Anda di halaman 1dari 7

Topik : PENERAPAN MATERIAL FLOW COST ACCOUNTING (MFCA)

MELALUI GREEN ACCOUNTING DALAM PENGELOLAAN LIMBAH


RUMAH SAKIT DEMI PENCAPAIAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT
GOALS (SDGS)

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Konsep Dasar MFCA

1.1 Definisi MFCA

Material Flow Cost Accounting (MFCA) adalah alat manajemen yang


dirancang untuk mendukung pengelolaan lingkungan yang lebih baik,
meningkatkan daya saing perusahaan dan mengembangkan teknik manufaktur
yang lebih canggih. MFCA mengukur limbah atau emisi dari setiap proses dan
mengevaluasi mereka dalam hal pengurangan biaya. MFCA akan menjadi alat
yang mampu memecahkan masalah terkait dengan biaya limbah industri
dalam hal usaha pemotongan biaya limbah (Furukawa, 2008: 1).

MFCA membuat kerugian material terlihat dengan mengidentifikasi


limbah dan hilangnya bahan, baik secara moneter dan fisik maupun konversi
mereka ke dalam biaya produk positif dan biaya produk negatif (emisi).
Menerapkan MFCA ke jalur produksi memberikan gambaran yang jelas
tentang masalah pabrik. Perusahaan dapat mengurangi limbah dan
meningkatkan produktivitas material. Dengan demikian, MFCA adalah alat
manajemen yang medukung antara lingkungan dan ekonomi.

Dalam MFCA, penekanan terutama diletakkan pada transparasi aliran


material dan biaya yang berkaitan. Dengan demikian, diciptakan kondisi dasar
untuk mengusulkan langkah-langkah yang terhubung dengan bahan baku dan
penghematan biaya yang signifikan. (Hyrslova et al. 2011)

Metode ini awalnya dikembangkan di Jerman dan telah dikembangkan


lebih lanjut di Jepang. Dimasukkannya MFCA ke Organisasi Internasional
untuk standardisasi (ISO) adalah sebuah inisiatif dari Jepang. ISO 14051
dikeluarkan pada 2011.
1.2. Unsur Utama dalam MFCA

Asian Productivity Organization (APO) tahun 2014 dalam “Manual on


Material Flow Cost Accounting” telah membagi MFCA menjadi tiga unsur
utama, seperti yang ditunjukan pada gambar 2.1 berikut ini.

Material Flow Cost


+ + Accounting

Gambar 2.1 Tiga Unsur Utama Dalam MFCA.

Sumber: APO (2014; hal.4)

1. Material

Material merupakan unsur utama dalam MFCA karena


merupakan objek yang menjadi fokus utama dalam penerapan
MFCA. Material mengacu pada seluruh input raw material yang
digunakan untuk memproduksi suatu produk. Setiap raw material
yang tidak diubah menjadi suatu produk atau bagian dari produk
akan dianggap sebagai kerugian material. Kerugian material bisa
disebabkan oleh beberapa hal berikut ini.

a. Kerugian material yang muncul selama proses produksi


berlangsung ataupun adanya produk cacat.
b. Bahan baku yang tersisa pada peralatan manufaktur.
c. Bahan baku auxiliar, seperti pelarut, deterjen dan air.
d. Bahan baku yang sama sekali tidak terpakai karena berbagai
alasan.

2. Arus Material

Unsur kedua dalam MFCA adalah arus material. MFCA


menelusuri seluruh input material yang mengalir melalui proses
produksi dan hasil produksi yang diubah menjadi produk serta
kerugian material (emisi) dalam satuan fisik. Jadi, dalam penerapan
MFCA, dibutuhkan informasi tentang arus material dalam proses
produksi.

3. Akuntansi Biaya

Unsur ketiga dalam MFCA adalah akuntansi biaya. Setelah


material yang mengalir dalam arus material dihitung dalam satuan
fisik misalnya massa dan volume, alokasi biaya akan dilakukan
untuk memberikan gambaran tentang perhitungan secara moneter
yaitu dalam satuan rupiah mengenai input bahan baku yang diubah
menjadi produk dan kerugian yang dihasilkan.

2. Green Accounting

Green Accounting merupakan konsep dimana perusahaan dalam


proses produksinya mengutamakan efisiensi dan efektifitas penggunaan
sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan
pembangunan perusahaan dengan fungsi lingkungan hidup serta dapat
memberi manfaat bagi masyarakat. Dalam hal ini Implementasi Green
Accounting memberi perhatian penuh pada konsep penghematan, yaitu
penghematan lahan, penghematan bahan, dan penghematan energi (saving
land, saving material, and saving energy). Hal ini didasarkan pada konsep
ekosistem. Implementasi Green Accounting tujuannya adalah
meningkatkan efisiensi pengelolaan lingkungan dengan melakukan
penilaian kegiatan lingkungan dari sudut pandang biaya (environmental
costs) dan manfaat atau efek (economic benefit), serta menghasilkan efek
perlindungan lingkungan (environmental protection). Secara singkat,
Implementasi Green Accounting dapat memberikan informasi mengenai
sejauh mana organisasi atau perusahaan memberikan kontribusi positif
maupun negatif terhadap kualitas hidup manusia dan lingkungannya.

3. Sustainability Development

Menurut US EPA, sustainability atau keberlanjutan didasarkan


pada sebuah prinsip sederhana yang dapat diartikan sebagai segala sesuatu
yang kita butuhkan untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan hidup
yang secara langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan alam
(www.epa.gov). Keberlanjutan menciptakan dan memelihara sebuah
kondisi dimana manusia dan alam dapat hidup secara harmonis, yang
memungkinkan memenuhi kebutuhan sosial, ekonomi dan lainnya dari
generasi saat ini dan generasi mendatang. Konsep sustainability mulai
dikenalkan secara global oleh sebuah entitas yang bernama Brutland
Commision pada kegiatan pelaporan Our Common Future yang
diselenggarakan oleh World Commission on Environment and Jurnal
Akuntansi & Bisnis Krisnadwipayana Development (WCED, 1987).
WCED menghubungkan sustainability dengan integritas lingkungan dan
sosial dengan membuat sebuah istilah bernama sustainable development
yang didefinisikan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat
ini tanpa mengurangi kebutuhan generasi mendatang (WCED, 1987, p.43
dalam Linnenluecke, Griffiths, 2010).

Pembangunan berkelanjutan adalah prinsip pengorganisasian untuk


memenuhi tujuan pembangunan manusia, sementara pada saat yang sama
mempertahankan kemampuan sistem alam untuk menyediakan sumber
daya alam dan jasa ekosistem yang menjadi tumpuan ekonomi dan
masyarakat . Hasil yang diinginkan adalah keadaan masyarakat di mana
kondisi kehidupan dan penggunaan sumber daya terus memenuhi
kebutuhan manusia tanpa merusak integritas dan stabilitas sistem alami.
Pembangunan berkelanjutan dapat diklasifikasikan sebagai pembangunan
yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengurangi kemampuan
generasi mendatang.

17 tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) untuk mengubah dunia kita:

TUJUAN 1: Tidak Ada Kemiskinan

TUJUAN 2: Nol Kelaparan

TUJUAN 3: Kesehatan dan Kesejahteraan yang Baik

TUJUAN 4: Pendidikan Berkualitas

TUJUAN 5: Kesetaraan Gender

TUJUAN 6: Air Bersih dan Sanitasi

TUJUAN 7: Energi yang Terjangkau dan Bersih

TUJUAN 8: Pekerjaan yang Layak dan Pertumbuhan Ekonomi

TUJUAN 9: Industri, Inovasi dan Infrastruktur

TUJUAN 10: Mengurangi Ketimpangan


TUJUAN 11: Kota dan Komunitas Berkelanjutan

TUJUAN 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab

TUJUAN 13: Aksi Iklim

TUJUAN 14: Kehidupan di Bawah Air

TUJUAN 15: Kehidupan di Darat

TUJUAN 16: Institusi Kuat Perdamaian dan Keadilan

TUJUAN 17: Kemitraan untuk mencapai Tujuan

B. KERANGKA KONSEPTUAL

Dalam penilitian ini menggunakan tiga variabel, yang diwakili oleh


Implementasi Green Accounting dan Material Flow Cost Accounting,
sebagai variabel Bebas (Indipendent) Variabel terikat (Dependent) dalam
penelitian ini diwakili oleh keberlanjutan perusahaan (Sustainable
Development). Sedangkan Variabel Moderating dalam penelitian ini
diwakili oleh efisiensi sumberdaya (Resource Eficiency).

C. OPERATIONAL PERFORMANCE

Penelitian ini meneliti mengenai Implementasi Green Accounting,


Material Flow Cost Acconting MFCA pada dimensi keberlanjutan
perusahaan (Company Sustainability) dengan variabel moderating efisiensi
sumberdaya (Resource Efficiency). Dalam hal ini peneliti meneliti
beberapa perusahaan semen yang ada di Indonesia. Pada penelitian
sebelumnya Marota, Marimin dan Sasongko (2015) yang meneliti tentang
perancanggan dan penerapan MFCA untuk peningkatan keberlanjutan
perusahaan. Dengan tempat penelitian pada perusahaan minyak kelapa
sawit CPO. Hasilnya menunjukan pengaruh yang signifikan antara
penerapan MFCA dan keberlanjutan perusahaan. Berdasarkan penelitian
sebelumnyan peneliti mencoba meneliti pengaruh Material Flow Cost
Acconting MFCA terhadap Suistainabale development.
D. PENDAPAT TERDAHULU

Berdasarkan hasil analisis data pada sejumlah penelitian


disimpulkan, bahwa keberlanjutan sangat penting untuk memastikan
memiliki sumber daya untuk melindungi kesehatan manusia dan
lingkungan. Sustainable development adalah pembangunan yang
memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengurangi kebutuhan generasi
mendatang, (The World Commission on Economic Development (WCED)
1987, p.43 dalam Linnenluecke, griffiths, 2010). Dalam hal ini
pembangunan berkelanjutan menitikberatkan pada upaya memelihara atau
mempertahankan kegiatan membangun (development) secara
berkelanjutan. Hal ini dapat menjamin terpeliharanya kegiatan
membangun adalah tersedianya sumberdaya secara berkelanjutan untuk
melaksanakan pembangunan. Azapagic (2003) merumuskan konsep dari
Corporate Sustainability Management System (CSMS) kedalam lima
tahap, yaitu pengembangan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan,
komunikasi, evaluasi dan kemajuan. Kelima tahap ini akan dirumuskan
untuk menunjukan empat indikator yaitu ekonomi, teknologi, sosial dan
lingkungan.

Penelitian MFCA sebelumnya dilakukan oleh Marota (2017) yang


melakukan penelitian di perusahaan yang memproduksi peralatan medis
dan perabotannya dan memiliki pabrik. Dari hasil penelitian menunjukan
bahwa Green Concept dan MFCA berpengaruh signifikan terhadap
dimensi keberlanjutan. Dalam hal ini fokus green concept adalah kepada
penerapan produksi yang ramah lingkungan. Rieckhof, Bergmann, and
Guenther (2014) dari hasil penelitian menunjukan bahwa MFCA akan
mendorong strategi perusahaan menuju atau atau kearah efisiensi
sumberdaya. Nakajima, Kimura, dan Wangner (2014) dari hasil
penelitian menyatakan pentingnya meningkatkan kesadaran isuisu
lingkungan dalam kelancaran berbagi informasi, karena pada saat
bersamaan kerangka kerja suatu perusahaan akan terbentuk dan efisiensi
sumberdaya juga terbentuk. Tajelawi, dan Garbharran (2015)
menyatakan bahwa MFCA terbukti menyediakan informasi limbah terbaik
untuk memungkinkan manajer perusahaan membuat keputusan
manajemen limbah yang terinformasi, sehingga keberlanjutan perusahan
tercapai. Mont (2002) menyatakan bahwa Kecenderungan barusistem
layanan produk yang berpotensi memperkecil dampak lingkungan baik
dari produksi maupun konsumsi. Dalam hal ini temuan utamanya adalah
bahwa sistem layanan produk yang sukses memerlukan infrastruktur
masyarakat, struktur manusia dan tata letak organisasi yang berbeda agar
berfungsi secara berkelanjutan.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu, penelitian ini


menggunakan variabel moderating Resource Eficiency. Penelitian ini
menerapkan Implementasi Green Accounting dan MFCA kepada
Perusahaan, menganalisa pengaruh mereka di dalam dimensi sustainable
development yang dimoderasi oleh Resource Eficiency dan
memformulasikan saran untuk perkembangan perusahaan dalam
mengembangkan keberlanjutannya, sedangkan pada rujukan utama
penelitian Marota (2017) tidak menggunakan variabel moderating.
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk perusahaan dalam hal
meningkatkan keberlanjutan perusahaan selama proses produksi dengan
penerapan Green Accounting dan Material Flow Cost Accounting sebagai
alat acuan dalam pengembangan penenelitian, dengan resource efficiency
sebagai variabel yang memperkuat atau memperlemah hubungan
keduanya.

PERTANYAAN TERKAIT PENELITIAN

1. Faktor apakah yang dapat mendukung pengelolaan lingkungan yang


lebih baik?
2. Bagaimana cara menerapkan efisiensi dan efektifitas sumber daya
secara berkelanjutan?
3. Hal apa saja yang dibutuhkan dalam mencapai keharmonisan antara
manusia dan alam?

Anda mungkin juga menyukai