Anda di halaman 1dari 16

STUDI KASUS PT AKASHA WIRA INTERNASIONAL Tbk

“ISU ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN”


Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan

DOSEN PEMBIMBING

Zuliyati SE, MSi, AK


Diah Ayu Susanti SE, AK, M.AKT

OLEH :

1. Novi Choiriyah (201512007)


2. Nova Mega Lourenzia Nirmala (201512012)
3. Karlina Marliani (201512016)
4. Khoirotul Fatkhiyah (201512024)
5. Siti Nor Sa’idah (201512095)
6. Umi Zakiyatur Rofik (201512188)

Kelas 4A

UNIVERSITAS MURIA KUDUS (UMK)


FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami, sehingga penyusunan makalah yang berjudul “ISU ANALISIS
PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN” ini dapat kami selesaikan dengan baik, guna
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Analisis Laporan Keuangan

Tidak lupa ucapan terimakasih kami tujukan kepada pihak-pihak yang turut mendukung
terselesaikan makalah ini antara lain:

1. Ibu zuliyati SE, M.Si, AK selaku dosen pembimbing


2. Diah ayu susanti, SE, AK, M.AKT selaku dosen pembimbing
3. Rekan-rekan yang bekerja sama menyelesaikan makalah ini, serta
4. Semua pihak yang turut mendukung terselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi terciptanya makalah yang
lebih baik selanjutnya. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja laporan keuangan yang disesuaikan kembali ?
2. Jelaskan perbedaan klasifikasi rekening.
3. Sebutkan beberapa prinsip-prinsip akuntansi.
4. Jelaskan perbedaan penanggalan laporan keuangan.
5. Jelaskan perbandingan data historis dan perbandingan dengan perusahaan lain.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui keuangan yang disesuaikan kembali.
2. Mengetahui perbedaan klasifikasi rekening.
3. Mengetahui beberapa prinsip-prinsip akuntansi.
4. Mengetahui perbedaan penanggalan laporan keuangan.
5. Mengetahui perbandingan data historis dan perbandingan dengan perusahaan lain.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Laporan Keuangan Yang Disesuaikan Kembali

Ada beberapa situasi di mana perusahaan diharuskan menyesuaikan kembali laporan keungan periode yang
lalu :

1. Jika perusahaan pada periode sekarang memutuskan untuk menghentikan lini bisnis tertentu, maka
pendapatan dan biaya yang berkaitan dengan lini bisnis tersebut dan laba atau rugi yang diharapkan
yang disebabkan pelepasan lini bisnis tersebut akan diklasifikasikan dalam item “Operasi yang
dihentikan” (Discontinued Operations) dalam laporan laba rugi. Neraca juga akan memisahkan
asset lini bisnis yang akan dihentikan tersebut. Pendapatan dan biaya dari lini bisnis tersebut, yang
pada tahun lalu masuk dalam item pendapatan operasional, sekarang harus diklasifikasikan lagi dan
masuk ke dalam item operasi yang dihentikan dalam analisis perbandingan laporan keuangan
dengan periode-periode sebelumnya.
2. Jika perusahaan bergabung dengan perusahaan lain dalam transaksi yang masuk pada kategori
pooling of interest, maka laporan keuangan yang lama (periode lalu) harus menyesuaikan laporan
keuangan yang baru seperti kalau kedua perusahaan tersebut bergabun sejak dulu.
3. Perubahan-perubahan prinsip akuntansi (misal, perubahan dari LIFO menjadi FIFO) mengharuskan
perusahaan menyesuaikan kembali laporan keuangan masa lalunya supaya mencerminkan prinsip
yang baru tersebut.
Masalah muncul, apakah analisis akan menggunakan data yang semula seperti yang tercantum untuk
masing-masing tahun, ataukah akan menggunakan data yang disesuaikan dengan perubahan yang terjadi.
Misalkan menggunakan data yang semula, maka analisis bisa membagi analisis ke dalam dua periode yaitu
periode sebelum perubahan terjadi dan periode sesudah perubahan terjadi. Analisis bisa dimulai dari
tahapan baru yaitu dengan enggunakan data sesudah perubahan terjadi. Tetapi masalah yang terjadi adalah
sedikitnya data untuk analisis perbandingan dan proyeksi masa mendatang.
Masalah lain yang timbul adalah dalam penghitungan beberapa rasio. Beberapa rasio bisa langsung
dihitung dengan menggunakan data-data neraca atau laporan laba-rugi pada periode yang bersangkutan,
misalkan rasio lancar (Aktiva Lancar/Hutang Lancar) atau rasio leverage (Hutang/Modal Sendiri). Tetapi
beberapa rasio lain, seperti perhitungan tingkat keuntungan, memerlukan perhitungan gabungan neraca
period sekarang dengan neraca periode sebelumnya. Sebagai contoh adalah perhitungan Return On Asset,
dimana laba bersih dibagi rata-rata aktiva. Rata-rata aktiva merupakan rata-rata aktiva periode sekarang
dengan neraca periode sebelumnya. Dalam situasi semacam ini tidak bisa diambil rata-rata aktiva, karena
aktiva ini sudah disesuaikan dengan perubahan yang baru, tetapi aktiva periode yang lalu belum
disesuaikan. Dengan demikian terjadi perbandingan yang tidak konsisten. Laporan keuangan sebelumnya
bisa disesuaikan kembali (penyesuaian mundur kebelakang), sehingga perbandingan laporan keuangan
periode sekarang dengan periode sebelumnya akan lebih konsisten. Penyesuaian mundur semestinya
dilakukan sampai diperoleh observasi yang cukup sebagai dasar analisis dan proyksi masa mendatang.
Jika ada informasi yang cukup sehingga penyesuaian bisa dilakukan tanpa membuat asumsi yang tidak
realistis, penyesuaian mundur bisa dilakukan. Apabila tidak ada informasi yang cukup, barangkali
penyesuaian tidak bisa dilakukan. Akibatnya, setiap laporan keuangan bisa dianggap sebagai sebuah
tahapan dalam sejarah perusahaan. Jika perbandingan dilakukan, analisis harus hati-hati menentukan
perbedaan rasio antarperiod disebabkan oleh perubahan tadi, ataukah oleh faktor lain, dan seberpa jauh
perubahan tersebut kan berakibat terhadap kesimpulan yang akan diambil. Jika perbedaan tersebut tidak
terlalu besar, barangkali kesimpulan yang akan dihasilkan tidak akan banyak berubah pada saat sebelum
maupun sesudah perubahan.
Jalan lain adalah dengan membagi periode laporan keuangan ke dalam dua tahap : (1) sebelum perubahan,
(2) sesudah perubahan. Sesudah perubahan merupakan tahapan baru dalam sejarah perusahaan, dan
datanya akan digunakan untuk proyeksi masa mendatang.

1.2 Perbedaan Klasifikasi Rekening(Akun)

Seringkali perusahaan melakukan klasifikasi item-item atau rekening-rekening dalam laporan euangan
berbeda satu sama lainnya. Sebagai contoh, barangkali suatu perusahaan akan melaporkan biaya depresiasi
dan amortisasi scara terpisah, perusahaan lain mengaloksikan biaya tersebut ke harga pokok penjualan.
Rasio yang dihitumg dengan menggunakan item tersebut tentunya tidak bisa langsung diperbandingkan.
Penyesuaian harus dilakukan, baik dengan mengalokasikan biaya depresi dan amortisasi ke harga pokok
penjualan pada perusahaan pertama, atau mengeluarkan biata depresiasi dari harga pokok penjualan pada
perusahaan yang kedua. Penyesuaian tersebut membuat perbandingan menjadi lebih konsisten.

Jika ada informasi yang cukup, penyesuaian bisa dilakukan agar perbaningan lebih konsisten. Tetapi jika
ada informasi yang cukup, barangkali tidak perlu dilakukan penyesuaian. Pada situasi ini, analisis harus
member catatan mengenai perbedaan klasifikasi rekening tersebut agar interpretasi lebih lanjut bisa
mengacu pada catatan tersebut.

1.3 Perbedaan Prinsip-Prinsip Akuntansi

Sumber lain yang menyebabakan data bisa berbeda satu sama lain adalah penggunaan prinsip-prinsip
akuntansi yang berbeda. Dalam batasan yang telah ditentukan. Prinsip akuntansi perusahaan masih
mempunyai beberapa alternatif penggunaan metode atau prinsip akuntansi yang dipakai untuk pelaporan
keuangan. Berikut ini contoh beberapa alternatif prinsip akuntansi.
Beberapa Metode Akuntansi
Pengakuan pendapat kontrak jangka panjang :
presentasi penyelesaiaan (percentage of
Completion), kontrak selesai (completed
contract)
Asumsi Aliran Persediaan : FIFO, LIFO, Rata-rata tertimbang
Investasi Pada Surat Berharga : Historical cost( Acquisition cost), Lower
Cost Or Market, Equity
Depresiasi : Garis Lurus, Declening Balance (Metode
dipercepat), Sum of the years’ digit
Lease : operating lease, capital lease
Akuisisi : pembelian, pooling of interest
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah analisis akan melakukan penyesuaian dalam
perbandingan data, ataukah tidak ada penyusunan dan perbedaan tadi akan dibahas dalam tahap
interpretasi data. Apabila ada informasi yang cukup, sehingga penyesuaian bisa dilakukan tanpa membuat
asumsi yang tidak realistis, maka penyesuaian bisa dilakukan. Tetapi apabila tidak ada informasi yang
cukup, barangkali tidak perlu dilakukan penyesuaian dan perbedaan tadi akan dibicarakan dalam tahap
interpretasi.
1.4 Perbedaan Penanggalan Laporan Keuangan
Meskipun kebanyakan laporan keuangan menggunakan Desember sebagai akhir periode, tetapi ada
beberapa perusahaan yang menggunakan penanggalan akhir periode bulan yang lain. Pilihan semacam ini
semakin populer apabila perusahaan inin menyesuaikan laporan keuangannya dengan siklus musiman
bisnis. Siklus musiman biasanya tidak harus sesuai dengan penanggalan akhir Desember.
Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana perlakuan terhadap perbedaan penanggalan tersebut?
jawabannya tergantung pada dua hal : (1) Lamanya perbedaan waktu (2) muncul tidaknya kejadian pada
periode perbedaan waktu tersebut yang bisa membuat perbandingan dua perusahaan tersebut tidak
konsisten. Biasanya apabila selisih penanggalan akhir sama atau kurang dari tiga bulan, penyesuaian tidak
perlu dilakukan. Dua perusahaan dengan penanggalan akhir 31 Desember dan 31 Maret barangkali tidak
memerlukan penyesuaian. Misalkan perusahaan kedua (yang bertanggal 31 Maret ) mengalami musibah
kebakaran atau pemogokan, maka barangkali perlu dilakukan penyesuaian apabila analisis ingin
membandingkan dengan perusahaan pertama. Pengaruh musiman saja tidak perlu mendorong penyesuain
karena pengaruh musiman sudah tercakup dalam periode satu tahun. Apabila ada data triwulan,
penyesuaian akan lebih mudah lagi dilakukan.
1.5 Perbandingan Dengan Data Historis dan Perbandingan dengan Perusahaan Lain

Rasio-rasio atau data-data keuangan telah dihitung untuk suatu perusahaan bisa dibandingkan dengan
data masa lalu dan juga dengan data keuangan perusahaan lain agar diperoleh interprestasi yang lebih
baik. Perbandingan-perbandingan tersebut akan dibicarakan pada bab-bab berikutnya. Disini akan
dibicarakan secara singkat tisu-isu yang berkaitan dengan perbandingan tersebut.
Apabila analisis melakukan perbandingan data keuangan dengan data-data masa lalu maka ia akan
melakukanan analisis time series. Semakin banyak observasi yang ia punyai analisis akan semakin baik.
Dengan analisis time series ia bisa melihat pengaruh variabel-variabel seperti variable makro ekonomi
(resesi, inflasi), variabel industry (perubahan teknologi, peraturan), dan variable mikro perusahaan
(perubahan strategi, manajemen baru) terhadap data-data keuangan, dan sekaligus melihat pola-pola
tertentu dari data keuangan yang dipunyai.

Dalam analisis semacam itu analisis harus memperhatikan faktor-faktor yang akan berpengaruh besar
terhadap perilaku data, dan bisa menjadi dasar interprestasi keuangan perusahaan. Contoh faktor-faktor
tersebut adalah :

(1) Perubahan lini produk yang signifikan, misal melalui akuisisi atau penjualan anak perusahaan. Kejadian
semacam itu tentu akan mempengaruhi trend data keuangan dana akan mempengaruhi analisis
perbandingan dengan data masalalu (analisis time series).
(2) Perubahan prinsip dan metode akuntansi. Perubahan ini akan mempengaruhi data time series.

Masalah lain dalam perbandingan dengan periode lalu adalah data periode masalalu barangkali berada
pada tingkat yang tidak memuaskan. Penjualan pada periode ini barang kali lebih besar dibandingkan
penjualan pada periode lalu, dan kelihatanya merupakan berita baik. Tetapi kalau penjualan pada periode
lalu sebenarnya tidak memuaskan, maka penjualan periode ini yang lebih besar belum tentu merupakan
berita baik. Untuk mengurangi masalah semacam ini, perbandingan dengan perusahaan lain atau rata-rata
industri bisa dilakukan.

Di samping perubahan angka absolute seperti yang dibicarakan di atas, seseorang analisis juga harus
memperhatikan prosentase kenaikan atau penurunan suatu data keuangan. Penjualan perusahaan yang naik
15% tentunya akan diinterprestasikan lain apabila penjualan perusahaan lain Cumanaik 5%, meskipun
keduanya sama-sama baik.

Dalam perbandingan cros section dengan perusahaan-perusahaan lain yang sejenis atau industry, tugas
pokok seorang analisis adalah mengidentifikasikan industry yang relevan untuk perbandingan. Idealnya
perusahaan yang dipilih sebagai perbandingan adalah perusahaan yang mempunyai produk yang serupa
(memenuhi kebutuhan yang sama, atau merupakan substitusi satus ama lain), mempunyai strategi yang
sama, mempunyai ukuran yang sama, dan mempunyai umur yang sama. Barang kali criteria semacam itu
terlalu ketat. Persyaratan-pesyaratan tersebut barang kali bisa diperlonggar karena pertimbangan praktis.
Kalau data-data industry tidak ada, barangkali perbandingan dengan satu atau dua perusahaan yang serupa
bisa dilakukan.

Beberapa isu dalam pemakaian rata-rata industry antara lain :


(1) Definisi industry
Seperti yang dibicarakan di atas, definisi industry tidak mudah dilakukan. Di samping itu banyak
perusahaan yang mempunyai divisi yang bergerak pada beberapa industry yang berbeda satu sama lain.
Pada situasi ini hanya divisi yang bergerak pada industry yang relevan yang bisa digunakan sebagai
perbandingan. Jika divisi lain perusahaan tersebut tidak signifikan dibandingkan usaha pokoknya,
barangkali data gabungan perusahaan bisa digunakan untuk perbandingan.
(2) Perhitungan Rata-Rata Industri
Bagaimana rata-rata industry dihitung, apakah dengan rata-rata biasa, ataukah rata-rata tertimbang,
ataukah menggunakan data median. Jika rata-rata tertimbang digunakan, apa yang dipakai sebagain
pembobot, penjualan, nilai pasar, nilai buku asset, atau faktor lain ?
(3) Distribusi atas nilai rata-rata
Interprestasi terhadap penyimpangan rasio keuangan suatu perusahaan terhadap rata-rata industry akan
berlainan apabila kita juga mempunyai informasi standar deviasinya. Misalkan profit margin perusahaan
10% dan rata-rata industry 13%. Apabila standar deviasi rata-rata industry tersebut 8%, tentu akan sampai
pada kesimpulan yang berlainan dibandingkan apabila standart deviasi tersebut 2%.
(4) Definisi rasio keuangan
Definisi tersebut bisa berbeda dari satu publikasi lain. Karena itu seorang analis harus mencermati
definisi rasio-rasio keungan ini. Sebagai contoh, ROA (Return On Assets) bisa dihitung dengan membagi
laba bersih dengan total asetnya. Publikasi lain barangkali menggunakan rata-rata asset (dengan
menggabungkan asset pada periode t dengan asset periode t1). Publikasi lain barang kali menggunakan
laba operasional atau laba sebelum pendapatan atau biaya luar biasa. Publikasi ini ingin memfokuskan
pada kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada kondisi normal, di luar pendapatan atau biaya yang
tidak normal yang bisa terjadi (seperti musibah kebakaran).

Dengan memahami beberapa keterbatasan tersebut analisis keuangan bisa lebih berhati-hati dalam
melakukan analisis.

1.5 Analisis Isu Perbandingan Laporan Keuangan PT Akasha Wira Internasional


2011 2012 2013 2014 2015
A S E T
ASET LANCAR
Kas dan setara kas 14.787 39.350 23.068 29.116 24.068
Piutang usaha-setelah
dikurangi penyisihan
piutang ragu-ragu 31
Desember 2015: Rp 808
31 Desember 2014: Rp
793 67.700 71.475 78.952 103.914 125.381
Piutang non-usaha -
Bersih 4.097 312 227 1.731 1.573
Persediaan 38.965 74.592 84.788 92.474 99.210
Uang muka dan beban
dibayar dimuka 2.044 4.248 8.753 11.786 20.755
Pajak dibayar di muka 1.242 1.512 967 - 5.336
Jumlah Aset Lancar 128.835 191.489 196.755 239.021 276.323

ASET TIDAK LANCAR


Uang Muka dan beban
dibayar di muka 475 268 - - -
Pajak dibayar di muka 793 593 554 - -
Aset tetap-setelah
dikurangi akumulasi
penyusutan 2015: Rp
234.298 2014: Rp
204.500 dan cadangan
penurunan nilai sebesar
Rp 10.058 per 31
Desember 2015 dan
2014 100.991 109.553 141.558 171.282 284.380
Aset Tidak lancar yang
Dimiliki untuk Dijual - - - - -
Properti Investasi 1.583 1.533 - - -
Aset tak berwujud
setelah dikurangi
akumulasi amortisasi
2015: Rp 768 2014: Rp
354 - - - 1.593 1.004
Uang jaminan 78.744 81.467 98.706 87.818 88.097
Aset tidak lancar lainnya 4.627 4.191 3.491 3.276 3.420
Jumlah Aset Tidak
Lancar 187.213 197.605 244.309 263.969 376.901
JUMLAH ASET 316.048 389.094 441.064 502.990 653.224

LIABILITAS DAN EKUITAS


LIABILITAS JANGKA
PENDEK
Pinjaman bank jangka
pendek 1.265 - 12.100 - 70.162
Utang usaha 25.400 52.144 36.859 64.887 68.230
Utang pajak 582 1.463 1.863 5.314 1.238
Utang bukan usaha dan
beban masih harus
dibayar 14.814 11.591 22.900 50.747 51.077
Pinjaman bank jangka
panjang yang jatuh
tempo dalam waktu
satu tahun 33.333 33.333 34.875 35.092 7.478
Utang sewa
pembiayaan yang jatuh - 93 133 862 1.179
tempo dalam waktu
satu tahun
Jumlah Liabilitas Jangka
Pendek 75.394 98.624 108.730 156.902 199.364

LIABILITAS JANGKA
PANJANG
Pinjaman bank jangka
panjang -setelah
dikurangi bagian yang
jatuh tempo dalam
waktu satu tahun 88.912 57.960 40.292 19.683 86.892
Uang jaminan
pelanggan 2.924 3.302 3.336 3.615 4.230
Liabilitas pajak
tangguhan - Bersih 13.040 6.248 4.844 2.619 5.843
Liabilitas imbalan kerja
jangka panjang 10.032 13.787 18.710 26.534 27.987
Utang sewa
pembiayaan - setelah
dikurangi bagian yang
jatuh tempo dalam
waktu satu tahun - 51 374 1.492 539
Jumlah Liabilitas Jangka
Panjang 114.908 81.348 67.556 53.943 125.491
Jumlah Liabilitas 190.302 179.972 176.286 210.845 324.855

EKUITAS
Modal saham
Modal dasar
2.359.587.200 saham
Modal ditempatkan dan
disetor penuh -
589.896.800 saham
dengan nilai nominal Rp
1.000 (dalam angka
penuh) per saham 589.897 589.897 589.897 589.897 589.897
Tambahan modal
disetor 5.068 5.068 5.068 5.068 5.068
Keuntungan
pengukuran kembali
program imbalan pasti -
bersih 2.182
Saldo laba:
Dicadangkan 49.052 74.920 158.296 213.952 213.952
Belum dicadangkan -518.271 460.763 488.483 515.569 482.730
Jumlah Ekuitas 125.746 209.122 264.778 292.145 328.369
JUMLAH LIABILITAS
DAN EKUITAS 316.048 389.094 441.064 502.990 653.224
1.6 Dampak Perubahan Kebijakan Akuntansi dan Penyajian Kembali

Efektif 1 Januari 2015, Perusahaan telah menerapkan PSAK No. 24 (Revisi 2013), ”Imbalan Kerja” secara
retrospektif.
Berikut ini adalah perubahan yang ada PSAK No. 24 (Revisi 2013)
a) Penghapusan metode koridor untuk pengakuan keuntungan/kerugian aktuarial atas perubahan nilai kini
kewajiban imbalan pasti
b) Pengakuan keuntungan atau kerugian aktuarial dalam penghasilan komprehensiflain
c) Penegasan terkait dengan komponen biaya jasa lalu dan komponen biaya imbalan pasti.
Pada tahun 2016, Perusahaan melakukan perbaikan atas pajak penghasilan badan tahun 2013.
1.7 PSAK dan ISAK Revisian dan PSAK Baru Yang Telah Diterbitkan Namun Belum
Diterapkan (Lanjutan)

Amandemen standar dan interpretasi berikut efektif untuk periode yang dimulai pada atau
setelah 1 Januari 2016, dengan penerapan secara retrospektif yaitu:
 PSAK 4, “Laporan Keuangan Tersendiri” tentang Metode Ekuitas dalam Laporan
KeuanganTersendiri,
 PSAK 15, “Investasi Pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama” tentang Entitas
Investasi: Penerapan PengecualianKonsolidasi,
 PSAK 24, “Imbalan Kerja” tentang Program Imbalan Pasti: IuranPekerja,
 PSAK 65, “Laporan Keuangan Konsolidasian” tentang Entitas Investasi: Penerapan
Pengecualian Konsolidasi,
 PSAK 67, “Pengungkapan Kepentingan Dalam Entitas Lain” tentang Entitas Investasi:
Penerapan Pengecualian Konsolidasidan
 ISAK 30,“Pungutan”.

Amandemen standar berikut efektif untuk periode yang dimulai pada atau setelah 1 Januari
2016, yang diterapkan secara prospektif yaitu:
 PSAK 16, “Aset Tetap” tentang Klarifikasi Metode yang Diterima untuk Penyusutan
danAmortisasi,
 PSAK 19, “Aset Takberwujud” tentang Klarifikasi Metode yang Diterima untuk
Penyusutan dan Amortisasidan
 PSAK 66, “Pengaturan Bersama” tentang Akuntansi Akuisisi Kepentingan dalam
OperasiBersama.
Amandemen standar dan interpretasi berikut efektif untuk periode yang dimulai pada atau
setelah 1 Januari 2017, dengan penerapan dini diperkenankan yaitu amandemen PSAK 1,
“Penyajian Laporan Keuangan” tentang Prakarsa Pengungkapan dan ISAK 31, “Interpretasi
atas Ruang Lingkup PSAK 13: Properti Investasi”.
1.8 Dampak Perbedaan Klasifikasi Rekening Akun
Beberapa akun yang sudah tidak digunakan pada tahun 2015 oleh PT ADES

 Akun uang muka dan beban dibayar di muka pada aset tidak lancar.
 Akun pajak dibayar di muka pada aset tidak lancar.
 Akun properti investasi pada aset tidak lancar.
Beberapa akun baru digunakan pada tahun 2015 oleh PT ADES

 Akun keuntungan pengukuran kembali program imbalan pasti-bersih pada ekuitas


1.9 Dampak Perbedaan Prinsip Akuntansi
Beberapa metode akuntansi yang digunakan PT ADES

 Laporan arus kas disusun dan disajikan menggunakan metode langsung dengan
mengklasifikasikan arus kas dengan dasar aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

 Biaya perolehan ditentukan dengan menggunakan metode FIFO untuk persediaan air
minum dalam kemasan dan metode Rata-rata Tertimbang untuk persediaan kosmetik.

 Beban dibayar di muka dan diamortisasi menggunakan metode garis lurus.

 Penyusutan aset dihitung dengan menggunakan metode garis lurus.

 Sewa operasi pada tahun berjalan diakui sebagai beban pada operasi dengan metode garis
lurus selama masa sewa.

 Aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo diakui pada nilai wajarnya ditambah biaya
transaksi dan biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku
bungaefektif.

 Pendapatan bunga yang dihitung menggunakan metode suku bunga efektif.

 Pinjaman yang diberikan dan piutang diakui pada nilai wajarnya ditambah biaya transaksi
dan selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode
suku bunga efektif.

 Liabilitas keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi pada awalnya diukur
pada nilai wajar, setelah dikurangi biaya transaksi, dan selanjutnya diukur pada biaya
perolehan yang diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif.

 Liabilitas yang direncanakan dihitung dengan menggunakan metode Projected Unit Credit.

 Imbalan jangka panjang lain-lain dan penghargaan jubilee dihitung dengan menggunakan
metode proyeksi kredit unit.
1.10 Perbandingan data historis dan perbandingan dengan perusahaan lain
Perusahaan Food and Beverages

Kode Perusahaan Publik Penjualan Aset 2015 Liabilitas Ekuitas 2015


2015 2015
ADES PT Akasha Wira 669.725 653.224 324.856 328.369
Internasional TBK
AISA PT Tiga Pilar Sejahtera 6.010.895 9.060.979 5.094.072 3.966.907
Food Tbk
CEKA PT Wilmar Cahaya 3.486 1.486 846 640
Indonesia Tbk
INDF PT Indofood Sukses 64.061.947 91.831.526 48.709.933 43.121.593
Makmur Tbk
MYOR PT Mayora Indah Tbk 14.818.730 11.324.715 6.148.255 5.194.459
ULTJ PT Ultra Jaya Milk Tbk 4.393.933 3.539.997 724.490 2.797.507
Perhitungan Rata-rata Industri

Perusahaan
ADES AISA CEKA INDF MYOR ULTJ
ROA 2,77% 2,99% 4,47% 3,23% 10,76% 14,66% 0,3888
Nilai Buku 530,28 1.206,21 1.024,45 4.911,10 5.808,10 968,54 14.448,68
Saham
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

1.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Referensi:
http://dhanialfitra.wordpress.com/2009/06/22/beberapa-isu-dalam-analisis-perbandingan-
laporan-keuangan/
Hanafi, Mamduh M dan Abdul Halim. 2009. Analisis Laporan Keuangan . Yogyakarta: Unit
Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN

Anda mungkin juga menyukai