Anda di halaman 1dari 22

PT.

Garuda Indonesia

Fifi Febrianti (1191002029)


Indah Permatasari (1191002052)
Mochammad Al Fitra Dwisetya (1191002043)
Zaizafatriani Qothrunnada Joefatha (1191002035)

Kelompok 6
Latar Belakang

Garuda Indonesia sebagai Perusahaan Go Public melaporkan kinerja keuangan tahun buku
2018 kepada Bursa Efek Indonesia. Kinerja keuangan PT Garuda Indonesia(Persero) yang
berhasil membukukan laba bersih US$809 ribu pada 2018, berbanding terbalik dari 2017
yang merugi US$216,58 juta. Kinerja ini terbilang cukup mengejutkanlantaran pada kuartal III
2018 perusahaan masih merugi sebesar US$114,08 juta.Sehingga timbulnya polemik antara
pihak pihak yang bersangkutan dengan Laporankeuangan Tahunan PT Garuda Indonesia
yang akan dibahas pada makalah ini
Pembahasan Materi

• Bagaimana Pokok-pokok kode etik dan Budaya Perusahaan di PT. Garuda Indonesia
(Persero)Tbk.?
• Bagaimana latar belakang dan kronologi kasus polemik keuangan PT.Garuda Indonesia (Persero)
Tbk?
• Bagaimana Pelanggaran yang dilakukan manajemen Garuda Indonesia danKAP Tanubrata, Sutanto,
Fahmi, Bambang dan Rekan?
• Apa sanksi untuk PT. Garuda Indonesia (Persero)?
• Perilaku Etis Profesi Akuntan Apa Yang Dilanggar Oleh PT. Garuda?
Pokok-pokok Kode Etik dan
Budaya Perusahaan PT. Garuda
Indonesia
Pokok-pokok Kode Etik dan Budaya Perusahaan
PT. Garuda Indonesia
Pokok-pokok Kode Budaya Perusahaan
Etik
• Jati Diri Perusahaan • Synergy
• Perilaku Terpuji • Integrity
• Kepatuhan dalam bekerja • Customer Focus
• Tanggung Jawab Insan
• Agility
• Penegakan Etika Bisni dan
Etika Kerja • Safety
Kronologis Kasus PT.
Garuda Indonesia
1 April 2019 25 April 2019
Garuda Indonesia melaporkan kinerja Pasar merespons kisruh laporan keuangan Garuda
keuangan tahun buku 2018 kepada Bursa
Indonesia. Sehari usai kabar penolakan laporan
Efek Indonesia. Dalam laporan
keuangannya, perusahaan dengan kode
keuangan oleh dua komisaris beredar, saham
saham GIAA berhasil meraup laba bersih perusahaan dengan kode GIAA itu merosot tajam
sebesar US$809 ribu, berbanding terbalik 4,4 persen pada penutupan perdagangan sesi
dengan kondisi 2017 yang merugi pertama.
sebesar US$216,58 juta.

24 April 2019
Perseroan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta. Salah satu mata
agenda rapat adalah menyetujui laporan keuangan tahun buku 2018. Dalam rapat itu, dua komisaris Garuda
Indonesia, Chairul Tanjung dan Dony Oskaria selaku perwakilan dari PT Trans Airways menyampaikan
keberatan mereka melalui surat keberatan dalam RUPST. Chairal sempat meminta agar keberatan itu
dibacakan dalam RUPST, tapi atas keputusan pimpinan rapat permintaan itu tak dikabulkan. Hasil rapat
pemegang saham pun akhirnya menyetujui laporan keuangan Garuda Indonesia tahun 2018.
26 April 2019
Komisi VIDewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyatakan bakal memanggil manajemen perseroan.
Sebelum memanggil pihak manajemen, DPR akan membahas kasus tersebut dalam rapat internal. Wakil
Ketua Komisi VI DPR RI Inas Nasrullah Zubir mengatakan perseturuan antara komisaris Garuda Indonesia
dengan manajemen akan dibahas dalam rapat internal usai reses. Selain itu pada hari yang sama, beredar
surat dari Sekretariat Bersama Serikat Karyawan Garuda Indonesia (Sekarga) perihal rencana aksi mogok
karyawan Garuda Indonesia.

30 April 2019
BEI telah bertemu dengan manajemen Garuda Indonesia dan kantor akuntan publik (KAP) Tanubrata
Sutanto Fahmi Bambang dan Rekan selaku auditor laporan keuangan perusahaan secara tertutup. Otoritas
bursa menyatakanakan mengirimkan penjelasan usai pertemuan tersebut. Sementara Menteri Keuangan
mengaku telah meminta Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Hadiyanto untuk mempelajari kisruh
terkait laporan keuangan BUMN tersebut.
Pelanggaran Yang Dilakukan
Manajemen Garuda Indonesia dan KAP
Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang &
Rekan
Dalam perkembangannya Garuda mengakui penghasilan dari perjanjiannya dengan
Mahata sebagai suatu penghasilan dari kompensasi atas Pemberian hak oleh
Garuda ke Mahata. Dalam hal ini, Komisaris Garuda Chairal Tanjung dan Dony
Oskaria, perwakilan dari PT Trans Airways dan Finegold Resources Ltd selaku pemilik
dan pemegang 28,08% saham Garuda Indonesia berpendirian senada, bahwa ini
merupakan pendapatan royalti. Komisaris Garuda hanya keberatan dengan
pengakuan (rekognisi) pendapatan transaksi sebesar 239,94 juta dollar AS yang
tertuang di dalam perjanjian kerja sama penyediaan layanan konektivitas dalam
penerbangan antara PT Mahata Aero Teknologi (Mahata) dan PT Citilink Indonesia
selaku anak usaha Garuda Indonesia.

Keberatan itu disampaikan keduanya kepada manajemen pada 2 April


2019 lewat sepucuk surat dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan
(RUPST). Keberatan keduanya didasarkan pada PSAK 23 dan Perjanjian
Mahata. Menurut Chairal dan Dony, tidak dapat diakuinya pendapatan
tersebut karena hal ini bertentangan dengan PSAK 23 paragraf 28 dan 29.
Beberapa hal yang menjadi fakta yang tidak menjamin bahwa royalty
tersebut akan diterima antara lain sebagai berikut:
• Perjanjian Mahata ditandatangani 31 Oktober 2018, namun hingga tahun buku
2018 berakhir, tidak ada satu pembayaran yang telah dilakukan oleh pihak Mahata
meskipun telah terpasang satu unit alat di Citilink.
• Dalam perjanjian Mahata tidak tercantum term of payment yang jelas bahkan pada
saat ini masih dinegosiasikan cara pembayarannya.

• Sampai saat ini tidak ada jaminan pembayaran yang tidak dapat ditarik kembali, seperti bank garansi
atau instrumen keuangan yang setara dari pihak Mahata kepada perusahaan. Padahal, bank garansi
atau instrumen keuangan yang setara merupakan instrumen yang menunjukkan kapasitas Mahata
sebagai perusahaan yang bankable.

• Mahata hanya memberikan surat pernyataan komitmen pembayaran kompensasi sesuai dengan
paragraf terakhir halaman satu dari surat Mahata 20 Maret 2019: "Skema dan ketentuan pembayaran
ini tetap akan tunduk pada ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam perjanjian. Ketentuan dan
skema pembayaran sebagaimana yang disampaikan dalam surat ini dan perjanjian dapat berubah
dengan mengacu kepada kemampuan finansial Mahata.
Berdasarkan hasil penelitian dan pengkajian oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memutuskan bahwa
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk melakukan kesalahan terkait kasus penyajian Laporan Keuangan
Tahunan per 31 Desember 2018. OJK menyatakan bahwa terkait laporan keuangan, Garuda Indonesia
telah terbukti melakukan pelanggaran dalam penyajian dan publikasi laporan keuangannya, ketentuan
yang dilanggar antara lain sebagai berikut :

• Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995


tentang Pasar Modal (UU PM) yaitu laporan
keuangan yang disampaikan kepada Bapepam
wajib disusun berdasarkan prinsip akuntansi
yang berlaku umum yang sesuai dengan
ketentuan akuntasi di bidang pasar modal.
• Peraturan Bapepam dan LK Nomor VIII.G.7 tentang
Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten
dan Perusahaan Publik.
• Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8
tentang Penentuan Apakah Suatu Perjanjian
Mengandung Sewa.
• Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 30
tentang Sewa.
Sanksi Untuk PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk.
Sanksi Untuk PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.

Bursa Efek
Sanksi Oleh Kementrian
Indonesia
OJK Keuangan
(BEI)
SANKSI DARI OJK
• Memberikan Perintah Tertulis kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk memperbaiki
dan menyajikan kembali LKT PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk per 31 Desember 2018
serta melakukan paparan publik (public expose) atas perbaikan dan penyajian kembali LKT
per 31 Desember 2018 dimaksud paling lambat 14 hari setelah ditetapkannya surat sanksi

• Perintah Tertulis kepada KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan (Member of BDO
International Limited) untuk melakukan perbaikan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu atas
pelanggaran Peraturan OJK Nomor 13/POJK.03/2017 jo. SPAP Standar Pengendalian Mutu (SPM 1)
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah ditetapkannya surat perintah dari OJK.

• Sanksi Administratif berupa denda sebesar Rp 100 juta kepada PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor 29/POJK.04/2016 tentang
Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.

• Sanksi denda kepada masing-masing anggota Direksi PT Garuda Indonesia (Persero)


Tbk sebesar Rp 100 juta atas pelanggaran Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11
tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan.
Perilaku Etis Profesi Akuntan Apa
Yang Dilanggar Oleh PT. Garuda
Indonesia
Perilaku Etis Profesi Akuntan Apa Yang Dilanggar Oleh PT. Garuda
Indonesia

1.Tanggung jawab profesi


2.Kepentingan Publik
3.Integritas
4.Objektifitas
5.Kompetensi dan kehati-hatian professional
6.Perilaku professional
7.Standar teknis
Analisis Pelaksanaan GCG
dalam Kasus Laporan
Keuangan PT.Garuda Indonesia
Fairness (keadilan)

Analisis Pelaksanaan GCG Transparancy (transparansi)


dalam Kasus Laporan Keuangan
PT.Garuda Indonesia
Accountability (akuntabilitas)

Responsibility (pertanggungjawaban)

Pada intinya etika bisnis bukan lagi merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh pelaku bisnis tetapi menjadi
suatu kebutuhan yang harus terpenuhi. Salah satu contohnya pada prinsip-prinsip GCG mencerminkan etika bisnis yang
dapat memenuhi keinginan seluruh stakeholdernya. Etika bisnis yang baik dan sehat menjadi kunci bagi suatu perusahaan
untuk membuatnya tetap berdiri kokoh dan tahan terhadap segala macam serangan ketidakstabilan ekonomi.
Kesimpulan
Kinerja keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) menuai polemik karena adanya
pencatatan transaksi kerja sama penyediaan layanan konektivitas (wifi) dalam
penerbangan dengan PT Mahata Aero Teknologi (Mahata) dalam pos pendapatan
yang seharusnya masih menjadi piutang. Dalam kasus ini PT Garuda Indonesia telah
melanggar Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU
PM) ,Peraturan Bapepam dan LK Nomor VIII.G.7 tentang Penyajian dan
Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik, Interpretasi
Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan Apakah Suatu Perjanjian
Mengandung Sewa, dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang
Sewa. Dan diberi sanksi sesuai dengan Undang Undang yang dilanggar
Saran
Lebih diperketatnya aturan dan kontrol serta evaluasi dari pemerintah dalam
proses penerapan kode etik yang baik dalam setiap perusahaan di Indonesia,
baik itu perusahaan milik dalam atau luar negeri. Seperti yang telah kita
ketahui, bahwa masih terdapat banyak perusahaan yang menurut masyarakat
luas, telah memberikan dampak buruk bagi masyarakat, lingkungan, dan
negara. Tentunya hal tersebut sangat bertolak belakang dengan etika bisnis
dan norma-norma yang ada. Oleh karena itu, peran pemerintah, serta
didukung oleh masyarakat, sangat penting bagi kelancaran penarapan kode
etik di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai