Anda di halaman 1dari 5

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI Metode Variable Costing & Full

Costing

Oleh : Rodes (Accounting 2008 UMY)

Perbandingan Metode Full Costing dengan Metode Variable Costing.

Full Costing

Yakni merupakan metode penentuan harga pokok produksi, yang membebankan seluruh biaya
produksi baik yang berperilaku tetap maupun variabel kepada produk. Dikenal juga dengan
Absortion atau Conventional Costing.

Perbedaan tersebut terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi tetap, dan akan mempunyai
akibat pada :

1. Perhitungan harga pokok produksi dan

2. Penyajian laporan laba-rugi.

Metode Full Costing

Harga Pokok Produksi :

Biaya bahan baku Rp. xxx.xxx

Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx.xxx

Biaya overhead pabrik tetap Rp. xxx.xxx

Biaya overhead pabrik variabel Rp. xxx.xxx

Harga Pokok Produk Rp. xxx.xxx

Dengan menggunakan Metode Full Costing,

1. Biaya Overhead pabrik baik yang variabel maupun tetap, dibebankan kepada produk atas
dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead yang
sesungguhnya.

2. Selisih BOP akan timbul apabila BOP yang dibebankan berbeda dengan BOP yang
sesungguh- nya terjadi.
Catatan :

Pembebanan BOP lebih (overapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP yang dibebankan
lebih besar dari BOP yang sesungguhnya terjadi.

Pembebanan BOP kurang (underapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP yang
dibebankan lebih kecil dari BOP yang sesungguhnya terjadi.

3. Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual, maka
pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang tsb digunakan untuk mengurangi atau
menambah harga pokok yang masih dalam persediaan (baik produk dalam proses maupun
produk jadi)

4. Metode ini akan menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya samapi
saat produk yang bersangkutan dijual.

Variable Costing :

Merupakan suatu metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya
produksi variabel saja. Dikenal juga dengan istilah : direct costing

Harga Pokok Produksi :

Biaya bahan baku Rp. xxx.xxx

Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx.xxx

Biaya overhead pabrik variabel Rp. xxx.xxx

Harga Pokok Produk Rp. xxx.xxx

Dengan menggunakan Metode Variable Costing,

1. Biaya Overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai unsur
harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam
periode terjadinya.

2. Dalam kaitannya dengan produk yang belum laku dijual, BOP tetap tidak melekat pada
persediaan tersebut tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.

3. Penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika dengan penundaan tersebut
diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya yang sama periode yang akan datang.

Penyajian Laporan Laba Rugi


Laporan Laba-Rugi

( Metode Full Costing )

Hasil penjualan Rp. 500.000

Harga pokok penjualan Rp. 250.000 -

Laba Bruto Rp. 250.000

Biaya administrasi dan umum Rp. 50.000 -

Biaya pemasaran Rp. 75.000 -

Laba Bersih Usaha Rp . 125.000

Ket :

Laporan Laba-rugi tsb menyajikan biaya-biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi pokok
dalam perusahaan manufaktur, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi
dan umum.

Laporan Laba-Rugi

( Metode Variable Costing )

Hasil penjualan Rp. 500.000

Dikurangi Biaya-biaya Variabel :

Biaya produksi variabel Rp. 150.000

Biaya pemasaran variabel Rp. 50.000

Biaya adm. & umum variabel Rp. 30.000

Rp. 230.000

Laba kontribusi Rp. 270.000

Dikurangi Biaya Tetap

Biaya produksi tetap Rp. 100.000


Biaya pemasaran tetap Rp. 25.000

Biaya Adm & umum tetap Rp. 20.000

Rp. 145.000

Laba Bersih Usaha Rp 125.000

Manfaat Informasi yang Dihasilkan oleh Metode Variable Costing

Laporan keuangan yang disusun berdasar metode Variable Costing bermanfaat bagi manajemen
untuk :

(1) Perencanaan laba jangka pendek

(2) Pengendalian biaya dan

(3) Pembuatan keputusan.

(1) Perencanaan laba jangka pendek

Dalam jangka pendek, biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan,
sehingga hanya biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen

Laporan laba-rugi variable costing menyajikan dua ukuran penting : (1) laba kontribusi dan (2)
operating laverage.

Hasil Penjualan : Rp. 1000

Biaya Variabel : Rp. 600

Laba Kontribusi : Rp. 400

Biaya Tetap : Rp. 300

Laba Bersih : Rp. 100

Ratio Laba Kontribusi : Laba kontribusi = 400/1000

Hsl Penjualan

Operating Laverage : Laba kontribusi = 400/100

Laba bersih
Misal :

Dalam rencana anggaran diputuskan untuk menaikkan harga jual 12%. Maka dampak dari
kenaikan ini terhadap laba jangka pendek dapat ditentukan :

12% x 40% = 4,8%

Laporan laba rugi yang memisahkan biaya tetap dan variabel, memungkinkan juga manajemen
melakukan analisis hubungan biaya, volume dan laba.

(2) Pengendalian Biaya

Biaya tetap dalam variable costing dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan yakni :
discretionary fixed cost dan committed fixed cost.

Discretionary fixed cost merupakan biaya yang berperila- ku tetap karena kebijakan manajemen.
Dalam jangka pendek biaya ini dapat dikendalikan oleh manajemen.

Sedangkan committed fixed cost merupakan biaya yang timbul dari pemilikan pabrik, ekuipmen
dan organisasis pokok. Dalam jangka pendek biaya tersebut tidak dapat dikendalikan oleh
manajemen.

(3) Pengambilan Keputusan

Pihak manajemen dengan menggunakan metode variable costing dapat menentukan


pengambilan keputusan misal dalam hal pesanan khusus.

1. Perbandingan metode Full Costing dengan Variabel Costing

2. Perhitungan Rugi/Laba menurut metode Variable Costing

3. Pengumpulan biaya dalam metode Variable Costing

4. Manfaat Informasi yang dihasilkan oleh metode Variabel Costing

5. Kelemahan metode Variable Costing

6. Variable Costing dengan metode Harga Pokok Pesanan

Variable Costing dengan metode Harga Pokok Proses

Sumber: http://blog.umy.ac.id/rodes2008/penentuan-harga-pokok-produksi-metode-variable-
costing-full-costing/

Anda mungkin juga menyukai