Anda di halaman 1dari 23

TOSHIBA ACCOUNTING

SCANDALS
21 Juli 2015, CEO Hisao Tanaka mengumumkan pengunduran
dirinya di tengah skandal akuntansi di perusahaan yang Tanaka
disebut "peristiwa paling merusak bagi merek kami dalam sejarah
140 tahun perusahaan
KRONOLOGI KEJADIAN
• February 12, skandal kasus toshiba dimulai dari adanya investigasi
mengenai metodelogi akuntansi oleh SESC (Securities and
Exchange Surveillance Commision).
• April 3 – investigasi internal mengatakan menyelidik kemungkinan
akuntansi yang tidak tepat, kurangnya pelaporan biaya proyek sd
Maret 2014.
• 8 Mei - Perluas penyelidikan, membentuk komite independen,
Membatalkan pembayaran dividen, menarik diri prospek
pendapatan.
• 13 Mei - kemungkinan turunya laba operasi selama tiga tahun
sampai Maret 2014 setidaknya 50 miliar yen.
• 15 Mei - meluncurkan komite independen yang dipimpin oleh
mantan jaksa untuk memperluas penyelidikan.
• 22 Mei - Memperpanjang penyelidikan lebih dari tiga unit bisnis.
• 26 Mei - mengajukan tenggang waktu atas pengajuan surat
berharga tahunan.
• 27 Mei - Mempertimbangkan dividen khusus untuk
mengkompensasi investor setelah melewatkan pembayaran akhir
tahun karena untuk penyelidikan.
• May 29 – Pengumuman penyelidikan akan berakhir pada
pertengahan Juli, memperoleh persetujuan untuk merilis laporan
tahunan pada akhir agustus, dan Q1 pada 14 September 2015.
• 12 Juni – investigasi internal menemukan adanya pencatatan yang
tidak tepat sebesar 3,6 miliar yen. Penyelidikan itu, berjalan sejajar
dengan penyelidikan pihak ketiga, ditemukan 12 kasus
penyimpangan, termasuk tidak membuat ketentuan untuk kontrak
dibatalkan, menunda pencatatan biaya dan meremehkan biaya
bahan.
• 25 Juni - CEO mengatakan dapat menunjuk lebih anggota dewan
luar untuk meningkatkan pengawasan rekening.
• 9 Juli - Mempertimbangkan menjual aset termasuk saham di
Westinghouse Electric.
• July 16 - Komite independen melihat adanya keterlibatan
manajemen atas untuk bermain dalam skandal akuntansi.
• July 17 – Batas akhir komite independen untuk menyampaikan
laporan kepada perusahaan pada 20 Juli dan melepaskan seluruh
laporan, mengadakan konferensi pers pada pukul 5 sore (0800
GMT) pada 21 Juli.
• 21 Juli 2015 Berdasarkan Laporan pihak independen, hisao Tanaka
menyatakan perusahaan telah menggelembungkan
laba mencapai 151,8 miliar yen atau sekitar Rp 16 triliun. Jumlah
tersebut mencapai sekitar tiga kali lipat estimasi keuntungan yang
diprediksi Toshiba. Dan hal tersebut terjadi sejak 2008-akhir
desember 2014.
• Komite indepen menyatakan bahwa skandal terjadi karena
adanya pengetahuan bisnis manajemen yang kurang dan peran
sistematis management untuk menutupi skandal tersebut.
• CEO Toshiba, Hisao Tanaka, mengundurkan diri, disusul keesokan
harinya pengunduran diri wakil CEO Toshiba, Norio Sasaki. Selain
itu Atsutoshi Nishida, chief executive dari tahun 2005 sampai
dengan tahun 2009 yang sekarang menjadi penasihat Toshiba
juga mengundurkan diri.
PENYEBAB SKANDAL TOSHIBA

• Komite independen telah melakukan investigasi dengan cara


melakukan wawancara kepada berbagai pihak. Komite
investigasi membagi menjadi 2 penyebab yaitu
PENYEBAB LANGSUNG

• Budaya perusahaan atas perilaku manajemen


puncak.
• Adanya manajemen puncak yang melebih2 kan
laba
• Terlalu berlebihan dalam menargetkan laba
dan adanya tekanan yang kuat untuk mencapai
target.
• Budaya perusahaan dimana senior harus
dipatuhi.
• Kurangnya pengetahuan manajemen puncak mengenai
standar akuntansi yang berlaku.
• Kebijakan akuntansi yang dibuat oleh perusahaan juga tidak
diterapkan di perusahaan.
• Ketidaksesuaian standar akuntansi yang dipakai dilakukan
dengan cara halus sehingga tidak terlihat.
PENYEBAB TIDAK LANGSUNG

• Tidak berfungsinya internal control perusahaan.


• Tidak berfungsinya internal control pada level perusahaan.
• Tidak berfungsinya internal control pada bagian pimpinan
perusahaan.
• Tidak berfungsinya internal control pada komite audit.
• Kurangnya ketelitian auditor.
• KPI dihitung dengan berdasarkan pencapain target.
• Tidak adanya sistem rotasi.
SANKSI TERHADAP TOSHIBA

• Dec7, SECS memberikan sanksi administratif sebesar


7.373.500.000 yen/870M rupiah. Toshiba menggugat kepada
pihak eksekutif yang terlibat sebesar 3,2M yen.
SANKSI TERHADAP KAP
• Japanese regulator merekomendasikan untuk memberikan sanksi
pada Ernst & Young ShinNihon setelah gagal melihat skandal
akuntansi Toshiba Corp.
• The Certified Public Accountants and Auditing Oversight Board, a
unit of the Financial Services Agency (FSA) merekomendasikan
untuk memberikan sanksi administratif pada Ernst & Young
ShinNihon,meskipun tidak ada indikasi atas keterlibatan E&Y
dengan toshiba untuk melakukan skandal tersebut.
• September 2015,The Certified Public Accountants and Auditing
Oversight Board melakukan investigasi pada E&Y dan mengakui
adanya kelemahan dalam audit perusahaan klien termasuk
Toshiba.
• berdasarkan Pasal 34-21-2 (1) (ii) dari Akuntan Publik UU, untuk
memulai prosedur sidang mengenai perintah pembayaran denda
moneter administrasi 2.111 juta yen terhadap Ernst & Young
ShinNihon LLC ("perusahaan").
• Alasan untuk tindakan ini adalah bahwa mitra dari perusahaan
memiliki, di kelalaian perawatan karena, dibuktikan bahwa laporan
keuangan TOSHIBA CORPORATION untuk TA 2011 dan TA 2012
(untuk tahun yang berakhir 31 Maret, 2012 dan 2013) yang
mengandung salah saji material seakan mereka tidak mengandung
salah saji material.
• Sanksi termasuk suspensi tiga bulan dari mengambil kontrak
bisnis baru dan perintah perbaikan operasional.
• pengunduran diri dari enam direktur, CEO dan pejabat eksekutif.
• Mereka juga menarik diri dari perikatan audit untuk tahun fiskal
berikutnya.
TELAAH KASUS TOSHIBA BERDASARKAN
ETIKA PROFESI AKUNTAN

• Tangggung Jawab Profesi


Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional,
setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan
moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
• Dalam skandal kasus ini, terlihat bahwa akuntan perusahaan kurang
berhati-hati dan terlalu tunduk pada manajemen dalam melaporkan
laporan keuangan perusahaan dan auditor dengan sikap auditor
yang menggap bahwa adanya kurang catat terhadap biaya
perusahaan merupakan hal yang tidak material merupakan tindakan
yang tidak profesional.
KEPENTINGAN PUBLIK

• Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak


dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati
kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas
profesionalism
• Akuntan perusahaan lebih berfokus pada kepentingan
management dan kurang peka terhadap standar akuntansi yang
ada.
• auditor juga kurang teliti agar tercipta laporan keuangan yang
lebih accountable, good corporate govermance, dan akan
mendapatkan kepercayaan para stake holder.
INTEGRITAS

• Integritas mengharuskan para pihak untuk bersikap jujur dan


berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima
jasa.
• Tidak adanya kejujuran pada kasus ini walaupun niatnya baik
untuk melindungi perusahaan dari kerugiaan namun cara
presiden itu salah.
OBYEKTIVITAS

• Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari


benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban
profesionalnya.
• Adanya kepentingan menajemen untuk memanipulasi laba, dan
budaya perusahaan bahwa bawahan harus tunduk pada atasan
mengakibatkan adanya ketakutan untuk melawan atas manipulasi
yang sistematik.
KOMPETENSI DAN KEHATI-HATIAN
PROFESIONAL

• Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan


berhati-hati, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai
kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan
profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan
bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa
profesional dan teknik yang paling mutakhir.
• Pada kasus ini penyaji laporan keuangan seharusnya mempunyai
sikap kehati-hatian dalam menyajikan laporan keuangan. Melakukan
evaluasi apakah sudah sesuai dengan standar yang berlaku. Begitu
juga dengan sikap auditor.
PERILAKU PROFESIONAL

• Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan


reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi.
• Setelah adanya skandal diketahui bahwa banyak pihak yang
mengundurkan diri, yang menunjukkan bahwa management
adalah orang yang bertanggung jawab atas kejadian tersebut.
KESIMPULAN

• Kasus Toshiba bukanlah yang pertama di Jepang atau dunia. Toshiba melakukan berbagai
cara baik mengakui pendapatan lebih awal atau menunda pengakuan biaya pada periode
tertentu namun dengan metode yang menurut investigator tidak sesuai dengan prinsip
akuntansi. Seperti kesalahan penggunaan percentage of completion untuk pengakuan
pendapatan proyek, cash based ketika penggunaan provisi yang seharusnya dengan
metode akrual memaksa supplier menunda penerbitan tagihan meski pekerjaan sudah
selesai. . Manajemen biasanya mengeluarkan tantangan target yang besar itu sebelum
akhir kuartal/tahun fiskal.
• Hal ini mendorong kepala unit bisnis untuk menggoreng catatan akuntansinya. Laporan itu
juga mengatakan bahwa penyalahgunaan prosedur akuntansi secara terus-menerus
dilakukan sebagai kebijakan resmi dari manajemen. Scandal ini juga disebabkan oleh
budaya PT. Toshiba yang kurang baik tidak bisa melawan atasan. Maksudnya melawan
adalah koreksi atas kesalahan manajemen mengambil keputusan. Dari sini lah karyawan
PT. Toshiba meng-akal-akali laporan keuangan agar terlihat profit, padahal tidak
mencerminkan keuangan yang sebenarnya
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai