

Kadang-kadang perusahaan melakukan berbagai cara untuk menghindari dari pembelian oleh
perusahaan lain. Secara umum taktik untuk mempertahankan diri dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
sebelum penawaran dan sesudah penawaran.

Sebelum penawaran, cara terbaik untuk mempertahanakan diri dari pengmbilalihan oleh
perusahaan lain adalah :

1. Mengubahnya menjadi perudahaan perseorangan.


Dengan mengubahnya menjadi perusahaan perseorangan, maka kendali ada pada satu tangan,
keputusan yang diambil tidak memerlukan musyawarah, dalam kaitan mempertahankan
perusahaan dari pengambilalihan oleh perusahaan lain.
2. Mempertahankan proporsi kepemilikan saham pada satu orang atau kelompok orang.
Mempertahankan proporsi kepemilikan saham pada satu orang atau kelompok orang , misalnya
50 persen saham dipegang oleh pendirinya dan 30 persen saham dipegang oleh karyawannya
3. Meningkatkan skala usaha.
Skala usaha yang besar akan menyulitkan perusahaan lain yang ingin membelinya karena tentu
diperlukan dana yang besar.
4. Mempertahankan harga saham yang kuat.
Saham yang kuat akan mencerminkan kuatnya manajemen, prospek pertumbuhan dan
kesempatan investasi yang baik.
5. Persyaratan merger yang makin ketat.
Persyaratan merger yang makin ketat misalnya perusahaan menetapkan bahwa merger hanya
dapat dilakukan apabila disetujui oleh minimal 80% pemegang saham.
6. Membuat perusahaan menjadi tidak menarik untuk diambil alih yang disebut dengan poison pill.
Poison pill dilakukan dengan memberikan kepada pemegang saham perusahaan yang akan dibeli
untuk menjual sahamnya dengan harga yang tinggi atau pemberian hak untuk memperoleh
saham baru dengan discount yang cukup besar atau bahkan gratis. Poison pill ini dapat
melindungi dari perusahaan lain apabila dirasa harga penawarannya tidak wajar.

Jika stategi sebelum ppenawaran, tidak berhasil melindungi perusahaan dari pembelian oleh
perusahaan lain, maka setelah penawaran [erusahaan masih dapat meakukn berbagai cara untuk
mengagalkan pertemuan tersebut

1. Mengajukan tuntutan dengan dalih anti monopoli atau jika dirasa hrga penawaran tidak
wajar.
Perusahaan dapat meminta untuk dilakukan harga penawaran lebih baik.
2. Menjual sebagian perusahaan kepada pihak ketiga atau menciptakan utang yang semakin
besar dengan cara membeli kembali sebgian saham perusahaan.
3. Pembuatan kontrak khususyang menjamin eksektif tidak akan kehilangan pekerjaan atau
kompensasi yang sangat besar apabila terjadi penggabungan perusahaan yang disebut
Golden Parachut. Dengan cara ini dimana manajer tidak khawatir akan kehilangan
pekerjaan, kalaupun pembelian ini jadi dilakukan, manajer akan melakukan negosiasi untuk
menentukan harga yang wajar atau lebih mementingkan kepentingan pemegang saham.

http://nadacintaiezna.blogspot.co.id/2011/06/merger-dan-restrukturisasi.html

MERGER DAN RESTRUKTURISASI

A. PENGERTIAN MERGER
Merger adalah proses difusi dua perseroan dengan salah satu diantaranya tetap berdiri dengan nama
perseroannya sementara yang lain lenyap dengan segala nama dan kekayaannya dimasukan dalam
perseroan yang tetap berdiri tersebut. 
Merger adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan yang me-merger
mengambil/membeli semua assets dan liabilities perusahaan yang di-merger dengan begitu perusahaan
yang me-merger memiliki paling tidak 50% saham dan perusahaan yang di-merger berhenti beroperasi
dan pemegang sahamnya menerima sejumlah uang tunai atau saham di perusahaan yang baru. 

B. JENIS – JENIS MERGER


Terdapat empat jenis merger sampai saat ini, yaitu :
1. Merger horisontal, terjadi ketika sebuah perusahaan bergabung dengan perusahaan lain di dalam lini
bisnis yang sama.
2. Merger vertikal, berupa akuisisi sebuah perusahaan dengan salah satu pemasok atau pelanggannya.
3. Merger kongenerik akan melibatkan perusahaan-perusahaan yang saling berhubungan tetapi bukan
merupakan produsen dari sebuah produk yang sama atau perusahaan yang memiliki hubungan
pemasok-produsen.
4. Merger konglomerat, terjadi ketika perusahaan-perusahaan yang tidak saling berhubungan
bergabung. 

C. SYARAT MELAKUKAN MERGER


Hazel J.Johnson (1995) menyatakan, prasyarat yang harus dianalisis terlebih dahulu dari kedua Bank
yang akan melakukan merger adalah :
1. Kondisi keuangan masing-masing Bank, merger sesama bank sehat atau karena collapse
2. Kecukupan modal
3. Manajemen, baik sebelum atau sesudah merger
4. Apakah merger dapat memberi manfaat bagi pengguna jasa Bank tersebut
Johnson lebih lanjut menyatakan setiap lembaga yang akan melakukan merger, pada umumnya
mempunyai beberapa isu penting yang relevan untuk dianalisis sebelum merger dilakukan, antara lain:
1. Kapan waktu yang tepat untuk melakukan merger?
2. Bagaimana mengidentifikasi kecocokan pasangan (partner) untuk merger?
3. Bagaimana mengkomunikasikan dengan baik atas rencana merger ini kepada seluruh pihak yang
berkepentingan agar niat merger mempunyai dampak yang positif di pasar?
4. Bagaimana melakukan cara, yang akan dilakukan untuk konsolidasi diantara Bank yang merger?
D. ALASAN PERUSAHAAN MELAKUKAN MERGER
Pada umumnya tujuan dilakukannya merger dan akuisisi adalah mendapatkan sinergi atau nilai tambah.
Keputusan untuk merger dan akuisisi bukan sekedar menjadikan dua tambah dua sama dengan empat,
tetapi merger dan akuisisi harus menjadikan dua tambah dua sama dengan lima. Nilai tambah yang
dimaksud adalah lebih bersifat jangka panjang dibanding nilai tambah yang bersifat sementara saja.
Oleh karena itu, ada tidaknya sinergi suatu merger dan akuisisi tidak bisa dilihat sesaat setelah merger
dan akuisisi itu terjadi, tetapi diperlukan waktu yang cukup panjang. Sinergi yang terjadi sebagai akibat
dari penggabungan usaha bisa berupa turun naiknya skala ekonomis, maupun sinergi keuangan yang
berupa kenaikan modal.

Ada beberapa alasan perusahaan melakukan penggabungan baik melalui merger maupun akuisisi, yaitu :

• Pertumbuhan atau diversifikasi


Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat, baik ukuran, pasar saham, maupun
diversifikasi usaha dapat melakukan merger maupun akuisisi. Perusahaan tidak memiliki resiko adanya
produk baru. Selain itu, jika melakukan ekspansi dengan merger dan akuisisi, maka perusahaan dapat
mengurangi perusahaan pesaing atau mengurangi persaingan.

• Sinergi
Sinergi dapat tercapai ketika merger menghasilkan tingkat skala ekonomi (economies of scale). Tingkat
skala ekonomi terjadi karena perpaduan biaya overhead meningkatkan pendapatan yang lebih besar
daripada jumlah pendapatan perusahaan ketika tidak merger. Sinergi tampak jelas ketika perusahaan
yang melakukan merger berada dalam bisnis yang sama karena fungsi dan tenaga kerja yang berlebihan
dapat dihilangkan.

• Meningkatkan dana
Banyak perusahaan tidak dapat memperoleh dana untuk melakukan ekspansi internal, tetapi dapat
memperoleh dana untuk melakukan ekspansi eksternal. Perusahaan tersebut menggabungkan diri
dengan perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi sehingga menyebabkan peningkatan daya pinjam
perusahaan dan penurunan kewajiban keuangan. Hal ini memungkinkan meningkatnya dana dengan
biaya rendah.

• Menambah ketrampilan manajemen atau teknologi


Beberapa perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak adanya efisiensi pada
manajemennya atau kurangnya teknologi. Perusahaan yang tidak dapat mengefisiensikan
manajemennya dan tidak dapat membayar untuk mengembangkan teknologinya, dapat
menggabungkan diri dengan perusahaan yang memiliki manajemen atau teknologi yang ahli.

• Pertimbangan pajak
Perusahaan dapat membawa kerugian pajak sampai lebih 20 tahun ke depan atau sampai kerugian pajak
dapat tertutupi. Perusahaan yang memiliki kerugian pajak dapat melakukan akuisisi dengan perusahaan
yang menghasilkan laba untuk memanfaatkan kerugian pajak. Pada kasus ini perusahaan yang
mengakuisisi akan menaikkan kombinasi pendapatan setelah pajak dengan mengurangkan pendapatan
sebelum pajak dari perusahaan yang diakuisisi. Bagaimanapun merger tidak hanya dikarenakan
keuntungan dari pajak, tetapi berdasarkan dari tujuan memaksimisasi kesejahteraan pemilik.

• Meningkatkan likuiditas pemilik


Merger antar perusahaan memungkinkan perusahaan memiliki likuiditas yang lebih besar. Jika
perusahaan lebih besar, maka pasar saham akan lebih luas dan saham lebih mudah diperoleh sehingga
lebih likuid dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil.

• Melindungi diri dari pengambilalihan


Hal ini terjadi ketika sebuah perusahaan menjadi incaran pengambilalihan yang tidak bersahabat. Target
firm mengakuisisi perusahaan lain, dan membiayai pengambilalihannya dengan hutang, karena beban
hutang ini, kewajiban perusahaan menjadi terlalu tinggi untuk ditanggung oleh bidding firm yang
berminat
E. EVALUASI KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN MERGER
Membuat proyeksi keberhasilan merger penting dilaksanakan, sebelum merger dilakukan secara legal.
Tahapan diawali dengan due diligence (uji tuntas) atas perusahaan yang akan dikonsolidasikan. Penilaian
dilakukan atas sinergi yang akan diperoleh, dilihat dari sinergi operasional dan sinergi finansial.
Sinergi operasional, umumnya dengan membandingkan sumber daya masing-masing perusahaan,
antara lain: Visi Misi dan tujuan perusahaan, perencanaan strategik, Sumber Daya Manusia, jaringan,
pangsa pasar, Informasi Teknologi yang digunakan, dan budaya kerja masing-masing perusahaan.
Evaluasi finansial, didasarkan atas: analisis laporan keuangan perusahaan, berupa neraca dan laba rugi,
baik yang berupa on atau off balance sheet, serta fee based income.
Metoda yang digunakan bermacam-macam, salah satunya menitik beratkan pada cash flow, sebagai
berikut:
1. Analisis proyeksi arus kas dengan menggunakan diskon faktor sesuai biaya dana perusahaan
(Discounted cash flow approach)
2. Analisis yang didasakan atas ratio harga saham dengan pendapatan (Price Earning Ratio)
dibandingkan dengan nilai P/E dari perusahaan sejenis
3. Penilaian atas dasar nilai buku,yang beberapa pos dari neraca disesuaikan dengan perkiraan risiko
yang mungkin ada sehingga mengurangi nilai buku (Adjusted book value)
Banyak perusahaan atau Bank yang mengalami kegagalan saat dilakukan merger, disebabkan, antara
lain:
1. Harga yang ditetapkan saat dilakukan merger terlalu tinggi akibat analisis sebelumnya tidak akurat
2. Sumber pembiayaan merger berasal dari pinjaman berbiaya tinggi
3. Asumsi yang salah dengan mengharapkan booming market, yang ternyata terjadi sebaliknya
4. Tergesa-gesa, sebelum dilakukan uji tuntas dengan baik
5. Perbedaan kedua perusahaan terlalu besar
6. Budaya kerja tak dapat disatukan
7. Krisis manajerial karena ingin mempertahankan semua manajemen yang ada di kedua perusahaan 

F. RESTRUKTURISASI
Restrukturisasi perusahaan bertujuan untuk memperbaiki dan memaksimalisasi kinerja perusahaan.
Perusahaan melakukan pembenahan supaya segera lepas dari krisis melalui berbagai aspek. Perbaikan-
perbaikan tersebut menyangkut berbagai aspek perusahaan, mulai dari perbaikan portofolio
perusahaan, perbaikan permodalan, perampingan manajemen, perbaikan sistem pengelolaan
perusahaan, sampai perbaikan sumber daya manusia. 
Dengan demikian, restrukturisasi perusahaan merupakan kepentingan semua pihak. Bukan saja pihak
manajemen, namun juga merupakan kepentingan komisaris yang mewakili kepentingan pemegang
saham. Restrukturisasi juga merupakan kepentingan karyawan secara keseluruhan karena tindakan
restrukturisasi akan berdampak pada semua karyawan.
G. JENIS-JENIS RESTRUKTURISASI
Pada intinya, restrukturisasi dapat dikategorikan ke dalam tiga jenis : 
a). Restrukturisasi portofolio/asset
Restrukturisasi portofolio merupakan kegiatan penyusunan portofolio perusahaan supaya kinerja
perusahaan menjadi semakin baik. Yang termasuk ke dalam portofolio perusahaan adalah setiap aset,
lini bisnis, divisi, unit usaha atau SBU (Strategic Business Unit), maupun anak perusahaan. 

b). Restrukturisasi modal atau keuangan


Restrukturisasi keuangan atau modaladalah penyusunan ulang komposisi modal perusahaan supaya
kinerja keuangan menjadi lebih sehat. Kinerja keuangan dapat dievaluasi berdasarkan laporan
keuangan, yang terdiri dari: neraca, Rugi/Laba, laporan arus kas, dan posisi modal perusahaan.
Berdasarkan data dalam laporan keuangan perusahaan, akan dapat diketahui tingkat kesehatan
perusahaan. Kesehatan perusahaan dapat diukur berdasar rasio kesehatan, yang antara lain: tingkat
efisiensi (efficiency ratio), tingkat efektifitas (effectiveness ratio), profitabilitas (profitability ratio),
tingkat likuiditas (liquidity ratio), tingkat perputaran aset (asset turn over), leverage ratio dan market
ratio. Selain itu, tingkat kesehatan dapat dilihat dari profil risiko tingkat pengembalian ( risk return
profile).

c). Restrukturisasi manajemen/organisasi


Restrukturisasi manajemen dan organisasi, merupakan penyusunan ulang komposisi manajemen,
struktur organisasi, pembagian kerja, sistem operasional, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan
masalah managerial dan organisasi. Dalam hal restrukturisasi manajemen/organisasi, perbaikan kinerja
dapat diperoleh melalui berbagai cara, antara lain dengan pelaksanaan yang lebih efisien dan efektif,
pembagian wewenang yang lebih baik sehingga keputusan tidak berbelit-belit, dan kompetensi staf yang
lebih mampu menjawab permasalahan di setiap unit kerja.
Pada dasarnya setiap korporasi dapat menerapkan salah satu jenis restrukturisasi pada satu saat, namun
bisa juga melakukan restrukturisasi secara keseluruhan, karena aktifitas restrukturisasi saling terkait.
Pada umumnya sebelum melakukan restrukturisasi, manajemen perusahaan perlu melakukan penilaian
secara komprehensip atas semua permasalahan yang dihadapi perusahaan, langkah tersebut umum
disebut sebagai due diligence atau penilaian uji tuntas perusahaan. Hasil penilaian ini sangat berguna
untuk melakukan langkah restrukturisasi yang perlu dilakukan berdasar skala prioritasnya.
Dari hasil pengalaman, pelaksanaan restrukturisasi yang berhasil, harus melibatkan dan mendapatkan
komitmen dari semua pihak. Dan akan menjadi lebih rumit, jika perusahaan mempunyai pinjaman lebih
dari satu Bank, karena akan melibatkan rangkaian pembicaraan dan pertemuan-pertemuan yang
melelahkan, namun bukan hal yang tak dapat dilakukan. Pada akhirnya, kerja sama, niat baik, dan
semangat yang harus didukung oleh semua jajaran di dalam perusahaan (dari karyawan, manajemen,
komisaris) serta dukungan dari stakehoders akan mempengaruhi keberhasilan restrukturisasi tersebut.

H. ALASAN MELAKUKAN RESTRUKTURISASI


Alasan suatu perusahaan melakukan restrukturisasi, antara lain :
1. Masalah Hukum/desentralisasi
Undang-undang no.22/1999 dan no.25/1999 telah mendorong korporasi untuk mengkaji ulang cara
kerja dan mengevaluasi hubungan kantor pusat, yang kebanyakan di Jakarta, dengan anak-anak
perusahaan yang menyebar di seluruh pelosok tanah air. Keinginan Pemerintah Daerah untuk ikut
menikmati hasil dari perusahaan-perusahaan yang ada di daerah masing-masing menuntut korporasi
untuk mengkaji ulang seberapa jauh wewenang perlu diberikan kepada pimpinan anak-anak perusahaan
supaya bisa memutuskan sendiri bila ada masalah-masalah hukum di daerah.
2. Masalah Hukum/monopoli
Perusahaan yang telah masuk dalam daftar hitam monopoli, dan telah dinyatakan bersalah oleh Komisi
Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU)/pengadilan, harus melakukan restrukturisasi agar terbebas dari
masalah hukum. Misalkan, perusahaan harus melepas atau memecah divisi supaya dikuasai pihak lain,
atau menahan laju produk yang masuk ke daftar monopoli supaya pesaing bisa mendapat porsi yang
mencukupi.
3. Tuntutan pasar
Konsumen dimanjakan dengan semakin banyaknya produsen. Apalagi dalam era perdagangan bebas,
produsen dari manapun boleh ke Indonesia. Hal ini menuntut korporasi untuk memenuhi tuntutan
konsumen, yang antara lain menyangkut :1) kenyamanan (convenience), 2) kecepatan pelayanan
(speed), 3) ketersediaan produk (conformity), dan 4) nilai tambah yang dirasakan oleh konsumen (added
value). Tuntutan tersebut bisa dipenuhi bila perusahaan paling tidak mengubah cara kerja, pembagian
tugas, dan sistem dalam perusahaan supaya mendukung pemenuhan tuntutan tersebut.

4. Masalah Geografis
Korporasi yang melakukan ekspansi ke daerah-daerah sulit dijangkau, perlu memberi wewenang khusus
kepada anak perusahaan, supaya bisa beroperasi secara efektif. Demikian juga jika melakukan ekspansi
ke luar negeri, korporasi perlu mempertimbangkan sistem keorganisasian dan hubungan induk-anak
perusahaan supaya anak perusahaan di manca negera dapat bekerja baik
5. Perubahan kondisi korporasi
Perubahan kondisi korporasi sering menuntut manajemen untuk mengubah iklim supaya perusahaan
semakin inovatif dan menciptakan produk atau cara kerja yang baru. Iklim ini bisa diciptakan bila
perusahaan memperbaiki manajemen dan aspek-aspek keorganisasian, misalnya kondisi kerja, sistem
insentif, dan manajemen kinerja.

6. Hubungan holding-anak perusahaan


Korporasi yang masih kecil dapat menerapkan operating holding system, dimana induk dapat terjun ke
dalam keputusan-keputusan operasional anak perusahaan. Semakin besar ukuran korporasi, holding
perlu bergeser dan berlaku sebagaisupporting holding, yang hanya mengambil keputusan-keputusan
penting dalam rangka mendukung anak-anak perusahaan supaya berkinerja baik. Semakin besar ukuran
korporasi, induk harus rela bertindak sebagai investment holding, yang tidak ikut dalam aktifitas, tetapi
semata-mata bertindak sebagai “pemilik” anak-anak perusahaan, menyuntik ekuitas dan pinjaman, dan
pada akhir tahun meminta anak-anak perusahaan mempertanggungjawabkan hasil kerjanya dan
menyetor dividen.

7. Masalah Serikat Pekerja


Era keterbukaan, yang diikuti dengan munculnya undang-undang ketenaga kerjaan yang terus
mengalami perubahan mendorong para buruh untuk semakin berani menyuarakan kepentingan mereka.
8. Perbaikan image korporasi
Korporasi sering mengganti logo perusahaan dalam rangka menciptakan image baru, atau memperbaiki
image yang selama ini melekat pada stakeholderskorporasi. Sebagai contoh, beberapa tahun lalu, PT
Garuda Indonesia mengganti logo perusahaan supaya image korporasi mengalami perubahan.

9. Fleksibilitas Manajemen
Manajemen seringkali merestrukturisasi diri supaya cara kerja lebih lincah, pengambilan keputusan lebih
cepat, perbaikan bisa dilakukan lebih tepat guna. Restrukturisasi ini biasanya berkaitan dengan
perubahan job description, kewenangan tiap tingkatan manajemen untuk memutuskan pengeluaran,
kewenangan dalam mengelola sumber daya (temasuk SDM), dan bentuk organisasi. PT Kimia Farma
melakukan restrukturisasi organisasi, dengan memisah unit apotik supaya manajemen menjadi semakin
lincah dan fokus beroperasi.

10. Pergeseran kepemilikan


Pendiri korporasi biasanya memutuskan untuk melakukan go public setelah si pendiri menyatakan diri
sudah tua, tidak sanggup lagi menjalankan korporasi seperti dulu. Perubahan paling sederhana adalah
mengalihkan sebagian kepemilikan kepada anak-anaknya. Tapi cara ini seringkali tidak cukup.

11. Akses modal yang lebih baik


PT Indosat menjual sebagian sahamnya di Bursa Efek New York (NYSE) dengan tujuan supaya akses
modal menjadi lebih luas. Dengan demikian, perusahaan tersebut tidak harus membanjiri BEJ dengan
sahamnya setiap kali membutuhkan modal. Sebagai dampak tindakan ini, struktur kepemilikan otomatis
berubah.

Anda mungkin juga menyukai