Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

AKUNTANSI BIAYA

OLEH:

Andre Dellavenda Martha 1832121477


KELAS : C12
FAK/JUR : EKONOMI /MANAJEMEN

TAHUN AJARAN
2019/2020
I. VARIABLE COSTING
A. Pengertian Variable Costing

Penentuan harga pokok variabel (variable costing) adalah suatu konsep penentuan harga pokok
yang hanya memasukkan biaya produksi variabel sebagai elemen harga pokok produk. Biaya
produksi tetap dianggap sebagai biaya periode atau atau biaya waktu (period cost) yang langsung
dibebankan kepada laba-rugi periode terjadinya dan tidak diperlakukan sebagai biaya produksi.

Metode variable costing merupakan metode alternatif untuk menghitung harga pokok produksi di
samping metode full costing yang diterima secara umum. Dengan dipisahkan informasi biaya
menurut prilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, metode variable costing
mampu menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi manajemen dalam perencanaan laba jangka
pendek, pengendalian biaya tetap yang lebih baik, dan pengambilan keputusan jangka pendek. Hal
ini dimungkinkan karena dalam jangka pendek, biaya tetap tidak relevan karena tidak terpengaruh
oleh pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen. Jika biaya tetap terpengaruh dalam
pengambilan keputusan jangka pendek, metode variable costing dapat menyajikan dampak
keputusan terdebut terhadap biaya tetap dan laba.

Variable costing adalah metode akuntansi manajemen yang dipakai untuk menghitung biaya produk.
Laporan laba rugi yang dihasilakan oleh system variable costing memperlihatkan margin kontribusi
barang-barang yang dihasilkan, informasi yang sangat berfaedah dalam pengambilan keputusan.
Variable costing kadangkala disebut juga direct costing (penentuan biaya pokok langsung) atau
marginal costing (penentuan biaya pokok marginal). Dalam metode penentuan biaya pokok variable
(variable costing, hanya biaya-biaya produksi variable saja yang dimasukkan dalam persediaan dan
biaya pokok penjualan. Ketika tingkat aktivitas diukur dalam unit-unit produk yang dihasilkan, maka
biaya-biaya variable biasanya terdiri atas bahan baku langsung, berkaitan dengan kapasitas
produktif pabrik dan umumnya tidak dipengaruhi oleh inti produk yang dipriduksi. Oleh karena itu
dalam metode penentuan biaya pokok variable, biaya overhead pabrikasi tetap tidaklah diperlukan
sebagai biaya produk.

Biaya Overhead Pabrikasi adalah semua biaya pengoperasian pabrik selain dari pada biaya-biaya
bahan baku langsung dan biaya-biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrikasi meliputi tiga
jenis biaya: bahan penolong, tenaga kerja tidak langsung, dan pabrikasi lain-lain. Biaya bahan
penolong adalah biaya bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi namun bukan bagian
integral dari produk jadi. Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya personalia yang tidak
bekerja secara langsung atas produk, namun jasanya jasanya diperlukan untuk prose pabrikasi,
contoh: karyawan bagian gudang, satpam pabrik, dan penyelia bagian produksi. Biaya pabrikasi lain-
lain adalah biaya pabrikasi yang bukan bahan baku maupun tenaga kerja, contoh: pajak bumi dan
bangunan, listrik, asuransi, beban penyusutan, dan lain-lain. Tidak astupun dari biaya overhead tadi
dapat ditelusuri suatu produk tertentu, listrik yang menerangi pabrik sebagai seumpama, juga
menerangi ruangan kerja yang tidak bersangkut paut dengan proses produksi, seperti toilet
karyawan. Overhead pabrikasi disebut juga beban pabrik (factory burden) atau biaya produk tidak
langsung atau indirect produk cost.
Biaya overhead pabrikasi tetap diperlukan sebagi biaya periode seperti halnya biaya penjualan dan
administrasi, dan dibebankan seluruhnya terhadap pendapatan dalam periode tersebut. Metode ini
menghilangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan biaya satuan yang berubah secara
berlawanan dengan volume produksi karena biaya overhead pabrikasi diperhitungkan sebagai biaya
periode. Pendekatan variable costing tidak diperkenankan untuk pelaporan keuangan kepada pihak
luar. begitu banyak perusahaan yang memakai variable costing ini untuk tujuan internal (akuntansi
manajemen) dan format full costing untuk tujuan eksternal.

Diperlukan tiga langkah penerapan penentuan biaya pokok variable:

1. Semua biaya-pabrikasi, penjualan, dan administrative- dianalisis secara cermat guna


mementukan yang mana berperilaku variable dan mana yang berperilaku tetap. Biaya campuran
dipisahkan ke dalam komponen-komponen variable dan tetap dengan memakai metode
estimasi biaya
2. Biaya pabrikasi variable-bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrikasi
varibel- dibebankan sebagai biaya produk. Oleh karena itu, persediaan barang dalam proses,
persediaan barang jadi dan biaya pokok penjualan dibiayakan dengan berdasarkan pada biaya-
biaya pabrikasi yang bervariasi sejalan dengan tingkat produksi.
3. Semua biaya overhead pabrikasi tetap serta beban penjualan dan administrative diperlukan
sebagai biaya periode dan dibebankan ke laporan laba rugi pada saat dikeluarkan. Kendatipun
demikian, beban penjualan dan administrative variable dipisahkan dari beban penjualan dan
administrative tetap tatkala disajiakan pada laporan rugi-laba. Beban penjualan dan
administrative variable serta biaya pabrikasi variable dikurangkan dari pendapatan penjualan
guna menetukan margin kontribusi pada periode berjalan. Sebaliknya beban penjualan dan
administrative tetap serta biaya overhead pabrikasi tetap dikurangi dari margin kontribusi guna
menentukan laba bersih selama periode berjalan.

Pemilihan antara metode variable costing atau full absorption costing mempunyai pengaruh atas
nilai-nilai persediaan dan laba karena variasi dalam perlaukan biaya overhead pabrikasi tetap.
Walaupun laba bisa berbeda diantara kedua metode penentuan biaya pokok tadi, laba dengan
metode variable costing tidak lah selalu lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan metode full
costing. Perbedaan laba diantara kedua metode tersebut ditentukan oleh produksi dengan
penjualan. Dengan menganggap pabrikasi tetap per unit senantiasa sama dari satu periode ke
periode yang lain, terdapat tiga kemungkinan dari laba bersih dari kedua metode tersebut:

a. Unit produksi sama dengan unit terjual ( FC=VC )


b. Unit produksi lebih besar daripada unit terjual ( FC>VC )
c. Unit produksi lebih kecil daripada unit terjual ( FC

Besarnya perbedaan laba merupakan fungsi dari biaya pabrikasi tetap per unit dan perubahan-
perubahan tingkat persediaan.
B. Jenis-Jenis Variable costing
a. Direct Costing

Merupakan biaya yang terjadi dimana penyebab satu-satunya adalah karena ada sesuatu yang harus
dibiayai. Dalam kaitannya dengan produk, biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung.

b. Marginal Costing

Biaya marjinal adalah kenaikan atau penurunan biaya sebagai hasil dari satu lebih atau kurang satu
unit output biaya variabel terdiri dari biaya tenaga kerja dan material, ditambah dengan porsi
estimasi biaya tetap (seperti biaya administrasi dan biaya penjualan). Dalam perusahaan di mana
biaya rata-rata cukup konstan, biaya marjinal biasanya sama dengan biaya rata-rata. Namun, dalam
industri yang memerlukan investasi modal berat (pabrik mobil, maskapai penerbangan,
pertambangan) dan memiliki biaya rata-rata tinggi, relatif sangat rendah. Konsep biaya marjinal
adalah sangat penting dalam alokasi sumber daya karena, untuk hasil yang optimal, manajemen
harus memusatkan sumber daya yang mana kelebihan pendapatan marjinal atas biaya marjinal
maksimum. Juga disebut biaya pilihan, biaya diferensial, atau biaya tambahan.

Ditinjau dari penyajian laporan rugi-laba, perbedaan pokok antara metode variable costing dengan
full costing adalah terletak pada klasifikasi pos-pos yang disajikan dalam laporan rugi-laba tersebut.
Laporan rugi-laba yang disusun dengan metode full costing menitikberatkan pada penyajian unsur-
unsur biaya menurut hubungan biaya menurut biaya dengan fungsi-fungsi pokok yang ada dalam
perusahaan (functional-cost classification). Tapi di lain pihak laporan rugi-laba metode variabke
costing lebih menitikberatkan pada penyajian biaya sesuai dengan perilakunya dalam hubungannya
dengan perubahan volume kegiatan (classification by cost behaviour).

Pemisahan biaya-biaya ke dalam biaya variabel dan tetap sebenarnya sulit dilaksanakan karena
jarang sekali suatu biaya benar-benar variabel atau benar-benar tetap. Penggolongan biaya sebagai
suatu biaya variabel dengan asumsi :

1. Bahwa harga barang atau jasa tidak berubah


2. Bahwa metode dan prosedur produksi tidak berubah-ubah
3. Bahwa tingkat efisiensi tidak berfluktuasi

Sedangkan biaya tetap dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Biaya tetap yang dalam jangka pendek
dapat berubah, misalnya gaji manajer produksi, pemasaran, keuangan, serta gaji manajer akuntansi.
Biaya tetap yang dalam jangka panjang konstan, misalnya depresiasi dan sewa kantor yang
dikontrakkan untuk jangka panjang. Namun dalam jangka yang panjang semua biaya adalah
berprilaku variabel.

Metode variabel costing dianggap tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim, sehingga
laporan keuangan untuk kepentingan pajak dan masyarakat umum harus dibuat atas dasar metode
full costing, jika biaya overhead pabrik tetap tidak diperhitungkan dalam harga pokok persediaan
dan harga pokok penjualan akan menghasilkan informasi harga pokok produk yang tidak wajar.
Biaya overhead pabrik tetap, seperti halnya dengan biaya overhead pabrik variabel diperlukan untuk
memproduksi dan oleh karena itu menurut metode full costing memang lebih ditunjukkan untuk
memenuhi informasi bagi kepentingan intern perusahaan. Kelemahan ini dapat diatasi dengan
mudah oleh metode variable costing dengan cara mengubah laporan rugi-laba variable costing ke
dalam laporan rugi-laba full costing seperti telah diuraikan di muka.

Dalam metode variable costing, naik turunnya laba dihubungkan dengan perubahan-perubahan
dalam penjualannya. Untuk perusahaan yang kegiatan usahanya bersifat musiman, variabel costing
akan menyajikan kerugian yang berlebih-lebihan dalam periode-periode tertentu, sedangkan dalam
periode lainnya akan menyajikan laba yang tidak normal. Laporan rugi-laba bulanan yang disajikan
berdasarkan metode variable costing diragukan manfaatnya bila dibandingkan dengan laporan rugi-
laba yang disusun atas dasar metode full costing.Tidak diperhitungkannya biaya Overhead Pabrik
tetap dalam persediaan dan harga pokok persediaan dan harga pokok persediaan akan
mengakibatkan nilai persediaan lebih rendah, sehingga akan mengurangi modal kerja yang
dilaporkan untuk tujuan-tujuan analisis keuangan.

Variable costing adalah metode penentuan harga pokok yang hanya membebankan biaya-biaya
produksi variabel saja ke dalam harga pokok produk.

C. Pengumpulan Biaya Dalam Metode Variable Costing

Menurut perilaku dalam hubungannya dengan perubahan kegiatan, biaya dapat dibagi menjadi tiga
golongan : biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semi variabel. Biaya tetap adalah biaya yang dalam
kisar perubahan kegiatan tertentu tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan,
sedangkan biaya variabel adalah biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Biaya semi variabel adalah biaya yang mengandung unsur tetap dan unsur variabel, yang berubah
tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

Jika perusahaan menggunakan variable costing di dalam akuntansi biaya produksinya, biaya
produksi dan biaya nonproduksi perlu dipisahkan menurut perilakunya dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan. Dalam rekening buku besar perlu pula disediakan rekening-rekening
kontrol untuk menampung dan memisahkan biaya tetap dan biaya variabel.

Rekening Biaya Overhead Pabrik Variabel yang Dibebankan untuk mencatat biaya overhead pabrik
variabel yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka. Jurnal untuk
mencatat biaya overhead pabrik variabel yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang
ditentukan di muka adalah sebagai berikut :

Barang Dalam Proses–Biaya Overhead pabrik Rp. xxx

Biaya Overhead Pabrik Variabel yang Dibebankan Rp. xxx

Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dicatat pertama kali dalam rekening Biaya
Overhead Pabrik Sesungguhnya. Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya
terjadi adalah sebagai berikut :

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp. xxx

Berbagai Rekening yang Dikredit Rp. xxx

Pada akhir periode akuntansi, biaya overhead pabrik dianalisis perilakunya (dengan menggunakan
metode regresi misalnya) untuk dipisahkan ke dalam biaya overhead pabrik tetap dan biaya
overhead pabrik variabel. Berdasarkan analisis tersebut, biaya overhead pabrik sesungguhnya
kemudian dipindahkan dari rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya dan Biaya Overhead
Pabrik Tetap Sesungguhnya ke dalam rekening Biaya Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya dan
Biaya Overhead Pabrik Tetap Sesungguhnya. Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang
sesungguhnya terjadi adalah sebagai berikut :

Biaya Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya Rp. xxx

Biaya Overhead Pabrik Tetap Sesunggunya xxx

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp. xxx

Pencatatan biaya pemasaran dan biaya administrasi & umum serupa dengan pencatatan biaya
overhead pabrik sesungguhnya. Biaya pemasaran dan administrasi & umum yang terjadi dicatat
dengan jurnal sebagai berikut :

Biaya Pemasaran Rp. xxx

Biaya Administrasi & Umum xxx

Berbagai Rekening yang Dikredit Rp. xxx

Pada akhir periode akuntansi, biaya pemasaran dan administrasi & umum dianalisis perilakunya
untuk dipisahkan ke dalam biaya yang berperilaku tetap dan biaya yang berperilaku variabel.
Berdasarkan analisis tersebut, biaya pemasaran kemudian dipindahkan dari rekening Biaya
Pemasaran ke dalam rekening Biaya Pemasaran Variabel dan Biaya Pemasaran Tetap. Begitu pula
dengan biaya administrasi dan umum. Jurnal untuk mencatat biaya pemasaran dan biaya
administrasi & umum menurut perilakunya adalah sebagai berikut Biaya Pemasaran Rp. xxx

Biaya Pemasaran Tetap xxx

Biaya Administrasi & Umum Variabel xxx

Biaya Administrasi & Umum Tetap xxx

Biaya Pemasaran Rp. xxx

Biaya Administrasi & Umum xxx

D. Penyajian Laporan Rugi Laba Kepada Pihak Luar Perusahaan

Jika perusahaan menggunakan metode variable costing dalam akuntansi biayanya, untuk
menyajikan laporan rugi-laba bagi kepentingan pihak luar perlu dilakukan perubahan unsur biaya
yang diperhitungkan ke dalam harga pokok persediaan produk dalam proses, persediaan produk
jadi, dan harga pokok penjualan. Perubahan ini tidak perlu dicatat dalam catatan akuntansi, namun
hanya dilakukan untuk mengubah laporan rugi-laba yang disusun menurut metode variable costing
ke dalam laporan rugi-laba menurut metode full costing.

E. Manfaat Informasi Yang Dihasilkan Oleh Metode variable Costing


a. Manfaat Informasi Variable Costing Dalam Perencanaan Laba Jangka Pendek

Untuk kepentingan perencanaan laba jangka pendek, manajemen memerlukan informasi biaya yang
dipisahkan menurut perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Dalam
jangka pendek, biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volum ekegiatan, sehingga
hanya biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen dalam pengambilan
keputusannya. Oleh karena itu, metode variable costing yang menghasilkan laporan rugi-laba yang
menyajikan informasi biaya variabel yang terpisah dari informasi biaya tetap dapat memenuhi
kebutuhan manajemen untuk perencanaan laba jangka pendek. Laporan rugi-laba variable costing
menyajikan dua ukuran penting : (1) Laba kontribusi dan (2) Operating leverage. Dengan adanya
pemisahan biaya tetap dan biaya variabel dalam laporan rugi-laba metode variable costing, hal ini
memungkinkan manajemen melakukan analisis hubungan antara biaya, volume, dan laba.

b. Pengendalian biaya

Variable costing menyediakan informasi yang lebih baik untuk mengendalikan period costs
dibandingkan informasi yang dihasilkan oleh full costing. Dalam full costing biaya overhead pabrik
tetap diperhitungkan dalam tarif biaya overhead pabrik dan dibebankan sebagai unsur biaya
produksi. Oleh karena itu manajemen kehilangan perhatian terhadap period costs (biaya overhead
pabrik tetap) tertentu dapat dikendalikan. Didalam variable costing, period costs yang terdiri biaya
yang berperilaku tetap dikumpulkan dan disajikan secara terpisah dalam laporan rugi-laba sebagai
pengurang terhadap laba kontribusi. Discretionary fixed costs merupakan biaya yang berperilaku
tetap karena kebijakan manajemen. Biaya ini dalam jangka pendek daoat dikendalikan oleh
manajemen. Commited fixed costs merupakan semua biaya yang tetap dikeluarkan, yang tidak
dapat dikurangi guna mempertahankan kemampuan perusahaan dalam memenuhi tujuan jangka
panjang perusahaan. Dalam jangka pendek commited fixed costs tidak dapat dikendalikan oleh
manajemen. Dengan dipisahkannya biaya tetap dalam kelompok tersendiri dalam laporan rugi-laba
variable costing, manajemen dapat memperoleh informasi directionary fixed costs terpisah dari
commited fixed costs, sehingga pengendalian biaya tetap dalam jangka pendek dilakukan oleh
manajemen.

c. Manfaat Informasi Variable Costing dalam Pengambilan keputusan

Variable costing menyajikan data yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan jangka pendek.
Dalam pembuatan keputusan jangka pendek yang menyangkut mengenai perubahan volume
kegiatan, period costs tidak relevan karena tidak berubah dengan adanya perubahan volume
kegiatan. Variable costing khususnya bermanfaat untuk penentuan harga jual jangka pendek.

Dan jika ditinjau dari sudut penentuan harga, perbedaan pokok antara full costing dan variable
costing adalah terletak pada konsep penutupan biaya (concept of cost recovery).

Menurut metode full costing, harga jual harus dapat menutup total biaya, termasuk biaya tetap di
dalamnya. Di dalam metode variable costing, apabila harga jual tersebut telah menghasilkan laba
kontribusi guna menutup biaya tetap adalah lebih baik daripada harga jual yang tidak menghasilkan
laba kontribusi sama sekali.

F. Keunggulan Dan Kelemahan Metode Variable Costing

Keunggulan:
Dapat digunakan untuk pengendalian biaya karena dengan menyajikan semua biaya tetap dalam
satu kelompok tersendiri, manajemen dapat memusatkan perhatian pada perilaku biaya tetap
ini.Variable costing bermanfaat untuk penentuan harga jula jangka pendek.

Kelemahan:

Pemisahan biaya-biaya ke dalam biaya variabel dan tetap sebenarnya sulit dilaksanakan , karena
jarang sekali suatu biaya benar-benar variabel atau benar-benar tetap. Penggolongan biaya sebagai
suatu biaya variabel dengan asumsi :

1. Bahwa harga barang atau jasa tidak berubah


2. Bahwa metode dan prosedur produksi tidak berubah-ubah
3. Bahwa tingkat efisiensi tidak berfluktuasi

Sedangkan biaya tetap dibagi menjadi dua kelompok :

Biaya tetap yang dalam jangka pendek dapat berubah, misalnya gaji manajer produksi, pemasaran,
keuangan, serta gaji manajer akuntansi.

Biaya tetap yang dalam jangka panjang konstan, misalnya depresiasi dan sewa kantor yang
dikontrakkan untuk jangka panjang. Namun dalam jangka yang panjang semua biaya adalah
berprilaku variabel.

Metode variabel costing dianggap tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim, sehingga
laporan keuangan untuk kepentingan pajak dan masyarakat umum harus dibuat atas dasar metode
full costing, jika biaya overhead pabrik tetap tidak diperhitungkan dalam harga pokok persediaan
dan harga pokok penjualan akan menghasilkan informasi harga pokok produk yang tidak wajar.
Biaya overhead pabrik tetap, seperti halnya dengan biaya overhead pabrik variabel diperlukan untuk
memproduksi dan oleh karena itu menurut metode full costing memang lebih ditunjukkan untuk
memenuhi informasi bagi kepentingan intern perusahaan. Kelemahan ini dapat diatasi dengan
mudah oleh metode variable costing dengan cara mengubah laporan rugi-laba variable costing ke
dalam laporan rugi-laba full costing seperti telah diuraikan di muka.

Dalam metode variable costing, naik turunnya laba dihubungkan dengan perubahan-perubahan
dalam penjualannya. Untuk perusahaan yang kegiatan usahanya bersifat musiman, variabel costing
akan menyajikan kerugian yang berlebih-lebihan dalam periode-periode tertentu, sedangkan dalam
periode lainnya akan menyajikan laba yang tidak normal. Laporan rugi-laba bulanan yang disajikan
berdasarkan metode variable costing diragukan manfaatnya bila dibandingkan dengan laporan rugi-
laba yang disusun atas dasar metode full costing.

Tidak diperhitungkannya biaya Overhead Pabrik tetap dalam persediaan dan harga pokok
persediaan dan harga pokok persediaan akan mengakibatkan nilai persediaan lebih rendah,
sehingga akan mengurangi modal kerja yang dilaporkan untuk tujuan-tujuan analisis keuangan.

G. Tujuan Penentuan Harga Pokok Variabel (Variable Costing)

Penentuan harga pokok variabel ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manajemen dalam
memperoleh informasi yang berorientasi pada pengambilan keputusan jangka pendek, yaitu:
1. Membantu manajemen untuk mengetahui batas kontribusi (contribution margin) yang sangat
berguna untuk perencanaan laba melalui analisa hubungan biaya-volume-laba (cost-profit-
volume) dan untuk pengambilan keputusan (decision making) yang berhubungan dengan
kebijaksanaan manajemen jangka pendek.
2. Memudahkan manajemen dalam mengendalikan kondisi-kondisi operasional yang sedang
berjalan serta menetapkan penilaian dan pertanggungjawaban kepada departemen atau divisi
tertentu dalam perusahaan.

Jika dihubungkan dengan pihak-pihak yang memakai laporan biaya, maka variabel costing bertujuan
sebagai berikut:

1. Untuk pihak internal, variabel costing digunakan untuk tujuan-tujuan:


a. Perencanaan laba
b. Penentuan harga jual produk
c. Pengambilan keputusan oleh manajemen
d. Pengendalian biaya
2. Untuk pihak eksternal

Meskipun tujuan utamanya untuk pihak internal, konsep variabel costing dapat pula
digunakan oleh pihak eksternal untuk tujuan:

· Penentuan harga pokok persediaan


· Penentuan laba

Tujuan eksternal tersebut hanya dapat dicapai apabila laporan yang disusun atas dasar
variabel costing disesuaikan dengan teknik-teknik tertentu, menjadi laporan yang disusun
atas dasar konsep harga pokok penuh (full costing), sebab konsep variabel costing tidak
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

3. Penentuan harga pokok persediaan

Dengan adanya perbedaan pembebanan elemen biaya produksi (production cost) kepada
produk antara metode full costing dengan metode variable costing, mengakibatkan pula
perbedaan harga pokok persediaan. Pada metode full costing BOP tetap (fixed FOH) dibebankan
ke dalam harga pokok produk. Oleh karena itu jika sebagian produk masih ada dalam persediaan
atau belum terjual maka sebagian BOP tetap (fixed FOH) masih melekat pada harga pokok
persediaan. Metode variable costing tidak membebankan BOP tetap (fixed FOH) ke dalam harga
pokok produk, akan tetapi BOP tetap (fixed FOH) langsung dibebankan ke dalam laba-rugi
sebagai biaya periode. Oleh karena itu produk yang masih ada dalam persediaan atau belum
terjual hanya dibebani biaya produksi variabel atau BOP tetap (fixed FOH) tidak melekat pada
harga pokok persediaan.
II. Full Costing
Yakni merupakan metode penentuan harga pokok produksi, yang membebankan seluruh biaya produksi
baik yang berperilaku tetap maupun variabel kepada produk. Dikenal juga dengan  Absortion atau
Conventional Costing.
Perbedaan tersebut terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi tetap, dan akan mempunyai akibat
pada :

1. Perhitungan harga pokok produksi dan


2. Penyajian laporan laba-rugi.

Metode Full Costing


Harga Pokok Produksi :

Biaya bahan baku Rp.  xxx.xxx


Biaya tenaga kerja langsung Rp.  xxx.xxx
Biaya overhead pabrik tetap Rp.  xxx.xxx
Biaya overhead pabrik variable Rp.  xxx.xxx 
Harga Pokok Produk Rp.  xxx.xxx

Dengan menggunakan Metode Full Costing,

1. Biaya Overhead pabrik baik yang variabel maupun tetap, dibebankan kepada produk atas
dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead
yang sesungguhnya.
2. Selisih BOP akan timbul apabila BOP yang dibebankan berbeda dengan BOP yang
sesungguh- nya terjadi.
Catatan : 
Pembebanan BOP lebih (overapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP yang dibebankan lebih
besar dari BOP yang sesungguhnya terjadi.
Pembebanan BOP kurang (underapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP yang dibebankan lebih
kecil dari BOP yang sesungguhnya terjadi.
3. Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual, maka
pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang tsb digunakan untuk mengurangi atau
menambah harga pokok yang masih dalam persediaan (baik produk dalam proses maupun
produk jadi)
4. Metode ini akan menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya samapi
saat produk yang bersangkutan dijual.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam perusahaan sering dijumpai kapasitas yang belum dimanfaatkan sepenuhnya karena
berbagai faktor.
2. Perbedaan utama antara Variable Costing dan Full costing terletak pada perlakuan atas BOP
Tetap.
3. Kalau perusahaan tidak mampu mengendalikan harga di pasar, maka faktor utama dalam
penentuan harga jual adalah unsur harga pokok.
4. Variable Costing mampu memberikan petunjuk bagi manajemen dalam pembuatan keputusan.
5. Biaya yang diperhitungkan dalam pembuatan keputusan hanya biaya relevan.
6. Metode Variable Costing terbutki tidak hanya bermanfaat bagi pihak intern saja. Setidak-
tidaknya ada

3 alasan mengapa untuk pelaporan ekstern dengan metode variable Costing lebih unggul dari pada full
costing :
a. BOP Tetap seperti depresiasi, biaya karena adanya kapasitas yang menganggur dan ketidak
efisienan tidak mempunyai manfaat ekonomis atau jasa potensial di masa yang akan datang.
Biaya - biaya seperti ini oleh metode variable costing langsung dibebankan pada periode
akuntansi terjadinya.
b. Persediaan akan lebih bermakna dalam pengmbilan keputusan, 2001 digitized by USU digital
library 9 apabila persediaan dihitung atas dasar biaya variabel.
c. Metode Variable Costing mencegah kemungkinan manajemen membuat laporan rugi laba yang
menyesatkan. Manajemen tidak dapat mempermainkan angka laba bersih melalui
kebijaksanaan produksi.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com /321784650/Perbandingan-Metode-Full-Costing-dengan-Metode-Variable-
Costing
https://docplayer.info/47057820-Akuntansi-biaya-variable-costing-dengan-metode-harga-pokok-
pesanan-job-order-costing-dan-metode-harga-pokok-proses-process-costing.html

Anda mungkin juga menyukai