Anda di halaman 1dari 15

STUDI KASUS PT AKASHA WIRA INTERNASIONAL Tbk

“ANALISIS KINERJA PROFITABILITAS”


Di Ajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan

DOSEN PEMBIMBING
Zuliyati SE, MSi, AK
Diah Ayu Susanti SE, AK, M.AKT
Disusun Oleh :

1. Novi Choiriyah (201512007)


2. Nova Mega Lourenzia Nirmala (201512012)
3. Karlina Marliani (201512016)
4. Khoirotul Fatkhiyah (201512024)
5. Siti Nor Sa’idah (201512095)
6. Umi Zakiyatur Rofik (201512188)

Kelas 4A

UNIVERSITAS MURIA KUDUS (UMK)


FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2017
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum wr. wb.

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga penyusunan makalah yang berjudul “ Analisis
Kinerja Profitabilitas ” ini dapat kami selesaikan dengan baik, guna memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Analisis Laporan Keuangan

Tidak lupa ucapan terimakasih kami tujukan kepada pihak-pihak yang turut mendukung
terselesaikan makalah ini antara lain:

1. Ibu zuliyati SE, M.Si, AK selaku dosen pembimbing


2. Diah ayu susanti, SE, AK, M.AKT selaku dosen pembimbing
3. Rekan-rekan yang bekerja sama menyelesaikan makalah ini, serta
4. Semua pihak yang turut mendukung terselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
terciptanya makalah yang lebih baik selanjutnya. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca.

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu perusahaan memerlukan analisis terhadap laporan keuangan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan serta mengambil keputusan yang cepat dan tepat. Melalui analisis
laporan keuangan, manajemen dapat mengetahui posisi keuangan, kinerja keuangan dan
kekuatan keuangan (financial strength) yang dimiliki perusahaan. Selain berguna bagi
perusahaan dan manajemennya, analisis laporan keuangan juga diperlukan oleh pihak-
pihak yang berkepentingan lain seperti kreditor, investor dan pemerintah untuk menilai
kondisi keuangan perusahaan dan perkembangan dari perusahaan tersebut. Laba pada
umunya dipakai sebagai ukuran dari prestasi yang dicapai dalam suatu perusahaan sebagai
dasar untuk pengambilan keputusan investasi, dan prediksi untuk meramalkan perubahan
laba yang akan datang yang akan berpengaruh terhadap keputusan investasi para investor
dan calon investor yang akan menanamkan modalnya ke dalam perusahaan. Laba bisa
menjelaskan kinerja perusahaan selama satu periode di masa lalu. Informasi ini tidak saja
ingin diketahui oleh manajer tetapi juga investor dan pihak-pihak lain yang berkepentingan
seperti pemerintah dan kreditur. Laba yang dieroleh perusahaan untuk tahun yang akan
datang tidak dapat dipastikan, maka perlu adanya suatu prediksi perubahan laba. Perubahan
laba akan berpengaruh terhadap keputusan investasi para investor dan calon investor yang
akan menanamkan modalnya ke dalam perusahaan, dimana laba merupakan indicator
untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan, apakah mengalami kenaikan atau
penurunan. Perubahan kenaikan atau penurunan itu akan mempengaruhi kebijakan
keuangan untuk kegiatan selanjutnya, seperti kebijakan mengenai dividen, pembayaran
utang penyisishan, investasi, dan menjaga kelangsungan kegiatan perusahaan. Pada
dasarnya setiap perusahaan akan melakukan berbagai aktivitas untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan perusahaan. Dalam hal ini peranan modal sangat penting karena
dibutuhkan perusahaan untuk membiayai kegiatan opersional sehari-hari. Aktivitas asset
yang terjadi dalam sebuah perusahaan memenuhi pengaruh yang cukup besar dalam
menentukan seberapa besar laba yang akan diperoleh perusahaan. Semakin lama waktu
yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk melakukan produksi, maka semakin besar biaya
yang harus dikeluarkan oleh perusahaan baik untuk pemeliharaan ataupun biaya produksi.
Tujuan akhir ingin dicapai perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau
keuntungan yang maksimal, disamping hal-hal lainnya. Dengan memperoleh laba yang
maksimal, disamping hal-hal lainnya. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti
yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik,
karyawan, serta meningkatkan mutu produk dan melakukan investasi baru. Oleh karena itu,
manajemen perusahaan dalam praktiknya dituntut harus mampu memenuhi target target
yang telah ditetapkan. Artinya besar keuntungan haruslah dicapai sesuai dengan yang
diharapkan dan bukan berarti asal untung. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu
perusahaan, digunakan rasio keuntungan atau profitabilitas. PT Akasha Wira Internasional
Tbk bergerak dalam industry food. Perusahaan ini termasuk jenis industri sekunder
mengolah bahan mentah atau bahan baku menjadi bahan jadi kemudian didistribusikan ke
toko-toko besr yang pengambilan omsetnya telah digerakkan. Tujuan dalam penelitian ini
mengetahui rasio profitabilitas untuk menilai kinerja keuangan pada PT Akasha Wira
Internasioal Tbk.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian rasio profitabilitas ?
2. Apa saja manfaat rasio profitabilitas ?
3. Apa saja jenis-jenis rasio profitabilitas ?
4. Bagaimana analisis Gross Profit Margin (GPM) ?
5. Bagaimana analisis Net Profit Margin (NPM)?
6. Bagaimana analisis Return On Asset (ROA)?
7. Bagaimana analisis Return On Equity (ROE)?
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian rasio profitabilitas.
2. Dapat menyebutkan manfaat rasio profitabilitas.
3. Dapat menyebutkan jenis-jenis rasio profitabilitas.
4. Dapat menjelaskan analisis Gross Profit Margin (GPM).
5. Dapat menjelaskan analisis Net Profit Margin (NPM).
6. Dapat menjelaskan analisis Return On Asset (ROA).
7. Dapat menjelaskan analisis Return On Equity (ROE).
BAB II
PEMBAHASAN

21. Pengertian Rasio Profitabilitas


Profitabilitas merupakan salah satu indikator yang penting untuk menilai suatu
perusahaan. Profitabilitas selain digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba juga untuk mengetahui efektifitas perusahaan dalam mengelola sumber-
sumber yang dimilikinya.
Rasio profitabilitas mengukur keberhasilan menajemen sebagaimana ditunjukkan oleh
laba yang dihasilkan oleh penjualan dan investasi. Pertumbuhan profitabilitas ini ditandai
dengan perubahan profit margin onsales. Dengan tingkat profitabilitas yang tinggi berarti
perusahaan akan beroperasi pada tingkat biaya rendah yang akhirnya akan menghasilkan
laba yang tinggi. Dengan semua rasio profitabilitas, perbandingan dari sebuah perusahaan
dengan perusahaan serupa dapat dinilai dengan pasti. Hanya dengan melakukan
perbandingan dapat menilai apakah profitabilitas dari suatu perusahaan baik atau jelek.

1.2 Manfaat Rasio Profitabilitas


Adapun manfaat dari rasio profitabilitas itu sendiri antara lain sebagai berikut:
1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode.
2. Mengetahuiposisilabaperusahaantahunsebelumnyadengantahunsekarang.
3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal
pinjaman maupun modal sendiri.
1.3 Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas
Adapun jenis rasio probabilitasyang sering digunakan perusahaan :
1) Profit margin (Profit margin on sales)
a) Margin laba kotor (Gross profit margin)
b) Margin laba bersih (Net profit margin)
2) Return on investment (ROI)
3) Return on equity (ROE)
Adanya banyak ukuran profitabilitas. Masing-masing pengembalian perusahaan
dihubungkan terhadap penjualan, aktiva, modal atau nilai saham. Alat yang umum
digunakan untuk mengevaluasi profitailitas dihubungkan dengan penjualan yaitu laporan
laba rugi dimana setiap posnya dinyatakan dalam presentase penjualan.
Pada laporan laba rugi dalam persentase yang umum, setiap unsur dinyatakan sebagai
persentase penjualan, sehingga memudahkan evaluasi hubungan antara penjualan dan
pendapatan tertentu serta biaya. Laporan laba rugi dalam presentase yang umum bermanfaat
untuk membandingkan kinerja dari tahun ke tahun.
1.4 Analisis Rasio Profitabilitas
1. Gross Profit Margin
Gross Profit Margin merupakan perbandingan penjualan bersih dikurangi harga
pokok penjualan dengan penjualan bersih atau rasio antara laba kotor dengan penjualan
bersih.
Gross Profit Margin = Laba kotor x 100 %
Penjualan
Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya,
mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. Semakin
besar gross profit semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan
bahwa cost of good sold lebih rendah dibandingkan dengan penjualan.

339,072
GROSS PROFIT MARGIN 2015
669,725
0.51
51%

GROSS PROFIT MARGIN 2014 298,902


578,784
0.52
52%

GROSS PROFIT MARGIN 2013 281,558


505,254
0.56
56 %

GROSS PROFIT MARGIN 2012 271,902


476,638
0.57
57 %

GROSS PROFIT MARGIN 2011 114,484


299,409
0.38
38 %
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa gross profit margin pada tahun
2011 sebesar 38%. Artinya setiap Rp 1 penjualan menghasilkan laba sebesar Rp 0,38.
Sedangkan pada tahun 2012 gross profit margin menunjukkan sebesar 57%. Artinya
setiap Rp 1 penjualan menghasilkan laba sebesar Rp 0,57. Kemudian pada tahun 2013
gross profit menunjukkan sebesar 56%. Artinya setiap Rp 1 penjualan menghasilkan laba
sebesar Rp 0,56. Lalu pada tahun 2014 gross profit margin menunjukkan sebesar 51%.
Artinya setiap Rp 1 penjualan menghasilkan laba sebesar Rp 0,51. Dan tahun 2015
menunjukkan bahwa gross profit margin sebesar 51%. Artinya setiap Rp 1 penjualan
menghasilkan laba sebesar Rp 0,51.
Berdasarkan hasil tersebut gross profit margin tahun 2012 mengalami
peningkatan sebesar 19% dibanding tahun 2011. Kemudian pada tahun 2013 mengalami
penurunan sebesar 1% dibanding tahun 2012. Pada tahun 2014 juga mengalami
penurunan sebesar 4%. Dan tahun 2015 mengalami penurunan kembali dari tahun 2014
sebesar 1%. Hal ini disebabkan karena biaya-biaya mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Perhitungan ini menggambarkan bahwa kinerja operasional perusahaan dilihat dari
gross profit margin berfluktuasi dimana pada tahun 2012 mengalami peningkatan
disbanding tahun 2011. Kemudian pada tahun 2013 sampai dengan 2015 cenderung
mengalami penurunan. Angka tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan biaya dalam
memproduksi barang dagangan kurang baik dari tahun ke tahun. Dengan kata lain, harga
pokok produksi relatif semakin meningkat.
Hal ini menujukkan bahwa perusahaan tersebut rawan terhadap perubahan harga
baik harga jual maupun harga pokok. Ini berarti bahwa apabila terjadi perubahan pada
harga jual atau harga pokok, perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap laba
perusahaan.
GPM merupakan persentase laba kotor dngan penjualan. Semakin besar GPM
semakin baik perusahaan. Diawal tahun 2011 laba kotor menunjukkan 38% dan untuk
rata-rata industri adalah 30%. Ini menunjukkan bhwa ditahun 2011 untuk GPM sudah
diatas rata-rata standar industri. Sehingga kinerja keuangan di awal tahun 2011 sudah
baik. Untuk tahun 2012 laba kotor menunjukkan 57% dan untuk rata-rata industri adalah
30%. Ini menunjukkan bahwa ditahun 2012 untuk GPM sudah diatas rata-rata standar
industri. Sehingga kinerja keuangan di awal tahun 2012 sudah baik. Untuk tahun 2013
laba kotor menunjukkan 56% dan untuk rata-rata industri adalah 30%. Ini menunjukkan
bhwa ditahun 2013 untuk GPM sudah diatas rata-rata standar industri. Sehingga kinerja
keuangan di awal tahun 2013 sudah baik. Untuk tahun 2014 laba kotor menunjukkan
52% dan untuk rata-rata industri adalah 30%. Ini menunjukkan bahwa ditahun 2013
untuk GPM sudah diatas rata-rata standar industri. Sehingga kinerja keuangan di awal
tahun 2013 sudah baik. Untuk tahun 2015 laba kotor menunjukkan 51% dan untuk rata-
rata industri adalah 30%. Ini menunjukkan bhwa ditahun 2015 untuk GPM sudah diatas
rata-rata standar industri. Sehingga kinerja keuangan di awal tahun 2015 sudah baik.
Dapat disimpulkan bahwa untuk hasil gross profit margin di PT Akasha Wira
Internasional yaitu sudah baik karena sudah diatas rata-rata industri.
2. Net Profit Margin
Net profit margin atau margin Laba bersih adalah merupakan keuntungan
penjualan setelah menghitung biaya dan pajak penghasilan. Marjin ini menunjukkan
perbandingan laba bersih dengan penjualan. Semakin tinggi net profit margin, semakin
baik operasi suatu perusahaan.
NET PROFIT MARGIN = LABA BERSIH x 100 %
PENJUALAN

NET PROFIT MARGIN 2011 25,868


299,409
0.09
8.64 %

NET PROFIT MARGIN 2012 83,376


476,638
0.17
17.49%

NET PROFIT MARGIN 2013 55,656

502,524
0.11
11.08%
NET PROFIT MARGIN 2014 31,072
578,784
0.05
5.37%
NET PROFIT MARGIN 2015 32,839
669,725
0.05
4.90%

Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa net profit margin pada tahun 2011
sebesar 8,64%. Artinya setiap Rp 1 penjualan menghasilkan laba sebesar Rp 0,09.
Sedangkan pada tahun 2012 net profit margin menunjukkan sebesar 17,49%. Artinya
setiap Rp 1 penjualan menghasilkan laba sebesar Rp 0,17. Kemudian pada tahun 2013 net
profit menunjukkan sebesar 11,08%. Artinya setiap Rp 1 penjualan menghasilkan laba
sebesar Rp 0,11. Lalu pada tahun 2014 net profit margin menunjukkan sebesar 5,37%.
Artinya setiap Rp 1 penjualan menghasilkan laba sebesar Rp 0,05. Dan tahun 2015
menunjukkan bahwa net profit margin sebesar 4,90%. Artinya setiap Rp 1 penjualan
menghasilkan laba sebesar Rp 0,05.
Berdasarkan hasil tersebut net profit margin tahun 2012 mengalami peningkatan
sebesar 8,85% dibanding tahun 2011. Kemudian pada tahun 2013 mengalami penurunan
sebesar 6,41% dibanding tahun 2012. Pada tahun 2014 juga mengalami penurunan
sebesar 5,71%. Dan tahun 2015 mengalami penurunan kembali dari tahun 2014 sebesar
0,47%. Hal ini disebabkan karena biaya-biaya mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun yang menyebabkan rendahnya margin laba. Dalam meningkatkan kemampuan
operasional perusahaan melalui ukuran net profit margin, maka factor penting yang harus
diperhatikan yaitu biaya usaha. Meningkatkan penjualan dengan menekan biaya atau
memperkecil operasi expenses, dapat menigkatkan profitabilitas perusahaan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi gross
profit margin dan net profit margin maka semakin tinggi pula profitabilitas dengan
ketentuan bahwa peningkatan penjualan dalam perusahaan harus disertai dengan
pengontrolan expenses.
3. Return On Asset (ROA)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
berdasarkan tingkat asset yang tertentu. ROA juga sering disebut ROI (Return On
Investment). Rasio ini bisa dihitung sebagai berikut:
Sernakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik keadaan
perusahaan. Karena keseluruhan aktiva perusahaan memiliki kemampuan yang tinggi
untuk memperoleh laba.

ROA = LABA BERSIH x 100%


TOTAL ASSET

ROA 2011 25,868

316,048
0.08

8%

ROA 2012 83,376

389,094
0.21

21 %

ROA 2013 55,656

441,064
0.13

13 %
ROA 2014
31,072

502,990
0.0618
6.18%

ROA 2015 32,839

653,224
0.05
5.03%

Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa return on asset pada


tahun 2011 sebesar 8%, artinya setiap Rp 1,00 modal yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0,08. Return on Asset
pada tahun 2012 sebesar 21%, artinya setiap Rp 1,00 modal yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0,21. Return On Asset
pada tahun 2013 sebesar 13%, artinya setiap Rp 1,00 modal yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0,13. Return On Asset
tahun 2014 sebesar 6,18%, artinya setiap Rp 1,00 modal yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0,0618. Return On Asset
pada tahun 2015 sebesar 5,03%, artinya setiap Rp 1,00 modal yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp 0,05.
Dari hasil perhitungan di atas dapat dijelaskan pada tahun 2012 menunjukkan
peningkatan sebesar 13% dibanding tahun 2011. Hal ini disebabkan peningkatan laba
bersih diikuti dengan peningkatan total aktiva. Sedangkan pada tahun 2013 mengalami
penurunan sebesar 8% dari tahun 2012. Hal ini disebabkan karena penurunan laba bersih
diikuti dengan peningkatan total aktiva. Lalu pada tahun 2014 juga mengalami penurunan
sebesar 6,82%. Hal ini disebabkan karenan penurunan laba bersih diikuti dengan
peningkatan total aktiva. Kemudian tahun 2015 mengalami penurunan kembali sebesar
1,15%. Hal ini disebabkan karena peningkatan laba bersih dari tahun 2014 diikuti dengan
peningkatan total aktiva. Angka tersebut menunjukkan perusahaan kurang efektif dalam
mengelola finansialya, ini tampak pada rendahnya laba yang dihasilkan dengan
penggunaan total aktiva dan penjualan yang tinggi.
Kesimpulannya ROA tertinggi berada pada tahun 2012. Tingginya ROA di tahun
2012 disebabkan karena laba bersih yang didapatkan cukup tinggi.
4. RETURN ON EQUITY (ROE)
Rasio profitabilitas yang lain adalah Return On Equity. Rasio ini mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini
merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Sernakin tinggi
return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik keadaan perusahaan Rasio ROE
bias dihitung sebagai berikut:

ROE = LABA BERSIH x 100%


MODAL SAHAM

ROE 2015 32,839

589,897
0.06
5.57%

ROE 2014 31,072

292,145
0.11
10.64%

ROE 2013 55,656

264,778
0.21

21%

ROE 2012 83,376

209,122
0.40
40%

ROE 2011 25,868

125,746
0.21

21%
Dari hasil perhitungan di atas dapat dijelaskan pada tahun 2012 menunjukkan
peningkatan sebesar 19% dibanding tahun 2011. Hal ini disebabkan peningkatan laba
bersih diikuti dengan peningkatan total ekuitas. Sedangkan pada tahun 2013 mengalami
penurunan kembali 19%. Hal ini disebabkan kebalikan pada tahun 2012 yakni mengalami
penurunan laba diikuti dengan peningkatan total ekuitas. Lalu pada tahun 2014 juga
mengalami penurunan sebesar 10,36%. Hal ini disebabkan karenan penurunan laba bersih
diikuti dengan peningkatan total ekuitas. Kemudian tahun 2015 mengalami penurunan
kembali sebesar 5,07%. Hal ini disebabkan karena peningkatan laba bersih diikuti dengan
peningkatan total ekuitas.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dalam mengelola modal kurang efektif. Dan
usaha-usaha yang perlu dilakukan oleh perusahaan antara lain menurunkan beban dan
biaya operasi. Oleh karenanya perlu dipertimbangkan untuk tetap konsisten dalam usaha-
usaha pemasaran untuk meningkatkan volume penjualan dan memper-luas pangsa pasar.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dengan menggunakan rasio profitabilitas,
maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara umum kinerja keuangan perusahaan berdasarkan analisis profitabilitasnya belum
efisien.
2. Kinerja keuangan perusahaan belum efesien disebabkan terjadinya penurunan masing-
masing rasio profitabilitas dalam tiga tahun.
3.2 SARAN
Berdasarkan hasil penelitian maka penulis dapat mengemukakan sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, perusahaan harus berusaha
meningkatka tingkat profitabilitasnya terutama pada gross profit margin, net profit
margin dan return on equity yaitu dengan jalan menekan biaya usaha dan pengolaan
modal secara efesien.
2. Perusahaan sebaiknya mempertahankan pengetolaan biayabiaya agar tetap cermat dan
efesien, dengan demikian kemampuan perusahaan untuk meningkatkan profitabilitasnya
pada masa yang akan datang akan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, Mamduh M dan Abdul Halim. 2009. Analisis Laporan Keuangan . Yogyakarta: Unit
Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN
http://01-abd-azis-sangkala.pdf

http://--eviana-180-1-01200000-a

Anda mungkin juga menyukai