Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

NILAI TUKAR (KURS)

“Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah
Pengantar Ekonomi 2”

PENGANTAR EKONOMI 2
DOSEN : SULASTRI, S.E., M.M.

UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS EKONOMI
PRODI AKUNTANSI
DEPOK
2020
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi ................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan ................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................................2

Bab II Pembahasan ...............................................................................................3


2.1 Definisi Nilai Tukar .......................................................................................3
2.2 Sistem Nilai Tukar .........................................................................................5
2.3 Perubahan-Perubahan dalam Nilai Tukar.......................................................8
2.4 Efektivitas Nilai Tukar ................................................................................12

Bab III Penutup ...................................................................................................13


3.1 Kesimpulan ..................................................................................................13
3.2 Saran ............................................................................................................14

Daftar Pustaka .....................................................................................................15

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem kurs valuta asing ditentukan oleh mekanisme pasar yaitu


kekuatan permintaan dan penawaran pasar serta berbagai cara pengaturan
campur tangan pemerintah di bidang ini. Pola perilaku kurs tergantung
pada system moneter yang berlaku.

Pada masa orde lama berlaku system pengendalian ketat devisa


dimana pemerintah menetapkan kurs jauh dibawah tingkat kurs menurut
pasar bebas yang menimbulkan pasar bebas devisa. Pada masa orde baru
sistem pengendalian dihapus secara bertahap dan diganti system kurs
mengambang terkendali. Pada masa reformasi sekarang ini pengendalian
devisa lebih dikendalikan pemerintah sesuai dengan kondisi ekonomi
pemerintah dalam hal ekspor dan impor.

Pasangan masalah ekonomi domestik dan internasional yang


dihadapi serta kebijakan yang tepat diambil untuk masing-masing maslah
mungkin bersesuaian dan atau mungkin bertentangan. Dalam makalah ini
akan dibahas lebih lanjut tentang nilai tukar.

Setiap negara mempunyai mata uang sendiri dan mata uang itu
menunjukkan nilai barangnya. Begitu juga dengan sistem moneter
internasional ini mengacu pada institusi-institusi dimana pembayaran atas
transaksi lintas negara dilaksanakan. Sistem ini menentukan bagaiman
kurs tukar asing ditentukan dan bagaimana pemerintah dapat
mempengaruhi kurs tukar.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Nilai Tukar

Untuk dapat digunakan dalam kegiatan ekonomi, maka mata uang-mata


uang yang dipergunakan mempunyai harga tertentu dalam mata uang negara
lain. Harga tersebut menggambarkan berapa banyak suatu mata uang harus
dipertukarkan untuk memperoleh satu unit mata uang lain. Istilah lain dari
rasio pertukaran tersebut adalah nilai tukar (exchange rate).

Jadi, dapat disimpulkan nilai tukar adalah harga salah satu mata uang
terhadap mata uang lain. Heru (2008) menyatakan bahwa nilai tukar
mencerminkan keseimbangan permintaan dan penawaran terhadap mata uang
dalam negeri maupun mata uang asing USD. Merosotnya nilai tukar rupiah
merefleksikan menurunnya permintaan masyarakat terhadap mata uang
rupiah karena menurunnya peran perekonomian nasional atau karena
meningkatnya permintaan mata uang asing USD sebagai alat pembayaran
internasional. Semakin menguat kurs rupiah sampai batas tertentu berarti
menggambarkan kinerja di pasar uang semakin menunjukkan perbaikan.
Sebgai dampak meningkatnya laju inflasi maka nilai tukar domestic semakin
melemah terhadap mata uang asing. Hal ini mengakibatkan menurunnya
kinerja suatu perusahaan dan investasi di pasar modal menjadi berkurang.

Nilai tukar mata uang dibagi menjadi 2 yaitu :


1. Nilai Tukar Nominal
Nilai tukar nominal adalah nilai tukar yang ditulis dengan angka
nominal. Misalkan USD 1,00 = Rp 10.000,00, Untuk memberikan
gambaran yang lebih jelas mengenai pengertian tersebut diberikan contoh

2
sebagai berikut. Misalnya, nilai tukar satu dolar Amerika (USD) terhadap
mata uang Rupiah sebesar Rp8.500. Apabila nilai tukar satu USD
berubah menjadi Rp9.000, maka nilai tukar rupiah mengalami penurunan
atau depresiasi. Sebaliknya apabila nilai tukar 1 USD berubah menjadi
sebesar Rp8.000, maka nilai tukar rupiah mengalami peningkatan atau
apresiasi.

2. Nilai Tukar Riil


Nilai tukar riil adalah rasio harga-harga di luar negeri dengan harga
domestic yang diukur dengan mata uang yang sama. Hal ini mengukur
daya saing suatu negara dalam perdagangan internasional. Nilai tukar riil
adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif,
yaitu harga-hargadidalam negeri dibanding dengan harga-harga di luar
negeri. Nilai tukar riil tersebut dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sederhana sebagai berikut:
e* = e . p/p*
Dimana e* adalah nilai tukar riil, e adalah nilai tukar nominal, P
adalah tingkat harga di dalam negeri dan P* adalah tingkat harga di luar
negeri. Nilai tukar riil di antara kedua negara dihitung dari nilai tukar
nominal dan tingkat harga di kedua negara. Jika nilai tukar riil adalah
tinggi, berarti harga barang-barang luar negeri relative murah, dan harga
barang-barang domestic relative mahal. Dan sebaliknya, jika nilai tukar
riil rendah, berarti harga barang-barang luar negeri relative mahal, dan
harga barang-barang domestic relative murah. Dalam transaksi
perdagangan internasional, suatu negara tidak hanya melakukan transaksi
pada satu negara, tetapi juga dengan beberapa negara. Dengan demikian,
pengukuran nilai tukar riil suatu negara terhadap mitra dagangnya perlu
juga disesuaikan dengan memperhitungkan laju inflasi dan nilai tukar dari
masing-masing negara tersebut.

3
2.2 Sistem Nilai Tukar

 Nilai Tukar Tetap (Fixed Exchange Rate)

Nilai tukar tetap merupakan sistem nilai tukar dimana pemegang otoritas
moneter tertinggi suatu negara (Central Bank) menetapkan nilai tukar dalam
negeri terhadap negara lain yang ditetapkan pada tingkat tertentu tanpa
melihat aktivitas penawaran dan permintaan di pasar uang. Jika dalam
perjalanannya penetapan kurs tetap mengalami masalah, misalnya terjadi
fluktuasi penawaran maupun permintaan yang cukup tinggi maka pemerintah
bisa mengendalikannya dengan membeli atau menjual kurs mata uang yang
berada dalam devisa negara untuk menjaga agar nilai tukar stabil dan kembali
ke kurs tetapnya. Dalam kurs tetap ini, bank sentral melakukan intervensi
aktif di pasar valas dalam penetapan nilai tukar.

Keunggulan :

 Kegiatan spekulasi di pasar uang semakin sempit.


 Intervensi aktif pemerintah dalam mengatur nilai tukar sehingga tetap
stabil.

 Pemerintah memegang peranan penuh dalam pengawasan transaksi devisa.

 Kepastian nilai tukar, sehingga perencanaan produksi sesuai dengan


hasilnya.

Kelemahan :

 Cadangan devisa harus besar, untuk menyerap kelebihan dan kekurangan


di pasar valas.
 Kurang fleksibel terhadap perubahan global.

4
 Penetapan kurs yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan mempengaruhi
pasar ekspor impor.

 Nilai Tukar Fleksibel (Flexible Exchange Rate)

sistem yang membiarkan nilai tukar mata uang suatu negara ditentukan
oleh kekuatan pasar, artinya permintaan dan penawaran terhadap mata uang
tersebut dalam kaitannya dengan mata uang negara lain. Karena dengan
penentuan nilainya oleh kekuatan pasar, nilai tersebut naik atau turun,
tergantung dari besarnya aliran permintaan dan penawarannya setiap satuan
waktu. Di Indonesia, diukur dengan USD, nilai tukar rupiah akan tergantung
kepada permintaan dan penawaran akan USD, dengan pembayaran terhadap
transaksi tersebut yang dilakukan dengan rupiah. Kalau permintaan terhadap
USD lebih besar dari penawarannya, maka harga USD, diukur dengan rupiah
menjadi meningkat, atau sebaliknya nilai rupiah menurun. Dan kalau
penawaran USD lebih besar dbandingkan permintaan terhadapnya, maka
hasil sebaliknya akan terjadi.
Dengan nilai tukar tetap, bank sentral harus menyiapkan berapapun jumlah
valuta asing yang dibutuhkan untuk menutupi ketidakseimbangan
pembayaran finansial. Sebaliknya dalam system nilai tukar fleksibel, bank
sentral menyesuaikan nilai tukar agar permintaan dan penawaran valuta asing
seimbang. Nilai tukar fleksibel terdiri dari :

1. Nilai Tukar Mengambang Terkendali (Dirty Floating)

Penetapan kurs ini tidak sepenuhnya terjadi dari aktivitas pasar


valuta. Dalam pasar ini masih ada campur tangan pemerintah melalui alat
ekonomi moneter dan fiskal yang ada. Jadi dalam pasar valuta ini tidak
murni berasal dari penawaran dan permintaan uang.

Keunggulan :
5
 Mampu menjaga stabilitas moneter dengan lebih baik dan neraca
pembayaran suatu negara.
 Adanya aktifitas MD/MS dalam pasar valuta berdasarkan kurs indikasi
akan mampu menstabilkan nilai tukar dengan lebih baik sesuai dengan
kondisi ekonomi yang terjadi.

 Devisa yang diperlukan tidak sebesar pada nilai tukar tetap.

 Mampu memadukan sistem tetap dan mengambang.

Kelemahan :

 Devisa harus selalu tersedia dan siap diguankan sewaktu-waktu.


 Persaingan yang ketat antara pemerintah dan spekualan dalam
memprediksi dan menetapkan kurs.

 Tidak selamanya mampu mengatasi neraca pembayaran.

 Selisih kurs yang terjadi dalam pasar valuta akan mengurangi devisa
karena memakai devisa untuk menutupi selisihnya.

2. Nilai Tukar Mengambang Bebas (Free Floating Rate)

Kurs mengambang bebas merupakan suatu sistem ekonomi yang


ditujukan bagi suatu negara yang sistem perekonomiannya sudah mapan.
Sistem nilai tukar ini akan menyerahkan seluruhnya kepada pasar untuk
mencapai kondisi equilibrium yang sesuai dengan kondisi internal dan
eksternal. Jadi dalam sistem nilai tukar ini hampir tidak ada campur tangan
pemerintah. 

Keunggulan :

 Cadangan devisa lebih aman.


 Persaingan pasar ekspor-impor sesuai dengan mekanisme pasar.

6
 Kondisi ekonomi negara lain tidak akan berpengaruh besar terhadap
kondisi ekonomi dalam negeri.

 Masalah neraca pembayaran dapat diminimalisir.

 Tidak ada batasan valas.

 Equilibrium pasar uang.

Kelemahan :

 Praktik spekulasi semakin bebas.


 Penerapan sistem ini terbatas pada negara yang sistim perekonomiannya
mapan, masih kurang teapt untuk negara berkembang.

 Tidak adanya intervensi pemerintah untuk menjaga harga.

2.3 Perubahan-Perubahan dalam Nilai Tukar

1) Permintaan terhadap valuta asing timbul bila penduduk suatu negara


membutuhkan barang dan jasa yang diproduksi oleh negara lain.

2) Faktor-factor yang mempengaruhi permintaan terhadap valuta asing


adalah harga mata uang asing (nilai tukarnya), tingkat pendapatan,
tingkat bunga relative, selera, ekspetasi, dan kebijakan pemerintah.

3) Jika yang berubah hanyalah nilai tukar, yang terjadi adalah pergerakan di
sepanjang kurva permintaan (movement along demand curve).

4) Kurva permintaan akan bergeser (shifting) bila yang berubah impor


Penawaran Terhadap Valuta Asing (Foreign Exchange Supply).

5) Penawaran terhadap valuta asing akan meningkat apabila negara lain


mengimpor barang dan jasa atau ekspornya meningkat.

7
6) Penawaran terhadap valuta asing juga meningkat bila arus masuk modal
(capital inflow) lebih besar daripada arus keluar modal (capital outflow).

7) Kurva penawaran akan bergeser apabila factor-factor ceteris paribus


berubah.

8) Apabila ekspor maupun arus masuk modal meningkat, kurva penawaran


akan bergeser ke kanan.

Banyak faktor yang menentukan nilai tukar, dan semua yang


berhubungan dengan perdagangan antar-negara. Ingat, nilai tukar bersifat
relatif, dan dibaca sebagai perbandingan mata uang dari dua negara.
Berikut ini adalah beberapa faktor penentu utama nilai tukar mata uang
antara dua negara. Perhatikan bahwa faktor-faktor ini tidak dalam urutan
tertentu; seperti banyak aspek ekonomi, faktor-faktor ini tidak akan lepas
dari perdebatan.

 Perbedaan Angka Inflasi


Secara umum, sebuah negara dengan tingkat inflasi yang konsisten
lebih rendah menunjukkan peningkatan nilai mata uang, sebagaimana daya
belinya relatif meningkat terhadap mata uang lainnya. Selama paruh
terakhir abad kedua puluh ini, negara-negara yang inflasinya rendah
adalah termasuk Jepang, Jerman dan Swiss, sedangkan Amerika Serikat
dan Kanada mencapai inflasi yang rendah kemudian. Negara-negara
dengan inflasi yang lebih tinggi biasanya akan mengalami depresiasi pada
mata uang mereka jika dibandingkan dengan mata uang mitra dagang
mereka. Hal ini juga biasanya disertai dengan tingkat suku bunga yang
lebih tinggi.

 Perbedaan pada Suku Bunga

8
Suku bunga, inflasi dan nilai tukar sangat berkorelasi satu sama
lain. Dengan memanipulasi suku bunga, bank sentral, dalam hal ini Bank
Indonesia, memiliki pengaruh terhadap inflasi dan nilai tukar sehingga
mengubah tingkat suku bunga berdampak pada perubahan inflasi dan nilai
mata uang. Suku bunga yang lebih tinggi menawarkan keuntungan lebih
bagi kreditur (pemberi pinjaman) relatif lebih tinggi ketimbang negara-
negara lain. Oleh karena itu, suku bunga yang lebih tinggi menarik modal
asing dan menyebabkan nilai tukar naik. Tentu ini juga berlaku sebaliknya,
yakni suku bunga yang lebih rendah cenderung menurunkan nilai tukar.
Namun, dampak baik dari suku bunga yang lebih tinggi ini kurang berarti,
jika inflasi di dalam negeri jauh lebih tinggi dari pada negara lain, atau jika
faktor lain yang menjadi pendorong nilai mata uang turun

 Defisit Akun Berjalan


Transaksi berjalan adalah neraca perdagangan antara negara dan
mitra dagangnya yang merupakan semua pembayaran antar negara untuk
barang, jasa, bunga dan dividen. Defisit transaksi berjalan menunjukkan
negara ini menghabiskan lebih banyak dana pada perdagangan luar negeri
daripada pendapatannya, dan karena itu harus meminjam modal dari
sumber - sumber asing untuk menutupi defisit. Dengan kata lain, negara
membutuhkan lebih mata uang asing dari yang diterimanya melalui
penjualan ekspor, dan memasok lebih dari mata uang sendiri daripada
permintaan mata uang asing untuk produk-produknya. Kelebihan
permintaan untuk mata uang asing menurunkan nilai tukar mata uang
dalam negeri. Penurunan ini akan terjadi terus sampai barang dan jasa
domestik sudah dianggap cukup murah untuk orang asing, dan aset asing
terlalu mahal untuk dijual demi kepentingan dalam negeri.

 Utang Publik
Negara akan terlibat dalam pembiayaan defisit besar-besaran untuk
membayar proyek-proyek sektor publik dan pendanaan pemerintah untuk

9
merangsang ekonomi domestik. Sementara, faktanya, negara-negara
dengan defisit publik dan utang yang besar kurang menarik bagi investor
asing. Alasannya? Sebuah utang besar mendorong inflasi, dan jika inflasi
tinggi, utang tak akan dibayar seketika dan akhirnya terbayar dengan dolar
nyata lebih murah di masa depan.
Dalam skenario terburuk, pemerintah mungkin mencetak uang
untuk membayar sebagian dari hutang yang besar, tetapi meningkatkan
jumlah uang beredar pasti menyebabkan inflasi. Apalagi, jika pemerintah
tidak dapat mengatasi defisit melalui cara-cara dalam negeri (menjual
obligasi dalam negeri, meningkatkan jumlah uang beredar), maka harus
meningkatkan pasokan penjualan sekuritas asing, sehingga menurunkan
harga mereka. Akhirnya, utang besar dapat menimbulkan kekhawatiran
bagi orang asing, yakni ketika mereka percaya bahwa negara berisiko
men-default (memutihkan) utang-utangnya. Orang asing akan kurang
bersedia untuk memiliki surat berharga dalam mata uang dalam negeri jika
risiko defaultnya besar. Untuk alasan ini, peringkat utang negara
(sebagaimana ditentukan oleh Moody atau Standard & Poor, misalnya)
adalah penentu penting dari nilai tukar.

 Ketentuan Perdagangan
Sebagai rasio yang membandingkan harga ekspor dan impor,
ketentuan perdagangan yang terkait dengan rekening giro dan neraca
pembayaran. Jika harga ekspor suatu negara meningkat dengan tingkat
yang lebih besar daripada impornya, Ketentuan perdagangannya baik dan
menguntungkan. Peningkatan ketentuan perdagangannya menunjukkan
permintaan yang lebih besar untuk ekspor negara itu. Hal ini, pada
gilirannya, menyebabkan meningkatnya pendapatan dari ekspor, yang
menyediakan peningkatan permintaan untuk mata uang negara (dan
peningkatan nilai mata uang). Jika harga ekspor naik dengan tingkat yang
lebih kecil daripada impornya, nilai mata uang akan menurun secara
relative terhadap negara mitra dagang.

10
 Stabilitas Politik dan Kinerja Ekonomi
Investor asing pasti mencari negara yang stabil dengan kinerja
ekonomi yang kuat di mana untuk menanamkan modalnya. Sebuah negara
dengan situasi positif seperti itu akan menarik dana investasi daripada
negara-negara lain yang dianggap memiliki resiko politik dan ekonomi.
Kekacauan politik, misalnya, dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan
terhadap mata uang dan pergerakan modal beralih pada mata uang dari
negara-negara yang lebih stabil.
2.4 Efektivitas Nilai Tukar

Sejak krisis ekonomi melanda sebagian besar negara Asia Timur


pada tahun 1997/1998, pemerintah Indonesia telah mengubah sistem nilai
tukar dari sistem mengambang terkelola menjadi sistem mengambang
bebas. Ini telah menyebabkan nilai tukar rupiah Indonesia menjadi lebih
berfluktuasi terhadap mata uang lainnya. Bank sentral perlu mengamankan
rupiah terhadap mata uang lain dengan melakukan intervensi untuk nilai
tukar, karena kita tahu pasar valuta asing Indonesia mendapatkan kondisi
yang tidak stabil karena krisis. Metode ini dikenal sebagai takut
mengambang. Sebagai penerapan Kerangka Penargetan Inflasi (ITF),
penelitian ini menggunakan model VAR dan mengungkapkan bagaimana
tingkat bunga mempengaruhi inflasi dan apakah penargetan inflasi atau
rasa takut akan metode mengambang diterapkan dalam sistem moneter
Indonesia setelah sistem mengambang bebas.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Nilai tukar adalah harga salah satu mata uang terhadap mata uang lain.
Merosotnya nilai tukar rupiah merefleksikan menurunnya permintaan
masyarakat terhadap mata uang rupiah karena menurunnya peran
perekonomian nasional atau karena meningkatnya permintaan mata uang
asing USD sebagai alat pembayaran internasional.

 Sistem nilai tukar antara lain; nilai tukar tetap ( Fixed Exchange Rate ),
nilai tukar fleksibel (Flexible Exchange Rate), nilai tukar mengambang
terkendali (Dirty floating), nilai tukar mengambang bebas ( Free Floating
Rate)

 Faktor-faktor yang menentukan nilai tukar antara lain; Perbedaan angka


inflasi, Perbedaan pada suku bangsa, Defisit akun berjalan, Utang public,
Ketentuan perdagangan, Stabilitas politik dan kinerja ekonomi

12
 Sejak krisis ekonomi melanda sebagian besar negara Asia Timur pada
tahun 1997/1998, pemerintah Indonesia telah mengubah sistem nilai tukar
dari sistem mengambang terkelola menjadi sistem mengambang bebas. Ini
telah menyebabkan nilai tukar rupiah Indonesia menjadi lebih berfluktuasi
terhadap mata uang lainnya.

3.2 Saran
Kenaikan jumlah uang beredar yang lebih besar di dalam negeri
dibandingkan kenaikan jumlah uang beredar di luar negeri akan
menyebabkan terjadinya depresiasi mata uang domestik, oleh karena itu
pemerintah selaku pemegang otoritas moneter disarankan agar dapat
menekan kenaikan jumlah uang beredar di dalam negeri dengan
meningkatkan pertumbuhan di sector riil untuk menekan harga barang
domestik, dan menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap barang-
barang domestik sehingga dapat menekan impor dan meningkatkan ekspor
yang akan memberikan dampak pada penguatan nilai tukar.

13
DAFTAR PUSTAKA

 Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. 2018. Teori Ekonomi Makro:


Suatu Pengantar, Edisi Kelima, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.

 Dornbusch, Rudiger, Stanley Fisher and Richard Startz, Macroeconomics


(8th ed). New York, N.Y.: McGraw-Hill, 2001.

 https://policy.paramadina.ac.id/inilah-6-faktor-yang-pengaruhi-perubahan-
nilai-tukar-mata-uang/

 https://azharnasri.blogspot.com/2016/11/nilai-tukar-uang-makalah.html

 https://www.neliti.com/publications/14789/efektivitas-sistem-nilai-tukar-
mengambang-bebas-dalam-inflation-targeting-framew

 https://www.inforexnews.com/strategi-trading-forex/nilai-tukar-kurs

 http://economicwatcher.blogspot.com/2012/06/kurs-tetap-kurs-
mengambang-bebas-kurs.html

14

Anda mungkin juga menyukai