Periodik Vs Perpetual
oleh Mr. JAK
35 Komentar
24
11
27
Jika JAK Mart menggunakan sistim perpetual, maka alur transaksi dan jurnalnya
akan nampak sbb:
(a) Saldo awal persediaan (di Neraca) = Rp 6,000,000
(b) Pembelian 900 units dengan harga Rp 60,000 per unit dicatat dengan jurnal:
(c) Penjualan 600 units dengan harga Rp 120,000 per unit dicatat dengan sepasang
jurnal:
Dan;
(d) Kecuali ada perbedaan antara hasil penghitungan fisik dengan buku, maka tidak
ada jurnal penyesuaian yang perlu dimasukan. Saldo akhir persediaan otomatis
menunjukan nilai Rp 24,000,000.
Bagaimana jika JAK Mart menggunakan sistim periodik? Jurnalnya akan
nampak sebagai berikut:
(a) Saldo awal persediaan (di Neraca) = Rp 6,000,000
(b) Pembelian 900 units dengan harga Rp 60,000 per unit dicatat dengan jurnal:
(c) Pada sistim periodik, penjualan 600 units dengan harga Rp 120,000/unit dicatat
hanya dengan satu jurnal saja—untuk mengakui penjualan dan piutang dagang
(Note: penurunan persediaan dan pengakuan harga pokok penjualan dilakukan
sekaligus di akhir periode):
(d) Di akhir periode, setalah dilakukan penghitungan fisik, JAK memasukan jurnal
penyesuaian—untuk mengakui persediaan, harga pokok penjualan, sekaligus
‘menghapus’ saldo akun “Pembelian”—sebagai berikut:
Note: Dengan jurnal penyesuaian yang dimasukan di akhir periode ini, maka saldo
akun “Pembelian” menjadi nol, saldo akhir persediaan di Neraca menjadi Rp
24,000,000 (=saldo awal 6,000,000 + adjustment kenaikan 18,000,000), dan muncul
Harga Pokok Penjualan di Laporan Laba-Rugi sebesar Rp 54,000,000 (=6,000,000 +
54,000,000 – 24,000,000).
2. Retur Pembelian, Diskon Pembelian dan Cadangan
Apa yang terjadi jika ada retur pembelian atau diskon? Perusahaan yang
menerapkan sistim periodik, disamping menggunakan akun “Pembelian”—yang
bersaldo debit mereka juga menggunakan 2 kontra-akun pembelian (bersaldo
kredit) yang diberi nama “Retur Pembelian” dan “Diskon Pembelian.” Jika ada
pembelian yang dikembalikan (retur pembelian) atau memeperoleh potongan,
maka kontra akun ini menjadi pengurang nilai “Pembelian”. Hasil silang saldo
“Pembelian” dan kedua kontra-akun ini menghasilkan apa yang disebut dengan
“Pembelian Bersih”. Bagaimanapun juga, semua slado akun ini (Pembelian, Diskon
Pembelian dan Retur Pembelian) bersifat sementara saja, nantinya akan dihapus
degan jurnal penyesuaian di akhir periode (seperti terlihat pada contoh jurnal
penyesuaian sebelumnya). Untuk lebih konkoretnya, kita buat satu contoh
transaksi:
Jika JAK Mart menerapkan sistim perpetual, maka JAK akan mengakui
penurunan nilai utang sekaligus langsung mengakui penurunan nilai persediaan,
dengan jurnal:
[Debit]. Utang Dagang = Rp 7,000,000
[Kredit]. Persediaan = Rp 7,000,000
(Note: Pengembalian barang mengurangi nilai persediaan sebesar Rp 7,000,000)
Jika JAK Mart menerapkan sistim periodik, maka jurnalnya adalah sbb:
[Debit]. Utang Dagang = Rp 7,000,000
[Kredit]. Retur Pembelian = Rp 7,000,000
(Note: pembelian megurangi nilai pembelian)
Jika menerapkan sistim perpetual, maka saat pembelian JAK Mart memasukan
jurnal:
[Debit]. Persediaan = Rp 10,000,000
[Kredit]. Utang Dagang = Rp 10,000,000
Jika menggunakan sistim periodik, maka saat pembelian jurnal yang dimasukan
adalah:
[Debit]. Pembelian = Rp 10,000,000
[Kredit]. Utang Dagang = Rp 10,000,000
Diskon yang diperoleh tidak diakui sebagai pengurang nilai persediaan (ingat:
sistim periodik tidak mencatat persediaan tetapi “pembelian”), melainkan dicatat
sebagai “Diskon Pembelian.” Sehingga jurnal yang dimasukan ketika melakukan
pelunasan adalah sbb:
Jika menggunakan perpetual, maka JAK Mart akan mencatat retur tersebut
dengan sepasang jurnal:
[Debit]. Retur Penjualan = Rp 6,000,000 (kontra akun penjualan bersaldo debit)
[Kredit]. Piutang Dagang = Rp 6,000,000
(Untuk mengakui retur penjualan)
Dan;
Sedangkan jika menggunakan sistim periodik, JAK Mart hanya akan memasukan
satu jurnal saja, yaitu:
[Debit]. Retur Penjualan = Rp 6,000,000
[Kredit]. Piutang Dagang = Rp 6,000,000
(Untuk mengakui retur penjualan)
Catatan: Sistim periodik baru akan menghitung saldo persediaan dan mengakui
harga pokok penjualan di akhir periode—setelah penghitungan fisik dilakukan.
Selanjutnya, diskon penjualan. Bagaimana pencatatanya?
Oke. Anggap JAK Mart memberikan diskon Rp 200,000 atas
pelunasan pembelian sebesar Rp 10,000,000 dari pelanggan (masih
menggunakan metode pengakuan penjualan bruto/gross method)
Bedanya, hanya terjadi pada teknis pengakuan dan nama akun yang digunakan
pada setiap pengakuan transaksi. Sistim perpetual selalu mendebit/mengkredit
akun “Persediaan” untuk setiap transaksi yang mengakibatkan kenaikan atau
penurunan persediaan. Sedangkan sistim periodik—untuk sementara—
menggunakan akun “Pembelian” untuk setiap penambahan persediaan dan baru
memperhitungkan penurunan persediaan di akhir periode—sertelah penghitungan
fisik dilakukan.
Bagaimana jika perusahaan yang menerapkan sistim periodic—terpaksa harus
menyajikan laporan padahal periode belum berakhir—misalnya: untuk pengajuan
kredit? Perusahaan bisa (a) menggunakan laporan periode sebelumnya, atau (b)
melakukan penghitungan fisik saat itu juga lalu menjalankan prosedur seperti yang
dilakukan di akhir periode.
Oke. Penerapan sistim periodik atau perpetual tidak ada pengaruhnya terhadap
laporan keuangan. Bagaimana dengan pengelolaan persediaan dan keuangan
secara keseluruhan? Mari kita lihat implikasinya… Lanjut…
Dari aspek pelaporan keuangan, menurut saya, tak ada yang perlu dikhawatirkan.
Menggunakan sistim perpetualpun, toh di akhir periode anda masih harus
melakukan stock opname (inventory physical count) untuk memverifikasi
keakuratan data persediaan yang diperoleh dari sistim perpetual. Dan, jika terjadi
perbedaan antara hasil penghitungan fisik dengan saldo akhir buku, toh anda
masih harus membuat rekonsiliasi dan inventory adjustment, iya kan?
Tetapi dari aspek pengawasan persediaan, sistim perpetual jelas lebih baik
dibandingkan sistim periodik. Tetapi perlu di sadari bahwa: menerapkan sistim
perpetual artinya anda harus siap melakukan pencatatan setiap kali ada transaksi
sehubungan dengan persediaan.
24
11
27