Nim. : 20043106
Konsep Dasar Penjualan Persediaan antar Perusahaan dalam Grup
Konsolidasi
1. Metode Pencatatan Persediaan
Metode pencatatan persediaan merupakan salah satu cara untuk mengelola persediaan
secara benar bagi perusahaan ritel. Metode pencatatan persediaan menjadi salah satu
unsur penting dalam sistem manajemen inventory. Perusahaan ritel harus menerapkan
metode ini agar data persediaan selalu sesuai dengan keberadaan fisik persediaan di
dalam gudang. Secara lebih lanjut, metode pencatatan persediaan bisa untuk tujuan
penilaian agar aset perusahaan dapat dioptimalkan untuk menciptakan laba.
Dengan menerapkan salah satu dari 2 metode persediaan, perusahaan akan dengan
mudah mendeteksi pergerakan persediaan secara lebih cepat dan juga akan mengurangi
risiko kehilangan maupun kerusakan persediaan di dalam gudang.
Metode persediaan yang bisa dilakukan oleh perusahaan ritel ada 2 macam, yaitu dengan
metode periodik atau dengan metode perpetual. Berikut ini, pembahasan mengenai
pengertian dan perbedaan perpetual dan periodik.
B. Metode Perpetual
Pengertian metode perpetual merupakan metode pencatatan persediaan perusahaan ritel
yang dilakukan dengan cara membuat akun-akun secara terpisah untuk setiap jenis
persediaan. Metode perpetual bisa juga disebut sebagai metode buku pembantu
persediaan. Keunggulan dari metode ini adalah lebih muda melakukan kontrol
persediaan dan menentukan HPP dari produk-produk yang beragam.
Akun-akun yang digunakan dalam pencatatan persediaan disajikan dalam beberapa
kolom yang meliputi akun pembelian, penjualan, dan saldo persediaan. Setiap perubahan
yang terjadi akan diikuti dengan pencatatan dalam akun persediaan sehingga jika terjadi
perubahan jumlah persediaan akan segera diketahui melalui kolom saldo. Selanjutnya,
masing-masing kolom akan dirinci lagi untuk menentukan kuantitas dan harga
perolehannya.
Penggunaan metode perpetual akan lebih memudahkan dalam menyusun neraca dan
laporan laba rugi jangka pendek karena perhitungan fisik untuk mengetahui jumlah
persediaan akhir tidak perlu lagi dilakukan. Penyusunan metode perpetual bisa dilihat
seperti contoh berikut ini:
Contoh Soal :
Perusahaan induk ( PT.A ) membeli tanah seharga Rp100.juta pada bulan januari dan
pada bulan Mei menjualnya ke anak perusahaan ( PT.B ) dengan harga Rp130 juta.
Diminta :
Ayat jurnal yang dibuat PT.A, PT.B dan ayat jurnal eliminasi untuk penyusunan laporan
keuangan ?
Jawab :
Dan berikut ini perbedaan lainnya antara Arus Upstream dengan Downstream terhadap
keuntungan/ kerugian yang akan diterima pemegang saham :
Contoh Soalnya :
Diasumsikan PT.A memiliki 75 % saham PT.B, PT.A melaporkan laba nya sendiri
sebesar 150 juta dan PT.Bmelaporkan laba 90 juta termasuk didalamnya laba afiliasi
penjual adalah keuntungan yg belum direalisasi sebesar 30 juta.
Diminta :
1. Hitunglah laba yang diterima PT.A maupun PT.B jika menggunakan arus Upstream ?
2. Hitunglah laba yang diterima PT.A maupun PT.B jika menggunakan arus
Downstream ?
Jawab :
1. Penjualan menggunakan arus Upstream :
Perhitungan laba sebagai berikut :
Laba PT.A ........................................................................... 150 Juta
Laba PT.B ............................................................................. 90 Juta
Laba antarperusahaan yang belum direalisasi ……………..(30 Juta)
Laba PT.B yang direalisasi ................................................... 60 Juta
Bagian PT.A ( 75% x 60 Juta ) ............................................. 45 Juta
Laba bersih konsolidasi ( PT.A ) ......................................... 195 Juta
*PT.A disebut kepemilikan pengendali.
Maka Laba PT.B ( 25% x 60 Juta ) ....................................... 15 Juta
*PT.B disebut kepemilikan non pengendali.
Laba yang belum direalisasi dalam pendapatan bersih perusahaan anak dialokasikan
secara proporsional kepada pemegang saham mayoritas dan minoritas dalam pencatatan.
Pendapatan bersih yang dikonsolidasikan dan pendapatan hak minoritas dihitung
berdasarkan pendapatan awal yang direalisasi dari sudut pandang entitas yang
dikonsolidasi. Pendapatan hak minoritas dikurangi sebesar bagian perusahaan induk atas
setiap laba perusahaan anak yang belum direalisasi. Untuk menghitung pendapatan hak
minoritas, laba yang belum direalisasi dikurangkan dari laba yang dilaporkan perusahaan
anak dan menghasilkan laba perusahaan anak yang sudah direalisasi yang kemudian
dikalikan dengan persentase hak minoritas.
Pendapatan hak minoritas dalam laporan L/R konsolidasi terdiri atas pendapatan
pemegang saham preferen ditambah saham hak minoritas dalam pendapatan anak
perusahaan untuk saham biasa dengan pendapatan untuk saham preferen dengan
bagaimana atau tidaknya dividen diumumkan. Dalam kertas kerja konsolidasi,
diperlukan pencatatan untuk mengatur kembali saham preferen termasuk hak minoritas.
Hal ini dicatat dengan debit untuk saham preferen anak perusahaan (untuk nilai nominal
per saham) dan kredit untuk laba ditahan anak perusahaan untuk perbedaan antara nilai
nominal per saham dan ekuitas pemegang saham preferen (agio yang dimintakan, hutang
dividen, dll) saat awal periode