Anda di halaman 1dari 27

GRI 200 : ECONOMIC PERFORMANCE

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Keberlanjutan Semester Genap

Disusun Oleh :

Hilma Khairia (1610531049)


Nadia Kusuma Sari (1610531053)

Fakultas Ekonomi
Universitas Andalas
Padang
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Eksistensi perusahaan di tengah lingkungan dan masyarakat berdampak positif maupun
negatif. Dampak positif yang ditimbulkan antara lain keberadaan perusahaan ditengah
lingkungan dan masyarakat seperti, menciptakan lapangan kerja, menyediakan barang yang
dibutuhkan masyarakat untuk dikonsumsi, meningkatkan pendapatan, menyumbang pendapatan
daerah dan negara, serta mendukung peningkatan ekonomi, dan lain-lain. Sementara, dampak
negatif (negative externalities) antara lain keberadaan perusahaan di tengah lingkungan
menimbulkan pencemaran baik tanah, air maupun udara. Hal tersebut mengancam munculnya
polusi udara dan air, kebisingan suara, kemacetan lalu lintas, limbah kimia, hujan asam, radiasi,
sampah nuklir, dan masih banyak lagi petaka lain sehingga menyebabkan stres mental dan
kerugian fisik dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kesalahan dalam alokasi sumber daya
manusia dan alam yang dilakukan oleh perusahaan sebagai penyebab utama. Kinerja ekonomi
akan menjadi penilaian para stakeholders. Semakin baik para pelaku bisnis, maka tujuan
perusahaan akan tercapai dengan sendirinya dan bisnisnya akan berjalan dalam koridor yang
diharapkan. Perilaku kinerja ekonomi yang bersifat etis, yaitu dengan mewujudkan tanggung
jawab sosial perusahaan. Implikasi dari pelanggaran terhadap prinsip-prinsip tersebut
diantaranya adalah terbengkalainya pengelolaan lingkungan dan rendahnya tingkat kinerja
lingkungan serta rendahnya minat perusahaan terhadap konservasi lingkungan (Ja’far & Arifah
2006).

Seiring dengan meningkatnya kesadaran dan kepekaan dari stakeholders perusahaan


maka konsep tanggung jawab sosial muncul dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dengan kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang. Pemangku kepentingan
yang dimaksud di antaranya adalah para shareholder, karyawan (buruh), pelanggan,
komunitas lokal, pemerintah, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan lain sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


1 Apa yang dimaksud dengan kinerja ekonomi (economic performance) ?
2 Apa indikator dan aspek dari kinerja ekonomi (economic performance) ?
3 Bagaimana cara pengukuran kinerja ekonomi (economic performance) ?

1.3 Tujuan Makalah


1. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan kinerja ekonomi (economic performance)
2. Mengetahui apa saja indikator dan aspek kinerja ekonomi (economic performance)
3. Mengetahui cara mengukur kinerja ekonomi (economic performance)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kinerja Ekonomi (Economic Performance)

Kinerja ekonomi diungkapkan dalam laporan keuangan tahunan perusahaan. Pada era
perekonomian pasar yang disertai dengan terwujudnya kondisi kinerja ekonomi yang baik,
efisien dan membawa keuntungan besar bagi perusahaan tetapi juga perlu disertai adanya
perilaku kinerja ekonomi berkualitas etis yaitu perwujudan tanggung jawab sosial perusahaan
secara baik. Almilia dan Wijayanto (2007) menyatakan bahwa kinerja ekonomi adalah kinerja
perusahaan-perusahaan secara relatif berubah dari tahun ke tahun dalam suatu industri yang sama
yang ditandai dengan return tahunan perusahaan. Sutami (2011) mengemukakan faktor-faktor
kinerja lingkungan berhubungan nonkeuangan seperti kinerja keuangan, harga saham, dan biaya
modal. Keberhasilan pimpinan sebagai pengelola perusahaan dapat dilihat dari kinerja keuangan
atau kinerja ekonominya yang ditunjukkan oleh jumlah penjualan, tenaga kerja, harta yang
dimiliki dan analisis rasio, yang disajikan dalam laporan keuangan.

Economic performance adalah masalah-masalah yang berhubungan dengan jumlah dan


nilia uang, kekayaan, hutang, dan investasi.

Terdapat tiga pokok pikiran mengenai hubungan antara tanggung jawab sosial
perusahaan dan kinerja ekonomi.

1. pokok pikiran yang menggambarkan kebijakan konvensional; berpendapat bahwa


terdapat biaya tambahan yang signifikan dan akan menghilangkan peluang perolehan laba
untuk melaksanakan tanggung jawab sosial, sehingga akan menurunkan profitabilitas.
2. Biaya tambahan khusus untuk melaksanakan tanggung jawab sosial akan menghasilkan
dampak netral (balance) terhadap profitabilitas. Hal ini disebabkan tambahan biaya yang
dikeluarkan akan tertutupi oleh keuntungan efisiensi yang ditimbulkan oleh pengeluaran
biaya tersebut.
3. pokok pikiran yang memprediksikan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan
berdampak positif terhadap profitabilitas.
2.2. Indikator dan Aspek Kinerja Ekonomi

Aspek Kinerja Ekonomi

EC 1 Nilai ekonomi yang dihasilkan dan didistribusikan secara langsung,


termasuk pendapatan, biaya operator, kompensasi kepada
karyawan, donasi dan investasi ke masyarakat, laba ditahan serta
pembayaran ke peyedia modal pemerintah
EC 2 Implikasi keuangan dan berbagai risiko dan peluang untuk segala
aktivitas perusahaan dalam menghadapi perubahan iklim.
EC 3 Daftar cukupan kewajiban perusahaan dalam perencanaan benefit
yang sudah ditetapkan.
EC 4 Bantuan keuangan finansial signifikan yang diperoleh dari
pemerintah
Aspek Keberadaan Pasar
EC 5 Parameter standar upah karyawan dijenjang awal dibandingkan
dengan upah karyawan minimum yang berlaku pada lokasi operasi
tertentu.
EC 6 Kebijakan, penerapan dan pembagian pembelanjaan pada
subkontraktor (mitra kerja) setempat yang ada di berbagai lokasi
operasi.
EC 7 Prosedur penerimaan tenaga kerja lokal dan beberapa orang dilevel
manajemen senior yang diambil dari komunikasi setempat di
beberapa lokasi operasi.
Aspek Dampak Ekonomi Tidak Langsung
EC 8 Pengembangan dan dambak dari investasi infrastruktur dan
pelayanan yang disediakan terutama bagi kepentingan publik
melalui perdagangan, jasa dan pelayanan ataupun yang sifatnya pro
bono.
EC 9 Pemahaman dan penjelasan atas dampak ekonomi secara tidak
langsung termasuk luasan dampak.
Pengungkapan Berdasarkan Indikator GRI
Tiga fokus pengungkapan GRI, antara lain:
1. Indikator Kinerja Ekonomi (economic performance indicator), terdiri dari 9 item.
2. Indikator Kinerja Lingkungan (environment performance indicator), 30 item
3. Indikator Kinerja Sosial (social performance indicator) 40 item

Dari ketiga indikator yang ada, indikator-indikator tersebut memiliki beberapa persamaan
topik yang dibahas dalam CSR. Seperti antara ISO 26000 dan GRI kedua indikator tersebut
sama-sama mengungkapkan masalah sosial yang berhubungan dengan HAM, tenaga kerja,
tanggung jawab produksi dan masyarakat, masalah ekonomi, dan masalah lingkungan. PROPER
sendiri juga membahas mengenai tanggung jawab atas dampak lingkungan yang disebabkan oleh
perusahaan. Melalui PROPER kinerja lingkungan sebuah perusahaan diukur dengan
menggunakan warna, mulai dari yang terbaik emas, hijau, biru, merah hingga yang terburuk
hitam.
Model pengukuran kinerja SRG GRI diwujudkan dalam bentuk kerangka pelaporan yang
harus dilakukan oleh perusahaan. Dalam kerangka pelaporan SRG GRI diberikan panduan
bagaimana cara mengungkapkan standarisasi pelaporan yang didalamnya mencakup
pengungkapan strategi, profil organisasi, tata kelola organisasi dan manajemen serta indikator
kinerja yang terdiri dari enam kriteria indikator kinerja yaitu kinerja ekonomi, kinerja
lingkungan, kinerja praktek tenaga kerja, kinerja masyarakat, kinerja tanggungjawab produk, dan
kinerja hak asasi manusia. Indikator-indikator kinerja yang ada tersebut berfungsi sebagai
perbandingan informasi atau pengungkapan informasi mengenai kinerja organisasi dalam hal
ekonomi, lingkungan, dan sosial (GRI, 2002).
Pada dasarnya, kriteria kinerja SRG GRI yang dijadikan dasar dalam mengukur kinerja CSR
perusahaan terletak pada kriteria kinerja praktek tenaga kerja, kinerja masyarakat, kinerja
tanggungjawab produk, dan kinerja hak asasi manusia (Suharto, 2008). Namun, kriteria-kriteria
tersebut hanya terbatas pada empat stakeholder yaitu: karyawan, konsumen, supplier, dan
masyarakat. Dalam perusahaan, stakeholders yang ada tidak hanya terbatas pada
keempat stakeholders tersebut.
Pengukuran kinerja yang baik tidak hanya perlu mengakomodasikan
kebutuhan stakeholder (stakeholer want and need), tetapi juga harus mengakomodasikan apa
yang harus diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan (stakeholder contribution). Karena
GRI belum mengakomodasikan kebutuhan tersebut, maka perlu dilakukan penggunaan
model/konsep lain dari pengukuran kinerja yang mengakomodasikan tidak hanya keinginan
pemangku kepentingan tetapi juga kontribusi pemangku kepentingan.

2.3 Cara Mengukur Kinerja Ekonomi


Kembali ke proses content analysis, pengukuran kinerja CSR yang dilakukan melalui
laporan tahunan memerlukan acuan informasi (information guideline). Acuan informasi laporan
CSR yang saat ini mendominasi adalah Sustainability Reporting Guidelines (SRG), yang
dikeluarkan oleh Global Reporting Initiative (GRI), walaupun ada acuan lain yang
dikembangkan oleh beberapa akademisi melalui kajian literatur. Dalam SRG, terdapat 79 item
yang tersebar pada 6 indikator kinerja. Dengan SRG inilah pengungkapan informasi CSR pada
laporan tahunan perusahaan diukur melalui pemberian skor.
Cara yang paling sederhana dalam memberikan skor adalah mencantumkan angka ‘1’
pada item di SRG untuk informasi yang diungkapkan. Atau, memberikan skor ’0’ untuk
informasi yang tidak diungkapkan. Cara pemberian skor ini dikenal dengan dichotomous (angka
1 untuk menandai ’ya’ dan 0 untuk ’tidak’), walaupun ada cara lain pemberian skor yang lebih
kompleks. Dengan menjumlahkan semua angka 1, maka didapatkan jumlah angka yang
merupakan total informasi CSR yang dilaporkan pada laporan tahunan.
Setelah total angka diperoleh, variabel lain dapat di tambahkan. Beberapa variabel yang
cukup sering ditemukan positif berhubungan dengan banyaknya informasi CSR dalam laporan
tahunan adalah total aset, total penjualan, profitabilitas, kapitalisasi, return on asset (ROA),
return on equity (ROE), earning pershare (EPS), serta tipe dan usia perusahaan. Disinilah uji
statistik berperan untuk melihat apakah informasi CSR yang ada dalam laporan tahunan
mempunyai hubungan yang signifikan dengan variabel tersebut. Atau, apakah variabel ini
mempengaruhi banyaknya informasi CSR yang diungkapkan. Atau, apakah sebuah perusahaan
yang mempunyai besaran aset lebih tinggi akan memberikan informasi CSR yang lebih banyak
Standar dalam seri Ekonomi (200) membahas aliran modal di antara pemangku
kepentingan yang berbeda, dan dampak utama ekonomi dari sebuah organisasi di seluruh
masyarakat.
A. GRI 201: KINERJA EKONOMI ( Economic Performance )
GRI 201 membahas topik kinerja ekonomi. Ini termasuk nilai ekonomi yang dihasilkan
dan didistribusikan (EVG&D) oleh organisasi; kewajiban program pensiun manfaat pastinya;
bantuan finansial yang diterima dari pemerintah mana pun; dan implikasi finansial pada
perubahan iklim.

 Pengungkapan pendekatan manajemen

Pengungkapan pendekatan manajemen adalah penjelasan naratif tentang cara suatu


organisasi mengelola suatu topik material, dampak terkaitnya, serta harapan dan kepentingan
yang wajar dari pemangku kepentingan. Organisasi apa pun yang mengklaim laporannya telah
disiapkan sesuai dengan Standar GRI diwajibkan untuk melaporkan pendekatan manajemennya
untuk setiap topik material, serta melaporkan pengungkapan topik spesifiknya untuk topik-topik
tersebut. Oleh karena itu, Standar topik spesifik ini dirancang untuk digunakan bersama dengan
GRI 103: Pendekatan Manajemen untuk memberikan pengungkapan penuh dari dampak
organisasi. GRI 103 menjelaskan cara melaporkan pendekatan manajemen dan informasi apa
yang diberikan.

 Pengungkapan topik spesifik

Suatu organisasi diharapkan untuk menyusun informasi untuk pengungkapan ekonomi


dengan menggunakan angka angka dari laporan keuangannya yang telah diaudit atau dari akun
manajemen yang telah diaudit secara internal, apabila memungkinkan.

1. Pengungkapan 201-1 : Nilai ekonomi langsung yang dihasilkan dan


didistribusikan

Persyaratan pelaporan : Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:

a. Nilai ekonomi langsung yang dihasilkan dan didistribusikan (EVG&D) dengan basis
akrual, termasuk komponen dasar untuk operasi global organisasi sebagaimana terdaftar
di bawah ini.

Jika data disajikan dengan basis tunai, laporkan alasan pembenaran atas keputusan ini selain
melaporkan komponen dasar berikut ini:

- Nilai ekonomi langsung yang dihasilkan: pendapatan;


- Nilai ekonomi yang didistribusikan: biaya operasional, gaji dan tunjangan
karyawan, pembayaran untuk penyedia modal, pembayaran untuk pemerintah
berdasarkan negara, dan investasi masyarakat;
- Nilai ekonomi yang disimpan: ‘nilai ekonomi langsung yang dihasilkan’
dikurangi ‘nilai ekonomi yang didistribusikan’.
b. Jika signifikan, laporkan EVG&D secara terpisah pada tingkat nasional, regional, atau
pasar, dan kriteria yang digunakan untuk menentukan signifikansinya.

* Ketika menyusun informasi yang dijelaskan dalam Pengungkapan 201-1, organisasi pelapor
harus menyusun EVG&D dari data laporan keuangan atau laporan laba rugi (P&L) organisasi
yang telah diaudit, atau dari akun manajemen yang telah diaudit secara internal.

Panduan untuk Pengungkapan 201-1 :

a. Pendapatan

Organisasi dapat menghitung pendapatan sebagai penjualan bersih ditambah pendapatan


dari investasi finansial dan penjualan aset-aset. Penjualan bersih dapat dihitung sebagai
penjualan kotor dari produk dan jasa dikurangi keuntungan, potongan harga dan tunjangan.
Pendapatan dari investasi finansial dapat mencakup uang tunai yang diterima sebagai:
- bunga dari pinjaman finansial;
- dividen dari kepemilikan saham;
- royalti;
- pendapatan langsung yang dihasilkan dari aset, seperti penyewaan properti.
Pendapatan dari penjualan aset dapat mencakup:
- aset fisik, seperti properti, infrastruktur, dan peralatan;
- aset non-fisik, seperti hak intelektual properti, desain, dan nama merek.

b. Biaya operasional

Organisasi dapat menghitung biaya operasional sebagai pembayaran tunai yang


dilakukan di luar organisasi untuk pembelian material, komponen produk, fasilitas, dan jasa.
Pembelian jasa dapat mencakup pembayaran untuk pekerja lepas, instansi penempatan
sementara, dan organisasi penyedia jasa lainnya. Biaya yang terkait dengan pekerja yang bukan
karyawan yang bekerja dengan jabatan operasional dimasukkan sebagai bagian dari jasa yang
dibeli, bukan sebagai gaji dan tunjangan karyawan.
Biaya operasional dapat mencakup:
- Sewa properti;
- Biaya lisensi;
- Pembayaran fasilitas (karena ini memiliki tujuan komersial yang jelas);
- Royalti;
- Pembayaran untuk pekerja kontrak;
- Biaya pelatihan, jika menggunakan pelatih dari luar;
- Pakaian pelindung pribadi.

c. Biaya gaji dan tunjangan karyawan

Organisasi dapat menghitung gaji dan tunjangan karyawannya sebagai gaji total yang
dibayarkan (termasuk gaji karyawan dan jumlah yang dibayarkan kepada institusi pemerintah
atas nama karyawan) ditambah tunjangan total (tidak termasuk pelatihan, biaya peralatan
pelindung, atau biaya-biaya lainnya yang terkait langsung dengan fungsi kerja karyawan).

Jumlah yang dibayarkan ke institusi pemerintah atas nama karyawan dapat mencakup
pajak, retribusi, dan dana pengangguran karyawan. Tunjangan total dapat mencakup:
- Kontribusi reguler, seperti pensiun, asuransi, kendaraan perusahaan, dan layanan
kesehatan swasta;
- Tunjangan karyawan lainnya, seperti perumahan, pinjaman tanpa bunga, bantuan
transportasi publik, beasiswa pendidikan, dan pembayaran pesangon.

d. Pembayaran kepada penyedia modal

Organisasi dapat menghitung pembayaran kepada penyedia modal sebagai dividen untuk
semua pemegang saham, ditambah pembayaran bunga kepada penyedia pinjaman. Pembayaran
bunga kepada penyedia pinjaman dapat mencakup:
- bunga untuk semua bentuk utang dan pinjaman (tidak hanya utang jangka panjang);
- Tunggakan dividen yang jatuh tempo kepada pemegang saham preferen.

e. Pembayaran kepada pemerintah


Organisasi dapat menghitung pembayaran kepada pemerintah sebagai semua pajak
organisasi ditambah denda terkait yang dibayarkan di tingkat lokal, nasional, dan internasional.
Pajak organisasi dapat mencakup pajak perusahaan, pajak pendapatan, dan pajak properti.
Pembayaran kepada pemerintah tidak mencakup pajak tangguhan, karena mungkin tidak dibayar.
Jika beroperasi di lebih dari satu negara, organisasi dapat melaporkan pajak yang dibayarkan
kepada negara, termasuk penjabaran segmentasi yang digunakan.

f. Investasi masyarakat

Total investasi masyarakat mengacu pada pengeluaran aktual dalam periode


pelaporannya, bukan komitmen pembelanjaan. Organisasi dapat menghitung investasi
masyarakat sebagai donasi sukarela ditambah investasi dana di dalam komunitas yang lebih luas
di mana penerima manfaat yang ditargetkan berada di luar organisasi. Donasi sukarela dan
investasi dana di dalam komunitas yang lebih luas di mana penerima manfaat yang ditargetkan
berada di luar organisasi dapat mencakup:
- Kontribusi untuk badan amal, organisasi nonpemerintah dan lembaga-lembaga
penelitian (tidak berhubungan dengan penelitian dan pengembangan komersial organisasi);
- Dana untuk mendukung infrastruktur masyarakat, seperti fasilitas rekreasi; •
- Biaya langsung program sosial, termasuk acara seni dan pendidikan.
Jika melaporkan investasi infrastruktur, organisasi dapat memasukkan biaya barang dan tenaga
kerja, selain dari biaya modal, serta biaya operasional untuk mendukung fasilitas atau program
yang sedang berjalan. Contoh dukungan untuk fasilitas atau program yang sedang berjalan dapat
mencakup pendanaan organisasi untuk operasional harian dari fasilitas publik. Investasi
masyarakat tidak mencakup kegiatan sah dan komersial atau ketika tujuan dari investasinya
hanya untuk komersial .

2. Pengungkapan 201-2 : Implikasi finansial serta risiko dan peluang lain akibat dari
perubahan iklim

Persyaratan pelaporan : Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:

Risiko dan kesempatan yang diakibatkan oleh perubahan iklim yang berpotensi menghasilkan
perubahan substantif dalam operasi, pendapatan, atau pengeluaran, termasuk:
a. deskripsi risiko atau kesempatan dan klasifikasinya baik secara fisik, regulatif,
atau lainnya
b. deskripsi dampak yang diasosiasikan dengan risiko atau kesempatan
c. implikasi finansial dari risiko atau kesempatan sebelum tindakan diambil
d. metode yang digunakan untuk mengelola risiko atau kesempatan
e. biaya dari langkah yang diambil untuk mengelola risiko atau kesempatan.

Ketika menyusun informasi yang dijelaskan dalam Pengungkapan 201-2, jika organisasi
pelapor tidak memiliki sistem yang sudah berjalan untuk menghitung implikasi finansial atau
biaya, atau membuat proyeksi pendapatan, organisasi tersebut harus melaporkan rencana dan
jangka waktunya untuk mengembangkan sistem yang dibutuhkan.

Panduan untuk Pengungkapan 201-2


Latar belakang : Perubahan iklim memberikan risiko dan kesempatan bagi organisasi,
investor, dan para pemangku kepentingannya. Pada saat pemerintah bertindak untuk meregulasi
aktivitas yang berkontribusi pada perubahan iklim, organisasi yang bertanggung jawab secara
langsung atau tidak langsung atas emisi, akan menghadapi risiko dan kesempatan regulatif.
Risikonya dapat mencakup peningkatan biaya atau faktor lain yang berdampak pada daya saing.
Namun, batasan mengenai emisi gas rumah kaca (GRK) juga dapat menciptakan kesempatan
bagi organisasi karena dibuatnya teknologi dan pasar baru. Hal ini terutama terjadi pada
organisasi yang dapat menggunakan atau memproduksi energi dan produk yang efisien energi
secara lebih efektif.

Risiko dan kesempatan yang diakibatkan oleh perubahan iklim dapat diklasifikasikan
sebagai:
 fisik
 Regulative
 lainnya
Risiko dan kesempatan fisik dapat mencakup:
- dampak dari badai yang lebih sering dan intens
- perubahan di permukaan laut, suhu lingkungan, dan ketersediaan air
- dampak pada pekerja – seperti efek kesehatan, termasuk penyakit yang terkait
dengan panas, dan kebutuhan untuk merelokasi operasi.
Risiko dan kesempatan lain dapat mencakup ketersediaan teknologi, produk, atau jasa baru untuk
menghadapi tantangan terkait perubahan iklim, serta perubahan dalam perilaku pelanggan.
Metode yang digunakan untuk mengelola risiko atau kesempatan dapat mencakup:

- penangkapan dan penyimpanan karbon;


- penggantian bahan bakar;
- penggunaan energi yang terbarukan dan dengan jejak karbon yang lebih rendah;
- peningkatan efisiensi energi;
- pengurangan penyalaan, pelepasan, dan emisi fugitif;
- Sertifika t energi terbarukan;
- penggunaan carbon offset.

3. Pengungkapan 201-3 : Kewajiban program pensiun manfaat pasti dan program


pensiun lainnya

Persyaratan pelaporan : Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:

a. Nilai perkiraan liabilitas, jika liabilitas program tersebut dipenuhi oleh sumber daya
umum organisasi.
b. Jika ada dana terpisah untuk membayar liabilitas program pensiun:
i. sejauh mana liabilitas skema diperkirakan akan dicakup oleh aset yang telah
disisihkan untuk memenuhinya;
ii. dasar bagaimana perkiraan itu dibuat;
iii. kapan perkiraan tersebut dibuat.
c. Jika dana yang dibentuk untuk membayar liabilitas program pensiun tidak sepenuhnya
dicakup, jelaskan strategi, jika ada, yang dianut oleh pemberi kerja untuk mengupayakan
penjaminan penuh, dan skala waktu, jika ada, yang menjadi batasan pemberi kerja untuk
mencapai penjaminan penuh.
d. Persentase gaji yang dikontribusikan oleh karyawan atau pemberi kerja.
e. Tingkat partisipasi dalam program pensiun, seperti partisipasi dalam skema wajib atau
sukarela, skema regional, atau berbasis negara, atau yang memiliki dampak finansial.

Panduan pengungkapan : Struktur program pensiun yang ditawarkan kepada karyawan dapat
didasarkan pada:
a. program pensiun manfaat pasti
b. program pensiun iuran pasti
c. jenis tunjangan pensiun lainnya.

Yurisdiksi yang berbeda, seperti negara, memiliki interpretasi dan panduan yang berbeda-
beda sehubungan dengan penghitungan yang digunakan untuk menentukan cakupan program.
Perhatikan bahwa program tunjangan pensiun merupakan bagian dari Badan Standar Akuntansi
Internasional (IASB) IAS 19 Tunjangan Karyawan, namun IAS 19 mencakup topik-topik
tambahan.

Latar belakang : Ketika sebuah organisasi menyediakan program pensiun untuk


karyawannya, tunjangan ini dapat menjadi sebuah komitmen bahwa para anggota skema itu
merencanakan kesejahteraan ekonomi mereka untuk jangka panjang. Program pensiun manfaat
pasti memiliki potensi implikasi bagi pemberi kerja dalam hal kewajiban yang harus dipenuhi.
Program jenis lainnya, seperti program pensiun iuran pasti, tidak menjamin akses terhadap
program pensiun atau kualitas tunjangan. Dengan demikian, tipe program yang dipilih memiliki
implikasi baik untuk karyawan maupun pemberi kerja. Sebaliknya, program pensiun yang
didanai dengan tepat dapat membantu menarik dan mempertahankan karyawan, serta
mendukung perencanaan keuangan dan strategis pemberi kerja untuk jangka panjang.

4. Pengungkapan 201-4 : Bantuan finansial yang diterima dari pemerintah

Persyaratan pelaporan : Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:

a. Nilai moneter total dari bantuan finansial yang diterima oleh organisasi dari pemerintah
mana pun selama periode pelaporan, yang mencakup:
- pembebasan pajak dan kredit pajak
- subsidi
- hibah investasi, hibah untuk penelitian dan pengembangan, dan jenis dana hibah lain
yang relevan
- penghargaan
- fasilitas pembebasan royalti sementara (royalty holidays)
- bantuan finansial dari Badan Kredit Ekspor (ECA)
- insentif finansial
- tunjangan finansial lainnya yang diterima atau dapat diterima dari pemerintah mana pun
untuk operasi apa pun.
b. Informasi dalam 201-4-a berdasarkan negara.
c. Apakah, dan sejauh mana, pemerintah ikut dalam struktur kepemilikan saham.

* Ketika menyusun informasi yang dijelaskan dalam Pengungkapan 201-4, organisasi pelapor
harus mengidentifikasi nilai moneter dari bantuan finansial yang diterima dari pemerintah
melalui penerapan konsisten prinsip-prinsip akuntansi yang secara umum diterima.

Panduan :

Pengungkapan ini memberikan pengukuran kontribusi pemerintah terhadap sebuah


organisasi. Bantuan finansial signifikan yang diterima dari pemerintah, dibandingkan dengan
pajak yang dibayarkan, dapat berguna untuk mengembangkan gambaran yang seimbang tentang
transaksi antara organisasi dengan pemerintah.

B. GRI 202: KEBERADAAN PASAR ( Market Presence )

GRI 202 membahas topik keberadaan pasar organisasi, yang mencakup kontribusinya
terhadap pembangunan ekonomi di daerah atau masyarakat setempat di mana organisasi itu
beroperasi. Misalnya tentang pendekatan organisasi terhadap remunerasi atau perekrutan lokal.

1. Pengungkapan 202-1 : Rasio standar upah karyawan entry-level berdasarkan jenis


kelamin terhadap upah minimum regional
Persyaratan pelaporan

Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:

a. Ketika proporsi yang signifikan dari karyawan mendapatkan kompensasi yang


berdasarkan pada upah yang tunduk pada aturan upah minimum, laporkan rasio yang
relevan dari upah karyawan entry-level berdasarkan jenis kelamin terhadap upah
minimum di lokasi operasi yang signifikan.
b. Ketika proporsi yang signifikan dari pekerja lainnya (tidak termasuk karyawan) yang
melakukan kegiatan organisasi mendapatkan kompensasi yang berdasarkan pada upah
yang tunduk pada aturan upah minimum, jelaskan tindakan yang diambil untuk
menentukan apakah para pekerja ini dibayar di atas upah minimum.
c. Apakah tidak ada upah minimum regional atau bervariasi di lokasi operasi yang
signifikan, berdasarkan jenis kelamin. Dalam keadaan ketika upah minimum yang
berbeda dapat digunakan sebagai rujukan, laporkan upah minimum mana yang
digunakan.
d. Definisi yang digunakan untuk ‘lokasi operasi yang signifikan’

Rekomendasi pelaporan

Ketika menyusun informasi yang dijelaskan dalam Pengungkapan 202-1-b, organisasi


pelapor sebaiknya:
a. gunakan deskripsi kegiatan organisasi dari Pengungkapan 102-2 di GRI 102:
Pengungkapan Umum;
b. jika berlaku, konversikan upah karyawan entry-level ke satuan yang sama dengan yang
digunakan dalam upah minimum (misalnya, jam atau bulanan);
c. ketika proporsi yang signifikan dari pekerja lainnya (tidak termasuk karyawan) yang
melakukan kegiatan organisasi mendapatkan kompensasi yang berdasarkan pada upah
yang tunduk pada aturan upah minimum, laporkan rasio yang relevan dari upah
karyawan entry-level berdasarkan jenis kelamin terhadap upah minimum di lokasi
operasi yang signifikan.

Panduan :

Pengungkapan ini berlaku untuk organisasi-organisasi yang sebagian besar karyawannya,


dan pekerjanya (tidak termasuk karyawan) yang melakukan kegiatan organisasi itu mendapatkan
kompensasi dengan cara atau dengan skala yang terkait erat dengan undang-undang atau
peraturan tentang upah minimum. Memberikan upah di atas upah minimum dapat membantu
memberikan kontribusi pada kesejahteraan ekonomi para pekerja yang melaksanakan aktivitas/
kegiatan organisasi. Dampak tingkat upah bersifat segera, dan dampak itu langsung
memengaruhi individu, organisasi, negara, dan ekonomi. Distribusi upah sangat penting untuk
menghilangkan kesenjangan, seperti perbedaan kesenjangan upah antara perempuan dan laki-
laki, atau warga negara dan migran.

2. Pengungkapan 202-2 : Proporsi manajemen senior yang berasal dari masyarakat lokal
Persyaratan pelaporan :

Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:

a. Persentase manajemen senior di lokasi operasi yang signifikan yang berasal dari
masyarakat lokal.
b. Definisi yang digunakan untuk ‘manajemen senior.
c. Definisi geografis organisasi tentang ‘lokal’.
d. Definisi yang digunakan untuk ‘lokasi operasi yang signifikan’.
Ketika menyusun informasi yang ditentukan dalam Pengungkapan 202-2, organisasi
pelapor harus menghitung persentase ini dengan menggunakan data mengenai karyawan
purnawaktu.

Panduan :

Panduan untuk Pengungkapan 202-2 Manajemen senior yang direkrut dari masyarakat
lokal termasuk orang-orang yang lahir atau yang memiliki hak sah untuk tinggal tanpa batas
(seperti misalnya warga negara yang dinaturalisasi atau pemegang visa permanen) di wilayah
geografis pasar yang sama dengan operasi. Definisi geografis dari ‘lokal’ dapat mencakup
masyarakat di sekitar daerah operasi, suatu wilayah dalam sebuah negara atau suatu negara.

Termasuk anggota dari masyarakat lokal dalam manajemen senior organisasi yang
menunjukkan keberadaan pasar organisasi yang positif. Termasuk anggota masyarakat lokal
dalam tim manajemen yang dapat meningkatkan sumber daya manusia. Hal ini juga dapat
meningkatkan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal, dan meningkatkan kemampuan
organisasi untuk memahami kebutuhan lokal.

C. GRI 203: DAMPAK EKONOMI TIDAK LANGSUNG ( Indirect Economic Impacts )

GRI 203 membahas dampak ekonomi tidak langsung, yang merupakan konsekuensi
tambahan dari dampak langsung transaksi keuangan dan aliran uang antara organisasi dan
pemangku kepentingannya. GRI 203 juga membahas dampak dari investasi infrastruktur dan
dukungan layanan organisasi. Dampak ekonomi tidak langsung dapat bersifat moneter maupun
non-moneter, dan penting untuk dinilai dalam kaitannya dengan masyarakat lokal
dan perekonomian regional.

1. Pengungkapan 203-1 Investasi infrastruktur dan dukungan layanan

Persyaratan pelaporan :

Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:

a. Tingkat pengembangan dari investasi infrastruktur yang signifikan dan dukungan


layanan.
b. Dampak kini atau yang diperkirakan akan terjadi pada masyarakat dan perekonomian
lokal, termasuk dampak positif dan negatif yang relevan.
c. Apakah investasi dan layanan ini berifat komersial, dalam bentuk benda atau barang,
atau keterlibatan bersifat pro bono.

organisasi pelapor sebaiknya mengungkapkan:


1. ukuran, biaya dan durasi setiap investasi infrastruktur yang signifikan atau dukungan
layanan;
2. sejauh mana komunitas yang berbeda atau perekonomian lokal terkena dampak investasi
infrastruktur dan dukungan layanan organisasi.

Panduan

Pengungkapan ini menyangkut dampak investasi infrastruktur dan dukungan layanan


organisasi terhadap para pemangku kepentingan dan perekonomian. Dampak investasi
infrastruktur dapat melampaui ruang lingkup operasional organisasi sendiri dan untuk jangka
waktu yang lebih lama. Investasi tersebut dapat mencakup jalur-jalur penghubung transportasi,
utilitas, fasilitas sosial masyarakat, pusat kesehatan dan kesejahteraan, serta pusat olahraga.
Seiring dengan investasi dalam operasinya sendiri, hal ini merupakan salah satu bentuk dari
kontribusi besar organisasi terhadap perekonomian.

2. Pengungkapan 203-2 : Dampak ekonomi tidak langsung yang signifikan

Persyaratan pelaporan

Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:

a. Contoh dampak ekonomi tidak langsung yang sudah teridentifikasi yang signifikan dari
organisasi, termasuk dampak positif dan negatif.
b. Signifikansi dari dampak ekonomi tidak langsung dilihat dalam konteks tolok ukur
eksternal dan prioritas pemangku kepentingan, seperti standar nasional dan internasional,
protokol, dan agenda kebijakan.

Panduan

Pengungkapan 203-2 Pengungkapan ini menyangkut spektrum dampak ekonomi tidak langsung
yang bisa diakibatkan oleh organisasi terhadap para pemangku kepentingannya dan
perekonomian. Contoh dampak ekonomi tidak langsung yang signifikan, baik positif maupun
negatif, dapat mencakup:

- perubahan dalam produktivitas organisasi, sektor, atau keseluruhan perekonomian


(seperti melalui adopsi teknologi informasi yang lebih besar);
- pembangunan ekonomi di daerah-daerah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi
(seperti perubahan dalam jumlah tanggungan yang didukung oleh penghasilan
dari satu pekerjaan);
- dampak ekonomi dari kondisi sosial atau lingkungan yang membaik atau
memburuk (seperti pasar kerja yang berubah di wilayah dikonversikan dari
pertanian kecil ke perkebunan besar, atau dampak ekonomi dari polusi);
- ketersediaan produk dan layanan bagi mereka yang berpenghasilan rendah
(misalnya penentuan harga preferensial untuk obat-obatan, yang memberi
kontribusi pada adanya populasi yang lebih sehat yang dapat berpartisipasi lebih
penuh dalam perekonomian, atau struktur penentuan harga yang melebihi
kapasitas ekonomi dari mereka yang berpenghasilan rendah);
- peningkatan keterampilan dan pengetahuan di komunitas profesional atau di
lokasi geografis (seperti ketika pergeseran kebutuhan organisasi yang menarik
pekerja terampil tambahan ke sebuah daerah, yang mendorong kebutuhan
setempat untuk adanya lembaga pembelajaran baru);
- jumlah pekerjaan yang didukung dalam rantai pasokan atau distribusi (seperti
dampak ketenagakerjaan pada pemasok sebagai hasil dari pertumbuhan atau
penciutan organisasi);
- merangsang, memungkinkan, atau membatasi investasi asing langsung (seperti
ketika sebuah organisasi mengubah infrastruktur atau layanan yang disediakan di
negara berkembang, yang menyebabkan perubahan dalam investasi
langsung asing di wilayah tersebut);
- dampak ekonomi dari perubahan lokasi kegiatan atau operasional (seperti dampak
pekerjaan alih daya ke lokasi di luar negeri);
- dampak ekonomi dari penggunaan produk dan jasa (seperti pertumbuhan ekonomi
yang disebabkan penggunaan produk atau jasa tertentu).

D. GRI 204: PRAKTIK PENGADAAN ( Procurement Practices )

GRI 204 membahas topik praktik pengadaan. Ini mencakup dukungan organisasi untuk
para pemasok lokal, atau yang dimiliki oleh perempuan atau para anggota kelompok rentan. Hal
ini juga mencakup bagaimana praktik pengadaan organisasi (seperti jangka waktu produksi
hingga pengiriman barang oleh pemasok yang disepakati dengan pemasok, atau harga beli yang
dinegosiasikan) menyebabkan atau berkontribusi pada dampak negatif dalam rantai pasokan.
Pengungkapan dalam Standar ini bisa memberikan informasi tentang dampak suatu organisasi
terkait praktik pengadaan, dan cara organisasi tersebut mengatur dampak tersebut.

Pengungkapan 204-1 Proporsi pengeluaran untuk pemasok lokal

Persyaratan pelaporan :

Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:

a. Persentase anggaran pengadaan pada lokasi operasi yang signifikan yang dikeluarkan
untuk para pemasok lokal dalam operasi tersebut (seperti persentase produk dan jasa yang
dibeli secara lokal). b. Definisi geografis organisasi tentang ‘lokal’.
b. Definisi yang digunakan untuk ‘lokasi operasi yang signifikan’

Rekomendasi pelaporan 2.1 Ketika menyusun informasi yang dijelaskan dalam


Pengungkapan 204-1 yang spesifik, organisasi pelapor harus menghitung persentase berdasarkan
penagihan atau komitmen yang dibuat selama periode pelaporan, misalnya menggunakan metode
akuntansi akrual.

Panduan :

Pengungkapan 204-1 Pembelian secara lokal dapat dilakukan dari anggaran yang diatur
di lokasi operasi atau di kantor pusat organisasi tersebut.Dengan mendukung pemasok lokal,
sebuah organisasi dapat secara tidak langsung menarik investasi tambahan pada perekonomian
lokal. Pemanfaatan sumber daya lokal bisa menjadi strategi untuk membantu memastikan
pasokan, mendukung perekonomian lokal yang stabil, dan mempertahankan hubungan
masyarakat.

E. GRI 205: ANTI-KORUPSI ( Anti Corruption )

GRI 205 membahas topik anti-korupsi. Dalam Standar ini, dipahami bahwa korupsi
mencakup praktik-praktik seperti penyuapan, pembayaran fasilitasi atau perantara, penipuan,
pemerasan, kolusi, dan pencucian uang; penawaran atau penerimaan hadiah, pinjaman, biaya,
imbalan, atau keuntungan lain sebagai dorongan untuk melakukan sesuatu yang tidak jujur,
ilegal, atau memiliki unsur melanggar kepercayaan. Korupsi juga bisa termasuk praktik seperti
penggelapan, menggunakan pengaruh dalam perdagangan, penyalahgunaan fungsi, memperkaya
diri secara ilegal, penyembunyian, dan menghalangi keadilan.

Korupsi secara luas berhubungan dengan dampak negatif, seperti kemiskinan dalam
perekonomian yang mengalami transisi, kerusakan lingkungan, pelanggaran hak asasi manusia,
pelecehan terhadap demokrasi, pengalokasian investasi dengan tidak benar, dan penggerogotan
kedaulatan hukum. Organisasi diharapkan oleh pasar, norma internasional, dan pemangku
kepentingan untuk menunjukkan ketaatannya terhadap integritas, tata kelola, praktik bisnis yang
bertanggung jawab.

1. Pengungkapan 205-1 : Operasi-operasi yang dinilai memiliki risiko terkait korupsi

Persyaratan pelaporan :
a. Organisasi pelapor harus melaporkan pendekatan manajemennya terhadap anti-
korupsi dengan menggunakan GRI 103: Pendekatan Manajemen.
b. Organisasi pelapor harus mengungkapkan informasi berikut:
- Prosedur pengkajian risiko organisasi terhadap korupsi, termasuk kriteria yang
digunakan dalam pengkajian risiko, seperti lokasi, kegiatan, dan sektor;
- Cara organisasi mengidentifikasi dan mengatur konflik kepentingan yang
mungkin dimiliki oleh karyawan atau orang yang terkait dengan kegiatan, produk,
atau jasa dari organisasi. Konflik kepentingan untuk badan tata kelola tertinggi
tercakup dalam Pengungkapan 102-25 dari GRI 102: Pengungkapan Umum;
- Cara organisasi memastikan bahwa donasi amal dan sponsor pensponsoran
(finansial dan benda atau barang) yang diberikan kepada organisasi lain bukanlah
sebuah penyuapan terselubung. Penerima donasi amal dan dan sponsor
pensponsoran (finansial dan benda atau barang) dapat mencakup organisasi
nirlaba, organisasi keagamaan, organisasi pribadi, dan acara-acara;
- Sejauh mana komunikasi dan pelatihan anti-korupsi disesuaikan dengan para
anggota badan tata kelola, karyawan, mitra bisnis, dan orang lain yang telah
diidentifikasi berisiko tinggi untuk terjadinya insiden korupsi;
- Di bagian mana pelatihan anti-korupsi untuk para anggota badan tata kelola,
karyawan, mitra bisnis, dan orang lainnya yang telah diidentifikasi berisiko tinggi
untuk terjadinya insiden korupsi ini diberikan (contohnya ketika karyawan baru
bergabung bersama organisasi atau ketika membuka hubungan dengan mitra
bisnis baru); dan frekuensi pelatihan (misalnya, setahun sekali atau dua kali dalam
setahun);
- Apakah organisasi berpartisipasi dalam tindakan kolektif untuk memerangi
korupsi, yang termasuk:
a. strategi untuk kegiatan kolektif;
b. daftar inisiatif kegiatan kolektif yang diikuti oleh
organisasi;
c. penjelasan mengenai komitmen utama dari inisiatif-inisiatif
ini.

Persyaratan pelaporan :Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:

a. Jumlah dan persentase total dari operasi yang dinilai memiliki risiko terkait korupsi.
b. Risiko signifikan yang terkait dengan korupsi yang diidentifikasi melalui pengkajian
risiko.

Panduan :

Panduan untuk Pengungkapan 205-1 Pengungkapan ini dapat mencakup pengkajian


risiko yang berfokus pada korupsi atau memasukkan korupsi sebagai faktor risiko dalam
pengkajian risiko secara keseluruhan. Istilah ‘operasi’ mengacu pada satu lokasi yang digunakan
oleh organisasi untuk produksi, penyimpanan, dan/atau distribusi dari barang dan jasanya, atau
untuk tujuan administratif. Dalam satu operasi, terdapat beberapa garis produksi, gudang, atau
kegiatan lainnya. Sebagai contoh, satu pabrik dapat digunakan untuk beberapa produk, atau satu
toko eceran dapat terdiri dari beberapa operasi eceran berbeda yang dimiliki atau dikelola oleh
organisasi.Pengungkapan ini mengukur sejauh mana penerapan pengkajian risiko di seluruh
organisasi. Pengkajian risiko dapat membantu menilai potensi insiden korupsi di dalam dan
terkait dengan organisasi, dan membantu organisasi untuk merancang kebijakan dan prosedur
untuk melawan korupsi.
2. Pengungkapan 205-2 : Komunikasi dan pelatihan tentang kebijakan dan prosedur anti-
korupsi

Persyaratan pelaporan : Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:

a. Jumlah dan persentase total anggota badan tata kelola yang telah dikomunikasikan oleh
organisasi mengenai kebijakan dan prosedur anti-korupsi, yang diuraikan berdasarkan
wilayah.
b. Jumlah dan persentase total karyawan yang telah dikomunikasikan oleh organisasi
mengenai kebijakan dan prosedur anti-korupsi, yang diuraikan berdasarkan kategori
karyawan dan wilayah.
c. Jumlah dan persentase total mitra bisnis yang telah dikomunikasikan oleh organisasi
mengenai kebijakan dan prosedur anti-korupsi, yang diuraikan berdasarkan jenis mitra
bisnis dan wilayah. Menjelaskan apakah kebijakan dan prosedur anti-korupsi organisasi
telah disampaikan kepada orang atau organisasi lain.
d. Jumlah dan persentase total anggota badan tata kelola yang telah mengikuti pelatihan
anti-korupsi, yang diuraikan berdasarkan wilayah.
e. Jumlah dan persentase total karyawan yang telah mengikuti pelatihan anti-korupsi, yang
diuraikan berdasarkan kategori karyawan dan wilayah.

Rekomendasi pelaporan :

Ketika menyusun informasi yang dijelaskan dalam Pengungkapan 205-2, organisasi pelapor
sebaiknya:

- mengambil dari informasi yang digunakan untuk Pengungkapan 405-1 di GRI


405:

Keanekaragaman dan Kesempatan Setara untuk mengidentifikasi:

- badan tata kelola yang ada dalam organisasi, seperti dewan direksi, komite
manajemen, atau badan serupa untuk organisasi non-korporasi;
- jumlah total individu dan/atau karyawan yang ada dalam badan tata kelola ini;
- jumlah total karyawan dalam setiap kategori karyawan, tidak termasuk anggota
badan tata kelola;
- estimasi jumlah total mitra bisnis.

Panduan : Latar belakang Komunikasi dan pelatihan membangun kesadaran internal dan
eksternal serta kapasitas yang dibutuhkan untuk melawan korupsi.

3. Pengungkapan 205-3 : Insiden korupsi yang terbukti dan tindakan yang diambil

Persyaratan pelaporan : Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:


a. Jumlah total dan sifat insiden korupsi yang terbukti.
b. Jumlah total insiden yang terbukti yang mengakibatkan karyawan diberhentikan atau
dihukum karena korupsi.
c. Jumlah total insiden yang terbukti yang mengakibatkan kontrak dengan mitra bisnis
diakhiri atau tidak diperbarui karena pelanggaran terkait korupsi.
d. Kasus hukum terkait korupsi yang diajukan oleh publik terhadap organisasi atau
karyawannya selama periode pelaporan dan hasil dari kasus-kasus tersebut.

Panduan : Panduan untuk Pengungkapan 205-3 Para pemangku kepentingan memiliki


kepentingan atas terjadinya insiden maupun tanggapan organisasi terhadap insiden tersebut.
Kasus hukum publik terkait korupsi dapat mencakup investigasi publik saat ini, penuntutan, atau
kasus yang sudah diselesaikan.

F. GRI 206: PERILAKU ANTI-PERSAINGAN (Anti Competitive Behavior )

GRI 206 membahas topik perilaku anti-persaingan, termasuk praktik anti-trust dan
monopoli. Perilaku anti-persaingan merujuk pada tindakan organisasi atau karyawannya yang
dapat menyebabkan adanya kolusi dengan pesaing potensial, dengan tujuan membatasi efek
kompetisi pasar. Tindakan ini dapat mencakup penetapan harga atau mengoordinasikan
penawaran, membuat batasan pasar atau hasil, memberlakukan kuota geografis, dan
mengalokasikan pelanggan, pemasok, wilayah geografis, dan lini produk.

Praktik anti-trust dan monopoli merupakan tindakan organisasi yang dapat menyebabkan
kolusi untuk mendirikan penghalang untuk masuk ke sektor, atau hal lain yang mencegah adanya
kompetisi. Hal ini dapat mencakup praktik bisnis tidak adil, penyalahgunaan posisi pasar, kartel,
merger yang anti-kompetisi, dan penetapan harga.

Pengungkapan 206-1 : Langkah-langkah hukum untuk perilaku anti-persaingan, praktik


anti-trust dan monopoli.

Persyaratan pelaporan : Organisasi pelapor harus melaporkan informasi berikut:

a. Jumlah tindakan hukum yang menunggu keputusan atau telah selesai selama periode
pelaporan sehubungan dengan perilaku anti-persaingan serta pelanggaran terhadap
peraturan anti-trust dan monopoli di mana organisasi telah diidentifikasi sebagai peserta.
b. Hasil utama dari tindakan hukum yang telah selesai, termasuk semua keputusan atau
putusan hakim.

Panduan : Pengungkapan ini berkaitan dengan tindakan hukum yang dilakukan berdasarkan
hukum nasional atau internasional yang terutama dirancang dengan tujuan meregulasi perilaku
anti-persaingan, praktik anti-trust, atau monopoli. Perilaku anti-persaingan, praktik anti-trust dan
monopoli bisa berakibat pada pilihan konsumen, penentuan harga, dan faktor lain yang penting
bagi pasar yang efisien. Legislasi yang diberlakukan di banyak negara bertujuan mengendalikan
atau mencegah monopoli, dengan didasari asumsi bahwa persaingan antarperusahaan juga
mempromosikan efisiensi ekonomi dan pertumbuhan berkelanjutan.

Langkah hukum mengindikasikan situasi di mana tindakan pasar atau status sebuah
organisasi telah mencapai skala yang cukup untuk membuat adanya kekhawatiran pihak ketiga.
Keputusan hukum yang timbul dari situasi ini dapat memberi risiko gangguan yang signifikan
terhadap kegiatan pasar bagi organisasi serta juga langkahlangkah penghukuman.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan :

Kinerja ekonomi diungkapkan dalam laporan keuangan tahunan perusahaan. Pada era
perekonomian pasar yang disertai dengan terwujudnya kondisi kinerja ekonomi yang baik,
efisien dan membawa keuntungan besar bagi perusahaan tetapi juga perlu disertai adanya
perilaku kinerja ekonomi berkualitas etis yaitu perwujudan tanggung jawab sosial perusahaan
secara baik.
DAFTAR PUSTAKA :

file:///E:/bahasa-indonesia-gri-201-economic-performance-2016.pdf

file:///E:/bahasa-indonesia-gri-202-market-presence-2016.pdf

file:///E:/bahasa-indonesia-gri-203-indirect-economic-impacts-2016.pdf

file:///E:/bahasa-indonesia-gri-204-procurement-practices-2016.pdf

file:///E:/bahasa-indonesia-gri-205-anti-corruption-2016.pdf

file:///E:/bahasa-indonesia-gri-206-anti-competitive-behavior-2016.pdf

Anda mungkin juga menyukai