Disusun Oleh :
Fakultas Ekonomi
Universitas Andalas
Padang
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Eksistensi perusahaan di tengah lingkungan dan masyarakat berdampak positif maupun
negatif. Dampak positif yang ditimbulkan antara lain keberadaan perusahaan ditengah
lingkungan dan masyarakat seperti, menciptakan lapangan kerja, menyediakan barang yang
dibutuhkan masyarakat untuk dikonsumsi, meningkatkan pendapatan, menyumbang pendapatan
daerah dan negara, serta mendukung peningkatan ekonomi, dan lain-lain. Sementara, dampak
negatif (negative externalities) antara lain keberadaan perusahaan di tengah lingkungan
menimbulkan pencemaran baik tanah, air maupun udara. Hal tersebut mengancam munculnya
polusi udara dan air, kebisingan suara, kemacetan lalu lintas, limbah kimia, hujan asam, radiasi,
sampah nuklir, dan masih banyak lagi petaka lain sehingga menyebabkan stres mental dan
kerugian fisik dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kesalahan dalam alokasi sumber daya
manusia dan alam yang dilakukan oleh perusahaan sebagai penyebab utama. Kinerja ekonomi
akan menjadi penilaian para stakeholders. Semakin baik para pelaku bisnis, maka tujuan
perusahaan akan tercapai dengan sendirinya dan bisnisnya akan berjalan dalam koridor yang
diharapkan. Perilaku kinerja ekonomi yang bersifat etis, yaitu dengan mewujudkan tanggung
jawab sosial perusahaan. Implikasi dari pelanggaran terhadap prinsip-prinsip tersebut
diantaranya adalah terbengkalainya pengelolaan lingkungan dan rendahnya tingkat kinerja
lingkungan serta rendahnya minat perusahaan terhadap konservasi lingkungan (Ja’far & Arifah
2006).
Kinerja ekonomi diungkapkan dalam laporan keuangan tahunan perusahaan. Pada era
perekonomian pasar yang disertai dengan terwujudnya kondisi kinerja ekonomi yang baik,
efisien dan membawa keuntungan besar bagi perusahaan tetapi juga perlu disertai adanya
perilaku kinerja ekonomi berkualitas etis yaitu perwujudan tanggung jawab sosial perusahaan
secara baik. Almilia dan Wijayanto (2007) menyatakan bahwa kinerja ekonomi adalah kinerja
perusahaan-perusahaan secara relatif berubah dari tahun ke tahun dalam suatu industri yang sama
yang ditandai dengan return tahunan perusahaan. Sutami (2011) mengemukakan faktor-faktor
kinerja lingkungan berhubungan nonkeuangan seperti kinerja keuangan, harga saham, dan biaya
modal. Keberhasilan pimpinan sebagai pengelola perusahaan dapat dilihat dari kinerja keuangan
atau kinerja ekonominya yang ditunjukkan oleh jumlah penjualan, tenaga kerja, harta yang
dimiliki dan analisis rasio, yang disajikan dalam laporan keuangan.
Terdapat tiga pokok pikiran mengenai hubungan antara tanggung jawab sosial
perusahaan dan kinerja ekonomi.
Dari ketiga indikator yang ada, indikator-indikator tersebut memiliki beberapa persamaan
topik yang dibahas dalam CSR. Seperti antara ISO 26000 dan GRI kedua indikator tersebut
sama-sama mengungkapkan masalah sosial yang berhubungan dengan HAM, tenaga kerja,
tanggung jawab produksi dan masyarakat, masalah ekonomi, dan masalah lingkungan. PROPER
sendiri juga membahas mengenai tanggung jawab atas dampak lingkungan yang disebabkan oleh
perusahaan. Melalui PROPER kinerja lingkungan sebuah perusahaan diukur dengan
menggunakan warna, mulai dari yang terbaik emas, hijau, biru, merah hingga yang terburuk
hitam.
Model pengukuran kinerja SRG GRI diwujudkan dalam bentuk kerangka pelaporan yang
harus dilakukan oleh perusahaan. Dalam kerangka pelaporan SRG GRI diberikan panduan
bagaimana cara mengungkapkan standarisasi pelaporan yang didalamnya mencakup
pengungkapan strategi, profil organisasi, tata kelola organisasi dan manajemen serta indikator
kinerja yang terdiri dari enam kriteria indikator kinerja yaitu kinerja ekonomi, kinerja
lingkungan, kinerja praktek tenaga kerja, kinerja masyarakat, kinerja tanggungjawab produk, dan
kinerja hak asasi manusia. Indikator-indikator kinerja yang ada tersebut berfungsi sebagai
perbandingan informasi atau pengungkapan informasi mengenai kinerja organisasi dalam hal
ekonomi, lingkungan, dan sosial (GRI, 2002).
Pada dasarnya, kriteria kinerja SRG GRI yang dijadikan dasar dalam mengukur kinerja CSR
perusahaan terletak pada kriteria kinerja praktek tenaga kerja, kinerja masyarakat, kinerja
tanggungjawab produk, dan kinerja hak asasi manusia (Suharto, 2008). Namun, kriteria-kriteria
tersebut hanya terbatas pada empat stakeholder yaitu: karyawan, konsumen, supplier, dan
masyarakat. Dalam perusahaan, stakeholders yang ada tidak hanya terbatas pada
keempat stakeholders tersebut.
Pengukuran kinerja yang baik tidak hanya perlu mengakomodasikan
kebutuhan stakeholder (stakeholer want and need), tetapi juga harus mengakomodasikan apa
yang harus diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan (stakeholder contribution). Karena
GRI belum mengakomodasikan kebutuhan tersebut, maka perlu dilakukan penggunaan
model/konsep lain dari pengukuran kinerja yang mengakomodasikan tidak hanya keinginan
pemangku kepentingan tetapi juga kontribusi pemangku kepentingan.
a. Nilai ekonomi langsung yang dihasilkan dan didistribusikan (EVG&D) dengan basis
akrual, termasuk komponen dasar untuk operasi global organisasi sebagaimana terdaftar
di bawah ini.
Jika data disajikan dengan basis tunai, laporkan alasan pembenaran atas keputusan ini selain
melaporkan komponen dasar berikut ini:
* Ketika menyusun informasi yang dijelaskan dalam Pengungkapan 201-1, organisasi pelapor
harus menyusun EVG&D dari data laporan keuangan atau laporan laba rugi (P&L) organisasi
yang telah diaudit, atau dari akun manajemen yang telah diaudit secara internal.
a. Pendapatan
b. Biaya operasional
Organisasi dapat menghitung gaji dan tunjangan karyawannya sebagai gaji total yang
dibayarkan (termasuk gaji karyawan dan jumlah yang dibayarkan kepada institusi pemerintah
atas nama karyawan) ditambah tunjangan total (tidak termasuk pelatihan, biaya peralatan
pelindung, atau biaya-biaya lainnya yang terkait langsung dengan fungsi kerja karyawan).
Jumlah yang dibayarkan ke institusi pemerintah atas nama karyawan dapat mencakup
pajak, retribusi, dan dana pengangguran karyawan. Tunjangan total dapat mencakup:
- Kontribusi reguler, seperti pensiun, asuransi, kendaraan perusahaan, dan layanan
kesehatan swasta;
- Tunjangan karyawan lainnya, seperti perumahan, pinjaman tanpa bunga, bantuan
transportasi publik, beasiswa pendidikan, dan pembayaran pesangon.
Organisasi dapat menghitung pembayaran kepada penyedia modal sebagai dividen untuk
semua pemegang saham, ditambah pembayaran bunga kepada penyedia pinjaman. Pembayaran
bunga kepada penyedia pinjaman dapat mencakup:
- bunga untuk semua bentuk utang dan pinjaman (tidak hanya utang jangka panjang);
- Tunggakan dividen yang jatuh tempo kepada pemegang saham preferen.
f. Investasi masyarakat
2. Pengungkapan 201-2 : Implikasi finansial serta risiko dan peluang lain akibat dari
perubahan iklim
Risiko dan kesempatan yang diakibatkan oleh perubahan iklim yang berpotensi menghasilkan
perubahan substantif dalam operasi, pendapatan, atau pengeluaran, termasuk:
a. deskripsi risiko atau kesempatan dan klasifikasinya baik secara fisik, regulatif,
atau lainnya
b. deskripsi dampak yang diasosiasikan dengan risiko atau kesempatan
c. implikasi finansial dari risiko atau kesempatan sebelum tindakan diambil
d. metode yang digunakan untuk mengelola risiko atau kesempatan
e. biaya dari langkah yang diambil untuk mengelola risiko atau kesempatan.
Ketika menyusun informasi yang dijelaskan dalam Pengungkapan 201-2, jika organisasi
pelapor tidak memiliki sistem yang sudah berjalan untuk menghitung implikasi finansial atau
biaya, atau membuat proyeksi pendapatan, organisasi tersebut harus melaporkan rencana dan
jangka waktunya untuk mengembangkan sistem yang dibutuhkan.
Risiko dan kesempatan yang diakibatkan oleh perubahan iklim dapat diklasifikasikan
sebagai:
fisik
Regulative
lainnya
Risiko dan kesempatan fisik dapat mencakup:
- dampak dari badai yang lebih sering dan intens
- perubahan di permukaan laut, suhu lingkungan, dan ketersediaan air
- dampak pada pekerja – seperti efek kesehatan, termasuk penyakit yang terkait
dengan panas, dan kebutuhan untuk merelokasi operasi.
Risiko dan kesempatan lain dapat mencakup ketersediaan teknologi, produk, atau jasa baru untuk
menghadapi tantangan terkait perubahan iklim, serta perubahan dalam perilaku pelanggan.
Metode yang digunakan untuk mengelola risiko atau kesempatan dapat mencakup:
a. Nilai perkiraan liabilitas, jika liabilitas program tersebut dipenuhi oleh sumber daya
umum organisasi.
b. Jika ada dana terpisah untuk membayar liabilitas program pensiun:
i. sejauh mana liabilitas skema diperkirakan akan dicakup oleh aset yang telah
disisihkan untuk memenuhinya;
ii. dasar bagaimana perkiraan itu dibuat;
iii. kapan perkiraan tersebut dibuat.
c. Jika dana yang dibentuk untuk membayar liabilitas program pensiun tidak sepenuhnya
dicakup, jelaskan strategi, jika ada, yang dianut oleh pemberi kerja untuk mengupayakan
penjaminan penuh, dan skala waktu, jika ada, yang menjadi batasan pemberi kerja untuk
mencapai penjaminan penuh.
d. Persentase gaji yang dikontribusikan oleh karyawan atau pemberi kerja.
e. Tingkat partisipasi dalam program pensiun, seperti partisipasi dalam skema wajib atau
sukarela, skema regional, atau berbasis negara, atau yang memiliki dampak finansial.
Panduan pengungkapan : Struktur program pensiun yang ditawarkan kepada karyawan dapat
didasarkan pada:
a. program pensiun manfaat pasti
b. program pensiun iuran pasti
c. jenis tunjangan pensiun lainnya.
Yurisdiksi yang berbeda, seperti negara, memiliki interpretasi dan panduan yang berbeda-
beda sehubungan dengan penghitungan yang digunakan untuk menentukan cakupan program.
Perhatikan bahwa program tunjangan pensiun merupakan bagian dari Badan Standar Akuntansi
Internasional (IASB) IAS 19 Tunjangan Karyawan, namun IAS 19 mencakup topik-topik
tambahan.
a. Nilai moneter total dari bantuan finansial yang diterima oleh organisasi dari pemerintah
mana pun selama periode pelaporan, yang mencakup:
- pembebasan pajak dan kredit pajak
- subsidi
- hibah investasi, hibah untuk penelitian dan pengembangan, dan jenis dana hibah lain
yang relevan
- penghargaan
- fasilitas pembebasan royalti sementara (royalty holidays)
- bantuan finansial dari Badan Kredit Ekspor (ECA)
- insentif finansial
- tunjangan finansial lainnya yang diterima atau dapat diterima dari pemerintah mana pun
untuk operasi apa pun.
b. Informasi dalam 201-4-a berdasarkan negara.
c. Apakah, dan sejauh mana, pemerintah ikut dalam struktur kepemilikan saham.
* Ketika menyusun informasi yang dijelaskan dalam Pengungkapan 201-4, organisasi pelapor
harus mengidentifikasi nilai moneter dari bantuan finansial yang diterima dari pemerintah
melalui penerapan konsisten prinsip-prinsip akuntansi yang secara umum diterima.
Panduan :
GRI 202 membahas topik keberadaan pasar organisasi, yang mencakup kontribusinya
terhadap pembangunan ekonomi di daerah atau masyarakat setempat di mana organisasi itu
beroperasi. Misalnya tentang pendekatan organisasi terhadap remunerasi atau perekrutan lokal.
Rekomendasi pelaporan
Panduan :
2. Pengungkapan 202-2 : Proporsi manajemen senior yang berasal dari masyarakat lokal
Persyaratan pelaporan :
a. Persentase manajemen senior di lokasi operasi yang signifikan yang berasal dari
masyarakat lokal.
b. Definisi yang digunakan untuk ‘manajemen senior.
c. Definisi geografis organisasi tentang ‘lokal’.
d. Definisi yang digunakan untuk ‘lokasi operasi yang signifikan’.
Ketika menyusun informasi yang ditentukan dalam Pengungkapan 202-2, organisasi
pelapor harus menghitung persentase ini dengan menggunakan data mengenai karyawan
purnawaktu.
Panduan :
Panduan untuk Pengungkapan 202-2 Manajemen senior yang direkrut dari masyarakat
lokal termasuk orang-orang yang lahir atau yang memiliki hak sah untuk tinggal tanpa batas
(seperti misalnya warga negara yang dinaturalisasi atau pemegang visa permanen) di wilayah
geografis pasar yang sama dengan operasi. Definisi geografis dari ‘lokal’ dapat mencakup
masyarakat di sekitar daerah operasi, suatu wilayah dalam sebuah negara atau suatu negara.
Termasuk anggota dari masyarakat lokal dalam manajemen senior organisasi yang
menunjukkan keberadaan pasar organisasi yang positif. Termasuk anggota masyarakat lokal
dalam tim manajemen yang dapat meningkatkan sumber daya manusia. Hal ini juga dapat
meningkatkan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal, dan meningkatkan kemampuan
organisasi untuk memahami kebutuhan lokal.
GRI 203 membahas dampak ekonomi tidak langsung, yang merupakan konsekuensi
tambahan dari dampak langsung transaksi keuangan dan aliran uang antara organisasi dan
pemangku kepentingannya. GRI 203 juga membahas dampak dari investasi infrastruktur dan
dukungan layanan organisasi. Dampak ekonomi tidak langsung dapat bersifat moneter maupun
non-moneter, dan penting untuk dinilai dalam kaitannya dengan masyarakat lokal
dan perekonomian regional.
Persyaratan pelaporan :
Panduan
Persyaratan pelaporan
a. Contoh dampak ekonomi tidak langsung yang sudah teridentifikasi yang signifikan dari
organisasi, termasuk dampak positif dan negatif.
b. Signifikansi dari dampak ekonomi tidak langsung dilihat dalam konteks tolok ukur
eksternal dan prioritas pemangku kepentingan, seperti standar nasional dan internasional,
protokol, dan agenda kebijakan.
Panduan
Pengungkapan 203-2 Pengungkapan ini menyangkut spektrum dampak ekonomi tidak langsung
yang bisa diakibatkan oleh organisasi terhadap para pemangku kepentingannya dan
perekonomian. Contoh dampak ekonomi tidak langsung yang signifikan, baik positif maupun
negatif, dapat mencakup:
GRI 204 membahas topik praktik pengadaan. Ini mencakup dukungan organisasi untuk
para pemasok lokal, atau yang dimiliki oleh perempuan atau para anggota kelompok rentan. Hal
ini juga mencakup bagaimana praktik pengadaan organisasi (seperti jangka waktu produksi
hingga pengiriman barang oleh pemasok yang disepakati dengan pemasok, atau harga beli yang
dinegosiasikan) menyebabkan atau berkontribusi pada dampak negatif dalam rantai pasokan.
Pengungkapan dalam Standar ini bisa memberikan informasi tentang dampak suatu organisasi
terkait praktik pengadaan, dan cara organisasi tersebut mengatur dampak tersebut.
Persyaratan pelaporan :
a. Persentase anggaran pengadaan pada lokasi operasi yang signifikan yang dikeluarkan
untuk para pemasok lokal dalam operasi tersebut (seperti persentase produk dan jasa yang
dibeli secara lokal). b. Definisi geografis organisasi tentang ‘lokal’.
b. Definisi yang digunakan untuk ‘lokasi operasi yang signifikan’
Panduan :
Pengungkapan 204-1 Pembelian secara lokal dapat dilakukan dari anggaran yang diatur
di lokasi operasi atau di kantor pusat organisasi tersebut.Dengan mendukung pemasok lokal,
sebuah organisasi dapat secara tidak langsung menarik investasi tambahan pada perekonomian
lokal. Pemanfaatan sumber daya lokal bisa menjadi strategi untuk membantu memastikan
pasokan, mendukung perekonomian lokal yang stabil, dan mempertahankan hubungan
masyarakat.
GRI 205 membahas topik anti-korupsi. Dalam Standar ini, dipahami bahwa korupsi
mencakup praktik-praktik seperti penyuapan, pembayaran fasilitasi atau perantara, penipuan,
pemerasan, kolusi, dan pencucian uang; penawaran atau penerimaan hadiah, pinjaman, biaya,
imbalan, atau keuntungan lain sebagai dorongan untuk melakukan sesuatu yang tidak jujur,
ilegal, atau memiliki unsur melanggar kepercayaan. Korupsi juga bisa termasuk praktik seperti
penggelapan, menggunakan pengaruh dalam perdagangan, penyalahgunaan fungsi, memperkaya
diri secara ilegal, penyembunyian, dan menghalangi keadilan.
Korupsi secara luas berhubungan dengan dampak negatif, seperti kemiskinan dalam
perekonomian yang mengalami transisi, kerusakan lingkungan, pelanggaran hak asasi manusia,
pelecehan terhadap demokrasi, pengalokasian investasi dengan tidak benar, dan penggerogotan
kedaulatan hukum. Organisasi diharapkan oleh pasar, norma internasional, dan pemangku
kepentingan untuk menunjukkan ketaatannya terhadap integritas, tata kelola, praktik bisnis yang
bertanggung jawab.
Persyaratan pelaporan :
a. Organisasi pelapor harus melaporkan pendekatan manajemennya terhadap anti-
korupsi dengan menggunakan GRI 103: Pendekatan Manajemen.
b. Organisasi pelapor harus mengungkapkan informasi berikut:
- Prosedur pengkajian risiko organisasi terhadap korupsi, termasuk kriteria yang
digunakan dalam pengkajian risiko, seperti lokasi, kegiatan, dan sektor;
- Cara organisasi mengidentifikasi dan mengatur konflik kepentingan yang
mungkin dimiliki oleh karyawan atau orang yang terkait dengan kegiatan, produk,
atau jasa dari organisasi. Konflik kepentingan untuk badan tata kelola tertinggi
tercakup dalam Pengungkapan 102-25 dari GRI 102: Pengungkapan Umum;
- Cara organisasi memastikan bahwa donasi amal dan sponsor pensponsoran
(finansial dan benda atau barang) yang diberikan kepada organisasi lain bukanlah
sebuah penyuapan terselubung. Penerima donasi amal dan dan sponsor
pensponsoran (finansial dan benda atau barang) dapat mencakup organisasi
nirlaba, organisasi keagamaan, organisasi pribadi, dan acara-acara;
- Sejauh mana komunikasi dan pelatihan anti-korupsi disesuaikan dengan para
anggota badan tata kelola, karyawan, mitra bisnis, dan orang lain yang telah
diidentifikasi berisiko tinggi untuk terjadinya insiden korupsi;
- Di bagian mana pelatihan anti-korupsi untuk para anggota badan tata kelola,
karyawan, mitra bisnis, dan orang lainnya yang telah diidentifikasi berisiko tinggi
untuk terjadinya insiden korupsi ini diberikan (contohnya ketika karyawan baru
bergabung bersama organisasi atau ketika membuka hubungan dengan mitra
bisnis baru); dan frekuensi pelatihan (misalnya, setahun sekali atau dua kali dalam
setahun);
- Apakah organisasi berpartisipasi dalam tindakan kolektif untuk memerangi
korupsi, yang termasuk:
a. strategi untuk kegiatan kolektif;
b. daftar inisiatif kegiatan kolektif yang diikuti oleh
organisasi;
c. penjelasan mengenai komitmen utama dari inisiatif-inisiatif
ini.
a. Jumlah dan persentase total dari operasi yang dinilai memiliki risiko terkait korupsi.
b. Risiko signifikan yang terkait dengan korupsi yang diidentifikasi melalui pengkajian
risiko.
Panduan :
a. Jumlah dan persentase total anggota badan tata kelola yang telah dikomunikasikan oleh
organisasi mengenai kebijakan dan prosedur anti-korupsi, yang diuraikan berdasarkan
wilayah.
b. Jumlah dan persentase total karyawan yang telah dikomunikasikan oleh organisasi
mengenai kebijakan dan prosedur anti-korupsi, yang diuraikan berdasarkan kategori
karyawan dan wilayah.
c. Jumlah dan persentase total mitra bisnis yang telah dikomunikasikan oleh organisasi
mengenai kebijakan dan prosedur anti-korupsi, yang diuraikan berdasarkan jenis mitra
bisnis dan wilayah. Menjelaskan apakah kebijakan dan prosedur anti-korupsi organisasi
telah disampaikan kepada orang atau organisasi lain.
d. Jumlah dan persentase total anggota badan tata kelola yang telah mengikuti pelatihan
anti-korupsi, yang diuraikan berdasarkan wilayah.
e. Jumlah dan persentase total karyawan yang telah mengikuti pelatihan anti-korupsi, yang
diuraikan berdasarkan kategori karyawan dan wilayah.
Rekomendasi pelaporan :
Ketika menyusun informasi yang dijelaskan dalam Pengungkapan 205-2, organisasi pelapor
sebaiknya:
- badan tata kelola yang ada dalam organisasi, seperti dewan direksi, komite
manajemen, atau badan serupa untuk organisasi non-korporasi;
- jumlah total individu dan/atau karyawan yang ada dalam badan tata kelola ini;
- jumlah total karyawan dalam setiap kategori karyawan, tidak termasuk anggota
badan tata kelola;
- estimasi jumlah total mitra bisnis.
Panduan : Latar belakang Komunikasi dan pelatihan membangun kesadaran internal dan
eksternal serta kapasitas yang dibutuhkan untuk melawan korupsi.
3. Pengungkapan 205-3 : Insiden korupsi yang terbukti dan tindakan yang diambil
GRI 206 membahas topik perilaku anti-persaingan, termasuk praktik anti-trust dan
monopoli. Perilaku anti-persaingan merujuk pada tindakan organisasi atau karyawannya yang
dapat menyebabkan adanya kolusi dengan pesaing potensial, dengan tujuan membatasi efek
kompetisi pasar. Tindakan ini dapat mencakup penetapan harga atau mengoordinasikan
penawaran, membuat batasan pasar atau hasil, memberlakukan kuota geografis, dan
mengalokasikan pelanggan, pemasok, wilayah geografis, dan lini produk.
Praktik anti-trust dan monopoli merupakan tindakan organisasi yang dapat menyebabkan
kolusi untuk mendirikan penghalang untuk masuk ke sektor, atau hal lain yang mencegah adanya
kompetisi. Hal ini dapat mencakup praktik bisnis tidak adil, penyalahgunaan posisi pasar, kartel,
merger yang anti-kompetisi, dan penetapan harga.
a. Jumlah tindakan hukum yang menunggu keputusan atau telah selesai selama periode
pelaporan sehubungan dengan perilaku anti-persaingan serta pelanggaran terhadap
peraturan anti-trust dan monopoli di mana organisasi telah diidentifikasi sebagai peserta.
b. Hasil utama dari tindakan hukum yang telah selesai, termasuk semua keputusan atau
putusan hakim.
Panduan : Pengungkapan ini berkaitan dengan tindakan hukum yang dilakukan berdasarkan
hukum nasional atau internasional yang terutama dirancang dengan tujuan meregulasi perilaku
anti-persaingan, praktik anti-trust, atau monopoli. Perilaku anti-persaingan, praktik anti-trust dan
monopoli bisa berakibat pada pilihan konsumen, penentuan harga, dan faktor lain yang penting
bagi pasar yang efisien. Legislasi yang diberlakukan di banyak negara bertujuan mengendalikan
atau mencegah monopoli, dengan didasari asumsi bahwa persaingan antarperusahaan juga
mempromosikan efisiensi ekonomi dan pertumbuhan berkelanjutan.
Langkah hukum mengindikasikan situasi di mana tindakan pasar atau status sebuah
organisasi telah mencapai skala yang cukup untuk membuat adanya kekhawatiran pihak ketiga.
Keputusan hukum yang timbul dari situasi ini dapat memberi risiko gangguan yang signifikan
terhadap kegiatan pasar bagi organisasi serta juga langkahlangkah penghukuman.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan :
Kinerja ekonomi diungkapkan dalam laporan keuangan tahunan perusahaan. Pada era
perekonomian pasar yang disertai dengan terwujudnya kondisi kinerja ekonomi yang baik,
efisien dan membawa keuntungan besar bagi perusahaan tetapi juga perlu disertai adanya
perilaku kinerja ekonomi berkualitas etis yaitu perwujudan tanggung jawab sosial perusahaan
secara baik.
DAFTAR PUSTAKA :
file:///E:/bahasa-indonesia-gri-201-economic-performance-2016.pdf
file:///E:/bahasa-indonesia-gri-202-market-presence-2016.pdf
file:///E:/bahasa-indonesia-gri-203-indirect-economic-impacts-2016.pdf
file:///E:/bahasa-indonesia-gri-204-procurement-practices-2016.pdf
file:///E:/bahasa-indonesia-gri-205-anti-corruption-2016.pdf
file:///E:/bahasa-indonesia-gri-206-anti-competitive-behavior-2016.pdf