Anda di halaman 1dari 9

AKUNTANSI MANAJEMEN

QUALITY COST AND PRODUCTIVITY : MEASUREMENT, REPORTING AND


CONTROL

OLEH KELOMPOK IX :
PUTU BAGOES DHARMAYASA ANANDA PUTRA (1607522017)
I PUTU PANDE WDNYANA PUTRA (1607522023)
VERONICA DESIDERIA (1607522024)

JURUSAN MANAJEMEN NON REGULER


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah berjudul “ Quality Cost and Productivity : Measurement,
Reporting and Control ”. Terimakasih kami ucapkan kepada pihak yang telah berkontribusi
dalam menyelesaikan makalah ini, baik dalam sumbangsih materi maupun pemikiran. Selain itu,
terimakasih kepada Bapak Dosen I Made Jatra, SE., MM yang telah memberikan arahan dalam
menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu faktor penilaian di kelas. Harapan kedepan,
semoga makalah ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi
pembacanya.

Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, tentunya makalah ini jauh dari yang namanya
sempurna. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam
menyempurnakan makalah ini.

Denpasar, 16Februari 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa konsep productivity efficiency ?


2. Apa saja perbedaan antara technical dan allocative efficiency ?
3. Bagaimana cara menghitung produktivitas parsial dan total serta apa saja keunggulan dan
kelemahannya ?
4. Apa saja peranan pengukuran produktivitas dalam menilai activity improvement ?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui konsep productivity efficiency


2. Untuk mengetahui perbedaan antara technical dan allocative efficiency
3. Untuk mengetahui cara menghitung produktivitas parsial dan total serta mengetahui
keunggulan dan kelemahannya
4. Untuk mengetahui peranan pengukuran produktivitas dalam menilai activity improvement
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep productivity Efficiency


Produktivitas berkaitan dengan memproduksi output secara efisien, dan secara spesifik
mengacu pada hubungan antara outpun dan input yang digunakan untuk memproduksi output.
Biasanya, kombinasi atau bauran dari input yang berbeda-beda dapat digunakan untuk
memproduksi suatu tingkat output tertentu.
Barr, et al. (1999) membedakan konsep efisiensi ke dalam 2 kategori, yaitu productive
efficiency dan economic efficiency. Productive efficiency mengukur perbadingan tingkat input
terhadap tingkat output. Untuk menjadi efisien sebuah perusahaan harus memaksimalkan output
pada tingkat input tertentu atau meminimalkan input untuk tingkat output tertentu. Sementara itu,
economic efficiency mengandung pengertian yang lebih luas dari pada productive efficiency.
Konsep ini mencakup pengertian pemilihan yang optimal dari tingkat dan kombinasi (levels and
mixes) input dan output berdasarkan reaksi terhadap harga-harga pasar. Untuk menjadi efisien,
sebuah perusahaan harus berusaha mengoptimalkan pencapaian sasaran ekonomis (economic
goal), seperti minimalisasi biaya atau maksimalisasi keuntungan. Dalam hal ini, economic
efficiency menghendaki tercapainya productive efficiency dan allocative efficiency. Dari uraian
ini dapat dilihat bahwa Barr et al. mengemukakan tiga konsep efisiensi, yaitu productive
efficiency, allocative efficiency, dan economic efficiency.

2.2 Perbedaan Antara Technical dan Allocative Efficiency


Technical efficiency berkaitan dengan maksimalisasi output atau minimalisasi input
sementara allocative efficiency berkaitan dengan pemilihan kombinasi input yang yang tepat.
Berkaitan dengan ini, Farrel (1957) telah mengemukakan bahwa efisiensi sebuah perusahaan
terdiri dari dua komponen, yaitu: (1) technical efficiency, dan (2) allocative efficiency. Technical
efficiency menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mencapai tingkat output yang
maksimal pada tingkat input tertentu. Sedangkan allocative efficiency menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memilih kombinasi input yang optimal pada tingkat harga dan teknologi
tertentu. Selanjutnya kedua pengukuran ini dapat dikombinasikan untuk menghasilkan suatu
pengukuran yang lebih luas yang dikenal dengan “total economic efficiency,” atau cost
efficiency.
Tahap awal dari konsep efisiensi adalah technical efficiency yang memusatkan perhatian
pada kemampuan perusahaan menggunakan input dalam menghasilkan output dibandingkan
dengan best practice. Selanjutnya perhatian juga diarahkan pada kemampuan perusahaan untuk
memilih kombinasi yang optimal dari input pada tingkat output dan harga input tertentu sehingga
muncul konsep allocative efficiency. Kombinasi dari kedua pengukuran ini menghasilkan cost
efficiency atau X-efficiency. Bahkan beberapa peneliti, seperti Barr et al. dan Berger & Mester
sudah memasukkan kombinasi ini kedalam kategori economic efficiency meskipun ruang
lingkup pengertian economic efficiency ternyata berkembang lebih luas lagi. Tahap terakhir
adalah pengembangan konsep economic efficiency dengan mempertimbangkan aspek-aspek
lainnya seperti profit, ruang lingkup usaha (scope), dan skala usaha (scale).
2.3 Menghitung Produktivitas Parsial dan Total serta Mengidentifikasi Keunggulan dan
Kelemahan
Pengukuran produktivitas (productivity measurement) adalah penilain kuantitatif atas
perubahan produktivitas. Tujuan pengukuran ini adalah untuk menilai apakah efesiensi
produktif telah meningkat atau menurun. Pengukuran produktivitas dapat berupa actual atau
perspektif. Pengukuran produktivitas aktual memungkinkan manajer untuk menilai,
memantau, dan mengendalikan perubahan.
Pengukuran prospektif melihat ke masa depan, dan berguna sebagai input bagi pengambilan
keputusan strategis. Secara khusus, pengukuran prospektif memungkinkan para manajer
untuk membandingkan manfaat relatif diri berbagai kombinasi input, pemilihan input dan
bauran input yang memberikan manfaat terbesar. Pengukuran produktivitas dapat
dikembangkan untuk masing-masing input secara terpisah atau seluruh input secara
bersama-sama. Pengukuran produktivitas parsial (partial productivity measurement).
Definisi pengukuran prodktivitas parsial adalah produktivitas dari satu input tunggal
biasanya diukur dengan menghitung rasio output terhadap input.

Pengukuran Produksitivitas Parsial

Rasio produktivitas = output/input

Karena hanya produksitivitas dari satu input yang sedang diukur, maka ukuran itu disebut
pengukuran produktivitas parsial. Jika output dan input diukur dalam kuantitas fisik, maka
kita memperoleh ukuran produksitivitas operasional (operational productivity measure). Jika
output dan input dinyatakan dalam dolar, maka kita memperoleh ukuran produktivitas
keuangan (financial productivity measure). Sebagai contoh, misalkan pada tahun 2005,
Kankul Company memproduksi 120.000 mesin untuk AC window kecil dan menggunakan
40.000 jam tenaga kerja. Rasio produktivitas tenaga kerja adalah 3 mesin per jam
(120.000/40.000). ini adalah ukuran operasional karena unit-unit dinyatakan dalam bentuk
fisik. Jika harga jual untuk setiap mesin adalah $50 dan biaya tenaga kerja adalah $12 per
jam, maka output dan input apat dinyatakan dalam dolar. Rasio produktivitas tenaga kerja,
yang dinyatakan dalam bentuk keuangan, adalah $12,50 dari pendapatan per dolar biaya
tenaga kerja ($6.000.000/$480.000).

Ukuran-ukuran Parsial dan Pengukuran Perubahan Efesiensi Produktif


Rasio Produktivitas tenaga kerja sebesar tiga mesin per jam adalah ukuran produktivitas
Kankul pada tahun 2005, rasio tersebut menunjukkan sedikit informasi mengenai efesiensi
produktif atau apakah produktivitas perusahaan telah meningkat atau menurun. Namun,
dapat juga dibuat laporan mengenai peningkatan atau penurunan. Efesiensi produktivitas
melalui pengukuran perubahan dalam produktivitas. Untuk mengukur perubahan dalam
produktivitas, ukuran prroduktivitas yang aktual berjalan dibandingkan dengan ukuran
produktivitas periode sebelumnya. Periode sebelumnya ini disebut periode dasar (base
period) dan menjadi acuan atau standar bagi pengukuran perubahan efesiensi produktif.
Periode sebelumnya dapat ditentukan secara bebas. Misalnya, tahun sebelumnya, minggu
sebelumnya, atau bahkan periode di mana batch produk terakhir diproduksi. Untuk evaluasi
strategis, periode dasar yang biasanya dipilih adalah tahun sebelumnya. Untuk pengendalian
operasional, periode dasar cenderung mendekati periode berjalan-seperti batch produk
terakhir atau minggu sebelumnya.
Sebagi ilustrasi, anggaplah bahwa tahun 2005 adalah periode dasar dan standar
produktivitas tenaga kerja adalah tiga mesin per jam. Selanjutnya, anggaplah bahwa pada
akhir tahun 2005, kankul memutuskan untuk mencoba prosedur baru untuk memproduksi
dan merakit mesin dengan harapan bahwa prosedur baru itu akan menggunakan lebih sedikit
tenaga kerja. Pada tahun 2006, terdapat 150.000 mesin yang diproduksi menggunakan
37.500 jam tenaga kerja. Rasio produktivitas tenaga kerja untuk tahun 2006 adalah empat
mesin per jam (150.000/37.500). Perubahan yang terjadi merupakan peningkatan yang
signifikan dalam produktivitas tenaga kerja dan menjadi bukti keefektifan prosedur baru
tersebut.

Pengukuran Produktivitas Total


Pengukuran produktivitas dari seluruh input disebut pengukuran produktivitas total (total
productivity measurement). Perusahaan hanya mengukur produktivitas dari faktor-faktor
yang dianggap sebagai indikator relevan bagi keberhasilan dan kinerja perusahaan. Jadi,
pengukuran produktivitas total dapat didefinisikan sebagai pemfokusan perhatian pada
beberapa input yang menunjukkan keberhasilan perusahaan secara total. Pengukuran
produktivitas total mensyaratkan pengembangan dari pendekatan pengukuran multifaktor
yang umum disarankan dalam literatur produktivitas adalah menggunakan indeks
produktivitas agregat. Indeks agregat bersifat kompleks, sulit diinterpretasikan dan belum
diterima secara umum. Dua pendekatan yang telah memperoleh beberapa pengakuan adalah
pengukuran profil (profile measurement) dan pengukuran produktivitas yang berkaitan
dengan laba (profit-linked productivity measurement).
Keunggulan Ukuran Parsial
Unggulan parsial memungkinkan manajer untuk memfokuskan perhatiannya pada
penggunaan input tertentu. Penggunaan ukuran parsial memiliki keunggulan, yaitu mudah
diinterprestasikan oleh semua pihak di dalam perusahaan, sehingga ukuran tersebut mudah
digunakan untuk menilai kinerja produktivitas dari karyawan operasional. Tenaga kerja,
misalnya, dapat dihubungkan dengan unit yang diproduksi per jam atau unit yang di
produksi per pon (0,5 kilogram) bahan. Jadi, ukuran operasional parsial menyediakan
umpan balik yang dapat berhubungan dengan dan dipahami oleh karyawan operasional,
ukuran-ukuran yang berkaitan dengan input-input tertentu yang berada dalam kendali
mereka. Ini meningkatkan kemungkinan bahwa ukuran operasional parsial ini bias diterima
oleh personil operasional. Bahkan, untuk pengendalian operasional, standar kinerja
seringkali berjangka sangat pendek. Misalnya, standar kinerja dapat berupa rasio
produktivitas dari batch barang sebelumnya. Dengan menggunakan standar ini, tren
produktivitas untuk tahun berjalan dapat ditelusuri.

Kelemahan Ukuran Parsial


Ukuran parsial, yang digunakan secara terpisah, dapat menyesatkan. Penurunan
produktivitas suatu input mungkin diperlukan untuk meningkatkan produktivitas yang
lainnya. Trade-off seperti itu di perlukan jika biaya secara keseluruhannya turun, tetapi
pengaruh tersebut akan hilang jika digunakan ukuran parsial masing-masing. Misalnya,
mengubah proses agar tenaga kerja langsung menggunakan lebih sedikit waktu untuk
merakit sebuah produk mungkin akan meningkatkan sisa bahan baku dan limbah produksi
sementara output totalnya tidak berubah. Dalam hal ini, produktivitas tenaga kerja
meningkat, tetapi produktivitas penggunaan bahan baku menurun. Jika kenaikan biaya sisa
bahan baku dan limbah produksi melebihi penghematan dari pengurangan tenaga kerja,
maka produktivitas secara keseluruhan menurun.

2.4 Peranan Pengukuran Produktivitas Dalam Menilai Activity Improvement


1. Perusahaan dapat menilai efisiensi konversi sumber dayanya, agar dapat meningkatkan
produktivitas melalui efisiensi penggunaan sumber daya itu.
2. Perencanaan sumber daya akan menjadi lebih efektif dan efisien melalui pengukuran
produktivitas, baik dalam perencanaan jangaka pendek maupun jangka panjang.
3. Tujuan ekonomis dan non ekonomis dari perusahaan dapat diorganisasikan kembali
dengan cara memberikan prioritas tertentu yang dipandang dari sudut produktivitas.
4. Perencanaan target produktivitas di masa mendatang dapat dimodifikasi kembali
berdasarkan informasi pengukuran tingkat produktifitas sekarang.
5. Strategi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dapat ditetapkan berdasarkan
tingkat kesenjangan produktivitas (productivity gap) yang ada di antara tingkat produktivitas
yang direncanakan dan tingkat produktivitas yang diukur, dalam hal ini pengukuran
produktivitas akan memberikan informasi dalam mengidentifikasi masalah-masalah atau
perubahan-perubahan yang terjadi, sehingga korektif dapat diambil.
6. Pengukuran produktivitas perusahaan akan menjadi informasi yang bermanfaat dalam
membandingkat tingkat produktivitas di antara organisasi perusahaan industry sejenis serta
bermanfaat pula untuk informasi produktivitas industri pada skala nasionalmaupun global.
7. Nilai-nilai produktivitas yang dihasilkan dari suatu pengukuran dapat menjadi informasi
yang berguna untuk merencanakan tingkat keuntungan dari perusahaan tersebut.
8. Pengukuran produktivitas akan menciptakan tindakan-tindakan kompetitif berupa upaya-
upaya peningkatan produktivitas terus-menerus.
9. Pengukuran produktivitas terus-menerus akan memberikan informasi yang bermanfaat
untuk menentukan dan mengevaluasi kecenderungan perkembangan produktivitas
perusahaan dari waktu ke waktu.
10. Pengukuran produktivitas akan memberikan informasi yang bermanfaat dalam
mengevaluasi perkembangan dan efektivitas dari perbaikan terus-menerus yang dilakukan
perusahaan.
11. Pengukuran produktivitas akan memberikan motivasi kepada orang-orang untuk secara
terus-menerus melakukan perbaikan dan juga akan meningkatkan kepuasan kerja. Orang-
orang akan lebih memberikan perhatian kepada pengukuran produktivitas apabila dampak
dari perbaikan produktivitas itu terlihat jelas dan dirasakn oleh mereka.
BAB III
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai