Anda di halaman 1dari 8

Nama : M Faqih Nadhim

NPM : 0518024121

Kelas : Akuntansi 4 Pagi C

Kasus PT. Timah Tbk Tahun 2020

PT Timah Tbk (TINS) baru saja merilis laporan keuangan tahun


2019 pada hari Rabu, 15 April 2020. Di luar rugi bersih sebesar Rp 611,28
miliar di tahun 2019, manajemen Timah merevisi data laporan keuangan
tahun 2018 yang disajikan kembali.

Kasus PT Timah baru diketahui sesudah di Audit oleh Jaringan Pwc


Indonesia yakni kantor Akuntan publik Tanudiredja, wibisana rintis & rekan
untuk laporan keuangan 31 Desember 2019.

Berikut kronologi kasus PT. Timah Tbk yang merevisi laporan keuangan
tahun 2018 :

Manajemen Timah melakukan revisi terhadap laporan keuangan tahun 2018


yang cukup signifikan. Bila sebelumnya laba bersih TINS per 31 Desember
2018 berjumlah Rp 531,35 miliar, kini nilainya direvisi menjadi Rp 132,29
miliar. Revisi itu menyebabkan laba bersih TINS tahun 2018 turun 73,67
persen jika dibandingkan perolehan tahun 2017 yang sebesar Rp 502,43
miliar. Sebelum revisi, laba bersih TINS tahun 2018 naik 5,76 persen jika
dibandingkan perolehan tahun 2017. Jika kesalahan pencatatan itu tidak
terjadi, mungkin harga saham TINS jelang pengumuman laporan keuangan
tahun 2018 juga tidak akan melonjak signifikan. Sebagai catatan, laporan
keuangan TINS tahun 2018 diumumkan di situs Bursa Efek Indonesia (BEI)
pada 8 Maret 2019. Harga saham TINS sempat melonjak 158,87 persen
antara periode 28 November 2018 hingga 25 Februari 2019. Harga saham
TINS pada 28 November ditutup di posisi Rp 620. Berangsur-angsur harga
saham TINS menanjak hingga ke level Rp 1.605 per saham, pada 25
Februari 2019. Lonjakan harga saham TINS kala itu disertai kenaikan
volume perdagangan sahamnya yang cukup signifikan. Dalam laporan
keuangannya tahun 2019, manajemen TINS memang mencantumkan alasan
revisi yang mereka lakukan. Laporan keuangan TINS tahun 2018 dan 2019,
diaudit oleh jaringan PwC Indonesia, yakni Kantor Akuntan Publik
Tanudiredja, Wibisana, Rintis & Rekan. Dalam laporan keuangan TINS 31
Desember 2019, manajemen TINS mempertimbangkan ulang interpretasi
atas fakta, keadaan dan perlakuan akuntansi yang relevan. Pertimbangan
tersebut merujuk pada keuangan konsolidasian 31 Desember 2018. Adapun
sejumlah pertimbangan penting revisi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kurang catat beban pokok pendapatan atas penjualan logam timah

Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2018, terdapat kurang catat beban
pokok pendapatan atas penjualan logam timah sebesar Rp 640 miliar. Salah
satu sebabnya adalah TINS kurang melakukan pencatatan atas biaya jasa
kompensasi bijih timah dan biaya jasa penglogaman bijih timah yang
dilakukan oleh mitra usaha perusahaan.
2. Saldo properti investasi yang tidak tepat Manajemen TINS menyebutkan,
pada tanggal 31 Desember 2018 saldo properti investasi kurang catat sebesar
Rp119 miliar dan aset tetap kelebihan catat sebesar Rp 25 miliar. Selain itu,
pada tahun 2018 keuntungan atas revaluasi properti investasi dalam laba rugi
beserta penghasilan komprehensif lainnya, juga kurang catat masing-masing
sebesar Rp 45 miliar dan Rp 53 miliar. Demikian pula beban lainnya kurang
catat sebesar Rp 4 miliar. Hal tersebut terjadi, salah satunya disebabkan
keuntungan atas revaluasi tanah di Kota Legenda Mustikasari, Bekasi,
berdasarkan laporan penilai independen yang dicatat lebih rendah sebesar Rp
87 miliar pada tahun 2018. Selain itu terdapat tanah dan bangunan di
Pangkal Pinang yang sudah disewa oleh PT Trans Retail Indonesia (TRI) di
tahun 2019. Manajemen TINS melakukan penelaahan ulang atas perjanjian
dan dokumen yang ada dan berkesimpulan bahwa peruntukan dari atas tanah
dan bangunan telah berubah sejak ditandatanganinya letter of intent antara
TINS dengan TRI per Maret 2018. Oleh karena itu, tanah yang sebelumnya
dicatat sebagai aset tetap seharusnya direklasifikasi dan disajikan sebagai
properti investasi dan diukur ke nilai wajarnya sejak Maret 2018. Kenaikan
atas revaluasi tersebut seharusnya dicatatkan sebagai penghasilan
komprehensif lainnya.

3. Metode pengakuan pendapatan penjualan bangunan rumah yang tidak


tepat

4. Pajak dibayar di muka tidak tertagih

5. Transaksi antar perusahaan dalam satu grup


Dalam kasus ini, ada beberapa pihak yang dirugikan antara lain:

1. Investor atau pemegang saham

Dengan adanya kasus revisi terhadap laporan keuangan tahun 2018 yang
cukup signifikan. Bila sebelumnya laba bersih TINS per 31 Desember 2018
berjumlah Rp 531,35 miliar, kini nilainya direvisi menjadi Rp 132,29 miliar.
Revisi itu menyebabkan laba bersih TINS tahun 2018 turun 73,67 persen
jika dibandingkan perolehan tahun 2017 yang sebesar Rp 502,43 miliar.
Pencatatan Laba bersih yang tidak sesuai dengan interpretasi atas fakta,
keadaan dan perlakuan akuntansi yang relevan berdasarkan pertimbangan
yang telah disebutkan tadi. telah menipu investor dan pemegang saham,
karena investor sebelum menginvestasikan uangnya ke perusahaan PT timah
tbk pasti akan melihat dulu kinerja laporan keuangan nya, dan ternyata
setelah di audit menunjukkan kekeliruan pencatatan atau manipulasi laporan
keuangan. Bagi pemegang saham Hal ini merugikan karena ditipu oleh
laporan keuangan yang dipoles agar terlihat menarik dan hasilnya setelah
diaudit laba bersih menjadi turun dan otomatis harga saham turun juga
dividennya.

2. Perusahaan dan manajemen

Sebelum perusahaan melakukan revisi, tentunya manajemen perusahaan


menggunakan laporan keuangan yang belum direvisi dan belum disajikan
secara relevan dan sesuai fakta. Manajemen perusahaan menggunakan
laporan keuangan tersebut sebagai salah satu bahan dalam pengambilan
keputusan. Tentunya dengan laporan keuangan yang belum relevan akan
menghasilkan keputusan yang bisa jadi kurang tepat juga. Kemudian apabila
keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan tidak tepat akan
berpengaruh pada hasil perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan.

3. Negara

PT timah tbk merupakan bagian dari Badan usaha milik negara ( BUMN)
yang bergerak di bidang pertambangan dan timah. Terjadinya kasus revisi
laporan keuangan pada tahun2018 yang mengakibatkan laba bersih turun
menjadi 132,29 miliar atau turun 73,67 persen menjadi suatu kerugian bagi
negara karena penerimaan negara juga harus turun dan Hal ini menambah
Citra buruk BUMN mengenai manipulasi Laporan keuangan yang selama ini
banyak dilakukan oleh perusahaan negara.

4. Mitra Perusahaan

Dengan adanya kasus revisi laporan keuangan tentunya sebagai partner


bisnis akan terkena dampaknya. Laba bersih yang ternyata menunjukkan
penurunan akan merugikan

5. Lembaga keuangan

Lembaga keuangan bisa menjadi sumber pendanaan perusahaan dalam


mengembangkan perusahaan. Dengan laporan keuangan yang belum sesuai
tentunya apabila perusahaan tersebut mengajukan permohonan pendanaan,
dan permohonan tersebut disetujui. Tentu pihak lembaga keuangan dirugikan
karena salah melakukan analisa permohonan pendanaan.
Selanjutnya dari kasus ini ada beberapa pihak yang dirasa
bertanggung jawab atas terjadinya kasus ini, diantaranya :

1. Akuntan manajemen
Akuntan manajemen adalah pihak yang bertanggung jawab
menyusun laporan keuangan. Apabila terjadi kesalahan berkaitan
dengan laporan keuangan, Akuntan manajemen lah yang pertama
dicurigai.
2. Jajaran direksi
Jajaran direksi merupakan pihak yang menjalankan aktivitas
perusahaan. Direksi menjadi pihak yang memegang kekuasaan dalam
menjalankan perusahaan. Direksi mempunyai andil dalam pembutan
keputusan pada kasus ini yang pada akhirnya terjadi revisi laporan
keuangan.
3. Akuntan publik
Akuntan publik menjadi selaku pihak yang mengaudit laporan
keuangan milik PT. Timah Tbk.
Tanggung jawab Akuntan publik hanya terdapat Pada Penyampaian
Opini berdasarkan bukti-bukti Audit, jika semua prosedur Audit
sesuai dengan Standar Audit yang berlaku, Maka Auditor tidak
bersalah.

Kemudian dari kasus ini bisa kita analisis bahwa terjadinya kasus
tersebut terdapat prinsip dasar etika yang dilanggar, diantaranya :
A. Integritas
Akuntan harus mematuhi prinsip integritas yang mensyaratkan
Akuntan untuk bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan
profesional dan bisnis. Dalam kasus ini terjadi kesalahan dalam
penyajian laporan keuangan perusahaan. Kesalahan ini bisa
menyesatkan secara material. Menurut saya dalam kasus ini,
Akuntan kurang hati-hati dalam membuat laporan keuangan.
Serta adanya pengaburan informasi yang seharusnya
diungkapkan, sehingga akan menyesatkan.

B. Kompetensi dan kehati-hatian profesional


Dalam kasus ini, saya berpendapat bahwa telah melangar etika
kompetensi dan kehati-hatian profesional, karena Akuntan belum
mencapai dan mempertahankan pengetahuan serta keahlian
profesional pada level yang disyaratkan untuk memastikan bahwa
organisasi tempatnya bekerja memperoleh jasa profesional yang
competen berdasarkan standar profesional dan standar teknis
terkini dan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam hal ini Akuntan kurang hat-hati dalam membuat laporan
keuangan, bisa dilihat dari kasus di atas bahwa laporan keuangan
perlu ditinjau kembali dengan interpretasi atas fakta, standar
akuntansi yang relevan sehingga menghasilkan laporan keuangan
yang belum sesuai.

Kemudian berkaitan dengan isu etika bisnis yang terjadi dalam


kasus PT. Timah Tbk ini adalah isu kecurangan dalam keuangan (Financial
Fraud). Terdapat perbedaan laba bersih yang sangat jauh pada laporan
keuangan 2018 sebelum dan sesudah direvisi. Hal ini menimbulkan
pertanyaan besar apakah laporan tersebut di manipulasi atau yang biasa
dikenal dengan window dressing( memoles laporan keuanganya agar terlihat
menarik bagi investor). Kalau hal ini sampai terjadi maka perusahaan telah
melakukan kecurangan dalam keuangan ( financial fraud).

Anda mungkin juga menyukai