Sedikitnya, negara kita memiliki tiga sumber utama pembiayaan, yaitu: pinjaman luar
maupun dalam negeri, penjualan sumber daya alam, dan pajak.
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
undang. Manfaat pajak memang tidak dapat dirasakan langsung oleh para pembayar pajak,
karena menyelesaikan pelbagai permasalahan di negeri yang kita cintai ini, seperti
kemiskinan, keamanan sampai kemakmuran.
Untuk mengenal lebih jauh tentang jenis-jenis pajak yang berlaku dari Sabang sampai
Merauke, pertama kita harus menentukan dari perspektif mana pajak akan kita lihat.
Perspektif yang diangkat dalam bahasan kali ini adalah penggolongan pajak berdasarkan
lembaga pemungutnya, dalam hal ini adalah Pajak Pusat dan Pajak Daerah.
Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Pusat sebagian besar melalui
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan unit vertikal dibawahnya.
Sedangkan Pajak Daerah adalah pajak-pajak yang dikelola oleh Pemerintah Daerah baik di
tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota yang diadministrasikan oleh Dinas/Badan
Pendapatan Daerah (setiap kota/kabupaten memiliki nama yang beragam) setempat.
PPh adalah pajak yang dikenakan kepada orang pribadi atau badan atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak.
Yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal baik dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak
yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Dengan demikian, maka penghasilan itu dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium,
hadiah, dan lain sebagainya.
Adapun jenis-jenis PPh adalah PPh Pasal 15, PPh Pasal 19, PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh
Pasal 23, PPh Pasal 24, PPh Pasal 25, PPh Pasal 26, PPh Pasal 29 dan PPh Final Pasal 4 ayat
2.
#2 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak di
dalam Daerah Pabean (dalam wilayah Indonesia).
Orang Pribadi, perusahaan, maupun pemerintah yang mengkonsumsi Barang Kena Pajak atau
Jasa Kena Pajak dikenakan PPN.
Pada dasarnya, setiap barang dan jasa adalah Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak,
kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang PPN.
Secara teknis, mekanisme yang berlaku terhadap PPN di Indonesia adalah sebagai berikut:
Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
(BKP)/Jasa Kena Pajak (JKP) wajib memungut PPN dari pembeli/penerima BKP/JKP
yang bersangkutan sebesar 10% dari Harga Jual atau penggantian, dan membuat
Faktur Pajak sebagai bukti pemungutannya.
PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak tersebut merupakan Pajak Keluaran bagi
PKP Penjual BKP/JKP, yang sifatnya sebagai pajak yang harus dibayar (utang pajak).
Pada waktu PKP di atas melakukan pembelian/perolehan BKP/JKP yang dikenakan
PPN, PPN tersebut merupakan Pajak Masukan yang sifatnya sebagai pajak yang
dibayar di muka, sepanjang BKP/JKP yang dibeli tersebut berhubungan langsung
dengan kegiatan usahanya.
Untuk setiap masa pajak (setiap bulan), apabila jumlah Pajak Keluaran lebih besar
dari pada Pajak Masukan, maka selisihnya harus disetor ke Kas Negara paling lama
akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan. Dan sebaliknya, apabila
jumlah Pajak Masukan lebih besar dari pada Pajak Keluaran, maka selisih tersebut
dapat di kompensasi ke masa pajak berikutnya. Restitusi hanya dapat diajukan pada
akhir tahun buku. Hanya PKP yang disebutkan dalam Pasal 9 ayat (4b) UU No. 42
Tahun 2009 saja yang dapat mengajukan restitusi untuk setiap Masa Pajak.
Pengusaha Kena Pajak di atas wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa PPN
(SPT Masa PPN) setiap bulan ke Kantor Pelayanan Pajak terkait paling lama akhir
bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak.
Selain dikenakan PPN, atas pengkonsumsian Barang Kena Pajak tertentu yang tergolong
mewah, juga dikenakan PPnBM. Yang dimaksud dengan Barang Kena Pajak yang tergolong
mewah adalah:
Anda pernah membeli meterai tempel Rp6000 di Kantor Pos atau di tempat fotokopi?
Apabila pernah, ternyata kita pernah bersentuhan langsung dengan benda materai yang
disahkan penggunaannya oleh negara.
Bea Meterai adalah pajak yang dikenakan atas pemanfaatan dokumen, seperti surat
perjanjian, akta notaris, serta kwitansi pembayaran, surat berharga, dan efek, yang memuat
jumlah uang atau nominal diatas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan.
PBB adalah pajak yang dikenakan atas kepemilikan, pemanfaatan dan/atau penguasaan atas
tanah dan/atau bangunan.
Objek PBB adalah bumi dan/atau bangunan, di mana pengertian bumi dan/atau bangunan
adalah sebagai berikut:
“Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut
wilayah Indonesia, dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Sedangkan bangunan adalah
konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan.”
Sebenarnya terdapat 5 (lima) sektor pajak dalam lingkup PBB, yaitu: Sektor Pedesaan,
Perkotaan, Perkebunan, Pertambangan dan Perhutanan.
Namun, berdasarkan Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (PDRD) mulai 1 Januari 2014, PBB Perdesaan dan Perkotaan (sektor P2) telah
menjadi Pajak Daerah.
Sedangkan untuk PBB Perkebunan, Perhutanan, Pertambangan (Sektor P3) masih tetap
merupakan Pajak Pusat. Adapun pembahasan mengenai Sektor P3, akan kami sampaikan di
lain kesempatan.
Terdapat beberapa jenis pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah, baik tingkat propinsi
maupun kabupaten/kota, sebagai berikut:
Pajak Hotel
Pajak Restoran
Pajak Hiburan
Pajak Reklame
Pajak Penerangan Jalan
Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan
Pajak Parkir
Pajak Kabupaten/Kota Pajak Air Tanah
Pajak sarang Burung Walet
Pajak Bumi dan Bangunan
perdesaan dan perkotaan
Bea Perolehan Hak Atas Tanah
dan/atau Bangunan (BPHTB)
Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
Pedesaan dan Perkotaan
Semua jenis pajak tersebut, pada praktiknya bisa dibagi lagi ke dalam beberapa jenis,
tergantung penerapannya terhadap kondisi di lapangan.
Nah, sebagai warga negara yang baik apalagi sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP), sudah sepantasnya kita mempunyai wawasan dan pengetahuan mengenai aspek-
aspek perpajakan di Indonesia, mulai dari cara menghitung, menyetor dan melapor.
Kewajiban Pajak
Meskipun sudah mengetahui kewajiban membayar pajak yang perlu ditaati, masyarakat
terkadang belum mengenal peran pajak dalam kehidupan bernegara.
Padahal sesungguhnya membayar pajak merupakan sebuah wujud nyata peran serta
masyarakat dalam pembangunan bangsa.
Mengapa demikian?
Pajak dipungut dari masyarakat untuk dimanfaatkan guna membiayai pembangunan negeri
tercinta ini. Mulai dari pembangunan infrastruktur, keuangan, dan masih banyak lagi.
Dengan demikian jelas bahwa kita sebagai masyarakat memiliki tanggung jawab untuk
menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan pajak ke pihak terkait.
Sayangnya, masih banyak yang belum memahami pentingnya pajak beserta istilah-istilah di
dalamnya. Padahal pengetahuan ini dapat membantu Anda dalam pemenuhan kewajiban
pajak.
Jika masih bingung, Anda dapat mempelajari beberapa istilah dalam pajak melalui TTS dari
Finansialku berikut ini:
Nah, sebagai warga negara Indonesia yang baik, maka sudah sewajarnya Anda memenuhi
kewajiban perpajakan.
Selain itu, penting juga untuk mengenal beberapa istilah dalam pajak agar Anda lebih paham
tentang administrasi perpajakan ini:
#1 Pajak
Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
#2 Wajib Pajak
Orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak,
yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
#3 Badan
Sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha
maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan
dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan,
yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan
bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
#4 Pengusaha
Orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan
usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean,
melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
Nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan
yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
#7 Masa Pajak
Jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan
melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu tertentu sebagaimana ditentukan
dalam undang-undang.
#8 Tahun Pajak
Jangka waktu 1 tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak
sama dengan tahun kalender.
Pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam
Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau
pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.
#13 Surat Setoran Pajak
Bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir
atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang
ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
Surat ketetapan yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar.
Surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak,
jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak
yang masih harus dibayar.
Surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
Surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah
kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
Surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah
kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
Surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau
denda.
Pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak ditambah dengan pokok pajak yang terutang
dalam Surat Tagihan Pajak karena Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang
dibayar, ditambah dengan pajak yang dipotong atau dipungut, ditambah dengan pajak atas
penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri, dikurangi dengan pengembalian
pendahuluan kelebihan pajak, yang dikurangkan dari pajak yang terutang.
Pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai keahlian khusus sebagai usaha
untuk memperoleh penghasilan yang tidak terikat oleh suatu hubungan kerja.
#24 Pemeriksaan
Serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang
dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa keterangan, tulisan, atau benda yang dapat
memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadi suatu tindak
pidana di bidang perpajakan yang dilakukan oleh siapa saja yang dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara.
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan
telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan.
Orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil
yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
#28 Pembukuan
Suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan
informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta
jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun
laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.
#29 Penelitian
#30 Penyidikan
Tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
#31 Penyidik
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang diberi
wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan
penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan yang terdapat
dalam surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan
Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat
Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan
Kelebihan Pajak, atau Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga.
Surat keputusan atas keberatan terhadap surat ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau
pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.
Putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang
diajukan oleh Wajib Pajak.
Putusan badan peradilan pajak atas gugatan terhadap hal-hal yang berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan dapat diajukan gugatan.
Putusan Mahkamah Agung atas permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh Wajib
Pajak atau oleh Direktur Jenderal Pajak terhadap Putusan Banding atau Putusan Gugatan dari
badan peradilan pajak.
Surat keputusan yang menentukan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan pajak untuk
Wajib Pajak tertentu.
Surat keputusan yang menentukan jumlah imbalan bunga yang diberikan kepada Wajib
Pajak.
#39 Tanggal Dikirim
Tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimili, atau dalam hal disampaikan secara
langsung adalah tanggal pada saat surat, keputusan, atau putusan disampaikan secara
langsung.
Tanggal stempel pos pengiriman, tanggal faksimili, atau dalam hal diterima secara langsung
adalah tanggal pada saat surat, keputusan, atau putusan diterima secara langsung.
Direktorat Jenderal Pajak (Dirjen Pajak atau DJP) adalah salah satu direktorat jenderal di
bawah Kementerian Keuangan Indonesia yang memiliki tugas merumuskan serta
melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perpajakan.
Tugas DJP sesuai amanat Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK /01/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan adalah merumuskan dan melaksanakan
kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perpajakan.
Sebelum membahas mengenai biaya jabatan, sebelumnya Anda harus mengetahui dulu
tentang pajak PPh 21.
Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015, PPh 21 adalah pajak
atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama
dan dalam bentuk apapun yang sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan
yang dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak dalam negeri.
Secara singkat, PPh 21 merupakan pajak yang dikenakan untuk setiap penghasilan yang
diperoleh subjek pajak.
Subjek pajak sendiri adalah pihak yang memiliki penghasilan. Oleh karena itu, setiap
karyawan, pegawai, atau pekerja yang memperoleh gaji wajib membayarkan pajak
penghasilan (PPh 21).
Dalam PPh 21 terdapat beberapa pengurangan yang diperbolehkan diambil dari pendapatan
bruto pegawai tetap diantaranya adalah:
Mungkin Anda sering mendengar istilah biaya jabatan, terutama jika Anda adalah seorang
pegawai, baik karyawan swasta maupun pegawai negeri sipil. Tapi tahukah Anda apa yang
dimaksud dengan biaya jabatan itu?
Biaya jabatan adalah istilah perpajakan yang berhubungan dengan PPh 21 pribadi.
Secara umum definisi biaya jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang bekerja
sebagai pegawai tetap tanpa memandang tingkatan jabatannya.
Oleh karena itu, baik staf biasa maupun direktur utama akan mendapatkan pengurangan biaya
jabatan ini.
Biaya jabatan ini telah diatur dalam Pasal 21 ayat (3) Undang-undang Pajak Penghasilan.
Menurut Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, besaran biaya jabatan adalah
sebesar 5% dari penghasilan bruto setahun. Dengan pengurangan setinggi-tingginya sebesar
Rp500.000 sebulan atau Rp6.000.000 setahun.
Ketentuan Biaya Jabatan Bagi Karyawan Tetap
Ketentuan mengenai besaran biaya jabatan yang dikurangi dari penghasilan bruto pegawai
tetap diatur dalam PMK Nomor 250/ PMK.03/ 2008 yang isinya adalah:
1. Jika pada awal tahun sudah berstatus pegawai tetap, maka biaya jabatan dihitung dari
bulan Januari sampai dengan akhir tahun saat yang bersangkutan berhenti bekerja.
2. Jika seorang baru diangkat sebagai pegawai tetap dalam tahun takwim, maka biaya
jabatan dihitung sejak bulan pengangkatan sampai akhir tahun atau status berhenti
bekerja.
3. Jika seorang berhenti bekerja dalam tahun takwim, maka biaya jabatan dihitung dari
bulan Januari sampai dengan bulan saat yang bersangkutan berhenti bekerja.
Di bawah ini terdapat 2 contoh kasus bagaimana perhitungan biaya jabatan dalam PPh 21.
# Contoh 1
Arsyad menerima gaji setiap bulan sebesar Rp4.000.000. Ditambah dengan tunjangan makan
sebesar Rp600.000 per bulannya.
Sehingga, biaya jabatan yang ditanggung Arsyad setiap bulannya adalah sebesar Rp230.000.
Jika biaya jabatan dihitung per tahun maka tarif biaya jabatannya adalah sebesar:
Jadi, tarif biaya jabatan yang ditanggung Arsyad setiap tahunnya adalah sebesar
Rp2.760.000.
# Contoh 2
Rani menerima gaji setiap bulan sebesar Rp10.000.000. Ditambah dengan tunjangan makan
sebesar Rp1.000.000 per bulannya dan tunjangan PPh 21 sebesar Rp700.000.
Karena, hasil perhitungan lebih besar dari tarif maksimal yang telah ditentukan oleh
pemerintah, maka biaya jabatan yang Rani tanggung sebesar Rp500.000.
Jika biaya jabatan ingin dihitung per tahun maka tarif biaya jabatannya adalah sebesar:
Karena, melebihi tarif maksimal maka biaya jabatan yang ditanggung sesuai ketentuan
maksimal yaitu Rp6.000.000.
Sebagai warga negara yang taat hukum, tentu kita sadar tidak semua penghasilan yang masuk
kantong kita akan menjadi milik kita sepenuhnya. Ada jatah negara sebesar sekian persen
yang wajib dibayarkan tiap tahunnya untuk pembiayaan operasional negara, pembangunan
nasional dan lain sebagainya. Tentu Anda setuju kan jika sebagian dari penghasilan yang
Anda raup dialokasikian untuk hal-hal yang bermanfaat bagi orang banyak? Apalagi yang
akan merasakan manfaatnya juga Anda sendiri, keluarga Anda dan orang-orang di sekitar
Anda.
Pajak penghasilan atau disingkat dengan PPh sudah diterapkan sejak zaman penjajahan atau
bahkan jauh sebelum terjadinya penjajahan. Hal inilah yang mengiringi perjalanan negara
kita tercinta ini hingga kompleksnya pembangunan seperti saat ini. Hanya saja yang
membedakan PPh zaman dulu dan sekarang yaitu modernitas sistemnya, misalnya saja sistem
informasi pajak berbasis online. Dengan adanya sistem semacam ini, hal-hal yang berkaitan
dengan penghitungan, pelaporan serta pembayaran pajak akan jauh lebih mudah. Tidak hanya
itu, informasi yang up to date terkait kurs pajak atau ketetapan-ketetapan lainnya dapat
dipantau secara online melalui website resminya, seperti www.pajak.go.id.
Metode hitung pajak manual dengan Microsoft Excel sudah ketinggalan zaman. Pasalnya,
kini sudah ada cara yang lebih praktis dan otomatis dengan hasil yang akurat. Sebagai situs
pajak resmi dan terpercaya, Pajak.go.id menawarkan metode yang lebih cepat dan lebih
mudah dalam penghitungan pajak. Apalagi, PTKP 2016-nya telah diperbaharui serta
pembuatan SPT PPh 21 berjalan secara otomatis juga. Adapun perhitungan PPh 21 terkini
telah disesuaikan dengan besaran tarif PTKP atau Penghasilan Tak Kena Pajak sebagaimana
telah diatur oleh DJP dan Menteri Keuangan. Dengan demikian, besaran nominal yang harus
dikeluarkan menjadi lebih jelas dan berlaku secara umum sebagaimana telah diatur oleh yang
berwenang.
Situs Pajak.go.id dirancang agar mudah digunakan bagi siapa saja yang berkepentingan.
Mekanismenya cukup mudah untuk dijalankan dalam beberapa langkah.
1. Isi data gaji karyawan serta tunjangannya dengan memilih menu “karyawan”. Bisa
juga data diimpor dari software HR atau e-SPT Anda.
2. Masuk ke pilihan “Karyawan Permanen”, kemudian masuk ke perhitungan “Gaji
Kotor”, lalu masa kontrak bekerja.
3. Selanjutnya Anda bisa melengkapi informasi BPJS Ketenagakerjaan serta BPJS
Kesehatan (kalau ada).
4. Setelah itu, pilih masa pemberian BPJS Ketenagakerjaan kemudian centang jaminan
untuk karyawan (seperti Jaminan Pensiun, Jaminan Hari Tua, Jaminan Kesehatan
Masyarakat dan Jaminan Kecelakaan Kerja).
5. Setelah detailnya terisi, silahkan centang box “Gaji” sebgai dasar perhitungan atas
pemberian BPJS ketenagakerjaan.
Berdasarkan ketentuan pemerintah yang dipositng dalam Pajak.go.id, persentase yang telah
ditentukan dalam perhitungan ini antara lain
Dasar Perhitungan ini bukanlah pendapatan bersih, melainkan gaji pokok. Untuk mengetahui
detil perhitungannya secara akurat, klik tulisan ”Detail Perhitungan”. Tidak sampai 1 menit,
hasil yang Anda harapkan akan ditampilkan.
Setelah proses penghitungan tuntas, masih ada beberapa langkah lagi yang harus ditempuh
dalam aplikasi terpadu pajak online ini. Pertama-tama mulailah menyusun laporan e-SPT via
Pajak.go.id. Caranya sangat mudah yaitu hanya dengan satu klik pada “PPh 21” maka data
akan langsung terisi dengan sendirinya.
Tahapan selanjutnya yaitu buatlah “ID billing” Anda di situs pajak online tersebut sebelum
melakukan pembayaran pajak secara online. Setelah itu, Anda juga dapat memanfaatkan
layanan pembayaran online melalui CIMB Niaga atau BNI. Anda akan mendapatkan Nomor
Tanda Penerimaan Negara (NTPN) Anda.
Langkah terakhir, gunakan e-filling PPh 21 secara gratis di situs Pajak.go.id sehingga tanda
lapor pajak elektronik atau NTTE (Nomor Tanda Terima Elektronik) dapat Anda terima .
Sebagaimana telah ditetapkan oleh Kementrian Keuangan, tarif Penghasilan Tak Kena Pajak
(PTKP) juga tercantum dalam website resminya, yaitu Pajak.go.id. Adapun kententuannya
antara lain
Ketentuan PTKP tersebut juga berlaku pada mereka yang notabane pegawai tak tetap.
Namun, ketentuan tersebut tidak berlaku bagi mereka yang berpenghasilan di atas Rp
4.500.000,- dalam satu bulan atau penghasilan tersebut diterima secara bulanan. PTKP
terbaru ini pun tidak berlaku bagi penghasilan sebagai komisi atau honorarium yang
dibayarkan pada penjaja barang serta petugas dinas luar asuransi.
Bagi mereka yang bekerja sebagai sales atau marketing, bonus bulanan itu sudah tidak aneh
didapatkan jika mereka dapat mencapai bahkan melebihi dari suatu target yang telah
ditetapkan oleh suatu perusahaan.
Namun dari kebahagiaan mendapatkan THR (Tunjangan Hari Raya) maupun Bonus terselip
adanya pajak penghasilan (PPh 21) yang harus diperhatikan oleh penerimanya.
Hal yang perlu diperhatikan ini adalah besarnya pajak terutang atas THR/BONUS atau
perbedaan besarnya pajak bagi karyawan yang memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
maupun belum.
Hal ini dikarenakan karyawan yang tidak memiliki NPWP akan membayar pajak lebih besar
dibandingkan karyawan yang memiliki NPWP.
Mari lihat pajak yang ditanggung karyawan atas THR maupun Bonus:
Bapak Rizal bekerja di PT ABCD dengan penghasilan Rp7 juta per bulan dan mendapatkan
THR di bulan menjelang hari raya lebaran sebesar Rp7 juta.
Selain itu Bapak Rizal memiliki istri yang tidak bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga saja
serta memiliki 2 anak yang masih bersekolah.
Lalu, berapa pajak atas penghasilan Bapak Rizal? Dan berapa pajak atas THR-nya saja milik
Bapak Rizal? Mari bahas sedikit dengan melihat hitungannya:
Jadi PPh terutang Bapak Rizal adalah sebesar Rp615.000 per tahun.
Pajak atas THR–nya saja
THR = Rp7.000.000
Jumlah PPh Terutang Bapak Rizal adalah Rp947.500 setahun, dan pada perhitungan
sebelumnya diketahui bahwa PPh 21 Bapak Rizal atas penghasilannya saja sebesar
Rp615.000, maka dengan begitu dapat diketahui bahwa penghasilan Bapak Rizal atas THR-
nya saja itu sebesar Rp332.500 (Rp947.500 – Rp615.000).
Sama halnya dengan THR, bonus juga dikenai pajak penghasilan dan harus membayar PPh
21 (pajak atas penghasilan). Mari lihat sedikit mengenai pajak atas Bonus (dimisalkan untuk
bonus bulanan bagi sales).
Pak Cahyo bekerja sebagai sales di perusahaan XXX, dia memiliki gaji per bulan
Rp7.000.000 serta mendapatkan bonus bulanan untuk sales sebesar Rp2.000.000 per bulan.
Pak Cahyo juga memiliki istri (tidak bekerja) dan 2 orang anak yang masih menjadi
tanggungannya. Mari lihat sedikit hitungan dibawah ini:
Jika disimak hitungan diatas, maka dapat diketahui bahwa PPh Terutang yang hanya
berdasarkan gaji saja adalah sebesar Rp615.000 per tahun, sedangkan dari perhitungan ini
bahwa PPh Terutang yang ada atas gaji dan bonus adalah sebesar Rp1.755.000 per tahun.
Maka dapat disimpulkan bahwa PPh Terutang atas bonus bulanan adalah sebesar
Rp1.140.000 (Rp1.755.000 – Rp615.000) per tahun.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa THR (Tunjangan Hari Raya) maupun bonus
yang diberikan perusahaan kepada karyawannya itu juga merupakan objek pajak, dengan kata
lain bahwa THR maupun bonus yang didapat oleh seseorang karyawan di dalamnya terdapat
pajak penghasilan (PPh).
PPh Pasal 15 (Pajak Penghasilan Pasal 15)
Pajak Penghasilan Pasal 15 (PPh Pasal 15) menurut UU No 36 tahun 2008 adalah:
Ada beberapa jenis tarif tergantung pada industri bisnis seperti yang disebutkan diatas, dan
mereka adalah sebagai berikut:
Perusahaan Pelayaran
Pajak Penghasilan = 5% x bruto nilai tertinggal nilai pasar dengan Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP).
Pembayaran dan Penyampaian Laporan Pajak Penghasilan Pasal 15 (PPh Pasal 15)
Laporan harus diserahkan pada tanggal 20, di bulan dimana pembayaran pajak juga
dilakukan, Namun, tanggal jatuh temponya sendiri bervariasi.
Perusahaan Pelayaran
Dibayar pemungut cukai paling lambat tanggal 10 dibulan setelah faktur dibuat.
Dibayar oleh wajib pajak paling lambat pada tanggal 15 di bulan setalah faktur dibuat.
Dibayar oleh Wajib Pajak paling lambat tanggal 15 bulan setelah Wajib Pajak tersebut
memiliki pendapatan.
Pihak yang melakukan Kemitraan Dalam Bentuk Perjanjian Bangun – Guna – Serah
(BOT)
Dibayar oleh Wajib Pajak paling lambat tanggal 15 bulan setelah masa BOT
berakhir.
PT “AA” merupakan pelayaran dalam negeri, pada 5 Januari 2017. Dia melakukan kontrak
dengan PT ”XX” untuk mengangkut kain dari Jakarta ke Surabaya dengan harga sebesar
Rp170.000.000 dan dibayarkan pada tanggal 30 Januari 2017.
Atas penghasilan PT “AA” dari PT ”XX” yaitu jasa pengangkutan kain dari Jakarta ke
Surabaya terutang PPh sebesar 1,2% dari peredaran bruto dan bersifat final.
Contoh pemotongan dan perhitungan PPh Pasal 15 atas penghasilan sewa kapal milik
perusahaan dalam negeri.
CV Martin (badan memiliki NPWP) membayar kepada PT Anta yang merupakan perusahaan
pelayaran sebesar Rp60.000.000 atas sewa kapal.
PPh Pasal 22 (Pajak Penghasilan Pasal 22)
Menurut UU (Undang-undang) Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 tahun 2008, PPh Pasal 22
(Pajak Penghasilan Pasal 22) adalah:
Bentuk pemotongan atau pemungutan pajak yang dilakukan satu pihak terhadap Wajib Pajak
dan berkaitan dengan kegiatan perdagangan barang.
Jika dibandingkan dengan PPh lainnya, PPh Pasal 22 adalah PPh yang paling rumit
dibandingkan dengan PPh lainnya.
Bendahara dan badan-badan yang memungut PPh Pasal 22 sebesar 1,5% dari pembelian
adalah:
1. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) atas objek PPh
Pasal 22 impor barang.
2. Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut
pajak pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instansi atau Lembaga Pemerintah
dan lembaga-lembaga negara lainnya, berkenaan dengan pembayaran atas pembelian
barang.
3. Bendahara pengeluaran berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang yang
dilakukan dengan mekanisme uang persediaan (UP).
4. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar
yang diberikan delegasi oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), berkenaan dengan
pembayaran atas pembelian barang kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan
mekanisme pembayaran langsung (LS).
5. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu badan usaha yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal
dari kekayaan negara yang dipisahkan.
6. Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan,
pertanian, peternakan, dan perikanan, atas pembelian bahan-bahan dari pedagang
pengumpul untuk keperluan industrinya atau ekspornya.
7. Industri atau badan usaha yang melakukan pembelian komoditas tambang
batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam, dari badan atau orang pribadi
pemegang izin usaha pertambangan.
Wajib pajak badan atau perusahaan swasta yang wajib memungut PPh Pasal 22 saat
penjualan adalah:
1. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas,
industri baja, industri otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil produksinya
kepada distributor di dalam negeri.
2. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan
importir umum kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan bermotor di dalam
negeri.
3. Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas, atas
penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas.
4. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja yang merupakan
industri hulu, termasuk industri hulu yang terintegrasi dengan industri antara dan
industri hilir.
5. Pedagang pengumpul berupa badan atau orang pribadi yang kegiatan usahanya:
o Mengumpulkan hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan
perikanan.
o Menjual hasil tersebut kepada badan usaha industri dan eksportir yang
bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan
perikanan.
6. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No.90/PMK.03/2015, pemerintah
menambahkan pemungut PPh Pasal 22 dengan wajib pajak badan yang melakukan
penjualan barang yang tergolong sangat mewah.
1. Atas impor:
o Yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API) = 2,5% x nilai impor;
o Non-API = 7,5% x nilai impor;
o Yang tidak dikuasai = 7,5% x harga jual lelang.
2. Atas pembelian barang yang dilakukan oleh DJPB, Bendahara Pemerintah,
BUMN/BUMD = 1,5% x harga pembelian (tidak termasuk PPN dan tidak final.)
3. Atas penjualan hasil produksi ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal
Pajak, yaitu:
o Kertas = 0,1% x DPP PPN (Tidak Final)
o Semen = 0,25% x DPP PPN (Tidak Final)
o Baja = 0,3% x DPP PPN (Tidak Final)
o Otomotif = 0,45% x DPP PPN (Tidak Final)
4. Atas penjualan hasil produksi atau penyerahan barang oleh produsen atau importir
bahan bakar minyak, gas, dan pelumas adalah sebagai berikut:
o Pungutan PPh Pasal 22 kepada penyalur/agen, bersifat final. Selain
penyalur/agen bersifat tidak final
5. Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari pedagang
pengumpul ditetapkan = 0,25% x harga pembelian (tidak termasuk PPN)
6. Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang menggunakan
API = 0,5% x nilai impor.
7. Atas penjualan:
o Pesawat udara pribadi dengan harga jual lebih dari Rp20.000.000.000.
o Kapal pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp10.000.000.000.
o Rumah beserta tanahnya dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih
dari Rp10.000.000.000 dan luas bangunan lebih dari 500 m2.
o Apartemen, kondominium,dan sejenisnya dengan harga jual atau
pengalihannya lebih dari Rp10.000.000.000 dan/atau luas bangunan lebih dari
400 m2.
o Kendaraan bermotor roda empat pengangkutan orang kurang dari 10 orang
berupa sedan, jeep, sport utility vehicle (SUV), multi purpose vehicle (MPV),
minibus dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp5.000.000.000 (lima
miliar rupiah) dan dengan kapasitas silinder lebih dari 3.000 cc. Sebesar 5%
dari harga jual tidak termasuk PPN dan PPnBM.
8. Untuk yang tidak memiliki NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal
22.
Mari bahas salah satu perhitungan mengenai perhitungan PPh 22 atas Impor sebagai contoh.
Pada tanggal 5 Juli 2017 PT XYZ mengimpor barang dari USA dengan harga faktur
US$150.000. Biaya asuransi sebesar 3% dari nilai faktur, biaya angkut sebesar 10% dari nilai
faktur.
Ada pula bea masuk sebesar 15% dan bea masuk tambahan sebesar 10%. Asumsi US$1 =
Rp13.000
Uraian Jumlah
Harga Faktur US$150.000
Biaya Asuransi (3% x US$150.000) US$4.500
Biaya Angkut (10% x US$150.000) US$15.000
CIF dalam Dolar US$169.500
CIF dalam Rupiah (US$169.500 x Rp14.000) Rp2.373.000.000
Bea Masuk (15% x Rp2.373.000.000) Rp355.950.000
Bea Masuk Tambahan (10% x Rp2.373.000.000) Rp237.300.000
Nilai Impor Rp2.966.250.000
PPh Pasal 22 yang akan dipungut oleh Ditjen Bea Cukai jika PT XYZ memiliki API
Namun PPh Pasal 22 yang akan dipungut oleh Ditjen Bea Cukai jika PT XYZ tidak memiliki
API
PPh Pasal 23 menurut Dirjen Pajak adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan atas modal,
penyerahan jasa atau hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong PPh Pasal 21.
Pada umumnya, PPh Pasal 23 ini terjadi akibat adanya transaksi antara dua pihak, dimana
pihak pemberi penghasilan atau pembeli atau penerima jasa akan memotong dan melaporkan
PPh Pasal 23 tersebut kepada kantor pajak.
Selain itu juga, PPh Pasal 23 yang telah dipotong oleh pihak pemotong harus disertai dengan
bukti potong dan untuk pelaporannya yang harus melaporkannya adalah pihak yang
memotong PPh 23 tersebut.
Jika di artikel-artikel sebelumnya kita telah membahas lengkap mengenai PPh Pasal 23
tentang tarif yang berlaku, maka disini mari kita bahas tarif PPh 23 secara garis besar dan
sedikit membahas mengenai perhitungannya.
Untuk pembebasan pajak PPh Pasal 23, wajib pajak harus dalam keadaan telah mengalami
kerugian fiskal atau memiliki hak atas kompensasi kerugian pajak, atau pajak penghasilan
yang dibayar, atau akan dibayar lebih besar dari pajak penghasilan yang terhutang.
Kasus 1
Pada tanggal 2 september 2016, PT “XXX” membayar royalti kepada Ibu Nani sebagai
penulis buku sebesar Rp35.000.000. Diketahui juga bahwa Ibu Nani telah memiliki NPWP
(Nomor Pokok Wajib Pajak).
Kasus 2
Pada tanggal 2 Maret 2016, PT ”ABB” memberikan hadiah kepada PT “AAB” sebagai juara
atas perlombaan yang diselenggarakan oleh PT “ABB” sebesar Rp100.000.000. Diketahui
baik PT “ABB” maupun PT “ABB” keduanya telah memiliki NPWP.
Kasus 3
Pada bulan April 2016 PT “ZZA” adalah perusahaan yang bergerak di bidang garment, untuk
urusan perpajakannya dia menyewa PT “XYZ” sebagai konsultan pajaknya dengan fee
sebesar Rp25.000.000 (sudah termasuk PPN), namun PT “XYZ” belum memiliki NPWP.
Pajak Penghasilan Pasal 24 (PPh Pasal 24) isinya mengatur mengenai hak wajib pajak untuk
memanfaatkan kredit pajak mereka di luar negeri (jika ada).
Pajak Penghasilan Pasal 24 ini bertujuan agar wajib pajak tidak dikenakan pajak ganda.
Dalam artian, pajak yang telah dibayarkan di luar negeri oleh wajib pajak dapat menjadi
pengurang nilai pajak terutang yang wajib pajak miliki di Indonesia.
Namun, tidak semua pajak yang terutang di luar negeri dapat wajib pajak kreditkan di
Indonesia.
Sumber penghasilan dari luar negeri yang dapat menjadi pengurang pajak di dalam negeri
adalah:
Wajib pajak yang telah membayarkan pajaknya di luar negeri dan akan mengkreditkannya di
Indonesia harus menyampaikan permohonannya terlebih dahulu ke kepala KPP (Kantor
Pelayanan Pajak) dan dilaporkan bersamaan dengan pada saat pelaporan SPT Tahunan
dengan melampirkan laporan keuangan yang berasal dari luar negeri, fotokopi SPT (Tax
Return) yang dilaporkan di luar negeri, serta dokumen pembayaran pajak di luar negeri.
Pada dasarnya, wajib pajak dalam negeri terutang pajak atas seluruh penghasilan, termasuk
penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri.
Untuk meringankan beban pajak ganda yang dapat terjadi karena pengenaan pajak
penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri, maka penghasilan yang diterima di
luar negeri dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang atas seluruh penghasilan wajib
pajak dalam negeri.
PPh Pasal 24 dapat dikreditkan terhadap pajak yang teutang di Indonesia. Namun, pengenaan
pajaknya harus dalam tahun yang sama.
Besarnya kredit pajak yang dapat dikreditkan adalah sama dengan pajak penghasilan yang
dibayar atau terutang di luar negeri.
Mari bahas sedikit mengenai perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 24 (PPh 24):
PT AAA di tahun 2014 memperoleh penghasilan neto dari dalam negeri sebesar
Rp3.500.000.000 (Rp3 miliar) dan dari luar negeri sebesar Rp1.000.000.000 (Rp1 miliar).
Total penghasilan
= Rp250.000.000
PPh terutang yang sudah dibayarkan di luar negeri adalah sebesar Rp250.000.000 sehingga
jumlah inilah yang dapat digunakan wajib pajak gunakan sebagai kredit pajak dalam negeri.
Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25) adalah pembayaran pajak penghasilan secara
angsuran, tujuannya adalah untuk meringankan beban wajib pajak, mengingat pajak yang
terutang harus dilunasi dalam waktu satu tahun.
Menurut UU (Undang-undang) No. 36 tahun pajak 2008, Pajak Penghasilan Pasal 29 adalah
PPh kurang bayar (KB) yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh, yaitu sisa dari PPh yang
terhutang dalam satu tahun pajak yang bersangkutan dan telah dikurangi dengan kredit pajak
(PPh 21, PPh 23, PPh 22 dan angsuran PPh pasal 25 jika ada).
Dalam hal ini wajib pajak (WP) memiliki kewajiban melunasi kekurangan pembayaran pajak
yang terhutang sebelum pada penyampaian SPT (Surat Pemberitahuan Tahunan).
Mari bahas sedikit mengenai perhitungan PPh 25 atas angsuran wajib pajak orang pribadi
dengan membahas kasus (dengan mengacu pada PTKP dan ketentuan di tahun 2016):
Bapak Hendra bekerja di sebuah perusahaan swasta dengan gaji setahun yang didapat
berjumlah Rp129.000.000.
Adapun pada hari raya Lebaran Bapak Hendra mendapatkan THR sebesar Rp11.000.000.
Saat itu, status Bapak Hendra menikah dan memiliki 2 orang anak yang sudah menikah dan
bukan lagi menjadi tanggungan Bapak Hendra.
Pada tahun yang sama juga, Bapak Hendra menjual emasnya dan memiliki keuntungan
sebesar Rp45.000.000 atas penjualan emasnya tersebut. Atas SPT orang pribadi Bapa Hendra
di tahun 2015 memiliki angsuran yang jumlahnya Rp6.398.000 per tahun.
THR = Rp11.000.000
Kesimpulan:
PPh 21 atas penghasilan Bapa Hendra yang telah dipotong dan dibayarkan oleh perusahaan
swasta tempat Bapa Hendra bekerja adalah sebesar Rp6.325.000 per tahun.
= Rp6.750.000 : 12
Kesimpulan:
Pada saat bulan pelaporan, Bapak Hendra harus membayar kekurangan pajak yang harus
dibayarnya yaitu sebesar Rp352.000, lalu angsuran PPh pasal 25 untuk bulan-bulan
selanjutnya adalah sebesar Rp562.000 setiap bulannya, angsuran ini nantinya dapat
digunakan Bapak Hendra sebagai pengurang pajak Bapak Hendra tahun berikutnya.
PPh Pasal 26 (Pajak Penghasilan Pasal 26)
Pajak penghasilan pasal 26 (PPh pasal 26) adalah pajak penghasilan yang dikenakan atas
penghasilan yang diterima wajib pajak luar negeri dari Indonesia, selain Bentuk Usaha Tetap
(BUT) di Indonesia.
Pajak Penghasilan pasal 26 (PPh Pasal 26) ini mengatur kebijakan mengenai pajak yang
berhubungan dengan wajib pajak luar negeri.
Badan usaha apapun di Indonesia yang melakukan transaksi pembayaran (gaji, bunga,
dividen, royalti dan lain sejenisnya) kepada wajib pajak luar negeri diwajibkan untuk
membayar PPh Pasal 26 atas transaksi tersebut.
Yang menentukan seorang individu atau perusahaan sebagai wajib pajak luar negeri adalah:
Seorang individu yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, individu yang tinggal di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam setahun, dan perusahaan yang tidak
didirikan atau berada di Indonesia yang mengoperasikan usahanya melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia.
Seorang individu yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, individu yang tinggal di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam setahun, dan perusahaan yang tidak
didirikan atau berada di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia, tidak melalui menjalankan usaha melalui suatu bentuk
usaha tetap di Indonesia.
Tarif 20% (final) dari laba bersih yang diharapkan selama penjualan atau pengalihan saham
perusahaan antara perusahaan media atau perusahaan tujuan khusus, yang didirikan atau
bertempat di negara yang memberikan perlindungan pajak, yang memiliki hubungan khusus
untuk suatu entitas atau Bentuk Usaha Tetap (BUT) didirikan di Indonesia.
Tarif 20% yang dipungut dari penghasilan kena pajak setelah dikurangi dengan pajak, suatu
bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan kembali di
Indonesia.
Pemotong PPh pasal 26 terdiri dari badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, dan perwakilan perusahaan luar negeri lainnya,
yang melakukan pembayaran kepada wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap.
Wajib pajak orang pribadi atau badan yang menjadi pemotong PPh Pasal 26 harus
mendaftarkan diri terlebih dahulu untuk menjadi pemotong PPh Pasal 26.
Pendaftaran sebagai pemotong PPh Pasal 26 dapat dilakukan pada saat pendaftaran NPWP
atau setelah pendaftaran NPWP.
Wajib pajak Orang Pribadi atau Badan dapat mengetahui apakah menjadi Pemotong PPh
Pasal 26 dengan melihat SKT (Surat Keterangan Terdaftar) yang diterima dari Kantor
Pelayanan Pajak pada waktu pendaftaran NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).
PPh Pasal 26 dipotong oleh pihak yang wajib membayar penghasilan tersebut, yaitu:
Badan Pemerintah;
Subjek Pajak Dalam Negeri;
Penyelenggara Kegiatan;
Bentuk Usaha Tetap.
Yang melakukan pembayaran adalah Wajib Pajak Luar Negeri, selain Bentuk Usaha Tetap di
Indonesia.
Dikecualikan dalam pemotong pajak PPh Pasal 26 atas imbalan dengan nama dan dalam
bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib
Pajak Orang Pribadi Luar Negeri dan organisasi internasional.
Mari bahas sedikit mengenai PPh 26 dalam studi kasus di bawah ini:
Kasus 1
Stanley adalah warga negara asing yang berada di Indonesia kurang dari 183 hari, dia
berstatus menikah dan mempunyai 3 orang anak, Stanley mendapatkan gaji dari PT “XXX”
pada bulan januari sebesar US$1.500. Kurs pada saat itu US$1 sama dengan Rp13.100.
Berapa jumlah pajak yang harus dipotong?
Kasus 2
Suatu perusahaan penyewaan gedung kantor PT “ZOZ” mengasuransikan bangunan
bertingkat ke perusahaan asuransi di luar negeri dengan membayar jumlah premi selama
tahun 2015 sebesar Rp1 miliar.
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 29 sangat didengar asing jika dibandingkan dengan PPh
lainnya, seperti PPh 21, PPh 23 dan lain sebaginya. Mengapa demikian?
Karena PPh Pasal 29 hanya akan dibayarkan 1x dalam 1 tahun pajak dan berbeda dengan PPh
lainnya yang biasa dihitung dan dibayarkan setiap bulannya (jika ada).
Dalam artian, PPh Pasal 29 akan dilaporkan ketika Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib
Pajak Badan hendak melaporkan SPT Tahunan.
Menurut UU (Undang-undang) No. 36 Tahun 2008, pajak penghasilan (PPh) Pasal 29 adalah:
PPh Kurang Bayar (KB) yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh, yaitu sisa dari PPh yang
terutang dalam tahun pajak yang bersangkutan dikurangi dengan kredit PPh (PPh Pasal 21,
22, 23, dan 24) dan PPh Pasal 25.
Dalam hal ini, Wajib Pajak (WP) wajib memiliki kewajiban melunasi kekurangan
pembayaran pajak yang terutang sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
disampaikan.
Apabila tahun buku sama dengan tahun kalender, kekurangan pajak tersebut wajib dilunasi
paling lambat 31 Maret tahun berikutnya bagi Wajib Pajak Orang Pribadi atau 30 April tahun
berikutnya bagi Wajib Pajak Badan.
Jika diakhir perhitungan SPT Tahunan (baik wajib pajak orang pribadi maupun badan),
mendapatkan adanya PPh kurang bayar (PPh 29), maka Wajib Pajak diwajibkan untuk
membayar kekurangan pajaknya terlebih dahulu sebelum pada pelaporan SPT Tahunan.
Hal ini dikarenakan salah satu syarat lengkap yang harus dipenuhi sebelum pada pelaporan
SPT Tahunan yaitu harus adanya bukti bayar PPh Pasal 29 terlebih dahulu. Tarif untuk PPh
Pasal 29:
Untuk membedakan kedua pasal tersebut ada kata kunci yang dapat mempermudah wajib
pajak dalam perbedaannya.
Pada PPh Pasal 29 kata kuncinya adalah PELUNASAN dalam artian PPh Pasal 29
merupakan kekurangan pajak yang terutang pada akhir tahun pajak (kekurangan bayar pajak
setelah dikurangi pajak-pajak lainnya).
Sedangkan kata kunci untuk PPh Pasal 25 adalah ANGSURAN dalam artian PPh Pasal 25
merupakan angsuran pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak setiap bulannya, dan pada
tahun berikutnya dapat digunakan wajib pajak sebagai pengurang pajak sebelum didapat
angka untuk PPh Pasal 29.
Mari bahas sedikit mengenai keterkaitannya PPh Pasal 29 dengan PPh Pasal 25 dengan studi
kasus dibawah ini:
Dari perhitungan di atas, sudah diketahui bahwa PPh Pasal 29 (KB) Anton yang harus
dibayarkan sebelum pada pelaporan SPT Tahunan adalah sebesar Rp352.000, dan PPh Pasal
25 (Angsuran) untuk tahun berikutnya adalah sebesar Rp562.000.
CV ABC adalah CV yang bergerak di bidang garment dengan memproduksi pakaian pria
wanita dari anak-anak sampai dewasa. Dalam penjualannya tersebut, CV ABC
memasukannya kepada swalayan swalayan besar serta membuka counter sendiri di beberapa
mall.
Selain itu, juga CV ABC ada melakukan penjualannya ke luar negri yaitu ke Dubai dan
Jepang (ekspor). Adapun data-data yang dimiliki oleh CV ABC (mengacu pada tahun pajak
2016):
Penjualan Bersih
= Rp53.342.650.000 + Rp16.275.000.000
= Rp69.617.650.000
= Rp46.319.007.346,46
= Rp46.319.007.346,46 + Rp6.972.165.831,63
= Rp53.291.173.178,09
Harga Pokok Penjualan (HPP) = Rp47.888.472.028,59
Laba Kotor
= Rp69.617.650.000 – Rp47.888.472.028,59
= Rp21.729.177.971,41
= Rp21.729.177.971,41 – Rp20.534.540.086,20
= Rp1.194.637.885,21
= Rp933.976.302,61
Koreksi Fiskal
= 50% x Rp7.425.000
= Rp3.712.500
Dari data yang ada diatas, maka mari hitung berapa besarnya PPh Pasal 29 yang harus
dibayarkan CV “ABC” dan berapa PPh Pasal 25 atas angsurannya?
= Rp933.976.302,61 + Rp3.712.500
= Rp937.688.802,61 (dibulatkan Rp937.688.000)
Dikarenakan penghasilan CV ABC dalam setahun lebih dari Rp50 miliar, maka
perhitungannya adalah menggunakan tarif 25% = Rp937.688.000 x 25% = Rp234.422.000
PPh Pasal 29
= Rp234.422.000 – Rp168.982.456 (angsuran PPh 25)
= Rp65.439.544
= Rp234.422.000 : 12
1. CV ABC pada pelaporan pajak tahunan tahun pajak 2016, dengan diperolehnya data-
data di atas, maka CV ABC memiliki kurang bayar sebesar Rp439.544 yang harus
dibayarkan sebelum pelaporan SPT Tahun 2016 ini dilaporkan (akhir April tahun
berikutnya, jika tidak adanya penundaan).
2. Dari perhitungan diatas CV ABC diketahui PPh Pasal 25 atas angsuran sejak
berakhirnya pelaporan ini adalah sebesar Rp535.000 per bulan. Angsuran ini nantinya
akan menjadi pengurang untuk kurang bayar pada pelaporan SPT Tahun selanjutnya,
dan untuk meringankan pembayaran pajak CV ABC.
PPh Pasal 4 Ayat 2/PPh Final
PPh Pasal 4 Ayat 2/PPh Final adalah pajak penghasilan atas jenis penghasilan-penghasilan
tertentu yang bersifat final dan tidak dapat dikreditkan dengan Pajak Penghasilan terutang.
Istilah final di sini berarti bahwa pemotongan pajaknya hanya sekali dalam sebuah masa
pajak dengan pertimbangan kemudahan, kesederhanaan, kepastian, pengenaan pajak yang
tepat waktu dan pertimbangan lainnya.
Objek PPh Pasal 4 Ayat 2 (Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2) dikenakan pada jenis tertentu
dari penghasilan/pendapatan, dan berupa:
Peredaran bruto (omzet penjualan) sebuah usaha di bawah Rp 4,8 miliar dalam 1
tahun masa pajak;
Bunga dari deposito dan jenis-jenis tabungan, bunga dari obligasi dan obligasi negara,
dan bunga dari tabungan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota masing-
masing;
Hadiah berupa lotere/undian;
Transaksi saham dan surat berharga lainnya, transaksi derivatif perdagangan di bursa,
dan transaksi penjualan saham atau pengalihan ibukota mitra perusahaan yang
diterima oleh perusahaan modal usaha;
Transaksi atas pengalihan aset dalam bentuk tanah dan/atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan sewa atas tanah dan/atau bangunan; dan
Pendapatan tertentu lainnya, sebagaimana diatur dalam atau sesuai dengan Peraturan
Pemerintah.
Ketika PPh Pasal 4 Ayat 2 ini dikenakan atas transaksi antara perusahaan dan seorang
individu, di mana perusahaan bertindak sebagai penerima penghasilan tersebut, maka
perusahaan wajib menyelesaikan pajak ini saja.
Sedangkan dalam kasus transaksi yang terjadi antara dua perusahaan, maka pembayar harus
mengumpulkan dan menyelesaikan pajak, bukan penerima penghasilan.
Pembayaran Pajak Penghasilan final ini dilakukan dengan dua cara atau mekanisme, yaitu :
Pada mekanisme ini, penyewanya bukan pihak-pihak yang disebutkan di atas, maka
pemilik tanah atau bangunan yang harus menyetorkan sendiri pajak finalnya.
Bagi UMKM yang dijalankan wajib pajak badan maupun pribadi dengan peredaran bruto
atau omzet penjualan di bawah Rp 4,8 miliar dalam 1 tahun, maka dikenakan tarif sebesar
0,5% dari total omzet penjualan per bulan.
Tidak seperti kewajiban pajak lainnya. UMKM hanya perlu membayar pajak final setiap
bulannya dan memvalidasi NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan Negara) yang diterima saat
setor pajak tersebut sebagai bukti pembayaran dan pelaporan PPh Final.
Di akhir bulan Maret setiap tahunnya, seorang pengusaha baru melaporkan PPh final yang
didapatnya tersebut dalam lampiran SPT Tahunan 1770.
Sedangkan wajib pajak badan harus melampirkan pembayaran dan pelaporan pajak finalnya
tersebut pada SPT Tahunan Badan yang dilaporkan pada akhir April setiap tahunnya.
Lalu, bagaimana cara menghitung dan menyetor PPh Pasal 4 ayat 2/PPh final untuk UKM
yang paling mudah, sekaligus mendapatkan lampiran laporan tahunannya secara otomatis?
Hitungnya otomatis dan bayar pajaknya juga cukup 1 klik saja, tanpa perlu repot membuat ID
billing terlebih dahulu dan antre di bank.
Di akhir masa pajak, Anda juga bisa mendapatkan lampiran PDF untuk laporan SPT Tahunan
Badan atau Pribadi (SPT 1770) secara otomatis.
Pertama, daftar/masuk aplikasi PPh Final 0,5% OnlinePajak. Kemudian masukkan data faktur
penjualan dan dapatkan hasil perhitungan pajak secara otomatis.
Selanjutnya klik “Setor Pajak”, pastikan Anda memiliki cukup saldo untuk membayar pajak
terutang pada sistem Cash Management OnlinePajak.
Setelah itu, dapatkan NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan Negara) sebagai bukti
pembayaran Anda.
Kesimpulan
PPh Pasal 4 Ayat 2 (Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2 ) dikenakan atas beberapa jenis
penghasilan dengan pemotongan yang bersifat final dan tarif yang berbeda-beda untuk
setiap jenis pajaknya. Oleh karena itu, Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2 ini disebut
juga sebagai PPh Final.
Salah satu objek PPh Pasal 4 Ayat 2 adalah omzet penjualan usaha (di bawah Rp 4,8
miliar dalam 1 tahun), baik yang dimiliki wajib pajak badan maupun orang pribadi.
Tarifnya adalah 0,5 persen dari total omzet penjualan per bulan.
Cara termudah hitung dan setor pajak final ini, sekaligus mendapatkan lampiran PDF
laporan tahunannya secara otomatis adalah dengan menggunakan aplikasi PPh Final
0,5% OnlinePajak.
Faktur Pajak
Merupakan transaksi jual beli yang dilakukan dalam bisnis oleh PKP (Pengusaha Kena Pajak)
ada yang harus diterbitkan oleh mereka sebagai bukti adanya penyerahan barang maupun jasa
yang dikenakan pajak.
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak Pengusaha Kena Pajak (PKP), yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP), artinya ketika
Pengusaha Kena Pajak (PKP) menjual suatu barang atau jasa kena pajak, Dia harus
menerbitkan Faktur Pajak sebagai tanda bukti dirinya telah memungut pajak dari orang yang
telah membeli barang atau jasa tersebut. Ada beberapa jenis-jenisnya, yaitu:
1. Keluaran. Faktur pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak saat melakukan
penjualan terhadap barang kena pajak, jasa kena pajak dan atau barang kena pajak
yang tergolong dalam barang mewah.
2. Masukan. Faktur pajak yang didapat oleh PKP ketika melakukan pembelian terhadap
barang kena pajak atau jasa kena pajak lainnya.
3. Pengganti. Penggantian atas faktur pajak yang telah terbit sebelumnya dikarenakan
ada kesalahan pengisian, kecuali kesalahan pada NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak),
sehingga harus dilakukan pembetulan agar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
4. Gabungan. Dibuat oleh PKP (Pengusaha Kena Pajak) yang meliputi seluruh
penyerahan yang dilakukan kepada pembeli barang kena pajak atau jasa kena pajak
yang sama selama satu bulan kalender.
5. Digunggung. Tidak diisi dengan identitas pembeli, nama dan tandatangan penjual
yang hanya boleh dibuat oleh PKP Pedagang Eceran.
6. Cacat. Tidak diisi secara lengkap, jelas, benar dan/atau tidak ditandatangani termasuk
juga kesalahan dalam pengisian kode dan nomor seri. Faktur pajak cacat dapat
dibetulkan dengan membuat penggantinya
7. Batal. Dibatalkan dikarenakan adanya pembatalan transaksi. Pembatalan faktur pajak
juga harus dilakukan ketika ada kesalahan pengisian NPWP dalam faktur pajak.
Fungsi Faktur Pajak
Setelah mengetahui arti dan macam-macam jenisnya, ada pula fungsinya, bahwa faktur pajak
memiliki peran penting bagi PKP (Pengusaha Kena Pajak). Dengan adanya ini, maka PKP
(Pengusaha Kena Pajak) memiliki bukti bahwa PKP (Pengusaha Kena Pajak) tersebut telah
melakukan penyetoran, pemungutan hingga pelaporan SPT masa PPN sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Mari bahas sedikit mengenai seperti apa faktur pajak itu dan bagaimana cara pengisian
(pembuatan) faktur pajak?
Tahap I:
Hal pertama yang harus dilakukan adalah pengisian nomor seri faktur pajak yang
telah didapat. Cara mendapatkan faktur pajak adalah dengan cara melakukan
permintaan ke KPP (Kantor Pelayanan Pajak) wajib pajak terdaftar atau memintanya
secara online, dengan jumlah nomor yang diberikan memperhitungkan 3 bulan
terakhir pemakaian NSFP (Nomor Seri Faktur Pajak).
Masukan Nama, Alamat dan NPWP perusahaan yang menyerahkan BKP (Barang
Kena Jasa) atau JKP (Jasa Kena Pajak) pada kolom Pengusaha Kena Pajak.
Masukan Nama, Alamat dan NPWP perusahaan yang menerima BKP (Barang Kena
Jasa) atau JKP (Jasa Kena Pajak) pada kolom Penerima Barang Kena
Pajak/Penerima Jasa Kena Pajak.
Tahap II:
Tahap III:
Total keseluruhan harga ditulis pada kolom Harga Jual, Penggantian, Uang Muka atau
Termin.
Total nilai potongan harga Barang atau Jasa Kena Pajak ditulis (jika ada potongan)
ditulis pada kolom Dikurangi Potongan Harga
Jika Anda sudah menerima uang muka setelah penyerahan Barang atau Jasa Kena
Pajak, maka nominal uang tersebut dapat ditulis pada kolom Nilai Uang Muka yang
telah diterima.
Jumlah Harga Jual, Penggantian, Uang Muka atau Termin dikurangi dengan Potongan
Harga dan Uang muka yang telah diterima, kemudian ditulis pada kolom Dasar
Pengenaan Pajak
Jumlah PPN yang terutang sebesar 10% dari Dasar Pengenaan Pajak ditulis pada
kolom PPN = 10% x Dasar Pengenaan Pajak
Pada kolom Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM), hanya diisi apabila
terjadi penyerahan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah. Dapat diisi dengan
cara, besar tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah dikalikan dengan Dasar
Pengenaan Pajak
Masukkan Tempat dan Tanggal pada saat membuat Faktur Pajak tersebut
Masukkan Nama dan Tanda Tangan dari Nama Pejabat yang telah ditunjuk oleh
Perusahaan (harus sesuai dengan Nama Pejabat pada saat Perusahaan resmi menjadi
Pengusaha Kena Pajak/PKP).
Pada dasarnya, sistem perpajakan di Negara Indonesia adalah Self Assessment yang artinya
WP (Wajib Pajak) diberikan kepercayaan maupun kebebasan untuk menghitung, membayar
dan melaporkan sendiri kewajiban atas perpajakannya masing-masing pribadi sebagai wajib
pajak. Namun perhitungan, pembayaran maupun pelaporan akan berjalan secara efektif dan
benar jika wajib pajak tersebut memiliki pengetahuan mengenai perpajakan yang luas dan
baik.
Ketika suatu wajib pajak, baik itu perorangan maupun badan, yang telah menghitung,
membayar dan melaporkan kewajiban perpajakannya secara tepat waktu dan benar menurut
wajib pajak, tetap saja ada risiko bagi wajib pajak (baik perorangan maupun badan) yang
dikenakan “Pemeriksaan Perpajakan”. Pemeriksaan Pajak menurut Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 545/KMK/04/2000, memiliki 2 tujuan, yaitu:
Pemeriksaan pajak itu sendiri adalah serangkaian kegiatan menghimpun serta mengolah data,
keterangan dan bukti yang dilaksanakan secara objektif serta profesional berdasarkan standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, atau bertujuan
untuk melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang perpajakan.
Hal pertama yang perlu dimiliki oleh wajib pajak saat terjadi pemeriksaan pajak adalah
memahami dahulu alurnya serta memahami urusan administrasinya sehingga memudahkan
wajib pajak saat dilakukannya pemeriksaan pajak.
Pemeriksaan pajak dibuat bukan untuk hanya sekedar main-main saja, namun pemeriksaan
pajak juga memiliki tujuan, yaitu:
Ada beberapa jenis pemeriksaan pajak yang perlu dipahami oleh wajib pajak, yaitu:
#1 Pemeriksaan Lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan di tempat baik itu tempat tinggal, tempat usaha atau tempat
bekerja wajib pajak. Dalam pelaksanaannya wajib pajak diwajibkan untuk:
Memperlihatkan dokumen yang menjadi dasar pembukuan dan dokumen lain yang
berhubungan dengan penghasilan, kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak atau
objek yang terutang pajak.
Memberi kesempatan untuk mengakses data yang dikelola secara elektronik.
Memberi kesempatan memasuki dan memeriksa ruangan, barang bergerak atau tidak
bergerak yang digunakan untuk menyimpan dokumen yang menjadi dasar
pembukuan, maupun dokumen yang memberi petunjuk penghasilan yang diperoleh,
kegiatan usaha, maupun pekerjaan bebas wajib pajak.
Memberikan bantuan untuk kelancaran pemeriksaan, yaitu seperti memberikan
kesempatan bagi pemeriksa pajak membuka atau melihat barang bergerak maupun
tidak bergerak dilokasi pemeriksaan, memperbolehkan pemeriksa pajak untuk boleh
memeriksa buku, catatan maupun dokumen yang tidak memungkinkan untuk dibawa
ke kantor pajak.
Menyampaikan tanggapan secara tertulis atau surat pemberitahuan hasil pemeriksaan.
Memberikan keterangan lisan maupun tertulis yang diperlukan.
#2 Pemeriksaan Kantor
Pemeriksaan ini dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak atau Kantor Pelayanan Pajak,
dan saat pelaksanaan pemeriksaan kantor. Wajib pajak diwajibkan untuk:
Memenuhi panggilan untuk menghadiri pemeriksaan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Memperlihatkan dokumen yang menjadi dasar pembukuan dan dokumen lain
termasuk data yang dikelola secara elektronik yang berhubungan dengan penghasilan,
kegiatan usaha maupun pekerjaan bebas wajib pajak.
Memberi bantuan untuk kelancaran pemeriksaan.
Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan.
Meminjamkan kertas kerja.
Bersedia memberikan keterangan baik secara lisan maupun tertulis jika dibutuhkan
oleh pemeriksa pajak.
Di dalam pemeriksaan pajak, untuk menguji kepatuhan sebagai wajib pajak dalam memenuhi
kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan maupun Pemeriksaan Kantor,
wajib pajak berhak:
1. Meminta pemeriksa pajak untuk memperlihatkan tanda pengenal Pemeriksa Pajak dan
surat perintah pemeriksaan.
2. Meminta Pemeriksa Pajak memberikan pemberitahuan tertulis pelaksanaan
Pemeriksaan Lapangan.
3. Meminta Pemeriksa Pajak memberikan penjelasan alasan dan tujuan pemeriksaan.
4. Meminta Pemeriksa Pajak memperlihatkan Surat Tugas jika susunan Tim Pemeriksa
Pajak mengalami perubahan.
5. Menerima Surat Pemberitahuan hasil dari Pemeriksa Pajak.
6. Menghadiri pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam waktu yang ditentukan.
7. Mengajukan permohonan untuk dilakukannya pembahasan oleh tim pembahas jika,
ada perbedaan pendapat antara wajib pajak dan Pemeriksa Pajak dalam pembahasan
akhir hasil pemeriksaan.
8. Memberikan pendapat pelaksanaan Pemeriksa oleh Pemeriksa Pajak melalui
kuesioner Pemeriksa.
9. Mengajukan pengaduan jika kerahasiaan dibocorkan kepada pihak lain yang tidak
berhak untuk mengetahuinya.
Pemeriksaan pajak dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam jangka waktu yang sudah
ditentukan. Jangka waktu pemeriksaan dibuat secukupnya yang bertujuan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan yang terdiri dari proses pengujian dan
pembahasan akhir hasil pemeriksaan pajak. Keduanya memiliki jangka waktu yang berbeda.
1. Pemeriksaan Lapangan, yang dilakukan paling lama 6 bulan, dihitung sejak Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan disampaikan kepada wajib pajak, wakil, kuasa,
atau pegawainya sampai tanggal Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP)
disampaikan kepada wajib pajak, wakil, kuasa, atau pegawainya.
2. Pemeriksaan Kantor, yang dilakukan paling lama 4 bulan, dihitung sejak tanggal
wajib pajak, wakil, kuasa, atau pegawainya datang memenuhi surat panggilan
pemeriksaan sampai tanggal Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP)
disampaikan kepada wajib pajak, wakil, kuasa, atau pegawainya.
Jangka waktu pengujian dapat diperpanjang paling lama 2 bulan, dengan alasan:
1. Ruang lingkup pemeriksaan diperluas, seperti pemeriksaan satu masa pajak menjadi
tahun pajak.
2. Ada permintaan data kepada pihak ketiga.
3. Pertimbangan kepala unit pemeriksaan.
Sementara jangka waktu pengujian Pemeriksaan Lapangan yang berkaitan dengan wajib
pajak kontraktor kontrak kerja sama pertambangan minyak dan gas bumi, wajib pajak satu
grup, atau wajib pajak yang terindikasi melakukan rekayasa transaksi keuangan dapat
diperpanjang paling lama 6 bulan atau paling banyak 3 kali sesuai kebutuhan.
Baik pemeriksaan lapangan maupun pemeriksaan kantor dilakukan paling lama 2 bulan,
dihitung sejak tanggal SPHP disampaikan kepada wajib pajak, wakil, kuasa, atau pegawainya
sampai tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).
Berdasarkan jenis dan periode pencatatan, ruang lingkup pemeriksaan pajak memiliki
cakupan objek pemeriksaan, di antaranya:
Perlu diketahui, pemeriksaan pajak bisa dilakukan dengan dua kriteria berdasarkan latar
belakang dilakukannya pemeriksaan, antara lain:
#1 Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan pajak rutin ini dilakukan karena berhubungan dengan pemenuhan hak atau
pelaksanaan kewajiban perpajakan wajib pajak, antara lain:
1. Menyampaikan SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PPN yang menyatakan LB
restitusi.
2. Menyampaikan SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PPN yang menyatakan LB tidak
disertai permohonan pengembalian kelebihan.
3. Menyampaikan SPT Masa PPN LB kompensasi.
4. Sudah mendapat pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak.
5. Menyampaikan SPT rugi.
6. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, atau akan meninggalkan
Indonesia selamanya.
7. Melakukan perubahan tahun buku, metode pembukuan, dan penilaian aktiva tetap.
#2 Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan pajak khusus ini dilakukan berdasarkan hasil analisis risiko yang menunjukkan
adanya indikasi ketidakpatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan. Pemeriksaan khusus
dijalankan dengan mengacu pada beberapa ketentuan, seperti:
1. Berdasarkan analisis risiko yang dibuat berdasarkan profil wajib pajak atau data
internal lainnya serta data eksternal secara manual ataupun komputerisasi.
2. Ruang lingkupnya dapat meliputi satu, beberapa, atau seluruh jenis pajak.
3. Pemeriksaannya menggunakan pemeriksaan lapangan.
Arti PPN
PPN merupakan pajak yang dikenakan atas transaksi jual-beli Barang Kena Pajak (BKP)
dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang memiliki pertambahan nilai dan pungutan ini hanya
boleh dilakukan dan dilaporkan oleh PKP.
Tarif PPN
Berdasarkan ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 42 tahun 2009, berikut ini uraian tarif
PPN di Indonesia:
Pada umumnya, cara menghitung PPN adalah dengan mengalikan tarif PPN dengan Dasar
Pengenaan Pajak (DPP).
Setelah mengetahui penjelasan secara singkat dan tarif PPN, mari simak contoh soal/kasus
PPN dan cara menghitungnya.
Contoh PPN 1
PT. Gragas merupakan PKP yang menjual elektronik di Palembang. Selama Agustus 2016,
PT Gragas melakukan berbagai transaksi sebagai berikut:
Selain transaksi di atas, terdapat tambahan transaksi selama bulan Agustus sebagai berikut:
1. Membeli sebuah mobil box untuk mengangkut barang dengan harga Rp550.000.000
dan harga tersebut sudah termasuk PPN.
Dari transaksi-transaksi yang terjadi di atas, maka hitunglah PPN dari transaksi tersebut? Dan
berapa total PPN yang disetorkan?
Jawab:
PPN dan PPnBM setiap transaksi contoh PPN di atas adalah sebagai berikut.
Transaksi pertama:
Transaksi kedua:
Transaksi ketiga:
Transaksi keempat:
Transaksi tambahan:
PPN keluaranya:
PPN masukannya:
Rp50.000.000
Jadi, total PPn yang perlu PT. Gragas setorkan atas transaksi yang dilakukan selama Agustus
2016 tersebut adalah sebesar Rp271.800.000.
Contoh PPN 2
Toko Samson menjual kulkas sebanyak 20 kulkas dengan harga satuannya sebesar
Rp6.000.000. Lalu, berapakah PPN terutang toko Samson yang wajib disetorkan?
Jawab:
Jadi, PPN terutang yang wajib disetorkan Toko Samson adalah sebesar Rp12.000.000.
PERHITUNGAN PPNBM
adi jika Anda merasa membeli barang yang sesuai dengan salah satu atau lebih dari kategori
di atas, maka Anda diwajibkan membayar PPnBM. Menurut Undang-Undang PPN, untuk
menghitung besaran PPnBM dibutuhkan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) yang meliputi:
1. Harga jual: nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta penjual karena
adanya barang kena pajak (BKP).
2. Biaya penggantian: nilai berupa uang termasuk semua biaya penyerahan, ekspor jasa
kena pajak (JKP) atau ekspor BKP tidak berwujud dan tidak termasuk dalam PPN.
3. Nilai impor: nilai berupa uang yang diambil dari bea masuk, pungutan lain yang
sudah terkena pajak, dan cukai impor BKP.
4. Nilai ekspor: nilai berupa uang termasuk semua biaya yang dipungut oleh pihak
eskportir.
5. Nilai lainnya: nilai berupa uang dengan jumlah yang ditetapkan sebagai DPP sesuai
keputusan menteri keuangan.
Untuk melakukan perhitungan PPnBM, sebelumnya kita harus mengetahui terlebih dahulu
tentang tarif PPN dan PPnBM di Indonesia. Tarif PPN saat ini sebesar 10% yang meliputi:
1. Tarif 10% untuk kendaraan bermotor kategori tertentu, alat rumah tangga, hunian
mewah, alat pendingin, televisi, minuman non-alkohol.
2. Tarif 20% untuk kendaraan bermotor kategori tertentu, peralatan olahraga impor,
berbagai jenis permadani, alat fotografi dan barang sanitary.
3. Tarif 25% untuk kendaraan bermotor berat dan berbahan bakar solar, misalnya
minibus, combi, pick up.
4. Tarif 35% untuk minuman bebas alkohol, batu kristal, barang berbahan kulit impor,
barang pecah belah, bus.
Nah, setelah mengetahui tarif PPN dan PPnBm di atas, selanjutnya mari kita mempelajari
cara perhitungan PPnBM. Salah satu rumus mudah untuk menghitung PPN adalah:
PPN = Tarif PPN x (Harga Barang – PPnBM)
Untuk memudahkan pemahaman wajib pajak mengenai jenis pajak satu ini, mari kita lihat
beberapa contoh soal di bawah ini:
Contoh 1
Bapak Ahmad merupakan seorang pengusaha di bidang produksi film, pada suatu saat beliau
membeli sebuah mobil sport mewah dengan harga Rp900.000.000. Berdasarkan DPP, mobil
tersebut terkena tarif PPnBM sebesar 40%. Lalu, berapakah nilai uang yang harus dibayarkan
Bapak Ahmad untuk membawa masuk mobilnya ke Indonesia?
Berarti total harga mobil yang harus dibayarkan Bapak Ahmad adalah:
Contoh 2
PT Irsyadin Jaya merupakan sebuah perusahaan yang memproduksi berbagai macam barang
elektronik mewah seperti AC dan lemari pendingin. Barang yang diproduksi di sini termasuk
dalam kategori barang mewah dengan tarif PPnBM sebesar 20%.
Pada bulan Desember tahun 2017, PT Irsyadin Jaya menjual lemari pendingin ke Toko
Ahmad dengan sebanyak 30 unit dengan harga jual per barang sekitar Rp6.000.000. Lalu,
berapakah nilai PPN dan PPnBm yang harus dipungut dan dibayarkan PT Irsyadin Jaya ke
pemerintah?
Artinya, total pajak yang harus dibayar PT Irsyadin Jaya adalah Rp10.800.000.
Bagaimana rumus dan contoh soal perhitungan PPnBM di atas? Mudah dipahami, bukan?
Setelah memahami PPN dan PPnBM, pembayaran dan pelaporan pajaknya jadi lebih mudah
dipahami.
Contoh Penerapan 10 Tahap Siklus Akuntansi (Accounting Cycle) di
Perusahaan Jasa
25 Mei 2019 Oleh Wadiyo, SE
Siklus Akuntansi adalah proses aktivitas yang dimulai dari analisis dan pencatatan transaksi
bisnis serta berakhir dengan persiapan untuk aktivitas periode akuntansi selanjutnya melalui
pembuatan jurnal penutup.
Jadi siklus akuntansi bukan HANYA proses untuk membuat laporan keuangan.
Tapi keseluruhan proses aktivitas akuntansi di sebuah perusahaan atau entitas, di mana
penyusunan laporan keuangan adalah salah satu dari tahapan proses dalam siklus akuntansi.
Sebagaimana kita pahami, perusahaan memiliki siklus aktivitas yang terus berulang
sepanjang waktu yang kita kenal sebagai siklus akuntansi (accounting cycle: dalam bahasa
Inggris).
Dan secara ringkas, urutan proses siklus akuntansi adalah seperti pada gambar di atas.
Lalu sebenarnya apa itu siklus akuntansi?
Definisi Siklus Akuntansi adalah urutan proses di suatu perusahaan atau entitas yang dimulai
dari menganalisa transaksi-transaksi, mencatat, menyusun laporan keuanngan, dan ditutup
dengan proses mempersiapkan aktivitas akuntansi untuk periode selanjutnya.
Dan di dalam proses penyusunan laporan keuangan ada sub-sub proses lagi, antara lain:
membuat buku besar, membuat neraca saldo, membuat jurnal penyesuaian, membuat jurnal
penutup.
Sebagai mukadimah, berikut ini saya sajikan video yang membahasa contoh siklus akuntansi
perusahaan jasa.
Selama bulan atau tahun berjalan, semua transaksi operasional perusahaan dicatat.
Pada akhir bulan dan tahun, perusahaan menyiapkan laporan keuangan yang merangkum
semua aktivitas operasionalnya sepanjang waktu tersebut.
Dari penjelasan siklus aktivitas di perusahaan jasa tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa
siklus akuntansi adalah:
“Proses akuntansi yang dimulai dengan menganalisis dan membuat jurnal untuk transaksi-
tansaksi dan diakhiri dengan membuat jurnal penutup guna menyiapkan catatan akuntansi
untuk transaksi-transaksi periode berikutnya”
Bagaimana siklus akuntansi perusahaan dagang dan siklus akuntansi perusahaan manufaktur?
Secara umum, proses aktivitas, alur, dan tahapan siklus akuntansi perusahaan jasa, dagang,
dan manufaktur sama. Yang membedakan adalah jenis transaksinya.
Ada jenis transaksi yang ada di perusahaan jasa, dagang, dan manufaktur. Tapi ada jenis
transaksi yang HANYA ada di perusahaan tertentu.
Misalnya transaksi persediaan barang dalam proses. Transaksi ini hanya ada di perusahaan
manufaktur atau industri pengolahan.
Ada juga transaksi yang hanya ada pada siklus akuntansi bank syariah.
1. Melakukan analisis transaksi keuangan dan mencatatnya ke jurnal umum dan jurnal khusus.
2. Memindahkan (posting) transaksi tersebut ke buku besar.
3. Menyiapkan neraca saldo belum disesuaikan.
4. Menyiapkan dan menganalisis data penyesuaian.
5. Menyiapkan kertas kerja/neraca lajur akhir periode (optional).
6. Membuat ayat jurnal penyesuaian dan posting ke buku besar.
7. Menyiapkan neraca saldo setelah penyesuaian.
8. Menyiapkan laporan keuangan.
9. Membuat ayat jurnal penutup dan posting ke buku besar.
10. Menyiapkan neraca saldo setelah penutupan.
Sepuluh tahap tersebut dapat diringkas dalam sebuah gambar siklus akuntansi seperti di atas.
Gambar siklus akuntansi di atas juga memperlihatkan bagaimana data akuntansi dimulai,
yaitu
Mulai dari transaksi keuangan, proses penyusunan laporan keuangan hingga menyiapkan
akun-akun untuk pencatatan transaksi periode selanjutnya.
Untuk memudahkan penjelasan tentang tahap-tahap proses siklus akuntansi perusahaan jasa,
saya menggunakan contoh soal dan jawaban siklus akuntansi perusahaan jasa berikut ini:
Pak Mansyur telah menjalankan usaha konsultasi paruh waktu dari rumahnya selama
beberapa tahun.
Mulai tanggal 01 Januari 2018, Pak Mansyur menjalankan usaha konsultasinya secara penuh
waktu dengan menyewa kantor di lokasi strategis.
Dia memberi nama usahanya sebagai Mansyur Consulting, bergerak pada jasa pelatihan
akuntansi, pendampingan dan penyusunan Standar Operasional Prosedur Akuntansi
Keuangan perusahaan, serta jasa keuangan lainnya.
Selama bulan Januari 2018, Mansyur Consulting melakukan transaksi-transaksi berikut ini :
Januari, 01:
Aset-aset berikut ini diterima dari Pak Mansyur:
kas Rp 13.100.000,
piutang usaha Rp 3.000.000,
bahan habis pakai, Rp 1.400.000, dan
peralatan kantor Rp 12.500.000.
Januari,01:
Membayar sewa kantor sederhana untuk tiga bulan sesuai kontrak sewa, Rp 4.800.000
Januari,02:
Membayar premi asuransi kerugian dan kebakaran untuk properti Rp 1.800.000
Januari,04:
Menerima uang dari klien sebagai pembayaran di muka untuk jasa yang akan disediakan dan
dicatat sebagai pendapatan diterima dimuka Rp 5.000.000.
Januari,05:
Membeli tambahan peralatan kantor secara kredit dari Toko Berkah Jaya Rp 2.000.000
Januari,6:
Menerima uang dari klien atas pelunasan piutang usaha Rp 1.800.000
Januari,10:
Membayar tunai untuk iklan online Rp 120.000
Januari,12:
Membayar Toko Berkah Jaya sebagian dari utang pembelian tanggal 5 Januari 2018 Rp
1.200.000
Januari,12:
Mencatat jasa yang disediakan secara kredit untuk periode 1-12 Januari 2018 Rp 4.200.000
Januari,14:
Membayar gaji dua mingguan pegawai freelance Rp 750.000
Januari,17:
Menerima kas dari klien atas honor periode 1-16 Januari 2018 Rp 6.250.000
Januari,18:
Membayar tunai atas pembelian bahan habis pakai, Rp 800.000
Januari,20:
Mencatat pendapatan honor yang masih terutang untuk periode 13-20 Januari 2018 sebesar
Rp 2.100.000
Januari,24:
Menerima uang dari klien atas honor periode 17-24 Januari 2018, Rp 3.850.000
Januari,26:
Menerima uang dari klien atas pelunasan piutang usaha, Rp 5.600.000
Januari,27:
Membayar gaji dua mingguan pegawai freelance, Rp 750.000
Januari,29:
Membayar tagihan telpon bulan Januari Rp 130.000
Januari,30:
Membayar tagihan listrik bulan Januari, Rp 200.000
Januari,30:
Menerima uang dari klien atas honor periode 25-30 Januari 2018, Rp 3.050.000
Januari,30:
Mencatat pendapatan honor yang masih terutang untuk sisa bulan Januari 2018, Rp 1.500.000
Januari, 30 :
Contoh transaksi-transaksi keuangan yang dilakukan oleh Mansyur Consulting selama bulan
Januari 2018 ini, selanjutnya akan kita gunakan sebagai contoh siklus akuntansi perusahaan
jasa:
Dan berikut ini 10 tahap siklus akuntansi perusahaan jasa konsultan “Mansyur Consulting”
Tahap pertama dalam siklus akuntansi adalah menganalisis dan mencatat transaksi-transaksi
ke jurnal umum maupun jurnal khusus.
Cara paling mudah untuk menganalis dan mencatat transaksi-transaksi akuntansi adalah
menggunakan sistem akuntansi jurnal berpasangan debit kredit.
Sistem akuntansi jurnal berpasangan adalah alat yang sangat berguna untuk menganalisis dan
mencata transaksi-transaksi akuntansi keuangan.
Dan perhatikan gambar berikut yang menjelaskan proses pencatatan transaksi ke jurnal
umum:
Langkah analisis transaksi dan pencatatan ke jurnal
Langkah-langkah yang perlu dilakukan saat menggunakan sistem jurnal berpasangan untuk
menganalisis dan mencatat transaksi adalah:
Chart of Account adalah daftar akun yang digunakan untuk mencatat transaksi-transaksi
akuntansi. COA berguna untuk menentukan akun mana yang dipengaruhi oleh transaksi.
11 Kas
12 Piutang Usaha
14 Bahan Habis Pakai
15 Sewa Dibayar di Muka
16 Asuransi Dibayar di Muka
18 Peralatan Kantor
21 Utang Usaha
22 Utang Gaji
23 Pendapatan Diterima di Muka
31 Modal
32 Prive
33 Ikhtisar Laba Rugi
41 Pendapatan
51 Beban Gaji
52 Beban Sewa
53 Beban Bahan Habis Pakai
54 Beban Penyusutan
55 Beban Asuransi
59 Beban Lain-lain
Setelah menganalisis setiap transaksi keuangan yang dilakukan oleh Mansyur Consulting
selama bulan Januari 2018.
Contoh pencatatan jurnal transaksi pembelian kredit peralatan kantor tanggal 5 Januari 2018:
Contoh pencatatan jurnal transaksi pengeluaran beban lain-lain tanggal 10 Januari 2018:
Contoh pencatatan jurnal transaksi utang usaha dan piutang usaha tanggal 12 Januari 2018:
Transaksi 1:
Transaksi 2:
Contoh pencatatan jurnal transaksi pembayaran gaji karyawan tanggal 14 Januari 2018:
Contoh pencatatan jurnal transaksi pendapatan usaha yang belum dibayar tanggal 20 Januari 2018:
Contoh pencatatan jurnal transaksi penerimaan pembayaran piutang usaha tanggal 25 Januari 2018:
Contoh pencatatan jurnal transaksi pembayaran beban lain-lain tanggal 29 Januari 2018:
Contoh pencatatan jurnal transaksi pengeluaran beban lain-lain dan penerimaan pendapatan tanggal
30 Januari 2018:
Pada tahap kedua ini adalah memindahkan saldo-saldo pencatatan di jurnal umum ke buku
besar.
Jadi Buku besar adalah kumpulan saldo akun-akun yang diperoleh dari pemindahan (posting)
pencatatan jurnal transaksi.
Fungsi buku besar dalam proses siklus akuntansi cukup penting, yaitu menyiapkan proses
pada tahap berikutnya dalam penyusunan laporan keuangan.
Transaksi-transaksi yang dicatat di dalam jurnal umum dan jurnal khusus secara periodik
dipindahkan (posting) sesuai dengan akun-akun di buku besar.
Posting adalah proses pemindahan saldo-saldo dari jurnal ke buku besar, termasuk mencatat
tanggal transaksi, jumlah debit atau kredit dan referensi jurnal dalam akun.
Nomor akun dicatat dalam kolom referensi posting dalam jurnal untuk menunjukkan bahwa
ayat jurnal telah diposting ke akun-akun dalam buku besar.
Mansyur Consulting
Buku Besar
31 Januari 2018
Contoh Buku Besar: Akun Beban Gaji
Urutan ke-tiga siklus akuntansi adalah menyiapkan daftar saldo yang belum disesuaikan yang
disiapkan untuk menentukan apakah terdapat kesalahan dalam posting debit dan kredit ke
buku besar.
Daftar saldo yang belum disesuaikan ini bukanlah bukti keakuratan yang lengkap mengenai
buku besar.
Daftar saldo ini hanya menunjukkan bahwa jumlah debit sama dengan jumlah kredit.
Namun manfaatnya tetap ada karena kesalahan seringkali mempengaruhi kesamaan jumlah
debit dan kredit.
Jika jumlah kedua saldo dalam neraca saldo ini tidak sama, maka telah terjadi kesalahan yang
harus ditemukan dan dikoreksi.
Daftar saldo yang belum disesuaikan untuk Mansyur Consulting diambil dari buku besar
yang telah dibuat pada urutan siklus akuntansi #2, sebelum ayat jurnal penyesuaian dicatat.
Dan perhatikan bentuk neraca saldo yang belum disesuaikan dari transaksi-transaksi yang
terjadi di Mansyur Consulting adalah seperti berikut ini :
Mansyur Consulting
Neraca Saldo Belum Disesuaikan
Untuk Bulan yang Berakhir pada 31 Januari 2018
(Dalam Rupiah)
Tabel: Daftar saldo yang belum disesuiakan
Urutan ke-empat siklus akuntansi adalah menyiapkan dan menganalisis data-data transaksi
yang perlu sisesuaikan.
Ada empat jenis akun yang biasanya memerlukan penyesuaian termasuk beban dibayar di
muka, pendapatan diterima di muka, piutang usaha, dan beban yang masih harus dibayar.
Sebagai tambahan, beban penyusutan harus dicatat untuk semua aset tetap selain tanah.
Dan data-data berikut ini adalah transaksi tambahan yang perlu disesuaikan dengan
menggunakan jurnal penyesuaian, yaitu :
Pengertian kertas kerja adalah accounting tool yang digunakan untuk merangkum ayat jurnal
penyesuaian dan saldo akun untuk laporan keuangan.
Akuntan sering menggunakan kertas kerja untuk mengumpulkan dan merangkum data yang
diperlukan untuk menyiapkan beragam analisis dan laporan.
Kertas kerja alat atau accounting tool yang berguna, tapi bukan bagian dari pencatatan
akuntansi formal.
Hal ini berlawanan dengan bagan akun, jurnal dan buku besar yang merupakan bagian
penting dalam sistem akuntansi dan siklus akuntansi.
Kertas kerja biasanya disiapkan dengan menggunakan program kertas kerja di komputer, dan
yang paling populer menggunakan Excel dengan berbagai rumus dan fitur-fiturnya.
Untuk perusahaan kecil dengan jumlah akun dan penyesuaian yang sedikit, kertas kerja akhir
periode belum diperlukan.
Walaupun kertas kerja akhir periode tidak diperlukan, kertas ini sangat berguna dalam
menunjukkan alur informasi akuntansi dari neraca saldo yang belum disesuaikan ke daftar
saldo yang disesuaikan dan Laporan Keuangan.
Selain itu, kertas kerja akhir periode berguna dalam menganalisis pengaruh dari penyesuaian
yang diajukan terhadap laporan keuangan.
Perhatikan Kertas kerja atau neraca lajur 12 kolom akhir periode untuk Mansyur Consulting
adalah seperti berikut ini:
Mansyur Consulting
Kerta Kerja Akhir Periode/Neraca Lajur
Untuk Bulan yang Berakhir pada 31 Januari 2018
(Dalam Rupiah)
Tabel: Kertas Kerja Akhir Periode
Kertas kerja merupakan alat bantu dalam menyiapkan laporan laba rugi, laporan ekuitas
pemilik (perubahan modal) dan neraca.
Laporan Laba Rugi biasanya disiapkan langsung dari kertas kerja, tapi urutan penyajian
beban bisa saja diubah.
Misalnya, urutan berdasarkan besarnya jumlah beban, dimulai dari pos yang terbesar. Beban
lain-lain diletakkan terakhir tanpa melihat jumlahnya.
Laporan pertama yang biasanya disajikan di laporan ekuitas pemilik adalah saldo akun modal
pemilik pada awal periode.
Akan tetapi, jumlah yang dimasukkan sebagai modal di kertas kerja tidak selalu merupakan
saldo awal periode.
Pemilik bisa saja melakukakan investasi tambahan aset dalam perusahaan sepanjang periode
berjalan.
Oleh karena itu, untuk saldo awal dan penambahan investasi sangat penting untuk mengacu
pada akun modal di buku besar.
Jumlah ini bersama dengan laba bersih atau rugi bersih, dan jumlah prive yang ditunjukkan di
kertas kerja, digunakan untuk menentukan saldo akhir akun modal.
Neraca dapat disiapkan langsung dari kolom kertas kerja kecuali untuk saldo akhir modal
pemilik, yang diambil dari laporan ekuitas pemilik.
Saat kertas kerja digunakan, ayat jurnal penyesuaian dan ayat jurnal penutup biasanya tidak
dibuat atau dipindahkan sampai setelah kertas kerja dan laporan keuangan disiapkan.
Data untuk ayat jurnal penyesuaian diambil dari kolom penyesuaian di kertas kerja.
Data untuk dua ayat jurnal penutup yang pertama diambil dari kolom Laporan Laba Rugi di
kertas kerja.
Jumlah untuk ayat jurnal penutup yang ketiga adalah laba bersih atau rugi bersih yang
muncul dibagian bawah kertas kerja.
Jumlah ayat jurnal penutup ke-empat adalah saldo akun prive yang muncul di kolom Debit
Neraca di kertas kerja.
Tahap #6 adalah membuat jurnal penyesuaian dan memindahkan (posting) ke buku besar.
Ayat jurnal penyesuaian untuk Mansyur Consulting disiapkan berdasarkan data penyesuaian
pada urutan ke-empat siklus akuntansi.
Setiap ayat jurnal penyesuaian mempengaruhi paling tidak satu akun laporan laba rugi dan
satu akun neraca.
Di Buku Besar, ayat jurnal penyesuaian ditulis sebagai “Ayat Jurnal Penyesuaian”.
Setelah semua ayat jurnal penyesuaian telah selesai dibuat dan diposting, daftar saldo yang
disesuaikan disiapkan untuk memeriksa kesamaan jumlah saldo debit dan kredit.
Hal ini adalah langkah terakhir atau urutan ke-tujuh dalam siklus akuntansi, sebelum
menyiapkan laporan keuangan, dan semua kesalahan yang muncul dari proses posting ayat
jurnal penyesuaian harus ditemukan dan diperbaiki.
Perhatikan, neraca saldo setelah penyesuaian Mansyur Consulting per 31 Januari 2018
adalah seperti ditunjukkan berikut ini:
Mansyur Consulting
Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
Untuk Bulan yang Berakhir pada 31 Januari 2018
(Dalam Rupiah)
Tahap penyusunan Laporan Keuangan dari Neraca Lajur atau kertas kerja akhir periode:
Laporan Laba Rugi disiapkan terlebih dahulu, diikuti oleh laporan ekuitas pemilik, kemudian
neraca.
Laporan Keuangan dapat disiapkan langsung dari daftar saldo yang disesuaikan, kertas kerja
akhir periode, atau buku besar.
Laba bersih atau rugi bersih yang ditunjukkan dalam laporan keuangan disajikan dalam
laporan ekuitas pemilik bersama dengan penambahan investasi dan juga penarikan oleh
pemilik.
Saldo akhir modal pemilik dilaporkan di neraca dan ditambahkan dengan jumlah liabilitas
untuk menyamakan jumlah aset.
Perhatikan, Laporan Keuangan untuk Mansyur Consulting ditunjukkan seperti berikut ini:
Mansyur Consulting
Laporan Laba Rugi
Untuk Bulan yang Berakhir pada 31 Januari 2018
(Dalam Rupiah)
Dari Laporan Laba Rugi di atas, memperlihatkan bahwa Mansyur Consulting memperoleh
laba sebesar Rp 18.300.000 untuk bulan Januari 2018.
Mansyur Consulting
Neraca
Per 31 Januari 2018
(Dalam Rupiah)
Urutan #9 dalam siklus akuntansi adalah membuat ayat jurnal penutup dan kemudian
memindahkan (posting) ke buku besar.
Pengertian jurnal penutup adalah ayat jurnal yang memindahkan saldo akun-akun sementara
ke akun modal pemilik.
Proses pemindahan tersebut disebut proses penutupan (clossing process) atau sering kita
kenal sebagai TUTUP BUKU.
Buku besar akan sesuai dengan data yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
Saldo akun-akun yang dilaporkan di neraca terus disertakan dari tahun ke tahun. Karena
bersifat permanen, maka akun-akun ini disebut akun riil (real account).
Saldo akun-akun yang dilaporkan di Laporan Laba Rugi tidak disertakan dari tahun ke tahun.
Begitu juga dengan saldo akun prive pemilik, yang dilaporkan dalam laporan ekuitas pemilik,
tidak disertakan.
Karena akun-akun ini hanya melaporkan jumlah untuk satu periode, maka disebut akun
sementara (temporary account) atau akun nominal (nominal account).
Untuk melaporkan jumlah hanya untuk satu periode, saldo akun sementara harus nol pada
awal periode.
Saldo akun pendapatan dan beban dipindahkan ke sebuah akun yang disebut Ikhtisar Laba
Rugi (Income Summary).
Saldo ikhtisar Laba Rugi lalu dipindahkan ke akun modal pemilik. Ayat jurnal yang
memindahkan saldo-saldo ini disebut ayat jurnal penutup (closing entries).
Perhatikan bahwa Ikhtisar Laba Rugi digunakan digunakan hanya pada saat akhir periode
siklus akuntansi.
Pada awal proses penutupan, tidak ada saldo Ikhtisar Laba Rugi.
Selama proses penutupan dalam siklus akuntansi, Ikhtisar Laba Rugi akan di-debit dan di-
kredit untuk jumlah yang berbeda-beda.
Pada akhir proses penutupan , Ikhtisar Laba Rugi tidak akan memiliki saldo lagi.
Karena Ikhtisar Laba Rugi ini memiliki efek ‘membersihkan’ atau me-nihil-kan saldo akun
pendapatan dan beban, maka kadang dibuat juga akun kliring (clearing account).
Judul lain yang kadang dipakai adalah Revenue and Expense Summary, Profit and Loss
Summary, dan Income and Expense Summary.
Sangat mungkin untuk menutup akun sementara (pendapatan dan beban) tanpa menngunakan
akun kliring seperti Ikhtisar Laba Rugi.
Dalam hal ini, saldo akun pendapatan dan beban ditutup secara langsung ke akun modal
pemilik. Proses ini berjalan otomatis dalam sistem akuntansi komputerisasi.
Dalam sistem manual, penggunaan akun Ikhtisar Laba Rugi membantu dalam menemukan
dan memperbaiki kesalahan.
Ada 4 jurnal penutup yang dibuat pada akhir periode akuntansi agar akun-akun siap
digunakan kembali pada periode berikutnya.
Ayat jurnal penutup yang pertama memindahkan saldo akun pendapatan ke ikhtisar Laba
Rugi.
Ayat jurnal kedua memindahkan saldo akun Beban ke ikhtisar Laba Rugi. Ayat jurnal ketiga
memindahkan saldo Ikhtisar Laba Rugi ke akun modal pemilik.
Terakhir, ayat jurnal ke-empat memindahkan semua saldo dalam akun prive pemilik ke akun
modal pemilik.
Ke-empat ayat jurnal penutup untuk Mansyur Consulting ditunjukkan berikut ini:
Perhatikan gambar di atas, setelah ayat jurnal penutup diposting ke buku besar , saldo dalam
akun modal pemilik akan sesuai dengan jumlah yang disajikan di laporan ekuitas pemilik dan
neraca.
Untuk Mansyur Consulting, saldo akhir modal adalah Rp 42.300.000, seperti ditunjukkan
pada buku besar berikut ini:
Tabel: Akun Modal di Buku Besar
Setelah ayat jurnal penutup diposting, semua saldo akun pendapatan, beban, dan prive
menjadi nol.
Untuk menyederhanakan, ayat jurnal penutup di buku besar ditulis singkat sebagai
“Penutup”.
Dan khusus untuk anda yang suka nonton video atau film, berikut saya sajikan video
penjelasan singkat tentang jurnal penyesuaian dan jurnal penutup dalam siklus akuntansi
perusahaan jasa:
Langkah terakhir dalam siklus akuntansi adalah menyiapkan neraca saldo setelah penutupan.
Kegunaan dari daftar saldo setelah penutupan dalam siklus akuntansi ini adalah untuk
memastikan bahwa buku besar telah sesuai pada awal periode berikutnya.
Semua akun beserta saldo dalam daftar saldo setelah penutupan harus sama dengan akun dan
saldo di neraca pada akhir periode.
Dan perhatikan daftar saldo setelah penutupan untuk Mansyur Consulting ditunjukkan
seperti berikut ini:
Mansyur Consulting
Neraca Saldo Setelah Penutupan
Untuk Bulan yang Berakhir pada 31 Januari 2018
(Dalam Rupiah)
Neraca Saldo Setelah Penutupan
Saldo yang ditunjukkan dalam daftar saldo setelah penutupan diambil dari saldo akhir dalam
buku besar seperti pada alur siklus akuntansi #2.
Saldo-saldo ini sesuai dengan jumlah yang ditunjukkan di neraca Mansyur Consulting, seperti
pada urutan siklus akuntansi #8.
Ada 99,4% dari seluruh perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (IDX) memiliki
periode akuntansi yang berakhir tanggal 31 Desember, dan sisanya di tanggal 31 Maret.
Contohnya, suatu perusahaan bisa saja menetapkan periode akuntansi yang berakhir saat
aktivitas usahanya mencapai titik terendah dalam siklus operasi tahunannya.
Pada titik terendah ini, suatu usaha memiliki waktu lebih banyak untuk menganalisis hasil
operasinya dan menyiapkan laporan keuangan.
Para investor dan pengguna laporan keuangan lainnya harus berhati-hati dalam meng-
interpretasikan laporan keuangan setengah periode, misalnya semester untuk perusahaan
tersebut.
Artinya, kita harus menyadari bahwa perusahaan tersebut akan memiliki hasil operasional
yang sangat fluktuatif sepanjang periode akuntansi.
Perlu diperhatikan, bahwa sejarah keuangan perusahaan bisa ditunjukkan dengan serangkaian
NERACA dan Laporan Laba Rugi untuk beberapa periode akuntansi.
Jika kelangsungan suatu perusahaan ditunjukkan dengan sebuah garis yang bergerak dari kiri
ke kanan, serangkaian neraca dan laporan laba rugi dapat digambarkan sebagai berikut:
“[Lengkap] Contoh Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang
Beserta Penjelasan”
Belajar siklus akuntansi | Dengan disusunnya Siklus Akuntansi Perusahaan Dagang ini yang
meliputi seluruh proses akuntansi mulai dari:
Neraca
Transaksi Perusahaan Dagang
Jurnal Khusus (Junal Penjualan dan Pembelian, Jurnal Penerimaan dan Pengeluaran
Kas)
Jurnal Umum Perusahaan Dagang
Buku Besar Pembantu (Buku Pembantu Piutang, Utang, dan Persedian)
Buku Besar Umum
Laporan Harga Pokok Penjualan
Jurnal Penyesuaian
Kertas Kerja (Neraca Lajur)
Laporan Keuangan (Laporan Laba Rugi, Perubahan Modal, Laporan Arus Kas,
Laporan Neraca)
Jurnal Penutup
Jurnal Pembalik Perusahaan Dagang
Dengan demikian transaksi keuangan yang terjadi selama bulan Desember tersebut akan
dibukukan ke dalam jurnal khusus secara kronologis (sesuai dengan urutan waktu
terjadinya) dengan data tambahan bahwa Toko Rejeki menggunakan pencatatan
persediaan perpetual dengan metode FIFO.
Berdasarkan transaksi secara bersamaan dengan membuat jurnal juga dilakukan pencatatan
pada buku pembantu baik buku pembantu piutang, buku pembantu persediaan, maupun buku
pembantu utang usaha. Dari transaksi yang terjadi pada Toko “Rejeki” tersebut di atas dapat
dicatat dalam jurnal khusus berikut ini:
Catatan:
* Kolom ref diisi dengan nomor rekening buku pembantu utang saat posting di buku
pembantu yang dilakukan secara harian.
* * Setiap minggu atau akhir bulan, kolom jumlah pada jurnal ini dijumlahkan diposting
dalam buku besar umum pembelian atau dalam rekening selain pembelian dengan mencatat
nomor rekening dari buku besar umum yang bersangkutan.
Catatan:
* kolom ref diisi dengan nomor rekening buku pembantu utang saat posting di buku
pembantu yang dilakukan secara harian.
* * setiap minggu atau akhir bulan, kolom jumlah pada jurnal ini dijumlahkan diposting
dalam buku besar umum pembelian atau dalam rekening selain pembelian dengan mencatat
nomor rekening dari buku besar umum yang bersangkutan.
Jurnal Umum
Mencatat (Posting) Buku Besar Pembantu
Buku Besar Pembantu Piutang
Buku Besar Pembantu Persediaan
Buku Besar Pembantu Utang
Setiap akhir periode dibuat daftar saldo dari masing-masing buku pembantu untuk
dicocokkan dengan buku besar umum/utama (rekening kontrol) yaitu piutang, utang, dan
persediaan.
Buku besar adalah kumpulan dari rekening-rekening yang sejenis yang saling berhubungan
dan merupakan satu kesatuan. Kumpulan rekening ini terbagi dalam lima kelompok yang
disebut juga dengan buku besar adalah Harta, Utang, Modal, Pendapatan, dan Beban.
Harta terdiri atas rekening kas, piutang, perlengkapan, mesin dan lain-lain.
Utang terdiri atas rekening utang usaha, utang gaji karyawan, utang bank, dan lain-lain.
Modal terdiri atas modal pemilik.
Pendapatan terdiri atas rekening pendapatan jasa atau pendapatan lain di luar usaha. Beban
terdiri atas rekening beban gaji karyawan, beban sewa, beban depresiasi, dan lainlain serta
beban di luar usaha.
Pemindahbukuan (posting ) adalah mencatat atau memindahkan rekening dan jumlah angka
yang berasal dari jurnal ke buku besar dengan memberikan tanda posting tertentu. Berbeda
dengan penjurnalan yang harus dilakukan secara rutin setiap hari.
Pemindahbukuan ini dapat dilakukan setiap akhir pekan (seminggu sekali) atau bisa juga
tiap akhir bulan. Sebagai tanda bahwa posting telah dilakukan, maka tiap-tiap terjadi
pemindahbukuan harus ditandai, baik dalam jurnal maupun pada buku besarnya.
1. Jumlah nominal yang terdapat di jurnal khusus dipindah ke kolom saldo debit atau
kredit dari rekening yang bersangkutan.
2. Nomor halaman yang terdapat di jurnal khusus dipindah ke kolom ref buku besar
sebagai tanda sumber pempostingan.
3. Rekening-rekening yang terdapat di jurnal khusus setelah diposting diberi nomor
sebagai tanda jumlah nominalnya telah dipindahkan ke buku besar.
4. Jumlah yang dipindahkan ke buku besar merupakan jumlah akhir sehingga tanggal
ditulis per akhir periode. Khusus untuk kolom serba-serbi yang terdapat di jurnal
penerimaan dan pengeluaran kas, posting dilakukan menurut tanggal transaksi.
Setelah dilakukan penjurnalan secara kronologis, maka langkah berikutnya adalah mem-
posting (memindahbukukan dari jurnal ke buku besar) dengan cara memberikan kode nomor
akun ke dalam kolom Ref (Referensi) yang ada dalam jurnal dan tiap-tiap akun yang sudah
dilakukan posting juga diberikan nomor halaman jurnal. Hal ini dapat dicermati pada
rekening berikut ini.
Menghitung Harga Pokok Penjualan
Apabila perusahaan menerapkan metode pencatat persediaan secara perpetual fisik, maka
besarnya harga pokok barang yang terjual bisa ditentukan setiap saat terjadi penjualan yaitu
setiap membuat jurnal penjualan sekaligus mencatat jurnal harga pokok penjualan.
Namun demikian perhitungan harga pokok penjualan tetap dilakukan sebagai komponen dari
laporan laba rugi yang tersaji dalam laporan keuangan.
Penghitungan harga pokok penjualan dibuat pada akhir periode akuntansi, yaitu pada waktu
disusun laporan keuangan. Penyajian harga pokok penjualan ini dapat dibuat secara terpisah
dari laporan laba rugi. Adapun formulasi penghitungan harga pokok penjualan adalah:
Contoh:
Data berikut ini adalah yang dimiliki oleh Toko “Rahayu” Persediaan barang dagangan awal
(1 Oktober 2006) sebesar Rp30.000.000,00. Pembelian selama satu bulan sebesar
Rp120.000.000,00. Dari pembelian tersebut diperoleh potongan pembelian sebesar
Rp3.000.000,00 dan melakukan pengembalian barang yang rusak sebesar Rp6.000.000,00.
Dalam rangka memperoleh barang yang dibeli dikeluarkan ongkos angkut sebesar
Rp1.200.000,00. Pada akhir periode dilakukan perhitungan secara fisik barang yang masih
tersisa di gudang sebesar Rp35.000.000,00. Dari data tersebut dapat dihitung besarnya harga
pokok penjualan sebagai berikut.
Setelah semua akun yang ada dalam jurnal dibukukan (posting) ke masing-masing rekening,
maka langkah selanjutnya adalah membuat daftar saldo.
Penyusunan daftar saldo dilakukan setiap akhir bulan, yaitu menentukan besarnya saldo tiap-
tiap akun, selanjutnya diringkas dalam daftar saldo sebagai berikut;
Kertas Kerja/ Neraca Lajur
Kertas kerja merupakan sarana untuk memudahkan bagi suatu perusahaan dalam membuat
laporan keuangan selanjutnya. Kertas kerja pada perusahaan dagang sama dengan pada
perusahaan jasa. Kertas kerja tersebut terdiri atas sebagai berikut.
1. Neraca saldo yang berisi rekening-rekening buku besar setelah adanya pempostingan
terhadap rekening tersebut.
2. Penyesuaian yang berisi ayat-ayat penyesuaian yang memengaruhi rekening buku
besar.
3. Neraca saldo disesuaikan berisi rekening-rekening buku besar yang telah
terpengaruh ayat penyesuaian.
4. Perhitungan laba rugi berisi rekening-rekening nominal, yaitu terdiri atas
pendapatan dan beban yang menunjukkan hasil operasi perusahaan selama periode
tertentu.
5. Perhitungan neraca berisi rekening-rekening riil, yaitu terdiri atas harta, utang, dan
modal yang menunjukkan posisi perusahaan pada waktu tertentu.
Selanjutnya dari daftar saldo tersebut dapat disusun laporan keuangan jika semua data sudah
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Namun, dapat diketahui bahwa untuk aktiva tetap
belum diperhitungkan beban penyusutannya, demikian pula dengan perlengkapan ternyata
masih ada persediaan (belum terpakai). Oleh karena itu, masih perlu data penyesuaian agar
transaksi menunjukkan keadaan yang sesungguhnya.
Data yang ada di Toko Rejeki telah diinformasikan bahwa perusahaan menggunakan metode
pencatatan persediaan metode fisik dengan rekening penyesuaian harga pokok penjualan
dengan data penyesuaiannya adalah sebagai berikut.
1. Penyusutan aktiva tetap sebesar 5% setiap tahun (beban untuk bulan Desember belum
diperhitungkan). Beban penyusutannya dibebankan untuk bagian toko sebesar 60%
dan bagian kantor 40%.
2. Perlengkapan yang masih tersisa sebesar Rp. 760.000,00 pemakaian perlengkapan
digunakan untuk bagian toko 75% dan bagian kantor 25%.
3. Bunga pinjaman di bank yang masih harus dibayar sebesar Rp. 75.000,00.
4. Persediaan barang dagangan akhir periode senilai Rp. 2.886.000,00
Berdasarkan data penyesuaian tersebut maka dibuat jurnal penyesuaian sebagai berikut.
Tetapi jika Toko Rejeki telah menggunakan metode pencatatan persediaan metode fisik
dengan rekening penyesuaian Ikhtisar Laba Rugi dengan data penyesuaiannya atas persediaan
barang dagangan pada akhir periode sebesar Rp2.886.000, maka jurnal penyesuaian atas
persediaan tersebut adalah:
Setelah jurnal penyesuaian dibuat, langkah selanjutnya adalah membuat neraca lajur (kertas
kerja/work sheet). Apabila data yang ada pada Toko “Rejeki” dibuatkan kertas kerja akan
tampak seperti berikut:
Laporan Keuangan Perusahaan Dagang
Penutupan
Selama proses akuntansi berjalan, seluruh rekening nominal yang terdiri atas pendapatan dan
beban digunakan sebagai rekening untuk mengklasifikasikan dan mengikhtisarkan rekening
modal. Pada akhir periode akuntansi, seluruh rekening nominal tersebut harus ditutup dengan
saldo nol (tidak memiliki saldo).
Jurnal Penutup
Seperti pada perusahaan jasa, jurnal penutup pada perusahaan dagang digunakan untuk
menutup rekening-rekening nominal, yaitu rekening yang berkaitan dengan pendapatan dan
beban. Hanya saja untuk laporan yang menggunakan metode harga pokok penjualan untuk
rekening pembelian, biaya angkut pembelian, retur dan pengurangan
harga serta potongan pembelian tidak lagi dibuat ayat penutupnya karena rekening-rekening
tersebut saldonya sudah nol. Ayat-ayat penutup yang digunakan untuk menutup rekening
nominal sebagai berikut.
1. Menutup pendapatan, yaitu semua rekening pendapatan di debit sebesar saldo masing-
masing rekening, sedangkan rekening ikhtisar laba rugi di kredit sebesar jumlah semua
rekening pendapatan. Adapun jurnalnya adalah:
2. Menutup beban, yaitu semua beban di kredit sebesar saldo tiap rekening dan rekening
ikhtisar laba rugi di debit sebesar jumlah total rekening beban. Adapun jurnalnya adalah:
3. Menutup perkiraan ikhtisar laba rugi, yaitu jika total sisi debit lebih kecil daripada
kredit maka menunjukkan laba dengan jurnal.
4. Menutup prive, pada umumnya rekening prive,…. Ini bersaldo debit sehingga akan
mengurangi modal perusahaan. Adapun jurnalnya adalah:
Setelah jurnal penutup dibuat, selanjutnya dilakukan posting ke buku besar masing-masing
dan dibuat neraca saldo setelah penutupan untuk mengetahui keseimbangan (balance) dan
kebenaran dari tiap-tiap rekening sebelum memulai pencatatan pada periode berikutnya.
Adapun dari contoh dari Toko Rejeki dapat disusun jurnal penutup sebagai berikut.
Jurnal pembalik (penyesuaian kembali) adalah jurnal yang dibuat pada awal periode
akuntansi untuk membalik jurnal penyesuaian tertentu yang dibuat pada periode sebelumnya.
Jurnal pembalik bukan merupakan jurnal yang harus dibuat oleh suatu perusahaan. Akan
tetapi, jurnal ini perlu dibuat agar pencatatan dalam periode berikutnya dapat tetap konsisten
penggunaan rekeningnya.
Transaksi-transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan yang memerlukan jurnal pembalik
antara lain sebagai berikut.
1. Beban yang masih harus dibayar.
2. Beban yang dibayar di muka apabila beban tersebut pada saat transaksi dicatat dalam
rekening beban (bukan rekening aktiva/harta).
3. Pendapatan yang masih harus diterima. Pendapatan diterima di muka apabila
pendapatan tersebut pada saat transaksi dicatat dalam rekening pendapatan (bukan
rekening utang).
Contoh: Pada jurnal penyesuaian tentang bunga atas utang Bank yang masih harus dibayar
oleh Toko Rejeki sebesar Rp 75.000,00