Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS DAN ESTIMASI BIAYA

“VARIABEL DAN FULL COSTING”


KELOMPOK 1 :
ALDISA PRAMESWARI KAKONDO NIM. D1061171007
SAKINAH HISYAM NIM. D1061171012
NOPPI TRI SUDARTI NIM. D1061171014
1
RIKI SAPUTRA NIM. D1061171017
SITI KHAIRUZIA LAZUWARDINI NIM. D1061171025
2 Apa itu variable costing dan full costing?

 Full costing dan variabel costing pada dasarnya merupakan


metode yang berkaitan dengan penentuan harga pokok produksi
 Dalam metode full costing menentukan harga pokok produksi
yang dimana semua biaya produksi diperhitungkan ke dalam
harga pokok produksi.
 Sedangkan metode variabel costing ini merupakan metode
penentuan harga pokok produksi yang hanya memasukkan
biaya-biaya yang bersifat variabel ke dalam harga pokok
produksi.
3
4
DEFINISI VARIABEL COSTING

Variable costing adalah serangkaian perhitungan


biaya-biaya variabel yang digunakan dalam membuat
sebuah produk. Biaya variable berhubungan secara
langsung dengan volume kegiatan produksi
Biaya variable akan naik ketika volume produksi
meningkat dan akan turun saat volume produksi
berkurang. Variabel costing umumnya berhubungan
dengan bahan baku, tenaga kerja dan kondisi
penjualan.
5 METODE VARIABEL COSTING
Metode variable costing adalah metode perhitungan
biaya variabel produksi per unit yang mana biaya
tersebut akan berubah jumlahnya sesuai dengan
volume produksi.
Metode Variabel costing biasanya disebut dengan
istilah “direct costing”, pada umumnya dimanfaatkan
untuk kebijakan penetapan harga jangka pendek.
Variabel costing merupakan metode penentuan biaya
produksi yang hanya memasukkan biaya-biaya yang
bersifat variabel ke dalam harga pokok produksi.
Lanjutan
6

Perhitungan harga pokok produksi pada metode variable costing


terdiri dari:
 Biaya bahan baku
 Biaya tenaga kerja langsung
 Biaya overhead pabrik variable

Untuk mendapatkan biaya pokok produksi, yakni dengan cara


menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung
dan biaya overhead pabrik variabel
7 Cara perhitungan dengan variable costing

Harga Pokok Produksi :


Biaya bahan baku Rp. ------------
Biaya tenaga kerja langsung Rp. ------------
Biaya overhead pabrik variable Rp. ------------
Harga Pokok Produksi Rp. ------------
8

FULL COSTING
9 DEFINISI FULL COSTING

Full cost adalah total biaya yang berasal dari semua


sumber daya yang digunakan atau dikonsumsi dalam
produksi, termasuk biaya langsung, biaya tidak
langsung dan biaya investasi.
Full costing adalah metode akuntansi manajemen yang
menjelaskan bahwa semua biaya tetap dan variable,
termasuk semua biaya produksi lainnya, digunakan
untuk mengjitung total biaya per unit (harga pokok
produksi)
10 METODE FULL COSTING
 Metode full costing adalah sebuah metode dimana semua
biaya yang timbul untuk memproduksi suatu barang atau jasa
akan dihitung.
 Dalam metode full costing untuk menentukan harga pokok
produksi yang mana semua biaya produksi akan
diperhitungkan ke dalam harga pokok produksi. Hal tersebut
tentunya menunjukkan bahwa metode full costing ini tidak
membedakan antara biaya produksi variabel dan biaya
produksi tetap, karena akan langsung dimasukkan ke dalam
harga pokok produksi.
11 Lanjutan
Perhitungan harga pokok produksi pada metode full costing
terdiri dari:
 Biaya bahan baku
 Biaya tenaga kerja langsung
 Biaya overhead pabrik variabel
 Biaya overhead pabrik tetap

Untuk mendapatkan harga pokok produksi maka menjumlahkan


total dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya
overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap.
12 Cara perhitungan dengan full costing

Harga Pokok Produksi :


Biaya bahan baku Rp. ------------
Biaya tenaga kerja langsung Rp. ------------
Biaya overhead pabrik tetap Rp. ------------
Biaya overhead pabrik variable Rp. ------------

Harga Pokok Produksi Rp. xxx.xxx


13 PERBEDAAN ANTARA VARIABEL COSTING DAN FULL
COSTING
 Menurut perhitungannya kedua metode ini sama-sama mengikutsertakan bahan
baku, beban tenaga kerja langsung dan beban overhead pabrik. Perbedaannya
untuk metode full costing menggunakan beban overhead pabrik tetap dan variable
sedangkan variable costing hanya mengikutsertakan beban overhead variable
saja. Beban overhead pabrik sendiri merupakan biaya produksi yang tidak
termasuk dalam bahan baku dan beban tenaga kerja langsung.
 Dari segi pelaporannya juga berbeda antara metode full costing dan variable
costing. Jika menggunakan metode full costing biaya overhead akan dilaporkan jika
produk sudah terjual. Untuk metode variable costing baik produk terjual atau
tidak maka biaya overhead akan tetap dilaporkan sehingga pos pendapatan
perusahaan akan berkurang.
 Dalam metode full costing biaya periode dianggap sebagai biaya yang tidak
berhubungan dengan biaya produksi namun tetap mengurangi laba perusahaan.
Biaya periode menurut metode variable costing ikut dibebankan dalam produksi.
14
Kelemahan dan Kelebihan Metode Variabel
Costing
KELEBIHAN
 Baik untuk anda yang hendak melakukan perencanaan laba jangka pendek.
 Biasa dipakai untuk pengendalian biaya sebab variable costing membagi biaya tetap menjadi dua
golongan yakni discretionary fixed cost dan committed fixed cost.
 Dapat dipakai sebagai referensi pengambilan keputusan untuk order pesanan khusus yang
tidak membutuhkan order banyak seperti full costing.

KELEMAHAN
 Kelemahan dari metode costing juga lumayan banyak sebanding dengan manfaat yang ia
berikan. Pemisahaan discretionary fixed cost dan committed fixed cost sulit untuk dilakukan. Selain
itu banyak yang beranggapan bahwa metode ini tidak sesuai dengan prinsip akuntansi dan
menyebabkan naik turunnya laba karena adanya perubahan dalam penjualan. Variable costing
juga tidak cocok diterapkan pada perusahaan musiman karena akan menyajikan kerugian laba
yang tidak normal. Dalam metode variable biaya overhead tetap tidak dimasukkan sehingga
nilai persediaan menjadi lebih rendah begitu pula modal kerjanya.
15
Kelemahan dan Kelebihan Metode Full
Costing
KELEBIHAN
 Menampilkan biaya overhead sesungguhnya sebab mengandung dua jenis biaya
overhead yakni tetap dan variable
 Metode ini mampu menunda pembebanan biaya overhead saat produk belum laku
terjual
 Pembebanan biaya overhead atas barang yang belum laku bisa dialihkan untuk
mengurangi atau menambah harga pokok dalam persediaan anda.

KELEMAHAN
 Metode full costing membuat harga jual anda menjadi lebih tinggi ketimbang
memakai variable costing. Pasalnya metode full costing menganggap konsumen rela
membayar berapapun harga barang tersebut.
16 KASUS 1 FULL COSTING
Diketahui pada tahun 2004, PT. ABC memproduksi sebanyak 1.000 unit
produk A. Berikut data biaya produksi untuk memproduksi produk A pada
PT. ABC:
- Biaya Bahan Baku Rp. 200/unit
- Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 150/unit
- Biaya Overhead Variabel Rp. 400/unit
- Biaya Overhead Tetap Rp. 100.000
- Biaya Pemasaran Variabel Rp. 300/unit
- Biaya Pemasaran Tetap Rp. 150.000
- Biaya adm. & umum Tetap Rp. 200.000
Produk A dijual dengan harga Rp. 2.000/unit. Dan produk A terjual
1.000 unit. Hitunglah Harga Pokok Produksi menggunakan metode Full
costing dan buat laporan laba/rugi!
17 Penyelesaian Kasus 1
Biaya Bahan Baku (Rp. 200 x 1.000) Rp. 200.000
Dikurangi Biaya Operasional:
Biaya Tenaga Kerja Langsung (Rp. 150 x 1.000) Rp. 150.000 Biaya pemasaran variabel (Rp. 300 x 1.000) Rp. 300.000
Biaya Overhead Variabel (Rp. 400 x 1.000) Rp. 400.000 Biaya pemasaran tetap Rp. 100.000
Biaya Overhead Tetap Rp. 150.000 Biaya adm. & umum tetap Rp. 200.000

Harga Pokok Produksi Rp. 900.000 Total Rp. 600.000


Laba/Rugi
1. ABC
Bersih Rp. 500.000
Laporan Laba/Rugi

Untuk periode yang berakhir 200A Jadi, dalam metode full costing semua
Penjualan (Rp. 2.000 x biaya produksi diperhitungkan dalam harga
1.000) Rp. 2.000.000 pokok produksi. Namun akan ada biaya
Dikurangi : Harga Pokok tetap yang belum dibebankan pada
Produksi/Penjualan Rp. 900.000 periode tersebut jika ada produk yang
Laba Kotor Rp. 1.100.000 belum laku terjual, sebab di dalam produk
tersebut terdapat biaya overhead tetap
yang melekat.
18
KASUS 2 VARIABEL COSTING
Diketahui pada tahun 200A, PT. ABC memproduksi sebanyak 1.000 unit
produk A. Berikut data biaya produksi untuk memproduksi produk A pada
PT. ABC:
 - Biaya Bahan Baku Rp. 200/unit
 - Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 150/unit
 - Biaya Overhead Variabel Rp. 400/unit
 - Biaya Overhead Tetap Rp. 100.000
 - Biaya Pemasaran Variabel Rp. 300/unit
 - Biaya Pemasaran Tetap Rp. 150.000
 - Biaya adm. & umum Tetap Rp. 200.000
Produk A dijual dengan harga Rp. 2.000/unit. Dan produk A terjual 1.000
unit.
Hitunglah Harga Pokok Produksi menggunakan metode variable costing
dan buat laporan laba/rugi!
19 Penyelesaian Kasus 2 Kontribusi Marjin Rp. 950.000
Biaya Bahan Baku (Rp. 200 x 1.000) Rp. 200.000 Dikurangi Biaya-biaya tetap :
Biaya Tenaga Kerja Langsung (Rp. 150 x 1.000) Rp. 150.000 Biaya overhead tetap Rp. 150.000

Biaya Overhead Variabel (Rp. 400 x 1.000) Rp. 400.000 Biaya pemasaran tetap Rp. 100.000

Harga Pokok Produksi Rp. 750.000 Biaya adm. & umum tetap Rp. 200.000

Total Rp. 450.000


 PT. ABC
Laba/Rugi
 Laporan Laba/Rugi
Bersih Rp. 500.000
 Untuk periode yang berakhir 200A
Jadi, dalam metode variable costing hanya
 Penjualan (Rp. 2.000 x memperhitungkan biaya-biaya produksi yang bersifat
variabel dalam perhitungan harga pokok produksi.
1.000) Rp. 2.000.000 Sedangkan biaya tetap dianggap sebagai period cost
dan langsung dibebankan pada periode yang
Dikurangi biaya-biaya variabel :
bersangkutan.
Harga Pokok Produksi Rp. 750.000 Metode variable costing adalah metode penentuan
harga pokok produksi dimana yang hanya memasukkan
Biaya pemasaran variabel (Rp. 300 x 1.000) Rp. 300.000 biaya-biaya yang bersifat variabel ke dalam harga pokok
produksi. Sedangkan untuk biaya produksi tetap dianggap
Total Rp. 1.050.000 sebagai period cost. Dikarenakan seluruh biaya tetap
dianggap period cost, maka tidak ada biaya tetap yang
belum dibebankan pada periode tersebut.
Kesimpulan
20

1. Variable costing adalah serangkaian perhitungan biaya-biaya variabel yang


digunakan dalam membuat sebuah produk. Biaya variable berhubungan secara
langsung dengan volume kegiatan produksi.
2. Full costing adalah total biaya yang berasal dari semua sumber daya yang digunakan
atau dikonsumsi dalam produksi, termasuk biaya langsung, biaya tidak langsung dan
biaya investasi.
3. Berdasarkan kasus 1 dalam metode full costing, semua biaya produksi diperhitungkan
dalam harga pokok produksi, namun pada kasus 2 hanya memperhitungkan biaya-
biaya produksi yang bersifat variabel dalam perhitungan harga pokok produksi.
Sedangkan biaya tetap dianggap sebagai period cost dan langsung dibebankan
pada periode yang bersangkutan.
21

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai