Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Analisis biaya, volume, laba merupakan suatu alat yang sangat
berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. Karena analisis
biaya volume laba (CVP) menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas
yang terjual, dan harga, semua informasi keuangan perusahaan terkandung
di dalamnya. Analisis biaya volume laba dapat menjadi suatu alat yang
bermanfaat untuk mengidentifikasi cakupan dan besarnya kesulitan
ekonomi yang dihadapi suatu divisi dan membantu mencari
pemecahannya.
Analisis biaya vlume laba juga dapat mengatasi banyak isu lainnya
seperti jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai impas, dampak
pengurangan biaya tetap terhadap titik impas, dan dampak kenaikan harga
terhadap laba. Selain itu analisis biaya volume laba memungkinkan para
manajer untuk melakukan analisis sensitivitas dengan menguji dampak
dari berbagai tingkat harga atau biaya terhadap laba.
Analisis biaya volume laba merupakan suatu bagian integral dari
perencanaan keuangan dan pengambilan keputusan. Setiap akuntan dan
manajer harus mengenal seluruh konsep-konsepnya, bukan hanya
mekanikanya.

2. Rumusan Masalah
Dari latar belakanag di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini
yaitu :
a. Bagaimana definisi dan asumsi dasar analisis biaya volume laba?
b. Bagaimana hubungan di antara beberapa elemen biaya volume laba?
c. Bagaimana margin kontribusi dalam analisi biaya volume laba?
d. Bagaimana titik impas dalam analisis biaya volume laba?
e. Bagaimanana biaya diferensial dalam analisis biaya volume laba?

1
f. Bagaimana hubungan biaya diferensial dengan titik impas?
g. Bagaimana pengaruh biaya diferensial terhadap anggaran laba?
h. Bagaimana biaya konversi dalam analisis biaya volume laba?

3. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas maka tujuan pembuatan Makalah ini
yaitu:
a. Untuk mengetahui definisi dan asumsi dasar analisis biaya volume
laba
b. Untuk Mengetahui Analisis Hubungan antara biaya volume dan Laba
c. Untuk Mengetahui margin kontribusi dalam analisi biaya volume laba
d. Untuk Mengetahui titik impas dalam analisis biaya volume laba
e. Untuk Mengetahui biaya diferensial dalam analisis biaya volume laba
f. Untuk Mengetahui hubungan biaya diferensial dengan titik impas
g. Untuk Mengetahui pengaruh biaya diferensial terhadap anggaran laba
h. Untuk Mengetahui biaya konversi dalam analisis biaya volume laba

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Hubungan Di Antara Beberapa Elemen


Jumlah produk yang dihasilkan perusahaan di dalam suatu periode
tertentu akan memiliki hubungan langsung dengan besaranya biaya yang
dikelluarkan perusahaan. Dan besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan
tersebut pada saat di pertemukan dengan nilai penjualan dari produk yang
dihasilkan perusahaan pada suatu periode akan berpengaruh secara
langsung terhadap besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Analisis
untuk melihat hubungan diantara ketiga variabel tersebut itulah yang
disebut dengan analisis biaya-volume-laba.
Analisa biaya-volume-laba adlah suatu metode analisis untuk
melihat hubungan antara besarnya biaya yang dikeluarkan suatu
perusahaan dan besarnya volume penjualan serta laba yang diperoleh
pada suatu periode tertentu.
Analisis ini membantu manger untuk melihat hubungan antara 5
elemen berikut ini :
1. Harga produk yaitu harga yang di tetapkan di dalam suatu periode
tertentu secara konstan
2. Volume atau tingkat aktivitas yaitu besarnya produk yang dihasilkan
ataudi rencanakan akan di jual dalam suatu periode tertentu.
3. Biaya variabel perunit yaitu besarnya biaya produk yang dibebankan
secara langsung pada setiap unit barang yang di produksi.
4. Total biaya tetap yaitu keseluruhan biaya periodik di dalam suatu
periode tertentu
5. Bauran volume produk yang di jual yaitu proporsi volume relatif
produk-produk perusahaan yang akan dijual
Untuk melihat hubungan di antara kelima elemen tersebut terdapat
beberapa asumsi yang harus digunakan dalam melihat hubungan di antara
besarnya biaya dan volume serta laba yang akan di peroleh ,yaitu :

3
1. Harga jual produk yang konstan dalam cakupan yang relevan .berarti
harga jual setiap unit produk tidak berubah walaupun terjadi perubahan
volume penjualan
2. Biaya bersifat linear dalam rentang cakupan yang relevan dan dapat di
bagi secara akurat kedalam elemen biaya tetap dan biaya variabel.
Jumlah biaya variabel perunit konstan dan jumlah biaya tetap total juga
harus konstan.
3. Dalam perusahaan multi produk , bauran penjualannya tidak berubah .
4. Jumlah unit yang di produksi sama dengan jumlah unit yang di jual.
Berarti,jumlah persediaan tidak berubah.

2. Margin kontribusi
Marjin kontribusi adalah selisih antara nilai penjualan dengan
biaya variabelnya jumlah tersebut akan digunkan untuk menutup biaya
tetap dan menghasilkan laba periode tersebut.

Semakin besar marjin kontribusi yang dioperoleh perusahaan dari


setiap unit produk yang di jualnya,semakin cepat pula perusahaan trsebut
menutup biaya tetapnya dan mencapai laba yang di inginkan. Semakain
kecil margin kontribusi yang dihasilkan dari setiap unit produk yang
dihasilkannya ,semakin lama pula perusahaan tersebut menutup biaya
tetapnya dan mencapai laba yang di inginkan .
Berikut ini mungkin dapat memperjelas pemahaman tentang
hubungan penjualan, biaya variabel dan margin kontribusi yang telah
dibahas di atas.

PT.Mebelindo pratama merencanakan memproduksi meja komputer sebanyak


10.000 unit pertahun. Setiap unit meja direncanakan di jual dengan harga Rp
750.000. untuk memproduksi seluruh meja tersebut dianggarkan biaya tetap besar
Rp 900.000.000 sedangkan biaya variabel dari setiap unit produk dianggarkan
sebesar Rp 300.000.

4
Dengan harga jual sebesar Rp 750.000 per unit dan biaya tetap
sebesar Rp 900.000.000, maka perusahaan akan mengeluarkan biaya
variabel sebesar Rp 300.000 jika hanya di jual meja komputer sebanyak 1
unit. Hal ini akan mengakibatkan perusahaan memperoleh margin
kontribusu sebesar Rp 450.000. tetapi karena menanggung biaya tetap
sebesar Rp 900.000.000, maka perusahaan akan mengalami kerugian
sebesar Rp 899.550.000.

Jika penjualan di naikkan menjadi 10 unit ,perusahaan akan


memperoleh pendapatan dari penjualan produk sebesar Rp 7.500.000, dan
biaya variabel sebesar Rp 3. 000.000 harus dikeluarkan,dan ini dapat
mengakibatkan perusahaan memperoleh margin kontribusi sebesar Rp
4.500.000. tetapi karna perusahaan harus menanggung biaya tetap sebesar
Rp 900.000.000 maka perusahaan harus tetap mengalami kerugian sebesar
Rp 895.500.000.

Volume
Keterangan
1 unit 10 unit 100 unit 1.000 unit 1.500 unit
Penjualan 750.000 7.500.000 75.000.000 750.000.000 1.125.000.000
Biaya variabel (300.000) (3.000.000) (30.000.000) (300.000.000) (450.000.000)
Margin kontribusi 450.000 4.500.000 45.000.000 450.000.000 675.000.000
Biaya tetap (900.000.000) (900.000.000) (900.000.000) (900.000.000) (900.000.000)
Laba(rugi) usasha (899.550.000) (895.500.000) (855.000.000) (450.000.000) (225.000.000)

Jika penjualan di naikkan lagi menjadi 100 unit ,perusahaan akan


memperoleh pendapatan dari penjualan produk sebesar Rp 30.000.000
harus dikeluarkan, dan ini akan mengakibatkan perusahaan memperoleh
margin kontribusi sebesar Rp 45.000.000. tetapi karena perusahaan harus
menanggung biaya tetap sebesar Rp. 900.000.000, maka perusahaan harus
mengalami kerugian sebesar Rp.855.000.000.

5
Jika penjualan di naikkan lagi menjadi 1000 unit ,perusahhan akan
memperoleh pendapatan dari penjualan produk sebesar Rp 750.000.000
dan biaya variabel sebesar Rp 300.000.000 harus di keluarkan, sehingga
akan mengakibatkan perusahaan memperoleh margin kontribusi sebesar
Rp 450.000.000. tetapi perusahaan harus menanggung biaya tetap sebesar
Rp. 900.000.000, maka perusahaan harus mengalami kerugian sebesar Rp
225.000.000. walaupun margin kontribusi yang di peroleh sebesar Rp
675.000.000.

Tetapi pada saat penjulaln mencapai volume 2000 unit ,perusahaan


memperoleh pendapatan dari penjualan sebesar Rp 1.500.000.000, dan
biaya variabel yang di keluarkan sebesar Rp 600.000.000, sehingga
perusahaan memperoleh margin kontribusi sebesar Rp 900.000.000. karna
perusahaan harus menanggung biaya tetap sebesar Rp 900.000.000, maka
pada volume ini perusahaan tidak memperoleh laba sama sekali. Berarti ,
volume ini merupakan batas penjualan minimal agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.

volume
Keterangan
2000 unit
Penjualan 1.500.000.000.
Biaya variabel (600.000.000)
Margin kontribusi 900.000.000
Biaya tetap (900.000.000)
Laba(rugi) usaha 0

Pada saat penjualan lebih dari 2000 unit ,setiap sumbangan margin
kontribusi per unit berarti merupakan sumbangan terhadap laba
perusahaan. Atau setiap tambahan margin kontribusi di atas Rp
900.000.000 berarti tambahan terhadap laba usaha sebesar jumlah yang
sama.

6
Keterangan volume
2.001 unit 2.100 unit 5.000 unit 10.000 unit
Penjualan 1.500.750.000 1.575.000.000 5.750.000.000 7.500.000.000
Biaya variabel (600.300.000) (630.000.000) (1.500.000.0000) (3.000.000.000)
Margin kontribusi 900.450.000 945.000.000 2.250.000.000 4.500.000.000
Biaya tetap (900.000,000) (900.000.000) (900.000.000) (900.000.000)
Laba(rugi) usaha 450.000 45.000 1.350.000.000 3.600.000.000

Dari ilustrsasi tersebut jelas bahwa setiap perubahan volume


penjualan akan diikuti perubahan besarnya biaya variabel total yang
selanjutnya akan menghasilkan perubahan perolehan margin kontribusi.
Perubahan marjin kontribusi akan berefek langsung pada perubahan
perolehan laba usaha perusahaan.

3. Titik impas
Titik impas adalah volume penjualan yang harus dicapai
perusahaan agar perusahaan tidak mengalami kerugian tetapi juga tidak
memperoleh laba sama sekali.
Titik impas tersebut dapat di ketahui dengan membagi antara total
biaya tetap dengan rasio margin kontribusi. Dan itu berarti dapat di tulis
dengan rumus sebagai berikut :

Biaya Tetap Total


Biaya tetap =
1 Biaya Variabel
Penjualan
Biaya tetap di dalam rumus tersebut adalah biaya tetap keseluruhan
yang di keluarkan perusahaan untuk memproduksi keseluruhan produk di
dalam suatu periode tertentu . sedangkan biaya variabel adalah biaya
variabel per unit . dan penjualan produk tersebut adalah harga jual per unit
produk . dari hasil perhitungan tersebut akan diketahui suatu volume

7
tertentu yang merupakan nilai penjualan minimal yang harus di capai ,agar
perusahaan tidak mengalami kerugian.

4. Biaya diferensial
Biaya diferensial adalah berbagai perbedaan biaya di antara
sejumlah alternatif pilihan yang dapat di gunakan perusahaan .
Pada dasarnya biaya diferensial merupakan biaya tunai atau out-
of-pocket cost yaitu biaya memerlukan pengeluaran tunai saat ini atau
pada masa mendatang, yang harus terjadi apabila suatu proyek dilaksanakn
atau di perluas sampai melebihi ukuran yang di tentukan sebelumnya .
Analisis biaya diferensial digunakan untuk menentukan kenaikan
pendapatan, biaya dan margin laba sehubungan dengan beberapa
kemungkinan cara untuk menggunakan fasilitas tetap atau kapasitas yang
tersedia.

Terdapat dua kriteria penting agar suatu jenis biaya dapat


dikelompokkan sebagai biaya diferensial atau biaya relevan, yaitu:
1. Biaya tersebut merupakan biaya yang akan datang.
Biaya relevan bukanlah biaya yang telah dikeluarkan perusahaan
di masa lalu atau biaya historis, tetapi merupakan biaya yang akan
dikeluarkan perusahaan di masa mendatang. Data historis hanya
digunakan sebagai dasar untuk membuat prediksi tentang besarnya
biaya yang akan dikeluarkan perusahaan di masa mendatang untuk
suatu proyek tertentu, dan biaya historis itu sendiri tidak relevan
dengan keputusan yang diambil. Karena itu Sunk Cost, yaitu biaya
yang telah terjadi dan tidak dapat diubah dengan keputusan apapun,
baik saat ini maupun yang akan datang, tidak dapat dikelompokkan
sebagai biaya relevan.
2. Biaya tersebut berbeda di antara sejumlah alternatif.
Biaya yang akan dikeluarkan di masa mendatang harus
merupakan biaya yang berbeda di antara berbagai alternatif. Jika biaya
yang akan dikeluarkan perusahaan di masa mendatang tidak

8
memberikan perbedaan di antara berbagai alternatif yang ada, maka
biaya tersebut tidak dapat dikelompokkan sebagai biaya relevan,
misalnya biaya penyusutan aktiva tetap untuk bulan depan di mana
proyek akan dilaksanakan.

Manfaat Analisis Biaya Diferensial


Memang tidak setiap persoalan biaya di perusahaan dapat
diselesaikan dengan menggunakan analisis biaya relevan ini, tetapi
terdapat beberapa persoalan yang dapat diselesaikan dengan metode ini,
antara lain:
1. Menerima pesanan tambahan
Berikut ini contoh untuk membantu memperjelas pemanfaatan
analisis biaya diferensial dalam menyelesaikan persoalan menerima
atau menolak pesanan tambahan.

Kapasitas produksi PT. Panen Raya per bulan adalah sebesar 18.000 unit.
Pada bulan Januari 2007, perusahaan tersebut telah memproduksi dan menjual
10.000 unit dari produksinya di bulan tersebut dengan harga Rp14.000 per
unit. Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi 10.000 unit tersebut adalah
sebagai berikut:

Biaya bahan baku langsung Rp 20.000.000


Biaya tenaga kerja langsung Rp 35.000.000
Biaya overhead variabel Rp 15.000.000
Biaya overhead tetap Rp 24.000.000
Biaya pemasaran variabel Rp 10.000.000
Biaya pemasaran tetap Rp 4.000.000
Biaya administrasi Rp 9.000.000
#Total Rp117.000.000

Setelah menjual 10.000 unit produknya, salah satu langganan


PT. Panen Raya, yaitu PT. Pelangi, pada akhir bulan Januari 2007
mengajukan penawaran pembelian sebanyak 6.000 unit produk PT.
Panen Raya dengan harga Rp10.000 per unit. Bisakah tawaran tersebut
diterima? Mengapa?
Dari total biaya sebesar Rp117.000.000 yang dikeluarkan
perusahaan untuk memproduksi 10.000 unit produk tersebut,

9
perusahaan mengeluarkan biaya variabel sebesar Rp80.000.000 dan
biaya tetap sebesar Rp37.000.000. biaya tetap sebesar Rp37.000.000 itu
adalah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk kapasitas
produksi sebesar 18.000 unit per bulan. Sedangkan pada bulan Januari
2007, PT. Panen Raya baru memproduksi sebesar 10.000 unit.
Jika kemudian volume produksi perusahaan itu dinaikkan
menjadi 18.000 unit untuk bulan Januari, maka perusahaan tidak perlu
mengeluarkan biaya tetap tambahan lagi. Perusahaan cukup
mengeluarkan biaya tambahan untuk memproduksi 6.000 unit
tambahan tersebut. Untuk memproduksi 10.000 unit pertama,
perusahaan mengeluarkan biaya variabel total sebesar Rp80.000.000,
yang berarti biaya variabel per unitnya adalah sebesar Rp8.000. maka
untuk pesanan tambahan sebanyak 6.000 unit dikeluarkan biaya
tambahan sebesar Rp48.000.000 (6.000 unit x Rp8.000). jadi intinya,
suatu pesanan tambahan dengan harha lebih rendah yang diterima
perusahaan, selama dapat menghasilkan marjin kontribusi positif, maka
pesanan tambahan tersebut dapat diterima. Dalam kasus ini, maka
marjin kontribusi yang diterima perusahaan adalah sebesar Rp2.000 per
unit (Rp10.000-Rp8.000).

Keterangan Penualan Penjualan Penjualan


Semula Tambahan Total
(10.000 unit) (6.000 unit) (16.000 unit)
Penjualan 140.000.000 60.000.000 200.000.000
Biaya bahan langsung 20.000.000 12.000.000 32.000.000
Biaya tenaga kerja langsung 35.000.000 21.000.000 56.000.000
Biaya overhead variabel 15.000.000 9.000.000 24.000.000
Biaya overhead tetap 24.000.000 24.000.000
Biaya pemasaran variabel 10.000.000 6.000.000 16.000.000
Biaya pemasaran tetap 4.000.000 4.000.000
Biaya administrasi tetap 9.000.000 9.000.000
Laba usaha 23.000.000 12.000.000 35.000.000

10
Jadi, jelas bahwa keputusan untuk menjual 6.000 produk
tambahan dengan harga jual yang lebih rendah tersebut adalah tepat,
karena baik nilai marjin kontribusinya itu positif maupun perolehan
laba totalnya tetap bertambah besar.

2. Menurunkan harga pesanan khusus


Berikut ini contoh untuk memperjelas pemahaman tentang
pertimbangan menurunkan harga pesanan khusus.

Kapasitas produksi PT. Cemerlang Sejati adalah sebesar 140.000 unit per tahun.
Sampai akhir bulan Oktober 2006, perusahaan tersebut baru memproduksi dan
menjual 10.000 unit produknya dengan harga Rp15.000 per unit. Biaya yang
dikeluarkan untuk memproduksi 100.000 unit tersebut adalah sebagai berikut:

Biaya bahan baku langsung Rp 200.000.000


Biaya tenaga kerja langsung Rp 350.000.000
Biaya overhead variabel Rp 150.000.000
Biaya overhead tetap Rp 240.000.000
Biaya pemasaran variabel Rp 100.000.000
Biaya pemasaran tetap Rp 40.000.000
Biaya administrasi Rp 90.000.000
#Total Rp1.170.000.000

Pada akhir bulan Oktober 2006, PT. Mitra Karya salah satu langganan PT.
Cemerlang Sejati memesan sebanyak 40.000 unit produk dengan spesifikasi
khusus. PT. Mitra Karya meminta agar pesanannya diberi aksesori tambahan
dan dengan kemasan khusus yang berbeda dengan kemasan yang biasa
digunakan oleh PT. Cemerlang Sejati, PT. Mitra Karya menawarkan harga beli
maksimal sebesar Rp12.000 per unit untuk pesanannya tersebut. Sedangkan
biaya tambahan yang harus dikeluarkan pleh PT. Cemerlang Sejati untuk
menambah aksesori dan kemasan khusus tersebut adalah sebesar Rp1.200 per
unit ditambah biaya sewa mesin kemasan sebesar Rp32.000.000. bisakah
tawaran tersebut diterima? Mengapa?

Untuk memproduksi 100.000 unit produk biaya yang


dikeluarkan PT. Cemerlang Sejati adalah Rp370.000.000. kalaupun
volume produksinya dinaikkan menjadi 140.000 unit, biaya tetap total
yang dikeluarkan tidak akan berubah. Jadi untuk memproduksi 40.000

11
unit tambahan tersebut, perusahaan tinggal menambah biaya relevan
saja, dalam hal ini adalah seluruh biaya variabel ditambah dengan
pengeluaran tambahan untuk memproduksi 40.000 unit tambahan
tersebut.
Penualan Penjualan Penjualan
Keterangan Semula Tambahan Total
(100.000 unit) (40.000 unit) (140.000 unit)
Penjualan 1.500.000.000 480.000.000 1.980.000.000
Biaya bahan langsung 200.000.000 80.000.000 280.000.000
Biaya tenaga kerja langsung 350.000.000 140.000.000 490.000.000
Biaya overhead variabel 150.000.000 60.000.000 210.000.000
Biaya overhead tetap 240.000.000 240.000.000
Biaya pemasaran variabel 100.000.000 40.000.000 140.000.000
Biaya pemasaran tetap 40.000.000 40.000.000
Biaya administrasi tetap 90.000.000 90.000.000
Biaya tambahan:kemasan&aksesori 48.000.000 48.000.000
Biaya tambahan:sewa mesin 32.000.000 32.000.000
Laba usaha 330.000.000 80.000.000 410.000.000

Biaya tambahan yang harus dikeluarkan perusahaan untuk


memproduksi 40.000 unit tambahan tersebut adalah sebesar
Rp80.000.000 (aksesori&kemasan+ongkos sewa mesin = 40.000 unit x
1.200 ditambah Rp32.000.000). ternyata dengan metode perhitungan
dengan menggunakan biaya relevan tersebut, perusahaan tetap
memperoleh marjin kontribusi sebesar Rp80.000.000. sedangkan secara
keseluruhan, perusahaan tetap memperoleh laba usaha yang lebih besar,
yaitu sebesar Rp410.000.000 jika menerima pesanan tambahan tersebut
dibandingkan Rp330.000.000 jika menolak pesanan tambahan tersebut.

3. Keputusan untuk memproduksi sendiri atau membeli


Umumnya sebuah perusahaan manufaktur membeli bahan baku
dan kemudian memprosesnya menjadi produk jadi. Artinya, sebuah
perusahaan manufaktur memang memiliki kegiatan utama
memproduksi suatu jenis produk tertentu. Tetapi adakalanya sebuah

12
perusahaan manufaktur dihadapkan pada suatu pilihan untuk sendiri
produknya seperti semula atau memebeli kepada pihak lain.
Berikut ini contoh untuk memperjelas pemahaman tentang
pertimbangan untuk membuat sendiri produk perusahaan atau membeli
produk dari perusahaan lain.

Kapasitas produksi PT. Mitra Usaha adalah sebesar 100.000 unit per tahun.
Pada akhir bulan Oktober 2008, perusahaan mengikat kontrak penjualan
dengan Departemen Pertanian RI untuk menjual produknya sebanyak 100.000
unit dengan harga Rp15.000 per unit selama tahun 2009 mendatang. Biaya
yang dianggarkan untuk memproduksi 100.000 unit tersebut adalah sebagai
berikut:

Biaya bahan baku langsung Rp 200.000.000


Biaya tenaga kerja langsung Rp 350.000.000
Biaya overhead variabel Rp 150.000.000
Biaya overhead tetap Rp 240.000.000
Biaya pemasaran variabel Rp 100.000.000
Biaya pemasaran tetap Rp 40.000.000
Biaya administrasi Rp 90.000.000
#Total Rp1.170.000.000

PT. Panah Merah, sebuah perusahaan yang memproduksi produk yang sama
dengan PT. Mitra Usaha, menawarkan menjual produknya produk kepada PT.
Mitra Usaha dengan harga Rp9.500 per unitnya. Jika tawaran ini diterima, PT.
Mitra Usaha tinggal membelinya dan PT. Panah Merah dan menjualnya
kepada Departemen Pertanian. Keputusan apakah sebaiknya yang harus
diambil oleh manajemen PT. Mitra Usaha, membeli dari PT. Panah Merah
atau memproduksi sendiri produk tersebut? Mengapa?

Keterangan Memproduksi Membeli dari


Sendiri Pihak Lain
Penjualan 1.500.000.000 1.500.000.000
Biaya bahan lansung 200.000.000 0
Biaya tenaga kerja langsung 350.000.000 0
Biaya overhead variabel 150.000.000 0
Biaya overhead tetap 240.000.000 240.000.000
Biaya pemasaran variabel 100.000.000 0
Biaya pemasaran tetap 40.000.000 40.000.000

13
Biaya administrasi tetap 90.000.000 90.000.000
Pembelian produk 950.000.000
Laba usaha 330.000.000 180.000.000
Dari tabel diatas terlihat bahwa PT. Mitra Usaha mmproduksi
sendiri produknya dan menjualnya dengah harga Rp 15.000 per unit,
akan menghasilkan laba usaha sebesar Rp 330.000.000 . sedangkan jika
jik membelinya dari PT. Panah Merah dengah harga Rp 9.500 per unit
hanya akan mengjasilkan laba usaha sebesar Rp 180.000.000. Hal itu
terjadi karna PT. Mitra Usaha harus menanggung seluruh biaya tetap
yang ada ditambah harus membeli produk jadinya dari PT. Panah
Merah denan nilai Rp 950.000.000 ( 9.500 x 100.000 ).

Membeli dari Pihak Lain


Memproduksi
Keterangan Mesin tidak Mesin Produksi
Sendiri
digunakan desewakan ekstra
1.500.000.000 1.500.000.000 1.500.000.000 1.500.000.000 2.100.000.000
Pendapatan sewa 0 0 200.000.000 0
Biaya bahan lansung 200.000.000 0 0 80.000.000
Biaya tenaga kerja langsung 350.000.000 0 0 140.000.000
Biaya overhead variabel 150.000.000 0 0 60.000.000
Biaya overhead tetap 240.000.000 240.000.000 240.000.000 240.000.000
Biaya pemasaran variabel 100.000.000 0 0 40.000.000
Biaya pemasaran tetap 40.000.000 40.000.000 40.000.000 40.000.000
Biaya administrasi tetap 90.000.000 90.000.000 90.000.000 90.000.000
Pembelian produk 950.000.000 950.000.000 950.000.000
Laba usaha 330.000.000 180.000.000 380.000.000 460.000.000

Jika perusahaan memutuskan untuk memproduksi sendiri


produknys, maka laba usaha yang akan diperoleh sebesar Rp
330.000.000.
Jika perusahaan memebeli produknya dari PT. Panah Merah dan
fasilitas produksinya tidak digunakan sama sekali, perusahaan tidak
perlu mengeluarkan biaya variabel dan hanya mengeluarkan biaya

14
tetapnya saja ditambah dengan pembelian produk jadi perusahaan yang
akan menghasilkan laba usaha sebesar Rp 180.000.000.
Jika perusahaan membeli dari PT. Panah Merah sebanyak
100.000 unit produk untuk dijual kepada Departemen Pertanian dan
kemudian fasilitas produksi yang tidak terpakai disewakan kepada
pihak lain dengan pendapatan sewa sebesar Rp 200.000.000 per tahun
maka PT. Mitra Usaha akan memperoleh laba sebesar Rp 380.000.000.
Jika perusahaan memilih untuk menggunakan fasilitas
produksinya yang tidak terpakai untuk memproduksi produk tambahan
sebesar 40.000 unit, maka perusahaan harus mengeluarkan biaya
tambahan berupa biaya variabel per unit dikalikan dengan 40.000 unit
tersebut. Sedangakan pendapatan yang akan diperoleh perusahaan juga
akan bertambah sebesar Rp 600.000.000 ( Rp 15.000 x 40.000 unit ),
sehingga pendapatn total sebesar Rp 2.100.000.000. Alternatif ini
mengakibatkan perusahaan memiliki peluang memperoleh lsbs usaha
sebesar Rp 460.000.000. Tetapi pilihan ini akan sangat ditentukan
keberhasilanya oleh kemampuan bagian pemasaran menjual produk
tambahan tersebut.

4. Keputusan untuk meneruskan atau menghentikan operasi


Adakalanya , perusahaan dihadapkan pada situasi dimana
aktivitas operasi mengalami kerugian terus dan tidak bisa dihindarkan
sehingga pihak manajemen mulai mempertimbangakan untuk menutup
operasinya untuk sementara diwilayah pemasaran tertentu akibat
kerugian tersebut.
Berikut ini contoh untuk memperjelas pemahaman tentang
keputusan yang harus diambil manajemen perusahaan untuk
meneruskan aktivitas produksi atau menghentikan produksi jika
mengalami kerugian jangka panjang.

15
Salah satu cabang perusahaan PT. Mitra Usaha yang terletak di Batam
memiliki kapasitas produksi sebesar 100.000 unit per tahun. Taksiran biaya
yang akan dikeluarkan untuk memproduksi 100.000 tersebut pada tahun
2009 mendatang adalah sebagai berikut:

Biaya bahan baku langsung Rp 200.000.000


Biaya tenaga kerja langsung Rp 350.000.000
Biaya overhead variabel Rp 150.000.000
Biaya overhead tetap Rp 240.000.000
Biaya pemasaran variabel Rp 100.000.000
Biaya pemasaran tetap Rp 40.000.000
Biaya administrasi Rp 90.000.000
#Total Rp1.170.000.000

Sejak tahun 2004 perusahaan ini mengalami kerugian terus-menerus.


Kerugian tersebut disebabkan karena ketidakmampuan perusahaan menjual
dengah harga di atas Rp 12.000 per unit , tetapi hanya mampu menjual
dengan maksimal sebesar Rp 10.500 per unitnya, akibat persaingan yang
ketat, karena para pesaing menjual produknya kurang dari Rp 10.500 per
unit. Pada akhir bulan November 2008, manajemen PT. Mitra Usaha
mempertimbangkan untuk menutup cabang Batam tersebut pada awal tahun
2009 mendatang. Benarkah keputusan menutup cabang batam tersebut ?
Mengapa ?

Keterangan Terus Beroperasi Ditutup


Penjualan 1.050.000.000 0
Biaya bahan lansung 200.000.000 0
Biaya tenaga kerja langsung 350.000.000 0
Biaya overhead variabel 150.000.000 0
Biaya overhead tetap 240.000.000 240.000.000
Biaya pemasaran variabel 100.000.000 0
Biaya pemasaran tetap 40.000.000 40.000.000
Biaya administrasi tetap 90.000.000 90.000.000
Laba usaha (120.000.000) (370.000.000)

16
Jika perusahaan tetap beroperasi dengan tingkat efisiensi yang
tidak berubah dan harga jual tetap sebesar Rp 10.500 per unitnya, maka
jellas setiap tahun PT. Mitra Usaha cabang Batam akan mengalami
kerugian sebesar Rp 120.000.000. Tetapi jika perusahaan ditutup dan
menghentikanseluruh aktivitas produksi, maka perusahaan tidak akan
memperoleh pendapatan sedangkan biaya tetap yang harus ditanggung
sebesar Rp 370.000.000 sehingga jika perusahaan menghemtikan
produksi maka kerugian yang harus ditanggung sebesar Rp
370.000.000.
Jika dalam contoh kasus sebelumnya , alternatif menghentikan
aktivitas produksi mengakibatkan perusahaan dapat menghindarkan
sebesar 60% biaya tetapnya jika fasilitas produksinya tidak
menggunakan sama skali atau menyewa fasilitas produksinya kepada
pihak lain yang akan menghasilkan pendapatan sewa sebesar Rp
175.000.000 per tahun dan dapatn menghindarkan biaya tetap sebesar
30%, maka perhitungan biaya diferensial menunjukan hasl sebagau
berikut :
Ditutup
Keterangan Terus Produksi Tanpa
Disewakan
Kegiatan
Penjualan 1.050.000.000 0 0
Pendapatan Sewa 0 175.000.000 0
Biaya bahan lansung 200.000.000 0 0
Biaya tenaga kerja langsung 350.000.000 0 0
Biaya overhead variabel 150.000.000 0 0
Biaya overhead tetap 240.000.000 168.000.000 96.000.000
Biaya pemasaran variabel 100.000.000 0 0
Biaya pemasaran tetap 40.000.000 28.000.000 16.000.000
Biaya administrasi tetap 90.000.000 63.000.000 36.000.000
Laba usaha (120.000.000) (84.000.000) (148.000.000)

17
5. Keputusan menjual langsung atau memproses lebih lanjut
Perusahaan yang menghasilkan suatu produk tertentu terkadang
memiliki peluang unyuk menjual produknya tersebut secara langsung
atau memprosesnya lebih lanjut dengan harga jual lebih tinggi.
Berikut ini contoh untuk memperjelas pemahaman tentang
keputusan yang harus diambil manajemen perusahaan untuk menjual
produknya dalam kondisi tertentu atau meneruskan proses
produksinya.

PT. Sandang Indah adalah sebuah perusahaan produsen kain tenun yang
berlokaksi di Surabaya. Kapasitas produksi perusahaan ini dalam saty tahun
sebesar 100.000 meter kain. Fasilitas produksi yang dimiliki perusahaan
memungkinkan bagi perusahaan untuk memproses lebih lanjut kain
tenunan produk perusahaan menjadi pakain jadi untuk anak-anak, pakaian
jadi pria dewasaa, dan pakaia wanita.
Jika dijual langsung dalam bentuk kain tenunan, setiap meter kain memiliki
harga jual sebesar Rp 45.000 sedangkan untuk menghasilkan 100.000 meter
kain dibutuhkan biaya sebesar :
Biaya bahan baku langsung Rp 1.500.000.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 200.000.000
Biaya overhead variabel Rp 400.000.000
Biaya overhead tetap Rp 1.000.000.000
Biaya pemasaran variabel Rp 150.000.000
Biaya pemasaran tetap Rp 300.000.000
Biaya administrasi Rp 250.000.000
#Total Rp3.800.000.000

Pihak manajemen PT. Sandang Indah sedang mempertimbangkan


untuk menjual produknya (kain tenun) secara langsung atay memprosesnya
lebih lanjut menjadi pakain jadi. Jika diproses lebih lanjuy, maka harga
jualnya dapat ditingkatkan. Harga jual pakaian anak adalah sebesar Rp
95.000 per unit. Harga jual kemeja priasebesar Rp 120.000 per unit dan
harga jual pakaian wanita sebesar Rp 150.000 per unitnya. Jika seluruh kain
hasil produksi perusahaan digunakan untuk memproduksi pakaian anak saja

18
akan dapat dihasilkan 60.000 unit pakaian. Jika produksi kemeja pria saja
akan dapat dihasilkan 50.000 unit pakaian. Sedangkan jika digunakan untuk
produksi pakaian wanita saja akan dapat menghasilkan 40.000 unit pakaian.
Perusahaan juga mempertimbangkan untuk memproses lebih lanjut menjadi
gabungan produk pakaian anak, pakaian wanita sekaligus kemeja pria.
Untuk memproduksi lebih lanjut menjadi pakaianjadi, dibutuhkan
biaya tambahan per unit pruduk sebesar :

Keterangan Kemeja Pakaian


Pakaian anak
pria wanita
Biaya bahan baku langsung 4.000 3.000 5.000
Biaya tenaga kerja langsung 5.000 4.000 6.000
Biaya overhead variabel 1,5000 1.5000 1.500

Pilihan apakah yang harus diambil manajemen PT. Sandan Indah :


1. Menjual produknya dalam bentuk kain tenun?
2. Memproses kain tenun dan menjual produknya dalam bentuk
pakaian anak?
3. Memproses kain tenun dan menjual produknya dalam bentuk
kemeja pria?
4. Memproses kain tenun dan menjual produknya dalam bentuk
pakaian wanita?

Jika perusahaan memilih untuk menjual produknya dalam


bentuk kain saja tanpa memprosesnya lebih lanjut, maka perusahaan
akan memperoleh laba usaha sebesar Rp 700.000.000. \
Jika perusahaan memilih memproses kain menjadi 60.000 stel
pakaian anak, perusahaan harus menambah beberapa biaya yang
relevan dengan keputusan tersebut. Biaya tenaga kerja langsung,
misalnya, bertambah menjadi Rp 440.000.000 (Rp 200.000.000 +
(60.000 x 4.000)). Sedangkan biaya overhead variabel berubah menjadi
Rp 700.000.000 ( Rp 400.000.000 + (60.000 x 5.000)). Dan biaya
pemasaran variabel berubah menjadi Rp 240.000.000 ( Rp 150.000.000

19
+ (60.000 x 1.500)). Pilihan ini menghasilkan laba usaha sebesar Rp
1.270.000.000.
Jika perusahan memilih memproses kain menjadi 50.000 stel
kemeja pria, perusahaan harus menambah beberapa biaya yang relevan
dengan keputusan tersebut. Biaya tenaga kerja langsung misalnya,
bertambah menjadi Rp 350.000.000 ( Rp 200.000.000 + (50.000 x
3.000)). Sedangkan biaya overhead variabel berubah menjadi Rp
600.000.000 ( Rp 400.000.000 + (50.000 x 4.000)). Dan biaya
pemasaran variabel berubah menjadi Rp 225.000.000 ( Rp 150.000.000
+ (50.000 x 1.500 )). Pilihan ini menghasilkan laba usaha sebesar Rp
1.775.000.000.

Membeli dari Pihak Lain


Memproduksi
Keterangan Mesin tidak Mesin Produksi
Sendiri
digunakan desewakan ekstra
Penjualan 4.500.000.000 5.700.000.000 6.000.000.000 6.000.000.000
Biaya biaya :
-Biaya bahan lansung 1.500.000.000 1.500.000.000 1.500.000.000 1.500.000.000
-Tenaga kerja langsung 200.000.000 440.000.000 350.000.000 400.000.000
-Overhead variabel 400.000.000 700.000.000 600.000.000 640.000.000
-Overhead tetap 1.000.000.000 1.000.000.000 1.000.000.000 1.000.000.000
-Pemasaran variabel 150.000.000 240.000.000 225.000.000 210.000.000
-Pemasaran tetap 300.000.000 300.000.000 300.000.000 300.000.000
-Aadministrasi tetap 250.000.000 250.000.000 250.000.000 250.000.000
Laba usaha 700.000.000 1.270.000.000 1.775.000.000 1.700.000.000

Jika perusahaan memilij memproses kain menjadi 60.000 stel


pakaian wanita, perusahaan harus menambah beberapa biaya yang
relevan dengan keputusan tersebut. Biaya tenaga kerja langsung
misalnya, bertambah menjadi Rp 400.000.000 (Rp 200.000.000 +
(40.000 x 5.000)). Sedangkan biaya overhead variabel berubah menjadi
Rp 640.000.000 ( R 400.000.000 + (40.000 x 6.000)). Dan biaya
pemasaran variabel berubah menjadi Rp 210.000.000 (Rp 150.000.000

20
+ (40.000 x 1.500)). Pilihan ini menghasilkan laba usaha sebesar Rp
1.700.000.000.

5. Hubungan Dengan Titik Impas


Titik impas adalah volume penjualan yang dicapai perusahaan
dimana perusahaan tidak memperoleh laba sama sekali. Pada volume
penjualan impas ini, perusahaan tidak mengalami kerugian, seluruh biaya
tetap yang dikeluarkan perusahaan dalam kapasitas produksi yang
direncanakan telah dibebankan pada volume impas tersebut. Itu berarti,
perusahaan dapat menghitung biaya produknya hanya dengan menghitung
biaya variabelnya. Itu berarti, harga jual yang murah hanya menghitung
variabelnya saja. Jadi, volume impas merupakan titik awal volume
penjualan alternatif.
Berikut ini contoh pemanfaatan analisis biaya diferensial dalam
menyelesaikan persoalan menerima atau menolak pesanan tambahan.

Kapasitas produksi PT. Mutiara Niaga per tahun adalah sebesar 180.000 unit.
Untuk tahun mendatang perusahaan merencanakan untuk menjual produknya
dengan harga Rp 15.000 per unit. Biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi
180.000 unit tersebut adalah sebagai berikut :

- Biaya Bahan Baku Langsung Rp 540.000.000


- Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 630.000.000
- Biaya Overhead Variabel Rp 270.000.000
- Biaya Overhead Tetap Rp 350.000.000
- Biaya Pemasaran Variabel Rp 180.000.000
- Biaya Pemasaran Tetap Rp 150.000.000
- Biaya Administrasi Rp 100.000.000
Total Rp 2.220.000.000

Berdasarkan pengalaman masa lalu, manajemen PT.Mutiara Niaga selalu


memperoleh pesanan khusus dengan harga tawaran yang lebih rendah. Misalnya
saat ini, perusahaan memperoleh pesanan dari PT.Koinmas, sebuah perusahaan

21
distributor penting di wilayah Sulawesi PT.Koinmas menawar untuk membeli
produk PT.Mutiara Niaga dengan harga Rp 12.000 per unit. Produk PT.Mutiara
Niaga lebih banyak dipasarkan di Pulau Jawa dan Bali karena, mereka menguasai
lebih dari 60% pangsa pasar di wilayah ini. Di wilayah Sulawesi PT.Mutiara
Niaga belum dapat memasarkan produknya dengan baik karena persaingan yang
ketat dengan produsen lainnya. PT.Koinmas bersedia membeli produk
PT.Mutiara Niaga dalam jumlah berapapun asal harga Rp 12.000 per unit tersebut
dapat dikabulkan. Jika tawaran PT.Koinmas ini diterima, maka dapat dipastikan
pemasaran produk PT.Mutiara Niaga di wilayah Sulawesi akan terjamin dan
dapat menembus pasar Sulawesi yang selama ini sulit dilakukan oleh tim
pemasaran perusahaan. Sedangkan manajemen perusahaan memiliki keinginan
besar untuk menguasai pasar Sulawesi.
Bisakah tawaran PT.Koinmas diterima? Jika diterima, mulai volume
penjualan berapakah dan berapa banyak produk yang harus dijual kepada
PT.Koinmas?

Biaya Tetap Total


Titik Impas =
Biaya Variabel
1
Penjualan

600.000.000
Titik Impas =
9.000
1
15.0000

= 1.500.000.000

1.500.000.000
Titik Impas dalam unit =
15.000

= 100.000 unit

Karena titik impas dicapai pad volume penjualan sebesar 100.000


unit, maka berarti pada volume penjualan inilah perusahaan tidak akan
mengalami rugi. Dan jika keinginan menguasai pasar di wilayah Sulawesi,
maka perusahaan dapat menjual kepada PT.Koinmas sebanyak 80.000

22
unit, yaitu sebanyak volume kapasitas produksi dikurangi dengan volume
penjualan impas.

6. PENGARUH TERHADAP ANGGARAN LABA


Anggaran disusun dengan beberapa asumsi dasar, salah satunya
adalah harga telah ditetapkan pada suatu tingkat tertentu. Jika dalam
pelaksanaanya perusahaan mengubah harga jual menjadi lebih rendah,
maka akan berpengaruh langsung terhadap perolehan laba perusahaan.
Laba usaha yang dianggarkan tdiak akan tercapai. Tetapi jika perusahaan
mempertimbangkan faktor lain seperti menguasai pasar di wilayah tertentu
maka, laba yang tidak tercapai akan ditolerir. Dengan harapan, setelah
pasar dikuasai, perusahaan dapat merubah kebijakan penjualannya pada
waktu mendatang.
Berikut ini contoh keputusan untuk menjual sebanyak 80.000 unit
kepada PT.Koinmas dengan harga Rp 12.000 per unit pasti menyebabkan
perusahaan tidak akan mencapai laba yang dianggarkan sebelumnya.

Keterangan Anggaran Realisasi


Penjualan 2.700.000.000 2.460.000.000
BIaya-biaya:
- Bahan Baku Langsung 540.000.000 540.000.000
- Tenaga KErja Langsung 630.000.000 630.000.000
- Overhead Variabel 270.000.000 270.000.000
- Overhead Tetap 350.000.000 350.000.000
- Pemasaran Variabel 180.000.000 180.000.000
- Pemasarn Tetap 150.000.000 150.000.000
- Administrasi & Umum 100.000.000 100.000.000
Laba Usaha 480.000.000 240.000.000

23
Anggaran Realisasi
Keterangan
(110.000 unit) (180.000 unit)
Penjualan 1.650.000.000 2.460.000.000
Biaya-biaya:
- Bahan Baku Langsung 330.000.000 540.000.000
- Tenaga Kerja Langsung 385.000.000 630.000.000
- Overhead Variabel 165.000.000 270.000.000
- Overhead Tetap 350.000.000 350.000.000
- Pemasaran Variabael 110.000.000 180.000.000
- PEmasaran Tetap 150.000.000 150.000.000
- Administrasi & Umum 100.000.000 100.000.000
Laba Usaha 90.000.000 240.000.000

Jadi, keputusan untuk menjual 80.000 unit produk perusahaan


untuk wilayah Sulawesi dengan harga yang lebih rendah malah
mengakibatkan perolehan laba usaha yang lebih tinggi dibandingkan
dengan anggaran sebelumnya.

7. Biaya Konversi
Jika suatu perusahaan memproduksi 2 produk dengan masing-
masing biaya yang berbeda tetapi untuk jumlah laba yang sama, maka
perusahaan harus melihat komposisi biaya di antara kedua produk. Dengan
melihat dan menganalisis komposisi biaya masing-masing produk tersebut,
perusahaan dapat memilih untuk memproduksi salah satu produk saja yang
memberikan keuntungan total yang lebih besar bagi perusahaan. Contoh
metode biaya konversi dalam menetapkan harga jual.

24
PT.Kuncimas adalah sebuah perusahaan produsen barang elektronik. Perusahaan
ini menghasilkan 2 produk A dan B. Perusahaan memproduksi A sebanyak
20.000 unit dan B sebanyak 20.000 unit dengan harga jual masing-masing Rp
5.000 per unit. Meskipun harga juanya sama tetapi kedua barang ini memiliki
komposisi biaya produksi yang berbeda. Prediksi penjualan dan biaya yang
dikeluarkan :
Produk
Keterangan Total
A B
Penjualan 100.000.000 100.000.000 200.000.000
Biaya Bahan Baku 40.000.000 20.000.000 60.000.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 20.000.000 30.000.000 50.000.000
Biaya Overhead Variabel 20.000.000 10.000.000 30.000.000
Biaya Overhead Tetap 10.000.000 30.000.000 40.000.000
Laba Kotor 10.000.000 10.000.000 20.000.000

Total penjualan dari keduan produk tersebut adalah sebesar Rp


200.000.000 dengan biaya total sebesar Rp 180.000.000, sehingga
menghasilkan laba kotor sebesar Rp 20.000.000.

Produk
Keterangan Total
A B
Penjualan 200.000.000 0 200.000.000
Biaya Bahan Baku 80.000.000 0 80.000.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 40.000.000 0 40.000.000
Biaya Overhead-Variabel 40.000.000 0 40.000.000
Biaya Overhead-Tetap 10.000.000 0 10.000.000
Laba Kotor 30.000.000 0 30.000.000

Tabel diatas menjelaskan jika seluruh sumber daya yang ada


digunakan hanya untuk menghasilkan produk A saja, dan produk B
dihentikan produksinya, maka jumlah produksi A akan dapat ditingkatkan
2 kali lipat dari volume produksi sebelumnya. Dan peningkatan produksi
ini akan menghasilkan penjualan sebesar Rp 200.000.000 dan peningkatan

25
masing-masing jenis biaya sebesar 2 kali lipat, kecuali biaya overhead
tetap.

Produk
Keterangan Total
A B
Penjualan 0 200.000.000 200.000.000
Biaya Bahan Baku 0 40.000.000 40.000.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 0 60.000.000 60.000.000
Biaya Overhead-Variabel 0 20.000.000 20.000.000
Biaya Overhead-Tetap 0 30.000.000 30.000.000
Laba Kotor 0 50.000.000 50.000.000

Tabel diatas menjelaskan jika seluruh sumber daya hanya


digunakan untuk menghasilkan produk B saja, dan produk A dihentikan.
Maka jumlah produksi B mengalami peningkatan 2 kali lipat kecuali biaya
overhead tetap.

Produk
Keterangan Total
A B
Penjualan 0 188.000.000 188.000.000
Biaya Bahan Baku 0 40.000.000 40.000.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 0 60.000.000 60.000.000
Biaya Overhead-Variabel 0 20.000.000 20.000.000
Biaya Overhead-Tetap 0 30.000.000 30.000.000
Laba Kotor 0 38.000.000 38.000.000

Tabel diatas menjelaskan apabila keputusan untuk memproduksi B


saja dalam jumlah 2 kali lipat dari semula , mengakibatkan harga jual
turun dari Rp 5.000 per unit menjadi Rp 4.700 per unit karena
berkurangnya volume produk yang dijual hal tersebut masih tetap akan
menghasilkan laba kotor yang besar dibanding pilihan yang lain.

26
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Analisis biaya volume laba menghasilkan informasi dampak
perubahan harga jual, biaya dan/atau volume penjualan terhadap laba
bersih. Dalam penyusunan anggaran, berbagai kemungkinan pilihan harga
jual, volume penjualan, dan biaya selalu dihadapi oleh manajemen. Dalam
proses penyusunan anggaran, manajemen memerlukan berbagai parameter.
Berbagai parameter tersebut memberikan bantuan yang penting
bagi manajemen, dalam mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan
dalam poroses penyusunan anggaran perusahaan. Kiranya makalah yang telah
disusun oleh kelompok kami bisa bermanfaat bagi para pembaca. Kritik
dan saran kepada kami sangat kami butuhkan untuk penyempurnaan
makalah ini.

27
DAFTAR PUSTAKA

Rudiantor, Penganggaran, Penerbit Erlanga, Jakarta, 2009


http://feuh-kel11.blogspot.co.id/2013/09/analisis-hubungan-biaya-
volume-laba-b-v.html
http://catatanlengkapfatma.blogspot.co.id/2013/12/analisis-biaya-
volume-laba.html

28

Anda mungkin juga menyukai