Anda di halaman 1dari 18

PENGAUDITAN INTERNAL

“ Standar Praktik Profesi Audit Internal dan Kode Etik”

OLEH KELOMPOK 9 :

1. I Gusti Ayu Agung Ida Ratna Kartika Dewi (1702622010305 / 8)


2. Ni Kadek Milayanti (1702622010311 / 14)
3. NI Luh Manik Hamu Sulasih (1702622010316 / 18)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
TAHUN
2020

0
15.1 Kode Etik Audit Internal
Kode etik pada prinsipnya merupakan sistem dari prinsip-prinsip moral yang
diberlakukan dalam suatu kelompok profesi yang ditetapkan secara bersama. Kode etik
suatu profesi merupakan ketentuan perilaku yang harus dipatuhi oleh setiap mereka yang
menjalankan tugas profesi tersebut, seperti dokter, pengacara, polisi, akuntan, penilai, dan
profesi lainnya. Terdapat dua faktor utama yang mungkin menyebabkan orang berperilaku
tidak etis, yakni:
a. Standar etika orang tersebut berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Misalnya,
seseorang menemukan dompet berisi uang di bandar udara (bandara). Dia mengambil
isinya dan membuang dompet tersebut di tempat terbuka. Pada kesempatan
berikutnya, pada saat bertemu dengan keluarga dan teman-temannya, yang 
bersangkutan dengan bangga bercerita bahwa dia telah menemukan dompet dan
mengambil isinya.
b. Orang tersebut secara sengaja bertindak tidak etis untuk keuntungan diri sendiri.
Misalnya, seperti contoh di atas, seseorang menemukan dompet berisi uang di
bandara. Dia mengambil isinya dan membuang dompet tersebut di tempat tersembunyi
dan merahasiakan kejadian tersebut.

Kode etik APIP ini diberlakukan bagi seluruh auditor (baik internal maupun eksternal)
dan pegawai negeri sipil yang diberi tugas oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP) untuk melaksanakan pengawasan dan pemantauan tindak lanjutnya. Kode etik
APIP ditetapkan oleh Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No.
PER/04/M. PAN/03/2008 Tanggal 31 Maret 2008. Landasan ketentuan hukum:

1. Undang-undang RI No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih


dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
2. Undang-undang RI No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.
3. Undang-undang RI No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.
4. Undang-undang RI No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara.
5. Peraturan Presiden RI No. 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah.

1
6. Peraturan Presiden RI No 9 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi ,
dan Tata kerja Kementrian Negara RI sebagaimana telah beberapakali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden No. 94 Tahun 2006.
7. Intruksi Presiden No. 5 Tahun 2004 Tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi.
8. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/03. 1/M.
PAN/03/2007 Tentang Kebijakan Pengawasan Intern Pemerintah Tahun 2007-2008.

Jadi Kode etik Audit Internal mengikuti kode etik yang diberlakukan oleh APIP
sesuai dengan landasan hukum diatas. Isi dari kode etik tersebut memuat 2 (dua)
komponen, yaitu:

1. Prinsip-prinsip perilaku auditor yang merupakan pokok-pokok yang melandasi


perilaku auditor; dan

2. Aturan perilaku  yang menjelaskan lebih lanjut prinsip-prinsip perilaku auditor.

1. Prinsip-prinsip Perilaku

Tuntutan sikap dan perilaku auditor dalam melaksanakan tugas pengawasan


dilandasi oleh beberapa prinsip perilaku, yaitu: integritas, obyektivitas, kerahasiaan
dan kompetensi.

a. Integritas
Auditor dituntut untuk memiliki kepribadian yang dilandasi oleh sikap jujur,
berani, bijaksana, dan bertanggung  jawab untuk membangun kepercayaan guna
memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang handal.

b. Obyektivitas
Auditor harus menjunjung tinggi ketidakberpihakan profesional dalam
mengumpulkan, mengevaluasi, dan memroses data/informasi audit. Auditor APIP
membuat penilaian seimbang atas semua situasi yang relevan dan tidak
dipengaruhi oleh kepentingan sendiri atau orang lain dalam mengambil keputusan.

2
c. Kerahasiaan
Auditor harus menghargai nilai dan kepemilikan informasi yang diterimanya dan
tidak mengungkapkan informasi tersebut tanpa otorisasi yang memadai, kecuali
diharuskan oleh peraturan perundang-undangan.

d. Kompetensi
Dalam melaksanakan tugasnya auditor dituntut untuk memiliki pengetahuan,
keahlian, pengalaman dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan
tugas.

2. Aturan Perilaku

Aturan perilaku mengatur setiap tindakan yang harus dilakukan oleh auditor dan
merupakan pengejawantahan prinsip-prinsip perilaku auditor. Dalam prinsip ini
auditor dituntut agar:

a. Dapat melaksanakan tugasnya secara jujur, teliti, bertanggung jawab dan


bersungguh-sungguh;

b. Dapat menunjukkan kesetiaan dalam segala hal yang berkaitan dengan profesi
dan  organisasi dalam melaksanakan tugas;

c. Dapat mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan dan


mengungkapkan segala hal yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan
dan profesi yang berlaku;

d. Dapat menjaga citra dan mendukung visi dan misi organisasi;

e. Tidak menjadi bagian kegiatan ilegal atau mengikatkan diri pada tindakan-
tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi APIP atau organisasi;

f. Dapat menggalang kerjasama yang sehat diantara sesama auditor dalam


pelaksanaan audit; dan

3
g. Saling  mengingatkan,  membimbing, mengoreksi perilaku sesama auditor.

15.2 Standar Praktik Profesi Audit Internal

Standar Praktik Profesi Audit Internal meliputi:

1. Prinsip-prinsip Dasar

a. Kewajiban Auditor

1. Kewajiban Auditor untuk mengikuti Standar Audit Auditor harus mengikuti Standar
Audit dalam segala pekerjaan audit yang dianggap material.

2. Kewajiban Auditor untuk Meningkatkan Kemampuan Auditor  harus secara terus


menerus meningkatkan kemampuan teknik dan metodologi audit. Komponen
kemampuan auditor yang  harus ditingkatkan meliputi: kemampuan teknis,
manajerial, dan konseptual yang terkait dengan audit dan auditi.

b. Kewajiban APIP

1. Menyusun Rencana Pengawasan


2. Mengomunikasikan dan Meminta Persetujuan
3. Mengelola Sumber Daya
4. Menetapkan Kebijakan dan Prosedur
5. Melakukan Koordinasi
6. Menyampaikan Laporan Berkala
7. Melakukan Pengembangan Program dan
8. Menindaklanjuti Pengaduan Masyarakat

2. Standar Umum
4
Sistematika standar umum dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:

a. Visi, Misi, Tujuan, Kewenangan dan Tanggung Jawab


Visi, misi, tujuan, kewenangan dan tanggung jawab Audit internal harus
dinyatakan secara tertulis, disetujui dan ditandatangani oleh pimpinan tertinggi
organisasi. Pernyataan standar tersebut dimaksudkan untuk memberikan kejelasan
secara formal tentang arah dan mandat yang diberikan kepada APIP dalam
melaksanakan setiap penugasan audit yang secara khusus berkenaan dengan 
kewenangan akses APIP dan para auditornya atas informasi dan personel auditi.
b. Independensi dan Obyektivitas
1. Independensi APIP
2. Obyektivitas Auditor
3. Gangguan Terhadap Independensi dan Obyektivitas
c. Keahlian
1. Latar Belakang Pendidikan Auditor
2. Kompetensi Teknis
3. Sertifikasi Jabatan dan Pendidikan  dan Pelatihan Berkelanjutan
4. Penggunaan Tenaga Ahli dari Luar
d. Kecermatan Profesional
Auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan
seksama (due professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap
penugasan.
e. Kepatuhan Terhadap Kode Etik.
Auditor  tidak saja harus menggunakan seluruh kemampuan dan
kecermatannya tetapi juga dituntut untuk mematuhi kode etik yang ditetapkan.
Dengan demikian kompetensi dan etika harus dipenuhi secara bersamaan.
3. Standar Pelaksanaan Audit Kinerja
Secara sistematis standar pelaksanaan audit kinerja terdiri dari:
a. Perencanaan
Perencanaan audit bertujuan untuk menjamin bahwa tujuan audit dapat tercapai
secara berkualitas,  ekonomis, efisien, dan efektif. Dalam perencanaan ini, auditor
menetapkan sasaran, ruang lingkup, metodologi, dan alokasi sumber daya serta

5
mempertimbangkan berbagai hal termasuk sistem  pengendalian intern dan ketaatan
auditi terhadap peraturan perundang-undangan, kecurangan dan ketidakpatuhan
(abuse).
b. Supervisi
Pada setiap tahap audit kinerja, pekerjaan auditor harus disupervisi secara memadai
untuk memastikan tercapainya sasaran, terjaminnya kualitas dan meningkatnya
kemampuan auditor.
c. Pengumpulan dan Pengujian Bukti
Auditor harus mengumpulkan dan menguji bukti untuk mendukung kesimpulan dan
temuan audit kinerja. Kesesuaian informasi yang terkandung dalam bukti tersebut
dengan suatu kriteria yang mendasarinya, maka  proses pengumpulan dan pengujian
bukti adalah inti dari audit.
d. Pengembangan Temuan
Auditor harus mengembangkan temuan yang diperoleh selama pelaksanaan audit
kinerja. Temuan audit berupa  ketidak-ekonomisan, ketidak-efisienan dan ketidak-
efektifan pengelolaan organisasi, program, aktivitas atau fungsi yang diaudit. Selain
itu, temuan juga dapat berupa tidak efektifnya sistem pengendalian intern, adanya
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, kecurangan dan ketidak
patutan (abuse). Unsur temuan meliputi: kondisi, kriteria,sebab, dan akibat.
e. Dokumentasi
Auditor  harus  menyiapkan  dan menata-usahakan dokumen  audit kinerja dalam
bentuk kertas  kerja audit. Dokumen audit harus disimpan secara tertib dan
sistematis agar dapat secara efektif diambil kembali, dirujuk, dan dianalisis.
4. Standar Pelaporan Audit Kinerja
Secara sistematis standar pelaporan audit kinerja meliputi:
a. Kewajiban Membuat Laporan
Auditor harus membuat laporan hasil audit kinerja sesuai dengan penugasannya yang
disusun dalam format yang sesuai, segera setelah selesai melakukan auditnya.
Laporan hasil audit berguna antara lain untuk:
1. Mengomunikasikan hasil audit kinerja kepada auditi dan pihak lain yang
berwenang berdas arkan peraturan  perundang-undangan

6
2. Menghindari kesalah-pahaman atas hasil audit
3. Menjadi bahan untuk melakukan tindakan perbaikan bagi auditi dan  instansi 
terkait
4. Memudahkan pemantauan tindak lanjut untuk menentukan pengaruh tindakan
perbaikan yang semestinya telah dilakukan.
b. Cara dan Saat Pelaporan
Laporan hasil audit kinerja harus dibuat secara tertulis dan segera, yaitu pada 
kesempatan pertama  setelah berakhirnya pelaksanaan audit. Laporan yang dibuat
tertulis bertujuan untuk menghindari kemungkinan salah tafsir atas kesimpulan,
temuan dan rekomendasi auditor. Keharusan membuat laporan secara tertulis tidak
membatasi atau mencegah pembahasan lisan dengan auditi selama proses audit
berlangsung.
c. Bentuk dan Isi Laporan
Laporan  hasil audit kinerja  harus dibuat  dalam bentuk dan isi yang dapat
dimengerti oleh auditi dan pihak lain yang terkait. Laporan hasil audit kinerja baik
bentuk surat atau bab harus memuat:
1. Dasar melakukan audit
2. Identifikasi audit
3. Tujuan/sasaran, lingkup dan metodologi audit
4. Pernyataan bahwa audit dilaksanakan sesuai dengan standar audit
5.  Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi
6. Hasil audit berupa kesimpulan, temuan audit dan rekomendasi
7. Tanggapan dari pejabat auditi yang bertanggung jawab
8. Pernyataan adanya keterbatasan dalam audit serta pihak-pihak yang menerima
laporan
9. Pelaporan informasi rahasia, bila ada.
d. Kelemahan sistem pengendalian intern.
Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, kecurangan dan
ketidakpatutan (abuse) disajikan sebagai bagian  temuan.
1. Kelemahan Sistem Pengendalian Intern

7
2. Kelemahan  atas sistem pengendalian  intern yang dilaporkan adalah kelemahan
yang mempunyai pengaruh signifikan. Sedangkan kelemahan yang tidak
signifikan cukup disampaikan kepada auditi dalam bentuk surat (management
letter).
3. Ketidakpatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan, Kecurangan dan
Ketidakpatutan  (abuse)
4. Auditor harus  melaporkan adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan, kecurangan dan ketidapatutan (abuse).
5. Kualitas Laporan
6. Laporan hasil audit kinerja harus tepat waktu, lengkap, akurat, obyektif,
meyakinkan, serta jelas dan seringkas mungkin.
7. Tanggapan Auditi
8. Auditor harus meminta tanggapan atau pendapat terhadap kesimpulan, temuan
dan rekomendasi termasuk tindakan perbaikan yang direncanakan oleh auditi
secara tertulis dari pejabat auditi yang bertanggung jawab.
9. Penerbitan dan Distribusi Laporan
10. Laporan hasil audit kinerja diserahkan kepada pimpinan organisasi, auditi, dan
pihak lain  yang diberi wewenang untuk menerima laporan hasil audit sesuai
dengan ketentuan peraturan  perundang-undangan. Laporan  hasil audit  kinerja
harus didistribusikan  tepat waktu kepada pihak yang berkepentingan sesuai
peraturan perundang-undangan. Namun dalam hal yang diaudit
merupakanrahasia negara atau dilarang untuk disampaikan kepada pihak-pihak
tertentu atas dasar ketentuan peraturan perundang-undangan, maka untuk tujuan
pengamanannya, auditor dapat membatasi pendistribusian laporan tersebut.
5. Standar Tindak Lanjut Audit Kinerja
Secara sistematis butir-butir standar tindak lanjut audit kinerja meliputi:
a. Komunikasi Dengan Auditi
Auditor harus mengomunikasikan kepada auditi bahwa tanggung jawab untuk
menyelesaikan atau menindak-lanjuti temuan audit kinerja dan  rekomendasi berada
pada auditi.
b. Prosedur Pemantauan

8
Auditor harus memantau dan mendorong tindak lanjut atas temuan beserta
rekomendasi. APIP perlu membuat kebijakan dan prosedur pemantauan guna
mengefektifkan pelaksanaan tindak lanjut hasil audit.

c. Status Temuan
Auditor harus melaporkan status temuan beserta rekomendasi audit kinerja
sebelumnya yang belum ditindak-lanjuti. Laporan status temuan yang disampaikan
kepadapihak yang berkepentingan memuat antara lain:
1. Temuan dan rekomendasi
2. Sebab-sebab belum ditindaklanjutinya temuan
3. Komentar dan rencana pihak auditi untuk menuntaskan temuan.
d. Ketidakpatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan dan Kecurangan
Terhadap temuan yang berindikasi adanya tindakan ketidakpatuhan terhadap
peraturan perundang-undangandan kecurangan, auditor harus membantu aparat
penegak hukum terkait dalam upaya penindak-lanjutan temuan tersebut.

15.3 Standar Atribut Audit Internal


a. Tujuan, Kewenangan, dan Tanggung jawab
Tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab fungsi audit internal harus dinyatakan
secara formal dalam Charter Audit Internal, konsisten dengan Standar Profesi Audit
Internal (SPAI), dan mendapat persetujuan dari Pimpinan dan Dewan Pengawas
Organisasi.
b. Independensi dan Objektivitas
Fungsi audit internal harus independen, dan auditor internal harus objektif dalam
melaksanakan pekerjaannya.
1. Independensi Organisasi
Fungsi audit internal harus ditempatkan pada posisi yang memungkinkan fungsi
tersebut memenuhi tanggungjawabnya. Independensi akan meningkat jika fungsi
audit internal memiliki akses komunikasi yang memadai terhadap Pimpinan dan

9
Dewan Pengawas Organisasi.
2. Objektivitas Auditor Internal
Auditor internal harus memiliki sikap mental yang objektif, tidak memihak dan
menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan kepentingan (conflict of
interest)

3. Kendala terhadap Prinsip Independensi dan Objektivitas


Jika prinsip independensi dan objektivitas tidak dapat dicapai baik secara fakta
maupun dalam kesan, hal ini harus diungkapkan kepada pihak yang berwenang.
Teknis dan rincian pengungkapan ini tergantung kepada alasan tidak terpenuhinya
prinsip independensi dan objektivitas tersebut.
c. Keahlian dan Kecermatan Profesional
1. Keahlian
Auditor internal harus memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan kompetensi
lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab perorangan.
Fungsi Audit Internal secara kolektif harus memiliki atau memperoleh
pengetahuan, ketrampilan, dan kompetensi lainnya yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tanggung jawabnya.
2. Kecermatan Profesional
Dalam menerapkan kecermatan profesional auditor internal perlu
mempertimbangkan:
1. Ruang lingkup penugasan.
2. Kompleksitas dan materialitas yang dicakup dalam penugasan.
3. Kecukupan dan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses
governance.
4. Biaya dan manfaat penggunaan sumber daya dalam penugasan.
5. Penggunaan teknik-teknik audit berbantuan komputer dan teknik-teknik
analisis lainnya.
6. Pengembangan Profesional yang Berkelanjutan (PPL)
Auditor internal harus meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan
kompetensinya melalui Pengembangan Profesional yang Berkelanjutan.

10
d. Program Quality Assurance Fungsi Audit Internal
Penanggung jawab Fungsi Audit Internal harus mengembangkan dan memelihara
program quality assurance, yang mencakup seluruh aspek dari fungsi audit internal
dan secara terus menerus memonitor efektivitasnya. Program ini mencakup penilaian
kualitas internal dan eksternal secara periodik serta pemantauan internal yang
berkelanjutan. Program ini harus dirancang untuk membantu fungsi audit internal
dalam menambah nilai dan meningkatkan operasi perusahaan serta memberikan
jaminan bahwa fungsi audit internal telah sesuai dengan Standar dan Kode Etik Audit
Internal.
1. Penilaian terhadap Program Quality Assurance
Fungsi audit internal harus menyelenggarakan suatu proses untuk memonitor
dan menilai efektivitas program quality assurance secara keseluruhan. Proses ini
harus mencakup penilaian (assessment) internal maupun eksternal.
a. Penilaian Internal. Fungsi audit internal harus melakukan penilaian internal
yang mencakup:
1. Review yang berkesinambungan atas kegiatan dan kinerja fungsi audit
internal
2. Review berkala yang dilakukan melalui self assessment atau oleh pihak lain
dari dalam organisasi yang memiliki pengetahuan tentang standar dan
praktek audit internal.
b. Penilaian Eksternal. Penilaian eksternal harus dilakukan sekurang-kurangnya
sekali dalam tiga tahun oleh pihak luar perusahaan yang independen dan
kompeten.
2. Pelaporan Program Quality Assurance
Penanggung jawab fungsi audit internal harus melaporkan hasil review dari
pihak eksternal kepada Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi.
3. Pernyataan Kesesuaian dengan SPAI
Dalam laporan kegiatan periodiknya, auditor internal harus memuat
pernyataan bahwa aktivitasnya dilaksanakan sesuai dengan Standar Profesi Audit
Internal. Pernyataan ini harus didukung dengan hasil penilaian Program Quality
Assurance.

11
4. Pengungkapan atas Ketidakpatuhan
Dalam hal terdapat ketidak-patuhan terhadap SPAI dan Kode Etik yang
mempengaruhi ruang lingkup dan aktivitas fungsi audit internal secara signifikan,
maka hal ini harus diungkapkan kepada Pimpinan dan Dewan Pengawas
Organisasi.

15.4 Standar Kinerja Audit Internal


a. Pengelolaan Fungsi Audit Internal
Penanggung jawab fungsi audit internal harus mengelola fungsi audit internal
secara efektif dan efisien untuk memastikan bahwa kegiatan fungsi tersebut
memberikan nilai tambah bagi organisasi.
1. Perencanaan
Penanggung jawab fungsi audit internal harus menyusun perencanaan yang
berbasis risiko (risk-based plan) untuk menetapkan prioritas kegiatan audit internal,
konsisten dengan tujuan organisasi. Rencana penugasan audit internal harus
berdasarkan penilaian risiko yang dilakukan paling sedikit setahun sekali. Masukan
dari pimpinan dan dewan pengawas organisasi serta perkembangan terkini harus
juga dipertimbangkan dalam proses ini. Rencana penugasan audit internal harus
mempertimbangkan potensi untuk meningkatkan pengelolaan risiko, memberikan
nilai tambah dan meningkatkan kegiatan organisasi.
2. Komunikasi dan Persetujuan
Penanggung jawab fungsi audit internal harus mengomunikasikan rencana kegiatan
audit, dan kebutuhan sumber daya kepada pimpinan dan dewan pengawas
organisasi untuk mendapat persetujuan. Penanggungjawab fungsi audit internal
juga harus mengkomunikasikan dampak yang mungkin timbul karena adanya
keterbatasan sumber daya.
3. Pengelolaan Sumber daya
Penanggung jawab fungsi audit internal harus memastikan bahwa sumber daya
fungsi audit internal sesuai, memadai, dan dapat digunakan secara efektif untuk
mencapai rencana-rencana yang telah disetujui.
4. Kebijakan dan Prosedur

12
Penanggung jawab fungsi audit internal harus menetapkan kebijakan dan prosedur
sebagai pedoman bagi pelaksanaan kegiatan fungsi audit internal.
5. Koordinasi
Penanggung jawab fungsi audit internal harus berkoordinasi dengan pihak internal
dan eksternal organisasi yang melakukan pekerjaan audit untuk memastikan bahwa
lingkup seluruh penugasan tersebut sudah memadai dan meminimalkan duplikasi.
6. Laporan kepada Pimpinan dan Dewan Pengawas
Penanggung jawab fungsi audit internal harus menyampaikan laporan secara
berkala kepada Pimpinandan Dewan Pengawas mengenai perbandingan rencana
dan realisas i yang mencakup sasaran, wewenang, tanggung jawab, dan kinerja
fungsi audit internal. Laporan ini harus memuat permasalahan mengenai risiko,
pengendalian, proses governance, dan hal lainnya yang dibutuhkan atau diminta
oleh pimpinan dan dewan pengawas.
b. Lingkup Penugasan
Fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap
peningkatan proses pengelolaan risiko, pengendalian, dan governance, dengan
menggunakan pendekatan yang sistematis, teratur dan menyeluruh.
1. Pengelolaan Risiko
Fungsi audit internal harus membantu organis asi dengan cara mengidentifikasi dan
mengevaluasi risiko signifikan dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan
pengelolaan risiko dan sistem pengendalian intern.
2. Pengendalian
Fungsi audit internal harus membantu organisasi dalam memelihara pengendalian
intern yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisiensi dan efektivitas
pengendalian tersebut, serta mendorong peningkatan pengendalian intern secara
berkesinambungan.
a. Berdasarkan hasil penilaian risiko, fungsi audit internal harus mengevaluasi
kecukupan dan efektivitas s istem pengendalian intern, yang mencakup
governance, kegiatan operasi dan sistem informasi organisasi. Evaluasi sistem
pengendalian intern harus mencakup:
1. Efektivitas dan efisiensi kegiatan operasi.

13
2. Keandalan dan integritas informasi.
3. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Pengamanan aset organisasi.
b. Fungsi audit internal harus memastikan sampai sejauh mana s asaran dan
tujuan program serta kegiatan operasi telah ditetapkan dan sejalan dengan
sasaran dan tujuan organis asi.
c. Auditor internal harus mereviu kegiatan operasi dan program untuk
memastikan sampai sejauh mana hasil-hasil yang diperoleh konsisten dengan
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
d. Untuk mengevaluasi sistem pengendalian intern diperlukan kriteria yang
memadai.
3. Proses Governance Fungsi audit internal harus menilai dan memberikan
rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan proses governance dalam mencapai
tujuan-tujuan berikut:
a. Mengembangkan etika dan nilai-nilai yang memadai di dalam organisasi.
b. Memastikan pengelolaan kinerja organisasi yang efektif dan akuntabel.
c. Secara efektif mengomunikas ikan risiko dan pengendalian kepada unit-unit
yang tepat di dalam organisasi.
d. Secara efektif mengoordinasikan kegiatan dari, dan mengomunikasikan
informasi di antara pimpinan, dewan pengawas, auditor internal dan eksternal
serta manajemen. Fungsi audit internal harus mengevaluasi rancangan,
implementasi dan efektiv itas dari kegiatan, program dan sasaran organisasi yang
berhubungan dengan etika organisasi.
c. Perencanaan Penugasan
Auditor internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan rencana untuk
setiap penugasan yang mencakup ruang lingkup, sasaran, waktu, dan alokasi sumber
daya.
1. Pertimbangan Perencanaan Dalam merencanakan penugasan, auditor internal harus
mempertimbangkan:
a. Sasaran dan kegiatan yang s edang direviu dan mekanisme yang digunakan
kegiatan tersebut dalam mengendalikan k inerjanya.

14
b. Risiko signifikan atas kegiatan, sasaran, sumberdaya, dan operasi yang direviu
serta pengendalian yang diperlukan untuk menekan dampak ris iko ke tingkat
yang dapat diterima oleh organisasi.
c. Kecukupan dan efektivitas pengelolaan ris iko dan sistem pengendalian intern.
d. Peluang yang s ignifikan untuk meningkatkan pengelolaan ris iko dan sistem
pengendalian intern.
2. Sasaran Penugasan.
Sasaran untuk setiap penugasan harus ditetapkan.
3. Ruang Lingkup Penugasan Agar sasaran penugasan tercapai maka fungsi audit
internal harus menentukan ruang lingkup penugasan yang memadai.
4. Alokasi Sumber Daya Penugasan
Auditor internal harus menentukan sumber daya yang sesuai untuk mencapai
sasaran penugasan. Penugasan staf harus didasarkan pada evaluas i atas sifat dan
kompleksitas penugasan, keterbatasan waktu, dan ketersediaan sumber daya.
5. Program Kerja Penugasan
Auditor internal harus menyusun dan mendokumentasikan program kerja dalam
rangka mencapai sasaran penugasan. Program kerja harus menetapkan prosedur
untuk mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumentasikan
informasi selama penugasan. Program kerja ini harus memperoleh persetujuan
sebelum dilaksanakan. Perubahan atau penyesuaian atas program kerja harus
segera mendapat pers etujuan.
d. Pelaksanaan Penugasan
Dalam melaksanakan audit, auditor internal harus mengidentifikasi, menganalisis,
mengevaluasi, dan mendokumentasikan informasi yang memadai untuk mencapai
tujuan penugasan.
1. Mengidentifikasi Informasi
Auditor internal harus mengidentifikasi informasi yang memadai, handal, relevan,
dan berguna untuk mencapai sasaran penugasan.
2. Analisis dan Evaluasi
Auditor internal harus mendasarkan kesimpulan dan hasil penugasan pada analisis
dan evaluasi yang tepat.

15
3. Dokumentasi Informasi
Auditor internal harus mendokumentasikan informasi yang relevan untuk
mendukung kesimpulan dan hasil penugasan.
4. Supervisi Penugasan
Setiap penugasan harus disupervisi dengan tepat untuk memastikan tercapainya
sasaran, terjaminnya kualitas, dan meningkatnya kemampuan staf.
e. Komunikasi Hasil Penugasan
Auditor internal mengomunikasikan hasil penugasannya secara tepat waktu.
1. Kriteria Komunikasi
Komunikasi harus mencakup sasaran dan lingkup penugasan, simpulan,
rekomendasi, dan rencana tindak lanjutnya.
2. Kualitas Komunikasi
Komunikasi yang disampaikan baik tertulis maupun lisan harus akurat, objektif,
jelas, ringkas, konstruktif, lengkap,dan tepat waktu.
3. Pengungkapan atas Ketidak-patuhan terhadap Standar
Dalam hal terdapat ketidak-patuhan terhadap standar yang mempengaruhi
penugasan tertentu, komunikasi hasil-hasil penugasan harus mengungkapkan:
a. Standar yang tidak dipatuhi.
b. Alasan ketidak-patuhan.
c. Dampak dari ketidak-patuhan terhadap penugasan.
4. Penyampaian Hasil-hasil Penugasan
Penanggung jawab fungsi audit internal harus mengomunikasikan hasil penugasan
kepada pihak yang berhak.
f. Pemantauan Tindak Lanjut
Penanggung jawab fungsi audit internal harus menyusun dan menjaga sistem
untuk memantau tindak lanjut hasil penugasan yang telah dikomunikasikan kepada
manajemen. Penanggung jawab fungsi audit internal harus menyusun prosedur tindak
lanjut untuk memantau dan memastikan bahwa manajemen telah melaksanakan
tindak lanjut secara efektif, atau menanggung risiko karena tidak melakukan tindak
lanjut.
g. Resolusi Penerimaan Risiko oleh Manajemen

16
Apabila manajemen senior telah memutuskan untuk menanggung risiko residual
yang sebenarnya tidak dapat diterima oleh organisasi, penanggung jawab fungsi audit
internal harus mendiskusikan masalah ini dengan manajemen senior. Jika diskusi
tersebut tidak menghasilkan keputusan yang memuaskan, maka penanggung jawab
fungsi audit internal dan manajemen senior harus melaporkan hal tersebut kepada
Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi untuk mendapatkan resolusi.
DAFTAR PUSTAKA

Drs. H.T. Redwan Jaafar, Ak, dan Sumiyati, Ak. M.F.M, Edisi Lima, Tahun 2008, Pusdiklat
Pengawasan BPKP, Jln. Beringin II Pandansari,  Ciawi  ISBN 979- 3873-06-X Bogor 16720.

Lawrence B. Swayer, JD, CIA, PA., Mortimer A. Dittenhofer, Ph.D., CIA., JamesH. Scheiner,
Ph.D., “Sawyer’s Internal Auditing”, Audit Internal Sawyer, Jakarta: Salemba 4, 2009, Edisi 5.

17

Anda mungkin juga menyukai