Anda di halaman 1dari 21

KASUS AUDIT PT GARUDA

INDONESIA
Nama Anggota Kelompok 6

1.Hananing Ayu 1601200238


2.Shania Linandar 1701200283

3.Sisfi Nur Etika 1701200285


4.Tia Monika 1701200287
5.Yucca Salsabilla 1701200290
PT. GARUDA INDONESIA
PT Garuda Indonesia (Persero)
Tbk atau biasa dikenal dengan
Garuda Indonesia merupakan
salah satu maskapai penerbangan
terkemuka di Indonesia.
Maskapai penerbangan ini mulai
beroperasi dengan nama
Indonesian Airways pada 26
Januari 1949. Pada 28 Desember
1949 perusahaan ini berganti
nama menjadi Garuda
Indonesian Airways (GIAA).
KASUS GARUDA INDONESIA
Kinerja keuangan PT Garuda Indonesia (Persero)Tbk yang berhasil membukukan laba
bersih US$809 ribu pada 2018, berbanding terbalik dari 2017 yang merugi US$216,58
juta menuai polemik. Meskipun Garuda Indonesia mengeklaim bahwa mereka
mengalami keuntungan namun dua komisaris Garuda Indonesia, Chairul Tanjung dan
Dony Oskaria menolak untuk mendatangani laporan keuangan 2018.

Keduanya menolak pencatatan transaksi kerja sama penyediaan layanan konektivitas


(wifi) dalam penerbangan dengan PT Mahata Aero Teknologi (Mahata) dalam pos
pendapatan. Pasalnya, belum ada pembayaran yang masuk dari Mahata hingga akhir
2018.

Chairul Tanjung dan Dony Oskaria merupakan perwakilan dari PT Trans Airways
selaku pemegang saham Garuda Indonesia dengan kepemilikan sebesar 25,61 persen.
Hingga saat ini, polemik laporan keuangan Garuda Indonesia masih terus bergulir.
KRONILOGI KASUS
 1 April 2019
Sebagai perusahaan publik, Garuda Indonesia melaporkan kinerja keuangan tahun buku
2018 kepada Bursa Efek Indonesia. Kinerja keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) yang
berhasil membukukan laba bersih sebesar US$809 ribu pada tahun 2018, berbdanding
terbalik dari 2017 yang merugi US$216,58 juta. Kinerja ini terbilang cukup mengejutkan
lantaran pada kuartal III 2018 perusahaan masih merugi sebesar US$114,08 juta.

24 April 2019


Perseroan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta.
Salah satu mata agenda rapat adalah menyetujui laporan keuangan tahun buku 2018.
Dalam rapat itu, dua komisaris Garuda Indonesia Chairul Tanjung dan Dony Oskaria
selaku perwakilan dari PT.Trans Airways menyampaikan keberatan mereka melalui surat
keberatan dalam RUPST, mereka menganggap bahwa laporan keuangan tahun 2018 tidak
sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntasi Keuangan (PSAK) . Tetapi atas keputusan
pimpinan rapat permintaan itu tidak dikabulkan. Hasil rapat pemegang saham pun akhirnya
menyetujui laporan keuangan Garuda Indonesia tahun 2018.
Chairul Tanjung mengatakan bahwa Laporan tidak berubah, karena sudah
diterima di RUPST. Tapi dengan dua catatan yaitu ada perbedaan pendapat.
Trans Airways berpendapat angka transaksi dengan Mahata sebesar
US$239,94 juta terlalu signifikan, sehingga mempengaruhi neraca keuangan
Garuda Indonesia. Jika nominal dari kerja sama tersebut tidak dicantumkan
sebagai pendapatan, maka perusahaan sebenarnya masih merugi US$244,96
juta.
Dua komisaris berpendapat dampak dari pengakuan pendapatan itu
menimbulkan kerancuan dan menyesatkan. Pasalnya, keuangan Garuda
Indonesia berubah dari yang sebelumnya rugi menjadi untung.
Selain itu, catatan tersebut membuat beban yang ditanggung Garuda
Indonesia menjadi lebih besar untuk membayar Pajak Penghasilan (PPh)
dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Padahal, beban itu seharusnya belum
menjadi kewajiban karena pembayaran dari kerja sama dengan Mahata
belum masuk ke kantong perusahaan.
25 April 2019
Pasar merespons kisruh laporan keuangan Garuda Indonesia. Sehari usai kabar
penolakan laporan keuangan oleh dua komisaris beredar, saham perusahaan dengan
kode GIAA itu merosot tajam 4,4 persen pada penutupan perdagangan sesi
pertama, Kamis 25 April 2019.

Harga saham Garuda Indonesia anjlok ke level Rp478 per saham dari sebelumnya
Rp500 per saham. Saham perseroan terus melanjutkan pelemahan hingga
penutupan perdagangan hari ini, Selasa 30 April 2019 ke posisi Rp466 per saham
atau turun persen.
Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan akan memanggil manajemen Garuda
Indonesia terkait timbulnya perbedaan opini antara pihak komisaris dengan
menajemen terhadap laporan keuangan tahun buku 2018.
Selain manajemen perseroan, otoritas bursa juga akan memanggil kantor akuntan
publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan Rekan selaku auditor laporn
keuangan perusahaan. Pemanggilan itu dijadwalkan pada Selasa 30 April 2019.
26 April 2019

Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyatakan akan memanggil manajemen


perseroan. Sebelum memanggil pihak manajemen, DPR akan membahas kasus tersebut
dalam rapat internal. Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Inas Nasrullah Zubir mengatakan
perseturuan antara komisaris Garuda Indonesia dengan manajemen akan dibahas dalam
rapat internal usai reses. Dalamrapat itu, akan dipastikan terkait pemanggilan sejumlah
pihak yang berkaitan dengan pembuatan laporan keuangan maskapai pelat merah tersebut.
Jika sesuai jadwal DPR kembali bekerja pada 6 Mei 2019.
Selain itu pada hari yang sama, beredar surat dari Sekretariat bersama Serikat Karyawan
Garuda Indonesia (Sekarga) perihal rencana aksi mogok karyawan Garuda Indonesia. Aksi
ini berkaitan dengan penolakkan laporan keuangan tahun 2018 oleh dua komisaris.
Dalam surat tersebut disebutkan pernyataan pemegang saham telah merusak kepercayaan
publik terhadap harga saham Garuda Indonesia dan pelanggaran setia maskapai tersebut.
Namun, Asosiasi Pilot Garuda (APG) dan sekarang justru membantah akan melakukan aksi
mogok kerja. Presiden APG Bintang Hardiono menegaskan karyawan belum mengambil
sikap atas perseturuan salah satu pemegang saham dengan manajemen saat ini.
30 April 2019
BEI telah bertemu dengan manajemen Garuda Indonesia dan kantor akuntan publik (KAP)
Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan Rekan ( Member of BDO Internasional) selaku auditor
laporan keuangan perusahaan. Kantor Akuntan Publik (KAP) tersebut merupakan auditor untuk
laporan keuangan tahun 2018 PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang menuai polemik.
Pertemuan berlangsung pada pukul 08.30 - 09.30 WIB. Sayangnya, pertemuan dua belah pihak
berlangsung tertutup. Otoritas bursa menyatakan akan mengirimkan penjelasan usai pertemuan
tersebut. Namun pihak Bursa (BEI) meminta semua pihak untuk mengacu pada tanggapan
perseroan yang disampaikan melalui IDXnet dan penjelasan dapat dibaca di website bursa.
Sementara itu Menteri Keuangan telah meminta Sekretaris Jendral Kementerian Keuangan
Hadiyanto untuk mempelajari kisruh terkait laporan keuangan BUMN tersebut.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku belum bisa menetapkan sanksi kepada Kantor
Akuntan Publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO
Internasional). KAP merupakan auditor untuk laporan keuangan tahun 2018 PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk yang menuai polemik.
Meski sudah melakukan pertemuan dengan auditor perusahaan berkode saham GIAA itu, namun
Kementrian Keuangan masih melakukan analisis terkait laporan dari pihak auditor.
2 Mei 2019
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Minta BEI Lakukan Verifikasi Laporan Keuangan
Garuda.
OJK meminta kepada BEI untuk melakukan verifikasi terhadap kebenaran atau
perbedaan pendapat mengenai pengakuan pendapatan dalam laporan keuangan
Garuda 2018. Selain OJK, masalah terkait laporan keuangan maskapai Garuda ini
juga mengundang tanggapan dari Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya
Sumadi.

3 Mei 2019
Penjelasan Garuda Indonesia Terkait Kisruh Laporan Keuangan.
Garuda Indonesia akhirnya mengeluarkan pernyataan resmi setelah laporan
keuangannya ditolak oleh dua Komisarisnya. Maskapai berlogo burung Garuda ini
mengaku tidak akan melakukan audit ulang terkait laporan keuangan 2018 yang
dinilai tidak sesuai karena memasukan keuntunga dari PT Mahata Aero Teknologi.
8 Mei 2019
Trans Aiways berpendapat angka transaksi dengan Mahata sebesar US$239,94 juta
terlalu signifikan, sehingga mempengaruhi neraca keuangan Garuda Indonesia. Jika
nominal dari kerja sama tersebut tidak dicantumkan sebagai pendapatan, maka
perusahaan sebenarnya masih merugi US$244,96 juta.

Kisruh laporan keuangan Garuda Indonesia ini juga menyeret nama Mahata Aero
Teknologi. Pasalnya, Mahata sebuah perusahaan yang baru didirikan pada tanggal 3
November 2017 dengan modal tidak lebih dari Rp10 miliar dinilai berani
menandatangani kerja sama dengan Garuda Indonesia. Dengan menandatangani
kerja sama dengan Garuda, Mahata mencatatkan utang sebesar USD239 juta kepada
Garuda, dan oleh Garuda dicatatkan dalam Laporan Keuangan 2018 pada kolom
pendapatan.
Catatan tersebut membuat beban yang ditanggung Garuda Indonesia menjadi lebih
besar untuk pembayaran Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN). Padahal, beban itu seharusnya belum menjadi kewajiban karena pembayaran
dari kerja sama dengan Mahata belum masuk ke kantong perusahaan.
21 Mei 2019
DPR Panggil Management Garuda Indonesia
Sebulan kemudian, Garuda Indonesia dipanggil oleh Komisi VI Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI). Jajaran Direksi ini
dimintai keterangan oleh komisi VI DPR mengenai kisruh laporan keuangan
tersebut.
Dalam penjelasannya, Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah
Askhara Danadiputra mengatakan, latar belakang mengenai laporan
keuangan yang menjadi sangat menarik adalah soal kerjasama dengan PT
Mahata Aero Teknologi, terkait penyediaan layanan WiFi on-board yang
dapat dinikmati secara gratis.
Kerja sama yang diteken pada 31 Oktober 2018 ini mencatatkan pendapatan
yang masih berbentuk piutang sebesar USD239.940.000 dari Mahata. Dari
jumlah itu, USD28 juta di antaranya merupakan bagi hasil yang seharusnya
dibayarkan Mahata.
14 Juni 2019
Kementrian Keuangan Memukan Dugaan Laporan Keuangan Garuda Tak Sesuai Standar
Kementrian Keuangan telah menyelesaikan pemeriksaan terhadap KAP Tanubrata Sutanto
Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional) terkait laporan keuangan tahun
2018 milik Garuda. Kantor Akuntan Publik ini merupakan auditor untuk laporan keuangan
emiten berkode saham GIAA yang menuai polemik.
Sekertaris Jenderal Kementrian Keuangan Hadiyanto menyatakan, berdasarkan hasil
pertemuan dengan pihak Kantor Akuntan Publik disimpulkan adanya dugaan audit yang
tidak sesuai dengan standar akuntansi. Kementerian Keuangan juga masih menunggu
koordinasi dengan OJK terkait penetapan sanksi yang bakal dijatuhkan pada Kantor
Akuntan Publik Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO
Internasional), yang menjadi auditor pada laporan keuangan Garuda Indonesia tahun 2018
 18 Juni 2019

Bursa Efek Indonesia Tunggu Keputusan Otoritas Jasa Keuangan


Bursa Efek Indonesia selaku otoritas pasar modal kala itu masih menunggu keputusan final dari Otoritas Jasa Keuangan terkait sanksi yang akan
diberikan kepada Garuda. Manajemen bursa saat itu telah berkoordinasi intens dengan Otoritas Jasa Keuangan . Namun Bursa Efek Indonesia belum
membeberkan lebih lanjut langkah ke depan itu dari manajemen bursa
28 Juni 2019

Akhirnya Garuda Indonesia Dikenai Sanksi dari Otoritas Jasa Keuangan , Kementrian
Keuangan dan Bursa Efek Indonesia
Setelah perjalanan panjang, akhirnya Garuda Indonesia dikenakan sanksi dari berbagai
pihak. Selain Garuda, sanksi juga diterima oleh auditor laporan keuangan Garuda Indonesia,
yakni Akuntan Publik (AP) Kasner Sirumapea dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata,
Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan, auditor laporan keuangan PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk (GIAA) dan Entitas Anak Tahun Buku 2018.
Untuk Auditor, Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan sanski pembekuan izin selama
12 bulan. Selain itu, Otoritas Jasa Keuangan juga akan mengenakan sanksi kepada jajaran
Direksi dan Komisaris dari Garuda Indonesia. Mereka diharuskan patungan untuk
membayar denda Rp100 juta.
Selain sanksi dari Kementerian Keuangan dan juga Otoritas Jasa Keuangan, Garuda
Indonesia juga kembali diberikan sanksi oleh Bursa Efek Indonesia. Adapun sanki tersebut
salah satunya memberikan sanksi sebesar Rp250 juta kepada maskapai berlambang burung
Garuda itu.
PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH PT
GARUDA INDONESIA
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memutuskan bahwa PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk melakukan kesalahan terkait kasus penyajian Laporan Keuangan
Tahunan per 31 Desember 2018. Pihak OJK yang diwakili oleh Deputi Komisioner
Hubungan Masyarakat dan Manajemen Strategis, Anto Prabowo,
mengungkapkan bahwa Garuda Indonesia telah terbukti melanggar.
1. Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM)
“(1). Laporan keuangan yang disampaikan kepada Bapepam wajib disusun berdasarkan prinsip
akuntansi yang berlaku umum. (2). Tanpa mengurangi ketentuan sebagaiman dimaksud dalam
ayat (1). Bapepam dapat menentukan ketentuan akuntansi di bidang Pasar Modal.
2. Peraturan Bapepam dan LK Nomor VIII.G7 tentang Penyajian dan
Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik.

3. Interprestasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan


Apakah Suatu perjanjian Mengandung Sewa.

4. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa.


SANKSI UNTUK PT GARUDA
INODONESIA
Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II. Fakhri Hilmi, mengatakan setelah
berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Pusat Pembinaan
Profesi Keuangan. PT Bursa Efek Indonesia, dan pihak yang terkait lainnya. Ojk
memutuskan memberikan sejumlah sanksi.

1. Memberikan Perintah Tertulis kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk


memperbaiki dan menyajikan kembali LKT PT Garuda Indonesia (Persero)Tbk per
31 Desember 2018 serta melakukan paparan publik (public expose) atas perbaikan
dan penyajian kembali LKT per 31 Desember 2018 dimaksud paling lambat 14
hari setelah ditetapkan surat sanksi, atas pelanggaran psal 69 Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM), Peraturan Bapepam dan LK
Nomor VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten
dan Perusahaan Publik, Interprestasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8
tentang Penentuan Apakah Suatu Perjanjian Mengandung Sewa, dan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa.
2. Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Manajemen Strategis,
Anto Prabowo mengatakan, OJK juga mengenakan Sanksi Administrasi
berupa denda sebesar Rp100 juta kepada PT Garuda Indonesia (Persero)
Tbk atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor 29/POJK.04/2016 tentang
Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.

3. Sanksi denda kepada masing-masing anggota Direksi PT Garuda


Indonesia (Persero) Tbk sebesar Rp100 juta atas pelanggaran Peraturan
Bapepam Nomor VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi atas
Laporan Keuangan.

4. Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi menjatuhkan sanksi kepada PT


Garuda Indonesia Tbk (GIAA) tas kasus klaim laporan keuangan
perseroan yang menuai polemik. Beberapa sanksi yang dijatuhkan antara
denda senilai Rp 250 juta dan restatement atau perbaikan laporan
keuangan perusahaan dengan lambat 26 Juli 2019 ini.
KELALAIAN YANG DILAKUKAN AUDITOR
Kementerian Keuangan memaparkan tiga kelalaian Akuntan Publik (AP) dalam
mengaudit laporan keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk tahun 2018. Hal itu
akhirnya berujung sanksi dari Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK).

1. Akuntan Publik bersangkutan belum secara tepat menilai substansi transaksi untuk
kegiatan perlakuan akuntansi pengakuan pendapatan piutang dan pendapatan lain-
lain. Sebab, Akuntan Publik ini sudah mengakui pendapatan piutang meski secara
nominal belum diterima oleh perusahaan. Sehingga, Akuntan Publik ini terbukti
melanggar Standar Audit (SA) 315 .
Standar Audit (SA) 315 terkait Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko
Kesalahan Penyajian Material Melalui Pemahaman atas Entitas dan
Lingkungannya.
2. Akuntan publik belum sepenuhnya mendapatkan bukti audit yang cukup untuk
menilai perlakuan akuntansi sesuai dengan substansi perjanjian transaksi tersebut.
Ini disebutnya melanggar Standar Audit (SA) 500. Standar Audit (SA) 500 terkait
Bukti Audit.
3. Akuntan Publik juga tidak bisa mempertimbangkan fakta-fakta setelah
tanggal laporan keuangan sebagai dasar perlakuan akuntansi, di mana hal ini
melanggar Standar Audit (SA) 560. Tak hanya itu, Kantor Akuntan Publik
(KAP) tempat Kasner bernaung pun diminta untuk mengendalikan standar
pengendalian mutu KAP. Standar Audit (SA) 560 terkait Peristiwa
Kemudian.

Adapun, laporan keuangan tersebut diaudit oleh AP Kasner Sirumapea dari


Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang, dan Rekan.

Sebelumnya, laporan keuangan Garuda Indonesia menuai polemik. Hal itu dipicu
oleh penolakan dua komisaris Garuda Indonesia, Chairal Tanjung dan Dony
Oskaria untuk mendatangani persetujuan atas hasil laporan keuangan 2018.

Keduanya memiliki perbedaan pendapat terkait pencatatan transaksi dengan


Mahata senilai US$239,94 juta pada pos pendapatan. Pasalnya, belum ada
pembayaran yang masuk dari Mahata hingga akhir 2018
SANSI YANG DIJATUHKAN KEPADA KANTOR
AKUNTAN PUBLIK
Menteri Keuangan (Menkeu) menjatuhkan sanksi kepada Akuntan Publik
(AP) Kasner Sirumapea dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata,
Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan, auditor laporan keuangan PT.
Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan Entitas Anak Tahun Buku 2018.
Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan, Hadiyanto mengatakan,
sanksi diberikan setelah Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Pusat
Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) memeriksa AP/KAP tersebut
terkait permasalahan laporan keuangan Garuda Indonesia tahun buku
2018.
Permasalahan laporan keuangan Garuda Indonesia tahun buku 2018
yang dimaksud, khususnya pengakuan pendapatan atas perjanjian
kerja sama dengan PT Mahata Aero Teknologi yang diindikasikan
tidak sesuai dengan standar akuntansi.
SANKSI
1. Sanksi pertama yang dijatuhkan; pembekuan izin selama 12 bulan (KMK
No.312/KM.1/2019 tanggal 27 Juni 2019) terhadap AP Kasner Sirumapea karena
melakukan pelanggaran berat yang berpotensi berpengaruh signifikan terhadap opini
Laporan Auditor Independen (LAI)
2. Sangsi kedua yang dijatuhkan; peringatan tertulis dengan disertai kewajiban untuk
melakukan perbaikan terhadap Sistem Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik
(KAP) dan dilakukan tinjauan oleh BDO International Limited (Surat No.S-
210/MK.1PPPK/2019 tanggal 26 Juni 2019) kepada Kantor Akuntan Publik (KAP)
Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan.

Dasar pengenaan sanksi yaitu Pasal 25 Ayat (2) dan Pasal 27 Ayat (1) UU Nomor 5
tahun 2011 dan Pasal 55 Ayat (4) PMK No 154/PMK.01/2017.
Selain itu, OJK turut memberikan sanksi berupa perintah tertulis kepada KAP untuk
melakukan perbaikan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu paling lambat 3
(tiga) bulan setelah ditetapkannya surat perintah dan OJK. OJK mengenakan saksi
tersebit atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor 13/POJK.O3/2017.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai