Anda di halaman 1dari 9

ANALISA KASUS KECABUHAN LAPORAN KEUANGAN

GIAA TAHUN 2018


(Untuk memenuhi Ujian Tengah Semester 1 mata kuliah Corporate Governance)

Oleh

REZA PUJI PARAMITHA

8312419002

MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS BISNIS

UNIVERSITAS KATHOLIK WIDYA MANDALA

1
INTI KASUS

Pada tanggal 28 Juni 2019 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menetapan sanksi pada PT
Garuda Indonesia (persero) Tbk (GIAA) atas pelanggaran dalam penyajian Annual Report
(AR) tahun 2018. Sanksi ini mengakibatkan GIAA harus memperbaiki dan menyajikan
ulang (restatement) AR dan melakukan public expose maksimal 14 hari sejak tanggal
dikeluarkan sanksi. Penerbitan sanksi ini menyebabkan turunnya nilai saham GIAA di pasar
modal.
GIAA telah menyajikan laporan keuangan tahun 2018 yang tidak tepat dengan standar
akutansi keuangan berlaku. Kesalahan signifikan terletak pada pengakuan pendapatan atas
penyerahan hak pemasangan konektivitas dalam penerbangan yang bekerjasama dengan PT
Mahata Aero Teknologi - Sriwijaya. Pada perjanjian kerjasama disetujui membayaran
GIAA sebesar $211,94 juta dan Sriwijaya memberikan $30 juta (telah dibayarkan $28 juta)
dengan masa berlaku perjanjian selama 15 tahun. GIAA mengakui pendapatan tersebut
pada laporan keuangan senilai $239,94 juta ($28 juta dari Sriwijaya dan $211,94 juta dari
PT Mahata Aero) pada laporan 2018 walaupun belum imbalan belum seluruhnya diterima
dari PT Mahata Aero dan bukan merupakan pendapatan untuk satu periode saja. Oleh
karena itu, GIAA terbukti melakukan pelanggaran atas
1. Pasal 69 UU No 8 TAhun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM)
2. Peraturan Bapepam dan LK Nomor VIII G.7 tentang Penyajian dan
Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik
3. Interprestasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan Apakah
Suatu Perjanjian Mengandung Sewaa
4. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa

Penyajian ulang laporan keuangan oleh GIAA akhirnya memberikan informasi yang
sangat berbeda dari laporan sebelumnya. Diketahui pada laporan sebelumnya GIAA
memperoleh laba usaha tahun 2018 senilai $100 juta berubah menjadi rugi di laporan
keuangan terbaru. Perbedaan yang signifikan ini menandakan informasi yang disajikan
sebelumnya tidak benar dan menyesatkan bagi pengguna laporan keuangan terutama

2
investor. Oleh karena itu, laporan keuangan GIAA ini tidak syarat faithful representation
dikarenakan informasi yang disajikan tidak lengkap, bias, dan salah saji.
Permasalahan ini timbul diawali dengan penolakan laporan keuangan oleh dua
komisaris GIAA yaitu Chairul Tanjung dan Dony Oskaria. Mereka menolak
menandatangani laporan keuangan GIAA dikarenakan pengakuan piutang dan pendapatan
yang tidak seharusnya atas hasil kerja sama PT Mahata Aero – Sriwijaya. Penolakan ini
mengakibatkan Dony Oskaria akhirnya diberhentikan sebagai komisaris pada RUPS.
Kegaduhan atas laporan keuangan GIAA ini juga mengakibatkan penjatuhan sanksi kepada
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang mengaudit laporan keuangan GIAA tahun 2018.

ANALISIS KASUS

a. Peran Internal Auditor dalam Kecabuhan Laporan GIAA


Bapepam LK Nomor IX.7 mendefinisikan audit internal sebagai suatu kegiatan
pemberian keyakinan (assurance) dan konsultasi yang bersifat independen dan objektif
dengan tujuan untuk meningkatkan nilai dan memperbaiki operasional perusahaan melalui
pendekatan yang sistematis, dengan cara mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas
manajemen resiko, pengengalian dan proses tata kelola perusahaan. Jasa pemberian
keyakinan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan (examination) yang objektif terhadap
bukti dalam rangka pemberian penilaian (assessment) yang independen. Pemberian
konsultasi (advisory) yang ruang lingkup dan pelaksanaannya berdasarkan kesepakatan
dengan penerima jasa, dalam suatu perusahaan tim audit internal akan melakukan
koordinasi dengan komite audit.
Demi mewujudkan sistem tata kelola perusahaan yang baik, diperlukan kualifikasi
yang baik bagi tim audit internal. Persyaratan untuk menjadi seorang auditor internal
mencakup kriteria integritas, kompetensi dan independensi. Seorang auditor internal yang
berintegritas akan berperilaku professional, jujur dan objektif dalam pelaksanaan tugasnya,
mengikuti kode etik dan standar profesi yang berlaku. Auditor internal yang berkompeten
adalah yang memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai teknis audit dan disiplin ilmu

3
yang berkaitan dengan tugasnya, mampu berkomunikasi, memahami tata kelola perusahaan
dan meningkatkan pengetahuan serta keahlian dengan berkelanjutan.
Herry (2016) dalam bukunya menggolongkan aktivitas audit internal dalam dua bentuk
audit keuangan dan audit operasional. Audit keuangan meliputi pengecekan atas
kecermatan dan kebenaran segala data keuangan dan menjaga kekayaan perusahaan.
Sedangkan audit operasional adalah kegiatan pemeriksaan lebih ditujukan pada bidang
operasional untuk dapat memberikan rekomendasi perbaikan dalam cara kerja, sistem
pengendalian dan sebagainya.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dikatakan auditor internal dalam perusahaan
memegang peranan penting termasuk dalam membentuk informasi pada laporan keuangan.
Jika operasional perusahaan berjalan sesuai standar operasional perusahaan (SOP),
didokumentasikan dan dicatat dengan prosedur yang tepat maka akan menghasilkan laporan
keuangan yang handal. Salah satu tujuan auditor internal adalah memberikan keandalan
pelaporan keuangan dengan mengevaluasi kepatuhan terhadap sistem laporan keuangan,
pemenuhan kriteria kewajaran (Soemarso, 2018). Selain itu auditor internal diharapkan
mampu berkoordinasi dengan auditor internal jika terdapat temuan dan resiko saat
dilakukan audit eksternal.
Terjadinya kecabuhan laporan keuangan 2018 yang terjadi pada GIAA merupakan
insiden yang patut disayangkan. GIAA memiliki tim auditor internal yang memiliki
kualifikasi dan sertifikasi yang cukup baik. Dari 29 pegawai dalam tim audit internal hanya
delapan yang belum memiliki sertifikasi. Sebagai perusahaan BUMN, GIAA juga memiliki
Satuan Pengawasan Intern dan Piagam Pengawasan Intern dan salah satu yang menjadi
fokusnya mengenai penilaian dan pemeriksaan dibidang keuangan.
Nampaknya auditor internal GIAA tidak menjadikan aktivitas keuangan sebagai salah
satu fokus kegiatannya. Apabila prosedur evaluasi SOP untuk siklus penjualan atau
pendapatan dijalankan dengan baik tentunya dari tidak akan terjadi kesalahan pengakuan
pendapatan. Dari perjanjian kerjasama GIAA-PT Mahata Aero, pencatatan pendapatan
seharusnya disesuaikan dengan PSAK 30 tentang sewa yang mengakibatkan pendapatan
diakui secara garis lurus selama masa sewa yang berarti pendapatan yang dapat dicatatkan
hanyalah sebesar realisasi sewa bukan keseluruhan nilai transaksi pada kontrak.

4
Selain itu fokus program kerja tim audit internal yang tertuang pada Program Kerja
Pengawasan Tahunan (PKPT) yang terdiri dari 19 program pemeriksaan dan 15
pemeriksaan khusus (hasil laporan tahunan GIAA 2018). Sebagian besar program kerja
dititikberatkan pada kegiatan audit operasional sedangkan PKPT pada keuangan (finance)
difokuskan pada pengelolaan biaya dan hutang. Sehingga tidak mengejutkan jika kesalahan
dalam pencatatan pendapatan dapat terjadi di GIAA.

b. Permasalahan Tata Kelola GIAA


Tata kelola perusahaan fokus pada sistem pertanggungjawaban keuangan, terutama
yang tujukan kepada publik (Soemarso, 2018). Kecabuhan yang terjadi di GIAA
mengindikasikan bahwa terdapat hal yang tidak sesuai pada tata kelola perusahaan.
Meskipun pada tahun 2017 GIAA mendapat penilaian Good Corporate Governance (GCG)
yang “Sangat Baik” oleh konsultan penilai, hal ini sepertinya tidak dapat menjadi acuan
bahwa kesalahan infomasi laporan keuangan tidak akan terjadi.
Dalam tata kelola perusahaan, direksi dan dewan komisaris memiliki peran yang
penting. Mereka memegang amanah atas dasar kepercayaan untuk kepentingan pihak lain
yaitu pemegang saham dan masyarakat (fiduciary duty). Sehingga direksi dan komisasris
melaksanakan doktrin busniss judgement rule yang mengharuskan mereka unutk
menerapkan asas itikad baik, kehati-harian dan bertanggung jawab dalam melakukan
tindakan demi kepentingan perusahaan (Soemarso, 2018).
Direksi dan dewan komisaris mempertanggungjawabkan tugas fidusianya pada laporan
tahunan dan laporan keuangan. Penandatangan laporan tahunan oleh semua anggota direksi
dan penandatangan laporan keuangan oleh direktur utama dan direktur keuangan
menandakan peran tanggung jawab mereka atas laporan. Apabila laporan keuangan ternyata
salah dan menyesatkan maka direksi dan dewan komisaris bertanggung jawab renteng
terhadap pihak yang dirugikan. Oleh karena itu, dalam pemeriksaan laporan keuangan 2018
GIAA, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan pemanggilan kepada direksi perusahaan.
Pencatatan pendapatan yang tidak sesuai tidak mungkin dilakukan tanpa
sepengetahunan dan persetujuan direktur. Dengan penandatangan laporan keuangan dan
laporan tahunan oleh direktur utama menyuratkan bahwa isi laporan merupakan tanggung

5
jawabnya yang merupakan representasi perusahaan. Wajar jika kesalahan ini memunculkan
dugaan adanya upaya memanipulasi laporan keuangan untuk mencari keuntungan bagi
dirinya atau pihak lain dengan cara melawan hukum oleh direksi.
Laporan keuangan GIAA tahun 2018 menunjukkan bahwa posisi perusahaan
mengalami keuntungan. Tentunya hal ini menyiratkan prestasi bagi pengurus perusahaan
(direksi) atas peningkatan kinerja perusahaan. Apabila perusahaan memperoleh keuntungan
maka akan ada kompensasi atau bonus yang akan diterima. Hal ini dibenarkan pada
ketentuan tantiem bagi Direksi dan Dewan Komisaris yang dapat diberikan oleh GIAA
yaitu:
1. Opini yang diterbitkan auditor adalah paling sedikit Wajar Dengan Pengecualian
(WDP);
2. Realisasi tingkat kesehatan paling rendah dengan nilai 70 (tujuh puluh);
3. Capaian KPI paling rendah sebesar 80% (delapan puluh persen);
4. Kondisi Perseroan tidak semakin merugi dari tahun sebelumnya untuk Perseroan
dalam kondisi rugi, atau Perseroan tidak menjadi rugi dari sebelumnya dalam
kondisi untung.
Sehingga berdasarkan laporan keuangan yang salah saji sebelumnya dimana
perusahaan menunjukkan pada posisi untung (tahun 2017 mengalami rugi), hasil audit
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), maka direksi dan dewan komisaris dapat memperoleh
bonus.
Di sisi lain, kaitan peran dewan komisaris pada kasus pada laporan keuangan 2018
GIAA juga menjadi perhatian. Dewan komisaris memiliki fungsi pengawasan dan
pemberian nasihat (Undang Undang Perseroan Terbatas Pasal 108). Setiap tindakan yang
dilakukan haruslah berdasarkan itikad baik, penuh kehati-hatian, dan tanggung jawab. Jika
tidak dilakukan maka setiap anggota dewan komisaris ikut bertanggung jawab secara
pribadi atas kerugian perseroan jika yang bersangkutan bersalah atau lalai dalam
menjalankan tugasnya.
Dalam menjalankan fungsi pengawasan, dewan komisaris dapat membentuk komite
salah satunya komite audit. Komite audit ini terkait dengan bagian akuntansi, audit internal,
manajemen resiko, kepatutan/legal, etika, dan sekretaris perusahaan. Pada bagian akuntansi

6
dan direktur keuangan, komite audit akan banyak berhubungan terutama yang berkaitan
dengan pelaporan keuangan yang disampaikan pada publik. Tugas utama komite audit
terkait laporan keuangan adalah menelaah apakah laporan keuangan yang disampaikan
kepada publik telah sesuai dengan Peraturan Bapepam yaitu laporan keuangan telah
disusun dan disajikan sesuai prinsip akuntansi yang berterima umum dan menyajikan
informasi secara lengkap, benar, dan tidak mengandung informasi atau fakta material yang
tidak benar dan. Sehingga dapat disimpulkan dengan terjadinya kesalahan dalam laporan
keuangan GIAA 2018 maka terdapat peran komite audit yang tidak berjalan dengan baik.
Salah satu persyaratan anggota komite audit adalah memiliki latar belakang pendidikan
dan keahlian di bidang akuntansi dan keuangan (setidaknya satu diantara anggota komite
audit). Di GIAA, komite audit terdiri dari 1 (satu) ketua yang juga merupakan komisaris
independen dan 2 (dua) anggota. Walaupun dua anggota komite ini memiliki latar belakang
akuntansi keuangan, namun tidak dengan ketua komite audit yang baru ditetapkan tanggal 1
November 2018 yaitu Insmerda Lebang. Beliau tidak memiliki latar belakang akuntansi dan
keuangan melainkan purnawirawan polisi, sehingga kompetensinya tentu menjadi keragu-
raguan tersendiri. Terdapat kemungkinan beliau tidak mengetahui adanya kesalahan yang
terjadi yang lolos dari pengawasan tim audit internal dan anggota komite auditnya
mengingat kejanggalan ini terjadi pada triwulan terakhir saat beliau mulai bertugas sebagai
ketua komite audit.
Selain itu terdapat kelemahan dari pengawasan komite audit. Pada laporan tahunan
perihal “Aktivitas Pengawasan” menunjukkan aktivitas pengawasan tentang penelaahan
ketaatan akuntansi dan pelaporan keuangan hanya dilaksanakan satu kali. Aktivitas yang
hanya sekali ini tidak wajar mengingat laporan keuangan dipublikasikan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) setiap triwulan. Hal ini menimbulkan kemungkinan komite audit tidak
melaksanakan pengawasan secara rutin.
Selanjutnya berkenaan pemberian saran atas penunjukkan Kantor Akuntan Publik
(KAP). Pada tahun sebelumnya, GIAA diaudit oleh salah satu KAP dari big 4, tetapi tahun
2018 terdapat pergantian auditor yaitu diaudit oleh KAP dari big 5. Seharusnya komite
audit memperhatikan kualitas dari KAP saat pemilihan auditor eksternal.

7
Komposisi dewan komisaris yang sebagian berlatar belakang bukan dari akuntansi juga
menjadi alasan kompetensi dewan komisaris diragukan. Dari 7 (tujuh) dewan komisaris
hanya satu orang yang berlatar belakang akuntansi, yaitu Chairul Tanjung. Sementara
lainnya berlatar belakang dari penerbangan (termasuk ketua komisaris), polisi, manajemen,
pengamat ekonomi makro. Hal ini juga ditunjukkan pada saat penandatangan laporan
tahunan, hanya Chairul Tanjung dan Dony Oskaria yang menolak menandatangi karena
menyadari adanya kesalahan pada laporan keuangan.

2.3 Pelaksanaan Tata Kelola Yang Baik Ditinjau dari Budaya Organisasi dan
Komitmen

SIMPULAN

REFERENSI

Artikel Online
https://kabar24.bisnis.com/read/20190226/16/893439/jasa-audit-keuangan-film-digugat-
kap-gideon-adi-rekan. Diakses 2 pada 2 Oktober 2019

http://sipp.pn-jakartaselatan.go.id/index.php/detil_perkara. Diakses pada 21 Oktober 2019

Dokumen Resmi
Institut Akuntan Publik Indonesia. Peraturan Pengurus Nomor 2 Tahun 2016 Tentang
Penentuan Imbalan Jasa Audit Laporan Keuangan

Soebekti dan R. Tjitrosudibio. 1996. Kitab Undang-undang Hukum Perdata = Burgerlijk


Wetboek (terjemahan). Cet. 28. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

Jurnal Penelitian

8
Muhtarom, M. 2016. Asas – Asas Hukum Perjanjian: Suatu Landasan Dalam Pembuatan
Kontrak. SUHUF, 6 (1): 48-56.

Ditia Warmadewa, I Made dan I Made Udiana. 2016. Akibat Hukum Wanprestasi Dalam
Perjanjian Baku. Journal Ilmu Hukum, 5 (2): 12-20.

Haryanto, T.D. 2010. Hubungan Hukum Yang Menimbulkan Hak dan Kewajiban Dalam
Kontrak Bisnis. Wacana Hukum, 9 (1): 50 -62.

Langi, Marvita. 2016. Akibat Hukum Terjadinya Wanprestasi Dalam Perjanjian Jual Beli.
Lex Privatum, 4(3): 30- 40

Tandirerung, Y. T. 2012. Independensi Auditor (KAP) Dari Aspek Sistem Pembayaran Fee
Audit. JURNAL EKSIS, 8(1) : 26 -38

Buku
Herry, 2016. Auditing dan Assurans. PT. Grasindo, Jakarta.
Rahardjo, Soemarso Slamet. 2018. Etika dalam Bisnis & Profesi Akuntansi dan Tata Kelola
Perusahaan. Salemba Empat, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai