Anda di halaman 1dari 5

KASUS TOSHIBA JEPANG

Toshiba dikenal untuk televise dan elektronik, termasuk computer dan


pemutar DVD pribadi laptop pertama di dunia.Toshiba memiliki lebih dari
200.000 karyawan di seluruh dunia.Toshiba juga memproduksi transmisi listrik
dan peralatan medis.Di antara divisi dipengaruhi oleh keuntungan yang meningkat
yaitu bisnis infrastruktur, audio-visual, dan semikonduktor.
Toshiba terbukti melakukanapa yang disebut oleh Komite Investigasi
Independen sebagai Pengkhianatan Kepercayaan. Pasalnya perusahaan berusia
140

tahun

itu

telah

membohongi

public

dan

investor

dengan

cara

menggelembungkan keuntungan di laporan keuangan. Dan itu dilakukan bukan


jumlah kecil dan tidak dalam tempo setahun dua tahun.Tak tanggung-tanggung
overstated profit1 51,8miliar yenatau1,2 Miliar US Dollar sejaktahunfiskal 2008.
Yang lebihmemprihatinkankeadaantersebutmemangdirestuiolehpetinggi Toshiba
sendiri.
Laporanresmidirilisduabulansetelahkomite yang diketuai Koichi Ueda dan
beranggotakan beberapa pakar akuntansi Jepang menginvestigasi Toshiba dan
sampai

pada

kesimpulan

telah

terjadi

penyimpangan.Menyentuh

unit

bisnispersonal computer, semi konduktor hingga reaktornuklir.Pada21 Juli 2015,


delapan dari 16 petinggi Toshiba yang terlibat skandal akuntansi

resmi

mengundurkan diri. Termasuk diantaranya Presiden Direktur Hisao Tanaka, Wakil


Presdir Norio Sasaki danChief Executive Atsutoshi Nishida.
Tim penyelidikin depen den menemukan bahwa Tanaka mengetahui
bahwa perusahaan memanipulasi laporan keuntungannya dengan nilai mencapai
US$ 1,2miliar selama beberapa tahun terakhir.Menurut Reuters, kemungkinan
Toshiba akan dijatuhi denda senilain 300-400 miliar Yen karena kasus ini. Jumlah
denda ini belum final, dan Toshiba masih menunggu temuan lain pihak ketiga
sebelum membuat keputusan tentang masalah tersebut.

Penyelidikan menemukan bahwa salah pelaporan keuntungan dimulai


setelah kecelakaan keuangan tujuh tahun yang lalu, ketika manajer senior mulai
memberlakukan target kinerja yang tidak realistis.
Dari laporan tim investigasi independen ternyata salah satu penyebab
skandal akuntansi Toshiba karena system pembisik tidak berfungsi dengan baik,
padahal

tiap

tahun

menerima

lusinan

complain

dari

masyarakat.

Sistem pembisik telah dipasang dalam sistem yang ada di Toshiba dan telah
menerima lusinan keluhan dari berbagai sumber.Tetapi sama sekali tidak ada
laporan yang masuk terkait dengan kasus skandal akuntansi ini. Dengan demikian
kelihatan sekali semua laporan yang masuk sangatlah tidak signifikan dapat
diduga bahwa sistem whistle-blower belum cukup digunakan dengan baik untuk
beberapa alasan.
KeterlibatanTop Management member gambaran betapa kronis dan
kompleksnya penyakit dalam tubuh Toshiba.Penyelewengan dilakukan secara
berjamaah, sistematis dan cerdas. Sekian lapis system control dari mulai divisi
akuntansi, keuangan, internal audit, tidak berfungsi sama sekali. Bahkan
oknumnya dari staff senior mereka yang sudah hafal seluk beluk perusahaan.
Seiya Shimaoka, seorang internal auditor, mencurigai kecurangan dan berusaha
melaporkan tapi malah dianggap angin lalu oleh atasannya sendiri seperti yang
dilansirjurnalis Financial Times. Sedemikian rapi dan cerdasnya hingga tim
auditor eksternal sekelas Ernst & Young (EY) tak mampu mencium aroma busuk
dari laporan keuangan Toshiba. Belum ada dugaan kantor akuntan itu terlibat
dalam skandal.
CEO memang tidak menginstruksikan langsung untuk melakukan
penyimpangan tetapi memasang pencapaian target yang tinggi. Ini yang membuat
karyawan pusing.Apalagi ditambah budaya Toshiba yang kurang baik: tidak bias
melawan atasan. Maksudnya melawan adalah koreksi atas kesalahan manajemen
mengambil keputusan. Dalam kasus Toshiba, bawahan tidak bias mengkoreksi
penetapan target oleh CEO yang bahkan tidak realistis dengan kondisi bisnis dan
perusahaan.

Selain itu, system kompensasi karyawan yang dihitung dari kinerja


keuangan juga

turut andil di dalamnya.Maka muncullah ide-ide kreatif dari

karyawannya untuk mencapai target yang ditetapkan. Celakanya kreatifitas kali


ini bukan dalam riset pengembangan atau pemasaran,namun dalam hal perlakuan
akuntansi.Dibuatlah laporan keuangan dengan profit tinggi padahal tidak
mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
Guna mempercantik kinerja keuangannya, Toshiba melakukan berbagai
cara baik mengakui pendapatan lebih awal atau menunda pengakuan biaya pada
periode tertentu namun dengan metode yang menurut investigator tidak sesuai
prinsip akuntansi,.Seperti kesalahan penggunaan percentage-of-completion untuk
pengakuan pendapatan proyek, cash-based ketika pengakuan provisi yang
seharusnya dengan metode akrual, memaksa supplier menunda penerbitan tagihan
meski pekerjaan sudah selesai, dan lain semisalnya.
Target yang terlalu tinggi, dan tekanan atas pencapaian target tersebutlah
yang menyebabkan skandal ini terjadi.Dalam akuntansi manajemen, hal ini
disebut dengan akuntansi pertanggungjawaban, yaitu bagaimana kepala unit bisnis
melaporkan

pencapaian

kinerjanya

atas

tanggungjawab

yang

diberikan

manajemen puncak perusahaan kepadanya.


Tidakada

yang

salah

sebenarnya

dalam

praktik

akuntansi

pertanggungjawaban ini, malah dianjurkan untuk menciptakan kinerja yang lebih


baik, namun kesalahannya terletak pada tumpuan penilaian kinerjasemata-mata
hanya pada sisi kinerja keuangan.
Dalam setiap audit, Management override control adalah presumed key
risk.Prosedur untuk mendereksi kemungkinan terjadinya fraud yang berdampak
material terhadap laporan keuangan harus dilakukan dengan benar untuk
meminimalkan undetectedmanagement fraud. Bila prosedur ini dilakukan dengan
benar, fraud,terutama yang berdampak material terhadap laporan keuangan,
kemungkinan dapat dideteksi. Tapi auditor tidak boleh menjamin fraud akan
selalu terdeteksi meski prosedur fraud detection sudah dilakukan denganbenar,
karena audit selalu didasarkan sampling.

Akibat dari penyimpangan ini adalah saham Toshiba turun sekitar 20%
sejak awal April ketika isu akuntansi ini terungkap.Nilai pasar perusahaan ini
hilang sekitar 1,67 triliun (setara dengan RP174 triliun). Badan Pengawas Pasar
Modal Jepang kemungkinan akan memberikan hukuman pada Toshiba atas
penyimpangan akuntansi tersebut dalam waktudekat ini.
Penyimpangan pembukuan di Toshiba sangat disayangkan.Pasalnya
skandal tersebut terjadi pada saat Perdana Menteri Shinzo Abe sedang mencoba
untuk mendapatkan kembali kepercayaan investor global dengan pedoman tata
kelola perusahaan yang lebih baik.Di antara perusahaan-perusahaan besar Jepang,
Toshiba memiliki hubungan sangat dekat dengan pemerintah. Dan dengan
eksekutif pemerintahan yang duduk di berbagai komite kebijakan di Jepang.
Untuk memperbaiki pembukuannya, Toshiba menjual saham di perusahaan
asal Finlandia, Kone.Padatanggal 22Juli2015, Toshiba telah menjual sahamnya di
perusahaan pembuat elevator itu senilai 864,7 juta euro atau sekitar USD946,2
juta. Penjualan saham tersebut diharapkanakan membantu efisiensi penggunaan
aset perusahaan dan memperbaiki kondisi pembukuan.
Perjuangan Toshiba kini harus lebih keras dari sebelumnya.Selain bangkit
dari keterpurukan kinerja finansial, mereka perlu mengembalikan kepercayaan
public lagi.Transformasi budaya perusahaan nampaknya bakal jadi agenda penting
di dalam perusahaan Toshiba kedepannya.
Kasus akuntansi Toshiba ini tidak akan mungkin muncul kepermukaan, jik
akomisaris (Chairman) Toshiba tidak melakukan inistiatif membentuk panel
independen ini, artinya jika dengan pengawasan biasa saja (internal audit
ataukomite audit), hal ini pasti tidak terdeteksi. Hal yang sama terjadi juga pada
eksternal auditor Toshiba yang juga tidak mampu menemukan kecurangan
akuntansi ini.
Perlu dipikirkan cara baru pengawasan untuk mencegah hal ini terulang
lagi, mungkin semacam inspeksi atau pemeriksaan khususyang bisadilakukan
kapan saja dengan waktu yang tidak tentu. Pemeriksaan khusus (inpeksi) ini harus
dituangkan dalam peraturan resmi (peraturan OJK atau peraturan pemerintah) agar

semua perusahaan melakukannya secara

bersama, termasuk didalamnya

siapayang menanggung biaya inspeksi ini.Dengan penerapan pengawasan berlapis


ini tentunya akan tercipta laporan keuangan yang lebih accountable, good
corporate governance, dan tentunya kepercayaan para stake holder (termasuk
didalamnya investor) akan semakin tinggi.

Anda mungkin juga menyukai