Anda di halaman 1dari 7

Nama : Meliyanti Rachmawati

NIM : A031221061
Prodi : Akuntansi
Mata Kuliah : Akuntansi Manajemen F

Penentuan Harga Pokok Variabel

Variable Costing (penentuan harga pokok variabel) merupakan metode penentuan


harga pokok produk yang membebankan unsur biaya produksi yang bersifat variabel
sebagai elemen HPP seperti biaya overhead, biaya bahan baku, dan biaya tenaga kerja.
Adapun unsur biaya produksi yang bersifat tetap diperlakukan bukan sebagai harga
pokok produk melainkan langsung dibebankan kepada laba-rugi periode terjadinya
dan dianggap sebagai unsur biaya periodik.

A. Syarat Variabel Costing

Berikut adalah beberapa syarat yang termasuk ke dalam metode variable


costing, yakni:

1. Biaya bahan baku langsung


2. Biaya tenaga kerja langsung
3. Biaya komisi
4. Biaya upah lembur
5. Biaya kebutuhan alat-alat produksi
B. Tujuan Variabel Costing

Berikut adalah tujuan dari metode variable costing, yakni:

1. Membantu manajemen mengetahui batas kontribusi (contribution


margin) untuk perencanaan laba melalui analisa hubungan biaya
volume laba untuk pengambilan keputusan jangka pendek.
2. Memudahkan manajemen dalam mengendalikan biaya dan kinerja
operasional yang sedang berjalan, serta menetapkan penilaian dan
pertanggungjawaban kepada departemen atau divisi tertentu di dalam
Perusahaan agar dapat memungkinkan pengambilan keputusan yang
lebih tepat dan pengendalian yang lebih efektif .
C. Pihak yang Terlibat

Adapun beberapa pihak yang terlibat dalam penggunaan metode variable


costing antara lain:

1. Pihak internal
• Perencanaan laba
• Penentuan harga jual
• Pengambilan keputusan
• Pengendalian biaya
2. Pihak eksternal
• Penentuan harga pokok persediaan
• Penentuan laba
D. Perbedaan Variabel Costing dan Full Costing

Adapun beberapa perbedaan antara metode variabel costing dan full


costing yang dapat dilihat berdasarkan:

1. Tujuan
Tujuan utama metode full costing adalah menghitung harga pokok yang
mencerminkan seluruh biaya produksi, termasuk biaya overhead tetap
dimana biaya overhead tetap diatribusikan ke setiap unit produk yang
dihasilkan. Sedangkan metode variable costing bertujuan untuk
memberikan informasi yang lebih akurat mengenai margin kontribusi
(selisih antara pendapatan dan biaya variabel) dan dampak perubahan
volume produksi pada profitabilitas Perusahaan, dimana Biaya
overhead tetap tidak diatribusikan langsung ke produk, melainkan
dianggap sebagai biaya yang tidak berubah dari satu periode ke periode
berikutnya.
2. Penentuan/perhitungan harga pokok produk
Perbedaannya terletak pada cara mengelola biaya overhead pabrik
yang bersifat tetap. Dalam metode full costing, biaya overhead tetap
disertakan dalam perhitungan harga pokok, sementara pada metode
variabel costing, biaya ini dianggap sebagai biaya periodik terpisah.
3. Penentuan harga pokok persediaan
Dalam metode full costing, biaya overhead pabrik tetap dianggap
belum diakui sebagai biaya hingga produk terjual karena masih terkait
dengan persediaan produk. Metode ini memperlakukan biaya periodik
sebagai biaya yang tidak terkait dengan produksi, seperti biaya
pemasaran dan administrasi umum (biaya usaha). Sementara dalam
metode variabel costing, biaya overhead pabrik tetap dianggap sebagai
biaya produksi dan diakui segera saat terjadi. Pengertian biaya periodik
dalam metode ini mencakup biaya yang bersifat tetap, biaya
pemasaran tetap, dan administrasi umum tetap.
4. Penyajian Laporan Rugi / Laba
Metode Full Costing mengklasifikasikan biaya dalam laporan rugi-laba
berdasarkan fungsi utama perusahaan, termasuk produksi, pemasaran,
administrasi, dan umum. Sementara itu, Metode Variabel Costing
mengelompokkan biaya berdasarkan bagaimana biaya-biaya tersebut
perilakunya terhadap perubahan volume kegiatan perusahaan. Dalam
perhitungan rugi-laba metode Full Costing, digunakan istilah laba kotor
(Gross Profit), yang merupakan selisih antara hasil penjualan dan harga
pokok penjualan. Di sisi lain, pada metode Variabel Costing, digunakan
istilah Margin Kontribusi, yaitu selisih antara hasil penjualan dan biaya-
biaya variabel.
Berikut adalah contoh laporan laba rugi berdasarkan metode:
a) Full costing

b) Variable costing
E. Perhitungan Metode Variable Costing

Diketahui pada tahun 200A, PT Sejahtera Bersama memproduksi sebanyak


1.000 unit produk A. Berikut data biaya produksi untuk memproduksi produk
A pada PT Sejahtera Bersama:

• Biaya Bahan Baku Rp200/unit


• Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp150/unit
• Biaya Overhead Variabel Rp400/unit
• Biaya Overhead Tetap Rp100.000
• Biaya Pemasaran Variabel Rp300/unit
• Biaya Pemasaran Tetap Rp150.000
• Biaya adm. & umum Tetap Rp200.000
• Produk A dijual dengan harga Rp2.000/unit. Dan produk A terjual
1.000 unit.

Hitunglah Harga Pokok Produksi menggunakan metode variable costing.

Penyelesaian:

Biaya Bahan Baku (Rp200 x 1.000) = Rp200.000

Biaya Tenaga Kerja Langsung (Rp150 x 1.000) = Rp150.000

Biaya Overhead Variabel (Rp400 x 1.000) = Rp400.000

Harga Pokok Produksi =Rp200.000 + Rp150.000 + Rp150.000 =Rp750.000

F. Keunggulan Variable Costing


1. Alat Perencanaan Operasi
Variabel Costing memungkinkan perusahaan untuk merencanakan operasi
masa depan dengan lebih efektif karena data biaya variabel dan margin
kontribusi membantu dalam pengambilan keputusan sehari-hari terkait
dengan biaya.
2. Penetapan Harga Jual
Dengan menggunakan Variabel Costing, perusahaan dapat lebih mudah
menentukan harga jual produk yang bersaing di pasar. Konsep margin
kontribusi membantu dalam menentukan harga yang dapat menutup
biaya tetap.

3. Penentuan Titik Impas


Variabel Costing memudahkan perusahaan untuk menentukan titik impas
(Break Even Point), di mana perusahaan tidak mengalami laba atau rugi,
dengan menghitung margin kontribusi dan biaya tetap.

4. Alat Pengendalian Manajemen


Laporan yang disusun menggunakan Variabel Costing lebih efektif untuk
pengendalian manajemen karena lebih mudah dikaitkan dengan sasaran
laba atau anggaran dalam periode tertentu. Ini memungkinkan evaluasi
kinerja individu dan pemantauan terhadap standar yang telah ditetapkan.

5. Dapat Menentukan Pengambilan Informasi Jangka Pendek


Pihak manajemen menggunakan variable costing, dalam menentukan
pengambilan keputusan dengan jangka pendek. Contoh ketika menerima
pesanan khusus dari pelanggan bisa ditentukan harga jualnya.

6. Dapat Merencanakan Laba Jangka Pendek


Dari pihak manajemen untuk mendapatkan suatu informasi laba dengan
jangka pendek, mengenai laba sebaiknya dilakukan perhitungan biaya yang
dipisahkan sesuai dengan perilaku dan perubahan volume produksi.

7. Dapat Mengendalikan Biaya


Dengan adanya pihak manajemen sebaiknya sudah mengetahui biaya
tetap dari informasi laporan laba rugi. Sehingga pihak manajamen fokus
terhadap pengendalian biaya tetap.
G. Kelemahan Variable Costing
1. Biasanya dalam menerapkannya akan sangat kesulitan dalam membagi
elemen antara biaya variabel dengan biaya tetap.
2. Untuk pihak manajemen sangat penting ketika tetap harus melakukan
pelaporan keuangan laba rugi untuk keperluan eksternal, walaupun
cara mengimplementasikannya tidak sesuai dengan standar akuntansi.
3. Dalam penentuan laba dengan volume penjualan menggunakan
variable costing sangat cocok digunakan pada produk yang tidak
bersifat musiman, jika ada perusahaan menggunakannya pada
produksi yang bersifat musiman pasti akan mengalami kerugian besar.
4. Variable Costing tidak diterima oleh Prinsip Akuntansi yang diterima
secara Umum dimana Penyusunan Laporan dengan Variable Costing
harus di-adjust kembali ke dalam Full Costing.

Anda mungkin juga menyukai