Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara untuk
memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga produksi, terdapat dua pendekatan yaitu Full Costing (Harga Pokok Penuh) dan Variable Costing (Harga Pokok Variabel). Metode full costing maupun variable costing merupakan penentuan harga pokok produksi. Perbedaan pokok yang ada di antara kedua metode tersebut yaitu perlakuan terhadap biaya produksi yang berperilaku tetap, perlakuan terhadap biaya produksi ini mempunyai akibat pada: Perhitungan harga produksi, dan penyajian laporan laba rugi. Perbedaan metode full costing dengan metode variable costing ditinjau dari sudut penentu harga produksi, Full Costing atau sering pula disebut obsorption , atau Conventional Costing adalah Metode penentu harga produksi, yang membebankan seluruh biaya produksi, baik yang berperilaku tatap maupun variabel kepada Produk. Dalam metode full Costing, biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap maupun variabel dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu, biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk dalam proses dan persediaan produk yang belum laku dijual dan baru dianggap sebagai biaya (unsur harga pokok penjualan) apabila produk jadi tersebut sudah terjual. Karena Biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal, jika dalam suatu periode biaya overhead sesungguhnya dengan yang dibebankan dan akan terjadi pembebanan overhead lebih (verapplied factory overhead) atau pembebanan biaya overhead kurang (underapplied factory overhead). Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual maka pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang tersebut digunakan untuk mengurangi atau menambah harga produk yang masih dalam persedian tersebut (baik produk yang berupa proses, maupun yang sudah jadi). Jika dalam suatu periode akuntansi tidak terjadi pembebanan overhead pabrik lebih atau kurang dan pabrik tetap tidak mempunyai pengaruh terhadap rugi–laba sebelum produk laku dijual. Metode Full Costing menunda biaya overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai biaya sampai saat produk yang bersangkutan dijual, penundaan tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya yang sama dalam periode yang akan datang. Harga Pokok Penuh (Full Costing) Menurut LM Samryn, Full Costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan Biaya Overhead Pabrik baik yang berperilaku variabel maupun tetap (tanpa memperhitungkan perilakunya). Pendekatan harga pokok penuh atau biasa disebut dengan pendekatan tradisional menghasilkan laporan laba rugi dimana biaya- biaya diorganisir dan disajikan berdasarkan fungsi-fungsi produksi administrasi dan penjualan. Harga Pokok Variabel (Variable Costing) Menurut perilaku dalam hubungannya dengan perubahan kegiatan, biaya dapat dibagi menjadi tiga golongan: biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semi variabel. Biaya tetap adalah biaya yang dalam kisar perubahan kegiatan tertentu tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel adalah biaya yang mengandung unsur tetap dan unsur variabel, yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Jika perusahaan menggunakan variable costing didalam akuntansi biaya produksinya, biaya produksi dan biaya non-produksi perlu dipisahkan menurut perilakunya dalam hubungannnya dengan perubahan volume kegiatan. Dalam rekeninng buku besar perlu pula disediakan rekening–rekeninng kontrol untuk menampung dan memisahkan biaya tetap dan biaya variabel. Oleh karena itu jika metode variable costing diterapkan dalam akuntansi biaya, didalam buku besar perlu disediakan rekening– rekening kontrol berikut ini: 1. Biaya overhead pabrik variabel yang dibebankan 2. Biaya overhead pabrik sesungguhnya 3. Biaya overhead pabrik sesungguhnnya variabel 4. Biaya overhead pabrik sesungguhnya tetap 5. Biaya administrasi & umum variable dan tetap 6. Biaya pemasaran variable dan tetap Penyajian Laporan Laba Rugi
Ditinjau dari penyajian laporan laba rugi, perbedaan pokok
antara metode variable costing dengan full costing adalah terletak pada klasifikasi pos-pos yang disajikan dalam laporan laba rugi tersebut. Laporan laba rugi yang disusun dengan metode full costing menitikberatkan pada penyajian unsur-unsur biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi-fungsi pokok yang ada dalam perusahaan (functional-cost classification). Dengan demikian laporan laba rugi metode full costing tampak pada gambar di bawah ini: Lporan laba rugi Full Costing Hasil penjualan Rp 500.000 Harga pokok penjualan (termasuk biaya overhead pabrik tetap) Rp 250.000 Laba bruto Rp 250.000 Biaya administrasi dan umum Rp 50.000 Biaya Pemasaran Rp 75.000 Rp 125.000 Laba bersih usaha Rp 125.000 Laporan laba rugi tersebut di atas menyajikan biaya-biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi pokok dalam perusahaan manufaktur, yaitu fungsi produksi, pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Di lain pihak laporan laba rugi metode variable costing lebih menitikberatkan pada penyajian biaya sesuai dengan perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan (classification by cost behaviour). Sehingga laporan laba rugi metode variable costing tampak sebagai berikut: Laporan laba rugi variable costing Hasil penjualan Rp 500.000 Dikurangi biaya variabel: Biaya produksi variabel Rp 150.000 Biaya pemasaran Variabel Rp 50.000 Biaya administrasi & variabel Rp 30.000 Rp 230.000 Laba Konstribusi (contribution margin) Rp 270.000 Dikurangi biaya tetap: Biaya produksi tetap Rp 100.000 Biaya pemasaran tetap Rp 25.000 Biaya administrsi & Umum Rp 20.000 Rp 145.000 Laba Bersih usaha Rp 125.000 TERIMAKASIH ATAS PERHATIANNYA