Anda di halaman 1dari 31

VARIABL

E
COSTING
Eni Endaryati, S.Kom, MSi

METODE MENENTUKAN
ARGA POKOK PRODUKSI
1.Metode Variabel Cost
Metode ini menentukan HP.Produk
hanya menempatkan unsur biaya
produksi yang merupakan biaya
variabel sedangkan yang tetap
merupakan Biaya Usaha

2.Metode Full Cost

Metode ini menentukan HP.Produk


diperhitungkan dengan menempatkan
semua biaya produksi baik variabel 2
Oleh : Eni Endaryati, S.Kom

FULL COSTING

Perbedaan tersebut terletak pada perlakuan


terhadap biaya produksi tetap, dan akan
mempunyai akibat pada :
Perhitungan harga pokok produksi dan
Penyajian laporan laba-rugi.
Harga Pokok Produksi Metode Full Costing
:
Biaya bahan baku
Rp. xxx.xxx
Biaya tenaga kerja langsung
Rp. xxx.xxx
Biaya overhead pabrik tetap
Rp. xxx.xxx
Biaya overhead pabrik variabel
Rp. xxx.xxx
Harga Pokok Produk
Rp. xxx.xxx

1. Biaya Overhead pabrik baik yang variabel maupun tetap,


dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan
di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya
overhead yang sesungguhnya.
2. Selisih BOP akan timbul apabila BOP yang dibebankan
berbeda dengan BOP yang sesungguh- nya terjadi.
Catatan :
Pembebanan BOP lebih (overapplied factory overhead),
terjadi jika jml BOP yang dibebankan lebih besar dari BOP
yang sesungguhnya terjadi.
Pembebanan BOP kurang (underapplied factory overhead),
terjadi jika jml BOP yang dibebankan lebih kecil dari BOP
yang sesungguhnya terjadi.
3.
Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut
belum laku dijual, maka pembebanan biaya overhead pabrik
lebih atau kurang tsb digunakan untuk mengurangi atau
menambah harga pokok yang masih dalam persediaan (baik
produk dalam proses maupun produk jadi)
4. Metode ini akan menunda pembebanan biaya overhead
pabrik tetap sebagai biaya samapi saat produk yang
bersangkutan dijual.

Merupakan suatu metode penentuan


harga pokok produksi yang hanya
memperhitungkan
biaya
produksi
variabel saja. Dikenal juga dengan
istilah : directcosting

Harga Pokok Produksi :


Biaya bahan baku
Rp.
xxx.xxx
Biaya tenaga kerja langsung
Rp.
xxx.xxx
Biaya overhead pabrik variabel Rp.
xxx.xxx
Harga Pokok Produk
Rp.
xxx.xxx

Dengan menggunakan
Variable Costing

Metode

1. Biaya Overhead pabrik tetap diperlakukan


sebagai period costs dan bukan sebagai unsur
harga pokok produk, sehingga biaya overhead
pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam
periode terjadinya.
2. Dalam kaitannya dengan produk yang belum
laku dijual, BOP tetap tidak melekat pada
persediaan tersebut tetapi langsung dianggap
sebagai biaya dalam periode terjadinya.
3. Penundaan pembebanan suatu biaya hanya
bermanfaat jika dengan penundaan tersebut
diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya
yang sama periode yang akan datang.

YAJIAN LAPORAN LABA RUG

aporan Laba-Rugi
Metode Full Costing )

Hasil penjualan
Rp. 500.000
Harga pokok penjualan Rp. 250.000 aba Bruto
Rp. 250.000
iaya administrasi dan umum Rp. 50.000 -
iaya pemasaran
Rp. 75.000 aba Bersih Usaha
Rp . 125.000

Laporan Laba-Rugi
( Metode Variable Costing )
Hasil penjualan
Rp. 500.000
Dikurangi Biaya-biaya Variabel :
Biaya produksi variabel
Rp. 150.000
Biaya pemasaran variabel Rp. 50.000
Biaya adm. & umum variabel Rp. 30.000

Rp.
230.000
Laba kontribusi
Rp. 270.000
Dikurangi Biaya Tetap
Biaya produksi tetap
Rp. 100.000
Biaya pemasaran tetap
Rp. 25.000
Biaya Adm & umum tetap
Rp. 20.000

Rp. 145.000
Laba Bersih Usaha
Rp 125.000

MANFAAT INFORMASI YANG


DIHASILKAN OLEH METODE
VARIABLE
COSTINGyang disusun
Laporan keuangan
berdasar
metode
Variable
Costing
bermanfaat
bagi
manajemen untuk :
1. Perencanaan laba jangka pendek
2. Pengendalian biaya dan
3. Pembuatan keputusan.

(1) PERENCANAAN LABA JANGKA


PENDEK
Dalam jangka pendek, biaya tetap tidak berubah dengan
adanya perubahan volume kegiatan, sehingga hanya
biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh
manajemen
Laporan laba-rugi variable costing menyajikan dua
ukuran penting :
(1) laba kontribusi dan (2) operating laverage.
Hasil Penjualan : Rp. 1000
Biaya Variabel
: Rp. 600
Laba Kontribusi : Rp. 400 (contribution margin)
Biaya Tetap
: Rp. 300
Laba Bersih
: Rp. 100
Ratio Laba Kontribusi : Laba kontribusi = 400/1000
Hsl Penjualan
Operating Laverage :
Laba kontribusi = 400/100

Misal :
Dalam rencana anggaran diputuskan
untuk menaikkan harga jual 12%.
Maka dampak dari kenaikan ini
terhadap laba jangka pendek dapat
ditentukan :
12% x 40% = 4,8%
Laporan laba rugi yang memisahkan
biaya
tetap
dan
variabel,
memungkinkan juga manajemen
melakukan
analisis
hubungan
biaya, volume dan laba.

Biaya tetap dalam variable costing dapat


dikelompokkan ke dalam dua golongan
yakni : discretionary fixed cost dan
committed fixed cost.
1.Discretionary fixed cost merupakan
biaya yang berperilaku tetap karena
kebijakan manajemen. Dalam jangka
pendek biaya ini dapat dikendalikan oleh
manajemen. Misal: biaya pelatihan
karyawan
2.Sedangkan committed fixed cost
merupakan biaya yang timbul dari
pemilikan pabrik, ekuipmen dan
organisasis pokok. Dalam jangka pendek
biaya tersebut tidak dapat dikendalikan

3. PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pihak manajemen dengan menggunakan metode
variable costing dapat menentukan pengambilan
keputusan misal dalam hal pesanan khusus.

Catatan tambahan :
.

margin of safety : kenaikan penjualan diatas titik


impas
cara hitungnya = jumlah unit jual jumlah unit impas atau
jumlah nilai penjualan jumlah nilai pada titik impas

target laba : perencanaan laba yang diharapkan


diperoleh dari investasi
1. Penjualan = (Biaya Tetap + Laba)/Contribution margin
perunit
2. Laba Setelah Pajak = Perencanaan laba yang diperoleh
dari investasi setelah pembayaran pajak

Dalam unit jual / rupiah = Biaya Tetap + (Target laba / 1-Tarif


Pajak)
----------------------------------------------------

VARIABLE COSTING FOR


PRICING PURPOSES

Beberapa
Manajer
memahami
adanya
perbedaan dalam penetapan harga antara
metode absorption & variable costing
Variable costing berdasarkan perilakunya dapat
digunakan untuk penentuan harga dengan cara
=( FC : Q) + VC/unit
Contoh :Biaya penerbangan satu pesawat
terbang dengan 150 tempat duduk dari Jkt-Pdg
dengan biaya tetap Rp.20.000.000,- ditambah
biaya variabel 50.000,-/orang. Untuk menutup
biaya tetap dan variabel untuk 100 penumpang
maka biaya angkutnya harus : (Rp.20.000.000 :
100) + Rp.50.000,- =Rp.250.000,-

VARIABLE COSTING FOR


PRICING PURPOSES
Jika 100 penumpang membayar penuh sebesar
Rp.325.000,-/penumpang maka laba usaha adalah :
Pendapatan=100x325.000=
32.500.000
Biaya-biaya:
Biaya tetap=
20.000.000
Biaya variabel =100x50.000=
5.000.000
LABA USAHA
= 7.500.000
. Seat yang kosong diisi dengan menjual sambil
memberikan diskon 60% dan terjual 35 tiket maka
tambahan laba usahanya adalah :

Pendapatan=(100x325.000)+(35x130.000)=37.05
0.000

Variable Costing for Pricing


Porposes

Biaya tetap
20.000.000
Biaya variabel=135x50.000
6.750.000
LABA USAHA
10.300.000

Ternyata dengan adanya penambahan


tiket dengan pemberian diskon 60%
akan dapat meningkatkan laba usaha

VARIABLE COSTING VERSUS


ABSORPTION COSTING

ABSORPTION COSTING :
Kalkulasi biaya yang menentukan bahwa
yang termasuk biaya produksi adalah
bahan langsung, tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik baik tetap maupun
variabel.
VARIABLE COSTING :
Kalkulasi biaya yang menentukan bahwa
yang termasuk biaya produksi adalah
bahan langsung, tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik variabel.Sedangkan
BOP Tetap termasuk biaya periodik.

Contoh perhitungan
Desember
Persediaan awal
200
Produksi
2.000
Penjualan
2.200
Persediaan akhir
0
. Biaya-biaya :
Biaya produksi variabel/unit :
Bahan langsung
Rp.100,Tenaga kerja langsung

Nopember
0
2.000
1.800
200

Rp.100,50,-

Contoh perhitungan
Biaya produksi tetap/bulan
160.000
160.000
Adm&pemasaran variabel
20
20
Adm&pemasaran tetap/bulan
120.000 120.000
Harga jual/unit
500
500
. Nilai persediaan :
Absorption costing= 200 unit xRp260= 52.000,Variable costing=200 unitxRp180
= 36.000,

DAMPAK TERHADAP LABA

Bila Produksi = Penjualan sehingga tidak


terjadi perubahan terhadap persediaan,
maka Laba Absorption=Laba Variable.
Bila Produksi > Penjualan sehingga terjadi
peningkatan persediaan, maka Laba
Absorption > Laba Variable Costing.
Bila Produksi < Penjualan sehingga terjadi
penurunan
persediaan,
maka
Laba
Absorption < Laba Variable Costing.

Laporan Rugi Laba(format


tradisional)

Nopember
Desember
Pendapatan penjualan
1.800 X Rp.500
900.000
2.200 X
500
1.100.000
Harga pokok penjualan
1.800 x Rp. 260
468.000
2.200 x
260
572.000
LABA KOTOR
432.000
528.000
Adm&Pemasaran
(1.800xRp20)+120.000 = 156.000
(2.200xRp20)+120.000
164.000
LABA NETO
276.000
364.000

Laporan Rugi Laba(format


kontribusi)

Pendapatan penjualan
Nopember Desember
1.800 X Rp.500
900.000
2.200 x
500
1.100.000
Biaya variabel
(1.800xRp180)+1.800x20= 360.000
(2.200xRp180)+2.200x20=
440.000
Margin kontribusi
540.000
660.000
Biaya tetap
280.000
280.000
LABA NETO
260.000
380.000

Perbedaan Laba

Pada bulan Januari ternyata laba neto


Absorption Costing lebih besar
daripada laba neto Variable Costing
sebesar Rp.16.000,-.

Perbedaan ini timbul karena adanya


penangguhan BOP tetap pada
persediaan akhir sebesar (Rp.160.000 :
2.000)x200unit =Rp.16.000,-

Perbedaan Laba

Pada bulan Februari ternyata laba neto


Absorption
costing
lebih
rendah
daripada Variable costing sebesar
Rp.16.000,-Hal ini terjadi adanya
pengeluaran
BOP
Tetap
dalam
persediaan awal.
Pendekatan
Absorption
Costing=Penjualan
Pendekatan Variable Costing= Produksi

Reconciliation Of Absorption and


Variable Costing Net Income (NI)

December
Variable Costing-NI
380.000
Add:
Fixed-FOH Cost
(200 unitxRp.80)
Deduct:
Fixed-FOH Cost
(200 unitxRp.80)
Absorption Costing

November
260.000

16.000

276.000

16.000
364.000

KEUNGGULAN VARIABLE
COSTING
1.

2.

3.

Data yang diperlukan untuk keperluan CVP


Analysis dapat diambil langsung dari
Laporan Rugi Laba yang disusun dengan
format kontribusi. Hal ini tidak dapat
dilakukan pada Laporan Rugi Laba format
tradisional.
Laba akan terarah pada Penjualan karena
Laba yang diperoleh tidak dipengaruhi oleh
tingkat persediaan.
Manajer
selalu
berasumsi
bahwa
yang
dinamakan biaya produksi hanyalah yang
bersifat variabel saja, sehingga akan menjadi
masalah kalau diterapkan Absorption Costing
karena disamping ada biaya produksi variabel

KEUNGGULAN VARIABEL
COSTING
1.

2.

3.

Variable
Costing
berkaitan
dengan
Standar Costing dan Flexible Budget,
tidak
demikian
dengan
Absorption
Costing.
Laba Netto berdasarkan Variable Costing
lebih dekat kaitannya dengan Net Cash
Flow
daripada
Absorption
Costing
terutama
pada
perusahaan
yang
mengalami masalah serius dengan Cash
Flownya.
Data Variable Costing memudahkan
estimasi tingkat profitabilitas produk,
konsumen dan segmen bisnis lainnya.

KEUNGGULAN
VARIABLE COSTING
Pada Variable Costing, dampak Fixed Cost
terhadap Laba sangat jelas. Tidak demikian
dengan Absorption Costing yang samar-samar.
Berdasarkan keunggulan2 Variable Costing
tersebut bukan berarti Absorption Costing
jelek, tetapi lebih mengarah pada tujuan
penggunaannya.
Variable Costing digunakan untuk membantu
manajemen dalam melakukan analisis
biaya,
sedangkan
Absorption
Costing
memberikan informasi keuangan bagi External
Users.

Soal 2

Anda mungkin juga menyukai