Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH AUDIT INTERNAL

“ETIKA DAN STANDAR PROFESI AUDIT INTERNAL”

DISUSUN OLEH
SITI AISYAH BAHSUAN
921420074
Kelas D
Semester 6

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
dengan izin-Nya saya dapat menyelesaikan laporan ini. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, atas berkatnya kami dapat
menyelesaikan Tugas Makalah.

Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah, khususnya kepada dosen yang telah
memberikan arahan dalam pembuatan makalah ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan untuk kesempurnaan penyusunan
makalah ini. Namun demikian, semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi semua
pihak yang membutuhkan.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sebagai sebuah asosiasi profesi yang menaungi para auditor internal secara
profesional, IIA perlu menyusun kode etik dan standar profesi dalam rangka
memberikan keyakinan dan jaminan integritas yang tinggi bagi perusahaan atau
lembaga. Untuk itu, dalam bab ini akan dibahas mengenai kode etik dan standar
profesi yang sudah dikeluarkan oleh IIA dan berlaku mulai tahun 2013.

Etika merupakan suatu ilmu tentang kesusilaan dan perilaku manusia di dalam
pergaulannya dengan sesama yang menyangkut prinsip dan aturan tentang tingkah
laku yang benar. Dengan kata lain, etika adalah kewaijban dan tanggung jawab moral
setiap orang dalam berperilaku di masyarakat.

Standar audit internal merupakan acuan atau pedoman praktek audit internal baik
dalam organisasi maupun perusahaan yang berorientasi pada bisnis maupun Nirlaba.

Di Indonesia juga telah diterbitkan SPAI yang disusun secara bersama- sama oleh
profesi audit internal, yang terdiri atas the Institute of Internal Auditors (IIA)
Indonesia Chapter, Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Intern BUMN/BUMD
(FKSPI BUMN/BUMD), Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA), Dewan
Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA), dan Perhimpunan Auditor Internal
Indonesia (PAII) dengan mengadopsi standar yang dikeluarkan melalui the IIA.

2. Rumusan Masalah
1. Jelaskan apa yang dimaksud etika?
2. Bagaimana standar profesi audit internal, jelaskan?
3. Bagaimana perkembangan di indonesia?

3. Tujuan Masalah
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud etika
2. Untuk mengetahui Bagaimana standar profesi audit internal
3. Untuk mengetahui Bagaimana perkembangan di indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. ETIKA
Auditor internal perlu memelihara standar perilaku yang tinggi dan
mengembangkan budaya etik di dalam profesi audit internal. IIA memiliki kode etik
yang diterapkan oleh Satuan Kerja Audit Internal maupun oleh auditor yang telah
memiliki sertifikasi di bidang auditor internal. Kode etik tersebut merupakan definisi
audit internal yang mencakup dua komponen penting berikut:
 Prinsip-prinsip yang relevan terhadap profesi dan praktik audit internal.
 Peraturan pelaksanaan yang menjelaskan norma tingkah laku auditor internal
yang diharapkan. Peraturan ini membantu menginterpretasikan prinsip-prinsip
aplikasi praktik dan diharapkan dapat menjadi panduan pelaksanaan etika
auditor internal.

 Tujuan
Tujuan kode etik adalah untuk mengembangkan budaya etik di dalam
profesi audit internal.
 Daya Guna
Kode etik diterapkan oleh individu maupun entitas yang menyediakan
jasa audit internal. Pada IIA, yang dimaksud dengan "auditor internal"
adalah anggota IIA, yaitu penerima sertifikasi profesional IIA (CIA,
CGAP, CCSA, dan CFSA) dan kandidat penerima sertifikat-sertifikat
tersebut. Penyimpangan auditor internal terhadap kode etik akan
dievaluasi dan diproses melalui peraturan yang telah dibuat oleh IIA dan
panduan administrasi.
 Prinsip – prinsip kode etik IIA
Auditor internal diharapkan dapat mengaplikasikan dan
mempertahankan prinsip-prinsip berikut:
1) Integritas. Integritas auditor internal membangun kepercayaan dan
memberikan dasar kepercayaan terhadap penilaian yang dilakukan
2) Objektivitas. Auditor internal menunjukkan tingkatan objektivitas
profesional tertinggi dalam mengumpulkan, mengevaluasi, dan
mengomunikasikan informasi tentang aktivitas atau proses yang
sedang diperiksa. Auditor internal membuat penilaian yang
seimbang terhadap semua kejadian yang relevan dan tidak
dipengaruhi oleh kepentingan pribadi maupun kepentingan orang
lain dalam membuat penilaian.
3) Kerahasiaan. Auditor internal menghormati nilai dan kepemilikan
informasi yang diterima dan tidak mengungkap informasi tanpa
otoritas yang sesuai, tanpa jaminan sah atau tuntutan profesional,
dan lain sebagainya. Auditor harus bijaksana dalam menggunakan
informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan audit. Auditor tidak
diperkenankan mendiskusikan hal apa pun yang berkaitan dengan
audit yang dilakukan terhadap pihak luar yang tidak termasuk
dalam staf audit.
4) Kompetensi. Auditor internal menerapkan pengetahuan, keahlian,
dan pengalaman yang diperlukan dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya pada jasa layanan audit internal.
 Peraturan perilaku
Aturan pelaksanaannya adalah:
1. Integritas. Auditor internal harus:
a. Menjalankan pekerjaan dengan jujur, tekun, dan
bertanggung jawab:
b. Menaati hukum dan membuat pengungkapan yang
disyaratkan oleh Hukum maupun profesi;
c. Tidak dengan sengaja menjadi bagian dari aktivitas ilegal
apa pun atau terlibat dalam tindakan yang tidak terpuji,
baik bagi profesi audit Internal maupun organisasi; dan
d. Menghormati dan memberikan kontribusi bagi tujuan yang
sah dan etis bagi organisasi.

2. Objektivitas. Auditor internal harus:

a. Tidak berpartisipasi dalam beberapa aktivitas atau


hubungan yang dapat mengganggu atau dianggap
mengganggu penilaian mereka; partisipasi ini mencakup
aktivitas-aktivitas atau hubungan-hubungan yang bertolak
belakang dengan kepentingan organisasi;
b. Tidak akan menerima apa pun yang dapat mengganggu
atau dianggap mengganggu keputusan profesional mereka;
dan
c. Mengungkap semua fakta materiil yang diketahui. Jika
tidak diungkapkan dapat mengubah laporan aktivitas yang
sedang diperiksa jika fakta tersebut tidak diungkap.

3. Kerahasiaan Auditor internal harus :


a. Berhati-hati dalam menggunakan dan menjaga informasi yang
diperoleh bagi tugas mereka; dan

b. Tidak akan menggunakan informasi untuk keuntungan pribadi atau


hal-hal yang bertentangan dengan hukum atau merugikan tujuan
yang sah dan etis bagi organisasi

4. Kompetensi. Auditor internal harus :


a. Menjalankan jasa jika auditor memiliki pengetahuan, keahlian, dan
pengalaman yang dibutuhkan;
b. Menjalankan jasa audit internal sesuai dengan standar praktik
profesional audit internal; dan
c. Meningkatkan keahlian maupun efektivitas serta kualitas jasa audit
secara terus-menerus.

B. STANDAR PROFESI AUDIT INTERNAL


The International Internal Audit Standards Board (IIASB) telah merilis revisi
standar terbaru, yang efektif diberlakukan mulai Januari 2013, sesuai dengan
pertimbangan dan persetujuan the International Professional Practice Framework
Oversight Council (IPPFOC). Dengan diterbitkannya standar tersebut berarti baik
auditor internal maupun SKAI wajib mematuhi standar- standar terkait dengan
integritas, objektivitas, kerahasiaan, dan kompetensi profesional.

Dokumen standar IIA yang dapat terapkan oleh auditor internal dikenal dengan
Standar Internasional untuk Praktik Profesional Auditor Internal (SIPPAI). Tujuan
SIPPAI adalah untuk:
1. Menggambarkan prinsip-prinsip dasar yang
merepresentasikan praktik audit internal yang seharusnya.
2. Memberikan kerangka kerja untuk melaksanakan dan
mengembangkan berbagai aktivitas audit internal yang
mempunyai nilai tambah
3. Memberikan kerangka dasar pengukuran kinerja audit
internal.
4. Meningkatkan proses dan operasi organisasi.
Sebelum membahas lebih rinci mengenai standar atribut dan standar kinerja, istilah
yang akan digunakan pada buku ini untuk kepala eksekutif audit adalah kepala SKAI, yang
bertujuan untuk mempermudah pemahaman pada istilah yang akan digunakan mulai bab
pertama sampai dengan bab terakhir pada buku ini. Berikut ini standar atribut dan standar
kinerja secara lengkap disajikan sesuai dengan standar internasional untuk praktik profesional
auditor internal.
a. Standar Atribut
 1000-Tujuan, Kewenangan, dan Tanggung Jawab Tujuan, kewenangan, dan
tanggung jawab aktivitas audit internal harus dinyatakan secara formal di
dalam piagam audit internal, yang konsisten pada definisi audit internal, kode
etik, dan standar. Kepala SKAI secara berkala melakukan review terhadap
piagam audit internal dan menyampaikannya kepada manajemen senior dan
dewan untuk mendapatkan persetujuan.
Interpretasi
Piagam audit internal merupakan sebuah dokumen formal yang mendefinisikan
tujuan, wewenang, dan tanggung jawab kegiatan audit internal. Piagam audit
internal menetapkan posisi aktivitas audit internal dalam organisasi, kewenangan
akses terhadap catatan personel, dan properti fisik yang relevan dengan
pelaksanaan penugasan dan mendefinisikan lingkup aktivitas audit internal.
Persetujuan final dari piagam audit berada di dewan.
1000 A1 Sifat layanan jaminan yang diberikan kepada organisasi Harus
didefinisikan dalam piagam audit internal. Jika layanan jaminan harus Diberikan
kepada pihak di luar organisasi maka sifat layanan penjaminan ini Juga harus
didefinisikan dalam piagam audit internal.
1000.C1 Pengakuan definisi audit internal, kode etik, dan standar Dalam
piagam audit internal.
Pengakuan terhadap wajibnya definisi audit internal, kode etik, dan standar
harus dinyatakan dalam piagam audit internal. Kepala SKAI harus membahas
definisi audit internal, kode etik, dan standar dengan manajemen senior dan
dewan.
 110 - Independensi dan Efektivitas
Aktivitas audit internal harus independen. Auditor internal harus objektif
dalam menjalankan pekerjaannya.

Interpretasi
Independensi adalah kebebasan dari kondisi yang mengancam kemampuan
aktivitas audit internal untuk melaksanakan tanggung jawab audit internal dengan
cara tidak memihak. Untuk mencapai tingkat independensi membutuhkan
efektivitas untuk melakukan tanggung jawab pada aktivitas audit internal, kepala
SKAI harus tepat dan tidak menutup akses bagi senior manajemen dan dewan. Hal
ini dapat dicapai melalui hubungan pelaporan ganda. Ancaman terhadap
independensi harus dikelola pada auditor internal, perjanjian, fungsional, dan level
organisasi.
Objektivitas adalah sikap mental tidak memihak yang memungkinkan auditor
internal untuk menunjukkan perjanjian yang sedemikian rupa bahwa mereka
percaya dalam pekerjaan mereka dan tidak ada kualitas kompromi yang dibuat.
Objektivitas mensyaratkan bahwa auditor internal dengan tidak merendahkan
penilaian yang dilakukan mengenai hal-hal audit kepada pihak lain. Ancaman
objektivitas harus dikelola pada auditor internal, perjanjian, perjanjian, fungsional,
dan rever organisasi. Objektivitas adalah sikap mental tidak memihak yang
memungkinkan auditor internal untuk menunjukkan perjanjian yang sedemikian
rupa bahwa mereka percaya dalam pekerjaan mereka dan tidak ada kualitas
kompromi yang dibuat. Objektivitas mensyaratkan bahwa auditor internal dengan
tidak merendahkan penilaian yang dilakukan mengenai hal-hal audit kepada pihak
lain. Ancaman objektivitas harus dikelola pada auditor internal, perjanjian,
fungsional, dan level organisasi.

1110- Independensi Organisasi


Kepala SKAI harus melaporkan ke tingkatan organisasi yang memungkinkan
auditor internal melakukan aktivitas guna memenuhi tanggung jawabnya. Kepala
SKAI harus mengonfirmasi kepada dewan, setidaknya setiap tahun, mengenai
independensi organisasi dalam menjalankan aktivitas audit internal.

Interpretasi
Independensi organisasi adalah efektivitas yang dicapai ketika kepala SKAI
melaporkan laporan fungsional kepada dewan. Contoh laporan fungsional kepada
dewan yang melibatkan dewan adalah sebagai berikut:
1. Persetujuan piagam audit internal.
2. Persetujuan risiko berdasarkan rencana audit internal.
3. Persetujuan anggaran dan rencana sumber daya audit internal.
4. Penerimaan komunikasi dari kepala SKAI pada aktivitas audit internal yang
relatif terhadap rencana dan materi lainnya.
5. Persetujuan keputusan pengangkatan dan pemberhentian kepala SKAI
6. Persetujuan pemberian remunerasi kepala SKAI
7. Membuat pertanyaan yang sesuai dengan manajemen dan kepala SKAI untuk
menentukan apakah terdapat lingkup yang tidak sesuai atau keterbatasan sumber
daya.

1110 A1 Aktivitas audit internal harus bebas dari gangguan dalam


menentukan ruang lingkup audit internal, melakukan pekerjaan, dan hasil
komunikasi.
1111- Interaksi langsung dengan dewan Kepala SKAI harus berkomunikasi
dan berinteraksi secara langsung dengan dewan.
1120-Objektivitas individual Auditor internal harus mempunyai sifat netral,
tidak memihak, dan menghindari kemungkinan timbulnya konflik kepentingan.

Interpretasi
Konflik kepentingan adalah sebuah situasi di mana audit internal, yang berada
dalam posisi kepercayaan, mempunyai profesionalitas bersaing atau kepentingan
pribadi. Kepentingan bersaing tersebut dapat menimbulkan ke- sulitan untuk
memenuhi tugasnya yang memihak. Konflik kepentingan selalu ada, bahkan jika
tidak ada hasil yang tidak etis atau tindakan tidak layak. Konflik kepentingan
mampu menciptakan penampilan ketidakpantasan yang dapat merusak
kepercayaan auditor internal, aktivitas audit internal, dan profesi. Konflik
kepentingan dapat merusak kemampuan individu untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jawab secara objektif.
1130-Penurunan nilai independensi dan objektivitas
Jika independensi dan objektivitas terganggu (tidak dapat dicapai) baik secara
fakta maupun secara penampilan, rincian gangguan ini harus diungkap- kan
kepada pihak-pihak yang tepat. Sifat dari pengungkapan akan tergantung pada
gangguan tersebut (tidak terpenuhi independensi dan objektivitas).

Interpretasi
Gangguan terhadap independensi organisasi dan objektivitas individu
meliputi, tetapi tidak terbatas pada, konflik kepentingan pribadi, pembatasan
lingkup, pembatasan akses terhadap catatan, personel, dan properti serta
pembatasan sumber daya, seperti pendanaan. Penentuan pihak-pihak yang tepat
kepada siapa rincian gangguan independensi atau objektivitas serta sifat gangguan
harus diungkapkan, tergantung pada harapan dari aktivitas audit internal dan
tanggung jawab kepala SKAI terhadap manajemen senior dan dewan seperti yang
dijelaskan dalam piagam audit internal.
1130.A1 Auditor internal harus menahan diri dari menilai kegiatan tertentu
yang sebelumnya mereka menjadi penanggung jawab. Objektivitas dianggap
terganggu jika auditor internal menyediakan layanan jaminan untuk kegiatan yang
pada tahun sebelumnya merupakan tanggung jawab auditor internal.
1130.A2 Penugasan pemastian untuk fungsi-fungsi, yakni kepala SKAI
memiliki tanggung jawab harus diawasi oleh pihak di luar aktivitas audit internal.
1130.C1-Auditor internal dapat memberikan layanan konsultasi yang
berkaitan dengan kegiatan yang sebelumnya menjadi tanggung jawab mereka.
1130.C2 Jika auditor internal memiliki potensi gangguan terhadap
independensi atau objektivitas yang berhubungan dengan layanan konsultasi yang
diusulkan, pengungkapan harus dilakukan kepada klien penugasan sebelum
menerima penugasan.

 1200 Keahlian dan Kehati-Hatian Profesional


Penugasan harus dilakukan dengan keahlian dan kecermatan profesional.
1210-Keahlian
Auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
kompetensi lain yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab.
Aktivitas audit internal secara kolektif harus memiliki atau mendapatkan
pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lain yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tanggung jawabnya.

Interpretasi
Pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya adalah istilah yang
merujuk pada keahlian profesional auditor internal yang diperlukan secara
efektif melaksanakan tanggung jawab profesional. Auditor internal didorong
untuk menunjukkan keahlian mereka dengan mendapatkan sertifikasi dan
kualifikasi profesional yang sesuai, seperti gelar CIA dan gelar lainnya yang
diberikan oleh IIA dan organisasi profesional lainnya yang sesuai.

1210.AI Kepala SKAI harus memperoleh saran dan bantuan yang


kompeten jika auditor internal tidak memiliki pengetahuan, keterampilan, atau
kompetensi yang dibutuhkan untuk melakukan semua atau sebagian dari
penugasan.
1210.A2-Auditor internal harus memiliki pengetahuan yang memadai
untuk mengevaluasi risiko kecurangan dan cara organisasi mengelolanya
tetapi tidak diharapkan memiliki keahlian sebagaimana seseorang yang
tanggung jawab utamanya adalah audit teknologi informasi.

1210.A3 Auditor internal harus memiliki pengetahuan yang cukup


tentang risiko dan pengendalian yang penting dalam bidang teknologi
informasi serta teknik audit berbasis teknologi yang tersedia untuk melakukan
pekerjaan yang ditugaskan. Namun, tidak semua auditor internal diharapkan
memiliki keahlian sebagaimana auditor internal yang memiliki tanggung
jawab utama yaitu audit teknologi informasi.

1210.C1 Kepala SKAI harus menolak penugasan konsultasi atau harus


mendapatkan saran dan bantuan yang kompeten jika auditor internal tidak
memiliki pengetahuan, keterampilan, atau kompetensi yang dibutuhkan untuk
melakukan semua atau sebagian dari penugasan.

1220-Kecermatan profesional Auditor internal harus menerapkan


kecermatan dan keterampilan yang diharapkan dari seorang auditor yang
cukup berhati-hati dan kompeten. Kecermatan profesional tidak berarti
kesempurnaan.

1220.A1-Auditor internal harus menjalankan kecermatan profesional


dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Lingkup pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan penugasan.
2. Kompleksitas relatif, materialitas, atau signifikansi pada hal-hal yang
sedang diterapkan prosedur jaminan.
3. Kecukupan dan efektivitas proses tata kelola, manajemen risiko, dan
pengendalian.
4. Probabilitas kesalahan signifikan, kecurangan, atau ketidakpatuhan. 5.
Biaya jaminan dalam kaitannya dengan manfaat potensial.

1220.A3 Auditor internal harus waspada terhadap risiko-risiko signifikan


yang mungkin memengaruhi tujuan, kegiatan, atau sumber daya. Namun,
prosedur jaminan secara mandiri, bahkan ketika dilakukan dengan kecermatan
profesional, tidak menjamin bahwa semua risiko signifikan akan dapat
diidentifikasi.

1220.CI-Auditor internal harus menjalankan kecermatan profesional


selama penugasan konsultasi dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:

1. Kebutuhan dan harapan klien, termasuk sifat, saat, dan komunikasi hasil
penugasan.
2. Kompleksitas relatif dan cakupan pekerjaan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan penugasan.
3. Biaya penugasan konsultasi dalam kaitannya dengan manfaat potensial.

1230-Pengembangan profesional yang berkelanjutan


Auditor internal harus meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
kompetensi lainnya melalui pengembangan profesional yang berkelanjutan.

 1300-Jaminan Kualitas dan Program Pengembangan


Kepala SKAI harus mengembangkan dan mempertahankan program
jaminan dan peningkatan kualitas yang mencakup semua aspek aktivitas audit
internal.

Interpretasi
Suatu program jaminan dan peningkatan kualitas dirancang untuk
memungkinkan suatu evaluasi kesesuaian aktivitas audit internal terhadap
definisi audit internal dan standar, serta evaluasi apakah auditor internal telah
menerapkan kode etik. Program ini juga menilai efisiensi dan efektivitas audit
internal dan mengidentifikasi peluang-peluang untuk peningkatan.

1310-Persyaratan program, jaminan dan peningkatan kualitas


Program jaminan dan peningkatan kualitas harus mencakup penilaian
internal dan eksternal.

1311-Penilaian internal
Penilaian internal harus mencakup hal-hal berikut:
1. Pemantauan kinerja aktivitas audit internal secara berkelanjutan.
2. Review berkala yang dilakukan melalui penilaian diri sendiri (self
assessment) atau oleh pihak lain dalam organisasi yang memiliki pengetahuan
memadai tentang praktik audit internal.
Interpretasi
Pemantauan berkelanjutan merupakan bagian integral dari pengawasan
schari-hari, review dan pengukuran aktivitas audit internal. Pemantauan
berkelanjutan dimasukkan dalam kebijakan dan praktik rutin yang biasa
digunakan dalam mengelola aktivitas audit internal, serta menggunakan
proses, peralatan, dan informasi yang dipandang perlu untuk mengevaluasi
kesesuaian dengan definisi audit internal, kode etik, dan standar.

Review berkala adalah penilaian yang dilakukan untuk mengevaluasi


kesesuaian dengan definisi audit internal, kode etik, dan standar.

Pengetahuan yang cukup tentang praktik audit internal setidaknya


memerlukan pemahaman tentang seluruh elemen dalam kerangka praktik
profesional internasional

1312-Penilaian eksternal

Penilaian eksternal harus dilakukan setidaknya lima tahun sekali oleh


peninjau atau tim peninjau independen dengan kualifikasi tertentu dari luar
organisasi. Kepala SKAI harus membicarakan dengan dewan tentang:
1. Kebutuhan untuk penilaian eksternal yang frekuensinya lebih sering.
2. Kualifikasi dan independensi peninjau atau tim peninjau eksternal, termasuk
potensi konflik kepentingan yang ada.

Interpretasi
Penilaian eksternal bisa berbentuk penilaian eksternal penuh (full external
assessment), atau penilaian sendiri (self assessment) dengan validasi eksternal
yang independen.

Kualifikasi peninjau atau tim penilai yaitu mampu mendemonstrasikan


kompetensi pada dua bidang, yakni praktik profesional audit internal dan
proses penilaian eksternal. Kompetensi dapat ditunjukkan melalui gabungan
pengalaman dan pembelajaran teoretis. Pengalaman yang diperoleh dalam
organisasi dengan ukuran yang sama, kompleksitas, sektor atau industri, dan
masalah teknis lebih berharga dari pengalaman kurang relevan. Dalam kasus
tim penilai, tidak semua anggota tim perlu memiliki semua kompetensi.
Kepala SKAI yang menggunakan pertimbangan profesional ketika menilai
apakah tim penilai menunjukkan kompetensi yang memadai untuk memenuhi
syarat. Penilai atau penilaian tim independen tidak mempunyai konflik
kepentingan yang jelas dan tidak menjadi bagian dari atau di bawah kendali
aktivitas audit internal yang dimiliki organisasi.

1320-Pelaporan program, jaminan dan peningkatan kualitas


Kepala SKAI harus menyampaikan hasil program jaminan dan
peningkatan kualitas kepada manajemen senior dan dewan.
Interpretasi
Bentuk, isi, dan frekuensi komunikasi dari hasil program jaminan kualitas
dan peningkatan ditentukan melalui diskusi dengan manajemen senior dan
dewan dengan mempertimbangkan tanggung jawab aktivitas audit internal dan
kepala SKAI sebagaimana tercantum dalam piagam audit internal. Untuk
menunjukkan kesesuaian dengan definisi audit internal, kode etik, dan standar.
Hasil penilaian eksternal dan penilaian internal berkala dikomunikasikan
setelah selesainya penilaian serta hasil pemantauan berkesinambungan
disampaikan setidaknya setiap tahun. Hasil tersebut termasuk di dalamnya
penilaian peninjau atau tim peninjau yang berkaitan dengan tingkat kepatuhan.

1321 Penggunaan pernyataan Standar Internasional untuk Praktik Profesional


Audit Internal (SIPPAI)

Kepala SKAI diperbolehkan menyatakan bahwa aktivitas audit internal


telah sesuai dengan SIPPAI hanya jika pernyataan ini didukung hasil penilaian
program jaminan dan peningkatan kualitas.

Interpretasi
Aktivitas audit internal sesuai dengan standar ketika mencapai hasil yang
dijelaskan dalam definisi audit internal, kode etik, dan standar. Hasil jaminan
kualitas dan program peningkatan mencakup hasil kedua penilaian internal
dan eksternal. Semua aktivitas audit internal akan memiliki hasil penilaian
internal. Penilaian eksternal terhadap aktivitas audit internal setidaknya
dilakukan lima tahun sekali.

1322-Pengungkapan ketidakpatuhan
Ketika terdapat ketidakpatuhan dengan definisi audit internal, kode etik,
atau standar yang memengaruhi lingkup atau pelaksanaan aktivitas audit
internal secara signifikan, kepala SKAI harus mengungkapkan ketidakpatuhan
dan dampaknya kepada manajemen senior dan dewan.

b. Standar Kinerja
a. 2000- Pengelolaan Fungsi Audit Internal
Kepala SKAI harus mengatur aktivitas audit internal secara efektif untuk
memastikan bahwa aktivitas fungsi audit internal memberi nilai tambah bagi
organisasi.

Interpretasi
Aktivitas audit internal dikelola secara efektif apabila:
1. Hasil penugasan aktivitas audit internal mencapai tujuan dan tanggung jawab yang
ada dalam piagam audit internal.
2. Aktivitas audit internal sesuai dengan definisi audit internal, kode etik, dan
standar. 3. Pihak yang merupakan bagian dari aktivitas audit internal menunjukkan
kesesuaian dengan kode etik dan standar.
2010-Perencanaan
Kepala SKAI harus menetapkan rencana berbasis risiko untuk menentukan
prioritas aktivitas audit internal, konsisten dengan tujuan organisasi.

Interpretasi
Kepala SKAI bertanggung jawab untuk mengembangkan rencana berbasis risiko
(risk-based plan). Kepala SKAI mempertimbangkan kerangka kerja manajemen risiko
organisasi, termasuk dengan menggunakan minat risiko yang ditetapkan oleh
manajemen untuk berbagai kegiatan atau bagian dari organisasi. Jika kerangka kerja
(framework) manajemen risiko tidak tersedia, kepala SKAI dapat menggunakan
penilaian risiko sendiri setelah berkonsultasi dengan manajemen senior dan dewan.
2010.Al-Rencana penugasan aktivitas audit internal harus didasarkan pada
penilaian risiko yang terdokumentasi, setidaknya dilakukan setiap tahun. Masukan
dari manajemen senior dan dewan harus dipertimbangkan dalam proses ini.
2010.A2 - Kepala SKAI harus mengidentifikasi dan memperhatikan ekspektasi
manajemen senior, dewan, dan stakeholder lainnya terhadap opini dan kesimpulan
yang perlu/akan diberikan oleh aktivitas audit internal/auditor internal.
2010.C1 Kepala SKAI harus mempertimbangkan untuk menerima penugasan
konsultasi yang diusulkan berdasarkan potensi penugasan tersebut untuk
meningkatkan proses manajemen risiko, menambah nilai, dan meningkatkan operasi
organisasi. Penugasan yang diterima harus disertakan dalam rencana.

2020-Komunikasi dan persetujuan


Kepala SKAI harus mengomunikasikan rencana aktivitas audit internal dan
kebutuhan sumber daya, termasuk perubahan interim/intern yang signifikan, kepada
manajemen senior dan dewan untuk dinilai dan disetujui. Kepala SKAI juga harus
berkomunikasi mengenai dampak keterbatasan sumber daya.

2030-Manajemen sumber daya


Kepala SKAI harus memastikan bahwa sumber daya audit internal adalah tepat,
cukup, dan dapat digunakan secara efektif untuk mencapai rencana yang telah
disetujui.

Interpretasi
Tepat mengacu pada gabungan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lain
yang dibutuhkan untuk melakukan rencana tersebut. Cukup mengacu pada kuantitas
sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai rencana tersebut. Sumber daya secara
efektif digunakan ketika mereka menggunakan dengan cara mengoptimalkan
pencapaian rencana yang telah disetujui.

2040- Kebijakan dan prosedur


Kepala SKAI harus menetapkan kebijakan dan prosedur untuk memandu
pelaksanaan aktivitas audit internal.

Interpretasi
Bentuk dan isi kebijakan dan prosedur tergantung pada ukuran dan struktur
aktivitas audit internal serta kompleksitas pekerjaannya.

2050 - Koordinasi
Kepala SKAI harus berbagi informasi dan mengoordinasikan dengan pihak
internal dan eksternal organisasi yang melakukan pekerjaan audit untuk memastikan
bahwa lingkup seluruh penugasan tersebut sudah memadai dan meminimalkan
duplikasi kegiatan.

2060 - Pelaporan kepada manajemen senior dan dewan


Kepala SKAI harus menyampaikan laporan secara berkala kepada manajemen
senior dan dewan mengenai perbandingan rencana dan realisasi yang mencakup
tujuan, wewenang, dan tanggung jawab serta kinerja audit internal. Pelaporan
aktivitas audit internal harus mencakup juga risk exposure yang signifikan dan
masalah-masalah pengendalian, termasuk risiko kecurangan, tata kelola, serta hal-hal
lain yang diperlukan atau diminta oleh manajemen senior dan dewan.

Interpretasi
Frekuensi dan isi laporan ditentukan dalam diskusi dengan manajemen senior dan
dewan serta tergantung pada pentingnya informasi yang akan dikomunikasikan dan
mendesaknya tindakan-tindakan terkait yang akan diambil oleh manajemen senior dan
dewan.

2070 Penyedia layanan eksternal dan tanggung jawab organisasi terhadap audit
internal
Ketika penyedia layanan eksternal berfungsi sebagai aktivitas audit internal,
penyedia harus membuat organisasi sadar bahwa organisasi memiliki tanggung jawab
untuk menjaga kegiatan audit internal yang efektif.

Interpretasi

Tanggung jawab ini ditunjukkan melalui program jaminan kualitas dan perbaikan
yang menilai kesesuaian dengan definisi audit internal, kode etik, dan standar.

b. 2100 Lingkup Pekerjaan


Aktivitas audit internal harus mengevaluasi dan memberikan kontribusi bagi
peningkatan, tata kelola, manajemen risiko, dan proses pengendalian dengan
menggunakan pendekatan yang sistematis dan disiplin.

2110 - Tata kelola


Aktivitas audit internal harus mengevaluasi dan membuat rekomendasi yang tepat
untuk memperbaiki proses tata kelola dalam pencapaian tujuan- tujuan sebagai
berikut:
1. Mempromosikan etika dan nilai-nilai yang pantas dalam organisasi.
2. Memastikan manajemen dan akuntabilitas kinerja organisasi yang efektif.
3. Mengomunikasikan informasi risiko dan pengendalian kepada bidang-bidang yang
sesuai di dalam organisasi.
4. Mengoordinasikan kegiatan dan mengomunikasikan informasi diantara Dewan,
auditor internal dan eksternal, serta manajemen.
2110.A1 Aktivitas audit internal harus mengevaluasi desain, Implementasi, dan
efektivitas tujuan, program, dam kegiatan organisasi yang berkaitan dengan etika.

2110.A2 Aktivitas audit internal harus menilai apakah tata kelola teknologi
informasi organisasi memperkuat dan mendukung strategi dan objektivitas.

2120-Manajemen risiko
Aktivitas audit internal harus mengevaluasi efektivitas dan berkontribusi bagi
perbaikan proses manajemen risiko.

Interpretasi
Menentukan apakah proses manajemen risiko telah efektif merupakan hasil
keputusan dari penilaian Auditor internal bahwa:

1. Dukungan tujuan organisasi dan menyelaraskan dengan misi organisasi.


2. Risiko signifikan telah didefinisikan dan dinilai.
3. Respons risiko yang tepat telah dipilih untuk menyelaraskan risiko dengan minat
risiko organisasi.
4. Informasi risiko yang relevan diterima dan dikomunikasikan secara tepat waktu di
seluruh organisasi sehingga memungkinkan staf, manajemen, dan dewan untuk
melaksanakan tanggung jawab mereka.

Aktivitas audit internal dapat mengumpulkan informasi untuk mendukung


penilaian ini selama beberapa keterlibatan. Hasil keterlibatan ini bila dilihat bersama-
sama memberikan pemahaman tentang proses manajemen risiko organisasi dan
efektivitas mereka.

Proses manajemen risiko dipantau melalui aktivitas manajemen yang


berkelanjutan, evaluasi terpisah, atau keduanya.
2120.Al-Aktivitas audit internal harus mengevaluasi eksposur risiko yang
berkaitan dengan tata kelola dan operasi sistem informasi organisasi mengenai:
1. Pencapaian tujuan strategis organisasi.
2. Reliabilitas dan integritas informasi keuangan dan operasional. efisiensi operasi.
3. Efektivitas dan
4. Penjagaan aset.
5. Kepatuhan terhadap hukum, peraturan perundang-undangan, dan kontrak.

2120.A2-Aktivitas audit internal harus mengevaluasi potensi terjadinya


kecurangan dan bagaimana organisasi mengelola risiko kecurangan.
2120.C1 Selama penugasan konsultasi, auditor internal harus memperhatikan
risiko sesuai dengan tujuan penugasan serta waspada terhadap adanya risiko
signifikan lainnya.

2120.C2 Auditor internal harus menggunakan pengetahuan tentang risiko yang


diperoleh dari penugasan konsultasi ke dalam penugasan evaluasi mereka terhadap
proses manajemen risiko organisasi.

2120.C3-Ketika membantu manajemen membangun atau memperbaiki proses


manajemen risiko, auditor internal harus menahan diri dari menerima apa pun
tanggung jawab manajemen, yaitu dengan mengelola risiko secara aktual.

2130- Pengendalian

Aktivitas audit internal harus membantu organisasi dalam memelihara


pengendalian yang efektif dengan mengevaluasi efektivitas dan efisiensi serta dengan
mendorong perbaikan pengendalian internal secara berkesinambungan. 2130.Al-
Aktivitas audit internal harus mengevaluasi kecukupan dan efektivitas pengendalian
dalam merespons risiko di dalam tata kelola, operasi, dan sistem informasi organisasi,
mengenai:
1. Pencapaian tujuan strategis organisasi.
2. Keandalan dan integritas informasi keuangan dan operasional.
3. Efektivitas dan efisiensi operasi. 4. Pengamanan aset.
5. Kepatuhan terhadap hukum, peraturan, kebijakan, prosedur, dan kontrak.

2130.CI-Auditor internal harus menggabungkan pengetahuan tentang


pengendalian yang diperoleh dari perikatan/penugasan konsultasi untuk mengevaluasi
proses pengendalian organisasi.

c. 2200 Perencanaan Penugasan

Auditor internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan perencanaan untuk


setiap penugasan yang mencakup tujuan, ruang lingkup, waktu, dan alokasi sumber
daya.

2201-Pertimbangan perencanaan
Dalam merencanakan penugasan, auditor internal harus memper- timbangkan:
1. Tujuan aktivitas yang sedang diperiksa dan dengan sarana yang digunakan untuk
mengendalikan kinerjanya.
2. Risiko yang signifikan terhadap aktivitas, tujuan, sumber daya, dan operasi yang
diperiksa serta pengendalian yang diperlukan untuk menekan dampak
3. Kecukupan dan efektivitas proses manajemen risiko serta pengendalian dari risiko
ke tingkat yang dapat diterima. aktivitas yang diperiksa dibandingkan dengan
kerangka kerja pengendalian yang relevan.
4. Peluang yang signifikan untuk membuat perbaikan dalam proses manajemen risiko
dan aktivitas pengendalian yang diperiksa.

2201.AI Ketika merencanakan penugasan untuk pihak-pihak di luar organisasi,


auditor internal harus membangun kesepahaman tertulis dengan mereka tentang
tujuan, ruang lingkup, tanggung jawab, dan harapan lain termasuk pembatasan
distribusi hasil penugasan serta akses ke catatan penugasan.

2201.C1 Auditor internal harus membangun kesepahaman dengan klien penugasan


konsultasi tentang tujuan, ruang lingkup, tanggung jawab, dan harapan lainnya. Untuk
penugasan yang signifikan, kesepahaman ini harus didokumentasikan.

2210-Tujuan penugasan
Tujuan harus ditetapkan untuk setiap penugasan.
2210.AI Auditor internal harus melaksanakan penilaian awal terhadap risiko
yang relevan dengan kegiatan yang sedang diperiksa. Tujuan keterlibatan harus
mencerminkan hasil penilaian ini.
2210.A2 - Auditor internal harus mempertimbangkan kemungkinan kesalahan
yang signifikan, kecurangan, ketidakpatuhan, dan eksposur lainnya ketika
mengembangkan tujuan keterlibatan.
2210.A3 Kriteria yang memadai diperlukan untuk mengevaluasi tata kelola,
manajemen risiko, dan pengendalian. Auditor internal harus memastikan sejauh mana
manajemen dan dewan telah membentuk kriteria yang memadai untuk menentukan
apakah tujuan dan sasaran telah dicapai. Jika memadai, auditor internal harus bekerja
dengan manajemen dan/atau dewan untuk mengembangkan kriteria evaluasi yang
tepat.
2210.C1-Consulting harus mengatasi tata kelola, manajemen risiko, dan proses
pengendalian sejauh disepakati dengan klien.

2220-Lingkup penugasan
Lingkup yang ditetapkan harus cukup untuk memenuhi tujuan penugasan.
2220 A1-Lingkup penugasan harus mencakup pertimbangan mengenai sistem
catatan, personalia, dan properti fisik yang relevan, termasuk yang di bawah kendali
pihak ketiga.

2220.A2 Jika selama penugasan jaminan muncul peluang untuk melakukan


penugasan konsultasi, harus dicapai kesepahaman tertulis terlebih dahulu mengenai
tujuan, ruang lingkup, tanggung jawab para pihak, serta harapan-harapan lain yang
dihasilkan dari penugasan konsultasi yang dikomunikasikan sesuai dengan standar
konsultasi.

2220.C1-Dalam melaksanakan penugasan konsultasi, auditor internal harus


memastikan bahwa lingkup penugasan cukup untuk memenuhi tujuan yang telah
disepakati. Jika auditor internal mengajukan persyaratan tertentu terkait lingkup
penugasan, persyaratan tersebut harus didiskusikan dengan klien terlebih dahulu
untuk menentukan apakah penugasan akan tetap dilanjutkan.
2220 C2-Dalam penugasan konsultasi, auditor internal harus mengatasi kontrol,
konsisten dengan tujuan keterlibatan, dan waspada terhadap masalah pengendalian
yang signifikan.
2210.C2 - Konsultasi tujuan keterlibatan harus konsisten dengan nilai- nilai
organisasi, strategi, dan tujuan

2230-Alokasi sumber daya penugasan

Auditor internal harus menentukan sumber daya yang tepat dan cukup untuk
mencapai tujuan penugasan berdasarkan evaluasi atas sifat dan kompleksitas dari
setiap penugasan, kendala waktu, dan ketersediaan sumber daya.

2240 Program kerja penugasan

Auditor internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan program kerja untuk


mencapai tujuan penugasan.

2240 A1 Program kerja harus mencakup prosedur untuk mengidentifikasi,


menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumentasikan informasi selama penugasan.
Program kerja harus disetujui sebelum pelaksanaannya dan setiap penyesuaian harus
segera disetujui.
2240.C1 Program kerja untuk penugasan konsultan dapat bervariasi dalam
bentuk dan isi tergantung pada sifat penugasan.

d. . 2300 Pelaksanaan Penugasan

Auditor internal harus mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan


mendokumentasikan informasi yang memadai untuk mencapai tujuan penugasan.

2310-Mengidentifikasi informasi

Auditor internal harus mengidentifikasi informasi yang memadai, dapat


diandalkan, relevan, dan berguna untuk mencapai tujuan penugasan.

Interpretasi

Informasi yang memadai adalah faktual, cukup, dan meyakinkan sehingga


seseorang yang bijaksana dan mendapatkan informasi akan mencapai kesimpulan
yang sama seperti auditor. Informasi yang dapat diandalkan adalah: informasi terbaik
yang dapat dicapai melalui penggunaan teknik penugasan yang tepat. Informasi yang
relevan mendukung observasi dan rekomendasi penugasan serta konsisten dengan
tujuan penugasan. Informasi yang berguna membantu organisasi mencapai tujuannya.

2320-Analisis dan evaluasi


Auditor internal harus mendasarkan kesimpulan dan hasil penugasan pada
analisis dan evaluasi yang tepat.

2330-Pendokumentasian informasi

Auditor internal harus mendokumentasikan informasi yang relevan untuk


mendukung kesimpulan dan hasil penugasan.

2330.A1 Kepala SKAI harus mengendalikan akses ke catatan penugasan. Kepala


SKAI harus mendapat persetujuan dari manajemen senior dan/atau penasihat hukum
sebelum mengeluarkan catatan tersebut kepada pihak eksternal yang sesuai.

2330.A2 Kepala SKAI harus mengembangkan persyaratan retensi catatan


penugasan, terlepas dari media di mana setiap catatan disimpan. Persyaratan retensi
ini harus konsisten dengan pedoman organisasi yang bersangkutan dan setiap
peraturan atau persyaratan lainnya.

2330.CH Kepala SKAI harus mengembangkan kebijakan yang mengatur


penyimpanan dan retensi catatan penugasan konsultasi, serta pengeluaran catatan
tersebut untuk pihak internal maupun eksternal. Kebijakan ini harus konsisten dengan
pedoman organisasi yang bersangkutan dan setiap peraturan atau persyaratan lainnya.

2340-Penugasan supervisi

Setiap penugasan harus disupervisi dengan tepat untuk memastikan tujuan


tercapai, terjaminnya kualitas, dan kemampuan staf berkembang.

Interpretasi

Sejauh mana supervisi diperlakukan akan tergantung pada kemampuan dan


pengalaman auditor internal dan kompleksitas penugasan. Kepala SKAI bertanggung
jawab secara menyeluruh untuk melakukan supervisi terhadap penugasan, baik
dilakukan oleh atau untuk aktivitas audit internal. Namun, dapat menunjuk anggota
aktivitas audit internal dengan pengalaman yang cukup untuk melakukan supervisi.
Bukti yang memadai dilakukannya su- pervisi harus didokumentasikan dan disimpan.

e. 2400-Komunikasi Hasil Penugasan


Auditor internal harus mengomunikasikan hasil penugasan.
2410-Kriteria untuk mengomunikasikan hasil

Komunikasi harus mencakup tujuan dan ruang lingkup penugasan serta


kesimpulan, rekomendasi, dan rencana tindak lanjut yang sesuai.

2410.A1 Komunikasi final hasil penugasan, bila memungkinkan, memuat opini


secara keseluruhan dan kesimpulan auditor internal.
2410.A2-Auditor internal dianjurkan untuk memberi apresiasi dalam komunikasi
hasil penugasan terhadap kinerja yang memuaskan dari kegiatan yang diperiksa.

2410.A3 - Ketika mengeluarkan hasil penugasan kepada pihak-pihak di luar


organisasi, komunikasi harus mencakup pembatasan distribusi dan penggunaannya.

2410.C1-Komunikasi tentang kemajuan dan hasil penugasan konsultasi akan


bervariasi dalam bentuk dan isi tergantung pada sifat penugasan serta kebutuhan
klien.

2420 Kualitas komunikasi Komunikasi harus akurat, objektif, jelas, ringkas,


konstruktif, lengkap, dan tepat waktu.

Interpretasi

Komunikasi yang akurat terbebas dari kesalahan dan distorsi serta dengan kokoh
berdasarkan pada fakta-fakta. Komunikasi yang objektif adalah adil, tidak memihak,
dan tidak bias, serta merupakan hasil pikiran yang adil serta penilaian seimbang dari
semua fakta dan keadaan yang relevan. Komunikasi yang jelas yaitu mudah dipahami
dan logis, menghindari bahasa teknis yang tidak perlu, serta menyediakan semua
informasi yang penting dan relevan. Komunikasi yang ringkas adalah langsung dan
menghindari elaborasi yang tidak perlu, rincian yang berlebihan, redundansi, dan
panjang lebar. Komunikasi konstruktif sangat membantu klien penugasan dan
organisasi serta mengarah pada peningkatan yang diperlukan. Komunikasi yang
lengkap tidak kehilangan hal-hal penting bagi audiens yang dituju dan mencakup
semua informasi yang penting dan relevan serta observasi untuk mendukung
rekomendasi dan kesimpulan. Komunikasi yang tepat waktu yaitu pada kesempatan
pertama dan pada kondisi yang tepat. Tergantung pada pentingnya masalah agar
memungkinkan manajemen untuk mengambil tindakan korektif secara tepat.

2421- Kesalahan dan kelalaian

Jika komunikasi final mengandung kesalahan atau kelalaian yang signifikan,


kepala SKAI harus menyampaikan informasi yang telah dikoreksi kepada semua
pihak yang menerima komunikasi awal.

2430-Penggunaan "dilaksanakan sesuai dengan SIPPAI"


Auditor internal diperbolehkan melaporkan penugasan mereka telah "dilaksanakan
sesuai dengan SIPPAI", hanya bila hasil program, jaminan kualitas, dan peningkatan
mendukung pernyataan tersebut.

2431 - Pengungkapan ketidakpatuhan

Ketika terdapat ketidakpatuhan terhadap definisi audit internal, kode etik, dan
standar berdampak pada suatu penugasan tertentu, dalam komunikasi hasil penugasan
harus diungkapkan:
1. Prinsip atau peraturan perilaku kode etik atau standar yang kepatuhannya secara
penuh tidak tercapai.
2. Alasan ketidakpatuhan.
3. Dampak ketidakpatuhan terhadap penugasan dan komunikasi hasil penugasan.

2440- Diseminasi hasil

Kepala SKAI harus menyampaikan hasil penugasan kepada pihak- pihak yang
tepat.

Interpretasi

Kepala SKAI atau petugas yang ditunjuk meninjau dan menyetujui komunikasi
final penugasan sebelum penerbitan serta memutuskan kepada siapa dan bagaimana
komunikasi tersebut akan disampaikan.

2440.Al-Kepala SKAI bertanggung jawab untuk mengomunikasikan hasil akhir


kepada pihak-pihak yang dapat memastikan bahwa hasil tersebut diperhatikan.

2440.A2 - Jika tidak diatur sebaliknya oleh hukum, undang-undangbatau peraturan


persyaratan, sebelum menyampaikan hasil kepada pihak-pihak di luar organisasi,
kepala SKAI harus:
1. Menilai potensi risiko bagi organisasi.
2. Berkonsultasi dengan manajemen senior dan/atau penasihat hukum yang tepat.
3. Mengendalikan penyebaran dengan membatasi penggunaan hasil.

2440.C1 - Kepala SKAI bertanggung jawab untuk mengomunikasikan hasil akhir


penugasan konsultasi kepada klien.

2440.C2-Selama penugasan konsultasi, masalah-masalah tata kelola, manajemen


risiko, dan pengendalian mungkin dapat teridentifikasi. Apabila masalah-masalah
tersebut signifikan bagi organisasi, harus dikomunikasikan kepada manajemen senior
dan dewan.

2450 Opini keseluruhan

Ketika opini keseluruhan dikeluarkan, harus memperhatikan ekspektasi


manajemen senior, dewan, dan stakeholder lain dan harus didukung oleh informasi
yang cukup, dapat diandalkan, relevan, dan berguna.
Interpretasi

Komunikasi akan mengidentifikasi:


1. Ruang lingkup, termasuk jangka waktu yang berkaitan.
2. Pembatasan lingkup.
3. Proyek-proyek penugasan yang mendasari opini, termasuk hasil kerja asuransi
pihak lain yang diacu.
4. Kerangka manajemen risiko dan pengendalian serta kriteria lain yang digunakan
sebagai dasar opini keseluruhan.
5. Keseluruhan pendapat, penilaian, atau kesimpulan yang dicapai. 6. Alasan-alasan
bila opini keseluruhan bersifat unfavorable.

f. 2500 Pemantauan Tindak Lanjut


Kepala SKAI harus menyusun dan menjaga sistem untuk memantau tindak lanjut
hasil penugasan yang telah dikomunikasikan kepada manajemen. 2500.A1 Kepala
SKAI harus menetapkan proses tindak lanjut untuk memantau dan memastikan bahwa
tindakan manajemen telah diimplementasikan secara efektif atau bahwa manajemen
senior telah menerima risiko untuk tidak mengambil tindakan. 2500.C1 Aktivitas
audit internal harus memantau disposisi hasil penugasan konsultasi sesuai dengan
yang telah disepakati klien.

g. 2600 - Resolusi Penerimaan Risiko oleh Manajemen


Jika kepala SKAI menyimpulkan bahwa manajemen telah menerima tingkat risiko
yang mungkin menurut kepala SKAI tidak dapat diterima oleh organisasi, kepala
SKAI harus mendiskusikan masalah ini dengan manajemen senior. Jika kepala SKAI
menyimpulkan bahwa masalah tersebut tidak tercapai resolusi, kepala SKAI harus
mengomunikasikan hal tersebut kepada dewan.

Interpretasi

Identifikasi risiko yang diterima oleh manajemen dapat diobservasi melalui


penugasan asuransi atau konsultasi, pemantauan kemajuan tindakan yang diambil oleh
manajemen sebagai akibat keterlibatan sebelumnya atau cara lain. Hal ini bukan
tanggung jawab kepala SKAI untuk mengatasi risiko.

C. PERKEMBANGAN DI INDONESIA
Di Indonesia, SPAI telah diterbitkan secara bersama-sama oleh profesi audit
internal, yang terdiri atas IIA Indonesia Chapter, Forum Komunikasi Satuan
Pengawasan Intern BUMN/BUMD (FKSPI BUMN/BUMD), Yayasan Pendidikan
Internal Audit (YPIA). Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA), dan
Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII) yang dijadikan sebagai pedoman bagi
auditor internal dalam melaksanakan kegiatannya. Standar ini mulai berlaku tanggal 1
Januari 2005 dan telah ditetapkan di Jakarta pada 12 Mei 2004.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Tujuan kode etik adalah untuk mengembangkan budaya etik dalam profesi audit
internal. Auditor internal diharapkan dapat mengaplikasikan dan mempertahankan
prinsip-prinsip yaitu integritas, objektivitas, kerahasiaan, dan kompetensi.

The International Internal Audit Standards Board (IIASB) telah merilis revisi
standar terbaru, yang efektif diberlakukan mulai Januari 2013, sesuai dengan
pertimbangan dan persetujuan the International Professional Practice Framework
Oversight Council (IPPFOC).

Di Indonesia juga telah diterbitkan SPAI yang disusun secara bersama- sama
oleh profesi audit internal, yang terdiri atas the Institute of Internal Auditors (IIA)
Indonesia Chapter, Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Intern BUMN/BUMD
(FKSPI BUMN/BUMD), Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA), Dewan
Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA), dan Perhimpunan Auditor Internal
Indonesia (PAII) dengan mengadopsi standar yang dikeluarkan melalui the IIA.

Anda mungkin juga menyukai