Anda di halaman 1dari 3

Nama : Maharani Ayu L.

NIM : B12.2017.03574

Raksasa elektronik asal Jepang, Toshiba menyatakan bahwa kerugian yang dialami pada
tahun 2016 lebih besar dari prediksi sebelumnya. Toshiba mengindikasikan kerugian bersih
mencapai 995 miliar yen, lebih tinggi dibandingkan estimasi sebelumnya, yakni 950 miliar
yen. Mengutip BBC, Sabtu (24/6/2017), Toshiba pun kini sudah diturunkan menjadi emiten
lapis kedua di bursa saham Tokyo. Pasalnya, Toshiba telah mengonfirmasi bahwa bebannya
lebih tinggi dibandingkan aset. Toshiba juga sudah telah mengantongi persetujuan dari
regulator untuk menunda pelaporan laporan keuangan tahunan hingga 10 Agustus 2017.
Sebelumnya, batas akhir pelaporan laporan keuangan pada 30 Juni 2017. Pada April lalu,
Toshiba menyatakan masa depan bisnisnya mulai diragukan setelah mengalami serangkaian
kesulitan. Skandal akuntansi terkuak pada tahun 2015 lalu, hingga membuat CEO dan
beberapa manajer senior Toshiba mengundurkan diri. Dalam skandal tersebut, Toshiba
terbukti menggelembungkan laba dalam 7 tahun terakhir sebesar 1,2 miliar dollar AS. Pada
Januari 2017 lalu, masalah lain menimpa Toshiba, yakni unit nuklirnya di AS, Westinghouse,
mengalami masalah finansial. Serangkaian masalah finansial yang dialami Toshiba memaksa
perusahaan itu berupaya menjual unit bisnis chip-nya. Toshiba sendiri adalah produsen chip
terbesar kedua di dunia. Produk-produk chip buatan Toshiba digunakan pada pusat-pusat data
dan produk konsumer di seluruh dunia, termasuk iPhone dan iPad. 

Pada bulan Mei 2015, Toshiba mengejutkan seluruh dunia saat menyatakan bahwa
perusahaannya tengah melakukan investigasi atas skandal akuntansi internal dan harus
merevisi perhitungan laba dalam 3 tahun terakhir. Pengumuman tersebut sangat tidak
disangka karena Toshiba telah menjadi lambang perusahaan Jepang yang sangat kuat. Setelah
diinvestigasi secara menyeluruh, diketahuilah bahwa Toshiba telah kesulitan mencapai target
keuntungan bisnis sejak tahun 2008 di mana pada saat tengah terjadi krisis global. Krisis
tersebut juga melanda usaha Toshiba hingga akhirnya Toshiba melakukan suatu kebohongan
melalui accounting fraud senilai 1.22 milyar dolar Amerika.Tindakan ini dilakukan dengan
berbagai upaya sehingga menghasilkan laba yang tidak sesuai dengan realita.
Pada tanggal 21 Juli 2015, CEO Hisao Tanaka mengumumkan pengunduran dirinya terkait
skandal akunting yang ia sebut sebagai peristiwa yang paling merusak merek Toshiba
sepanjang 140 tahun sejarah berdirinya Toshiba. Delapan pimpinan lain juga ikut
mengundurkan diri, termasuk dua CEO sebelumnya. Nama Toshiba kemudian dikeluarkan
dari indeks saham dan mengalami penurunan penjualan yang signifikan. Pada akhir tahun
2015, Toshiba telah merugi sebesar 8 milyar dolar Amerika.
Terbongkarnya kasus ini diawali saat audit pihak ketiga melakukan investigasi
internal terhadap keuangan perusahaan. Berdasarkan informasi tersebut diketahui bahwa
manajemen perusahaan menetapkan target laba yang tidak realistis sehingga saat target
tersebut tidak tercapai, pemimpin divisi terpaksa harus berbohong dengan memanipulasi data
laporan keuangan.
Toshiba memiliki budaya perusahaan yang menuntut kepatuhan terhadap atasan, dan hal ini
merupakan faktor penting yang menghasilkan praktek manipulasi laporan keuangan. Selain
itu hasil investigasi juga menunjukkan masalah internal sehingga Toshiba gagal untuk
mencegah tanda-tanda yang merugikan perusahaan. Meskipun pimpinan manajemen Toshiba
telah berupaya keras untuk memulihkan kondisi perusahannya, namun hingga awal 2017
Toshiba masih dalam proses bangkit dari dampak buruk skandal di tahun 2015.

Analisis :

Inti penyebab meruginya Toshiba di Indonesia

 Toshiba telah mengonfirmasi bahwa bebannya lebih tinggi dibandingkan aset


 Skandal akuntansi internal dan harus merevisi perhitungan laba dalam 3 tahun
terakhir
 Toshiba melakukan suatu kebohongan melalui accounting fraud senilai 1.22
milyar dolar Amerika.Tindakan ini dilakukan dengan berbagai upaya sehingga
menghasilkan laba yang tidak sesuai dengan realita
 Tahun 2015, Toshiba telah merugi sebesar 8 milyar dolar Amerika
 Manipulasi data laporan keuangan yang terdeteksi ketika audit pihak ketiga
melakukan investigasi internal terhadap keuangan perusahaan
 Toshiba memiliki budaya perusahaan yang menuntut kepatuhan terhadap
atasan, dan hal ini merupakan faktor penting yang menghasilkan praktek
manipulasi laporan keuangan

Menurut saya dalam kasus Toshiba ini, mirip dengan kasus yang terjadi pada Garuda
Indonesia. Karena tingginya target yang ditentukan membuat direksi terus berupaya untuk
menutupi kegagalan manajemen internalnya dan kegagalan mencapai targetnya. Kemudian
mereka berupaya untuk menutupi semuanya dengan manipulasi data.
Jika dilihat Toshiba masih tergolong dalam Insolvency in bankruptcy, mengapa demikian.
Karena menurut saya hanya di Indonesia saja Toshiba mengalami kebangkrutan dan ada
beberapa artikel menyebutkan bahwa dilakukannya revitalisasi atau rekonstruksi dengan
memfokuskan penjualan di Jepang dan memperbaiki gaya hidup bisnisnya. Apabila Toshiba
dilihat dari kategori golongan kesulitan keuangan maka dia berada diposisi pertama dimana
statusnya sangat membahayakan dan dinyatakan bangkrut atau pailit. Faktor yang
menyebabkan Toshiba melakukan Fraud karena tingginya target yang ditentukan. Dan
menurut saya faktor internal lah yang 80% mempengaruhi Toshiba mengalami kebangkrutan,
sisanya dari eksternal karena krisis global dan persaingan pasar yang semakin ketat. Dari sini
dapat kita lihat bahwa memang pimpinan tidak mempedulikan nilai penting manajemen
bisnis yang baik, dia hanya memikirkan bagaimana tetap dilihat baik kinerjanya dengan
melakukan segala cara apapun untuk mempertahankan image dan ke eksisannya dalam bisnis
elektronik.

Anda mungkin juga menyukai