DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI
2023
Kata Pengantara
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan hidayat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah “Internal Audit”. Kami mencoba memberikan
suatu pemahaman yang berguna untuk pembaca serta mengembangkan minat untuk
mempelajarinya meskipun banyak kekurangan di dalamnya.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Intihanah, SE., M.Si. sebagai
dosen pengampuh mata kuliah “Internal Audit” yang telah memberikan tugas ini kepada
kami. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu tanpa saran yang membangun.
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantara.......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
ETIKA DAN STANDAR PROFESI AUDIT INTERNAL..........................................................2
A. ETIKA...............................................................................................................................2
1. Tujuan...........................................................................................................................2
2. Daya Guna.....................................................................................................................2
3. Prinsip-Prinsip Kode Etik IIA........................................................................................2
4. Peraturan Perilaku.........................................................................................................3
B. STANDAR PROFESI AUDIT INTERNAL........................................................................4
1. Standar Atribut..............................................................................................................5
2. Standar Kinerja...........................................................................................................11
BAB III...................................................................................................................................22
PENUTUP..............................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang menjadi pegangan bagi setiap orang yang mengembangkan profesi yang
mengemban profesi tersebut yang biasanya disebut sebagai kode etik yang harus
moral yang tinggi. Masyarakat menuntut untuk memperoleh jasa para auditor
publik dengan standar kualitas yang tinggi, dan menuntut mereka untuk bersedia
mengorbankan diri. Oleh karena itu, seorang auditor harus selalu memupuk dan
menjaga kewaspadaannya agar tidak mudah takluk pada godaan dan tekanan yang
profesi. etis yang tinggi; mampu mengenali situasi-situasi yang mengandung isu-
yang tepat.
B. Pokok Bahasan
1. Etika dalam melaksanakan audit
2. Prinsip prinsip kode etik
3. Standar profesi audit intenal
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. ETIKA
Dalam melaksanakan tugas sebagai auditor internal diperlukan aturan yang melekat
pada organisasi maupun individu agar dalam mengemban tanggung jawab yang besar dan
kepercayaan yang tinggi dari para pemakai jasanya dapat dilaksanakan dengan baik.
Kode etik merupakan aturan perilaku yang harus diterapkan dan melekat pada diri atau
lembaga auditor internal. kode etik berlaku baik pada saat pelaksanaan tugas audit maupun
tugas audit. kode etik juga sering disebut sebagai standar perilaku.
Auditor internal perlu memelihara standar perilaku yang tinggi dan mengembangkan
budaya etik di dalam profesi audit internal. IIA memiliki kode etik yang diterapkan oleh
Satuan Kerja Audit Internal maupun oleh auditor yang telah memiliki sertifikasi di bidang
auditor internal. Kode etik tersebut merupakan definisi audit internal yang mencakup dua
komponen penting berikut:
1. Tujuan
Tujuan kode etik adalah untuk mengembangkan budaya etik di dalam profesi audit
internal.
2. Daya Guna
Kode etik diterapkan oleh individu maupun entitas yang menyediakan jasa audit internal.
Pada ILA, yang dimaksud dengan "auditor internal" adalah anggota IIA, yaitu penerima
sertifikasi profesional IIA (CIA, CGAP CCSA, dan CFSA) dan kandidat penerima sertifikat-
sertifikat tersebut. Penyimpangan auditor internal terhadap kode etik akan dievaluasi dan
diproses melalui peraturan yang telah dibuat oleh IIA dan panduan administrasi.
2
prinsip-prinsip berikut:
1) Integritas.
2) Objektivitas.
3) Kerahasiaan.
Auditor Internal menghormati nilai dan kepemilikan informasi yang mereka terima
dan tidak mengungkapkan informasi tanpa izin kecuali ada ketentuan perundang
undangan atau kewajiban profesional untuk melakukannya. Auditor harus bijaksana
dalam menggunakan informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan audit. Auditor
tidak diperkenankan mendiskusikan hal apa pun yang berkaitan dengan audit yang
dilakukan terhadap pihak luar yang tidak termasuk dalam staf audit.
4) Kompetensi.
4. Peraturan Perilaku
Aturan pelaksanaannya adalah:
1) Integritas.
3
c. Tidak dengan sengaja menjadi bagian dari aktivitas ilegal apa pun atau
terlibat dalam tindakan yang tidak terpuji, baik bagi profesi audit internal
maupun organisasi; dan
d. Menghormati dan memberikan kontribusi bagi tujuan yang sah dan etis bagi
organisasi
2) Objektivitas.
3) Kerahasiaan.
4) Kompetensi.
4
Dengan diterbitkannya standar tersebut berarti baik auditor internal maupun SKAI wajib
mematuhi standar- standar terkait dengan integritas, objektivitas, kerahasiaan, dan
kompetensi profesional
Dokumen standar IIA yang dapat terapkan oleh auditor internal dikenal dengan Standar
Internasional untuk Praktik Profesional Auditor Internal (SIPPAI). Tujuan SIPPAI adalah
untuk:
Sebelum membahas lebih rinci mengenai standar atribut dan standar kinerja, istilah yang
akan digunakan pada buku ini untuk kepala eksekutif audit adalah kepala SKAI, yang
bertujuan untuk mempermudah pemahaman pada istilah yang akan digunakan mulai bab
pertama sampai dengan bab terakhir pada buku ini. Berikut ini standar atribut dan standar
kinerja secara lengkap disajikan sesuai dengan standar internasional untuk praktik
profesional auditor internal.
1. Standar Atribut
Tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab aktivitas audit internal harus dinyatakan
secara formal di dalam piagam audit internal, yang konsisten pada definisi audit internal,
kode etik, dan standar Kepala SKAI secara berkala melakukan review terhadap piagam
audit internal dan menyampaikannya kepada manajemen senior dan dewan untuk
mendapatkan persetujuan.
Piagam audit internal merupakan sebuah dokumen formal yang mendefinisikan tujuan,
wewenang, dan tanggung jawab kegiatan audit internal. Piagam audit internal menetapkan
posisi aktivitas audit internal dalam organisasi, kewenangan akses terhadap catatan
personel, dan properti fisik yang relevan dengan pelaksanaan penugasan dan
mendefinisikan lingkup aktivitas audit internal. Persetujuan final dari piagam audit berada di
dewan.
Sifat layanan jaminan yang diberikan kepada organisasi harus didefinisikan dalam
piagam audit internal. Jika layanan jaminan harus diberikan kepada pihak di luar organisasi
maka sifat layanan penjaminan ini juga harus didefinisikan dalam piagam audit internal.
Pengakuan definisi audit internal, kode dalam piagam audit internal.etik, dan standar
Pengakuan terhadap wajibnya definisi audit internal, kode etik, dan standar harus
dinyatakan dalam piagam audit internal. Kepala SKAI harus membahas definisi audit
internal, kode etik, dan standar dengan manajemen senior dan dewan.
5
b. Independensi dan Efektivitas
Dalam standar atribut yang disusun oleh The institute of internal auditor (IIA) Nomor
1100 dinyatakan bahwa :
“ Aktivitas audit internal harus independen dan auditor internal harus obyektif dalam
melaksanakan tugasnya.”
Aktivitas audit internal harus independen. Auditor internal harus objektif dalam
menjalankan pekerjaannya.
Objektivitas adalah suatu perilaku mental tidak memihak yang memungkinkan auditor
internal untuk menunjukkan perjanjian yang sedemikian rupa sehingga mereka memiliki
keyakinan terhadap hasil kerja mereka tanpa adanya kompromi yang dibuat. Objektivitas
mensyaratkan bahwa auditor internal dengan tidak merendahkan penilaian yang dilakukan
mengenai hal-hal audit kepada pihak lain. Ancaman objektivitas harus dikelola pada auditor
internal, perjanjian, fungsional, dan level organisasi
● Independensi Organisasi
Dalam standar atribut yang disususn oleh the institute of internal auditors (IIA) Nomor
1110 tentang independensi organisasi dinyatakan bahwa: kepala satuan audit intern harus
melaporkan ke tingkatan organisasi yang memungkinkan internal melakukan aktivitas guna
memenuhi tanggung jawabnya. Kepala satuan audit intern harus mengonfirmasi kepada
dewan, setidaknya setiap tahun, mengenai independensi organisasi dalam menjalankan
aktivitas audit internal.
Independensi organisasi dapat terpenuhi secara efektif apabila kepala satuan audit intren
melapor secara fungsional kepada dewan pengawas . Contoh laporan fungsional kepada
dewan yang melibatkan dewan adalah sebagai berikut:
6
7. Membuat pertanyaan yang sesuai dengan manajemen dan kepala SKAI untuk
menemukan apakah terdapat lingkup yang tidak sesuai atau keterbatasan sumber
daya.
Akuvitas audit internal harus bebas dari gangguan dalam menentukan ruang lingkup
audit internal, melakukan pekerjaan, dan hasil komunikasi seperti yang dinyatakan dalam
standar atribut yang disusun oleh the institute of internal auditors (IIA) nomor 1110.A1
● Objektivitas individual
Dalam standar atribut yang disususn oleh the institute of internal auditors (IIA) nomor
1120 tentang objektivitas individu dinyatakan bahwa:Auditor internal harus mempunyai sifat
netral, tidak memihak, daa menghindari kemungkinan timbulnya konflik kepentingan
Konflik kepentingan adalah sebuah situasi di mana audit internal, yang berada dalam
posisi kepercayaan, mempunyai profesionalitas bersaing atan kepentingan pribadi.
Kepentingan bersaing tersebut dapat menimbulkan kesulitan untuk memenuhi tugasnya
yang memihak. Konflik kepentingan selalu ada, bahkan jika tidak ada hasil yang tidak etis
atau tindakan tidak layak Konflik kepentingan mampu menciptakan penampilan
ketidakpantasan yang dapat merusak kepercayaan auditor internal, aktivitas audit internal
dan profesi. Konflik kepentingan dapat merusak kemampuan individu untuk melaksanakan
tugas dan tanggung jawab secara objektif.
Dalam standar atribut yang disususun oleh the institute of internal auditors (IIA) nomor
1130 Jika independensi dan objektivitas terganggu (tidak dapat dicapai) baik secara fakta
maupun secara penampilan, rincian gangguan ini harus diungkapkan kepada pihak-pihak
yang tepat. Sifat dari pengungkapan akan tergantung pada gangguan tersebut (tidak
terpenuhi independensi dan objektivitas).
Auditor internal harus menahan diri dari menilai kegiatan tertentu yang sebelumnya
mereka menjadi penanggung jawab. Objektivitas dianggap terganggu jika auditor internal
menyediakan layanan jaminan untuk kegiatan yang pada tahun sebelumnya merupakan
tanggung jawab auditor internal yang disebutkan dalam standar atribut yang disususun oleh
the institute of internal auditors (IIA) nomor 1130.A1
7
hal tersebut juga berlaku bagi kepala satuan audit internal seperti yang dinhyatakan
dalam standar atribut yang disususun oleh the institute of internal auditors (IIA) nomor
1130.A2 bahwa Penugasan pemastian untuk fungsi-fungsi, yakni kepala SKAI memiliki
tanggung jawab harus diawasi oleh pihak di luar aktivitas audit internal.
standar atribut yang disususun oleh the institute of internal auditors (IIA) nomor
1130.C1 menyebutkan bahwa Auditor internal juga dapat memberikan layanan konsultasi
yang berkaitan dengan kegiatan yang sebelumnya menjadi tanggung jawab mereka.
standar atribut yang disususun oleh the institute of internal auditors (IIA) nomor
1130.C2 menyebutkan bahwa Jika auditor internal memiliki potensi gangguan terhadap
independensi atau objektivitas yang berhubungan dengan layanan konsultasi yang
diusulkan, pengungkapan harus dilakukan kepada klien penugasan sebelum menerima
penugasan.
● Keahlian
Auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lain yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab. Aktivitas audit internal secara kolektif
harus memiliki atau mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lain yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawabnya.
Pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya adalah istilah yang merujuk pada
keahlian profesional auditor internal yang diperlukan secara efektif melaksanakan tanggung
jawab profesional Auditor internal didorong untuk menunjukkan keahlian mereka dengan
mendapatkan sertifikasi dan kualifikasi profesional yang sesuai, seperti gelar CIA dan gelar
lainnya yang diberikan oleh IIA dan organisasi profesional lainnya yang sesuai.
Kepala SKAI harus memperoleh saran dan bantuan yang kompeten jika auditor internal
tidak memiliki pengetahuan, keterampilan, atau kompetensi yang dibutuhkan untuk
melakukan semua atau sebagian dari penugasan.
Auditor internal harus memiliki pengetahuan yang memadai untuk mengevaluasi risiko
kecurangan dan cara organisasi mengelolanya tetapi tidak diharapkan memiliki keahlian
sebagaimana seseorang yang tanggung jawab utamanya adalah audit teknologi informasi.
Auditor internal hanis memiliki pengetahuan yang cukup tentang risiko dan pengendalian
yang penting dalam bidang teknologi informasi serta teknik audit berbasis teknologi yang
tersedia untuk melakukan pekerjaan yang ditugaskan. Namun, tidak semua auditor internal
diharapkan memiliki keahlian sebagaimana auditor internal yang memiliki tanggung jawab
utama yaitu audit teknologi informasi.
Kepala SKAI harus menolak penugasan konsultasi atau harus mendapatkan saran dan
bantuan yang kompeten jika auditor internal tidak memiliki pengetahuan, keterampilan, atau
kompetensi yang dibutuhkan untuk melakukan semua atau sebagian dari penugasan.
8
● Kecermatan profesional
Auditor internal harus menerapkan kecermatan dan keterampilan yang diharapkan dari
seorang auditor yang cukup berhati-hati dan kompeten Kecermatan profesional tidak berarti
kesempurnaan.
1. Kebutuhan dan harapan lien, termasuk sifat, saat, dan komunikasi hasil penugasan.
2. Kompleksitas relatif dan cakupan pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
penugasan.
3. Biaya penugasan konsultasi dalam kaitannya dengan manfaat potensial
Suatu program jaminan dan peningkatan kualitas dirancang untuk memungkinkan suatu
evaluasi kesesuaian aktivitas audit internal terhadap definisi audit internal dan standar, serta
evaluasi apakah auditor internal telah menerapkan kode etik. Program ini juga menilai
efisiensi dan efektivitas audit internal dan mengidentifikasi peluang-peluang untuk
peningkatan.
9
● Persyaratan program, jaminan dan peningkatan kualitas
Program jaminan dan peningkatan kualitas harus mencakup penilaian internal dan
eksternal.
● Penilaian internal
Review berkala adalah penilaian yang dilakukan untuk mengevaluasi kesesuaian dengan
definisi audit internal, kode etik, dan standar
● Penilaian eksternal
Penilaian eksternal harus dilakukan setidaknya lima tahun sekali oleh peninjau atau tim
peninjau independen dengan kualifikasi tertentu dari luar organisasi. Kepala SKAI harus
membicarakan dengan dewan tentang:
2. Kualifikasi dan independensi peninjau atau tim peninjau eksternal, termasuk potensi
konflik kepentingan yang ada.
Penilaian eksternal bisa berbentuk penilaian eksternal penuh (fill external assessment),
atau penilaian sendiri (self assessment) dengan validasi eksternal yang independen.
Kualifikasi peninjau atau tim penilai yaitu mampu mendemonstrasikan kompetensi pada
dua bidang, yakni praktik profesional audit internal dan proses penilaian eksternal.
Kompetensi dapat ditunjukkan melalui gabungan pengalaman dan pembelajaran teoretis.
Pengalaman yang diperoleh dalam organisasi dengan ukuran yang sama, kompleksitas,
sektor atau industri, dan masalah lebih berharga dari pengalaman kurang relevan. Dalam
kasus tim penilai, tidak semua anggota tim perlu memiliki semua kompetensi. Kepala SKAI
yang menggunakan pertimbangan profesional ketika menilai apakah tim penilai
menunjukkan kompetensi yang memadai untuk memenuhi syarat Penilai atau penilaian tim
10
independen tidak mempunyai konflik kepentingan yang jelas dan tidak menjadi bagian dari
atau di bawah kendali aktivitas audit internal yang dimiliki organisasi.
Kepala SKAI harus menyampaikan hasil program jaminan dan peningkatan kualitas
kepada manajemen senior dan dewan.
Bentuk, isi, dan frekuensi komunikasi dari hasil program jaminan kualitas dan
peningkatan ditentukan melalui diskusi dengan manajemen senior dan dewan dengan
mempertimbangkan tanggung jawab aktivitas audit internal dan kepala SKAI sebagaimana
tercantum dalam piagam audit internal. Untuk menunjukkan kesesuaian dengan definisi
audit internal, kode etik, dan standar Hasil penilaian eksternal dan penilaian internal berkala
dikomunikasikan setelah selesainya penilaian serta hasil pemantauan berkesinambungan
disampaikan setidaknya setiap tahun. Hasil tersebut termasuk di dalamnya penilaian
peninjau atau tim peninjau yang berkaitan dengan tingkat kepatuhan
Kepala SKAI diperbolehkan menyatakan bahwa aktivitas audit internal telah sesuai
dengan SIPPAI hanya jika pernyataan ini didukung hasil penilaian program jaminan dan
peningkatan kualitas.
Aktivitas audit internal sesuai dengan standar ketika mencapai hasil yang dijelaskan
dalam definisi audit internal, kode etik, dan standar. Hasil jaminan kualitas dan program
peningkatan mencakup hasil kedua penilaian internal dan eksternal. Semua aktivitas audit
internal akan memiliki hasil penilaian internal. Penilaian eksternal terhadap aktivitas audit
internal setidaknya dilakukan lima tahun sekali.
● Pengungkapan ketidakpatuhan
Ketika terdapat ketidakpatuhan dengan definisi audit internal, kode etik, atau standar
yang memengaruhi lingkup atau pelaksanaan aktivitas audit internal secara signifikan,
kepala SKAI harus mengungkapkan ketidakpatuhan dan dampaknya kepada manajemen
senior dan dewan.
2. Standar Kinerja
Kepala SKAI harus mengatur aktivitas audit internal secara efektif untuk memastikan
bahwa aktivitas fungsi audit internal memberi nilai tambah bagi organisasi.
1. Hasil penugasan aktivitas audit internal mencapai tujuan dan tanggung jawab yang
ada dalam piagam audit internal
11
2. Aktivitas audit internal sesuai dengan definisi andit internal, kode etik, dan standar
3. Pihak yang merupakan bagian dari aktivitas audit internal menunjukkan kesesuaian
dengan kode etik dan standar
● Perencanaan
Kepala SKAI harus menetapkan rencana berbasis risiko untuk menentukan prioritas
aktivitas audit internal, konsisten dengan tujuan organisasi.
Kepala SKAI bertanggung jawab untuk mengembangkan rencana berbasis risiko (risk-
based plan). Kepala SKAI mempertimbangkan kerangka kerja manajemen risiko organisasi,
termasuk dengan menggunakan minat risiko yang ditetapkan oleh manajemen untuk
berbagai kegiatan atau bagian dari organisasi. Jika kerangka kerja (framework) manajemen
risiko tidak tersedia, kepala SKAI dapat menggunakan penilaian risiko sendiri setelah
berkonsultasi dengan manajemen senior dan dewan.
Rencana penugasan aktivitas audit internal harus didasarkan pada penilaian risiko yang
terdokumentasi, setidaknya dilakukan setiap tahun. Masukan dari manajemen senior dan
dewan harus dipertimbangkan dalam proses ini.
Kepala SKAI harus mengomunikasikan rencana aktivitas audit internal dan kebutuhan
sumber daya, termasuk perubahan interim/intern yang signifikan, kepada manajemen senior
dan dewan untuk dinilai dan disetujui Kepala SKAI juga harus berkomunikasi mengenai
dampak keterbatasan sumber daya.
Kepala SKAI harus memastikan bahwa sumber daya audit internal adalah tepat, cukup,
dan dapat digunakan secara efektif untuk mencapa rencana yang telah disetujui.
Tepat mengacu pada gabungan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lain yang
dibutuhkan untuk melakukan rencana tersebut. Cukup mengacu pada kuantitas sumber
daya yang dibutuhkan untuk mencapai rencana tersebut. Sumber daya secara efektif
digunakan ketika mereka menggunakan dengan cara mengoptimalkan pencapaian rencana
yang telah disetujui.
Kepala SKAI harus menetapkan kebijakan dan prosedur untuk memandu pelaksanaan
aktivitas audit internal.
12
Bentuk dan isi kebijakan dan prosedur tergantung pada ukuran dan struktur aktivitas
audit internal serta kompleksitas pekerjaannya.
● Koordinasi
Kepala SKAI harus berbagi informasi dan mengoordinasikan dengan pihak internal dan
eksternal organisasi yang melakukan pekerjaan audit untuk memastikan bahwa lingkup
seluruh penugasan tersebut sudah memadai dan meminimalkan duplikasi kegiatan.
Kepala SKAI harus menyampaikan laporan secara berkala kepada manajemen senior
dan dewan mengenai perbandingan rencana dan realisasi yang mencakup tujuan,
wewenang, dan tanggung jawab serta kinerja audit internal. Pelaporan aktivitas audit
internal harus mencakup juga risk exposure yang signifikan dan masalah-masalah
pengendalian, termasuk risiko kecurangan, tata kelola, serta hal-hal lain yang diperlukan
atau diminta oleh manajemen senior dan dewan.
Frekuensi dan isi laporan ditentukan dalam diskusi dengan manajemen senior dan
dewan serta tergantung pada pentingnya informasi yang akan dikomunikasikan dan
mendesaknya tindakan-tindakan terkait yang akan diambil oleh manajemen senior dan
dewan.
Ketika penyedia layanan eksternal berfungsi sebagai aktivitas audit internal, penyedia
harus membuat organisasi sadar bahwa organisasi memiliki tanggung jawab untuk menjaga
kegiatan audit internal yang efektif
Tanggung jawab ini ditunjukkan melalui program jaminan kualitas dan perbaikan yang
menilai kesesuaian dengan definisi audit internal, kode etik,dan standar
b. Lingkup Pekerjaan
Aktivitas audit internal harus mengevaluasi dan memberikan kontribusi bagi peningkatan,
tata kelola, manajemen risiko, dan proses pengendalian dengan menggunakan pendekatan
yang sistematis dan disiplin.
● Tata kelola
Aktivitas audit internal harus mengevaluasi dan membuat rekomendasi yang tepat untuk
memperbaiki proses tata kelola dalam pencapaian tujuan- tujuan sebagai berikut:
13
4. Mengoordinasikan kegiatan dan mengomunikasikan informasi diantara dewan,
auditor internal dan eksternal, serta manajemen.
Aktivitas audit internal harus menilai apakah tata kelola teknologi informasi
organisasi memperkuat dan mendukung strategi dan objektivitas.
● Manajemen risiko
Aktivitas audit internal harus mengevaluasi efektivitas dan berkontribusi bagi perbaikan
proses manajemen risiko.
Menentukan apakah proses manajemen risiko telah efektif merupakan hasil keputusan
dari penilaian Auditor internal bahwa:
Aktivitas audit internal dapat mengumpulkan informasi untuk mendukung penilaian ini
selama beberapa keterlibatan. Hasil keterlibatan ini bila dilihat bersama-sama memberikan
pemahaman tentang proses manajemen risiko organisasi dan efektivitas mereka.
2120 A1-Aktivitas audit internal harus mengevaluasi eksposur risiko yang berkaitan
dengan tata kelola dan operasi sistem informasi organisasi mengenai:
2120 A2-Aktivitas audit internal harus mengevaluasi potensi terjadinya kecurangan dan
bagaimana organisasi mengelola risiko kecurangan.
14
2120.C2-Auditor internal harus menggunakan pengetahuan tentang risiko yang diperoleh
dari penugasan konsultasi ke dalam penugasan evaluasi mereka terhadap proses
manajemen risiko organisasi.
● Pengendalian
c. Perencanaan Penugasan
2201-Pertimbangan perencanaan
1. Tujuan aktivitas yang sedang diperiksa dan dengan sarana yang digunakan untuk
mengendalikan kinerjanya.
2. Risiko yang signifikan terhadap aktivitas, tujuan, sumber daya, dan operasi yang
diperiksa serta pengendalian yang diperlukan untuk menekan dampak risiko ke
tingkat yang dapat diterima.
3. Kecukupan dan efektivitas proses manajemen risiko serta pengendalian dari aktivitas
yang diperiksa dibandingkan dengan kerangka kerja pengendalian yang relevan.
4. Peluang yang signifikan untuk membuat perbaikan dalam proses manajemen risiko
dan aktivitas pengendalian yang diperiksa.
15
2201.AI Ketika merencanakan penugasan untuk pihak-pihak di luar organisasi, auditor
internal harus membangun kesepahaman tertulis dengan mereka tentang tujuan, ruang
lingkup, tanggung jawab, dan harapan lain termasuk pembatasan distribusi hasil penugasan
serta akses ke catatan penugasan.
● Tujuan penugasan
2210.A1 Auditor internal harus melaksanakan penilaian awal terhadap risiko yang
relevan dengan kegiatan yang sedang diperiksa. Tujuan keterlibatan harus mencerminkan
hasil penilaian ini.
2210.A3 Kriteria yang memadai diperlukan untuk mengevaluasi tata kelola, manajemen
risiko, dan pengendalian. Auditor internal harus memastikan sejauh mana manajemen dan
dewan telah membentuk kriteria yang memadai untuk menentukan apakah tujuan dan
sasaran telah dicapai. Jika memadai, auditor internal harus bekerja dengan manajemen
dan/atau dewan untuk mengembangkan kriteria evaluasi yang tepat.
● Lingkup penugasan
2220.A2 Jika selama penugasan jaminan muncul peluang untuk melakukan penugasan
konsultasi, harus dicapai kesepahaman tertulis terlebih dahulu mengenai tujuan, ruang
lingkup, tanggung jawab para pihak, serta harapan-harapan lain yang dihasilkan dari
penugasan konsultasi yang dikomunikasikan sesuai dengan standar konsultasi.
16
2220.C2-Dalam penugasan konsultasi, auditor internal harus mengatasi kontrol,
konsisten dengan tujuan keterlibatan, dan waspada terhadap masalah pengendalian yang
signifikan.
2210.C2 Konsultasi tujuan keterlibatan harus konsisten dengan nilai- nilai organisasi,
strategi, dan tujuan.
Auditor internal harus menentukan sumber daya yang tepat dan cukup untuk mencapai
tujuan penugasan berdasarkan evaluasi atas sifat dan kompleksitas dari setiap penugasan,
kendala waktu, dan ketersediaan sumber daya.
2240 C1 Program kerja untuk penugasan konsultan dapat bervariasi dalam bentuk dan
isi tergantung pada sifat penugasan.
d. Pelaksanaan Penugasan
● Mengidentifikasi informasi
Informasi yang memadai adalah faktual, cukup, dan meyakinkan sehingga seseorang
yang bijaksana dan mendapatkan informasi akan mencapai kesimpulan yang sama seperti
auditor. Informasi yang dapat diandalkan adalah informasi terbaik yang dapat dicapai
melalui penggunaan teknik penugasan yang tepat. Informasi yang relevan mendukung
observasi dan rekomendasi penugasan serta konsisten dengan tujuan penugasan. Informasi
yang berguna membantu organisasi mencapai tujuannya
Auditor internal harus mendasarkan kesimpulan dan hasil penugasan pada analisis dan
evaluasi yang tepat.
17
2330 Al Kepala SKAI harus mengendalikan akses ke catatan penugasan. Kepala SKAI
harus mendapat persetujuan dari manajemen senior dan/atau penasihat hukum sebelum
mengeluarkan catatan tersebut kepada pihak eksternal yang sesuai.
● Penugasan supervisi
Setiap penugasan harus disupervisi dengan tepat untuk memastikan tujuan tercapai,
terjaminnya kualitas, dan kemampuan staf berkembang.
Komunikasi harus mencakup tujuan dan ruang lingkup penugasan serta kesimpulan,
rekomendasi, dan rencana tindak lanjut yang sesuai.
2410 AI Komunikasi final hasil penugasan, bila memungkinkan, memuat opint secara
keseluruhan dan kesimpulan auditor internal.
● Kualitas komunikasi
18
Komunikasi harus akurat, objektif, jelas, ringkas, konstruktif, lengkap,dan tepat waktu.
Komunikasi yang akurat terbebas dari kesalahan dan distorsi serta dengan kokoh
berdasarkan pada fakta-fakta. Komunikasi yang objektif adalah adil, udak memihak, dan
tidak bias, serta merupakan hasil pikiran yang adil serta penilaian seimbang dari semua
fakta dan keadaan yang relevan. Komunikasi yang jelas yaitu mudah dipahami dan logis,
menghindari bahasa teknis yang tidak perlu, serta menyediakan semua informasi yang
penting dan relevan. Komunikasi yang ringkas adalah langsung dan menghindari elaborasi
yang tidak perlu, rincian yang berlebihan, redundansi, dan panjang lebar. konstruktif sangat
membantu klien penugasan dan organisasi serta pada peningkatan yang diperlukan.
Komunikasi yang lengkap tidak kehilangan hal-hal penting bagi audiens yang dituju dan
mencakup semua informasi yang penting dan relevan serta observasi untuk mendukung
rekomendasi dan kesimpulan Komunikasi yang tepat waktu yaitu pada kesempatan pertama
dan pada kondisi yang tepat. Tergantung pada pentingnya masalah agar memungkinkan
manajemen untuk mengambil tindakan korektif secara tepat
Jika komunikasi final mengandung kesalahan atau kelalaian yang signifikan, kepala SKAI
harus menyampaikan informasi yang telah dikoreksi kepada semua pihak yang menerima
komunikasi awal.
● Pengungkapan ketidakpatuhan
Ketika terdapat ketidakpatuhan terhadap definisi audit internal, kode etik, dan standar
berdampak pada suatu penugasan tertentu, dalam komunikasi hasil penugasan harus
diungkapkan:
1. Prinsip atau peraturan perilaku kode etik atau standar yang kepatuhannya secara
penuh tidak tercapai.
2. Alasan ketidakpatuhan.
3. Dampak ketidakpatuhan terhadap penugasan dan komunikasi hasil penugasan.
● Diseminasi hasil
Kepala SKAI harus menyampaikan hasil penugasan kepada pihak- pihak yang tepat.
Kepala SKAI atau petugas yang ditunjuk meninjau dan menyetujui komunikasi final
penugasan sebelum penerbitan serta memutuskan kepada siapa dan bagaimana
komunikasi tersebut akan disampaikan.
19
2440.A1-Kepala SKAI bertanggung jawab untuk mengomunikasikan hasil akhir kepada
pihak-pihak yang dapat memastikan bahwa hasil tersebut diperhatikan.
2440 A2-Jika tidak diatur sebaliknya oleh hukum, undang-undang atau peraturan
persyaratan, sebelum menyampaikan hasil kepada pihak-pihak di luar organisasi, kepala
SKAI harus:
● Opini keseluruhan
Kepala SKAI harus menyusun dan menjaga sistem untuk memantau tindak lanjut hasil
penugasan yang telah dikomunikasikan kepada manajemen.
2500.A1 Kepala SKAI harus menetapkan proses tindak lanjut untuk memantau dan
memastikan bahwa tindakan manajemen telah diimplementasikan secara efektif atau bahwa
manajemen senior telah menerima risiko untuk tidak mengambil tindakan.
2500.C1- Aktivitas audit internal harus memantau disposisi hasil penugasan konsultasi
sesuai dengan yang telah disepakati klien.
20
g. 2600 - Resolusi Penerimaan Risiko oleh Manajemen
Jika kepala SKAI menyimpulkan bahwa manajemen telah menerima tingkat risiko yang
mungkin menurut kepala SKAI tidak dapat diterima oleh organisasi, kepala SKAI harus
mendiskusikan masalah ini dengan manajemen senior. Jika kepala SKAI menyimpulkan
bahwa masalah tersebut tidak tercapai resolusi, kepala SKAI harus mengomunikasikan hal
tersebut kepada dewan.
Identifikasi risiko yang diterima oleh manajemen dapat diobservasi melalui penugasan
asuransi atau konsultasi, pemantauan kemajuan tindakan yang diambil oleh manajemen
sebagai akibat keterlibatan sebelumnya atau cara lain. Hal ini bukan tanggung jawab kepala
SKAI untuk mengatasi risiko.
Di Indonesia, SPAI telah diterbitkan secara bersama-sama oleh profesi audit internal,
yang terdiri atas IIA Indonesia Chapter, Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Intern
BUMN/BUMD (FKSPI BUMN/BUMD), Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA), Dewan
Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA), dan Perhimpunan Auditor Internal Indonesia
(PAII) yang dijadikan sebagai pedoman bagi auditor internal dalam melaksanakan
kegiatannya. Standar ini mulai berlaku tanggal 1 Januari 2005 dan telah ditetapkan di
Jakarta pada 12 Mei 2004
21
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kode etik merupakan aturan perilaku yang harus diterapkan dan melekat pada diri atau
lembaga auditor internal. kode etik berlaku baik pada saat pelaksanaan tugas audit maupun
tugas audit. kode etik juga sering disebut sebagai standar perilaku.
Tujuan kode etik adalah untuk mengembangkan budaya etik di dalam profesi audit
internal.
Kode etik diterapkan oleh individu maupun entitas yang menyediakan jasa audit internal.
Pada ILA, yang dimaksud dengan "auditor internal" adalah anggota IIA, yaitu penerima
sertifikasi profesional IIA (CIA, CGAP CCSA, dan CFSA) dan kandidat penerima sertifikat-
sertifikat tersebut.
The International Internal Audit Standards Board (IIASB) telah merilis revisi standar
terbaru, yang efektif diberlakukan mulai Januari 2013, sesuai dengan pertimbangan dan
persetujuan the International Professional Practice Framework Oversight Council (IPPFOC).
Dengan diterbitkannya standar tersebut berarti baik auditor internal maupun SKAI wajib
mematuhi standar- standar terkait dengan integritas, objektivitas, kerahasiaan, dan
kompetensi profesional
22
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2017, AUDITING Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik (Edisi 5/Buku 1). Jakarta: Salemba Empat.
Dali, Nasrullah. (2019). PROFESIONALISME AUDITOR. Yogyakarta: WIJANA MAHADI
KARYA
Safuar. 2019, PANDUAN PRAKTIS INTERNAL AUDITOR. Bandung: Alfabeta.
Zamzami, Faiz., Ihda Arifin Faiz., dan Muhklis (2018). AUDIT INTENAL KONSEP DAN
PRAKTIK (SESUAI INTERNASIONAL STANDARDS FPR THE
PROFESSIONAL PRACTICE OF INTERNAL AUDITING 2013). Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
23