Anda di halaman 1dari 5

Perpetual

Dalam sisitem catatan perpeutual ini akan menyajikan catatan setiap kali terjadi
mutasi persediaan seperti pembelian, penjualan ataumencatat adanya retur
pemeblian barang dagang.

Periodik
Sistem ini akan mencatat setiap terjadinya transaksi jenis mutasi pembelian ke
dalam akun pembelian yang merupakan akun sementara dan harus dilakukan
pengecekan fisik terhadap persediaan diakhir periode atau biasa kita sebut dengan
istilah stock opname.

Perbedaan Sistem Periodik dan Sistem Perpetual


Dalam prateknya setiap perusahaan yang menggunakan sistem persediaan priodik
akan mencatan pembelian barang dagangnya dengan mendebet rekining
pembelian yang merupakan rekening sementara.

Hal ini dilakukan untuk mengumpulkan seluruh harga pokok barang yang dibeli
pada periode tertentu dan pada akhir periode rekening ini harus ditutup.

Dibawah ini adalah tabel perbedaan antara sistem periodik dengan sistem
perpetual :

Keterangan Sistem Periodik Sistem Perpetual


Penggunaan buku Tidak menggunakan, hanya Menggunakan kartu
pembantu catatan biasa persediaan barang dagang
Pencatatan Transaksi Dilakukan hanya pada saat Dilakukan pada saat
pembelian barang dagang melakukann pembelian dan
saja penjualan barang dagang
Nama akun perkiraan pada Dicatat pada akun Dicatatan pada akun
saat pembelian pembelian persediaan barang dagang
Penyesuaian akkhir periode Melakukan penyesuaian Tidak ada jurnal
akhir periode dengan penyesuaian pada akhir
menutup persediaan periode
barang dagan awal
dan mencatat persediaan
barang dagang akhir hasil
perhitungan fisik
( [LENGKAP] Laporan Keuangan Perusahaan Dagang dan Contoh Transaksinya )
https://akuntanonline.com/pencatatan-persediaan-periodik-dan-perpetual-dengan-contoh-
transaksinya/
Perbedaan Paling Fundamental Antara Sistim Periodik dan Perpetual
Perbedaan paling mencolok antara sistim periodik dengan sistim perpetual ada pada 2 hal:

1. Penentuan Nilai Saldo Akhir Persediaan di Neraca:


(a) Sistim Periodik – Jika perusahaan menerapkan sistim periodik, nilai saldo akhir persediaan di
Neraca ditentukan dengan cara melakukan penghitungan fisik persediaan yang lumrah dikenal
dengan istilah “stok opname” —sederhananya; di akhir periode, fisik barang bersediaan (bahan
baku, bahan penolong, barang dalam proses dan barang jadi) dihitung jumlahnya. Jumlah fisik
barang lalu dikalikan dengan Harga Pokok Penjualan (HPP) satuan barang.
(b) Sistim Perpetual – Jika yang diterapkan adalah sistim perpetual, perusahan tidak perlu
melakukan penghitungan fisik untuk menentukan nilai saldo akhir persediaan., karena setiap
transaksi terkait dengan persediaan—baik kenaikan maupun penurunan—telah dicatat melalui
penjurnalan. Meskipun demikian, penghitungan fisik tetap dilakukan untuk kemudian dibandigkan
dengan saldo akhir yang ditunjukan oleh buku persediaan. Jika terjadi perbedaan antara saldo akhir
hasil penghitungan fisik dengan saldo akhir yang ditunjukan oleh buku persediaan, maka dibuatkan
rekonsiliasi persediaan dengan memasukan jurnal penyesuaian persediaan (inventory adjustment
entry).

Secara keseluruhan, dari pebandingan jurnal—antara sistim periodik dan perpetual, jelas terlihat
bahwa:
Terhadap laporan keuangan yang disajikan di setiap akhir periode, menggunakan sistim perpetual
atau periodik tidak berpengaruh apa-apa, dalam pengertian: nilai saldo akhir persediaan (yang
disajikan di neraca) dan harga pokok penjualan (yang disajikan di laporan laba-rugi), akan
menunjukan hasil yang sama.

Bedanya, hanya terjadi pada teknis pengakuan dan nama akun yang digunakan pada setiap
pengakuan transaksi. Sistim perpetual selalu mendebit/mengkredit akun “Persediaan” untuk setiap
transaksi yang mengakibatkan kenaikan atau penurunan persediaan. Sedangkan sistim periodik—
untuk sementara—menggunakan akun “Pembelian” untuk setiap penambahan persediaan dan baru
memperhitungkan penurunan persediaan di akhir periode—sertelah penghitungan fisik dilakukan.

Bagaimana jika perusahaan yang menerapkan sistim periodic—terpaksa harus menyajikan laporan
padahal periode belum berakhir—misalnya: untuk pengajuan kredit? Perusahaan bisa (a) menggunakan
laporan periode sebelumnya, atau (b) melakukan penghitungan fisik saat itu juga lalu menjalankan
prosedur seperti yang dilakukan di akhir periode.
Oke. Penerapan sistim periodik atau perpetual tidak ada pengaruhnya terhadap laporan keuangan.
Bagaimana dengan pengelolaan persediaan dan keuangan secara keseluruhan?
Implikasi Penerapan Sistim Periodik dan Perpetual Terhadap Pengelolaan
Persediaan
Dari perbenadingan di atas, jelas terlihat bahwa: untuk tujuan pengawasan persediaan, sistim
perpetual jauh lebih baik dibandingkan sistim periodik. Dengan sistim perpetual, management dapat
mengetahui nilai persediaan sewaktu-waktu—tanpa perlu menunggu hingga akhir periode.

Khususnya di perusahaan-perusahaan manufaktur, pengawasan terhadap barang persediaan sangat


kompleks—dengan adanya potensi barang scrap dan cacat yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perusahaan jenis lain. Dalam kondisi seperti ini, jika sistim persediaan yang diterapkan adalah sistim
periodik—dimana penurunan (volume dan nilai persediaan) baru diperhitungkan di akhir periode,
maka kesempatan untuk mengetahui adanya pemborosan bahan baku, bahan penolong dan
kemungkinan adanya barang cacat saat dalam proses produksi menjadi lebih sulit ditelusuri—
kemungkinan baru diketahui setelah di akhir periode, dengan kata lain: sudah terjadi.

Efektifitas pengawasan terhadap barang persediaan berimplikasi besar terhadap pengelolaan


keuangan perusahaan secara keseluruhan. Terutama di perusahaan dagang dan manufaktur,
sebagian besar kekayaan (asset) perusahaan ada di persediaan—entah itu berupa bahan baku,
bahan penolong, barang dalam proses maupun barang jadi. Diantara banyaknya beban yang
ditanggung oleh operasional perusahaan, penggunaan persediaan cenderung mendominasi. Jika
scope-nya dipersempit, persediaan bahkan mengkonsumsimodal kerja (working capital) paling besar.
Itu sebabnya, bagi managemen perusahaan, pemilihan sistim persediaan yang akan diterapkan
(apakah menggunakan sistim perpetual atau periodik) menjadi sangat krusial.

“Lalu, apakah sebaiknya saya menerapkan sistim persediaan perpetual atau periodik?” Mungkin ada yang
berpikir demikian. Kita pindah ke paragraph selanjutnya…

Apakah Sebaiknya Menggunakan Sisitim Persediaan Periodik atau Perpetual?


Jawaban atas pertanyaan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi opersional perusahaan
anda sehari-hari.

Dari aspek pelaporan keuangan, menurut saya, tak ada yang perlu dikhawatirkan. Menggunakan
sistim perpetualpun, toh di akhir periode anda masih harus melakukan stock opname (inventory
physical count) untuk memverifikasi keakuratan data persediaan yang diperoleh dari sistim
perpetual. Dan, jika terjadi perbedaan antara hasil penghitungan fisik dengan saldo akhir buku, toh
anda masih harus membuat rekonsiliasi dan inventory adjustment, iya kan?

Tetapi dari aspek pengawasan persediaan, sistim perpetual jelas lebih baik dibandingkan sistim
periodik. Tetapi perlu di sadari bahwa: menerapkan sistim perpetual artinya anda harus siap
melakukan pencatatan setiap kali ada transaksi sehubungan dengan persediaan.

Untuk perusahaan-perusahaan berskala besar, jelaslah bahwa sistim perpetual selalu lebih baik—
lagipula tenaga untuk melakukan input data setiap saat selalu ada. Tetapi untuk perusahaan
berskala sedang dan kecil, menerapkan sistim perpetual bisa menjadi tantangan tersediri. Masih
perlu melihat kondisi operasional perusahaan sehari-hari.
Untuk mempermudah, saya buatkan 2 macam perusahaan—dengan karakter opersional yang sangat
berbeda, sebagai ilustrasi:
1. Perusahaan Pertama, Computer Wholesaler – Anda mengelola perusahaan yang menjual komputer
dalam jumlah besar, pangsa pasar perusahaan anda bisa jadi pengguna akhir maupun pedagang
computer eceran. Sebelum memilih apakah menggunakan sistim persediaan periodik atau perpetual,
anda perlu mempertimbangkan kondisi operasional perusahaan anda. Bagaimana kondisinya?
 Barang dagangan anda adalah tergolong bernilai tinggi

 Iklan produk/perushaan anda muncul di TV atau suratkabar lokal setiap hari


 Volume penjualan harian anda sangat tinggi

 Anda mempekerjakan lebih dari 40 orang pegawai sales

 Anda membayangkan bahwa pelanggan akan sangat kecewa jika mereka datang berbelanja
tetapi barang persediaan yang anda iklankan ternyata sudah habis terjual

Dengan kondisi operasional perusahaan seperti ini, apakah menggunakan sistim perpetual cukup masuk
akal? Jelas iya. Anda perlu mengetahui saldo persediaan barang setiap hari—bahkan mungkin setiap
jam atau menit, yang tidak mungkin bisa anda dapatkan jika menggunakan sistim periodik. Dengan
sistim perpetual, setiap transkasi penjualan selalu diikuti dengan pencatatan barang keluar,
sementara dalam sistim periodik tidak.
2. Perusahaan Kedua, Toko Serba Ada Di Stasiun Kereta Api – Di sini anda mengelola toko yang
menjual berbagai macam barang, untuk orang-orang sibuk yang bepergian kesana-kemari dengan
kondisi yang selalu terburu-buru. Anda perlu mempertimbangkan kondisi opersional toko anda
sebelum memutuskan untuk menerapkan sistim persediaan perpetual atau periodik. Bagaimana
situasinya?
 Penjualan paling banyak terjadi di waktu pagi—saat sebagian besar orang buru-buru ke tempat
kerja atau ke kampus, dan petang hari—saat sebagian besar orang buru-buru pulang ke rumah
setelah seharian bekerja.

 Anda menjual berbagai macam barang mulai dari kertas tisu, permen, koran/majalan, gantungan
kunci, stationary, minuman dingin, kue kotak, dll

 Anda hanya memiliki 2 orang pegawai yang untuk melayani pembeli di waktu-waktu padat
sudah terlihat kewalahan, sehingga sering anda sendiri yang ikut membantu.

 Di jam-jam padat, banyak pelanggan yang sampai harus mengantri untuk membayar—sementara
mereka hanya membeli barang-barang kecil yang sesungguhnya bisa dibeli di toko mana saja.

Dalam kondisi operasional seperti ini, apakah menerapkan sistim persediaan perpetual masuk akal? Jelas
tidak. Pegawai dan anda tidak akan sempat melakukan aktivitas administrative (termasuk
accounting) yang dperlukan untuk menerapkan sistim perpetual. Salah-salah, pelanggan tidak jadi
belanja—karena malas menunggu proses.
Betul, kehadiran teknologi barcode dan infrared yang banyak digunakan di bisnis retail sangat
membantu proses input data penjualan. Alat yang sama juga bisa digunakan dalam proses input data
pembelian barang persediaan. Jika memungkinkan untuk menggunakan teknologi ini, tentu,
perusahaan atau toko sekecil apapun bisa menerapkan sistim perpetual tanpa hambatan, dan anda bisa
melakukan pengawasan terhadap persediaan dengan lebih baik.

https://akuntansidia.wordpress.com/2015/12/04/akuntansi-persediaan-sistim-periodik-vs-perpetual/

Anda mungkin juga menyukai