Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH INTERNAL AUDIT

ETIKA DAN STANDAR PROFESI AUDIT INTERNAL

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

1. ERI PRANITA B1C121119


2. IRFAN B1C121136
3. LA ODE MUHAMMAD AMARULLAH B1C121144
4. MUH. ANDRIAN RAMADHAN B1C121152
5. NI MADE ADITYA ARIANI PUTERI B1C121163

AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI
2023
Kata Pengantara
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan hidayat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah “Internal Audit”. Kami mencoba memberikan
suatu pemahaman yang berguna untuk pembaca serta mengembangkan minat untuk
mempelajarinya meskipun banyak kekurangan di dalamnya.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Intihanah, SE., M.Si. sebagai
dosen pengampuh mata kuliah “Internal Audit” yang telah memberikan tugas ini kepada
kami. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu tanpa saran yang membangun.

Kendari, September 2023

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantara.......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
ETIKA DAN STANDAR PROFESI AUDIT INTERNAL..........................................................2
A. ETIKA...............................................................................................................................2
1. Tujuan...........................................................................................................................2
2. Daya Guna.....................................................................................................................2
3. Prinsip-Prinsip Kode Etik IIA........................................................................................2
4. Peraturan Perilaku.........................................................................................................3
B. STANDAR PROFESI AUDIT INTERNAL........................................................................4
1. Standar Atribut..............................................................................................................5
2. Standar Kinerja...........................................................................................................11
BAB III...................................................................................................................................22
PENUTUP..............................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sebuah profesi memiliki komitmen dituangkan dalam bentuk aturan khusus

yang menjadi pegangan bagi setiap orang yang mengembangkan profesi yang

bersangkutan. Aturan ini merupakan aturan main dalam menjalankan atau

mengemban profesi tersebut yang biasanya disebut sebagai kode etik yang harus

dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi.

Audit membutuhkan pengabdian yang besar pada masyarakat dan komitmen

moral yang tinggi. Masyarakat menuntut untuk memperoleh jasa para auditor

publik dengan standar kualitas yang tinggi, dan menuntut mereka untuk bersedia

mengorbankan diri. Oleh karena itu, seorang auditor harus selalu memupuk dan

menjaga kewaspadaannya agar tidak mudah takluk pada godaan dan tekanan yang

membawanya ke dalam pelanggaran prinsip-prinsip etika secara umum dan etika

profesi. etis yang tinggi; mampu mengenali situasi-situasi yang mengandung isu-

isu etis sehingga memungkinkannya untuk mengambil keputusan atau tindakan

yang tepat.

B. Pokok Bahasan
1. Etika dalam melaksanakan audit
2. Prinsip prinsip kode etik
3. Standar profesi audit intenal

1
BAB II

PEMBAHASAN

ETIKA DAN STANDAR PROFESI AUDIT INTERNAL

A. ETIKA
Dalam melaksanakan tugas sebagai auditor internal diperlukan aturan yang melekat
pada organisasi maupun individu agar dalam mengemban tanggung jawab yang besar dan
kepercayaan yang tinggi dari para pemakai jasanya dapat dilaksanakan dengan baik.

Kode etik merupakan aturan perilaku yang harus diterapkan dan melekat pada diri atau
lembaga auditor internal. kode etik berlaku baik pada saat pelaksanaan tugas audit maupun
tugas audit. kode etik juga sering disebut sebagai standar perilaku.

Auditor internal perlu memelihara standar perilaku yang tinggi dan mengembangkan
budaya etik di dalam profesi audit internal. IIA memiliki kode etik yang diterapkan oleh
Satuan Kerja Audit Internal maupun oleh auditor yang telah memiliki sertifikasi di bidang
auditor internal. Kode etik tersebut merupakan definisi audit internal yang mencakup dua
komponen penting berikut:

a. Prinsip-prinsip yang relevan terhadap profesi dan praktik audit internal.


b. Peraturan pelaksanaan yang menjelaskan norma tingkah laku auditor internal yang
diharapkan. Peraturan ini membantu menginterpretasikan prinsip-prinsip aplikasi
praktik dan diharapkan dapat menjadi panduan pelaksanaan etika auditor internal.

1. Tujuan
Tujuan kode etik adalah untuk mengembangkan budaya etik di dalam profesi audit
internal.

2. Daya Guna
Kode etik diterapkan oleh individu maupun entitas yang menyediakan jasa audit internal.
Pada ILA, yang dimaksud dengan "auditor internal" adalah anggota IIA, yaitu penerima
sertifikasi profesional IIA (CIA, CGAP CCSA, dan CFSA) dan kandidat penerima sertifikat-
sertifikat tersebut. Penyimpangan auditor internal terhadap kode etik akan dievaluasi dan
diproses melalui peraturan yang telah dibuat oleh IIA dan panduan administrasi.

3. Prinsip-Prinsip Kode Etik IIA


Auditor internal diharapkan dapat mengaplikasikan dan mempertahankan

2
prinsip-prinsip berikut:

1) Integritas.

Integritas auditor internal membangun kepercayaan dan memberikan dasar


kepercayaan terhadap penilaian yang dilakukan

2) Objektivitas.

Auditor internal menunjukkan tingkatan objektivitas profesional tertinggi dalam


mengumpulkan, mengevaluasi, dan mengomunikasikan informasi tentang aktivitas
atau proses yang sedang diperiksa. Auditor internal membuat penilaian yang
seimbang terhadap semua kejadian yang relevan dan tidak dipengaruhi oleh
kepentingan pribadi maupun kepentingan orang lain dalam membuat penilaian.

3) Kerahasiaan.

Auditor Internal menghormati nilai dan kepemilikan informasi yang mereka terima
dan tidak mengungkapkan informasi tanpa izin kecuali ada ketentuan perundang
undangan atau kewajiban profesional untuk melakukannya. Auditor harus bijaksana
dalam menggunakan informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan audit. Auditor
tidak diperkenankan mendiskusikan hal apa pun yang berkaitan dengan audit yang
dilakukan terhadap pihak luar yang tidak termasuk dalam staf audit.

4) Kompetensi.

Auditor internal menerapkan pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang


diperlukan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya pada jasa layanan
audit internal.

4. Peraturan Perilaku
Aturan pelaksanaannya adalah:

1) Integritas.

Auditor internal harus:

a. Menjalankan pekerjaan dengan jujur, tekun, dan bertanggung jawab;


b. Menaati hukum dan membuat pengungkapan yang disyaratkan oleh hukum
maupun profesi;

3
c. Tidak dengan sengaja menjadi bagian dari aktivitas ilegal apa pun atau
terlibat dalam tindakan yang tidak terpuji, baik bagi profesi audit internal
maupun organisasi; dan
d. Menghormati dan memberikan kontribusi bagi tujuan yang sah dan etis bagi
organisasi

2) Objektivitas.

Auditor internal harus:

a. Tidak berpartisipasi dalam beberapa aktivitas atau hubungan yang dapat


mengganggu atau dianggap mengganggu penilaian mereka; partisipasi ini
mencakup aktivitas-aktivitas atau hubungan-hubungan yang bertolak
belakang dengan kepentingan organisasi,
b. Tidak akan menerima apa pun yang dapat mengganggu atau dianggap
mengganggu keputusan profesional mereka, dan
c. Mengungkap semua fakta materiil yang diketahui. Jika tidak diungkapkan
dapat mengubah laporan aktivitas yang sedang diperiksa jika fakta tersebut
tidak diungkap.

3) Kerahasiaan.

Auditor internal harus:

a. Berhati-hati dalam menggunakan dan menjaga informasi yang diperoleh bagi


tugas mereka; dan
b. Tidak akan menggunakan informasi untuk keuntungan pribadi atau hal-hal
yang bertentangan dengan hukum atau merugikan tujuan yang sah dan etis
bagi organisasi

4) Kompetensi.

Auditor internal harus:

a. Menjalankan jasa jika auditor memiliki pengetahuan, keahlian, dan


pengalaman yang dibutuhkan,
b. Menjalankan jasa audit internal sesuai dengan standar praktik profesional
audit internal, dan
c. Meningkatkan keahlian maupun efektivitas serta kualitas jasa audit secara
terus-meneru

B. STANDAR PROFESI AUDIT INTERNAL


The International Internal Audit Standards Board (IIASB) telah merilis revisi standar
terbaru, yang efektif diberlakukan mulai Januari 2013, sesuai dengan pertimbangan dan
persetujuan the International Professional Practice Framework Oversight Council (IPPFOC).

4
Dengan diterbitkannya standar tersebut berarti baik auditor internal maupun SKAI wajib
mematuhi standar- standar terkait dengan integritas, objektivitas, kerahasiaan, dan
kompetensi profesional

Dokumen standar IIA yang dapat terapkan oleh auditor internal dikenal dengan Standar
Internasional untuk Praktik Profesional Auditor Internal (SIPPAI). Tujuan SIPPAI adalah
untuk:

1. Menggambarkan prinsip-prinsip dasar yang merepresentasikan praktik audit internal


yang seharusnya
2. Memberikan kerangka kerja untuk melaksanakan dan mengembangkan berbagai
aktivitas audit internal yang mempunyai nilai tambah.
3. Memberikan kerangka dasar pengukuran kinerja audit internal.
4. Meningkatkan proses dan operasi organisasi.

Sebelum membahas lebih rinci mengenai standar atribut dan standar kinerja, istilah yang
akan digunakan pada buku ini untuk kepala eksekutif audit adalah kepala SKAI, yang
bertujuan untuk mempermudah pemahaman pada istilah yang akan digunakan mulai bab
pertama sampai dengan bab terakhir pada buku ini. Berikut ini standar atribut dan standar
kinerja secara lengkap disajikan sesuai dengan standar internasional untuk praktik
profesional auditor internal.

1. Standar Atribut

a. Tujuan, Kewenangan, dan Tanggung Jawab

Tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab aktivitas audit internal harus dinyatakan
secara formal di dalam piagam audit internal, yang konsisten pada definisi audit internal,
kode etik, dan standar Kepala SKAI secara berkala melakukan review terhadap piagam
audit internal dan menyampaikannya kepada manajemen senior dan dewan untuk
mendapatkan persetujuan.

Piagam audit internal merupakan sebuah dokumen formal yang mendefinisikan tujuan,
wewenang, dan tanggung jawab kegiatan audit internal. Piagam audit internal menetapkan
posisi aktivitas audit internal dalam organisasi, kewenangan akses terhadap catatan
personel, dan properti fisik yang relevan dengan pelaksanaan penugasan dan
mendefinisikan lingkup aktivitas audit internal. Persetujuan final dari piagam audit berada di
dewan.

Sifat layanan jaminan yang diberikan kepada organisasi harus didefinisikan dalam
piagam audit internal. Jika layanan jaminan harus diberikan kepada pihak di luar organisasi
maka sifat layanan penjaminan ini juga harus didefinisikan dalam piagam audit internal.

Pengakuan definisi audit internal, kode dalam piagam audit internal.etik, dan standar

Pengakuan terhadap wajibnya definisi audit internal, kode etik, dan standar harus
dinyatakan dalam piagam audit internal. Kepala SKAI harus membahas definisi audit
internal, kode etik, dan standar dengan manajemen senior dan dewan.

5
b. Independensi dan Efektivitas

Dalam standar atribut yang disusun oleh The institute of internal auditor (IIA) Nomor
1100 dinyatakan bahwa :

“ Aktivitas audit internal harus independen dan auditor internal harus obyektif dalam
melaksanakan tugasnya.”

Aktivitas audit internal harus independen. Auditor internal harus objektif dalam
menjalankan pekerjaannya.

Independensi adalah kebebasan dari kondisi yang mengancam kemampuan aktivitas


audit internal untuk melaksanakan tanggung jawab audit internal dengan cara tidak
memihak. Untuk mencapai tingkat independensi membutuhkan efektivitas untuk melakukan
tanggung jawab pada aktivitas audit internal, kepala satuan audit intern harus memiliki akses
langsung dan tak terbatas kepada manajemen senior dan dewan pengawas. hal tersebut
dapat dicapai melalui hubungan pelaporan ganda kepada manajemen senior dan dewan
pengawas. ancaman terhadap independensi harus dikelola dari tingkat individu auditor
intern, penugasan, fungsional, dan organisasional.

Objektivitas adalah suatu perilaku mental tidak memihak yang memungkinkan auditor
internal untuk menunjukkan perjanjian yang sedemikian rupa sehingga mereka memiliki
keyakinan terhadap hasil kerja mereka tanpa adanya kompromi yang dibuat. Objektivitas
mensyaratkan bahwa auditor internal dengan tidak merendahkan penilaian yang dilakukan
mengenai hal-hal audit kepada pihak lain. Ancaman objektivitas harus dikelola pada auditor
internal, perjanjian, fungsional, dan level organisasi

● Independensi Organisasi

Dalam standar atribut yang disususn oleh the institute of internal auditors (IIA) Nomor
1110 tentang independensi organisasi dinyatakan bahwa: kepala satuan audit intern harus
melaporkan ke tingkatan organisasi yang memungkinkan internal melakukan aktivitas guna
memenuhi tanggung jawabnya. Kepala satuan audit intern harus mengonfirmasi kepada
dewan, setidaknya setiap tahun, mengenai independensi organisasi dalam menjalankan
aktivitas audit internal.

Independensi organisasi dapat terpenuhi secara efektif apabila kepala satuan audit intren
melapor secara fungsional kepada dewan pengawas . Contoh laporan fungsional kepada
dewan yang melibatkan dewan adalah sebagai berikut:

1. Persetujuan piagam audit internal.


2. Persetujuan risiko berdasarkan rencana audit internal.
3. Persetujuan anggaran dan rencana sumber daya audit internal.
4. Penerimaan komunikasi dari kepala SKAI pada aktivitas audit internal yang relatif
terhadap rencana dan materi lainnya.
5. Persetujuan keputusan pengangkatan dan pemberhentian kepala SKAL
6. Persetujuan pemberian remunerasi kepala SKAL

6
7. Membuat pertanyaan yang sesuai dengan manajemen dan kepala SKAI untuk
menemukan apakah terdapat lingkup yang tidak sesuai atau keterbatasan sumber
daya.

Akuvitas audit internal harus bebas dari gangguan dalam menentukan ruang lingkup
audit internal, melakukan pekerjaan, dan hasil komunikasi seperti yang dinyatakan dalam
standar atribut yang disusun oleh the institute of internal auditors (IIA) nomor 1110.A1

Kepala SKAI harus berkomunikasi dan berinteraksi secara langsung dengan


dewan.seperti yang dinyatakan dalam standar atribut yang disusun oleh the institute of
internal auditors (IIA) nomor 1111

● Objektivitas individual

Dalam standar atribut yang disususn oleh the institute of internal auditors (IIA) nomor
1120 tentang objektivitas individu dinyatakan bahwa:Auditor internal harus mempunyai sifat
netral, tidak memihak, daa menghindari kemungkinan timbulnya konflik kepentingan

Konflik kepentingan adalah sebuah situasi di mana audit internal, yang berada dalam
posisi kepercayaan, mempunyai profesionalitas bersaing atan kepentingan pribadi.
Kepentingan bersaing tersebut dapat menimbulkan kesulitan untuk memenuhi tugasnya
yang memihak. Konflik kepentingan selalu ada, bahkan jika tidak ada hasil yang tidak etis
atau tindakan tidak layak Konflik kepentingan mampu menciptakan penampilan
ketidakpantasan yang dapat merusak kepercayaan auditor internal, aktivitas audit internal
dan profesi. Konflik kepentingan dapat merusak kemampuan individu untuk melaksanakan
tugas dan tanggung jawab secara objektif.

● Penurunan nilai independensi dan objektivitas

Dalam standar atribut yang disususun oleh the institute of internal auditors (IIA) nomor
1130 Jika independensi dan objektivitas terganggu (tidak dapat dicapai) baik secara fakta
maupun secara penampilan, rincian gangguan ini harus diungkapkan kepada pihak-pihak
yang tepat. Sifat dari pengungkapan akan tergantung pada gangguan tersebut (tidak
terpenuhi independensi dan objektivitas).

Gangguan terhadap independensi organisasi dan objektivitas individu tetapi tidak


terbatas pada, konflik kepentingan pribadi, pembatasan lingkup, pembatasan akses
terhadap catatan, personel, dan properti serta pembatasan sumber daya, seperti
pendanaan. Penentuan pihak-pihak yang tepat kepada siapa rincian independensi atau
objektivitas serta sifat gangguan harus diungkapkan, tergantung pada harapan dari aktivitas
audit internal dan tanggung jawab kepala SKAI terhadap manajemen senior dan dewan
seperti yang dijelaskan dalam piagam audit internal.

Auditor internal harus menahan diri dari menilai kegiatan tertentu yang sebelumnya
mereka menjadi penanggung jawab. Objektivitas dianggap terganggu jika auditor internal
menyediakan layanan jaminan untuk kegiatan yang pada tahun sebelumnya merupakan
tanggung jawab auditor internal yang disebutkan dalam standar atribut yang disususun oleh
the institute of internal auditors (IIA) nomor 1130.A1

7
hal tersebut juga berlaku bagi kepala satuan audit internal seperti yang dinhyatakan
dalam standar atribut yang disususun oleh the institute of internal auditors (IIA) nomor
1130.A2 bahwa Penugasan pemastian untuk fungsi-fungsi, yakni kepala SKAI memiliki
tanggung jawab harus diawasi oleh pihak di luar aktivitas audit internal.

standar atribut yang disususun oleh the institute of internal auditors (IIA) nomor
1130.C1 menyebutkan bahwa Auditor internal juga dapat memberikan layanan konsultasi
yang berkaitan dengan kegiatan yang sebelumnya menjadi tanggung jawab mereka.

standar atribut yang disususun oleh the institute of internal auditors (IIA) nomor
1130.C2 menyebutkan bahwa Jika auditor internal memiliki potensi gangguan terhadap
independensi atau objektivitas yang berhubungan dengan layanan konsultasi yang
diusulkan, pengungkapan harus dilakukan kepada klien penugasan sebelum menerima
penugasan.

c. Keahlian dan Kehati-Hatian Profesional

Penugasan harus dilakukan dengan keahlian dan kecermatan profesional

● Keahlian

Auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lain yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab. Aktivitas audit internal secara kolektif
harus memiliki atau mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lain yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawabnya.

Pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya adalah istilah yang merujuk pada
keahlian profesional auditor internal yang diperlukan secara efektif melaksanakan tanggung
jawab profesional Auditor internal didorong untuk menunjukkan keahlian mereka dengan
mendapatkan sertifikasi dan kualifikasi profesional yang sesuai, seperti gelar CIA dan gelar
lainnya yang diberikan oleh IIA dan organisasi profesional lainnya yang sesuai.

Kepala SKAI harus memperoleh saran dan bantuan yang kompeten jika auditor internal
tidak memiliki pengetahuan, keterampilan, atau kompetensi yang dibutuhkan untuk
melakukan semua atau sebagian dari penugasan.

Auditor internal harus memiliki pengetahuan yang memadai untuk mengevaluasi risiko
kecurangan dan cara organisasi mengelolanya tetapi tidak diharapkan memiliki keahlian
sebagaimana seseorang yang tanggung jawab utamanya adalah audit teknologi informasi.

Auditor internal hanis memiliki pengetahuan yang cukup tentang risiko dan pengendalian
yang penting dalam bidang teknologi informasi serta teknik audit berbasis teknologi yang
tersedia untuk melakukan pekerjaan yang ditugaskan. Namun, tidak semua auditor internal
diharapkan memiliki keahlian sebagaimana auditor internal yang memiliki tanggung jawab
utama yaitu audit teknologi informasi.

Kepala SKAI harus menolak penugasan konsultasi atau harus mendapatkan saran dan
bantuan yang kompeten jika auditor internal tidak memiliki pengetahuan, keterampilan, atau
kompetensi yang dibutuhkan untuk melakukan semua atau sebagian dari penugasan.

8
● Kecermatan profesional

Auditor internal harus menerapkan kecermatan dan keterampilan yang diharapkan dari
seorang auditor yang cukup berhati-hati dan kompeten Kecermatan profesional tidak berarti
kesempurnaan.

Auditor internal harus menjalankan kecermatan profesional dengan mempertimbangkan


hal-hal berikut:

1. Lingkup pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan penugasan


2. Kompleksitas relatif, materialitas, atau signifikansi pada hal-hal yang sedang
diterapkan prosedur jaminan.
3. Kecukupan dan efektivitas proses tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian.
4. Probabilitas kesalahan signifikan, kecurangan, atau ketidakpatuhan.
5. Biaya jaminan dalam kaitannya dengan manfaat potensial.

Auditor internal harus waspada terhadap risiko-risiko signifikan yang mungkin


memengaruhi tujuan, kegiatan, atau sumber daya Namun, prosedur jamin secara mandiri,
bahkan ketika dilakukan dengan kecermatan profesional, tak menjamin bahwa semua risiko
signifikan akan dapat diidentifikasi.

Auditernal harus menjalankan kecermatan profesional selama penugasan konsultasi


dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:

1. Kebutuhan dan harapan lien, termasuk sifat, saat, dan komunikasi hasil penugasan.
2. Kompleksitas relatif dan cakupan pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
penugasan.
3. Biaya penugasan konsultasi dalam kaitannya dengan manfaat potensial

● Pengembangan profesional yang berkelanjutan

Auditor internal harus meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi


lainnya melalui pengembangan profesional yang berkelanjutan

d. Jaminan Kualitas dan Program Pengembangan

Kepala SKAI harus mengembangkan dan mempertahankan program jaminan dan


peningkatan kualitas yang mencakup semua aspek aktivitas audit internal.

Suatu program jaminan dan peningkatan kualitas dirancang untuk memungkinkan suatu
evaluasi kesesuaian aktivitas audit internal terhadap definisi audit internal dan standar, serta
evaluasi apakah auditor internal telah menerapkan kode etik. Program ini juga menilai
efisiensi dan efektivitas audit internal dan mengidentifikasi peluang-peluang untuk
peningkatan.

9
● Persyaratan program, jaminan dan peningkatan kualitas

Program jaminan dan peningkatan kualitas harus mencakup penilaian internal dan
eksternal.

● Penilaian internal

Penilaian internal harus mencakup hal-hal berikut:

1. Pemantauan kinerja aktivitas audit internal secara berkelanjutan.


2. Review berkala yang dilakukan melalui penilaian diri sendiri (self assessment) atau
oleh pihak lain dalam organisasi yang memiliki pengetahuan memadai tentang
praktik audit internal.

Pemantauan berkelanjutan merupakan bagian integral dari pengawasan sehari-hari,


review dan pengukuran aktivitas audit internal. Pemantauan berkelanjutan dimasukkan
dalam kebijakan dan praktik rutin yang biasa digunakan dalam mengelola aktivitas audit
internal, serta menggunakan proses, peralatan, dan informasi yang dipandang perlu untuk
mengevaluasi kesesuaian dengan definisi audit internal, kode etik, dan standar

Review berkala adalah penilaian yang dilakukan untuk mengevaluasi kesesuaian dengan
definisi audit internal, kode etik, dan standar

Pengetahuan yang cukup tentang praktik audit internal setidaknya memerlukan


pemahaman tentang seluruh elemen dalam kerangka praktik profesional internasional.

● Penilaian eksternal

Penilaian eksternal harus dilakukan setidaknya lima tahun sekali oleh peninjau atau tim
peninjau independen dengan kualifikasi tertentu dari luar organisasi. Kepala SKAI harus
membicarakan dengan dewan tentang:

1. Kebutuhan untuk penilaian eksternal yang frekuensinya lebih sering

2. Kualifikasi dan independensi peninjau atau tim peninjau eksternal, termasuk potensi
konflik kepentingan yang ada.

Penilaian eksternal bisa berbentuk penilaian eksternal penuh (fill external assessment),
atau penilaian sendiri (self assessment) dengan validasi eksternal yang independen.

Kualifikasi peninjau atau tim penilai yaitu mampu mendemonstrasikan kompetensi pada
dua bidang, yakni praktik profesional audit internal dan proses penilaian eksternal.
Kompetensi dapat ditunjukkan melalui gabungan pengalaman dan pembelajaran teoretis.
Pengalaman yang diperoleh dalam organisasi dengan ukuran yang sama, kompleksitas,
sektor atau industri, dan masalah lebih berharga dari pengalaman kurang relevan. Dalam
kasus tim penilai, tidak semua anggota tim perlu memiliki semua kompetensi. Kepala SKAI
yang menggunakan pertimbangan profesional ketika menilai apakah tim penilai
menunjukkan kompetensi yang memadai untuk memenuhi syarat Penilai atau penilaian tim

10
independen tidak mempunyai konflik kepentingan yang jelas dan tidak menjadi bagian dari
atau di bawah kendali aktivitas audit internal yang dimiliki organisasi.

● Pelaporan program, jaminan dan peningkatan kualitas

Kepala SKAI harus menyampaikan hasil program jaminan dan peningkatan kualitas
kepada manajemen senior dan dewan.

Bentuk, isi, dan frekuensi komunikasi dari hasil program jaminan kualitas dan
peningkatan ditentukan melalui diskusi dengan manajemen senior dan dewan dengan
mempertimbangkan tanggung jawab aktivitas audit internal dan kepala SKAI sebagaimana
tercantum dalam piagam audit internal. Untuk menunjukkan kesesuaian dengan definisi
audit internal, kode etik, dan standar Hasil penilaian eksternal dan penilaian internal berkala
dikomunikasikan setelah selesainya penilaian serta hasil pemantauan berkesinambungan
disampaikan setidaknya setiap tahun. Hasil tersebut termasuk di dalamnya penilaian
peninjau atau tim peninjau yang berkaitan dengan tingkat kepatuhan

● Penggunaan pernyataan Standar Internasional untuk Praktik Profesional Audit


Internal (SIPPAI)

Kepala SKAI diperbolehkan menyatakan bahwa aktivitas audit internal telah sesuai
dengan SIPPAI hanya jika pernyataan ini didukung hasil penilaian program jaminan dan
peningkatan kualitas.

Aktivitas audit internal sesuai dengan standar ketika mencapai hasil yang dijelaskan
dalam definisi audit internal, kode etik, dan standar. Hasil jaminan kualitas dan program
peningkatan mencakup hasil kedua penilaian internal dan eksternal. Semua aktivitas audit
internal akan memiliki hasil penilaian internal. Penilaian eksternal terhadap aktivitas audit
internal setidaknya dilakukan lima tahun sekali.

● Pengungkapan ketidakpatuhan

Ketika terdapat ketidakpatuhan dengan definisi audit internal, kode etik, atau standar
yang memengaruhi lingkup atau pelaksanaan aktivitas audit internal secara signifikan,
kepala SKAI harus mengungkapkan ketidakpatuhan dan dampaknya kepada manajemen
senior dan dewan.

2. Standar Kinerja

a. Pengelolaan Fungsi Audit Internal

Kepala SKAI harus mengatur aktivitas audit internal secara efektif untuk memastikan
bahwa aktivitas fungsi audit internal memberi nilai tambah bagi organisasi.

Aktivitas audit internal dikelola secara efektif apabila:

1. Hasil penugasan aktivitas audit internal mencapai tujuan dan tanggung jawab yang
ada dalam piagam audit internal

11
2. Aktivitas audit internal sesuai dengan definisi andit internal, kode etik, dan standar
3. Pihak yang merupakan bagian dari aktivitas audit internal menunjukkan kesesuaian
dengan kode etik dan standar
● Perencanaan

Kepala SKAI harus menetapkan rencana berbasis risiko untuk menentukan prioritas
aktivitas audit internal, konsisten dengan tujuan organisasi.

Kepala SKAI bertanggung jawab untuk mengembangkan rencana berbasis risiko (risk-
based plan). Kepala SKAI mempertimbangkan kerangka kerja manajemen risiko organisasi,
termasuk dengan menggunakan minat risiko yang ditetapkan oleh manajemen untuk
berbagai kegiatan atau bagian dari organisasi. Jika kerangka kerja (framework) manajemen
risiko tidak tersedia, kepala SKAI dapat menggunakan penilaian risiko sendiri setelah
berkonsultasi dengan manajemen senior dan dewan.

Rencana penugasan aktivitas audit internal harus didasarkan pada penilaian risiko yang
terdokumentasi, setidaknya dilakukan setiap tahun. Masukan dari manajemen senior dan
dewan harus dipertimbangkan dalam proses ini.

Kepala SKAI harus mengidentifikasi dan memperhatikan ekspektasi manajemen senior,


dewan, dan stakeholder lainnya terhadap opini dan kesimpulan yang perlu/akan diberikan
oleh aktivitas audit internal/auditor internal.

Kepala SKAI harus mempertimbangkan untuk menerima penugasan konsultasi yang


diusulkan berdasarkan potensi penugasan tersebut untuk meningkatkan proses manajemen
risiko, menambah nilai, dan meningkatkan operasi organisasi. Penugasan yang diterima
harus disertakan dalam rencana.

● Komunikasi dan persetujuan

Kepala SKAI harus mengomunikasikan rencana aktivitas audit internal dan kebutuhan
sumber daya, termasuk perubahan interim/intern yang signifikan, kepada manajemen senior
dan dewan untuk dinilai dan disetujui Kepala SKAI juga harus berkomunikasi mengenai
dampak keterbatasan sumber daya.

● Manajemen sumber daya

Kepala SKAI harus memastikan bahwa sumber daya audit internal adalah tepat, cukup,
dan dapat digunakan secara efektif untuk mencapa rencana yang telah disetujui.

Tepat mengacu pada gabungan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lain yang
dibutuhkan untuk melakukan rencana tersebut. Cukup mengacu pada kuantitas sumber
daya yang dibutuhkan untuk mencapai rencana tersebut. Sumber daya secara efektif
digunakan ketika mereka menggunakan dengan cara mengoptimalkan pencapaian rencana
yang telah disetujui.

● Kebijakan dan prosedur

Kepala SKAI harus menetapkan kebijakan dan prosedur untuk memandu pelaksanaan
aktivitas audit internal.

12
Bentuk dan isi kebijakan dan prosedur tergantung pada ukuran dan struktur aktivitas
audit internal serta kompleksitas pekerjaannya.

● Koordinasi

Kepala SKAI harus berbagi informasi dan mengoordinasikan dengan pihak internal dan
eksternal organisasi yang melakukan pekerjaan audit untuk memastikan bahwa lingkup
seluruh penugasan tersebut sudah memadai dan meminimalkan duplikasi kegiatan.

● Pelaporan kepada manajemen senior dan dewan

Kepala SKAI harus menyampaikan laporan secara berkala kepada manajemen senior
dan dewan mengenai perbandingan rencana dan realisasi yang mencakup tujuan,
wewenang, dan tanggung jawab serta kinerja audit internal. Pelaporan aktivitas audit
internal harus mencakup juga risk exposure yang signifikan dan masalah-masalah
pengendalian, termasuk risiko kecurangan, tata kelola, serta hal-hal lain yang diperlukan
atau diminta oleh manajemen senior dan dewan.

Frekuensi dan isi laporan ditentukan dalam diskusi dengan manajemen senior dan
dewan serta tergantung pada pentingnya informasi yang akan dikomunikasikan dan
mendesaknya tindakan-tindakan terkait yang akan diambil oleh manajemen senior dan
dewan.

● Penyedia layanan eksternal dan tanggung jawab organisasi terhadap audit


internal

Ketika penyedia layanan eksternal berfungsi sebagai aktivitas audit internal, penyedia
harus membuat organisasi sadar bahwa organisasi memiliki tanggung jawab untuk menjaga
kegiatan audit internal yang efektif

Tanggung jawab ini ditunjukkan melalui program jaminan kualitas dan perbaikan yang
menilai kesesuaian dengan definisi audit internal, kode etik,dan standar

b. Lingkup Pekerjaan

Aktivitas audit internal harus mengevaluasi dan memberikan kontribusi bagi peningkatan,
tata kelola, manajemen risiko, dan proses pengendalian dengan menggunakan pendekatan
yang sistematis dan disiplin.

● Tata kelola

Aktivitas audit internal harus mengevaluasi dan membuat rekomendasi yang tepat untuk
memperbaiki proses tata kelola dalam pencapaian tujuan- tujuan sebagai berikut:

1. Mempromosikan etika dan nilai-nilai yang pantas dalam organisasi.


2. Memastikan manajemen dan akuntabilitas kinerja organisasi yang efektif.
3. Mengkomunikasikan informasi risiko dan pengendalian kepada bidang- bidang yang
sesuai di dalam organisasi.

13
4. Mengoordinasikan kegiatan dan mengomunikasikan informasi diantara dewan,
auditor internal dan eksternal, serta manajemen.

Aktivitas audit internal harus mengevaluasi desain, implementasi, dan efektivitas


tujuan, program, dam kegiatan organisasi yang berkaitan dengan etika.

Aktivitas audit internal harus menilai apakah tata kelola teknologi informasi
organisasi memperkuat dan mendukung strategi dan objektivitas.

● Manajemen risiko

Aktivitas audit internal harus mengevaluasi efektivitas dan berkontribusi bagi perbaikan
proses manajemen risiko.

Menentukan apakah proses manajemen risiko telah efektif merupakan hasil keputusan
dari penilaian Auditor internal bahwa:

1. Dukungan tujuan organisasi dan menyelaraskan dengan misi organisasi.


2. Risiko signifikan telah didefinisikan dan dinilai.
3. Respons risiko yang tepat telah dipilih untuk menyelaraskan risiko dengan minat
risiko organisasi.
4. Informasi risiko yang relevan diterima dan dikomunikasikan secara tepat waktu di
seluruh organisasi sehingga memungkinkan staf, manajemen, dan dewan untuk
melaksanakan tanggung jawab mereka.

Aktivitas audit internal dapat mengumpulkan informasi untuk mendukung penilaian ini
selama beberapa keterlibatan. Hasil keterlibatan ini bila dilihat bersama-sama memberikan
pemahaman tentang proses manajemen risiko organisasi dan efektivitas mereka.

Proses manajemen risiko dipantau melalui aktivitas manajemen yang berkelanjutan,


evaluasi terpisah, atau keduanya.

2120 A1-Aktivitas audit internal harus mengevaluasi eksposur risiko yang berkaitan
dengan tata kelola dan operasi sistem informasi organisasi mengenai:

1. Pencapaian tujuan strategis organisasi.


2. Reliabilitas dan integritas informasi keuangan dan operasional.
3. Efektivitas dan efisiensi operasi.
4. Penjagaan aset.
5. Kepatuhan terhadap hukum, peraturan perundang-undangan, dan kontrak.

2120 A2-Aktivitas audit internal harus mengevaluasi potensi terjadinya kecurangan dan
bagaimana organisasi mengelola risiko kecurangan.

2120 CI Selama penugasan konsultasi, auditor internal harus memperhatikan risiko


sesuai dengan tujuan penugasan serta waspada terhadap adanya risiko signifikan lainnya.

14
2120.C2-Auditor internal harus menggunakan pengetahuan tentang risiko yang diperoleh
dari penugasan konsultasi ke dalam penugasan evaluasi mereka terhadap proses
manajemen risiko organisasi.

2120.C3-Ketika membantu manajemen membangun atau memperbaiki proses


manajemen risiko, auditor internal harus menahan diri dari menerima apa pun tanggung
jawab manajemen, yaitu dengan mengelola risiko secara aktual.

● Pengendalian

Aktivitas audit internal harus membantu organisasi dalam memelihara pengendalian


yang efektif dengan mengevaluasi efektivitas dan efisiensi serta dengan mendorong
perbaikan pengendalian internal secara berkesinambungan.

2130.A1-Aktivitas audit internal harus mengevaluasi kecukupan dan efektivitas


pengendalian dalam merespons risiko di dalam tata kelola, operasi, dan sistem informasi
organisasi, mengenai:

1. Pencapaian tujuan strategis organisasi.


2. Keandalan dan integritas informasi keuangan dan operasional.
3. Efektivitas dan efisiensi operasi.
4. Pengamanan aset
5. Kepatuhan terhadap hukum, peraturan, kebijakan, prosedur, dan kontrak.

2130.C1-Auditor internal harus menggabungkan pengetahuan tentang pengendalian


yang diperoleh dari perikatan/penugasan konsultasi untuk mengevaluasi proses
pengendalian organisasi

c. Perencanaan Penugasan

Auditor internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan perencanaan untuk


setiap penugasan yang mencakup tujuan, ruang lingkup, waktu, dan alokasi sumber daya.

2201-Pertimbangan perencanaan

Dalam merencanakan penugasan, auditor internal harus mempertimbangkan:

1. Tujuan aktivitas yang sedang diperiksa dan dengan sarana yang digunakan untuk
mengendalikan kinerjanya.
2. Risiko yang signifikan terhadap aktivitas, tujuan, sumber daya, dan operasi yang
diperiksa serta pengendalian yang diperlukan untuk menekan dampak risiko ke
tingkat yang dapat diterima.
3. Kecukupan dan efektivitas proses manajemen risiko serta pengendalian dari aktivitas
yang diperiksa dibandingkan dengan kerangka kerja pengendalian yang relevan.
4. Peluang yang signifikan untuk membuat perbaikan dalam proses manajemen risiko
dan aktivitas pengendalian yang diperiksa.

15
2201.AI Ketika merencanakan penugasan untuk pihak-pihak di luar organisasi, auditor
internal harus membangun kesepahaman tertulis dengan mereka tentang tujuan, ruang
lingkup, tanggung jawab, dan harapan lain termasuk pembatasan distribusi hasil penugasan
serta akses ke catatan penugasan.

2201.CI-Auditor internal harus membangun kesepahaman dengan klien penugasan


konsultasi tentang tujuan, ruang lingkup, tanggung jawab,dan harapan lainnya. Untuk
penugasan yang signifikan, kesepahaman ini harus didokumentasikan.

● Tujuan penugasan

Tujuan harus ditetapkan untuk setiap penugasan.

2210.A1 Auditor internal harus melaksanakan penilaian awal terhadap risiko yang
relevan dengan kegiatan yang sedang diperiksa. Tujuan keterlibatan harus mencerminkan
hasil penilaian ini.

2210.A2 Auditor internal harus mempertimbangkan kemungkinan kesalahan yang


signifikan, kecurangan, ketidakpatuhan, dan eksposur lainnya ketika mengembangkan
tujuan keterlibatan.

2210.A3 Kriteria yang memadai diperlukan untuk mengevaluasi tata kelola, manajemen
risiko, dan pengendalian. Auditor internal harus memastikan sejauh mana manajemen dan
dewan telah membentuk kriteria yang memadai untuk menentukan apakah tujuan dan
sasaran telah dicapai. Jika memadai, auditor internal harus bekerja dengan manajemen
dan/atau dewan untuk mengembangkan kriteria evaluasi yang tepat.

2210.C1-Consulting harus mengatasi tata kelola, manajemen risiko,dan proses


pengendalian sejauh disepakati dengan klien.

● Lingkup penugasan

Lingkup yang ditetapkan harus cukup untuk memenuhi tujuan penugasan.

2220 A1-Lingkup penugasan harus mencakup pertimbangan mengenai sistem catatan,


personalia, dan properti fisik yang relevan, termasuk yang di bawah kendali pihak ketiga.

2220.A2 Jika selama penugasan jaminan muncul peluang untuk melakukan penugasan
konsultasi, harus dicapai kesepahaman tertulis terlebih dahulu mengenai tujuan, ruang
lingkup, tanggung jawab para pihak, serta harapan-harapan lain yang dihasilkan dari
penugasan konsultasi yang dikomunikasikan sesuai dengan standar konsultasi.

2220.CI-Dalam melaksanakan penugasan konsultasi, auditor internal harus memastikan


bahwa lingkup penugasan cukup untuk memenuhi tujuan yang telah disepakati. Jika auditor
internal mengajukan persyaratan tertentu terkait lingkup penugasan, persyaratan tersebut
harus didiskusikan dengan klien terlebih dahulu untuk menentukan apakah penugasan akan
tetap dilanjutkan.

16
2220.C2-Dalam penugasan konsultasi, auditor internal harus mengatasi kontrol,
konsisten dengan tujuan keterlibatan, dan waspada terhadap masalah pengendalian yang
signifikan.

2210.C2 Konsultasi tujuan keterlibatan harus konsisten dengan nilai- nilai organisasi,
strategi, dan tujuan.

● Alokasi sumber daya penugasan

Auditor internal harus menentukan sumber daya yang tepat dan cukup untuk mencapai
tujuan penugasan berdasarkan evaluasi atas sifat dan kompleksitas dari setiap penugasan,
kendala waktu, dan ketersediaan sumber daya.

● Program kerja penugasan

Auditor internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan program kerja untuk


mencapai tujuan penugasan.

2240 A1 Program kerja harus mencakup prosedur untuk mengidentifikasi, menganalisis,


mengevaluasi, dan mendokumentasikan informasi selama penugasan. Program kerja harus
disetujui sebelum pelaksanaannya dan setiap penyesuaian harus segera disetujui

2240 C1 Program kerja untuk penugasan konsultan dapat bervariasi dalam bentuk dan
isi tergantung pada sifat penugasan.

d. Pelaksanaan Penugasan

Auditor internal harus mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan


mendokumentasikan informasi yang memadai untuk mencapai tujuan penugasan

● Mengidentifikasi informasi

Auditor internal harus mengidentifikasi informasi yang memadai, dapat diandalkan,


relevan, dan berguna untuk mencapai tujuan penugasan.

Informasi yang memadai adalah faktual, cukup, dan meyakinkan sehingga seseorang
yang bijaksana dan mendapatkan informasi akan mencapai kesimpulan yang sama seperti
auditor. Informasi yang dapat diandalkan adalah informasi terbaik yang dapat dicapai
melalui penggunaan teknik penugasan yang tepat. Informasi yang relevan mendukung
observasi dan rekomendasi penugasan serta konsisten dengan tujuan penugasan. Informasi
yang berguna membantu organisasi mencapai tujuannya

● Analisis dan evaluasi

Auditor internal harus mendasarkan kesimpulan dan hasil penugasan pada analisis dan
evaluasi yang tepat.

● Pendokumentasian informasi Auditor internal harus mendokumentasikan informasi


yang relevan untuk mendukung kesimpulan dan hasil penugasan.

17
2330 Al Kepala SKAI harus mengendalikan akses ke catatan penugasan. Kepala SKAI
harus mendapat persetujuan dari manajemen senior dan/atau penasihat hukum sebelum
mengeluarkan catatan tersebut kepada pihak eksternal yang sesuai.

2330 A2 Kepala SKAI harus mengembangkan persyaratan retensi catatan penugasan,


terlepas dari media di mana setiap catatan disimpan Persyaratan retensi ini harus konsisten
dengan pedoman organisasi yang bersangkutan dan setiap peraturan atau persyaratan
lainnya.

2330.CI Kepala SKAI harus mengembangkan kebijakan yang mengatur penyimpanan


dan retensi catatan penugasan konsultasi, serta pengeluaran catatan tersebut untuk pihak
internal maupun eksternal Kebijakan ini harus konsisten dengan pedoman organisasi yang
bersangkutan dan setiap peraturan atau persyaratan lainnya.

● Penugasan supervisi

Setiap penugasan harus disupervisi dengan tepat untuk memastikan tujuan tercapai,
terjaminnya kualitas, dan kemampuan staf berkembang.

Sejauh mana supervisi diperlakukan akan tergantung pada kemampuan dan


pengalaman auditor internal dan kompleksitas penugasan. Kepala SKAI bertanggung jawab
secara menyeluruh untuk melakukan supervisi terhadap penugasan, baik dilakukan oleh
atau untuk aktivitas audit internal. Namun,dapat menunjuk anggota aktivitas audit internal
dengan pengalaman yang cukup untuk melakukan supervisi. Bukti yang memadai
dilakukannya supervisi harus didokumentasikan dan disimpan.

e. Komunikasi Hasil Penugasan

Auditor internal harus mengomunikasikan hasil penugasan.

● Kriteria untuk mengomunikasikan hasil

Komunikasi harus mencakup tujuan dan ruang lingkup penugasan serta kesimpulan,
rekomendasi, dan rencana tindak lanjut yang sesuai.

2410 AI Komunikasi final hasil penugasan, bila memungkinkan, memuat opint secara
keseluruhan dan kesimpulan auditor internal.

2410.A2-Auditor internal dianjurkan untuk memberi apresiasi dalam komunikasi hasil


penugasan terhadap kinerja yang memuaskan dari kegiatan yang diperiksa.

2410.A3 - Ketika mengeluarkan hasil penugasan kepada pihak-pihak di luar organisasi,


komunikasi harus mencakup pembatasan distribusi dan penggunaannya.

2410.C1-Komunikasi tentang kemajuan dan hasil penugasan konsultasi akan bervariasi


dalam bentuk dan isi tergantung pada sifat penugasan serta kebutuhan klien.

● Kualitas komunikasi

18
Komunikasi harus akurat, objektif, jelas, ringkas, konstruktif, lengkap,dan tepat waktu.

Komunikasi yang akurat terbebas dari kesalahan dan distorsi serta dengan kokoh
berdasarkan pada fakta-fakta. Komunikasi yang objektif adalah adil, udak memihak, dan
tidak bias, serta merupakan hasil pikiran yang adil serta penilaian seimbang dari semua
fakta dan keadaan yang relevan. Komunikasi yang jelas yaitu mudah dipahami dan logis,
menghindari bahasa teknis yang tidak perlu, serta menyediakan semua informasi yang
penting dan relevan. Komunikasi yang ringkas adalah langsung dan menghindari elaborasi
yang tidak perlu, rincian yang berlebihan, redundansi, dan panjang lebar. konstruktif sangat
membantu klien penugasan dan organisasi serta pada peningkatan yang diperlukan.
Komunikasi yang lengkap tidak kehilangan hal-hal penting bagi audiens yang dituju dan
mencakup semua informasi yang penting dan relevan serta observasi untuk mendukung
rekomendasi dan kesimpulan Komunikasi yang tepat waktu yaitu pada kesempatan pertama
dan pada kondisi yang tepat. Tergantung pada pentingnya masalah agar memungkinkan
manajemen untuk mengambil tindakan korektif secara tepat

● Kesalahan dan kelalaian

Jika komunikasi final mengandung kesalahan atau kelalaian yang signifikan, kepala SKAI
harus menyampaikan informasi yang telah dikoreksi kepada semua pihak yang menerima
komunikasi awal.

● Penggunaan "dilaksanakan sesuai dengan SIPPAI

Auditor internal diperbolehkan melaporkan penugasan mereka telah "dilaksanakan


sesuai dengan SIPPAI", hanya bila hasil program, jaminan kualitas, dan peningkatan
mendukung pernyataan tersebut.

● Pengungkapan ketidakpatuhan

Ketika terdapat ketidakpatuhan terhadap definisi audit internal, kode etik, dan standar
berdampak pada suatu penugasan tertentu, dalam komunikasi hasil penugasan harus
diungkapkan:

1. Prinsip atau peraturan perilaku kode etik atau standar yang kepatuhannya secara
penuh tidak tercapai.
2. Alasan ketidakpatuhan.
3. Dampak ketidakpatuhan terhadap penugasan dan komunikasi hasil penugasan.

● Diseminasi hasil

Kepala SKAI harus menyampaikan hasil penugasan kepada pihak- pihak yang tepat.

Kepala SKAI atau petugas yang ditunjuk meninjau dan menyetujui komunikasi final
penugasan sebelum penerbitan serta memutuskan kepada siapa dan bagaimana
komunikasi tersebut akan disampaikan.

19
2440.A1-Kepala SKAI bertanggung jawab untuk mengomunikasikan hasil akhir kepada
pihak-pihak yang dapat memastikan bahwa hasil tersebut diperhatikan.

2440 A2-Jika tidak diatur sebaliknya oleh hukum, undang-undang atau peraturan
persyaratan, sebelum menyampaikan hasil kepada pihak-pihak di luar organisasi, kepala
SKAI harus:

1. Menilai potensi risiko bagi organisasi.


2. Berkonsultasi dengan manajemen senior dan/atau penasihat hukum yang tepat.
3. Mengendalikan penyebaran dengan membatasi penggunaan hasil.

2440.C1-Kepala SKAI bertanggung jawab untuk mengomunikasikan hasil akhir


penugasan konsultasi kepada klien.

2440.C2-Selama penugasan konsultasi, masalah-masalah tata kelola, manajemen risiko,


dan pengendalian mungkin dapat teridentifikasi. Apabila masalah-masalah tersebut
signifikan bagi organisasi, harus dikomunikasikan kepada manajemen senior dan dewan.

● Opini keseluruhan

Ketika opini keseluruhan dikeluarkan, harus memperhatikan ekspektasi manajemen


senior, dewan, dan stakeholder lain dan harus didukung oleh informasi yang cukup, dapat
diandalkan, relevan, dan berguna.

Komunikasi akan mengidentifikasi:

1. Ruang lingkup, termasuk jangka waktu yang berkaitan


2. Pembatasan lingkup
3. Proyek-proyek penugasan yang mendasari opini, termasuk hasil kerja asuransi pihak
lain yang diacu
4. Kerangka manajemen risiko dan pengendalian serta kriteria lain yang digunakan
sebagai dasar opini keseluruhan.
5. Keseluruhan pendapat, penilaian, atau kesimpulan yang dicapai.
6. Alasan-alasan bila opini keseluruhan bersifat unfavorable.

f. 2500 Pemantauan Tindak Lanjut

Kepala SKAI harus menyusun dan menjaga sistem untuk memantau tindak lanjut hasil
penugasan yang telah dikomunikasikan kepada manajemen.

2500.A1 Kepala SKAI harus menetapkan proses tindak lanjut untuk memantau dan
memastikan bahwa tindakan manajemen telah diimplementasikan secara efektif atau bahwa
manajemen senior telah menerima risiko untuk tidak mengambil tindakan.

2500.C1- Aktivitas audit internal harus memantau disposisi hasil penugasan konsultasi
sesuai dengan yang telah disepakati klien.

20
g. 2600 - Resolusi Penerimaan Risiko oleh Manajemen

Jika kepala SKAI menyimpulkan bahwa manajemen telah menerima tingkat risiko yang
mungkin menurut kepala SKAI tidak dapat diterima oleh organisasi, kepala SKAI harus
mendiskusikan masalah ini dengan manajemen senior. Jika kepala SKAI menyimpulkan
bahwa masalah tersebut tidak tercapai resolusi, kepala SKAI harus mengomunikasikan hal
tersebut kepada dewan.

Identifikasi risiko yang diterima oleh manajemen dapat diobservasi melalui penugasan
asuransi atau konsultasi, pemantauan kemajuan tindakan yang diambil oleh manajemen
sebagai akibat keterlibatan sebelumnya atau cara lain. Hal ini bukan tanggung jawab kepala
SKAI untuk mengatasi risiko.

2.4 PERKEMBANGAN DI INDONESIA

Di Indonesia, SPAI telah diterbitkan secara bersama-sama oleh profesi audit internal,
yang terdiri atas IIA Indonesia Chapter, Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Intern
BUMN/BUMD (FKSPI BUMN/BUMD), Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA), Dewan
Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA), dan Perhimpunan Auditor Internal Indonesia
(PAII) yang dijadikan sebagai pedoman bagi auditor internal dalam melaksanakan
kegiatannya. Standar ini mulai berlaku tanggal 1 Januari 2005 dan telah ditetapkan di
Jakarta pada 12 Mei 2004

21
BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN

Kode etik merupakan aturan perilaku yang harus diterapkan dan melekat pada diri atau
lembaga auditor internal. kode etik berlaku baik pada saat pelaksanaan tugas audit maupun
tugas audit. kode etik juga sering disebut sebagai standar perilaku.

Tujuan kode etik adalah untuk mengembangkan budaya etik di dalam profesi audit
internal.

Kode etik diterapkan oleh individu maupun entitas yang menyediakan jasa audit internal.
Pada ILA, yang dimaksud dengan "auditor internal" adalah anggota IIA, yaitu penerima
sertifikasi profesional IIA (CIA, CGAP CCSA, dan CFSA) dan kandidat penerima sertifikat-
sertifikat tersebut.

STANDAR PROFESI AUDIT INTERNAL

The International Internal Audit Standards Board (IIASB) telah merilis revisi standar
terbaru, yang efektif diberlakukan mulai Januari 2013, sesuai dengan pertimbangan dan
persetujuan the International Professional Practice Framework Oversight Council (IPPFOC).
Dengan diterbitkannya standar tersebut berarti baik auditor internal maupun SKAI wajib
mematuhi standar- standar terkait dengan integritas, objektivitas, kerahasiaan, dan
kompetensi profesional

22
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2017, AUDITING Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik (Edisi 5/Buku 1). Jakarta: Salemba Empat.
Dali, Nasrullah. (2019). PROFESIONALISME AUDITOR. Yogyakarta: WIJANA MAHADI
KARYA
Safuar. 2019, PANDUAN PRAKTIS INTERNAL AUDITOR. Bandung: Alfabeta.
Zamzami, Faiz., Ihda Arifin Faiz., dan Muhklis (2018). AUDIT INTENAL KONSEP DAN
PRAKTIK (SESUAI INTERNASIONAL STANDARDS FPR THE
PROFESSIONAL PRACTICE OF INTERNAL AUDITING 2013). Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press

23

Anda mungkin juga menyukai