Perpetual
11
EmailShare
Dalam akuntansi persediaan, ada dua sistim yang lumrah digunakan, yaitu: sistim
periodik dan sistim perpetual. Bagi pegawai accounting, sistim persediaan periodik
atau perpetualyang diterapkan di dalam perusahaanmenentukan bagaimana
pencatatan transaksi persediaan dilakukan. Sedangkan bagi pengelola keuangan
dan pengelola usaha, sistim persediaan yang diterapkan menentukan seberapa
efektif persediaan bisa dikelolaterutama aspek pengawasannya.
Melalui tulisan ini, saya ingin membahas mengenai sisim persediaan periodik dan
perpetual, mulai dari pebedaaan yang paling fundamental, perbadingan jurna-per-jurnal,
hingga implikasinya terhadap laporan keuangan dan pengelolaan persediaan.
Dengan kehadiran pembahasan ini, saya berharap pembaca memperoleh gambaran yang
jelas mengenai sistim persediaan periodik dan perpetual, dalam tataran inplementasi di
perusahaan. Namun sebelum itu, mari kita lihat sekilas; apa itu persediaan.
Sederhananya, yang disebut persediaan adalah apa yang oleh masyarakat umum kenal
dengan istilah stok. Di Eropa, sampai sekarang masih menggunakan istilah stock.
Tetapi secara internasional persediaan disebut dengan istilah inventory, yang disebut
stock justru saham.
Mau disebut inventory, mau disebut stock, silahkan. Yang lebih penting di sini:
wujud dari persediaan itu berupa apa?
Wujud fisik persediaan suatu perusahaan tergantung pada jenis usahanya. Meskipun pada
kenyataannya ada banyak jenis atau model usaha, dalam akuntansiuntuk tujuan
penyederhanaanjenis usaha biasanya hanya dibagi menjadi 3 kelompok saja.
Perusahaan Jasa (misal: konsultan, agen, broker, dll) Tidak memiliki persediaan
Perusahaan Dagang (misal: toko, mini market, dll) Persediaannya berupa barang
jadi
Perusahaan Manufaktur (misal: pabrik gula, pabrik pakaian jadi, dll)
Persediaannya berupa: (a) bahan baku; (b) bahan penolong; (c) barang dalam
proses; dan (d) barang jadi.
Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita lihat perbandingan antara sistim persediaan
periodik dengan perpetual. Yuk pindah ke paragraf berikutnya
(a) Sistim Periodik Jika perusahaan menerapkan sistim periodik, nilai saldo akhir
persediaan di Neraca ditentukan dengan cara melakukan penghitungan fisik persediaan
yang lumrah dikenal dengan istilah stok opname sederhananya; di akhir periode,
fisik barang bersediaan (bahan baku, bahan penolong, barang dalam proses dan barang
jadi) dihitung jumlahnya. Jumlah fisik barang lalu dikalikan dengan Harga Pokok
Penjualan (HPP) satuan barang.
(b) Sistim Perpetual Jika yang diterapkan adalah sistim perpetual, perusahan tidak
perlu melakukan penghitungan fisik untuk menentukan nilai saldo akhir persediaan.,
karena setiap transaksi terkait dengan persediaanbaik kenaikan maupun penurunan
telah dicatat melalui penjurnalan. Meskipun demikian, penghitungan fisik tetap dilakukan
untuk kemudian dibandigkan dengan saldo akhir yang ditunjukan oleh buku persediaan.
Jika terjadi perbedaan antara saldo akhir hasil penghitungan fisik dengan saldo akhir yang
ditunjukan oleh buku persediaan, maka dibuatkan rekonsiliasi persediaan dengan
memasukan jurnal penyesuaian persediaan (inventory adjustment entry).
(a) Sistim Periodik Jika perusahaan menggunakan sistim periodik, maka nilai
persediaan yang digunakan (dan terjual)untuk dibebankan sebagai Harga Pokok
Penjualan, dihitung dengan cara menjumlahkan saldo awal persediaan dengan total
pembeliaan (atau persediaan masuk) lalu dikurangi dengan saldo akhir persediaan yang
diperoleh melalui penghitungan fisik. Misalnya: Data persediaan JAK Mart (perusahaan
dagang) untuk tahun 2012 adalah sbb:
(b) Sistim Perpetual Dengan sistim perpetual, perusahaan tidak perlu lagi membuat
perhitungan seperti pada sistim periodik karena penggunaan persediaan langsung diakui
setiap kali ada penjualan dengan mendebit akun Harga Pokok Penjualan dan
mengkredit Persediaan di sisi lainnya, seperti jurnal di bawah ini:
Tentu saja dicatat. Hanya saja, biasanya, menggunakan nama akun berbeda dibandingkan
jika menggunakan sistim perpetual. Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat transaksi-per-
transaksi. Lanjut
Ada banyak transaksi yang mengakibatkan volume persediaan menjadi meningkat atau
menurun selama satu periode. Di sini kita lihat perbandingan sistim periodik dan
perpetual transaksi-per-transaksi, jurnal-per-jurnal.
Dalam sistim perpetual, pembelian dan penjualan barang persediaan dicatat langsung ke
akun Persediaan, dengan kata lain: perubahan nilai nominal dan volume persediaan
langsung terlihat dalam buku besar (ledger) persediaan setiap kali ada transaksi
pembelian dan penjualan. Sedangkan dalam sistim periodik yang dicatat hanya kenaikan
nilai dan volume persediaan melalui akun yang disebut dengan Pembelian, sementara
tidak mencatat adanya penurunan pada setiap transaksi penjualan yang terjadi (penurunan
persediaan diakui sekaligus di akhir periode dengan melakukan pemeriksaan fisik).
Untuk lebih jelasnyanya, kita lihat contoh berikut ini:
Jika JAK Mart menggunakan sistim perpetual, maka alur transaksi dan jurnalnya
akan nampak sbb:
(b) Pembelian 900 units dengan harga Rp 60,000 per unit dicatat dengan jurnal:
[Debit]. Persediaan = Rp 54,000,000
[Kredit]. Utang Dagang = Rp 54,000,000
(c) Penjualan 600 units dengan harga Rp 120,000 per unit dicatat dengan sepasang jurnal:
Dan;
(d) Kecuali ada perbedaan antara hasil penghitungan fisik dengan buku, maka tidak ada
jurnal penyesuaian yang perlu dimasukan. Saldo akhir persediaan otomatis menunjukan
nilai Rp 24,000,000.
Bagaimana jika JAK Mart menggunakan sistim periodik? Jurnalnya akan nampak
sebagai berikut:
(b) Pembelian 900 units dengan harga Rp 60,000 per unit dicatat dengan jurnal:
(c) Pada sistim periodik, penjualan 600 units dengan harga Rp 120,000/unit dicatat hanya
dengan satu jurnal sajauntuk mengakui penjualan dan piutang dagang (Note:
penurunan persediaan dan pengakuan harga pokok penjualan dilakukan sekaligus di akhir
periode):
(d) Di akhir periode, setalah dilakukan penghitungan fisik, JAK memasukan jurnal
penyesuaianuntuk mengakui persediaan, harga pokok penjualan, sekaligus
menghapus saldo akun Pembeliansebagai berikut:
Apa yang terjadi jika ada retur pembelian atau diskon? Perusahaan yang menerapkan
sistim periodik, disamping menggunakan akun Pembelianyang bersaldo debit
mereka juga menggunakan 2 kontra-akun pembelian (bersaldo kredit) yang diberi nama
Retur Pembelian dan Diskon Pembelian. Jika ada pembelian yang dikembalikan
(retur pembelian) atau memeperoleh potongan, maka kontra akun ini menjadi pengurang
nilai Pembelian. Hasil silang saldo Pembelian dan kedua kontra-akun ini
menghasilkan apa yang disebut dengan Pembelian Bersih. Bagaimanapun juga, semua
slado akun ini (Pembelian, Diskon Pembelian dan Retur Pembelian) bersifat sementara
saja, nantinya akan dihapus degan jurnal penyesuaian di akhir periode (seperti terlihat
pada contoh jurnal penyesuaian sebelumnya). Untuk lebih konkoretnya, kita buat satu
contoh transaksi:
Jika JAK Mart menerapkan sistim perpetual, maka JAK akan mengakui penurunan
nilai utang sekaligus langsung mengakui penurunan nilai persediaan, dengan jurnal:
Jika JAK Mart menerapkan sistim periodik, maka jurnalnya adalah sbb:
Di lain kesempatan JAK Mart membeli barang sebesar Rp 10,000,000 dengan termin
kredit 2/10, n/30. Karena JAK Mart bisa melakukan pelunasan seminggu setelah
pembelian, maka JAK Mart memperoleh diskon 2%. Bagimana jurnalnya?
Jika menerapkan sistim perpetual, maka saat pembelian JAK Mart memasukan jurnal:
Jika menggunakan sistim periodik, maka saat pembelian jurnal yang dimasukan
adalah:
Diskon yang diperoleh tidak diakui sebagai pengurang nilai persediaan (ingat: sistim
periodik tidak mencatat persediaan tetapi pembelian), melainkan dicatat sebagai
Diskon Pembelian. Sehingga jurnal yang dimasukan ketika melakukan pelunasan
adalah sbb:
Transkasi lainnya yang terkait dengan persediaan adalah retur penjualan dan diskon
penjualan. Pada transaksi ini, baik sistim perpetual maupun sistim periodik sama-sama
meggunakan akun yang diberi nama Retur Penjualan dan Diskon Penjualanyang
kedua-duanya merupakan kontra-akun penjualan (bersaldo debit), bedanya hanya di
pengakuan Harga Pokok Penjualan. Pada sistim perpetual return penjualan, disamping
mengakui penurunan piutang dagang dan penurunan penjualan (dengan akun retur
penjualan) juga mengakui penurunan harga pokok penjualan dan persediaan. Sedangkan
pada sistim periodik, tidak. Misalnya:
JAK Mart menerima barang kembali dari pelanggan (karena cacat) senilai Rp 6,000,000.
Harga Pokok Penjualan barang yang diretur tersebut adalah Rp 3,000,000. (Kita
asumsikan pengakuan penjualan menggunakan metode bruto/gross method)
Jika menggunakan perpetual, maka JAK Mart akan mencatat retur tersebut dengan
sepasang jurnal:
Dan;
[Debit]. Persediaan = Rp 3,000,000
[Kredit]. Harga Pokok Penjualan = Rp 3,000,000
(Untuk mengakui barang persediaan yang telah dikembalikan sekaligus menguragi harga
pokok penjualan).
Sedangkan jika menggunakan sistim periodik, JAK Mart hanya akan memasukan satu
jurnal saja, yaitu:
Catatan: Sistim periodik baru akan menghitung saldo persediaan dan mengakui harga
pokok penjualan di akhir periodesetelah penghitungan fisik dilakukan.
Oke. Anggap JAK Mart memberikan diskon Rp 200,000 atas pelunasan pembelian
sebesar Rp 10,000,000 dari pelanggan (masih menggunakan metode pengakuan
penjualan bruto/gross method)
Sistim perpetual dan sistim periodik memasukan jurnal yang sama persis untuk
pelunasan yang mengandung diskon penjualan. Dalam contoh ini:
Terhadap laporan keuangan yang disajikan di setiap akhir periode, menggunakan sistim
perpetual atau periodik tidak berpengaruh apa-apa, dalam pengertian: nilai saldo akhir
persediaan (yang disajikan di neraca) dan harga pokok penjualan (yang disajikan di
laporan laba-rugi), akan menunjukan hasil yang sama.
Bedanya, hanya terjadi pada teknis pengakuan dan nama akun yang digunakan pada
setiap pengakuan transaksi. Sistim perpetual selalu mendebit/mengkredit akun
Persediaan untuk setiap transaksi yang mengakibatkan kenaikan atau penurunan
persediaan. Sedangkan sistim periodikuntuk sementaramenggunakan akun
Pembelian untuk setiap penambahan persediaan dan baru memperhitungkan penurunan
persediaan di akhir periodesertelah penghitungan fisik dilakukan.
Oke. Penerapan sistim periodik atau perpetual tidak ada pengaruhnya terhadap
laporan keuangan. Bagaimana dengan pengelolaan persediaan dan keuangan secara
keseluruhan? Mari kita lihat implikasinya Lanjut
Dari perbenadingan di atas, jelas terlihat bahwa: untuk tujuan pengawasan persediaan,
sistim perpetual jauh lebih baik dibandingkan sistim periodik. Dengan sistim perpetual,
management dapat mengetahui nilai persediaan sewaktu-waktutanpa perlu menunggu
hingga akhir periode.
Itu sebabnya, bagi managemen perusahaan, pemilihan sistim persediaan yang akan
diterapkan (apakah menggunakan sistim perpetual atau periodik) menjadi sangat krusial.
Lalu, apakah sebaiknya saya menerapkan sistim persediaan perpetual atau periodik?
Mungkin ada yang berpikir demikian. Kita pindah ke paragraph selanjutnya
Jawaban atas pertanyaan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi opersional
perusahaan anda sehari-hari.
Dari aspek pelaporan keuangan, menurut saya, tak ada yang perlu dikhawatirkan.
Menggunakan sistim perpetualpun, toh di akhir periode anda masih harus melakukan
stock opname (inventory physical count) untuk memverifikasi keakuratan data persediaan
yang diperoleh dari sistim perpetual. Dan, jika terjadi perbedaan antara hasil
penghitungan fisik dengan saldo akhir buku, toh anda masih harus membuat rekonsiliasi
dan inventory adjustment, iya kan?
Tetapi dari aspek pengawasan persediaan, sistim perpetual jelas lebih baik dibandingkan
sistim periodik. Tetapi perlu di sadari bahwa: menerapkan sistim perpetual artinya anda
harus siap melakukan pencatatan setiap kali ada transaksi sehubungan dengan persediaan.
Untuk perusahaan-perusahaan berskala besar, jelaslah bahwa sistim perpetual selalu lebih
baiklagipula tenaga untuk melakukan input data setiap saat selalu ada. Tetapi untuk
perusahaan berskala sedang dan kecil, menerapkan sistim perpetual bisa menjadi
tantangan tersediri. Masih perlu melihat kondisi operasional perusahaan sehari-hari.
2. Perusahaan Kedua, Toko Serba Ada Di Stasiun Kereta Api Di sini anda
mengelola toko yang menjual berbagai macam barang, untuk orang-orang sibuk yang
bepergian kesana-kemari dengan kondisi yang selalu terburu-buru. Anda perlu
mempertimbangkan kondisi opersional toko anda sebelum memutuskan untuk
menerapkan sistim persediaan perpetual atau periodik. Bagaimana situasinya?
Penjualan paling banyak terjadi di waktu pagisaat sebagian besar orang buru-
buru ke tempat kerja atau ke kampus, dan petang harisaat sebagian besar orang
buru-buru pulang ke rumah setelah seharian bekerja.
Anda menjual berbagai macam barang mulai dari kertas tisu, permen,
koran/majalan, gantungan kunci, stationary, minuman dingin, kue kotak, dll
Anda hanya memiliki 2 orang pegawai yang untuk melayani pembeli di waktu-
waktu padat sudah terlihat kewalahan, sehingga sering anda sendiri yang ikut
membantu.
Di jam-jam padat, banyak pelanggan yang sampai harus mengantri untuk
membayarsementara mereka hanya membeli barang-barang kecil yang
sesungguhnya bisa dibeli di toko mana saja.
Betul, kehadiran teknologi barcode dan infrared yang banyak digunakan di bisnis
retail sangat membantu proses input data penjualan. Alat yang sama juga bisa
digunakan dalam proses input data pembelian barang persediaan. Jika
memungkinkan untuk menggunakan teknologi ini, tentu, perusahaan atau toko
sekecil apapun bisa menerapkan sistim perpetual tanpa hambatan, dan anda bisa
melakukan pengawasan terhadap persediaan dengan lebih baik.