Anda di halaman 1dari 13

ANALISA CASE/KASUS INTERNAL AUDIT

“ PEMALSUAN LAPORAN KEUANGAN OLEH PERUSAHAAN TOSHIBA “

Dosen Pengampu :
Dra. Iswajuni, M.Si., Ak.

Disusun oleh :
KELOMPOK 13 / Kelas P

1. MUHAMMAD ZAQY AKBAR 143221257


2. AGENG ASHABUL KAHFI 143221262
3. BELDIA ADELIAWAN 143221263
4. IZZAT MUHAMMAD NUR WAHID 143221267
5. FAKSAL ALFARIZI CHANDRA 143221273

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2024
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Skandal akuntansi yang sering terjadi selama ini, sebagaimana yang kita pelajari
dalam teks book business/ account ethic atau kita ketahui dalam jurnal bisnis, biasanya selalu
didominasi oleh perusahaan- perusahaan perusahaan- perusahaan barat, seperti seperti Enron,
Xeroc, Worlddotcom, Worlddotcom, Triton, Triton, dll. Makanya Makanya ketika saya
mengetahui bahwa telah terjadi skandal akuntansi di Toshiba, seakan tak percaya bahwa
bangsa bangsa yang selama ini dikenal dikenal sangat menjunjung menjunjung tinggi
moralitas moralitas dan etika ini, dan tentunya tentunya rasa malu, juga bisa jatuh di jurang
yang sama. Meskipun sebelumnya ada kasus Olympus di Jepang, namun tidak segempar
Toshiba yang lebih dikenal masyarakat dunia ini.

Sejarah berdirinya perusahaan Toshiba dapat ditelusuri pada tahun 1875 saat
berdirinya pabrik pertama di kota Tokyo. Pabrik ini didirikan untuk memenuhi permintaan
dari pemerintah Jepang yang saat itu sedang membawa Jepang masuk ke period modernisasi.
Selama perjalanan sejarahnya termasuk melalui Perang Dunia ke- 2 dan termasuk melalui
Perang Dunia ke- 2 dan beberapa kal beberapa kali krisis ekonomi di Jepang, Toshiba sec i
krisis ekonomi di Jepang, Toshiba secara pasti meningkat di dalam penjualannya dan
mengembangkan produk- produk ngkan produk- produk yang inovatif yang inovatif hingga
dikenal di seluruh dunia. Sebagai salah satu merek ternama di Jepang, Toshiba telah
menerima berbagai penghargaan karena menjadi pionir dalam menemukan radar, roaster
microwavge, sistem MRI, laptop, dan DVD. Pada tahun 2015, Toshiba telah mengoperasikan
seluruh bisnisnya dalam skala golbal di berbagai seluruh bisnisnya dalam skala golbal di
berbagai industri, termasuk semikonduktor, elektronik, dustri, termasuk semikonduktor,
elektronik, infrastruktur, peralatan rumah tangga dan alat- alat kesehatan dengan penjualan
yang mencapai lebih dari 63 milyar dolar Amerika dan telah mempekerjakan lebih
dari200.000 karyawan di seluruhdunia.Kualitas seluruh produk maupun jasa yang ditawarkan
oleh Toshiba menempatkan perusahaan tersebut dalam 10 perusahaan terbesar di Jepang.

Pada bulan Mei 2015, Toshiba mengejutkan seluruh dunia saat menyatakan bahwa
perusahaannya tengah melakukan investigasi atas skandal akuntansi internal dan harus
merevisi perhitungan laba dalam 3 tahun terakhir. Pengumuman tersebut sangat tidak
disangka karena Toshiba telah menjadi lambang perusahaan Jepang yang sangat kuat. Setelah
diinvestigasi secara menyeluruh, diketahuilah bahwa Toshiba telah kesulitan mencapai target
keuntungan bisnis sejak tahun 2008 di mana sejak tahun 2008 di mana pada saat tengah
terjadi k pada saat tengah terjadi krisis global. Krisis ters risis global. Krisis tersebut juga
melanda ebut juga melanda usaha Toshiba hingga akhirnya Toshiba melakukan suatu
kebohongan melalui account fraud senilai1.22 milyar dolarAmerika.Tindakan ini dilakukan
dengan berbagai upaya sehingga menghasilkan laba yang tidak sesuai dengan realita.

Kasus ini bermula Kasus ini bermula atas inisiatif atas inisiatif Pemerintahan Perdana
Menteri Abe y Pemerintahan Perdana Menteri Abe yang mendorong mendorong transparansi
yang lebih besar di perusahaan- perusahaan Jepang untuk menarik lebih banyak investasi
asing. Atas saran pemerintah tersebut, Toshiba menyewa panel independen yang terdiri dari
para akuntan dan pengacara untuk menyelidiki masalah transparansi di Perusahaannya.
Betapa mengejutkannya bahwa dalam laporan 300 halaman yang diterbitkan panel
independen tersebut mengatakan bahwa tiga direksi telah berperan aktif dalam
menggelembungkan laba usaha Toshiba sebesar usaha Toshiba sebesar ¥ 151,8 miliar( setara
dengan ¥ 151,8 miliar( setara dengan Rp 15,85 triliun) seja Rp 15,85 triliun) sejak tahun
2008. k tahun 2008.

Panel yang dipimpin oleh mantan jaksa top di Jepang itu, mengatakan bahwa
eksekutif perusahaan perusahaan telah menekan menekan unit bisnis p bisnis perusahaan,
erusahaan, mulai dari unit particular particular computer computer sampai ke unit
semikonduktor dan reaktor nuklir untuk mencapai target laba yang tidak realistis. Manajemen
biasanya mengeluarkan tantangan target yang besar itu sebelum akhir kuartal/ tahun fiskal.
Hal ini mendorong kepala unit bisnis untuk menggoreng catatan akuntansinya. Laporan itu
juga mengatakan bahwa penyalahgunaan prosedur akuntansi secara terus- menerus dilakukan
sebagai kebijakan resmi dari manajemen, dan tidak mungkin bagi siapa pun untuk
melawannya, sesuai dengan budaya perusahaan Toshiba.

Akibat laporan ini Pada tanggal 21 Juli 2015 CEO Toshiba, Hisao Tanaka,
mengundurkan diri terkait skandal akunting yang ia sebut sebagai peristiwa yang paling
merusak merek Toshiba, disusul keesokan harinya pengunduran diri wakil CEO Toshiba,
Norio Sasaki. Selain itu Atsutoshi Nishida, chief executive dari tahun 2005 sampai dengan
tahun 2009 yang sekarang menjadi penasihat Toshiba juga mengundurkan diri. Panel tersebut
mengatakan bahwa Tanaka dan Sasaki tidak mungkin tidak tahu atas praktik penggorengan
laporan keuangan ini. Penggorengan ini pasti dilakukan secara sistematis dan disengaja.

Saham Toshiba turun sekitar 20% sejak awal April ketika isu akuntansi ini terungkap.
Nilai pasar perusahaan ini hilang perusahaan ini hilang sekitar ¥ 1,67 sekitar ¥ 1,67 triliun
(setara dengan RP174 triliun (setara dengan RP174 triliun). Badan Pengaw triliun). Badan
Pengawas Pasar as Pasar Modal Jepang kemungkinan akan Modal Jepang kemungkinan akan
memberikan hukuman pa memberikan hukuman pada Toshiba atas da Toshiba atas
penyimpangan penyimpangan akuntansi tersebut dalam waktu dekat ini.

Terbongkarnya kasus ini diawali saat audit pihak Terbongkarnya kasus ini diawali saat
audit pihak ketiga melakukan investigasi internal terhadap tiga melakukan investigasi internal
terhadap keuangan perusahaan. Berdasarkan informasi tersebut diketahui bahwa manajemen
perusahaan menetapkan target laba yang tidak menetapkan target laba yang tidak realistis
sehingg realistis sehingga saat target tersebut tidak terca a saat target tersebut tidak tercapai,
pemimpin pai, pemimpin divisi terpaksa harus berbohong dengan memanipulasi datalaporan
keuangan.

Toshiba memiliki budaya perusahaan yang menuntut kepatuhan terhadap atasan, dan
hal inhi merupakan faktor penting yang menghasilkan praktek manipulasi laporan keuangan.
Selain itu hasil investigasi juga menunjukkan masalah internal sehingga Toshiba gagal untuk
mencegah tanda-tanda yang merugikan perusahaan. Meskipun pimpinan manajemen Toshiba
telah berupaya keras untuk memulihkan kondisi perusahannya, namun hingga awal 2017
Toshiba masih dalam proses bangkit dari dampak buruk skandal di tahun 2015.

Manajemen Berbasis Kinerja

Target yang terlalu tinggi, dan tekanan atas pencapaian target tersebutlah yang
menyebabkan skandal ini terjadi. Dalam akuntansi manajemen, hal ini disebut dengan
akuntansi pertanggungjawaban, pertanggungjawaban, yaitu bagaimana yaitu bagaimana
kepala unit kepala unit bisnis melaporkan pen bisnis melaporkan pencapaian kinerjanya
capaian kinerjanya atas tanggung jawab yang diberikan manajemen puncak perusahaan
kepadanya.

Tidak ada yang salah sebenarnya dalam praktik akuntansi pertanggungjawaban ini,
malah dianjurkan untuk dianjurkan untuk menciptakan kinerja menciptakan kinerja yang
lebih yang lebih baik, namun baik, namun kesalahannya terletak kesalahannya terletak pada
tumpuan penilaian kinerja semata-mata hanya pada sisi kinerja keuangan. Meskipun kita
mengenal ada empat perspektif kinerja dalam balance score card (keuangan, pelanggan,
proses bisnis internal dan bisnis internal dan pertumbuhan dan pertumbuhan dan
pembelajaran), namun pembelajaran), namun dalam kenyataannya dalam kenyataannya tetap
perspektif tetap perspektif keuangan selalu yang didewakan.

Tidak hanya di Jepang, Amerika atau negara barat lainnya, di Indonesiapun praktik
manajemen berbasis berbasis kinerja kinerja ini sering banyak disalahgunakan.
disalahgunakan. Praktik Praktik sederhananya sederhananya adalah manajemen manajemen
puncak puncak memberikan memberikan target yang luar biasa tinggi kepada unit bisnis
dibawahnya, sebenarnya sebenarnya manajemen puncak mengetahui bahwa target itu sangat
tidak realistis, namun sengaja ia berikan agar memacu unit bisnis menghasilkan agar memacu
unit bisnis menghasilkan yang lebih ban yang lebih banyak lagi melebihi target normal, agar
tak lagi melebihi target normal, agar target yang dibebankan kepadanya bisa dicapai. Atau
contoh sederhananya begini dewan komisaris( BOC) memberikan target pertumbuhan 10
kepada dewan direksi( duck) perusahaan, selanjutnya duck memberikan target 12 kepada
setiap unit bisnis di bawahnya, untuk mengamankan agar pencapaiannya yang 10 itu dapat
dengan mudah dipenuhi, selanjutnya kepala unit bisnis memberikan target yang lebih tinggi
lagi misal sebesar 15 kepada manajer divisi di bawahnya lagi, demikian seterusnya.

Praktik ini sebenarnya normal terjadi, namun tekanan dan punishment dari atasan
agar target tercapai itulah yang membuat unit bisnis mengakali laporannya. Cara gampangnya
adalah dengan memberikan laporan yang salah alias laporan ABS (Asal Bapak Senang)
seperti pada kasus Toshiba ini.

Cara Baru Pengawasan

Kasus akuntansi Toshiba ini tidak akan mungkin muncul ke permukaan, jika
komisaris (Chairman) Toshiba tidak melakukan inistiatif membentuk panel independen ini,
artinya jika dengan pengawasan biasa dengan pengawasan biasa saja (internal audit atau k
saja (internal audit atau komite audit), hal ini pa omite audit), hal ini pasti tidak sti tidak
terdeteksi. terdeteksi.

Demikian juga peran OJK nya Jepang yang tidak mampu mendeteksi kasus ini,
dengan beranekaragam beranekaragam regulasi regulasi yang dikeluarkan dikeluarkan OJK
ternyata ternyata masih belum mampu mencegah mencegah terjadinya praktik kecurangan
akuntansi pada perusahaan terdaftar di bursa, ini juga patut dipertanyakan.

Hal yang sama terjadi juga pada eksternal auditor Toshiba yang juga tidak mampu
menemukan kecurangan akuntansi ini. Audit independen saja tidak mampu menemukannya
bagaimana dengan internal audit atau OJK?

Perlu dipikirkan cara baru pengawasan untuk mencegah hal ini terulang lagi, mungkin
semacam inspeksi dari komisaris perusahaan atau dari regulator (jika perusahaan terbuka).
Inpeksi atau pemeriksaan pemeriksaan khusus bisa dilakukan dilakukan kapan saja dengan
waktu yang tidak tentu. Pemeriksaan Pemeriksaan khusus (inpeksi) ini harus dituangkan
dalam peraturan resmi (peraturan OJK atau peraturan pemerintah) pemerintah) agar semua
perusahaan perusahaan melakukannya melakukannya secara bersama, bersama, termasuk
termasuk didalamnya didalamnya siapa yang menanggung biaya inspeksi ini. Dengan
penerapan pengawasan berlapis ini tentunya akan tercipta laporan keuangan yang lebih
accountable, good corporate corporate governanc governance, dan tentunya kepercayaan
para stake holder (termasuk didalamnya investor) akan semakin tinggi.

2017 kewajiban konstruksi nuklir AS

Pada bulan Februari 2017, Toshiba mengungkapkan rincian yang tidak diaudit dari
390 miliar yen ($ 3,4 miliar) kerugian luas perusahaan, yen ($ 3,4 miliar) kerugian luas
perusahaan, terutama yang timbul dari mayoritas anak ma yang timbul dari mayoritas anak
perusahaan konstruksi yang bermarkas di Amerika Serikat, Westinghouse, yang ditulis oleh
712 miliar yen ($ 6,3 miliar). Pada 14 Februari 2017, Toshiba menunda pengajuan hasil
keuangan, dan ketua Shigenori Shiga, mantan ketua Westinghouse, mengundurkan diri. [48]
[49] [50] Keterlambatan konstruksi, perubahan peraturan dan pembengkakan biaya di
Westinghouse membangun fasilitas nuklir Vogtle unit 3 dan 4 di membangun fasilitas nuklir
Vogtle unit 3 dan 4 di Waynesboro, Georgia dan VC Summer unit 2 aynesboro, Georgia dan
VC Summer unit 2 dan 3 di South Carolina, dikutip sebagai penyebab utama kejatuhan
dramatis dalam kinerja keuangan Toshiba dan kolapsnya harga saham. Kontrak konstruksi
dengan harga tetap yang dinegosiasikan oleh Westinghouse dengan Georgia Power telah
meninggalkan Toshiba dengan kewajiban yang tidak dipetakan yang kemungkinan akan
menghasilkan penjualan anak perusahaan utama Toshiba untuk mengamankan masa depan
perusahaan. [51]
Westinghouse mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11 pada 29 Maret 2017.
[52] [53] Diperkirakan ini akan menelan biaya 9 miliar dolar kerugian bersih tahunan.

Pada 11 April 2017, Toshiba mengajukan hasil kuartalan yang tidak diaudit. Auditor
PricewaterhouseCoopers belum menandatangani akun karena ketidakpastian di
Westinghouse. Toshiba menyatakan bahwa "keraguan substansial tentang kemampuan
perusahaan untuk melanjutkan kelangsungannya". Pada 25 April 2017, Toshiba
mengumumkan keputusan untuk mengganti auditornya setelah kurang dari setahun.
Sebelumnya pada bulan April, perusahaan mengajukan hasil bisnis dua kali-tertunda tanpa
dukungan dari auditor PricewaterhouseCoopers (PwC).

Pada 20 September 2017, dewan Toshiba menyetujui kesepakatan untuk menjual


bisnis chip memorinya ke grup yang dipimpin oleh Bain Capital senilai US $ 18 miliar,
dengan dukungan keuangan oleh perusahaan seperti Apple, Dell Technologies, Hoya
Corporation, Kingston Technology, Seagate Technology, dan SK Hynix. Pada 15 November
2017, Hisense mencapai kesepakatan untuk mengakuisisi 95% Solusi Visual Toshiba senilai
US $ 113,6 juta.

Belakangan bulan itu, perusahaan mengumumkan bahwa mereka akan menarik diri dari
sponsor lama dari program televisi Jepang Sazae-san, Nichiyo Gekijo, dan layar video
topping keluar One Times Square di New York City. Perusahaan itu menyebutkan bahwa
nilai penempatan ini dikurangi dengan keluarnya dari lini bisnis yang berorientasi pada
konsumen.

BAB II
LANDASAN TEORI
Bagian ini menjelaskan teori-teori yang digunakan sebagai landasan pendeteksian
kecurangan laporan keuangan perusahan TOSHIBA Landasan teori dan penelitian terdahulu
selanjutnya digunakan untuk membangun kerangka pemikiran teoritis dan hipotesis.
2.1 Definisi Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Akuntansi adalah proses pencatatan, pengklasifikasian, pengukuran, dan
pengkomunikasian informasi keuangan tentang suatu entitas ekonomi kepada pihak-pihak
yang berkepentingan. Pelaporan keuangan adalah penyajian informasi keuangan yang
terstruktur dan sistematis yang dihasilkan dari proses akuntansi. Informasi keuangan ini
bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengambil keputusan ekonomi.

Tujuan utama akuntansi dan pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang
relevan dan andal kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk pengambilan keputusan
ekonomi. Pihak-pihak yang berkepentingan ini termasuk investor, kreditor, manajemen,
pemerintah, dan masyarakat umum.Prinsip Akuntansi Berterima Umum (GAAP) adalah
seperangkat aturan dan standar yang mengatur penyusunan laporan keuangan. GAAP
bertujuan untuk memastikan bahwa laporan keuangan disusun secara konsisten, komparabel,
dan informatif.Tata kelola perusahaan (corporate governance) adalah seperangkat prinsip dan
praktik yang mengatur cara perusahaan dikelola. Tata kelola perusahaan yang baik bertujuan
untuk memastikan bahwa perusahaan dikelola secara bertanggung jawab, adil, dan transparan
untuk mencapai kepentingan terbaik para pemangku kepentingan.

Beberapa prinsip tata kelola perusahaan yang baik antara lain:

● Akuntabilitas: Manajemen perusahaan harus bertanggung jawab kepada para


pemangku kepentingan atas tindakan dan keputusannya.
● Transparansi: Perusahaan harus mengungkapkan informasi keuangan dan
non-keuangan yang relevan kepada para pemangku kepentingan secara tepat waktu
dan akurat.
● Keadilan: Hak-hak para pemangku kepentingan harus dihormati dan dilindungi.
● Kewajaran: Keputusan perusahaan harus diambil secara adil dan tidak
mendiskriminasi pihak-pihak tertentu.

2.2 Teori Etika Bisnis


Etika bisnis adalah seperangkat prinsip dan nilai moral yang mengatur perilaku
individu dan organisasi dalam kegiatan bisnis. Etika bisnis bertujuan untuk memastikan
bahwa kegiatan bisnis dilakukan secara bertanggung jawab, adil, dan transparan.

Beberapa prinsip etika bisnis antara lain:

● Kejujuran dan Keadilan: Semua pihak dalam kegiatan bisnis harus bertindak
dengan jujur dan adil.
● Tanggung Jawab: Perusahaan harus bertanggung jawab atas dampak kegiatan
bisnisnya terhadap masyarakat dan lingkungan.
● Respek: Semua pihak dalam kegiatan bisnis harus saling menghormati hak dan
martabat satu sama lain.

2.3 Agency Theory


Agency Theory (Teori Keagenan) sangat relevan dalam memahami potensi fraud
(kecurangan) internal audit di perusahaan seperti kasus Toshiba. Jensen dan Meckling (1976)
menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan
pemilik (principal). Hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal)
memperkerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian
mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut. Dalam sebuah
perusahaan, manajer berperan sebagai agent yang secara moral bertanggung jawab untuk
mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun disisi yang lain manajer juga
mempunyai kepentingan memaksimumkan kesejahteraan mereka (Ujiyantho & Pramuka,
2007). Conflict of interest atau perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen inilah yang
dapat memicu agency problem yang dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan.

BAB III
PEMBAHASAN

Toshiba, sebuah perusahaan teknologi ternama, menjadi sorotan dunia pada tahun 2015
ketika kasus pemalsuan laporan keuangannya terkuak. Pemalsuan laporan keuangan
merupakan tindakan yang merugikan dan tidak etis di mana informasi keuangan sebuah
perusahaan disajikan secara tidak benar atau diputar-balik demi kepentingan yang tidak jujur
kepada para pemangku kepentingan. Penyajian informasi keuangan yang dipalsukan dapat
menyesatkan investor, pemegang saham, dan pihak lain yang bergantung pada laporan
keuangan untuk pengambilan keputusan.

Kasus pemalsuan laporan keuangan yang melibatkan Toshiba merupakan sebuah skandal
besar yang mengguncang fondasi perusahaan tersebut. Pada saat itu, pemeriksaan terhadap
laporan keuangan Toshiba mengungkap adanya praktik pemalsuan yang telah dilakukan
selama bertahun-tahun. Penyelidikan menunjukkan bahwa laba operasional Toshiba telah
sengaja diinflasi sebesar miliaran yen melalui berbagai metode yang tidak etis. Metode yang
digunakan antara lain manipulasi biaya dan pendapatan, penciptaan transaksi palsu, serta
penekanan biaya untuk mencapai target laba yang ditetapkan manajemen perusahaan.

Dampak dari pemalsuan laporan keuangan Toshiba sangat merugikan. Para investor dan
pemegang saham yang bergantung pada informasi tersebut menjadi korban yang mengalami
kerugian finansial. Selain itu, reputasi perusahaan secara menyeluruh tercemar dan
dipertanyakan, hal ini dapat berdampak negatif pada hubungan dengan para mitra bisnis,
regulator, dan masyarakat luas. Keselamatan dan keberlanjutan perusahaan juga menjadi
taruhannya dalam kasus semacam ini.

Untuk mencegah kasus pemalsuan laporan keuangan yang merugikan, penting bagi
perusahaan untuk menerapkan praktik tata kelola perusahaan yang baik. Pengawasan intern
yang ketat, audit eksternal yang independen, serta budaya integritas yang kuat di semua
tingkatan organisasi menjadi kunci dalam mencegah praktik pemalsuan laporan keuangan.
Transparansi dan akuntabilitas dalam pelaporan keuangan juga harus dikedepankan untuk
memastikan bahwa informasi yang disajikan oleh perusahaan dapat dipercaya dan jujur.
Sebuah budaya korporat yang berintegritas dan komitmen untuk mematuhi standar etika dan
regulasi yang berlaku adalah fondasi yang penting dalam mewujudkan praktik bisnis yang
berkelanjutan dan beretika.
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan
Toshiba mulai mengalami kesulitan mencapai target laba yang tinggi karena krisis
global. Hal ini mendorong manajemen perusahaan untuk melakukan manipulasi laporan
keuangan untuk menutupi kekurangan laba. Maka dari itu di tahun 2014 Perdana Menteri
Jepang Abe mendorong transparansi di perusahaan-perusahaan Jepang untuk menarik
investasi asing. Toshiba menyewa panel independen untuk menyelidiki masalah transparansi
di perusahaannya. Harapannya dengan ini Toshiba dapat menemukan masalah-masalah yang
ada di perusahaannya. Dan setelah di telusuri Panel independen menemukan bahwa Toshiba
telah memalsukan laporan keuangannya selama 7 tahun, dengan total kecurangan mencapai
¥151,8 miliar (Rp 21 triliun).
Dengan total kerugian sebesar itu maka dari itu , CEO dan wakil CEO Toshiba
mengundurkan diri. Skandal ini berdampak besar pada reputasi Toshiba dan menyebabkan
penurunan nilai pasar perusahaan secara signifikan.Toshiba mengungkapkan kerugian lebih
besar dari anak perusahaan Westinghouse di Amerika Serikat, senilai $3,4 miliar. Hal ini
menyebabkan Westinghouse bangkrut pada Maret 2017.Toshiba meragukan kelangsungan
usahanya dan mencari investor untuk menyelamatkan perusahaan.Dan Perusahaan Hisense
mengakuisisi 95% Solusi Visual Toshiba senilai $113,6 juta. Hingga saat ini Toshiba masih
terus berusaha untuk pulih dari dampak skandal akuntansi ini. Perusahaan telah melakukan
berbagai langkah untuk meningkatkan tata kelola perusahaan dan transparansi, namun masih
banyak tantangan yang harus dihadapi.
Saran
- Menetapkan target laba yang realistis: Manajemen Toshiba harus menetapkan
target laba yang realistis dan achievable. Hal ini dapat membantu untuk mengurangi
tekanan pada karyawan dan mencegah manipulasi laporan keuangan.
- Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas: Toshiba harus lebih transparan
dalam melaporkan informasi keuangannya kepada publik. Hal ini dapat membantu
untuk meningkatkan kepercayaan investor dan mencegah kecurangan.
- Memperkuat sistem pengawasan internal dan eksternal: Toshiba harus
memperkuat sistem pengawasan internalnya untuk mendeteksi dan mencegah
kecurangan. Auditor eksternal juga harus lebih ketat dalam memeriksa laporan
keuangan perusahaan.
- Membangun budaya perusahaan yang berlandaskan etika dan integritas:
Toshiba harus membangun budaya perusahaan yang berlandaskan etika dan integritas.
Hal ini dapat membantu untuk mencegah karyawan melakukan kecurangan.

REFRENSI :

● https://www.investopedia.com/articles/investing/081315/toshibas-accou
nting-scandal-how-it-happened.asp
● https://www.reuters.com/article/idUSL3N1001LP/
● Tessa G, Chynthia, dan Puji Harto. 2016. Fraudulent Financial Reporting:
Pengujian Teori Fraud Pentagon pada sektor Keuangan dan Perbankan
di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi XIX Lampung, p. 1-21.
● Wolfe, David T, and Dana R. Hermanson. 2004. The Fraud Diamond:
Considering The Four Element of Fraud. The CPA Journal, p. 38-42.
● Association of Certified Fraud Examining (ACFE). 2014. Report to the
nation on occupational fraud and abuse (2014 global fraud study).

Anda mungkin juga menyukai