Anda di halaman 1dari 8

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2018/2019

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
Sekretariat : Jalan Kamboja 11A, Denpasar – Bali Telp. (0361) 262725
Web : http://fe.unmas.ac.id
E-mail : ekonomi@unmas.ac.id

MATA KULIAH : INTERNAL AUDIT


DOSEN : NI MADE SUNARSIH
SEMESTER/KELAS : VI/ AKUNTANSI MALAM 2017 / KELAS A,B,C,D
HARI/TANGGAL : SELASA 19 MEI 2020
WAKTU : 90 MENIT

SOAL

Carilah Sebuah Kasus dengan Tema Fraud, Berdasarkan kasus tersebut jelaskan (1)
Kenapa Kecuranag Tersebut Terjadi (2) Bagaiama kecurangan Terjadi, (3) Siapa saja pelaku dari
kecurangan tersebut (4) Jelaskan kelemahan Internal Audit sehigga kecurangan terjadi (5)
Sebutkan dengan rinci kerugian apa saja yang dialami oleh perusahaan (6) dengan adanya
kecurangan tersebut tindakan apa yang di ambil oleh perusahaan untuk mencegah kecurangan
kembali terjadi. (bobot 100%)

------------------------------------ SELAMAT BEKERJA -----------------------------------


NAMA : Ni Kadek Milayanti

NIM : 1702622010311

NO : 14

KELAS : AKUNTANSI D MALAM 2017

JAWABAN :

Contoh kasus

Kasus Fraud Toshiba

Sejarah berdirinya perusahaan Toshiba dapat ditelusuri pada tahun 1875 saat berdirinya
pabrik pertama di kota Tokyo. Pabrik ini didirikan untuk memenuhi permintaan dari pemerintah
Jepang yang saat itu sedang membawa Jepang masuk ke era modernisasi. Selama perjalanan
sejarahnya termasuk melalui Perang Dunia ke-2 dan beberapa kali krisis ekonomi di Jepang,
Toshiba secara pasti meningkat di dalam penjualannya dan mengembangkan produk-produk
yang inovatif hingga dikenal di seluruh dunia. Sebagai salah satu merek ternama di Jepang,
Toshiba telah menerima berbagai penghargaan karena menjadi pionir dalam menemukan radar,
oven microwavge, sistem MRI, laptop, dan DVD. Pada tahun 2015, Toshiba telah
mengoperasikan seluruh bisnisnya dalam skala golbal di berbagai industri, termasuk
semikonduktor, elektronik, infrastruktur, peralatan rumah tangga dan alat-alat kesehatan dengan
penjualan yang mencapai lebih dari 63 milyar dolar Amerika dan telah mempekerjakan lebih dari
200.000 karyawan di seluruh dunia.Kualitas seluruh produk maupun jasa yang ditawarkan oleh
Toshiba menempatkan perusahaan tersebut dalam 10 perusahaan terbesar di Jepang.

Pada bulan Mei 2015, Toshiba mengejutkan seluruh dunia saat menyatakan bahwa
perusahaannya tengah melakukan investigasi atas skandal akuntansi internal dan harus merevisi
perhitungan laba dalam 3 tahun terakhir. Pengumuman tersebut sangat tidak disangka karena
Toshiba telah menjadi lambang perusahaan Jepang yang sangat kuat. Setelah diinvestigasi secara
menyeluruh, diketahuilah bahwa Toshiba telah kesulitan mencapai target keuntungan bisnis
sejak tahun 2008 di mana pada saat tengah terjadi krisis global. Krisis tersebut juga melanda
usaha Toshiba hingga akhirnya Toshiba melakukan suatu kebohongan melalui accounting
fraud  senilai 1.22 milyar dolar Amerika.Tindakan ini dilakukan dengan berbagai upaya sehingga
menghasilkan laba yang tidak sesuai dengan realita.

Kasus ini bermula atas inisiatif Pemerintahan Perdana Menteri Abe yang  mendorong
transparansi yang lebih besar di perusahaan-perusahaan Jepang untuk menarik lebih banyak
investasi asing. Atas saran pemerintah tersebut, Toshiba menyewa panel independen yang terdiri
dari para akuntan dan pengacara untuk menyelidiki masalah transparansi di Perusahaannya.
Betapa mengejutkannya bahwa dalam laporan 300 halaman yang diterbitkan panel independen
tersebut mengatakan bahwa tiga direksi telah berperan aktif dalam menggelembungkan laba
usaha Toshiba sebesar  ¥151,8 miliar (setara dengan Rp 15,85 triliun) sejak tahun 2008.

Panel yang dipimpin oleh mantan jaksa top di Jepang itu, mengatakan bahwa eksekutif
perusahaan telah menekan unit bisnis perusahaan, mulai dari unit personal computer sampai ke
unit semikonduktor dan reaktor nuklir untuk mencapai target laba yang tidak realistis.
Manajemen biasanya mengeluarkan tantangan target yang besar itu sebelum akhir kuartal/tahun
fiskal. Hal ini mendorong kepala unit bisnis untuk menggoreng catatan akuntansinya. Laporan
itu juga mengatakan bahwa penyalahgunaan prosedur akuntansi secara terus-menerus dilakukan
sebagai kebijakan resmi dari manajemen, dan tidak mungkin bagi siapa pun untuk melawannya,
sesuai dengan budaya perusahaan Toshiba.

Akibat laporan ini Pada tanggal 21 Juli 2015 CEO Toshiba, Hisao Tanaka,
mengundurkan diri terkait skandal akunting yang ia sebut sebagai peristiwa yang paling merusak
merek Toshiba, disusul keesokan harinya pengunduran diri wakil CEO Toshiba, Norio Sasaki.
Selain itu Atsutoshi Nishida, chief executive dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 yang
sekarang menjadi penasihat Toshiba juga mengundurkan diri. Panel tersebut mengatakan bahwa
Tanaka dan Sasaki tidak mungkin tidak tahu atas praktik penggorengan laporan keuangan ini.
Penggorengan ini pasti dilakukan secara sistematis dan disengaja.

Saham Toshiba turun sekitar 20% sejak awal April ketika isu akuntansi ini terungkap.
Nilai pasar perusahaan ini hilang sekitar ¥ 1,67 triliun (setara dengan RP174 triliun). Badan
Pengawas Pasar Modal Jepang kemungkinan akan memberikan hukuman pada Toshiba atas
penyimpangan akuntansi tersebut dalam waktu dekat ini.

Terbongkarnya kasus ini diawali saat audit pihak ketiga melakukan investigasi internal
terhadap keuangan perusahaan. Berdasarkan informasi tersebut diketahui bahwa manajemen
perusahaan menetapkan target laba yang tidak realistis sehingga saat target tersebut tidak
tercapai, pemimpin divisi terpaksa harus berbohong dengan memanipulasi datalaporan keuangan.

Toshiba memiliki budaya perusahaan yang menuntut kepatuhan terhadap atasan, dan hal
inhi merupakan faktor penting yang menghasilkan praktek manipulasi laporan keuangan. Selain
itu hasil investigasi juga menunjukkan masalah internal sehingga Toshiba gagal untuk mencegah
tanda-tanda yang merugikan perusahaan. Meskipun pimpinan manajemen Toshiba telah
berupaya keras untuk memulihkan kondisi perusahannya, namun hingga awal 2017 Toshiba
masih dalam proses bangkit dari dampak buruk skandal di tahun 2015.

1. Kenapa Kecurangan Tersebut Terjadi

Dalam elemen segitiga Fraud bahwa ada tiga hal yang dapat dijelaskan mengapa
kecurangan tersebut bisa terjadi :

a. Pressure

Pressure untuk pencapaian target Pencapaian target yang terlalu tinggi dan
tekanan atas pencapaian target tersebutlah yang menyebabkan skandal ini terjadi.
Praktik ini sebenarnya normal terjadi, namun tekanan dan punishment dari atasan
agar target tercapai dan ditambah budaya perusahaan yang kurang baik yaitu tidak
bisa melawan atasan. Maksudnya melawan adalah koreksi atas kesalahan
manajemen mengambil keputusan. Bawahan tidak berani mengkoreksi penetapan
target oleh CEO yang bahkan tidak realistis dengan kondisi bisnis dan
perusahaan. Selain itu, sistem kompensasi karyawan yang dihitung dari kinerja
keuangan juga turut andil di dalamnya. Maka muncullah ide-ide kreatif dari
karyawannya untuk mencapai target yang ditetapkan. Celakanya kreatifitas kali
ini bukan dalam riset pengembangan atau pemasaran namun dalam hal perlakuan
akuntansi. Dibuatlah laporan keuangan dengan profit tinggi padahal tidak
mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

b. Opportunity
Kesempatan untuk melakukan fraud terjadi karena semua pihak yang berada
dalam perusahaan tidak ada atau tidak ada yang berani mengungkapkan praktik
tersebut. Penyelewengan dilakukan secara bersama, sistematis dan cerdas. Sekian
lapis sistem kontrol dari mulai divisi akuntansi, keuangan, internal audit, tidak
berfungsi sama sekali. Kasus akuntansi Toshiba ini tidak akan mungkin muncul
ke permukaan, jika komisaris (Chairman) Toshiba tidak melakukan inistiatif
membentuk komite investigasi independen.

c. Rasionalisasi

Dalam hal ini pelaku mencari pembenaran atas tindakan yang dilakukannya
dengan beranggapan sebagai berikut:

a) Bahwasanya tindakannya untuk membahagiakan keluarga dan orang-orang yang


dicintainya.
b) Masa kerja pelaku cukup lama dan dia merasa seharusnya berhak mendapatkan
lebih dari yang telah dia dapatkan sekarang (posisi, gaji, promosi, dll.)
c) Perusahaan telah mendapatkan keuntungan yang sangat besar dan tidak mengapa
jika pelaku mengambil bagian sedikit dari keuntungan tersebut
d) Aktivitas Setelah Behavioral Forensik Audit
e) Perlunya mereformasi pejabat struktural perusahaan yang bertujuan untuk
mengembalikan kepercayaan publik. Kemudian mendeskripsikan langkah-
langkah untuk mereformasi budaya yang merugikan perusahaan secara realistis,
serta memperkuat fungsi pengawasan komite audit dalam memitigasi risiko
perusahaan.

2. Bagaiama kecurangan Terjadi


Kasus ini bermula atas inisiatif Pemerintahan Perdana Menteri Jepang yaitu
Shinzo Abe yang mendorong transparansi yang lebih besar di perusahaanperusahaan
Jepang untuk menarik lebih banyak investasi asing. Atas saran pemerintah tersebut,
Toshiba menyewa panelis independen yang terdiri dari para akuntan dan pengacara untuk
menyelidiki masalah transparansi di Perusahaannya.
Besarnya angka, rentang waktu yang tidak sebentar, juga keterlibatan Top
Management memberi gambaran kepada kita betapa kronis dan kompleksnya penyakit
dalam tubuh Toshiba. Penyelewengan dilakukan secara berjamaah, sistematis dan cerdas.
Sekian lapis sistem kontrol dari mulai divisi akuntansi, keuangan, internal audit, tidak
berfungsi sama sekali. Bagaimana akan berfungsi, bahkan oknumnya dari staff senior
mereka yang sudah hafal seluk beluk perusahaan.
Seiya Shimaoka, seorang internal auditor, mencurigai kecurangan dan berusaha
melaporkan tapi malah dianggap angin lalu oleh atasannya sendiri seperti yang dilansir
jurnalis Financial Times. Sedemikian rapi dan cerdasnya hingga tim auditor eksternal
sekelas Ernst & Young (EY) tak mampu mencium aroma busuk dari laporan keuangan
Toshiba. Belum ada dugaan kantor akuntan itu terlibat dalam skandal.
Reputasi yang bagus itu kini hancur berantakan hanya karena pressure yang
sangat tinggi untuk memenuhi target performance unit. Kasus ini terjadi baru-baru ini
yaitu tahun 2015. Toshiba terbukti melakukan pembohongan publik dan investor dengan
cara menggelembungkan keuntungan di laporan keuangan hingga overstated profit 1,2
Miliar US Dollar sejak tahun fiskal 2008. Dan yang lebih memprihatinkan skandal
tersebut melibat top management dari Toshiba Corporation.
Guna mempercantik kinerja keuangannya, Toshiba melakukan berbagai cara baik
mengakui pendapatan lebih awal atau menunda pengakuan biaya pada periode tertentu
namun dengan metode yang menurut investigator tidak sesuai prinsip akuntansi,. Seperti
kesalahan penggunaan percentage- 8 of-completion untuk pengakuan pendapatan proyek,
cash-based ketika pengakuan provisi yang seharusnya dengan metode akrual, memaksa
supplier menunda penerbitan tagihan meski pekerjaan sudah selesai, dan lain semisalnya
Akibat laporan ini CEO Toshiba, Hisao Tanaka, mengundurkan diri, disusul
keesokan harinya pengunduran diri wakil CEO Toshiba, Norio Sasaki. Selain itu
Atsutoshi Nishida, chief executive dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 yang
sekarang menjadi penasihat Toshiba juga mengundurkan diri. Panel tersebut mengatakan
bahwa Tanaka dan Sasaki tidak mungkin tidak tahu atas praktik penggorengan laporan
keuangan ini. Penggorengan ini pasti dilakukan secara sistematis dan disengaja.
Saham Toshiba turun sekitar 20% sejak awal April ketika isu akuntansi ini
terungkap. Nilai pasar perusahaan ini hilang sekitar ¥ 1,67 triliun (setara dengan RP174
triliun). Badan Pengawas Pasar Modal Jepang kemungkinan akan memberikan hukuman
pada Toshiba atas penyimpangan akuntansi tersebut. Target yang terlalu tinggi, dan
tekanan atas pencapaian target tersebutlah yang menyebabkan skandal ini terjad
3. Siapa saja pelaku dari kecurangan tersebut
pelaku dari kasus kecurangan yang terjadi di thosiba itu adalah tiga direksi aktif yaitu :
a. CEO Toshiba, Hisao Tanaka
b. wakil CEO Toshiba, Norio Sasaki
c. chief executive Atsutoshi Nishida
4. Jelaskan kelemahan Internal Audit sehigga kecurangan terjadi
Kelemahan internal audit dalam kecurangan kasus ini di karenakan, di thosiba
komite audit tidak kapabel dan tidak independen. Ada 3 anggota eksternal komite audit
yang tidak memilikki pengatahuan tentang keuangan dan akuntansi. Mantan Chief
Financial (CFO) merupakan CFO yang satu-satunya anggota komite audit selama
penyimpangan akuntansi terjadi. Oleh sebab itu, audit internal tidak independen dari
manajemen. Manajemen laba mendapat persetujuan diam-diam dari manajemen puncak.
Karenanya, tidak mengherankan bahwa akuntansi audit tidak diikutsertakan dalam ruang
lingkup audit internal.
5. kerugian yang dialami oleh perusahaan thosiba
kerugian yang terjadi akibat skandal akuntansi yang terjadi di thosiba yaitu :
a. terjadinya penurunan saham sebesar 20%
b. hilangnya nilai pasar sebanyak (Rp 174 triliun)
c. thosiba juga mengalami kerugian secara financial

6. tindakan apa yang di ambil oleh perusahaan untuk mencegah kecurangan


kembali terjadi.

Jika komisaris (Chairman) Toshiba tidak melakukan inistiatif membentuk panel


independen ini, kasus akuntansi Toshiba ini tidak akan mungkin muncul ke permukaan,
artinya jika dengan pengawasan biasa saja (internal audit atau komite audit), hal ini pasti
tidak terdeteksi. Peran OJK nya Jepang yang tidak mampu mendeteksi kasus ini, dengan
beranekaragam regulasi yang dikeluarkan OJK ternyata masih belum mampu mencegah
terjadinya praktik kecurangan akuntansi pada perusahaan terdaftar di bursa, ini juga patut
dipertanyakan. Demikian juga pada eksternal auditor Toshiba yang juga tidak mampu
menemukan kecurangan akuntansi ini. Audit independen saja tidak mampu
menemukannya bagaimana dengan internal audit atau OJK?
Perlu dilakukan pengawasan lebih untuk mencegah hal ini terulang lagi, mungkin
semacam inspeksi dari komisaris perusahaan atau dari regulator (jika perusahaan
terbuka). Inpeksi atau pemeriksaan khusus bisa dilakukan kapan saja dengan waktu yang
tidak tentu. Pemeriksaan khusus (inpeksi) ini harus dituangkan dalam peraturan resmi
(peraturan OJK atau peraturan pemerintah) agar semua perusahaan melakukannya secara
bersama, termasuk- didalamnya siapa yang menanggung biaya inspeksi ini. Dengan
penerapan pengawasan berlapis ini tentunya akan tercipta laporan keuangan yang lebih
accountable, good corporate governance, dan tentunya kepercayaan para stakeholder
akan semakin tinggi.

Anda mungkin juga menyukai