Anda di halaman 1dari 10

Aida Nur Fitriyana (K7718004)

Pendidikan Akuntansi (A) 2018

Universitas Sebelas Maret

Penyajian Laporan Keuangan Tidak Sesuai Standar Audit

(Studi Kasus PT Garuda Indonesia)

A. Pendahuluan
Standar Audit (SA) 240 menyebutkan bahwa dalam audit laporan keuangan dapat
timbul kesalahan penyajian karena adanya kecurangan atau kekeliruan. Kecurangan
adalah kesalahan penyajian yang disebabkan oleh tindakan secara sengaja, sedangkan
kekeliruan disebabkan karena tindakan secara tidak sengaja.
Tuntutan pekerjaan yang tinggi dan kemampuan untuk bersikap profesional
menjadi tantangan yang harus dipenuhi oleh seorang akuntan publik, karena tanggung
jawabnya yang besar (Sudirman, 2002). Akuntan Publik adalah pihak independen yang
dianggap mampu menjembatani benturan antara kepentingan pihak investor dengan pihak
manajemen, yaitu sebagai pengelola perusahaan. Dalam tugas profesionalnya, akuntan
wajib mematuhi aturan etika yang tertuang dalam kode etik akuntan. Kode etik akuntan
sebagai suatu prinsip moral dan perbuatan yang menjadi landasan bertindaknya akuntan
sehingga apa yang dilakukannya dipandang oleh masyarakat sebagai perbuatan yang
terpuji dan meningkatkan martabat serta kehormatan profesi.
Seperti yang terjadi dalam kasus PT Garuda Indonesia, dilansir dari laman
cbncindonesia.com bahwa diketahui laporan keuangan PT Garuda Indonesia tidak diaudit
sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum dan telah melakukan kecurangan.
Sebagai perusahaan Go Public, PT Garuda Indonesia melaporkan kinerja keuangan tahun
buku 2018 kepada Bursa Efek Indonesia. Kinerja keuangan PT Garuda Indonesia
(Persero) yang berhasil membukukan laba bersih US$ 809 ribu pada tahun 2018. Padahal,
apabila melihat detail komprehensifnya hal ini berbanding terbalik dari tahun 2017 yang
merugi US$ 216,58 juta. Hal ini cukup mengejutkan lantaran pada kuartal III 2018
perusahaan masih merugi sebesar US$ 114,08 juta. Pada saat agenda rapat untuk
menyetujui laporan keuangan tahun 2018, dua komisaris Garuda Indonesia, Chairul
Tanjung dan Dony Oskaria menyampaikan keberatannya dan meminta agar keberatan itu
dibacakan dalam rapat umum tersebut, namun atas keputusan pemimpin rapat permintaan
itu tak dikabulkan. Hasil rapat pemegang saham pun akhirnya menyetujui laporan
keuangan Garuda Indonesia tahun 2018. Hal ini menyebabkan timbulnya polemik antara
pihak-pihak yang bersangkutan dengan laporan keuangan PT Garuda Indonesia, karena
menganggap laporan keuangan 2018 Garuda Indonesia tidak sesuai dengan pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Pasalnya, Garuda Indonesia memasukan
keuntungan dari PT Mahata Aero Teknologi yang memiliki utang kepada maskapai
Garuda Indonesia. PT Mahata Aero Teknologi sendiri memili hutang terkait pemasangan
wifi yang belum dibayarkan.
Konferensi pers yang digelar oleh kementrian keuangan memaparkan sejumlah
pelanggaran yang dilakukan oleh Auditor Publik (AP) Kasner Sirumapea. Auditor belum
sepenuhnya mematuhi standar audit 315 terkait pengidentifikasian dan penilaian risiko
kesalahan penyajian material melalui pemahaman atas entitas dan lingkungan. Auditor
juga dinilai tidak bisa mempertimbangkan fakta-fakta setelah tanggal laporan keuangan
sebagai dasar perlakuan, sehingga auditnya tak sesuai dengan SA 500 dan SA 560.
Kesalahan audit itu muncul terkait piutang atas kerjasama dengan PT Mahata Aero
Teknologi yang dicatat sebagai pendapatan laporan keuangan Garuda Indonesia tahun
lalu. Kedua, auditor belum sepenuhnya mendapatkan bukti audit yang cukup dan tepat
untuk menilai ketepatan perlakuan akuntansi sesuai dengan substansi transaksi dari
pernjanjian yang melandasinya.
Dari kasus tersebut diketahui betapa pentingnya standar Audit pada saat pelaporan
keuangan dan tanggung jawab auditor terhadap kecurangan. oleh karena itu paper ini
akan membahas (1) pentingnya standar audit dalam penyajian laporan keuangan (2)
tanggung jawab auditor dalam mendeteksi kecurangan pada laporan keuangan (3) strategi
dalam meminimalisir terjadinya risiko kesalahan saat audit laporan keuangan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang, dapat dirumuskan masalah anatara lain :
1) Bagaimana pentingnya standar audit dalam penyajian laporan keuangan (studi
kasus PT Garuda Indonesia) ?
2) Bagaimana tanggung jawab auditor dalam mendeteksi kecrangan pada laporan
keuangan ( studi kasus PT Garuda Indonesia) ?
3) Bagaimana strategi dalam meminimalisir terjadinya risiko kesalahan saat audit
laporan keuangan?
C. Pembahasan
1. Standar audit
Auditing merupakan suatu proses untuk memperoleh dan mengevaluasi
secara objektif atas pernyataan- pernyataan tentang kegiatan atau kejadian
ekonomi. Dalam melakukan auditing seorang auditor harus melakukannya sesuai
dengan standar audit yang berlaku. Standar audit adalah kriteria atau ukuran mutu
minimal untuk melakukan kegiatan audit yang wajib dipedomani oleh Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) (PER/05/M.PAN/03/2008). Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) telah menetapkan dan mengesahkan standar auditing
yang terdiri atas sepuluh standar. Standar audit ini dapat diterapkan tanpa
memandang ukuran besar kecilnya usaha klien, bentuk organisasi bisnis dan jenis
industri.
Standar auditing sendiri terdiri atas tiga bagian yaitu : (1) standar umum;
(2) standar lapangan; (3) standar pelaporan. Standar umum didasari oleh konsep
kehati-hatian, indepedensi, dan etika. Standar pekerjaan lapangan didasari oleh
konsep bukti. Standar pelaporan didasari oleh konsep penyajian dan
pengungkapan yang wajar. Standar- standar tersebut dirinci dan disahkan kedalam
bentuk pernyataan Standar Auditing (PSA).
2. Kecurangan atau Fraud
Fraud diterjemahkan dengan kecurangan sesuai pernyataan Standar
Auditing (PSA) no 70. Association Of Certified Fraud Examiners (ACFE)
menggolongkan fraud dalam tiga jenis, yaitu kecurangan dalam laporan
keuangan, penyalahgunaan asset dan korupsi ( Surjandari dan Martaningtyas,
2015). Menurut ACFE, kecurangan merupakan segala sesuatu yang secara lihai
dapat digunakan untuk mendapat keuntungan dengan cara menutupi kebenaran.
Menurut SA 240 yang dikeluarkan oleh IAI menyebutkan dua jenis fraud
yaitu :
a. Fraud yang muncul akibat dari kecurangan dalam laporan keuangan, yaitu
penghilangan secara sengaja untuk mengelabui pemakai laporan keuangan
b. Fraud yang timbul akibat penggelapan atau penyalahgunaan yang berkaitan
dengan pencurian aktiva yang berakibat laporan keuangan tidak disajikan
secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berterima unum.
3. Tanggung jawab auditor dalam kasus PT Garuda Indonesia
Seperti yang telah diuraikan pada pendahuluan, PT Garuda Indonesia
melakukan kecurangan atas laporan keuangan pada tahun 2018 dengan
menyatakan bahwa seolah-olah perusahaan mengalami keuntungan, padahal
faktanya berbanding terbalik. Dimana PT Garuda membukukan laba bersih US$
809 ribu pada tahun 2018. Hal ini berbanding terbalik dari tahun 2017 yang
merugi US$ 216,58 juta. Namun kejadian ini lolos dari Kantor Akuntan Publik
(KAP) sebagai auditor independen. Selama ini KAP yang bertugas yaitu KAP
Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan yang merupakan Anggota dari BDO
Internasional.
Kasus PT Garuda Ini termasuk dalam jenis fraud yang berkaitan dengan
pelaporan keuangan, dimana adanya akun yang seharusnya diakuui sebagai
piutang, justru oleh PT Garuda Indonesia diakui sebagai pendapatan tahun lalu.
Kasus ini berhubungan dengan tanggung jawab auditor dalam mendeteksi
kesalahan pada laporan keuangan. kasus ini merupakan kelalaian tanggung jawab
auditor atau akuntan publik ketika memeriksa dan mendeteksi kesalahan sehingga
tidak ditemukannya kesalahan pencatatan akun.
Hal ini menunjukan bahwa auditor independen (KAP Tanubrata Sutanto
Fahmi Bambang & Rekan) tidak melakukan tugasnya sesuai dengan Standar
Auditing yang berlaku, dimana dalam SA 240 pada paragraph 5-8 menyatakan
bahwa seorang auditor harus mampu mendeteksi kesalahan penyajian pada
laporan keuangan yang berindikasi adanya kecurangan, serta harus
mempertimbangkan perkiraan resiko ketika merencanakan audit yang hendak
dilaksanakannya.
Saat mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan, hal penting yang
perlu auditor lakukan adalah perilaku professional auditor yang berupa skeptisme
professional. Auditor sebaiknya menyadari kondisi yan diamati melalui bukti-
bukti yang diperolehnya dan informasi dari audit-audit sebelumnya. Auditor harus
bisa mengevaluasi secara objektif dan menentukan apakah laporan keuangan
auditannya bebas dari kesalahan saji atau tidak. Ketika auditor menemukan
ketidakberesan pada laporan keangan, maka auditor harus memberitahukan
kepada pihak manajemen untuk mengetahui apakah ketidakberesan tersebut
material atau tidak pada laporan keangan (SA 240 pragraf 18). Tetapi jika auditor
yakin bahwa kesalahan material berdampak langsung terhadap laporan keuangan,
maka seorang auditor harus melakukan pemeriksaan tambahan dan mencari solusi
untuk mengadakan investigasi tambahan dan mendiskusikannya dengan pihak
manajemen.
4. Strategi meminimalisir Kesalahan Audit
Seorang auditor melakukan dan merencanakan audit adalah untuk menurunkan
risiko audit serendah mungkin sehingga dapat mendukung pendapat auditor
mengenai penyajian laporan keuangan. Terdapat dua strategi yang bisa seorang
auditor lakukan untuk meminimalisir kesalahan audit, yaitu (Abdul Halim, 2015 :
147 -149) :
a. Primarily substantive approach
Dalam strategi ini seorang auditor lebih mengutamakan pengujian substantif
daripada pengujian pengendalian. Strategi ini digunakan apabila auditor
menemukan kondisi sebagai berikut : (1) pengendalian yang terkait dengan
suatu asersi tidak efektif sehingga salah saji tidak dapat dicegah atau dideteksi
oleh struktur pengendalian intern klien. (2) biaya yang digunakan dalam
melaksanakan tambahan prosedur guna menghimpun pemahaman struktur
pengendalian internal dan test of control yang digunakan untuk melaksanakan
lower assessed level of control risk (pengujian pengendalian) memakai biaya
yang lebih ekstensif daripada untuk pelaksanaan test substantif.
Keadaan diatas umumnya berkaitan dengan dua sersi yaitu :
1) Akun yang dipengaruhi khususnya oleh transaksi yang jarang terjadi,
seperti aktiva tetap, modal saham dan utang obligasi
2) Akun yang membutuhkan jurnal penyesuaian, seperti akumulasi depresiasi
b. Lower assessed level of control risk approach
Dalam strategi ini seorang auditor akan lebih mengutamakan pengujian
pengendalian daripada pengujian substantif pada strategi ini auditr tetap
melakukan pengujian substantif namun tidak serinci pada strategi pertama.
Strategi ini digunakan apabila auditor menemukan tiga kondisi sebagai
berikut:
1) Pengendalian yang berhubungan suatu asersi dirancang dengan baik dan
efektif. Seorang auditor harus menguji apakah dalam mendeteksi salah
saji, struktur pengendalian intern sudah benar- benar efektif.
2) Biaya yang digunakan untuk pelaksanaan tambahan prosedur yang
digunakan untuk menambah pemahaman struktur pengendalian intern dan
test of control yang digunakan untuk menguji lower assessed level of
control risk lebih rendah biayanya daripada untuk melaksanakan test
substantif.
3) Akun yang dipengaruhi oleh transaksi secara rutin, misalnya akun piutang,
persediaan, penjualan, biaya upah dan gaji.

Tentunya dalam memilih kedua strategi tersebut, seorang auditor tetap


harus mempertimbangkan faktor faktor seperti : tingkat resiko pengendalian
yang direncanakan, pemahaman auditor terhadap strktur pengendalian intern,
tes yang dilakukan untuk menguji resiko pengendalian dan test substantif yang
dilakukan mengurangi audit pada tingkat serendah mungkin.

D. Kesimpulan
Pada tahun 2018, PT Garuda Indonesia diketahui melakukan kecurangan terhadap
penyajian laporan keuangan. PT Garuda Indonesia membukukan laba bersih pada laporan
keuangan tahun 2018, yang sebenarnya mengalami kerugian pda tahun 2017. Selain itu,
PT Garuda Indonesia juga mencatat piutang PT Mahata Aero sebagai pendapatan PT
Garuda Indonesia tahun lalu. Hal ini membuktikan bahwa adanya kecurangan yang
dilakukan oleh auditor PT Garuda Indonesia. Kecurangan ini ditemukan oleh komisaris
dan diselidiki oleh OJK.
Kasus PT Garuda Indonesia ini berkaitan dengan pelanggaran tanggung jawab
seorang auditor dalam mendeteksi kesalahan pada laporan keuangan, dimana auditor
independen yang bertugas yaitu KAP Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan.
Auditor telah dinilai gagal dalam mendeteksi kecurangan pada laporan keuangan.
Padahal seharusnya sesuai dengan Standar Akuntan Publik (SPAP) khusunya dalam SA
240, seorang auditor hars mampu mendeteksi kesalahan penyajian pada laporan keuangan
dan mempertimbangkan perkiraan resiko dalam pelaksanaannya.
Karena pentingnya tanggung jawab tersebut, maka seharusnya auditor mengetahui dan
menerapkan strategi-strategi untuk meminimalisir terjadinya kesalahan penyajian laporan
keuangan, dengan memilih diantara dua strategi yaitu : Primarily Substantive Approach
dan Lower Asessed Level of Control Risk Approach. Sehingga diharapkan kasus seperti
PT Garuda Indonesia tidak terulang kembali.
E. Referensi
Ananta, Yanurisa & Chandra Gian Asmara. (2019, 15 Juni). Penjelasan Utuh Kemenkeu
Soal Audit Laporan Keuangan Garuda. Diperoleh pada 26 April 2021, dari
https://www.cnbcindonesia.com/market/20190615100924-17-78560/penjelasan-
utuh-kemenkeu-soal-audit-laporan-keuangan-garuda.
Asim, Moch. (2019, 28 Juni). Kemenkeu Beberkan Tiga Kelalaian Auditor Garuda
Indonesia. Diperoleh pada 26 April 2021, dari
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190628124946-92-407304/kemenkeu-
beberkan-tiga-kelalaian-auditor-garuda-indonesia.
Friana, Hendra. (2019, 29 Juni). Kasus Lapkeu Garuda : Bukti KAP Taraf Internasional
Bisa Kebobolan., diperoleh pada 26 April 2021, dari https://tirto.id/kasus-lapkeu-
garuda-bukti-kap-taraf-internasional-bisa-kebobolan-edi1.
Halim, A. (2015). Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan. Yogyakarta : UPP STIM
YPPKN
Institut Akuntan Pblik Indonesia. (2013). SA 240 : Tanggung Jawab Auditor Terkait
dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan. IAPI. Diperoleh
pada 28 April 2021, dari http://spap.iapi.or.id/1/files/SA%20200/SA%20240.pdf.
Kadhafi, Muhammad. (2013). Pengaruh Independensi, Etika dan Standar Audit Terhadap
Kualitas Audit Inspektorat Aceh. Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi. Vol 6(1),
54-63. Diperoleh pada 28 april 2021 dari
http://jurnal.unsyiah.ac.id/TRA/article/view/1318.

LAMPIRAN SUMBER BERITA


Penjelasan Utuh Kemenkeu Soal Audit Laporan Kuangan Garuda

Jakarta, CNBC Indonesia - Perlahan tapi pasti, kasus laporan keuangan PT Garuda Indonesia
Tbk (GIIA) mulai menemui titik terang. Ada indikasi laporan keuangan Garuda tak diaudit
dengan standar akuntansi yang berlaku.
Auditor yang mengaudit laporan GIIA adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata Sutanto
Fahmi Bambang & Rekan yang merupakan Anggota dari BDO Internasional.
Seperti diketahui, kejanggalan pada laporan keuangan Garuda bermula dari laporan keuangan
perusahaan yang membukukan laba bersih US$ 809.846 pada 2018 atau setara Rp 11,49 miliar
(Kurs Rp 14.200/US$).Padahal, apabila melihat lebih detail dan komprehensif, perusahaan pelat
merah sektor penerbangan itu seharusnya merugi. Namun, situasinya justu berbalik arah 180
derajat.
Pasalnya, total beban usaha yang dibukukan perusahaan tahun lalu mencapai US$ 4,58 miliar, di
mana US$ 206,08 juta lebih besar dibandingkan total pendapatan tahun 2018.
Kinerja bottom line atau laba maskapai penerbangan domestik itu berhasil diselamatkan dari satu
perjanjian kerja sama dengan PT Mahata Aero Teknologi (MAT) bernilai US$ 239,94 juta.
Perjanjian tersebut terkait pemberian hak royalti atas penyediaan layanan konektivitas dan
konten hiburan pada pesawat milik Grup Garuda Indonesia dan Grup Sriwijaya.Sekretaris
Jenderal Kementerian Keuangan Hadiyanto pun membeberkan hasil investigasi yang sudah
dilakukan oleh Pusat Pembinaan Profesi Keuangan terhadap auditor maupun KAP yang
mengaudit laporan keuangan Garuda.
Berikut petikan wawancara awak media mengenai perkembangan terbaru kejanggalan laporan
keuangan Garuda Indonesia pada Jumat (14/6/2019):
Bagaimana hasil investigasi terhadap KAP BDO [auditor laporan keuangan Garuda]?
Kita sudah melakukan pemanggilan dan melakukan pendalaman terhadap audit yang dilakukan
KAP BDO. Karena Garuda adalah perusahaan publik, dia adalah emiten yang terdaftar di pasar
modal, sehingga kita masih berkoordinasi dengan OJK.Karena yang terpenting dari perusahaan
public itu bagaimana pemegang saham minoritas terlindungi secara memadai. Sehingga sanksi
yang berkaitan dengan dugaan misalnya kelalaian dalam pelaksanaan audit maupun pemberian
opininya, itu perlu bersama OJK di asess. Tapi kalau KAP non-emiten, kita P2P bisa langsung
menentukan tindakan baik sanksi atau peringatan maupun pembinaan.
Kesimpulan dari hasil investigasi yang dilakukan P2PK apa?
Kesimpulannya ada dugaan yang berkaitan dengan pelaksaan audit itu belum sepenuhnya
mengikuti standar akuntansi yang berlaku. Nah tetapi tidak bisa serta merta kita putuskan
sanksinya.
Kita terus berkoordinasi dengan OJK agar perusahaan emiten ini, OJK punya asessment baik dari
down side risk-nya yang akan dikeluarkan OJK maupun level pelanggarannya dari konteks
transparansi dan keterbukaan informasi di perusahaan tbk itu seperti apa. Itu yang di asess oleh
OJK.

Anda mungkin juga menyukai