Anda di halaman 1dari 8

Nama Anggota Kelompok 6

1. Shania Linandar 1701200283


2. Sisfi Nur Etika 1701200285
3. Tia Monica 1701200287
4. Yucca Salsabilla 1701200290
5. Hananing Ayu 1601200238

KASUS GARUDA INDONESIA


A. Kronologi Kasus
Kinerja keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) yang berhasil membukukan laba bersih
US$809 ribu pada 2018, berbanding terbalik dari 2017 yang merugi US$216,58 juta menuai
polemik. Meskipun Garuda Indonesia mengeklaim bahwa mereka mengalami keuntungan
namun dua komisaris Garuda Indonesia, Chairul Tanjung dan Dony Oskaria menolak untuk
mendatangani laporan keuangan 2018.
Keduanya menolak pencatatan transaksi kerja sama penyediaan layanan konektivitas (wifi)
dalam penerbangan dengan PT Mahata Aero Teknologi (Mahata) dalam pos pendapatan.
Pasalnya, belum ada pembayaran yang masuk dari Mahata hingga akhir 2018.
Chairul Tanjung dan Dony Oskaria merupakan perwakilan dari PT Trans Airways selaku
pemegang saham Garuda Indonesia dengan kepemilikan sebesar 25,61 persen. Hingga saat
ini, polemik laporan keuangan Garuda Indonesia masih terus bergulir. Berikut adalah
kronologi terkuaknya skandal laporan keuangan Garuda Indonesia:

 1 April 2019
Sebagai perusahaan publik, Garuda Indonesia melaporkan kinerja keuangan tahun buku 2018
kepada Bursa Efek Indonesia. Kinerja keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) yang berhasil
membukukan laba bersih sebesar US$809 ribu pada tahun 2018, berbdanding terbalik dari
2017 yang merugi US$216,58 juta. Kinerja ini terbilang cukup mengejutkan lantaran pada
kuartal III 2018 perusahaan masih merugi sebesar US$114,08 juta.
24 April 2019
Perseroan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta. Salah
satu mata agenda rapat adalah menyetujui laporan keuangan tahun buku 2018.
Dalam rapat itu, dua komisaris Garuda Indonesia Chairul Tanjung dan Dony Oskaria selaku
perwakilan dari PT.Trans Airways menyampaikan keberatan mereka melalui surat keberatan
dalam RUPST, mereka menganggap bahwa laporan keuangan tahun 2018 tidak sesuai dengan
Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan (PSAK) . Tetapi atas keputusan pimpinan rapat
permintaan itu tidak dikabulkan. Hasil rapat pemegang saham pun akhirnya menyetujui
laporan keuangan Garuda Indonesia tahun 2018.
Chairul Tanjung mengatakan bahwa Laporan tidak berubah, karena sudah diterima di
RUPST. Tapi dengan dua catatan yaitu ada perbedaan pendapat.
Trans Airways berpendapat angka transaksi dengan Mahata sebesar US$239,94 juta terlalu
signifikan, sehingga mempengaruhi neraca keuangan Garuda Indonesia. Jika nominal dari
kerja sama tersebut tidak dicantumkan sebagai pendapatan, maka perusahaan sebenarnya
masih merugi US$244,96 juta.
Dua komisaris berpendapat dampak dari pengakuan pendapatan itu menimbulkan kerancuan
dan menyesatkan. Pasalnya, keuangan Garuda Indonesia berubah dari yang sebelumnya rugi
menjadi untung.
Selain itu, catatan tersebut membuat beban yang ditanggung Garuda Indonesia menjadi lebih
besar untuk membayar Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Padahal, beban itu seharusnya belum menjadi kewajiban karena pembayaran dari kerja sama
dengan Mahata belum masuk ke kantong perusahaan.
25 April 2019
Pasar merespons kisruh laporan keuangan Garuda Indonesia. Sehari usai kabar penolakan
laporan keuangan oleh dua komisaris beredar, saham perusahaan dengan kode GIAA itu
merosot tajam 4,4 persen pada penutupan perdagangan sesi pertama, Kamis 25 April 2019.
Harga saham Garuda Indonesia anjlok ke level Rp478 per saham dari sebelumnya Rp500 per
saham. Saham perseroan terus melanjutkan pelemahan hingga penutupan perdagangan hari
ini, Selasa 30 April 2019 ke posisi Rp466 per saham atau turun persen.
Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan akan memanggil manajemen Garuda Indonesia
terkait timbulnya perbedaan opini antara pihak komisaris dengan menajemen terhadap
laporan keuangan tahun buku 2018.
Selain manajemen perseroan, otoritas bursa juga akan memanggil kantor akuntan publik
(KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan Rekan selaku auditor laporn keuangan
perusahaan. Pemanggilan itu dijadwalkan pada Selasa 30 April 2019.
26 April 2019
Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyatakan akan memanggil manajemen
perseroan. Sebelum memanggil pihak manajemen, DPR akan membahas kasus tersebut
dalam rapat internal. Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Inas Nasrullah Zubir mengatakan
perseturuan antara komisaris Garuda Indonesia dengan manajemen akan dibahas dalam rapat
internal usai reses. Dalamrapat itu, akan dipastikan terkait pemanggilan sejumlah pihak yang
berkaitan dengan pembuatan laporan keuangan maskapai pelat merah tersebut. Jika sesuai
jadwal DPR kembali bekerja pada 6 Mei 2019.
Selain itu pada hari yang sama, beredar surat dari Sekretariat bersama Serikat Karyawan
Garuda Indonesia (Sekarga) perihal rencana aksi mogok karyawan Garuda Indonesia. Aksi
ini berkaitan dengan penolakkan laporan keuangan tahun 2018 oleh dua komisaris.
Dalam surat tersebut disebutkan pernyataan pemegang saham telah merusak kepercayaan
publik terhadap harga saham Garuda Indonesia dan pelanggaran setia maskapai tersebut.
Namun, Asosiasi Pilot Garuda (APG) dan sekarang justru membantah akan melakukan aksi
mogok kerja. Presiden APG Bintang Hardiono menegaskan karyawan belum mengambil
sikap atas perseturuan salah satu pemegang saham dengan manajemen saat ini.
30 April 2019
BEI telah bertemu dengan manajemen Garuda Indonesia dan kantor akuntan publik (KAP)
Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan Rekan ( Member of BDO Internasional) selaku
auditor laporan keuangan perusahaan. Kantor Akuntan Publik (KAP) tersebut merupakan
auditor untuk laporan keuangan tahun 2018 PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang menuai
polemik.
Pertemuan berlangsung pada pukul 08.30 - 09.30 WIB. Sayangnya, pertemuan dua belah
pihak berlangsung tertutup. Otoritas bursa menyatakan akan mengirimkan penjelasan usai
pertemuan tersebut. Namun pihak Bursa (BEI) meminta semua pihak untuk mengacu pada
tanggapan perseroan yang disampaikan melalui IDXnet dan penjelasan dapat dibaca di
website bursa.
Sementara itu Menteri Keuangan telah meminta Sekretaris Jendral Kementerian Keuangan
Hadiyanto untuk mempelajari kisruh terkait laporan keuangan BUMN tersebut.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku belum bisa menetapkan sanksi kepada
Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of
BDO Internasional). KAP merupakan auditor untuk laporan keuangan tahun 2018 PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk yang menuai polemik.
Meski sudah melakukan pertemuan dengan auditor perusahaan berkode saham GIAA itu,
namun Kementrian Keuangan masih melakukan analisis terkait laporan dari pihak auditor.
2 Mei 2019
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Minta BEI Lakukan Verifikasi Laporan Keuangan Garuda.
OJK meminta kepada BEI untuk melakukan verifikasi terhadap kebenaran atau perbedaan
pendapat mengenai pengakuan pendapatan dalam laporan keuangan Garuda 2018. Selain
OJK, masalah terkait laporan keuangan maskapai Garuda ini juga mengundang tanggapan
dari Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi.
3 Mei 2019
Penjelasan Garuda Indonesia Terkait Kisruh Laporan Keuangan.
Garuda Indonesia akhirnya mengeluarkan pernyataan resmi setelah laporan keuangannya
ditolak oleh dua Komisarisnya. Maskapai berlogo burung Garuda ini mengaku tidak akan
melakukan audit ulang terkait laporan keuangan 2018 yang dinilai tidak sesuai karena
memasukan keuntunga dari PT Mahata Aero Teknologi.
8 Mei 2019
Trans Aiways berpendapat angka transaksi dengan Mahata sebesar US$239,94 juta terlalu
signifikan, sehingga mempengaruhi neraca keuangan Garuda Indonesia. Jika nominal dari
kerja sama tersebut tidak dicantumkan sebagai pendapatan, maka perusahaan sebenarnya
masih merugi US$244,96 juta.
Kisruh laporan keuangan Garuda Indonesia ini juga menyeret nama Mahata Aero Teknologi.
Pasalnya, Mahata sebuah perusahaan yang baru didirikan pada tanggal 3 November 2017
dengan modal tidak lebih dari Rp10 miliar dinilai berani menandatangani kerja sama dengan
Garuda Indonesia. Dengan menandatangani kerja sama dengan Garuda, Mahata mencatatkan
utang sebesar USD239 juta kepada Garuda, dan oleh Garuda dicatatkan dalam Laporan
Keuangan 2018 pada kolom pendapatan.
Catatan tersebut membuat beban yang ditanggung Garuda Indonesia menjadi lebih besar
untuk pembayaran Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Padahal,
beban itu seharusnya belum menjadi kewajiban karena pembayaran dari kerja sama dengan
Mahata belum masuk ke kantong perusahaan.
21 Mei 2019
DPR Panggil Management Garuda Indonesia
Sebulan kemudian, Garuda Indonesia dipanggil oleh Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia (DPR-RI). Jajaran Direksi ini dimintai keterangan oleh komisi VI DPR
mengenai kisruh laporan keuangan tersebut.
Dalam penjelasannya, Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara
Danadiputra mengatakan, latar belakang mengenai laporan keuangan yang menjadi sangat
menarik adalah soal kerjasama dengan PT Mahata Aero Teknologi, terkait penyediaan
layanan WiFi on-board yang dapat dinikmati secara gratis.
Kerja sama yang diteken pada 31 Oktober 2018 ini mencatatkan pendapatan yang masih
berbentuk piutang sebesar USD239.940.000 dari Mahata. Dari jumlah itu, USD28 juta di
antaranya merupakan bagi hasil yang seharusnya dibayarkan Mahata.
14 Juni 2019
Kementrian Keuangan Memukan Dugaan Laporan Keuangan Garuda Tak Sesuai Standar
Kementrian Keuangan telah menyelesaikan pemeriksaan terhadap KAP Tanubrata Sutanto
Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional) terkait laporan keuangan tahun
2018 milik Garuda. Kantor Akuntan Publik ini merupakan auditor untuk laporan keuangan
emiten berkode saham GIAA yang menuai polemik.
Sekertaris Jenderal Kementrian Keuangan Hadiyanto menyatakan, berdasarkan hasil
pertemuan dengan pihak Kantor Akuntan Publik disimpulkan adanya dugaan audit yang tidak
sesuai dengan standar akuntansi. Kementerian Keuangan juga masih menunggu koordinasi
dengan OJK terkait penetapan sanksi yang bakal dijatuhkan pada Kantor Akuntan Publik
Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional), yang menjadi
auditor pada laporan keuangan Garuda Indonesia tahun 2018
18 Juni 2019
Bursa Efek Indonesia Tunggu Keputusan Otoritas Jasa Keuangan
Bursa Efek Indonesia selaku otoritas pasar modal kala itu masih menunggu keputusan final
dari Otoritas Jasa Keuangan terkait sanksi yang akan diberikan kepada Garuda. Manajemen
bursa saat itu telah berkoordinasi intens dengan Otoritas Jasa Keuangan . Namun Bursa Efek
Indonesia belum membeberkan lebih lanjut langkah ke depan itu dari manajemen bursa.
28 Juni 2019
Akhirnya Garuda Indonesia Dikenai Sanksi dari Otoritas Jasa Keuangan , Kementrian
Keuangan dan Bursa Efek Indonesia
Setelah perjalanan panjang, akhirnya Garuda Indonesia dikenakan sanksi dari berbagai pihak.
Selain Garuda, sanksi juga diterima oleh auditor laporan keuangan Garuda Indonesia, yakni
Akuntan Publik (AP) Kasner Sirumapea dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata,
Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan, auditor laporan keuangan PT Garuda Indonesia (Persero)
Tbk (GIAA) dan Entitas Anak Tahun Buku 2018.
Untuk Auditor, Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan sanski pembekuan izin selama
12 bulan. Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan juga akan mengenakan sanksi kepada jajaran
Direksi dan Komisaris dari Garuda Indonesia. Mereka diharuskan patungan untuk membayar
denda Rp100 juta.
Selain itu ada dua poin sanksi lagi yang diberikan Otoritas Jasa Keuangan . Garuda Indonesia
harus membayar Rp100 Juta. Selain itu, masing-masing Direksi juga diharuskan membayar
Rp100 juta.
Selain sanksi dari Kementerian Keuangan dan juga Otoritas Jasa Keuangan, Garuda
Indonesia juga kembali diberikan sanksi oleh Bursa Efek Indonesia. Adapun sanki tersebut
salah satunya memberikan sanksi sebesar Rp250 juta kepada maskapai berlambang burung
Garuda itu.

B. Pelanggaran yang dilakukan PT Garuda Indonesia


Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memutuskan bahwa PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk melakukan kesalahan terkait kasus penyajian Laporan Keuangan Tahunan per
31 Desember 2018. Pihak OJK yang diwakili oleh Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat
dan Manajemen Strategis, Anto Prabowo, mengungkapkan bahwa Garuda Indonesia telah
terbukti melanggar.
1. Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM)
“(1). Laporan keuangan yang disampaikan kepada Bapepam wajib disusun
berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. (2). Tanpa mengurangi ketentuan
sebagaiman dimaksud dalam ayat (1). Bapepam dapat menentukan ketentuan
akuntansi di bidang Pasar Modal.
2. Peraturan Bapepam dan LK Nomor VIII.G7 tentang Penyajian dan Pengungkapan
Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik.
3. Interprestasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan Apakah Suatu
perjanjian Mengandung Sewa.
4. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa.

C. Sanksi Untuk PT Garuda Indonesia


Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II. Fakhri Hilmi, mengatakan setelah
berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Pusat Pembinaan Profesi
Keuangan. PT Bursa Efek Indonesia, dan pihak yang terkait lainnya. Ojk memutuskan
memberikan sejumlah sanksi.
1. Memberikan Perintah Tertulis kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk
memperbaiki dan menyajikan kembali LKT PT Garuda Indonesia (Persero)Tbk per 31
Desember 2018 serta melakukan paparan publik (public expose) atas perbaikan dan
penyajian kembali LKT per 31 Desember 2018 dimaksud paling lambat 14 hari
setelah ditetapkan surat sanksi, atas pelanggaran psal 69 Undang-undang Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM), Peraturan Bapepam dan LK Nomor
VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten dan
Perusahaan Publik, Interprestasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang
Penentuan Apakah Suatu Perjanjian Mengandung Sewa, dan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa.
2. Selain itu juga Perintah Tertulis kepada KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang
dan Rekan ( Member of BDO International Limited ) untuk melakukan perbaikan
kebijakan dan prosedur pengendalian mutu atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor
13/POJK.03/2017 jo. SPAP Standar Pengendalian Mutu (SPM 1) paling lambar 3
bulan setelah ditetapkan surat perintah dari OJK.
3. Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Manajemen Strategis, Anto Prabowo
mengatakan, OJK juga mengenakan Sanksi Administrasi berupa denda sebesar Rp100
juta kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk atas pelanggaran Peraturan OJK
Nomor 29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.
4. Sanksi denda kepada masing-masing anggota Direksi PT Garuda Indonesia (Persero)
Tbk sebesar Rp100 juta atas pelanggaran Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11
tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan.
5. Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi menjatuhkan sanksi kepada PT Garuda Indonesia
Tbk (GIAA) tas kasus klaim laporan keuangan perseroan yang menuai polemik.
Beberapa sanksi yang dijatuhkan antara denda senilai Rp 250 juta dan restatement
atau perbaikan laporan keuangan perusahaan dengan lambat 26 Juli 2019 ini.

D. Kelalaian yang Dilakukan Auditor Dalam Kasus Garuda Indonesia

Kementerian Keuangan memaparkan tiga kelalaian Akuntan Publik (AP) dalam


mengaudit laporan keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk tahun 2018. Hal itu
akhirnya berujung sanksi dari Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK).
1. Akuntan Publik bersangkutan belum secara tepat menilai substansi transaksi
untuk kegiatan perlakuan akuntansi pengakuan pendapatan piutang dan
pendapatan lain-lain. Sebab, Akuntan Publik ini sudah mengakui pendapatan
piutang meski secara nominal belum diterima oleh perusahaan. Sehingga,
Akuntan Publik ini terbukti melanggar Standar Audit (SA) 315 .
Standar Audit (SA) 315 terkait Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko
Kesalahan Penyajian Material Melalui Pemahaman atas Entitas dan
Lingkungannya.

2. Akuntan publik belum sepenuhnya mendapatkan bukti audit yang cukup untuk
menilai perlakuan akuntansi sesuai dengan substansi perjanjian transaksi
tersebut. Ini disebutnya melanggar Standar Audit (SA) 500.
Standar Audit (SA) 500 terkait Bukti Audit.

3. Akuntan Publik juga tidak bisa mempertimbangkan fakta-fakta setelah tanggal


laporan keuangan sebagai dasar perlakuan akuntansi, di mana hal ini
melanggar Standar Audit (SA) 560. Tak hanya itu, Kantor Akuntan Publik
(KAP) tempat Kasner bernaung pun diminta untuk mengendalikan standar
pengendalian mutu KAP. Standar Audit (SA) 560 terkait Peristiwa Kemudian.

Adapun, laporan keuangan tersebut diaudit oleh AP Kasner Sirumapea dari Kantor
Akuntan Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang, dan Rekan.

Sebelumnya, laporan keuangan Garuda Indonesia menuai polemik. Hal itu dipicu oleh
penolakan dua komisaris Garuda Indonesia, Chairal Tanjung dan Dony Oskaria untuk
mendatangani persetujuan atas hasil laporan keuangan 2018.

Keduanya memiliki perbedaan pendapat terkait pencatatan transaksi dengan Mahata


senilai US$239,94 juta pada pos pendapatan. Pasalnya, belum ada pembayaran yang
masuk dari Mahata hingga akhir 2018

E. Sanksi yang Dijatuhkan Kepada Kantor Akuntan Publik

Menteri Keuangan (Menkeu) menjatuhkan sanksi kepada Akuntan Publik (AP)


Kasner Sirumapea dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi,
Bambang & Rekan, auditor laporan keuangan PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk
dan Entitas Anak Tahun Buku 2018.

Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan, Hadiyanto mengatakan, sanksi diberikan


setelah Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Pusat Pembinaan Profesi Keuangan
(PPPK) memeriksa AP/KAP tersebut terkait permasalahan laporan keuangan Garuda
Indonesia tahun buku 2018.
Permasalahan laporan keuangan Garuda Indonesia tahun buku 2018 yang dimaksud,
khususnya pengakuan pendapatan atas perjanjian kerja sama dengan PT Mahata Aero
Teknologi yang diindikasikan tidak sesuai dengan standar akuntansi.

1. Sanksi pertama yang dijatuhkan; pembekuan izin selama 12 bulan (KMK


No.312/KM.1/2019 tanggal 27 Juni 2019) terhadap AP Kasner Sirumapea
karena melakukan pelanggaran berat yang berpotensi berpengaruh signifikan
terhadap opini Laporan Auditor Independen (LAI)

2. Sangsi kedua yang dijatuhkan; peringatan tertulis dengan disertai kewajiban


untuk melakukan perbaikan terhadap Sistem Pengendalian Mutu Kantor
Akuntan Publik (KAP) dan dilakukan tinjauan oleh BDO International
Limited (Surat No.S-210/MK.1PPPK/2019 tanggal 26 Juni 2019) kepada
Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang &
Rekan.
Dasar pengenaan sanksi yaitu Pasal 25 Ayat (2) dan Pasal 27 Ayat (1) UU Nomor 5
tahun 2011 dan Pasal 55 Ayat (4) PMK No 154/PMK.01/2017.
Selain itu, OJK turut memberikan sanksi berupa perintah tertulis kepada KAP untuk
melakukan perbaikan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu paling lambat 3
(tiga) bulan setelah ditetapkannya surat perintah dan OJK. OJK mengenakan saksi
tersebit atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor 13/POJK.O3/2017.

Anda mungkin juga menyukai