DISUSUN OLEH
SITI AISYAH BAHSUAN
921420074
Kelas D
Semester 6
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
dengan izin-Nya saya dapat menyelesaikan laporan ini. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, atas berkatnya kami dapat
menyelesaikan Tugas Makalah.
Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah, khususnya kepada dosen yang telah
memberikan arahan dalam pembuatan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan untuk kesempurnaan penyusunan
makalah ini. Namun demikian, semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi semua
pihak yang membutuhkan.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sebagai sebuah asosiasi profesi yang menaungi para auditor internal secara
profesional, IIA perlu menyusun kode etik dan standar profesi dalam rangka
memberikan keyakinan dan jaminan integritas yang tinggi bagi perusahaan atau
lembaga. Untuk itu, dalam bab ini akan dibahas mengenai kode etik dan standar
profesi yang sudah dikeluarkan oleh IIA dan berlaku mulai tahun 2013.
Etika merupakan suatu ilmu tentang kesusilaan dan perilaku manusia di dalam
pergaulannya dengan sesama yang menyangkut prinsip dan aturan tentang tingkah
laku yang benar. Dengan kata lain, etika adalah kewaijban dan tanggung jawab moral
setiap orang dalam berperilaku di masyarakat.
Standar audit internal merupakan acuan atau pedoman praktek audit internal baik
dalam organisasi maupun perusahaan yang berorientasi pada bisnis maupun Nirlaba.
Di Indonesia juga telah diterbitkan SPAI yang disusun secara bersama- sama oleh
profesi audit internal, yang terdiri atas the Institute of Internal Auditors (IIA)
Indonesia Chapter, Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Intern BUMN/BUMD
(FKSPI BUMN/BUMD), Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA), Dewan
Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA), dan Perhimpunan Auditor Internal
Indonesia (PAII) dengan mengadopsi standar yang dikeluarkan melalui the IIA.
2. Rumusan Masalah
1. Jelaskan apa yang dimaksud etika?
2. Bagaimana standar profesi audit internal, jelaskan?
3. Bagaimana perkembangan di indonesia?
3. Tujuan Masalah
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud etika
2. Untuk mengetahui Bagaimana standar profesi audit internal
3. Untuk mengetahui Bagaimana perkembangan di indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. ETIKA
Auditor internal perlu memelihara standar perilaku yang tinggi dan
mengembangkan budaya etik di dalam profesi audit internal. IIA memiliki kode etik
yang diterapkan oleh Satuan Kerja Audit Internal maupun oleh auditor yang telah
memiliki sertifikasi di bidang auditor internal. Kode etik tersebut merupakan definisi
audit internal yang mencakup dua komponen penting berikut:
Prinsip-prinsip yang relevan terhadap profesi dan praktik audit internal.
Peraturan pelaksanaan yang menjelaskan norma tingkah laku auditor internal
yang diharapkan. Peraturan ini membantu menginterpretasikan prinsip-prinsip
aplikasi praktik dan diharapkan dapat menjadi panduan pelaksanaan etika
auditor internal.
Tujuan
Tujuan kode etik adalah untuk mengembangkan budaya etik di dalam
profesi audit internal.
Daya Guna
Kode etik diterapkan oleh individu maupun entitas yang menyediakan
jasa audit internal. Pada IIA, yang dimaksud dengan "auditor internal"
adalah anggota IIA, yaitu penerima sertifikasi profesional IIA (CIA,
CGAP, CCSA, dan CFSA) dan kandidat penerima sertifikat-sertifikat
tersebut. Penyimpangan auditor internal terhadap kode etik akan
dievaluasi dan diproses melalui peraturan yang telah dibuat oleh IIA dan
panduan administrasi.
Prinsip – prinsip kode etik IIA
Auditor internal diharapkan dapat mengaplikasikan dan
mempertahankan prinsip-prinsip berikut:
1) Integritas. Integritas auditor internal membangun kepercayaan dan
memberikan dasar kepercayaan terhadap penilaian yang dilakukan
2) Objektivitas. Auditor internal menunjukkan tingkatan objektivitas
profesional tertinggi dalam mengumpulkan, mengevaluasi, dan
mengomunikasikan informasi tentang aktivitas atau proses yang
sedang diperiksa. Auditor internal membuat penilaian yang
seimbang terhadap semua kejadian yang relevan dan tidak
dipengaruhi oleh kepentingan pribadi maupun kepentingan orang
lain dalam membuat penilaian.
3) Kerahasiaan. Auditor internal menghormati nilai dan kepemilikan
informasi yang diterima dan tidak mengungkap informasi tanpa
otoritas yang sesuai, tanpa jaminan sah atau tuntutan profesional,
dan lain sebagainya. Auditor harus bijaksana dalam menggunakan
informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan audit. Auditor tidak
diperkenankan mendiskusikan hal apa pun yang berkaitan dengan
audit yang dilakukan terhadap pihak luar yang tidak termasuk
dalam staf audit.
4) Kompetensi. Auditor internal menerapkan pengetahuan, keahlian,
dan pengalaman yang diperlukan dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawabnya pada jasa layanan audit internal.
Peraturan perilaku
Aturan pelaksanaannya adalah:
1. Integritas. Auditor internal harus:
a. Menjalankan pekerjaan dengan jujur, tekun, dan
bertanggung jawab:
b. Menaati hukum dan membuat pengungkapan yang
disyaratkan oleh Hukum maupun profesi;
c. Tidak dengan sengaja menjadi bagian dari aktivitas ilegal
apa pun atau terlibat dalam tindakan yang tidak terpuji,
baik bagi profesi audit Internal maupun organisasi; dan
d. Menghormati dan memberikan kontribusi bagi tujuan yang
sah dan etis bagi organisasi.
Dokumen standar IIA yang dapat terapkan oleh auditor internal dikenal dengan
Standar Internasional untuk Praktik Profesional Auditor Internal (SIPPAI). Tujuan
SIPPAI adalah untuk:
1. Menggambarkan prinsip-prinsip dasar yang
merepresentasikan praktik audit internal yang seharusnya.
2. Memberikan kerangka kerja untuk melaksanakan dan
mengembangkan berbagai aktivitas audit internal yang
mempunyai nilai tambah
3. Memberikan kerangka dasar pengukuran kinerja audit
internal.
4. Meningkatkan proses dan operasi organisasi.
Sebelum membahas lebih rinci mengenai standar atribut dan standar kinerja, istilah
yang akan digunakan pada buku ini untuk kepala eksekutif audit adalah kepala SKAI, yang
bertujuan untuk mempermudah pemahaman pada istilah yang akan digunakan mulai bab
pertama sampai dengan bab terakhir pada buku ini. Berikut ini standar atribut dan standar
kinerja secara lengkap disajikan sesuai dengan standar internasional untuk praktik profesional
auditor internal.
a. Standar Atribut
1000-Tujuan, Kewenangan, dan Tanggung Jawab Tujuan, kewenangan, dan
tanggung jawab aktivitas audit internal harus dinyatakan secara formal di
dalam piagam audit internal, yang konsisten pada definisi audit internal, kode
etik, dan standar. Kepala SKAI secara berkala melakukan review terhadap
piagam audit internal dan menyampaikannya kepada manajemen senior dan
dewan untuk mendapatkan persetujuan.
Interpretasi
Piagam audit internal merupakan sebuah dokumen formal yang mendefinisikan
tujuan, wewenang, dan tanggung jawab kegiatan audit internal. Piagam audit
internal menetapkan posisi aktivitas audit internal dalam organisasi, kewenangan
akses terhadap catatan personel, dan properti fisik yang relevan dengan
pelaksanaan penugasan dan mendefinisikan lingkup aktivitas audit internal.
Persetujuan final dari piagam audit berada di dewan.
1000 A1 Sifat layanan jaminan yang diberikan kepada organisasi Harus
didefinisikan dalam piagam audit internal. Jika layanan jaminan harus Diberikan
kepada pihak di luar organisasi maka sifat layanan penjaminan ini Juga harus
didefinisikan dalam piagam audit internal.
1000.C1 Pengakuan definisi audit internal, kode etik, dan standar Dalam
piagam audit internal.
Pengakuan terhadap wajibnya definisi audit internal, kode etik, dan standar
harus dinyatakan dalam piagam audit internal. Kepala SKAI harus membahas
definisi audit internal, kode etik, dan standar dengan manajemen senior dan
dewan.
110 - Independensi dan Efektivitas
Aktivitas audit internal harus independen. Auditor internal harus objektif
dalam menjalankan pekerjaannya.
Interpretasi
Independensi adalah kebebasan dari kondisi yang mengancam kemampuan
aktivitas audit internal untuk melaksanakan tanggung jawab audit internal dengan
cara tidak memihak. Untuk mencapai tingkat independensi membutuhkan
efektivitas untuk melakukan tanggung jawab pada aktivitas audit internal, kepala
SKAI harus tepat dan tidak menutup akses bagi senior manajemen dan dewan. Hal
ini dapat dicapai melalui hubungan pelaporan ganda. Ancaman terhadap
independensi harus dikelola pada auditor internal, perjanjian, fungsional, dan level
organisasi.
Objektivitas adalah sikap mental tidak memihak yang memungkinkan auditor
internal untuk menunjukkan perjanjian yang sedemikian rupa bahwa mereka
percaya dalam pekerjaan mereka dan tidak ada kualitas kompromi yang dibuat.
Objektivitas mensyaratkan bahwa auditor internal dengan tidak merendahkan
penilaian yang dilakukan mengenai hal-hal audit kepada pihak lain. Ancaman
objektivitas harus dikelola pada auditor internal, perjanjian, perjanjian, fungsional,
dan rever organisasi. Objektivitas adalah sikap mental tidak memihak yang
memungkinkan auditor internal untuk menunjukkan perjanjian yang sedemikian
rupa bahwa mereka percaya dalam pekerjaan mereka dan tidak ada kualitas
kompromi yang dibuat. Objektivitas mensyaratkan bahwa auditor internal dengan
tidak merendahkan penilaian yang dilakukan mengenai hal-hal audit kepada pihak
lain. Ancaman objektivitas harus dikelola pada auditor internal, perjanjian,
fungsional, dan level organisasi.
Interpretasi
Independensi organisasi adalah efektivitas yang dicapai ketika kepala SKAI
melaporkan laporan fungsional kepada dewan. Contoh laporan fungsional kepada
dewan yang melibatkan dewan adalah sebagai berikut:
1. Persetujuan piagam audit internal.
2. Persetujuan risiko berdasarkan rencana audit internal.
3. Persetujuan anggaran dan rencana sumber daya audit internal.
4. Penerimaan komunikasi dari kepala SKAI pada aktivitas audit internal yang
relatif terhadap rencana dan materi lainnya.
5. Persetujuan keputusan pengangkatan dan pemberhentian kepala SKAI
6. Persetujuan pemberian remunerasi kepala SKAI
7. Membuat pertanyaan yang sesuai dengan manajemen dan kepala SKAI untuk
menentukan apakah terdapat lingkup yang tidak sesuai atau keterbatasan sumber
daya.
Interpretasi
Konflik kepentingan adalah sebuah situasi di mana audit internal, yang berada
dalam posisi kepercayaan, mempunyai profesionalitas bersaing atau kepentingan
pribadi. Kepentingan bersaing tersebut dapat menimbulkan ke- sulitan untuk
memenuhi tugasnya yang memihak. Konflik kepentingan selalu ada, bahkan jika
tidak ada hasil yang tidak etis atau tindakan tidak layak. Konflik kepentingan
mampu menciptakan penampilan ketidakpantasan yang dapat merusak
kepercayaan auditor internal, aktivitas audit internal, dan profesi. Konflik
kepentingan dapat merusak kemampuan individu untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jawab secara objektif.
1130-Penurunan nilai independensi dan objektivitas
Jika independensi dan objektivitas terganggu (tidak dapat dicapai) baik secara
fakta maupun secara penampilan, rincian gangguan ini harus diungkap- kan
kepada pihak-pihak yang tepat. Sifat dari pengungkapan akan tergantung pada
gangguan tersebut (tidak terpenuhi independensi dan objektivitas).
Interpretasi
Gangguan terhadap independensi organisasi dan objektivitas individu
meliputi, tetapi tidak terbatas pada, konflik kepentingan pribadi, pembatasan
lingkup, pembatasan akses terhadap catatan, personel, dan properti serta
pembatasan sumber daya, seperti pendanaan. Penentuan pihak-pihak yang tepat
kepada siapa rincian gangguan independensi atau objektivitas serta sifat gangguan
harus diungkapkan, tergantung pada harapan dari aktivitas audit internal dan
tanggung jawab kepala SKAI terhadap manajemen senior dan dewan seperti yang
dijelaskan dalam piagam audit internal.
1130.A1 Auditor internal harus menahan diri dari menilai kegiatan tertentu
yang sebelumnya mereka menjadi penanggung jawab. Objektivitas dianggap
terganggu jika auditor internal menyediakan layanan jaminan untuk kegiatan yang
pada tahun sebelumnya merupakan tanggung jawab auditor internal.
1130.A2 Penugasan pemastian untuk fungsi-fungsi, yakni kepala SKAI
memiliki tanggung jawab harus diawasi oleh pihak di luar aktivitas audit internal.
1130.C1-Auditor internal dapat memberikan layanan konsultasi yang
berkaitan dengan kegiatan yang sebelumnya menjadi tanggung jawab mereka.
1130.C2 Jika auditor internal memiliki potensi gangguan terhadap
independensi atau objektivitas yang berhubungan dengan layanan konsultasi yang
diusulkan, pengungkapan harus dilakukan kepada klien penugasan sebelum
menerima penugasan.
Interpretasi
Pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya adalah istilah yang
merujuk pada keahlian profesional auditor internal yang diperlukan secara
efektif melaksanakan tanggung jawab profesional. Auditor internal didorong
untuk menunjukkan keahlian mereka dengan mendapatkan sertifikasi dan
kualifikasi profesional yang sesuai, seperti gelar CIA dan gelar lainnya yang
diberikan oleh IIA dan organisasi profesional lainnya yang sesuai.
1. Kebutuhan dan harapan klien, termasuk sifat, saat, dan komunikasi hasil
penugasan.
2. Kompleksitas relatif dan cakupan pekerjaan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan penugasan.
3. Biaya penugasan konsultasi dalam kaitannya dengan manfaat potensial.
Interpretasi
Suatu program jaminan dan peningkatan kualitas dirancang untuk
memungkinkan suatu evaluasi kesesuaian aktivitas audit internal terhadap
definisi audit internal dan standar, serta evaluasi apakah auditor internal telah
menerapkan kode etik. Program ini juga menilai efisiensi dan efektivitas audit
internal dan mengidentifikasi peluang-peluang untuk peningkatan.
1311-Penilaian internal
Penilaian internal harus mencakup hal-hal berikut:
1. Pemantauan kinerja aktivitas audit internal secara berkelanjutan.
2. Review berkala yang dilakukan melalui penilaian diri sendiri (self
assessment) atau oleh pihak lain dalam organisasi yang memiliki pengetahuan
memadai tentang praktik audit internal.
Interpretasi
Pemantauan berkelanjutan merupakan bagian integral dari pengawasan
schari-hari, review dan pengukuran aktivitas audit internal. Pemantauan
berkelanjutan dimasukkan dalam kebijakan dan praktik rutin yang biasa
digunakan dalam mengelola aktivitas audit internal, serta menggunakan
proses, peralatan, dan informasi yang dipandang perlu untuk mengevaluasi
kesesuaian dengan definisi audit internal, kode etik, dan standar.
1312-Penilaian eksternal
Interpretasi
Penilaian eksternal bisa berbentuk penilaian eksternal penuh (full external
assessment), atau penilaian sendiri (self assessment) dengan validasi eksternal
yang independen.
Interpretasi
Aktivitas audit internal sesuai dengan standar ketika mencapai hasil yang
dijelaskan dalam definisi audit internal, kode etik, dan standar. Hasil jaminan
kualitas dan program peningkatan mencakup hasil kedua penilaian internal
dan eksternal. Semua aktivitas audit internal akan memiliki hasil penilaian
internal. Penilaian eksternal terhadap aktivitas audit internal setidaknya
dilakukan lima tahun sekali.
1322-Pengungkapan ketidakpatuhan
Ketika terdapat ketidakpatuhan dengan definisi audit internal, kode etik,
atau standar yang memengaruhi lingkup atau pelaksanaan aktivitas audit
internal secara signifikan, kepala SKAI harus mengungkapkan ketidakpatuhan
dan dampaknya kepada manajemen senior dan dewan.
b. Standar Kinerja
a. 2000- Pengelolaan Fungsi Audit Internal
Kepala SKAI harus mengatur aktivitas audit internal secara efektif untuk
memastikan bahwa aktivitas fungsi audit internal memberi nilai tambah bagi
organisasi.
Interpretasi
Aktivitas audit internal dikelola secara efektif apabila:
1. Hasil penugasan aktivitas audit internal mencapai tujuan dan tanggung jawab yang
ada dalam piagam audit internal.
2. Aktivitas audit internal sesuai dengan definisi audit internal, kode etik, dan
standar. 3. Pihak yang merupakan bagian dari aktivitas audit internal menunjukkan
kesesuaian dengan kode etik dan standar.
2010-Perencanaan
Kepala SKAI harus menetapkan rencana berbasis risiko untuk menentukan
prioritas aktivitas audit internal, konsisten dengan tujuan organisasi.
Interpretasi
Kepala SKAI bertanggung jawab untuk mengembangkan rencana berbasis risiko
(risk-based plan). Kepala SKAI mempertimbangkan kerangka kerja manajemen risiko
organisasi, termasuk dengan menggunakan minat risiko yang ditetapkan oleh
manajemen untuk berbagai kegiatan atau bagian dari organisasi. Jika kerangka kerja
(framework) manajemen risiko tidak tersedia, kepala SKAI dapat menggunakan
penilaian risiko sendiri setelah berkonsultasi dengan manajemen senior dan dewan.
2010.Al-Rencana penugasan aktivitas audit internal harus didasarkan pada
penilaian risiko yang terdokumentasi, setidaknya dilakukan setiap tahun. Masukan
dari manajemen senior dan dewan harus dipertimbangkan dalam proses ini.
2010.A2 - Kepala SKAI harus mengidentifikasi dan memperhatikan ekspektasi
manajemen senior, dewan, dan stakeholder lainnya terhadap opini dan kesimpulan
yang perlu/akan diberikan oleh aktivitas audit internal/auditor internal.
2010.C1 Kepala SKAI harus mempertimbangkan untuk menerima penugasan
konsultasi yang diusulkan berdasarkan potensi penugasan tersebut untuk
meningkatkan proses manajemen risiko, menambah nilai, dan meningkatkan operasi
organisasi. Penugasan yang diterima harus disertakan dalam rencana.
Interpretasi
Tepat mengacu pada gabungan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lain
yang dibutuhkan untuk melakukan rencana tersebut. Cukup mengacu pada kuantitas
sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai rencana tersebut. Sumber daya secara
efektif digunakan ketika mereka menggunakan dengan cara mengoptimalkan
pencapaian rencana yang telah disetujui.
Interpretasi
Bentuk dan isi kebijakan dan prosedur tergantung pada ukuran dan struktur
aktivitas audit internal serta kompleksitas pekerjaannya.
2050 - Koordinasi
Kepala SKAI harus berbagi informasi dan mengoordinasikan dengan pihak
internal dan eksternal organisasi yang melakukan pekerjaan audit untuk memastikan
bahwa lingkup seluruh penugasan tersebut sudah memadai dan meminimalkan
duplikasi kegiatan.
Interpretasi
Frekuensi dan isi laporan ditentukan dalam diskusi dengan manajemen senior dan
dewan serta tergantung pada pentingnya informasi yang akan dikomunikasikan dan
mendesaknya tindakan-tindakan terkait yang akan diambil oleh manajemen senior dan
dewan.
2070 Penyedia layanan eksternal dan tanggung jawab organisasi terhadap audit
internal
Ketika penyedia layanan eksternal berfungsi sebagai aktivitas audit internal,
penyedia harus membuat organisasi sadar bahwa organisasi memiliki tanggung jawab
untuk menjaga kegiatan audit internal yang efektif.
Interpretasi
Tanggung jawab ini ditunjukkan melalui program jaminan kualitas dan perbaikan
yang menilai kesesuaian dengan definisi audit internal, kode etik, dan standar.
2110.A2 Aktivitas audit internal harus menilai apakah tata kelola teknologi
informasi organisasi memperkuat dan mendukung strategi dan objektivitas.
2120-Manajemen risiko
Aktivitas audit internal harus mengevaluasi efektivitas dan berkontribusi bagi
perbaikan proses manajemen risiko.
Interpretasi
Menentukan apakah proses manajemen risiko telah efektif merupakan hasil
keputusan dari penilaian Auditor internal bahwa:
2130- Pengendalian
2201-Pertimbangan perencanaan
Dalam merencanakan penugasan, auditor internal harus memper- timbangkan:
1. Tujuan aktivitas yang sedang diperiksa dan dengan sarana yang digunakan untuk
mengendalikan kinerjanya.
2. Risiko yang signifikan terhadap aktivitas, tujuan, sumber daya, dan operasi yang
diperiksa serta pengendalian yang diperlukan untuk menekan dampak
3. Kecukupan dan efektivitas proses manajemen risiko serta pengendalian dari risiko
ke tingkat yang dapat diterima. aktivitas yang diperiksa dibandingkan dengan
kerangka kerja pengendalian yang relevan.
4. Peluang yang signifikan untuk membuat perbaikan dalam proses manajemen risiko
dan aktivitas pengendalian yang diperiksa.
2210-Tujuan penugasan
Tujuan harus ditetapkan untuk setiap penugasan.
2210.AI Auditor internal harus melaksanakan penilaian awal terhadap risiko
yang relevan dengan kegiatan yang sedang diperiksa. Tujuan keterlibatan harus
mencerminkan hasil penilaian ini.
2210.A2 - Auditor internal harus mempertimbangkan kemungkinan kesalahan
yang signifikan, kecurangan, ketidakpatuhan, dan eksposur lainnya ketika
mengembangkan tujuan keterlibatan.
2210.A3 Kriteria yang memadai diperlukan untuk mengevaluasi tata kelola,
manajemen risiko, dan pengendalian. Auditor internal harus memastikan sejauh mana
manajemen dan dewan telah membentuk kriteria yang memadai untuk menentukan
apakah tujuan dan sasaran telah dicapai. Jika memadai, auditor internal harus bekerja
dengan manajemen dan/atau dewan untuk mengembangkan kriteria evaluasi yang
tepat.
2210.C1-Consulting harus mengatasi tata kelola, manajemen risiko, dan proses
pengendalian sejauh disepakati dengan klien.
2220-Lingkup penugasan
Lingkup yang ditetapkan harus cukup untuk memenuhi tujuan penugasan.
2220 A1-Lingkup penugasan harus mencakup pertimbangan mengenai sistem
catatan, personalia, dan properti fisik yang relevan, termasuk yang di bawah kendali
pihak ketiga.
Auditor internal harus menentukan sumber daya yang tepat dan cukup untuk
mencapai tujuan penugasan berdasarkan evaluasi atas sifat dan kompleksitas dari
setiap penugasan, kendala waktu, dan ketersediaan sumber daya.
2310-Mengidentifikasi informasi
Interpretasi
2330-Pendokumentasian informasi
2340-Penugasan supervisi
Interpretasi
Interpretasi
Komunikasi yang akurat terbebas dari kesalahan dan distorsi serta dengan kokoh
berdasarkan pada fakta-fakta. Komunikasi yang objektif adalah adil, tidak memihak,
dan tidak bias, serta merupakan hasil pikiran yang adil serta penilaian seimbang dari
semua fakta dan keadaan yang relevan. Komunikasi yang jelas yaitu mudah dipahami
dan logis, menghindari bahasa teknis yang tidak perlu, serta menyediakan semua
informasi yang penting dan relevan. Komunikasi yang ringkas adalah langsung dan
menghindari elaborasi yang tidak perlu, rincian yang berlebihan, redundansi, dan
panjang lebar. Komunikasi konstruktif sangat membantu klien penugasan dan
organisasi serta mengarah pada peningkatan yang diperlukan. Komunikasi yang
lengkap tidak kehilangan hal-hal penting bagi audiens yang dituju dan mencakup
semua informasi yang penting dan relevan serta observasi untuk mendukung
rekomendasi dan kesimpulan. Komunikasi yang tepat waktu yaitu pada kesempatan
pertama dan pada kondisi yang tepat. Tergantung pada pentingnya masalah agar
memungkinkan manajemen untuk mengambil tindakan korektif secara tepat.
Ketika terdapat ketidakpatuhan terhadap definisi audit internal, kode etik, dan
standar berdampak pada suatu penugasan tertentu, dalam komunikasi hasil penugasan
harus diungkapkan:
1. Prinsip atau peraturan perilaku kode etik atau standar yang kepatuhannya secara
penuh tidak tercapai.
2. Alasan ketidakpatuhan.
3. Dampak ketidakpatuhan terhadap penugasan dan komunikasi hasil penugasan.
Kepala SKAI harus menyampaikan hasil penugasan kepada pihak- pihak yang
tepat.
Interpretasi
Kepala SKAI atau petugas yang ditunjuk meninjau dan menyetujui komunikasi
final penugasan sebelum penerbitan serta memutuskan kepada siapa dan bagaimana
komunikasi tersebut akan disampaikan.
Interpretasi
C. PERKEMBANGAN DI INDONESIA
Di Indonesia, SPAI telah diterbitkan secara bersama-sama oleh profesi audit
internal, yang terdiri atas IIA Indonesia Chapter, Forum Komunikasi Satuan
Pengawasan Intern BUMN/BUMD (FKSPI BUMN/BUMD), Yayasan Pendidikan
Internal Audit (YPIA). Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA), dan
Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII) yang dijadikan sebagai pedoman bagi
auditor internal dalam melaksanakan kegiatannya. Standar ini mulai berlaku tanggal 1
Januari 2005 dan telah ditetapkan di Jakarta pada 12 Mei 2004.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tujuan kode etik adalah untuk mengembangkan budaya etik dalam profesi audit
internal. Auditor internal diharapkan dapat mengaplikasikan dan mempertahankan
prinsip-prinsip yaitu integritas, objektivitas, kerahasiaan, dan kompetensi.
The International Internal Audit Standards Board (IIASB) telah merilis revisi
standar terbaru, yang efektif diberlakukan mulai Januari 2013, sesuai dengan
pertimbangan dan persetujuan the International Professional Practice Framework
Oversight Council (IPPFOC).
Di Indonesia juga telah diterbitkan SPAI yang disusun secara bersama- sama
oleh profesi audit internal, yang terdiri atas the Institute of Internal Auditors (IIA)
Indonesia Chapter, Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Intern BUMN/BUMD
(FKSPI BUMN/BUMD), Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA), Dewan
Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA), dan Perhimpunan Auditor Internal
Indonesia (PAII) dengan mengadopsi standar yang dikeluarkan melalui the IIA.